Pertanyaan:
Salam Inggrid & Stef,
Hari ini saya dikejutkan berita yang saya baca di situs detik.com(http://www.detikhealth.com/read/2010/11/21/100659/1498582/763/kondom-sebagai-penangkal-hiv-akhirnya-direstui-paus?993306755)
Benarkah Paus akhirnya merestui pemakaian kondom untuk menangkal HIV?
Jawaban:
Shalom Aloysius, Budi, Ryan, Bernardus, Yulius, Daesy dan semua pembaca,
Baru- baru ini kita dikejutkan oleh berita wawancara Paus Benediktus XVI yang akan dimuat dalam buku Light of the World: The Pope, the Church and the Signs of the Times. Wawancara ini ‘heboh’, karena menyangkut topik tentang pemakaian kondom. Buku itu rencananya baru akan diluncurkan hari Selasa besok, namun ini beritanya sudah ‘dibocorkan’ oleh L’Osservatore Romano, dan kemudian berita ini menarik perhatian mass media yang lain seperti Reuters, Associated Press, BBC, dst. [Berikut ini adalah resensi yang saya sarikan dari tulisan Jimmy Akin, seorang apologist (silakan klik) dan Janet Smith, komentator Humanae Vitae yang cukup terkenal (silakan klik), tentang topik ini].
Macam- macam judul berita yang beredar sekarang di internet, seperti: Paus berkata bahwa penggunaan kondom diijinkan untuk menghindari penyebaran AIDS, atau Paus berkata: Kondom diperbolehkan untuk kasus kasus tertentu, atau Paus mengatakan bahwa kondom dapat dipergunakan dalam pertempuran melawan AIDS…. Ada banyak orang salah paham akan apa yang dikatakan oleh Paus Benediktus XVI, sehingga berpikir bahwa Paus telah mengubah ajaran Gereja Katolik dalam hal kondom ini. Benarkah demikian?
Pertama- tama sebelum kita membahas lebih lanjut, mari kita sadari bahwa buku itu disusun atas hasil wawancara. Jadi Paus tidak dalam keadaan melaksanakan kewenangan mengajar secara resmi secara definitif. Buku itu bukan surat ensiklik ataupun konstitusi apostolik, atau sejenisnya. Maka pernyataan di sana bukan pernyataan resmi dari Magisterium yang bersifat infallible melainkan merupakan pernyataan pribadinya sebagai Paus yang sedang diwawancara oleh seorang wartawan Peter Seewald. Bukan berarti bahwa apa yang dikatakan Paus itu salah, tetapi harus diakui secara obyektif bahwa yang disampaikan di dalam wawancara itu belum memenuhi syarat- syarat untuk dapat dikatakan sebagai pernyataan yang infallible. Untuk syarat- syarat pengajaran dapat disebut sebagai infallible, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Menarik disimak adalah fakta bahwa kutipan yang diambil oleh mass media tersebut hanyalah sedikit cuplikan wawancara yang dilepaskan dari konteksnya, sehingga bisa menimbulkan salah paham. Maka supaya tidak salah paham, silakan membaca teks lengkapnya di sini silakan klik.
Seewald: . . . In Africa you stated that the Church’s traditional teaching has proven to be the only sure way to stop the spread of HIV. Critics, including critics from the Church’s own ranks, object that it is madness to forbid a high-risk population to use condoms.
Pope Benedict: . . . In my remarks I was not making a general statement about the condom issue, but merely said, and this is what caused such great offense, that we cannot solve the problem by distributing condoms. Much more needs to be done. We must stand close to the people, we must guide and help them; and we must do this both before and after they contract the disease.
