[Berikut ini adalah pertanyaan/ pernyataan yang mewakili perkiraan sejumlah umat Protestan tentang peristiwa pemberontakan Lucifer dalam kaitannya dengan penciptaan bumi. Pandangan ini tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dan tim Katolisitas akan menyampaikannya mengapa demikian].
Pertanyaan:
Jumat, 26 Maret 2010
Salam dalam kasih Yesus Kristus
Hormat saya, Fajar Yehuda
27 Maret 2010
Alkitab dan juga para hamba Tuhan menyatakan bahwa pemberontakan terhadap Allah pertama kali dilakukan oleh seorang penghulu malaikat bernama Lucifer oleh karena motivasinya ingin menjadi Allah, kemudian Allah melempar ia dan para pengikutnya ke bumi (baca; Yehezkiel 28: 11-19). Lucifer inilah yang akhirnya dijuluki Iblis. Pada suatu saat, saya berpikir bahwa Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa pemberontakan oleh karena tipu muslihat Iblis, dan peristiwa ini dicatat dalam Kejadian pasal 3. Lalu yang menjadi pertanyaan saya adalah Iblis telah muncul di Taman Eden (di bumi) pada Kejadian pasal 3, hal ini berarti bahwa peristiwa dilemparnya Iblis ke bumi pasti terjadi sebelum penciptaan Adam dan Hawa. Dimanakah ayat Alkitab yang menyatakan penghakiman atas dosa Lucifer dan para pengikutnya? Dan kemungkinan besar ayat itu ada diantara Kejadian pasal 1 dan 2.
Pemaparan Alkitabiah yang akan saya tulis dibawah ini disadur dari buku WAR IN HEAVEN, hal. 22-36 karya Derek Prince.
DUNIA SEBELUM ADAM
Sesudah melakukan perenungan selama beberapa dasawarsa mengenai beberapa ayat pertama pada Kitab Kejadian, saya (Derek Prince, red) tiba pada kesimpulan bahwa penghakiman Allah atas pemberontakan mungkin saja sudah terjadi sebelum enam hari penciptaan sebagaimana digambarkan dalam Kitab Kejadian.
Dalam Kejadian 1: 2, kita diberitahu bahwa bumi “belum berbentuk dan kosong” (dalam bahasa Ibrani; tohu va bohu). Pemeriksaan pada pasal-pasal lain dimana frasa ini [tohu va bohu] digunakan menegaskan bahwa ini selalu menmggambarkan efek dari tindakan penghakiman oleh Allah. Ini menunjukan bahwa penghakiman Allah yang pertama terjadi antara Kejadian 1: 1 dan Kejadian 1: 2. Barangkali ini adalah penghakiman atas pemberontakan Lucifer (Iblis).
Adalah di luar cakupan buku ini untuk menganalisis semua ini secara rinci. Namun saya percaya bahwa ini adalah bidang yang dapat memberi wawasan ketika kita mengadakan doa syafaat dan peperangan rohani. Suatu hal yang berlawanan dengan apa yang dipikirkan oleh orang banyak , pemberontakan tidak dimulai dibumi, melainkan dimulai di surga. Pemberontakan tidak dimulai dengan seorang manusia, tetapi dengan salah satu penghulu malaikat yang dikenal sebagai Iblis, walaupun nama aslinya Lucifer. Terlebih dahulu Iblis merebut sekumpulan malaikat untuk tunduk dibawah kepemimpinannya sebelum ia mengalihkan perhatiannya pada ras manusia.
Dalam bahasa manapun, Lucifer digambarkan sebagai makhluk yang terang, bercahaya dan mulia. Ia disebut sebagai penghulu malaikat. Kata “penghulu” dalam akar bahasa Yunaninya, berarti “memerintah”. Kata yang sama muncul dalam kata archbishop “uskup kepala”, uskup yang mengepalai uskup-uskup lainnya. Jadi, penghulu malaikat adalah malaikat yang memerintah atas malaikat-malaikat lainnya. Jadi, Lucifer adalah salah satu dari penghulu malaikat utama, bersama-sama dengan Mikhael dan Gabriel. Akan tetapi, sampai pada taraf tertentu, Lucifer membuat kesalahan yang berat. Ia menjadi begitu terpaku dengan kemuliaannya sendiri sehingga ia mencoba membuat dirinya menyamai Allah dan berbalik menjadi pemberontakan menentang Pencipta-nya. (Lucifer exposed, hal.4-5).
ALLAH TIDAK MENCIPTAKAN KEKACAUAN
Kembali ke ayat-ayat awal dalam Kitab Kejadian, saya terpaksa menyimpulkan bahwa ada kontras antara kondisi bumi sebagaimana semula diciptakan oleh Allah dalam ayat 1 dan kondisinya seperti yang diuraikan dalam ayat 2:
Ayat 1: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Ayat 2: Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya.
