Pertanyaan:
Saya orang awam tentang Alkitab, mohon tanya :
Apa penyebab kematian 10 orang anak2 Ayub yang berlangsung dalam satu hari ? Ini kesalahan siapa ? Kesalahan ke sepuluh anak2 Ayub atau kesalahan Ayub / istrinya ?
Terima kasih
Machmud
Jawaban:
Shalom Machmud,
Berikut ini adalah yang dapat saya sampaikan tentang Kitab Ayub dari berbagai sumber *:
Kitab Ayub memang merupakan kisah tragis tentang seorang pagan (non-Yahudi) yang saleh yang hidup di tanah Us. Kitab ini kemungkinan ditulis di jaman Patriarkh, yaitu pada jaman persembahan korban kepada Tuhan dilakukan oleh kepala keluarga, dan bukan oleh para imam. Maka kisah Ayub ini kemungkinan sudah dikenal sejak jaman Raja Salomo (sekitar 1000 BC). Walaupun kitab ini tidak dimaksudkan sebagai kitab yang menceritakan sejarah, namun tradisi Gereja selalu mengenal Ayub sebagai tokoh historikal (bukan tokoh fiktif).
Alur cerita kitab Ayub dimulai dari dialog antara Tuhan dan Iblis yang berakhir dengan izin yang diberikan oleh Allah kepada Iblis untuk menguji iman Ayub. Ujian inilah yang mendatangkan ‘malapetaka’ dalam kehidupan Ayub, sampai ia kehilangan segala miliknya, termasuk meninggalnya kesepuluh anaknya (lihat Ayb 1). Selanjutnya, Ayub jatuh sakit yang menyebabkan dia dijauhi oleh semua orang. Bahkan istrinya mencelanya. (lihat Ayb 2). Para sahabatnya mengunjungi Ayub, namun mereka bukannya memberi penghiburan, malah mereka menyalahkan Ayub (Ayb 4-31). Dalam pergumulannya, Ayub tetap percaya kepada Allah ( lihat Ayb 12, 19, 23, 26) Dalam kesengsaraannya, Ayub memeriksa batinnya, dan tidak menemukan kesalahan di dalamnya (Ayb 31). Ayub bertanya kepada Allah, namun yang ada hanya keheningan (Ayb 30). Dalam kesedihannya, Ayub kemudian berteriak, memberontak, sehingga akhirnya Allah menjawab, bukan dengan penjelasan atau penghiburan, namun dengan pertanyaan kembali (lihat Ayb 38-42): “Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau memiliki pengertian (Ayb 38:4).” Selanjutnya Allah menjabarkan kebesaran kuasa-Nya dan keadilan-Nya yang telah menciptakan dan mengatur segala alam semesta. Dengan menyesal Ayub mencabut perkataannya dan setelah itu keadaan Ayub dipulihkan (Ayb 42).
Maka dari kisah Ayub ini terdapat pengajaran moral yang dapat diambil:
1) Drama kehidupan Ayub ini diceritakan untuk mengajarkan kepada umat beriman, bahwa ada kalanya manusia menderita tanpa sebab, atau dikenal dengan “the suffering of the just“. Sehingga kematian kesepuluh anak Ayub tersebut bukan menjadi akibat dari dosa Ayub atau istrinya, atau anak-anaknya. Tuhan mengizinkan kemalangan itu terjadi untuk menguji iman Ayub, dan setelah Ayub bertahan dalam iman, dan menyesal dari segala perkataannya ‘mempertanyakan’ keadilan Tuhan, maka Tuhan mengembalikan dan memulihkan keadaan Ayub.
2) Kisah Ayub mennyatakan sifat-sifat keilahian Allah, yaitu, keadilan, ke-Mahakuasa-an-Nya (God’s power and absolute control), kebijaksanaannya, dan juga belas kasihan-Nya yang memperhatikan penderitaan manusia (Ayb 35) dan kesediaan-Nya untuk mengampuni manusia yang bertobat.