As a matter of fact, you know, people can get condoms when they want them anyway. But this just goes to show that condoms alone do not resolve the question itself. More needs to happen. Meanwhile, the secular realm itself has developed the so-called ABC Theory: Abstinence-Be Faithful-Condom, where the condom is understood only as a last resort, when the other two points fail to work. This means that the sheer fixation on the condom implies a banalization of sexuality, which, after all, is precisely the dangerous source of the attitude of no longer seeing sexuality as the expression of love, but only a sort of drug that people administer to themselves. This is why the fight against the banalization of sexuality is also a part of the struggle to ensure that sexuality is treated as a positive value and to enable it to have a positive effect on the whole of man’s being.
Dari sini, Paus mau mengatakan setidak- tidaknya tiga hal:
1. Walaupun orang dapat mendapatkan kondom dengan mudahnya, kita tidak dapat menyelesaikan masalah [penyebaran AIDS] dengan memberikan kondom.
2. Bahkan pihak-pihak sekular yang memberikan semboyan ABC (Abstinence/ pantang- Be faithful- kesetiaan dalam perkawinan- C Condom/ kondom) mengakui bahwa kondom itu hanya jalan terakhir. Pantang dan kesetiaan kepada pasangan merupakan kedua cara yang terbaik.
3. Hanya memusatkan perhatian pada penggunaan kondom itu menunjukkan peremehan makna seksualitas, dalam arti seksualitas tidak lagi dianggap sebagai tindakan kasih melainkan pementingan diri sendiri. Agar seks mempunyai peran positif dalam hidup seseorang, maka harus dipahami makna seksualitas, dan pemusatan perhatian pada kondom perlu dihindari.
Ketiga hal ini merupakan latar belakang atas pernyataan yang ramai dikutip pers:
“There may be a basis in the case of some individuals, as perhaps when a male prostitute uses a condom, where this can be a first step in the direction of a moralization, a first assumption of responsibility, on the way toward recovering an awareness that not everything is allowed and that one cannot do whatever one wants. But it is not really the way to deal with the evil of HIV infection. That can really lie only in a humanization of sexuality.“
Maka ada dua hal di sini:
1. Bahasa yang digunakan merupakan kondisi khusus bernada pengandaian/ spekulasi, “There may be a basis in the case of some individuals”- bukan “there is a basis”. Jadi artinya bukan berarti bahwa semua kasus penggunaan kondom dibenarkan secara moral. Yang dikatakan Paus adalah, pada kasus tertentu (dalam hal ini pada kasus pelacur pria homoseksual), penggunaan kondom dapat menjadi langkah awal menuju kesadaran moral yang lebih baik, yaitu langkah pertama untuk mengambil tanggung jawab, untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain, atas kesadaran bahwa tidak semua hal boleh dilakukan.
Janet Smith mengatakan, “Paus hanya mengatakan bahwa untuk beberapa orang pelacur homoseksual, penggunaan kondom dapat mengindikasikan kebangkitan kesadaran moral; suatu kesadaran bahwa kesenangan seksual bukan nilai yang tertinggi, tetapi bahwa kita harus memperhatikan agar kita tidak membahayakan orang lain dengan pilihan- pilihan kita. Ia [Paus] tidak sedang membicarakan moralitas penggunaan kondom, tetapi tentang sesuatu yang mungkin benar tentang tahapan psikologis dari mereka yang menggunakannya. Jika para individual yang menggunakan kondom dengan maksud agar tidak membahayakan orang lain, maka mereka dapat akhirnya menyadari bahwa hubungan seksual antara sesama jenis adalah sesungguhnya berbahaya sebab tidak sesuai dengan kodrat manusia.”
2. Pada akhir komentarnya tentang penggunaan kondom pada pelacur pria tersebut, Paus kemudian menyatakan, “But it is not really the way to deal with the evil of HIV infection. That can really lie only in a humanization of sexuality.” Terjemahannya: “Tetapi ia [kondom] bukan benar- benar jalan untuk mengatasi kejahatan infeksi HIV. Itu dapat sungguh- sungguh bersandar hanya atas pemanusiawian seksualitas.”