Bumi seperti yang digambarkan dalam ayat 2 telah menjadi tempat tandus yang gelap, belum berbentuk dan berair. Semua yang saya baca di dalam Alkitab dari ayat itu dan seterusnya meyakinkan saya bahwa ini bukanlah gambaran tentang bumi sebagaimana semula diciptakan oleh Allah. Ia bukanlah “pelaku eksperimen”, Ia adalah Pencipta. Semua tindakan kreatif Allah yang digambarkan di dalam bagian Kitab Suci ini menghasilkan sesuatu yang sempurna. Ciptaan-Nya tidak perlu ditingkatkan atau diperbaiki.
Jadi, jelaslah bahwa penggambaran tentang bumi yang diberikan dalam ayat 2 tidak menggambarkan bumi dalam keadaan semula seperti yang diciptakan Allah dalam ayat 1. Sebaliknya, ini adalah gambaran bumi dalam keadaan jatuh sebagai akibat perkara-perkara yang terjadi antara ayat1 dan 2. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa suatu malapetaka yang dasyat telah terjadi, sesuatu yang mengubah tatanan dan keindahan bumi yang Allah ciptakan pada mulanya dan sebagai akibatnya bumi menjadi tidak berbentuk dan kosong. Kata yang diterjemahkan dalam ayat ini “belum berbentuk” dapat diterjemahkan sama baiknya dengan “menjadi tidak berbentuk.”
Bahasa yang digunakan dalam bahasa Ibrani lebih menarik lagi. “Belum berbentuk dan kosong” adalah terjemahan dari frasa bahasa Ibrani tohu va-bohu. Dua kata yang bersajak ini dirancang untuk digunakan bersama: tohu dan bohu. Berbagai bahasa lain mengandung kata-kata yang berpasangan seperti ini. Dalam bahasa Inggris, misalnya ada frasa yang seperti itu yaitu harem-scarem dan dalam bahasa Indonesia ada frasa serupa yaitu kacau-balau atau porak-poranda.
Frasa bersajak di dalam contoh bahasa Inggris dan Indonesia tersebut serupa dengan frasa Ibrani tohu va-bohu. Ini menggambarkan keadaan yang kacau. Sebenarnya, kata-kata itu sendiri mengandung pengertian atau perasaan dari situasi yang mereka gambarkan. Sekarang marilah kita periksa tempat-tempat lain di dalam Perjanjian Lama dimana kata-kata Ibrani yang sama ini digunakan- tohu dan bohu.
Hanya ada dua perikop lain dimana kedua kata tersebut digunakan bersama-sama. Yang pertama ada di dalam Yesaya 34. Pasal ini menggambarkan penghakiman Allah yang akan datang atas wilayan Edom, yang merupakan nama yang diberikan kepada saudara kembar Yakub, yaitu Esau dan keturunannya. Edom adalah negara di sebelah timur Laut Mati. Kitab Suci mengindikasikan bahwa menjelang penutupan zaman ini akan ada penghakiman Allah yang mengerikan, menyedihkan dan permanen atas wilayah tersebut. Edom akan dihakimi sedemikian rupa sebagai monumen abadi penghakiman Allah untuk semua generasi sesudahnya. Penggambaran sangat jelas;
Sebab TUHAN mendatangkan hari pembalasan dan tahun pengganjaran karena perkara Sion. Sungai-sungai Edom akan berubah menjadi ter, dan tanahnya menjadi belerang; negerinya akan menjadi ter yang menyala-nyala. Siang dan malam negeri itu tidak akan padam-padam, asapnya naik untuk selama-lamanya. Negeri itu akan menjadi reruntukhan turun-temurun, tidak ada orang yang melintasinya untuk seterusnya. (Yesaya 34: 8-10).
Ayat berikut inilah yang mengandung frasa tohu va-bohu :
Burung undan dan landak akan mendudukinya, burung hantu dan burung gagak akan tinggal di dalamnya. TUHAN menjadikannya campur baur [tohu] dan kosong [bohu] tepat menurut rencana-Nya. (ayat 11)
Ini adalah kiasan dari tali pengukur dan bandul pengukur tegak lurus. Dengan tali pengukur ia mengukur secara horizontal, dan dengan bandul ia mengukur secara vertical. Penghakiman Allah diringkas di dalam frasa yang deskriptif ini. Ini akan menjadi tali pengukur “kekacauan” (tohu) dan bandul pengukur tegak lurus “kekosongan” (bohu). Dengan kata lain, akan seperti apakah jadinya? Kehancuran total !!!. Edom akan diserahkan sepenuhnya pada kehancuran yang akan menjadi monumen penghakiman Allah selamanya. Keseluruhan gambarnya adalah gambar kemarahan dan kemurkaan Allah yang dilepaskan dalam penghakiman yang menghancurkan.
Tempat lain dimana kedua kata ini-tohu dan bohu- ditemukan bersama-sama adalah Yeremia 4: 22-23. Di sini kembali kedua kata ini dikaitkan dengan penghakiman. Penghakiman disini digambarkan berhubungan dengan Israel. Dalam Yeremia 4:22. Allah mengungkapkan alasan untuk penghakiman-Nya: “Sungguh, bodohlah umat-Ku itu, mereka tidak mengenal Aku! Mereka adalah anak-anak tolol dan tidak mempunyai pengertian! Mereka pintar untuk berbuat jahat tetapi untuk berbuat baik mereka tidak tahu.”