3) Manusia berkewajiban untuk menghindari segala bentuk kejahatan [meskipun dalam keadaan yang paling sulit sekalipun], dan manusia harus tunduk pada penyelenggaraan Allah dengan kerendahan hati menerima kehendak Allah, walaupun belum sepenuhnya dapat dimengerti. Dari kitab Ayub ini, kita juga diajarkan untuk memberi perhatian kepada mereka yang lemah, sakit, yatim piatu, dsb.
4) Tidak ada manusia yang sepenuhnya tidak berdosa / innocent (Ayb 4:17; 15:14; 25:4). Pada diri manusia, secara fundamental ada sebuah kenyataan bahwa ia menanggung dosa akibat pelanggaran dari manusia pertama (Adam dan Hawa). [Kekecualian tentu ada pada diri Yesus dan Bunda Maria yang dibebaskan dari akibat dosa asal].
5) Tujuan kesengsaraan adalah pertobatan (Ayb 36); agar manusia menyadari bahwa Tuhan mengatasi segalanya, dan manusia tidak mungkin dapat ‘mengatur’ Allah.
6) Segala yang ada pada manusia adalah sementara, seperti bunga, berkembang dalam sesaat lalu mati.
7) Pada akhirnya, Tuhan akan membawa segala ciptaan-Nya di hadapan tahta keadilan-Nya. Tuhan tidak mengizinkan manusia wafat dengan ilusi bahwa ia telah hidup dengan sepenuhnya melakukan segala sesuatu yang seharusnya [dengan segala keberhasilan]. Sebaliknya, menjelang ajal, manusia wafat dengan perasaan bahwa hidupnya sepertinya lewat begitu saja, dan ia sepertinya menyia-nyiakannya. Maka seseorang harus mempertanyakan mengapa hal ini terjadi, mengapa, manusia tidak dapat memandang Allah dengan percaya diri. Dan manusia akan menemukan jawabannya, bahwa itu diakibatkan oleh dosa asal [yang diturunkan oleh Adam dan Hawa], yang meninggalkan pada diri manusia selama hidupnya di dunia, kecenderungan berbuat dosa.
Jika kemudian kita mengkaitkannya dengan Perjanjian Baru inilah, kita semakin memahami pentingnya Pengantaraan Yesus Kristus. Bahwa pada akhirnya, bagi kita semua yang percaya kepada Kristus, dan hidup seturut perintah-Nya, maka pada saat kita dihadapkan pada hari penghakiman Tuhan, Kristus akan berdiri sebagai Pembela kita (lih. Rom 8:34).
Demikian yang dapat saya tuliskan secara singkat mengenai Kitab Ayub. Semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- https://www.katolisitas.org
Sumber *:
1) Dom Orchard, A Catholic Commentary on Holy Scripture, (Thomas Nelson and Sons Ltd, London, 1953), p. 419-420.
2) Etienne Charpentier, How to read the Old Testament (Crossroad, New York, 1985) p. 82.
3) Dominique Barthelemy, OP, God and His Image, An Outline of Biblical Theology, (Sheed and Ward, New York, 1966), p. 5, 15.
Kebetulan saya sedang mencari bahan tentang Ayub..
Hari Minggu nanti saya ingin membagikan tentang Ayub kepada anak-anak Sekolah Minggu..
Apa ada referensi yg bagus?
Karena sejak tadi saya selalu mendapat bahan yang terlalu “berat” untuk diceritakan..