Maksud “pemanusiawian seksualitas” adalah kebenaran tentang seksualitas manusia, yaitu bahwa hubungan seks harus merupakan tindakan kasih yang setia antara seorang suami dan seorang istri dalam perkawinan. Ini adalah solusi yang nyata, bukan penggunaan kondom untuk kemudian bergonti- ganti pasangan, dengan mereka yang terinfeksi virus yang mematikan itu.
Setelah pernyataan ini, Seewald menanyakan pertanyaan lanjutan, dan sesungguhnya sangatlah janggal, atau bahkan dikatakan oleh Jimmy Akin, sebagai “truly criminal“, bahwa L’Osservatore Romano tidak mencetaknya:
Seewald: “Are you saying, then, that the Catholic Church is actually not opposed in principle to the use of condoms?” (Karena itu, apakah anda mengatakan, bahwa Gereja Katolik pada dasarnya secara prinsip tidak menentang penggunaan kondom?)
Paus Benediktus XVI: “She of course does not regard it as a real or moral solution, but, in this or that case, there can be nonetheless, in the intention of reducing the risk of infection, a first step in a movement toward a different way, a more human way, of living sexuality.” (Gereja Katolik tentu tidak menganggapnya [kondom] sebagai sebuah solusi yang nyata atau solusi moral, tetapi di dalam kasus ini atau itu, dapat terjadi, biar bagaimanapun, di dalam tujuannya untuk mengurangi resiko infeksi, sebuah langkah awal di dalam pergerakan menuju jalan yang lain, [yaitu] sebuah jalan yang lebih manusiawi tentang menjalani kehidupan seksual).
Maka di sini Paus tidak mengatakan bahwa penggunaan kondom dapat dibenarkan, tetapi hal itu dapat menunjukkan maksud tujuan khusus dan tujuan ini berada di dalam arah yang benar.
Janet Smith memberikan analogi demikian:
“Jika seseorang mau merampok bank dan terpaksa menggunakan sebuah pistol, adalah lebih baik bagi si perampok itu untuk menggunakan sebuah pistol yang tidak ada pelurunya. Itu akan mengurangi luka-luka kecelakaan yang fatal. Tetapi bukan merupakan tugas Gereja untuk menyuruh para calon perampok bank untuk merampok bank dengan lebih aman dan tentu bukan tugas Gereja untuk mendukung program- program untuk menyediakan pasokan senjata tanpa peluru tersebut kepada para calon perampok bank. Biar bagaimanapun, tujuan perampok bank untuk merampok bank tanpa melukai/ lebih aman bagi para pegawai dan pelanggan bank dapat mengindikasikan adanya elemen tanggung jawab moral, yang dapat merupakan langkah awal menuju pemahaman akhir bahwa tindakan merampok bank adalah tindakan yang salah secara moral.”
Maka sebenarnya yang menjadi fokus Paus Benediktus XVI dalam pembicaraannya ini adalah bukannya legalisasi penggunaan kondom, tetapi bahwa mereka yang melakukan hubungan seks dalam keadaan terinfeksi HIV perlu untuk bertumbuh di dalam moral discernment/ kesadaran moral. Karena itu Paus menekankan adanya “langkah awal” di dalam kesadaran itu. Gereja memang selalu berusaha agar semua orang dapat beralih dari tindakan- tindakan yang tidak bermoral, kepada tindakan kasih kepada Yesus, dalam kekudusan.
Pembicaraan Paus juga tidak untuk diartikan bahwa adalah baik secara moral bagi pelacur pria untuk menggunakan kondom. Paus juga tidak menyatakan ajaran Gereja tentang apakah penggunaan kondom itu mengurangi dosa homoseksual yang mengancam penularan HIV. Yang disampaikan di sana adalah tujuan untuk tidak membahayakan orang lain merupakan indikasi adanya pertumbuhan kesadaran tanggung jawab moral. Maka fokusnya di sini bukan kondom, tetapi pertobatan, atau lebih tepatnya, langkah pertama menuju pertobatan.