Ini adalah gambaran pemberontakan dan kejahatan yang menyebar. Kemudian Yeremia diberi sebuah penglihatan mengenai penghakiman yang akan datang: “Aku melihat kepada bumi, ternyata campu baur [tohu] dan kosong [bohu], dan melihat kepada langit, tidak ada terangnya.” (ayat 23). Di sini kita melihat lagi, “campur baur dan kosong”- tohu dan bohu. Ini adalah gambaran ketandusan yang diakibatkan oleh penghakiman Allah atas kejahatan.
Di dalam Alkitab hanya ada tiga tempat dimana dua kata tohu dan bohu muncul bersama-sama: Kejadian 1: 2, Yesaya 34: 11, Yeremia 4: 23. Kedua nas yang belakangan menggambarkan adegan menakutkan dari kehancuran yang ditimbulkan oleh penghakiman Allah atas kejahatan yang mengerikan. Kita membawa Kejadian 1: 2 secara persis sejalan dengan dua perikop lain ini apabila kita menafsirkannya pula untuk menjadi gambaran penghakiman Allah atas tindakan kejahatan yang di dalam ayat ini tidak diuraikan secara rinci.
Sekarang mari kita periksa beberapa dari perikop di mana tohu digunakan tanpa bohu. Ulangan 32: 10, mengatakan TUHAN menemukan Yakub “di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara.” Kata “tandus” adalah tohu. Keseluruhan gambaran adalah gambaran kehancuran.
Dalam Ayub 6: 18 kita membaca tentang sungai di padang gurun yang mengering dan masuk ke pasir tanpa memberikan apapun kepada siapapun: “Berkeluk-keluk jalan arusnya, mengalir ke padang tandus, lalu lenyap.” Kata “lenyap” adalah tohu. Yang tersisa hanya pasir.
Dalam Ayub 12: 24 dan Mazmur 107: 4 kata tohu diterjemahkan ‘padang belantara’: Ayub 12: 24,“Dia menyebabkan para pemimpin dunia kehilangan akal, dan membuat mereka tersesat di padang belantara [tohu] yang tidak ada jalannya.”
Mazmur 107: 4, “Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara [tohu], jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan.” Dalam masing-masing kasus ini, penghakiman Allah menghasilkan suatu kondisi yang digambarkan sebagai padang belantara (tohu).
Apabila kita menggabungkan semua perikop yang dikutip di atas ini, kita tiba pada suatu kesimpulan yang berlaku pada semuanya: Perikop-perikop ini menggambarkan hasil dari penghakiman Allah. Ini dapat diterapkan pada Kejadian 1: 2 seperti halnya pada perikop-perikop lain. Kita juga dapat melihat sejumlah kejadian di dalam Kitab Yesaya yang menggambarkan penghakiman Allah atas seluruh bumi: Yesaya 24:1, “Sesungguhnya, TUHAN akan menanduskan bumi dan akan menghancurkannya, akan membalikkan permukaannya dan akan menyerahkan penduduknya.”. Sebagai bagian dari penghakiman total ini, Yesaya melanjutkan dengan mengatakan: “Kota yang kacau riuh [tohu] sudah hancur” (ayat 10). Ini menggambarkan sebuah kota dalam keadaan hancur sebagai akibat dari penghakiman Allah.
Kembali, Yesaya 40: 23 menggambarkan penghakiman Allah atas para penguasa bumi: “Dia yang membuat pembesar-pembesar menjadi tidak ada dan yang menjadikan hakim-hakim dunia sia-sia saja [tohu]!” Dalam Yesaya 41: 29 Allah menggambarkan para penyembah berhala: “Sesungguhnya, sekaliannya mereka seperti tidak ada, perbuatan-perbuatan mereka hampa, patung-patung tuangan mereka angin dan kesia-siaan [tohu].” Dalam setiap kasus, kekacauan adalah hasil dari murka dan penghakiman Allah.
Pernyataan paling tegas dari semua adalah Yesaya 45: 18
“Sebab beginilah firman TUHAN, yang menciptakan langit, — Dialah Allah — yang membentuk bumi dan menjadikannya dan yang menegakkannya, — dan Ia menciptakannya bukan supaya kosong [tohu], tetapi Ia membentuknya untuk didiami —: “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain.”
Hasil dari penciptaan Allah bukanlah tohu, yaitu dalam keadaan kacau berantakan. Marilah kita sekarang meletakkan perikop Kitab Suci ini berdampingan dengan perikop yang menggambarkan penciptaan Allah.
Kejadian 1: 2 mengatakan bahwa bumi ini tohu. Yesaya 45: 18 mengatakan bahwa Allah tidak menciptakannya supaya tohu. Implikasinya jelas: Bumi sebagaimana digambarkan dalam Kejadian 1: 2 bukanlah keadaan dimana bumi ini semula diciptakan. Allah tidak menciptakan bumi yang tohu dan bohu, tetapi Ia menciptakannya untuk didiami. Tujuan-Nya adalah untuk membuat sebuah tempat yang diberkati, menyenangkan, dan sangat bagus bagi ciptaan-Nya untuk berdiam di sana.