Terima kasih :)
[dari katolisitas: coba lihat ini – klik ini]
Dear Ingrid Terima kasih atas jawabannya, tapi kalau masih boleh saya ingin bertanya : Bukankah Allah itu tidak menghendaki seorangpun binasa seperti yang ditulis dalam kitab Injil ? Lalu mengapa Allah membinasakan kesepuluh anak2 Ayub kalau mereka memang tidak bersalah/berdosa ? Bukankah Ayub setiap kali selalu berdoa semoga anak2nya diampuni sebab karena “kemungkinan anak2nya sering menghojat Allah” ? seperti yang terucap dalam doa2 Ayub ? Dan dari mana anak2 Ayub ini belajar menghojat Allah, kemungkinan dari Ibunya , dan ini terbukti dari kata2nya kepada Ayub : Hojatlah akan Allah kemudian matilah . Saya hanya mereka-reka saja dari apa yang pernah… Read more »
Shalom Machmud, Berikut ini adalah jawaban pertanyaan anda: 1) Allah tidak menginginkan seorangpun binasa? Benar, pada dasarnya, Allah tidak ingin seorangpun binasa, namun di sini ‘binasa’ artinya adalah binasa oleh siksa kekal di neraka. Oleh karena itu, dikatakan di dalam Alkitab, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Maka ‘binasa’ di sini tidak terbatas kepada kematian. Sebab kematian bagi orang percaya hanyalah peralihan ke kehidupan yang lain, yaitu kehidupan kekal. Dalam pengertian ini maka kematian bukanlah kebinasaan.… Read more »
Dear Ingrid Terima kasih atas penjelasannya, tetapi masih ada sedikit yang menurut saya kurang pas . “Apa sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya daripada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Dari kutipan ayat yang diatas jelas dinyatakan bahwa ke 18 orang tersebut bersalah bukan tidak bersalah. Maka mereka menerima upah sesuai dengan kesalahannya. Dalam hal ke 10 anak2 Ayub , pasti mereka juga bersalah sehingga dibinasakan oleh Allah. Tidak mungkin Allah salah dalam bertindak atau seperti yang Ingrid katakan sebagai misteri Allah. Memang kita sering melihat/membaca kemurahan Allah , tetapi Alkitab… Read more »
Shalom Machmud, 1) Apakah ke 10 anak Ayub bersalah sehingga mati dengan cara demikian? Saya rasa kita semua setuju bahwa memang setiap manusia berdosa (kecuali Yesus dan Bunda Maria). Hal inilah juga yang menjadi salah satu butir pengajaran yang kita peroleh dari perikop ini, seperti yang saya tuliskan di jawaban saya yang pertama. Namun pertanyaan selanjutnya adalah apakah dosa/ kesalahan mereka itu yang menyebabkan mereka mati dengan cara demikian, itu yang memang tidak secara langsung diketahui dari perikop di atas. Manusia cenderung untuk menghubungkan keadaan/’nasib’ buruk dengan dosa, seperti juga yang dikatakan oleh teman-teman Ayub, namun sebaiknya kita mengambil sikap… Read more »
[quote] Tidak ada manusia yang sepenuhnya tidak berdosa / innocent (Ayb 4:17; 15:14; 25:4). Pada diri manusia, secara fundamental ada sebuah kenyataan bahwa ia menanggung dosa akibat pelanggaran dari manusia pertama (Adam dan Hawa) [unquote]
pemahaman saya ttg dosa asal mungkin perlu koreksi anda – saya pikir dosa asal “cuma” kecenderungan pada dosa, tetapi kalau kecenderungan tsb tidak dilayani ya tidak/belum berdosa.
Bagaimana pula memahami “menanggung dosa akibat pelanggaran dari manusia pertama” – sesuatu yang tidak saya lakukan mengapa pula saya tanggung ? Sulit saya pahami
Mohon koreksi – salam
Shalom Skywalker, Pemahaman tentang konsep dosa asal/ "original sin" memang tidak mudah. Untuk itu kita perlu melihatnya dari Wahyu Allah dan pengajaran para Bapa Gereja. Umumnya manusia memang melihat sepertinya tidak logis, kalau kita tidak berbuat dosa kok kita turut menanggung akibatnya. Namun dalam hal ini, kita perlu melihat bagaimana maksud Tuhan pada saat menciptakan manusia pertama. Dari Katekismus, kita ketahui bahwa pada saat Allah menciptakan manusia pertama, Ia menginginkan persatuan yang erat antara manusia pertama tersebut dengan semua keturunannya, bagaikan satu tubuh seorang individu. Maka Allah memberikan rahmat kepada manusia pertama itu yang jika dijaga dengan baik, otomatis menjadi… Read more »
