Kebangkitan, inti dari ajaran Kristen, dan dua cara hal tersebut dinyatakan – pengakuan iman dan narasi – merupakan tema yang diangkat Paus Fransiskus untuk kembali ke katekese Tahun Iman di audiensi umum pagi ini.
Seperti sudah menjadi kebiasaannya, Bapa Suci mengelilingi Lapangan Santo Petrus dengan menggunakan Jeep putih yang terbuka atasnya untuk menyapa lusinan ribu orang yang ingin bertemu dengannya, banyak dari mereka menempatkan bayi mereka ke depan sehingga ia bisa memeluk mereka dalam lengannya. Setelah sambutan hangat kepada para umat, Paus berdoa dengan mereka yang hadir dan, setelah memberi mereka ucapan “selamat pagi!”, Ia memulai katekese dengan kutipan dari Surat Pertama St Paulus kepada jemaat di Korintus: “jika Kristus tidak dibangkitkan, imanmu adalah sia-sia “.
“Sayangnya,” katanya, “sering ada upaya untuk mengaburkan iman akan Kebangkitan Yesus dan keraguan telah merayap masuk bahkan di antara orang percaya itu sendiri. Iman kita ‘dilunturkan’, kita bisa mengatakan, iman kita tidak kuat. Kadang-kadang hal ini disebabkan kedangkalan, kadang-kadang karena ketidakpedulian, karena kita sibuk dengan ribuan hal lain yang tampak lebih penting daripada iman kita, atau bahkan karena kita memiliki pandangan yang terbatas akan kehidupan. Tapi justru Kebangkitanlah yang menawarkan kita harapan terbesar, karena membuka hidup kita dan kehidupan dunia kepada masa depan bersama Allah yang kekal, kepada kebahagiaan yang utuh, kepada kepastian bahwa kejahatan, dosa, dan kematian bisa ditaklukkan. Hal ini membuat kita dapat menjalani kehidupan sehari-hari kita dengan lebih percaya diri, untuk menghadapi mereka dengan berani dan penuh komitmen. Kebangkitan Kristus memancarkan cahaya baru pada realitas kita sehari-hari. Kebangkitan Kristus adalah kekuatan kita! ”
Berlanjut ke penjelasan mengenai dua cara bahwa kebenaran Kebangkitan dikabarkan dalam Perjanjian Baru, Paus Fransiskus pertama-tama berbicara mengenai pengakuan iman, yaitu, rumusan singkat yang mengekspresikan inti dari iman. Contoh tersebut dapat ditemukan dalam Surat kepada jemaat di Korintus atau Surat kepada jemaat di Roma di mana St Paulus menulis: “jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, kamu akan diselamatkan” (Rom 10:9). Dari langkah-langkah awal Gereja, iman akan Misteri Kematian Yesus dan Kebangkitan-Nya sudah tegas dan jelas. ”
Namun, Paus lebih suka menekankan saksi yang mengambil bentuk cerita, mengingat di atas semua itu, dalam kesaksian – keaksian ini, para perempuanlah yang menjadi saksi pertama. Merekalah orang-orang yang, saat fajar, pergi ke kubur untuk meminyaki tubuh Yesus dan menemukan tanda pertama: kubur yang kosong. Mereka kemudian bertemu utusan ilahi yang memberitahu mereka: Yesus dari Nazaret, Yang Tersalib, tidak ada di sini. Dia telah bangkit.