Kenyataannya bahwa bumi menjadi tohu dan bohu menunjukkan bahwa penghakiman Allah sudah terjadi di antara penciptaan-Nya seperti tercatat dalam Kejadian 1: 1 dan adegan yang digambarkan dalam Kejadian 1: 2. Dalam bab berikutnya, kita akan menganalisis catatan alkitabiah mengenai pemberontakan para malaikat yang menimbulkan penghakiman Allah. Ini mungkin saja terjadi dalam periode antara Kejadian 1: 1 dan Kejadian 1: 2.
Dihadapkan dengan gambaran mengenai tohu dan bohu ini, kita mungkin bertanya: Mungkinkah ini entah bagaimana terkait dengan apa yang oleh para ilmuwan ditafsirkan sebagai “Big Bang” atau “Ledakan Besar”? Ini akan dipandang terutama bukan sebagai tindakan penciptaan, melainkan sebagai tindakan penghakiman. Saya tentu saja tidak mengklaim sudah menjawab semua pertanyaan yang muncul mengenai penciptaan. Sebenarnya, tidak ada batasan untuk pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Akan tetapi kita tidak akan pernah boleh mengizinkan hal-hal yang tidak kita mengerti mengaburkan kita terhadap bidang-bidang kebenaran dimana Allah sudah memberikan pengertian yang jelas.
Dalam penutup bab ini, izinkan saya membagikan kepada anda sesuatu yang sudah saya buktikan selama bertahun-tahun. Allah tidak harus berkomitmen untuk menggaruk semua cendikiawan yang gatal, tetapi Ia akan selalu berespon terhadap hati yang tulus dan lapar.
Sumber tulisan: buku WAR IN HEAVEN karya Derek Prince (1915-2003).
Jawaban:
Shalom Fajar Yehuda,
Pertama- tama, harus diakui terlebih dahulu bahwa tulisan di atas masih merupakan dugaan ataupun interpretasi pribadi seseorang yang bernama Derek Prince, yang tidak mewakili pengajaran semua gereja Protestan. Dikatakan sebagai dugaan/ hipotesa, karena ayat acuannya yaitu Kej 1:1-2 tidak secara eksplisit mengatakan hal yang diajarkannya. Prince memang menghubungkan dengan ayat- ayat Kitab Suci yang lain, terutama Yes 45:18; namun ayat- ayat yang dipilihnya itu tidak kontekstual untuk digunakan sebagai acuan argumentasinya.
Para malaikat adalah mahluk rohani yang tidak bertubuh, sehingga penciptaan dan pengadilan mereka tidak dapat dikaitkan dengan dunia material. Tuhan memang menciptakan para malaikat dan manusia, dengan memberikan kehendak bebas kepada masing- masing ciptaan-Nya untuk mengasihi Dia atau untuk menolak-Nya. Mereka yang memilih untuk mengasihi Dia akan bersatu dengan-Nya di surga, sedangkan yang menolak-Nya akan masuk dalam neraka yaitu keterpisahan abadi dengan Allah. Nah, manusia yang terbatas oleh ruang dan waktu (karena memiliki tubuh) diciptakan Allah dan ditempatkan di Taman Eden. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Kemudian karena kejatuhan manusia pertama Adam dan Hawa, mereka diusir ke luar dari Taman Eden dan berkembangbiak dan menguasai dunia. Selanjutnya, setiap manusia diadili oleh Tuhan secara pribadi sesaat setelah ia wafat; inilah yang disebut sebagai Pengadilan Khusus. Namun pada akhir jaman setiap orang akan diadili kembali oleh Tuhan di hadapan segala mahluk, dan ini disebut Pengadilan Umum/ Terakhir. Tentang dasar Alkitab mengenai Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum, sudah pernah dituliskan di sini, silakan klik.
Namun para malaikat tidak terbatas oleh ruang dan waktu karena tidak mempunyai tubuh; mereka tidak berkembang biak dan tidak mati, karena sebagai mahluk spiritual keberadaan mereka adalah kekal. Para malaikat diadili sesaat setelah mereka diciptakan, yaitu apakah mereka mau memilih untuk taat kepada Allah atau untuk menolak Allah. Dan kita ketahui ada sebagian dari para malaikat ini memilih untuk menolak Allah. Mereka yang menolak Allah ini dipimpin oleh Lucifer (lih. Yes 14 dan Yeh 28); dan mereka inilah yang kita sebut sebagai iblis/ fallen angels.
Gereja Katolik, mengambil prinsip pengajaran dari St. Thomas Aquinas mengajarkan demikian, seperti yang disampaikan oleh pembimbing Theologi situs Katolisitas, Dr. Lawrence Feingold:
Angels are said to be created in heaven, in opposition to earth. Since the angels are purely spiritual beings, they belong to the spiritual and not the material realm. In this sense they were created in heaven. However, if heaven is understood as the state of seeing God (beatific vision- 1 John 3:2), then the angels were not created in heaven, for they could not see God in the moment of their creation, for they first had to pass through a trial. Now a trial for angels lasts only an instant, because they do not need time to deliberate in which they reason laboriously, as we do. The fallen angels fell in this trial, whereas the good angels were confirmed in good and were given the beatific vision as the result of their trial.
