Paus: bikinan manusia?

0
100

Banyak orang mungkin menyangka bahwa keberadaan Paus sebagai pemimpin Gereja merupakan ajaran yang baru muncul di abad-abad pertengahan atau setelahnya. Ini keliru. Mari kita bahas.

Hi! Saya Ingrid Tay. Selamat datang di Katolisitas. Paus dari kata Pope atau páppas dalam bahasa Yunani artinya papa atau bapa. Di abad-abad awal, kata páppas dipakai secara lebih luas, sebagai sebutan bagi imam di Gereja-gereja Timur, dan bagi uskup di Gereja Barat/ Latin. Menurut ensiklopedia Katolik, sebutan Paus yang dikhususkan bagi Uskup Roma terjadi di abad ke-4, di zaman Paus Siricius, dan makin jelas di abad ke-5, zaman Paus Symmachus, dan lalu diresmikan Paus Gregorius VII sebagai sebutan bagi para penerus Rasul Petrus.

Nah, meski di Kitab Suci tidak ada kata “Paus”, pengertian atau konsep tentang pemimpin Gereja yang diberi kuasa oleh Kristus, bukan merupakan konsep yang baru muncul di abad ke-4. Ini seperti halnya di Kitab Suci tidak ada kata Trinitas, maupun inkarnasi, tetapi pengertian tentang keduanya jelas ada dalam Kitab Suci. Mari kita lihat sekilas dasar dari Kitab Suci tentang keutamaan Petrus.

Ketika menanggapi pernyataan iman Simon Petrus akan keilahian Kristus, Kristus berkata kepadanya,

“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:18-19).

Atau, dalam bahasa aslinya, bahasa Aram, berbunyi: “Engkau adalah Kefas dan di atas Kefas ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku…”

Dengan memberi nama baru kepada Simon “Batu Karang”, Yesus mengidentifikasikan Petrus dengan diri-Nya sendiri, yang juga disebut Batu karang dalam 1 Kor 10:4. Tuhan Yesus tidak memberi nama baru kepada rasul-Nya yang lain, dan apalagi menyebutkannya sebagai dasar bagi Gereja-Nya. Maka di sini kita sudah melihat ada keistimewaan Petrus. Selain itu, nama Petrus ditulis di dalam Alkitab sebanyak 191 kali (162 kali sebagai Petrus atau Simon Petrus, 23 kali sebagai Simon, and 6 kali sebagai Kefas). Sebagai perbandingan, Yohanes hanya disebut sebanyak 48 kali.

Juga, Rasul Petrus memegang peran sebagai yang “pertama” di banyak kesempatan. Di awal pelayanan publik-Nya, Yesus memilih mengajar dari perahu Simon (Luk 5:3). Rasul Petruslah yang berinisiatif untuk berjalan di atas air untuk menghampiri Yesus (Mat 14: 28-31). Rasul Petruslah yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk mengambil koin dari mulut ikan untuk membayar pajak bagiNya dan bagi Petrus sendiri (Mat 17: 24-27). Di Injil, Petrus selalu disebut pertama kali di antara para rasul.

Petruslah yang secara khusus didoakan oleh Yesus dan diberi tugas untuk menguatkan saudara-saudaranya yang lain (lih. Luk 22:32). Ia pun diperintahkan Yesus untuk menggembalakan umat-Nya (Yoh 21:15-17). Dari hal-hal ini saja cukup jelas sebetulnya, tentang keutamaan Petrus dibandingkan dengan para murid-Nya yang lain.

Selanjutnya, kepemimpinan Petrus ini lebih terlihat setelah Tuhan Yesus naik ke surga. Petrus lah yang mengambil inisiatif memilih pengganti Yudas yang mengkhianati Yesus (Kis 1:15-26). Setelah Pentakosta, Petrus tampil mewakili para rasul mengkhotbahkan pesan Injil (Kis 1:14-40) sehingga 3000 orang dibaptis pada hari itu. Rasul Petrus mengubah kebiasaan Gereja—yang tadinya hanya membaptis umat Yahudi—dengan membaptis Kornelius yang non-Yahudi, beserta seisi rumahnya. Kepada Petrus lah Rasul Paulus datang melapor, tinggal bersamanya selama 15 hari (Gal 1:18), dan lalu mendatanginya lagi di Yerusalem (Gal 2:2). Rasul Petrus lah yang membuat keputusan di Konsili Yerusalem mengenai sunat (Kis 15).

