Puisi permenungan pelayanan oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC
Dua belas tahun sudah
aku berkeliling dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain,
dari rumah ke rumah,
untuk mengunjungi para penderita kanker,
menyapa mereka dan berdoa bagi mereka.
Tubuh mereka lemas dan kurus,
seiring hilangnya sejengkal demi sejengkal jiwanya.
Kelelahan nampak dalam kecekungan mata.
Akan tetapi,
jiwa mereka tak pernah menyerah
melawan penyakit yang mematikan.
Perjuangan mereka tak kenal lelah.
Mereka terus mengiba kepada Tuhan
di tengah derita,
agar Ia memperpanjang kehidupannya jikalau Ia berkenan.
Tangisan mereka menjadi doa di dalam keterpurukan.
Air mata mereka membangun kembali cinta
yang lebih tulus kepada Tuhan
dan keluarga
Cinta memberikan secercah harapan di tengah kegalauan.
Aku malu dengan diriku sendiri,
yang mudah mengeluh dengan kesulitan kecil.
Padahal, penderitaanku tidak sebanding dengan penderitaan mereka.
Di balik rapuhnya raga mereka,
di sisa-sisa hembusan nafas mereka,
mereka tetap tersenyum sampai pada akhir hayatnya.
Senyuman mereka menandakan bahwa mereka
mampu bersahabat dengan penyakitnya.
Senyuman mereka adalah senyuman pejuang kehidupan yang gagah.
Senyuman yang memberi kenangan manis yang tak terlupakan.
Dari saudara-saudari inilah, aku belajar memaknai setiap lembar kehidupan.
Trimakasih kawan atas pelajaran indah,
bagaimana melawan keganasan kanker dengan persahabatan.
Tuhan memberkati