There could be no imperfection in heaven, taken as the state of seeing God, for only the good angels could attain to it. Taking heaven in the broader sense as the good spiritual condition in which the angels were created, there would still be no imperfection in heaven, for the imperfection only came about with the free sin of the angels by which they fell from their natural goodness in which they were created.
The creation of the angels is not directly related in Genesis 1-2, which is concerned with our visible universe. Some of the Fathers see the creation of the angels mysteriously signified in the first words of Genesis: “In the beginning God created heaven and earth.” The creation of the angels is connected with the creation of heaven. The meaning would be that God created both a spiritual and a material order of creation (heaven and earth).
The fall of the fallen angels is not related in Genesis. It is hinted at in a few texts of the prophets, such as in Yeh 28 and Is 14.
Terjemahan dan penjelasannya:
Dikatakan bahwa para malaikat diciptakan di surga, dalam artian bahwa mereka tidak mungkin diciptakan di dunia. Karena para malaikat adalah mahluk spiritual yang murni, mereka ada di dunia spiritual dan bukan berada di dunia material. Maka dari segi pemikiran ini, mereka diciptakan di surga. Namun demikian, jika surga dimengerti sebagai suatu keadaan memandang Allah (beatific vision, 1 Yoh 3:2); maka para malaikat itu tidak diciptakan di surga. Sebab pada saat diciptakan, walaupun semua malaikat diciptakan dengan keadaan baik adanya (Kej 1: 31), mereka tidak mempunyai beatific vision. Mereka harus lebih dahulu diadili/ mengalami penghakiman: apakah mereka mau taat kepada Allah sehingga kemudian dapat melihat Allah dan bersatu dengan-Nya di surga, atau tidak. Pengadilan para malaikat ini hanya terjadi sesaat sekali (instant) sebab mereka tidak membutuhkan waktu untuk berpikir seperti manusia, yang terbatas oleh ruang dan waktu. Para malaikat yang jahat /fallen angels gagal dalam pengadilan ini (lihat St. Thomas Aquinas dalam Summa Theology, part I, q.63, a.5-6) sedangkan para malaikat yang baik dikukuhkan kebaikannya, dan diberikan karunia beatific vision, sebagai hasil dari pengadilan mereka. Beatific vision di sini maksudnya adalah persatuan dengan Allah di Surga, yaitu dengan memandang Allah dalam keadaan yang sebenarnya (1 Yoh 3:2).
Dengan pengertian demikian, tidak mungkin ada ketidaksempurnaan/ kekacauan di Surga. Jika surga diartikan sebagai keadaan melihat atau memandang Allah (beatific vision); tidak mungkin ada ketidaksempurnaan di sini, sebab hanya para malaikat yang baik saja yang dapat mencapai keadaan ini. Jika surga diartikan secara lebih luas sebagai suatu kondisi spiritual di mana para malaikat diciptakan, juga tidak dapat dikatakan bahwa terdapat suatu ketidaksempurnaan/ kekacauan di surga, sebab ketidaksempurnaan hanya terjadi ketika ada dosa ketidaktaatan dari para malaikat yang jatuh dari kondisi kebaikan yang di dalamnya mereka telah diciptakan.
Maka penciptaan para malaikat tidak secara langsung berkaitan dengan kitab Kejadian 1-2. Beberapa Bapa Gereja melihat bahwa penciptaan para malaikat secara misterius telah diungkapkan pada kalimat pertama dalam kitab Kejadian: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi (heaven and earth)” (Kej 1:1). Penciptaan para malaikat berkaitan dengan penciptaan surga (diterjemahkan sebagai langit). Artinya adalah bahwa Tuhan menciptakan baik dunia spiritual maupun material, heaven and earth. Kejatuhan para malaikat yang jahat/ fallen angels tidak berhubungan dengan kitab Kejadian yang mengisahkan perihal penciptaan dunia material. Kejatuhan para malaikat/ fallen angels tersebut dikisahkan dalam kitab para nabi, seperti yang dijabarkan di dalam kitab Yeh 28, dan Yes 14 yang mengisahkan kejatuhan Bintang Timur/ putera Fajar (Lucifer) yang ingin menyamai Tuhan Yang Maha Tinggi, sehingga akibatnya diturunkan oleh Allah ke dunia orang mati. Lucifer ini membawa bersamanya sepertiga dari para malaikat lainnya (lih. Why 12:4).