“Para wanita,” ia menegaskan, “didorong oleh cinta dan tahu bagaimana menyambut pernyataan ini dengan iman. Mereka percaya dan dengan segera mereka menyebarkan [kabar tersebut]. Mereka tidak menyimpannya untuk diri mereka sendiri tetapi menyampaikannya. Mereka tidak dapat membendung rasa sukacita mengetahui bahwa Yesus hidup, harapan yang mengisi hati mereka. Hal ini juga harus terjadi dalam hidup kita. Kita harus merasakan sukacita menjadi orang Kristen! Kita percaya akan Dia yang bangkit yang telah menaklukkan kejahatan dan kematian! Kita harus memiliki keberanian untuk ‘keluar’ untuk membawa sukacita dan cahaya ini ke semua aspek kehidupan kita. Kebangkitan Kristus adalah kepastian terbesar kita. Ini adalah harta kita yang paling berharga! Bagaimana mungkin kita tidak berbagi harta ini, kepastian ini, dengan orang lain? Hal ini tidak hanya ditujukan bagi kita: hal ini harus diwartakan, untuk diberikan kepada orang lain, untuk dibagi dengan orang lain. Inilah tepatnya kesaksian kita. ”
Paus Fransiskus mencatat unsur lain dari pengakuan iman dalam Perjanjian Baru: bahwa hanya laki-laki yang dicatat sebagai saksi Kebangkitan, yaitu para Rasul tanpa para wanita. “Hal ini dikarenakan,” jelasnya, “menurut hukum Yahudi waktu itu, wanita dan anak-anak tidak bisa memberikan kesaksian yang dapat diandalkan dan dipercaya. Namun dalam Injil, perempuan memiliki peran utama yang mendasar. Kita bisa lihat di sini argumen yang mendukung kebenaran sejarah Kebangkitan. Jika hal ini adalah hasil rekayasa, dalam konteks pada masa itu, hal tersebut tidak akan dihubungkan dengan kesaksian para perempuan. Namun, para pengarang Injil menceritakan secara gamblang apa yang terjadi: para wanitalah yang menjadi saksi pertama. Hal ini mengatakan bahwa pilihan Allah tidak dibuat berdasarkan kriteria manusia. Para saksi pertama dari kelahiran Yesus adalah para gembala, orang-orang sederhana dan rendah hati. Para saksi pertama kebangkitan adalah perempuan. Ini indah. Dan ini adalah bagian kecil dari misi para perempuan, para ibu dan wanita: menjadi saksi bagi anak-anak mereka dan cucu mereka bahwa Yesus hidup. Dialah yang Hidup. Dialah yang Bangkit. Para ibu dan perempuan, majulah menjadi saksi kabar ini! Karena bagi Allah, yang terpenting adalah hati kita. ”
“Hal ini juga membawa kita untuk merenungkan bagaimana perempuan, dalam Gereja dan dalam perjalanan iman, telah dan pada hari ini masih memiliki peran yang unik dalam membukakan pintu bagi Tuhan, dalam mengikuti Dia dan menyampaikan wajahNya, karena melihat dengan iman selalu memerlukan tatapan kasih, yang sederhana dan mendalam. Hal ini lebih sulit bagi para rasul dan murid-murid untuk percaya: tidak untuk wanita. Petrus berlari ke makam, namun berhenti di depan makam kosong itu. Thomas butuh menyentuh luka pada tubuh Yesus dengan tangannya sendiri. Bahkan dalam perjalanan iman kita, sangatlah penting untuk mengetahui dan merasakan bahwa Allah mengasihi kita, tidak perlu takut untuk mencintainya: iman diakui dengan mulut dan dengan hati, dengan kata-kata dan dengan cinta “.
Bapa Suci mengingatkan bahwa, setelah penampakan kepada para wanita, ada penampakan yang lain di mana Yesus menghadirkan diri-Nya dalam cara yang baru. “Dia adalah Yang Tersalib namun tubuh-Nya mulia. Dia tidak kembali ke kehidupan duniawi-Nya, melainkan dalam kondisi baru. Pada awalnya mereka tidak mengenaliNya dan hanya melalui kata-kata dan perbuatan-perbuatan-Nyalah, mata mereka terbuka. Bertemu dengan Ia yang Bangkit mengubah mereka, memberi kekuatan baru untuk iman mereka, dasar yang tak tergoyahkan. Untuk kita juga, ada banyak tanda di mana Sang Kebangkitan menyatakan diri-Nya: Kitab Suci, Ekaristi, Sakramen lainnya, amal, tindakan-tindakan cinta ini membawa sinar dari Ia yang Bangkit. Biarlah kita diterangkan oleh Kebangkitan Kristus dan diubah oleh kuasa-Nya sehingga, melalui kita juga, tanda-tanda kematian memberikan jalan bagi tanda-tanda kehidupan di dunia. ”
Pada akhir acara, melihat ada banyak orang-orang muda di lapangan, Paus menyapa mereka: “Bawalah kepastian ini ke semua orang, Tuhan hidup dan berjalan di samping kita dalam kehidupan kita. Ini adalah misi kalian. Bawalah harapan ini bersama kalian. Tertambatlah ke harapan ini, tambatan ini adalah surga. Berpeganglah erat pada tali kehidupan. Tertambatlah dan bawalah harapan ini. Kalian, saksi – saksi Yesus, membawa kesaksian bahwa Yesus hidup dan hal ini akan memberi kita harapan, hal ini akan membawa harapan bagi dunia ini yang menjadi usang karena perang, kejahatan, dan dosa. Kaum muda, majulah! (Diterjemahkan oleh: NT)
Paus Fransiskus
3 April 2013
Catatan : Setiap hari Rabu, bila Paus ada di Vatikan maka beliau akan memberikan pengajaran iman (katekese) dalam audiensi yang terbuka untuk umum.