Juga menjadi tidak benar, jika seseorang menyangka bahwa Paus akan mendukung pembagian kondom kepada para pelacur pria. Tidak ada dalam wawancara yang mengatakan demikian. Gereja hanya bermaksud memanggil semua orang kepada pertobatan, perbuatan yang bermoral, pemahaman akan makna dan tujuan seksualitas, dan untuk membawa kita manusia kepada pengenalan akan Kristus, yang akan memberikan rahmat yang memampukan kita untuk hidup sesuai dengan makna dan tujuan seksualitas.
Apakah melalui wawancara ini Paus Benediktus XVI mengindikasikan bahwa pasangan suami istri dapat mengurangi kesalahan tindakan mereka dengan menggunakan kondom? Tidak, karena Paus dalam jawaban selanjutnya tetap mengatakan,”Gereja Katolik tentu tidak menganggapnya [kondom] sebagai sebuah solusi yang nyata atau solusi moral”. Di dalam jawabannya yang lebih lengkap, Paus tetap mengatakan program yang paling efektif untuk mengurangi penularan HIV adalah pantang hubungan seksual dan kesetiaan pada pasangan dalam perkawinan (abstinence and fidelity).
Selanjutnya, demikianlah klarifikasi dari pihak Vatikan tentang hal ini, silakan klik.
Demikian yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan banyaknya pertanyaan yang masuk, tentang wawancara Paus Benediktus XVI dengan Peter Seewald, seorang jurnalis Jerman yang mewawancarainya pada musim panas 2010 yang baru lalu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Kondom buatan manusia sudah sangat terkenal karena dikenalkan terus, Dalam dialog interaktif radio ,saya selalu promosikan kondom lain (buatan Allah), yaitu “Jangan berzinah”. jangkauannya lebih luas tidak hanya sekedar mencegah bahaya infeksiHIV/AIDS, tetapi sekaligus mencegah bahaya DOSA akibat hubungan seks bebas. Karena ketetapan Tuhan tentang seks sudah jelas ,manusia saja yang mengaburkannya karena ketidak taatannya, terhadap kuasa yang diberikan Tuhan tentang penciptaan manusia melalui hidup perkawinan yang kudus untuk melahirkan anak-anak yang kudus. jangan sampai kondom buatan manusia tidak memanusiakan manusia dan menghambat jalan hidup kesurga/ rumah Tuhan Allah/ kerajaan Allah.
Terima kasih atas jawaban yang cukup jelas dan akurat.
Semua jawaban sudah di jelaskan di atas…mengapa harus pusing …hanya percaya pada tuhan..walau apa pun yang ditulis oleh wartawan slah ke betul ke yang penting teguh pada iman diri sendiri..
Dear katolisitas,
saya pikir penjelasan dari katolisitas itu sangat jelas dan apabila mau lebih jelas lagi baca saja dokumen wawancara langsung.
Paus tidak berpikir serendah itu dengan menanggapi pertanyaan itu. Pernyatan Paus lebih konfrehensive, sehingga kita harus membaca keseluruhan text wawancara tersebut, agar memahami sepenuhnya. jangan salah menafsirkan.
semoga Tuhan Yesus selalu mengaruniai Rahmat kepada para pemimpin kita.
Amin.
Aquilino Amaral
Terima kasih atas penjelasannya …..jadi tahu , tapi saya rasa yg memang seharusnya begitu
Dear Katolisitas. Terimakasih atas tanggapan soal kondom ini. Saya tetap setuju bahwa media kita suka aneh-aneh, cari sensasi. Maka dalam http://www.zenit.org ditegaskan lagi bahwa lebih baik kita melihat sumber langsung, daripada percaya pada media massa sekuler. Terima kasih.
Salam: Isa Inigo
Terima kasih Tim Katolisitas atas pencerahannya.