Dengan pengertian di atas, maka bumi yang “tohu” dan “bohu” (belum berbentuk dan kosong) pada di kitab Kej 1:1-2 tidak untuk diartikan bahwa itu merupakan keadaan akibat pengadilan para malaikat. Karena kejadian pengadilan para malaikat itu tidak berkaitan dengan dunia material dalam hal ini penciptaan bumi yang disampaikan dalam Kej 1:2. Interpretasi seperti yang dituliskan oleh Derek Prince tersebut, dapat mengarah kepada kesimpulan yang keliru bahwa bumi seolah- olah diciptakan dua kali: penciptaan pertama “dirusakkan” oleh Iblis (atau penghakiman para malaikat) dan baru yang kedua adalah bumi yang sekarang ada. Diskusi tentang hal ini, sudah pernah ditulis di sini, silakan klik. Interpretasi ini tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik dan juga ayat- ayat Kitab Suci lainnya, yang mengajarkan secara eksplisit bahwa penciptaan bumi dan segala isinya hanya terjadi satu kali. Tidak mungkin Allah yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna menciptakan segala sesuatu hanya untuk dibiarkan untuk ‘dirusakkan’ oleh Iblis, dan kemudian membuat ulang. Kejadian seperti itu mengandaikan Tuhan yang tidak peduli akan ciptaan-Nya, yang seolah ‘salah desain’, dan ini tentu bertentangan dengan karakter Tuhan yang Maha Kuasa yang merencanakan segala sesuatunya dengan baik dan sempurna (lih. Kej 1:31).
Jadi istilah tohu dan bohu (belum berbentuk dan kosong) itu hanya mau menunjukkan bahwa Allah menciptakan bumi dan segala isinya secara bertahap. Dari keadaan kosong dan tiada berbentuk, Allah yang dalam kesatuan dengan Roh-Nya dan Firman-Nya, menciptakan langit dan bumi dan segala isinya.
Demikian yang dapat saya tuliskan mengomentari pandangan yang anda sampaikan di atas, yang mengutip tulisan Derek Prince. Jika terdapat hal yang tidak sepenuhnya jelas dijabarkan dalam Kitab Suci, umat Katolik berpegang kepada Tradisi Suci, yaitu pengajaran para Bapa Gereja, dan tidak menggantungkannya kepada interpretasi pribadi. Bagi saya pribadi, pengajaran para Bapa Gereja ini sungguh lebih masuk akal, konsisten dan sesuai dengan ayat- ayat Kitab Suci lainnya dan tidak menimbulkan kontradiksi.
Saya mengajak umat Katolik yang membaca situs ini, untuk merenungkan pengajaran Gereja Katolik tentang hal penciptaan ini, agar tidak mudah terpengaruh oleh pandangan /hipotesa pribadi, apalagi yang kemudian tidak sesuai dengan ayat- ayat Kitab Suci yang lain.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
yth Bu Ingrid shalom terkait dengan penciptaan alam semesta oleh Allah, Alkitab hanya menyebutkan langit dan bumi,matahari, bulan dan bintang padahal yang kita ketahui saat ini alam semesta itu bumi hanyalah salah satu planet dari sekian yang tersebar dialam semesta tersebut. oleh karenanya saya mohon bantuan bu ingrid kiranya bisa menjelaskan beberapa pertanyaan saya yaitu : 1. Apakah dalam Alkitab ada tertulis atau tersirat tentang planet2 lain selain bumi ? 2. Dalam Alkitab, Kitab yang terakhir (Wahyu) disebutkan adanya Bumi baru, tentu sangat relevan dengan Kitab yang pertama (kejadian) yang menjelaskan bahwa benar Tuhan telah menciptakan Bumi. namun dalam kitab… Read more »
Shalom Johan, Pertama-tama kita perlu mengetahui bahwa Kitab Suci bukan buku sains/ ilmu pengetahuan empiris, melainkan kitab yang menyangkut kebenaran iman. Terkait dengan kebenaran iman ini, dalam Kitab Suci dijabarkan kisah-kisah sejak awal mula penciptaan (di Kitab Kejadian), sampai kelak segala ciptaan memperoleh puncak kesempurnaannya di dalam kesatuan dengan Allah (di Kitab Wahyu). Dengan demikian, Kitab Suci bukan buku patokan utama untuk meneliti sains, namun merupakan kitab utama untuk mempelajari tentang iman. 1. Apakah dalam Alkitab ada tertulis atau tersirat tentang planet-planet lain selain bumi? Di ayat pertama Kitab Kejadian tertulis demikian, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kej… Read more »
Dikatakan oleh bu Ingrid bahwa Allah mencipta surga dan bumi serta segala mahluk ciptaan-Nya dari ketiadaan. Pertanyaan saya jika benar demikian apakah Allah berada sendirian dan di mana Dia berada sebelum surga diciptakan ? Apakah surga dan firdaus berbeda ? Apakah dunia orang mati itu neraka saja atau termasuk pula api penyucian ? Terima kasih atas penjelasannya.
Shalom Andryhart, 1. Pertama- tama kita harus menyadari bahwa Allah itu ada sebelum langit dan bumi diciptakan, dan Allah itu adalah Sosok yang murni rohani, sehingga tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Kita umat Kristiani percaya akan Allah yang Satu dalam Tiga Pribadi, sehingga dalam kesatuan-Nya Allah tidak merupakan Allah yang sendirian/ solitary. Allah itu Kasih dan Allah itu Maha Sempurna. Kasih pada hakekatnya adalah menginginkan yang terbaik bagi pihak yang dikasihi, dan ini juga terjadi di dalam Pribadi Allah, sebab dalam memberikan kasih ini Allah tidak tergantung pada ciptaan-Nya. Ia sudah memiliki dan membagikan kasih dengan sempurna dalam kehidupan… Read more »
Ada hal yang ingin saya tanyakan tentang karya penciptaan Allah.