Terima kasih koreksinya ada tiga hal yang melompat dibenak saya [a] anda bicara seolah ada makhluk manusia historik pertama bernama Adam – saya selalu pikir cerita Adam dan Hawa in cuma mitos belaka – mohon koreksi [b] yang kedua [quote] Dosa itu diteruskan kepada seluruh umat manusia melalui pembiakan [unquote] – apakah ini yang membuat seks menjadi bercap buruk – lantaran seks antara lain adalah sarana menyebar dosa asal [oleh sebab itu bunda Yesus harus immaculate conception – supaya terbebas dari dosa asal – ini ungkapan Marilogis moderen yang tidak ada eksplisit ditulis dalam Perjanjian Baru/ke 4 Injil ] [c]… Read more »
Shalom Skywalker, 1) Arti kata ‘Adam’ memang adalah manusia/man, sehingga memang belum tentu/ tidak mengacu pada nama spesifik seseorang. Sedangkan Hawa, artinya, "ibu dari semua yang hidup"/mother of the living. Sebagai orang Katolik, kisah Adam dan Hawa bukan mitos belaka, sebab pada prinsipnya, kita percaya bahwa semua umat manusia berasal dari satu pasang manusia, yaitu Adam dan Hawa /monogenism. Atas dasar pengertian ini, maka Gereja Katolik tidak pernah menyetujui adanya prinsip bahwa umat manusia diturunkan dari "polygenism/multiple first parents" Silakan membaca lebih lanjut mengenai hal ini pada tulisan ini (silakan klik). 2) Dosa ini memang diturunkan kepada manusia, melalui… Read more »
terima kasih koreksi nya
[quote] kita percaya bahwa semua umat manusia berasal dari satu pasang manusia, yaitu Adam dan Hawa /monogenism [unquote]
tidak cukup jelas apakah ini berarti bahwa kisah dalam kitab Kejadian dipercayai secara harafiah juga (Adam punya dua anak dan kedua-duanya lelaki) – anak laki-laki Adam menikah dengan siapa ?
mohon nasehat
Shalom Skywalker,
Adam dan Hawa tidak hanya memiliki 2 anak (Kain dan Habel), tetapi juga Set dan anak-anak laki-laki dan perempuan (Kej 5:4) yang jumlahnya dan namanya tidak dituliskan di Alkitab. Maka pada saat itu memang terjadi pernikahan antar saudara, walaupun kemudian setelah jumlah umat manusia berkembang, hal ini tidak lagi diperbolehkan (lih. Im 18:6).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- https://www.katolisitas.org
[quote] Maka pada saat itu memang terjadi pernikahan antar saudara, walaupun kemudian setelah jumlah umat manusia berkembang, hal ini tidak lagi diperbolehkan (lih. Im 18:6). [unquote]
terima kasih edukasinya
pertanyaan – apakah juga berarti gereja meyakini hal macam banjir akbar dimasa Nuh juga adalah historik ? bahwa Nuh membawa sepasang hewan dalam bahtera untuk mengungsi dimasa banjir ? atau hal ini cuma dibaca sebagai mitos ? apakah pelangi bukan hanya efek prisma dari air ? apakah sebelum banjir Nuh tidak ada pelangi ?
mohon nasehat
Shalom Skywalker, Pada dasarnya dalam menginterpretasikan Alkitab, Gereja Katolik melihat prinsip arti literal terlebih dahulu, baru kemudian melihat arti yang lain, seperti figuratif/ allegoris, moral dan anagogis. Namun memang, arti literal ini juga tidak dimaksudkan untuk dipertentangkan dengan bukti historis, jika memang bukti historis tidak menunjukkan demikian. Maka, para exegete Katolik biasanya mengambil sikap, bagaimana memperoleh harmonisasi di antara keduanya, dalam menginterpretasikan Alkitab. Saya mengutip di link ini tentang air bah Nuh, silakan klik. Dalam hal ini terdapat 2 kenyataan yang terjadi sehubungan dengan banjir Nuh: 1. Banjir air bah itu sungguh-sungguh terjadi menutupi daerah di mana Nuh tinggal, berarti… Read more »
Saya orang awam tentang Alkitab, mohon tanya :
Apa penyebab kematian 10 orang anak2 Ayub yang berlangsung dalam satu hari ?
Ini kesalahan siapa ? Kesalahan ke sepuluh anak2 Ayub atau kesalahan Ayub / istrinya ?
Terima kasih
Machmud
[Dari Admin: Pertanyaan ini sudah dijawab oleh Ingrid pada tulisan di atas]