Ternyata memang banyak ya media yang asal comot berita saja biar laku..termasuk media di Indonesia.
Salam.
sebagai orang yg beriman kita harus percaya pada Paus karena ia punya alasan dengan ucapan dan tindakkannya ,
Media-media suka memelintir perkataan Bapa Suci, termasuk media-media di indonesia yg terkadang tidak jujur dalam membawakan berita.
Terima kasih Katolisitas atas penjelasannya
Dear Katolisitas,
Saya dapat berita yg menarik :
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN–Paus Benediktus menyatakan, penggunaan kondom dalam beberapa kasus dapat diterima. Demikian Benediktus dalam wawancara dengan wartawan Jerman yang akan menerbitkan buku minggu depan, Sabtu (20/11) mengenai wawancara khusus dengan Benediktus.
Benediktus menyebutkan, penggunaan kondom dapat diterima jika dimaksudkan untuk mengurangi risiko terinfeksi virus HIV, misalnya dalam kasus prostitusi gay. Komentar Paus tersebut menunjukkan perubahan sikap pada Vatikan.
Tahun lalu saat berkunjung ke Afrika, Benediktus mengatakan bahwa penggunaan kondom tidak dianjurkan. Penggunaan kontrasepsi justru memperparah masalah HIV dan AIDS, kata Benediktus saat itu.
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/11/21/147900-paus-benediktus-penggunaan-kondom-diterima
Ini pernyataan membuat saya bingung juga, apa sebagai umat katolik boleh memakai kondom baik dengan istri atau orang lain ?
Terima kasih,
Budi
Shalom Budi,
Silakan membaca jawaban di atas, silakan klik. Paus tidak mengatakan bahwa penggunaan kondom dapat diterima untuk menghindari penularan HIV. Ia hanya mengatakan bahwa dalam kondisi pelacur pria (yang notabene homoseksual) hal itu dapat dianggap sebagai indikasi adanya langkah awal dari kesadaran akan tanggung jawab moral untuk tidak mencelakai orang lain; dan hal ini dapat mengarahkannya kepada kesadaran untuk menjalani kehidupan seksualnya sesuai dengan kodrat menusiawinya (antara laki- laki dan perempuan).
Maka hal ini bukan tolok ukur bahwa Paus membenarkan penggunaan kondom, baik dengan istri maupun dengan orang lain. Sebab dalam kalimat berikutnya, Paus tetap mengatakan bahwa kondom bukanlah solusi nyata ataupun solusi moral. Silakan membaca selengkapnya wawancara tersebut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Pembaca Katolisitas
Tidak ada yang salah dari berita itu dan juga media tidak salah mengutip, tetapi jika anda umat Katolik dan terutama para kaum pria yang tidak suka “jajan” diluar anda tak perlu takut berhubungan sex dengan atau tanpa komdom.
Bapa Paus hanya mengingatkan tentang bahayanya hubungan sex diluar pernikahan, apalagi homosex.
Buat mas Budi :
Ini pernyataan membuat saya bingung juga, apa sebagai umat katolik boleh memakai kondom baik dengan istri atau orang lain ?
Memangnya anda selingkuh dengan orang lain,hingga perlu pakai kondom ?
Laras
Salam Inggrid & Stef,
Hari ini saya dikejutkan berita yang saya baca di situs detik.com(http://www.detikhealth.com/read/2010/11/21/100659/1498582/763/kondom-sebagai-penangkal-hiv-akhirnya-direstui-paus?993306755)
Benarkah Paus akhirnya merestui pemakaian kondom untuk menangkal HIV?
[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca jawaban di atas, silakan klik. Agaknya adalah suatu pemahaman yang tergesa- gesa jika mengatakan bahwa Paus merestui pemakaian kondom untuk menangkal HIV. Bukan itu konteks yang dibicarakan oleh Paus Benediktus XVI di sana]
Comments are closed.