Rasul Petrus mendirikan gereja-gereja di daerah kekuasaan Romawi, untuk menyebarkan Injil ke ujung bumi, sesuai dengan pesan Kristus, sampai ia ke Roma yang disebut Babilon (1 Pet 5:12-13) yang dianggap pusat dunia saat itu. Di Roma lah Rasul Petrus wafat sebagai martir, bersama dengan Rasul Paulus.

Jadi kalau kita membaca Kitab Suci dengan sikap yang jujur dan terbuka, sebenarnya keutamaan Rasul Petrus telah jelas dinyatakan. Lagipula, otoritas Rasul Petrus sebenarnya bukan inovasi tiba-tiba, melainkan sudah digambarkan sejak Perjanjian Lama. Di bawah kepemimpinan Raja Daud, bangsa Israel memperoleh kejayaannya sebagai kerajaan. Di masa itu, Tuhan berfirman kepada Nabi Yesaya, untuk menolak Sebna sebagai kepala pengurus istana dan menunjuk Elyakim untuk menggantikannya. Kepada Elyakim, diberikan jubah, ikat pinggang dan kekuasaan dan kunci-kunci rumah Daud (lih. Yes 22:20-25). Tentang Elyakim ini Allah bersabda, “ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda…” (ayat 21). Maka bahkan sejak di Perjanjian Lama, Allah telah menentukan seseorang—yaitu Elyakim—untuk menjadi pemimpin yang menjadi bapa bagi umat-Nya, untuk mengurus kerajaan Daud. Elyakim adalah gambaran samar-samar bagi Rasul Petrus dalam Perjanjian Baru. Sebab di atas Rasul Petrus, Tuhan Yesus telah mendirikan Gereja-Nya. Kepada Petrus inilah, Kristus telah memberikan kunci-kunci kerajaan Surga dan kuasa mengikat dan melepaskan untuk mengatur Gereja-Nya. Sebagaimana Elyakim menjadi “bapa” bagi umat Allah, demikian pula Rasul Petrus menjadi bapa bagi umat yang dipercayakan kepadanya. Sebagaimana Elyakim tidak lebih tinggi dari Raja Daud dan kekuasaannya tergantung pada kekuasaan Raja Daud, demikian pula otoritas Rasul Petrus sepenuhnya tergantung pada Kristus.

Lalu ada keberatan lain sehubungan dengan perintah Yesus sebanyak 3 kali kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Perintah ini dianggap sebagai kiasan pengampunan Tuhan Yesus atas 3 kali penyangkalan Petrus—bukan sebagai pemberian otoritas kepadanya. Sebab nyatanya, di Yerusalem, pemimpinnya bukan Rasul Petrus tapi Yakobus. Tentang hal ini Santo Yohanes Krisostomus mengajarkan, “Yesus berkata kepadanya [Petrus], ‘Gembalakanlah domba-domba-Ku’. Mengapa Tuhan Yesus mengabaikan para rasul yang lain dan berbicara tentang domba-domba-Nya kepada Petrus? [Karena] Petrus adalah satu-satunya yang dipilih dari antara para rasul, juru bicara para rasul, pemimpin para rasul. Untuk alasan ini Rasul Paulus menemuinya dan bukan menemui para rasul yang lain; dan untuk menunjukkan kepada Petrus agar ia yakin bahwa penyangkalannya sudah diampuni. (Kita tahu bahwa Paulus sebelum pertobatannya adalah penganiaya umat Kristen).

… Yesus mempercayakan kepada Petrus peran kepemimpinan atas saudara-saudara seiman… Kalau ada orang bertanya, ‘Mengapa Yakobus yang menerima keuskupan di Yerusalem? Saya menjawab, bahwa Tuhan membuat Petrus sebagai guru bukan bagi keuskupan Yerusalem, tetapi bagi seluruh dunia.” (St. John Chrysostom, Homily 88 on John, 1).

Nah, akhirnya, karena kita percaya bahwa Tuhan Yesus menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman, maka kita juga mesti percaya bahwa penyertaan Yesus ini nyata dalam kesinambungan otoritas penerus Rasul Petrus, tidak berhenti pada Rasul Petrus saja. Ini adalah kehendak Tuhan Yesus sendiri, Gereja hanya mengikutinya. Kini otoritas kepemimpinan itu ada pada Paus Fransiskus, penerus Rasul Petrus, di urutan ke 266.

Mari kita bersyukur atas penyertaan Tuhan Yesus kepada Gereja-Nya dan berdoa bagi Paus Fransiskus. Semoga Paus selalu diberikan kesehatan, perlindungan dan hikmat untuk dapat memimpin Gereja sesuai dengan kehendak Kristus.