Pandangan pertama :
Karya Penciptaan oleh Allah dilakukan dengan mengubah “alam bancuh” suatu kondisi yang kacau / chaos menjadi “jagat raya” / cosmos. Dalam artian Allah MENGUBAH kondisi menjadi lsangat baik.
Pandangan kedua :
Allah mencipta dari sebuah ketiadaan, “creatio ex nihilo”. Berarti MENCIPTA dunia yang baru dengan tidak menggunakan bahan-bahan yang sudah ada.
Saya harap pertanyaan besar dalam benak saya ini dapat terjawab dengan pelayanan tim Katolisitas ini…Terima ksih
Shalom Putra, Gereja Katolik jelas mengajarkan bahwa Allah mencipta dari ketiadaan menjadi ada, atau dikenal dengan "creatio ex nihilo", yang anda sebut sebagai "Pandangan kedua". Mengapa? Karena Kitab Suci, Tradisi Suci dan akal sehat mengatakan demikian. 1. Berikut ini ajaran Gereja Katolik yang tercantum dalam Katekismus Gereja Katolik (berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi Suci) KGK 295 Kita percaya bahwa Allah menciptakan dunia menurut kebijaksanaan-Nya (Bdk. Keb 9:9). Dunia bukanlah hasil dari salah satu kebutuhan, satu takdir yang buta atau kebetulan. Kita percaya bahwa ia berasal dari kehendak Allah yang bebas, yang berkenan membuat makhluk ciptaan mengambil bagian dalam ada-Nya, dalam… Read more »
Trima kasih untuk penjelasannya…
thanks for reading my articles
Penjelasan saudari Ingrid sangatlah relevan dengan artikel yg saya sadur. Terima kasih atas tambahan masukannya.
GBU
Ingrid Listiati,
Dengan hormat,
Memang aku tidak sempat membaca semua komentar tetapi jika memang sudah dibahas tolong beri aku linknya saja atas jawaban dari pertanyaanku di bawah ini.
Jika memang malaikat memberontak kepada Allah kemudian di”lempar” oleh Allah ke suatu tempat yang kita kenal dengan nama neraka; pertanyaannya dilempar dari mana, dari surga kah? Jika dari surga; artinya surga sendiri tidak seperti yang digambarkan dong…, yaitu tempat di mana ada kedamaian dan kenyamanan abadi, toh di surga saja sempat terjadi pemberontakkan…?
Bagaimanakah komentar Ingrid?
Terima kasih.
Salam Damai Kristus.
Shalom Maximillian Reinhart,
Saya baru mem-postkan artikel tentang Penciptaan Dunia:’tohu’ dan ‘bohu’?, silakan klik.
Silakan membaca artikel itu terlebih dahulu, semoga di sana anda menemukan jawaban pertanyaan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear Ingrid
Nampaknya anda belum menjawab pertanyaan sdr. Maximillian Reinhart tentang :
Malaikat pemberontak dilempar dari mana dari Sorga atau dari mana ?
Namun demikian, jika surga dimengerti sebagai suatu keadaan memandang Allah (beatific vision, 1 Yoh 3:2); maka para malaikat itu tidak diciptakan di surga.
Pertanyaannya :
Jadi malaikat itu diciptakan dimana ?
Salam
Mac
Shalom Machmud, Sebelum menyatakan di mana para malaikat diciptakan atau di mana diadakannya pengadilan malaikat, atau di mana terjadi pemberontakan para malaikat yang memilih untuk menolak Tuhan; kita harus terlebih dahulu mengetahui definisi Surga. ‘Surga’/ langit sering dikatakan sebagai lawan kata dari dunia/ bumi. Kalau diartikan demikian, dapat dikatakan penciptaan malaikat dan proses pemberontakan sebagian malaikat itu mengambil tempat di ‘surga’, sebab tempat malaikat diciptakan bukan di dunia tempat manusia diciptakan. Sebab malaikat, sebagai mahluk spiritual yang murni (pure spirit) adalah mahluk ciptaan yang derajatnya lebih tinggi dari manusia, sehingga layaklah kalau tempat penciptaannya mengambil tempat yang derajatnya lebih tinggi… Read more »
Salam damai sejahtera Dear Ingrid Maaf saya belum bisa menangkap penjelasan yang diberikan Ingrid dengan baik, Saya masih ingin menanyakan lebih lanjut sbb : Maka pada saat diciptakan, para malaikat itu tidak melihat Allah, sebab jika mereka sudah melihat Allah dan bersatu dengan Allah, mereka tidak mungkin berdosa/ memilih untuk menolak Allah (lih 1 Yoh 3:6). Dalam kitab Ayub 1 : 6 – 12 ditulis bahwa iblis malah bercakap-cakap dengan Allah, dimana tempatnya pasti di Sorga. Apakah mungkin didalam percakapan itu iblis tidak melihat Allah ? Kenyataannya iblis tetap menolak Allah Surat 1 Yoh 3 : 6 Karena itu SETIAP… Read more »
Shalom Machmud, Memang pada kitab Ayub 1:6-12 dikatakan bahwa Iblis bercakap- cakap dengan Allah, namun ini bukan menjadi tanda bahwa Iblis itu melihat Allah. Sebab bercakap- cakap dengan Allah bagi para malaikat yang adalah mahluk spiritual (dalam hal ini malaikat yang jahat= Iblis) tidak melibatkan panca indera seperti kita, di mana jika kita bercakap- cakap dengan mulut maka umumnya kita juga melihat dengan mata, lawan bicara kita. Kitab Suci mengisahkan bagaimana ‘bercakap- cakap’ dengan Allah ini tidak langsung berarti ‘melihat’ Allah dalam arti yang sesungguhnya. Contohnya, pada saat Allah menampakkan Diri dalam nyala api kepada Nabi Musa di semak duri… Read more »
Salam damai sejahtera Dear Ingrid Menyambung pertanyaan sdr Maximillian Reinhart Jika memang malaikat memberontak kepada Allah kemudian di”lempar” oleh Allah ke suatu tempat yang kita kenal dengan nama neraka; pertanyaannya dilempar dari mana, dari surga kah? Kalau kita membaca kitab Wahyu 12 : 7 Maka timbullah PEPERANGAN DI SORGA. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, Jika terjadi peperangan di sorga, maka artinya sudah terjadi pemberontakan di sorga , apakah itu berarti kenyamanan di sorga sudah tercemar ? Hanya Allah yang tau Akan tetapi kalau kita lanjutkan membaca kitab Wahyu 21 : 1 Lalu… Read more »
Shalom Machmud, 1. Dalam Why 12:7 memang tertulis, “Maka timbullah peperangan di sorga.” Kata “sorga” berasal dari kata Yunani οὐρανός/ ouranós (G 3772); yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai heaven, air, sky; memang mengacu kepada suatu alam ilahi, yang bukan dunia ini. Kata ‘ouranos‘ yang sama digunakan oleh Rasul Paulus pada 2 Kor 12:2, saat menceritakan seseorang yang diangkat ke tingkat tiga dari surga (ouranos) tersebut. Hal bagaimana persisnya ‘ouranos‘ ini memang tak ada seorangpun dari kita yang dapat menjelaskannya secara persis. Karena bahkan Rasul Paulus yang dipercaya oleh para Bapa Gereja sebagai seseorang yang menjabarkan pengalamannya sendiri diangkat ke… Read more »
Salam damai sejahtera Dear Ingrid Saya ingin satu kali lagi Ingrid menjelaskan pertanyaan saya berikut ini , semoga Ingrid tidak berkeberatan. Ingrid menulis : Tidak mungkin Allah yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna menciptakan segala sesuatu hanya untuk dibiarkan untuk ‘dirusakkan’ oleh Iblis, dan kemudian membuat ulang. Seperti yang telah kita ketahui bahwa Dosa asal ada 2 (dua), yang pertama dibuat oleh Malaikat dan yang ke dua oleh manusia. Alkitab menulis DOSA merusakkan banyak hal yang baik termasuk kerusakan dunia. Dosa yang dilakukan oleh Malaikat telah merusakan bumi ciptaan Allah dan Dosa yang dilakukan oleh manusia juga sama (merusakkan) dunia… Read more »
Shalom Machmud, 1. Dalam menginterpretasikan Kitab Suci, terdapat hal utama yang harus kita pegang. Yaitu: 1) Kita tidak boleh mengartikan satu ayat atau satu perikop terpisah dari apa yang diajarkan oleh ayat- ayat lainnya dalam Kitab Suci; 2) walaupun tidak ada yang mustahil bagi Allah, namun Allah tidak akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hakekat Diri-Nya, sebab Ia tidak dapat menyangkal Diri-Nya sendiri (lih 1 Tim 2:13). Nah, sekarang tentang penciptaan malaikat. Anda mempunyai pandangan bahwa malaikat diciptakan terlebih dahulu, lalu mereka berdosa yang mengakibatkan bumi rusak, sehingga diciptakan kembali bumi yang baru. Namun sebenarnya jika kita melihat dengan baik-… Read more »
Jumat, 26 Maret 2010
Salam dalam kasih Yesus Kristus
Hormat saya, FajarYehuda
27 Maret 2010
Alkitab dan juga para hamba Tuhan menyatakan bahwa pemberontakan terhadap Allah pertama kali dilakukan oleh seorang penghulu malaikat bernama Lucifer oleh karena motivasinya ingin menjadi Allah, kemudian Allah melempar ia dan para pengikutnya ke bumi (baca; Yehezkiel 28: 11-19)….
[Dari Katolisitas: kami edit, karena pertanyaan selengkapnya dan jawaban sudah tertera di atas, silakan klik]