Home Blog Page 261

Hari Rabuku Tanpa Abu

7

Hari ini untuk pertama kalinya adalah Rabu Abu tanpa abu bagiku. Pagi-pagi aku dan suamiku bangun untuk bisa merayakan misa Rabu Abu di gereja Santa Barbara di dekat rumah. Seperti hari-hari yang lain, misa hari ini dihadiri tidak lebih dari empat puluhan umat.  Setelah Homili dan bahkan Komuni selesai, semakin jelas bagi kami bahwa di gereja di Milan tempat kami bermukim ini tidak ada pembagian salib abu di hari Rabu Abu.  Aku dan suamiku berpisah di halaman gereja karena ia harus ke kantor dan aku sendiri melangkah pelan kembali ke arah rumah kami. Cuaca menjelang berakhirnya musim dingin menuju datangnya musim semi di hari-hari ini sangat cerah. Matahari tidak pernah lupa untuk mampir di langit yang biru menghamburkan cahayanya yang hangat dan ceria. Sambil menikmati pemandangan sekitar yang dipenuhi pepohonan yang belum mulai berdaun kembali, aku setengah melamun masih memikirkan absen-nya abu di perayaan misa yang baru saja kuhadiri. Walaupun tidak ada abu, hari-hari di Milan saat musim dingin yang hampir berlalu ini begitu akrab dengan warna abu-abu. Tidak hanya pepohonan yang tidak berdaun dan hanya menampilkan batang dan rantingnya yang berwarna kelabu, tetapi juga pakaian musim dingin orang-orang dimanapun aku berjumpa selalu bernuansa abu-abu atau hitam dan coklat tua. Belum lagi sering absen-nya matahari karena selalu tertutup awan tebal atau hujan salju yang renyai. Mungkin orang di sini sudah kenyang dengan warna abu di musim dingin sehingga tidak merasa perlu adanya abu di hari Rabu Abu, pikirku mencoba bercanda dengan diri sendiri. Teringat saat pelajaran menggambar di sekolah dulu, aku bisa mendapatkan warna kelabu dengan mencampurkan warna putih dengan warna hitam. Semakin banyak warna hitam yang aku campurkan, semakin gelap warna kelabu yang dihasilkan.  Pergulatan batin manusia juga selalu ditarik ke dua arah putih dan hitam,  negatif dan positif, mudah dan sulit, sukacita dan dukacita, dingin dan ramah, optimis dan pesimis, rajin dan malas, pelit dan murah hati.  Walau tentang baik dan buruk kadang tidak selalu bisa diambil batas yang jelas. Banyak hal berada di wilayah abu-abu. Mungkin karena kita tidak pernah sepenuhnya hitam atau sepenuhnya putih tetapi selalunya komposisi dari keduanya.

Dalam masa masa berpantang dan berpuasa ini warna abu mengingatkanku untuk mengatur keseimbangan komposisi hitam dan putih yang menjadi pilihan-pilihanku setiap hari. Warna-warna hitam kegelisahan, iri hati, kemalasan, kesombongan, kehilangan harapan, diimbangi dengan warna-warna cerah dari kemurahan hati, belaskasihan, solidaritas, harapan, kasih pengampunan dan pengorbanan. Pergulatanku setiap hari untuk memadukan dua warna yang berbeda ini akan menghasilkan komposisi warna yang akhirnya akan mewarnai seluruh hari-hariku dan relasiku dengan sesama dan Tuhan.  Semuanya kembali kepada diriku. Kadang memilih untuk mencampurkan lebih banyak warna putih sangat berat dan ‘makan hati’ , tetapi aku teringat kepada perumpamaan yang diberikan Yesus kepada para murid, “Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu”. Bagaimanapun beratnya, keputusanku dan kesadaranku untuk mencampurkan lebih banyak warna putih setiap hari mengantarkanku kepada harta mutiara yang terindah yang tersembunyi yang hanya bisa ditemukan dalam warna abu-abu muda yang tidak terlalu banyak warna hitamnya.

Beberapa waktu setelah hari itu, baru aku mengetahui bahwa pemberian abu di gereja Katolik di Milan ternyata dilakukan pada hari Minggu pertama masa PraPaskah dengan cara penaburan abu di ubun-ubun kepala. Akhirnya semua menjadi jelas bagiku setelah sahabatku, Shirley Hadisandjaja, seorang Katolik yang menikah dengan pria Italia dan bermukim di Milan, menjelaskan hal berikut ini:

Semua paroki di bawah Keuskupan Agung Milan memakai ritus Katolik Ambrosian. Keuskupan Agung Milan sering pula disebut Keskupan Ambrosian. Keuskupan Ambrosian ini mengepalai paroki di propinsi Milano, Varese, Lecco, sebagian paroki di propinsi Como dan beberapa paroki di Bergamo dan Pavia. Dinamakan Ambrosian karena mengambil nama dari pendiri ritus ini dan Santo Pelindungnya yaitu Santo Ambrosius, yang sangat dihormati dan dicintai dan merupakan salah satu Santo Pelindung terpenting di Negara Italia.

Ritus Ambrosian sendiri adalah ritus Liturgi dari Gereja Katolik Milanese, yang berbeda dengan ritus Gereja Katolik Roma. Ritus Ambrosian berasal dari tradisi yang kuat dan masuk ke dalam liturgia Milanese. Ritus Ambrosian ini sebelum pengesahannya, telah menderita dari berbagai kritik akan keberadaannya, meskipun para pengikut Santo Ambrosius ini menyatakan setia terhadap Gereja Roma. Ritus Ambrosian menerima pengesahan dan pengakuannya dari Gereja Katolik Roma pada Konsili di Trento, di mana salah satu tokoh dari Konsili Trento adalah Santo Carlo Borromeo (St. Carolus Borromeus), seorang Santo Milanese.

Perayaan Misa dalam ritus Ambrosian menghadirkan elemen yang sama dengan Misa ritus Roma, namun beberapa diantaranya ditempatkan dalam urutan berbeda, misalnya Salam Damai tidak dilakukan sesaat sebelum penerimaan Komuni, melainkan dilakukan setelah selesai Liturgi Sabda, sebelum persiapan Kolekte. Perbedaan kecil lainnya adalah tidak adanya Agnus Dei (Anak Domba Allah) dan invokasi Kyrie Eleison (Tuhan Kasihanilah) tanpa Christe Eleison yang ada dalam ritus Roma. Hari Sabtu bagi ritus Ambrosian dinyatakan sebagai Hari Raya (bersamaan dengan Hari Minggu), yang melanjutkan tradisi Yahudi.

Karakter liturgia Ambrosian adalah paham Cristocentrismo (berpusat kepada Kristus) yang kuat, yang lahir dari perjuangan menentang heresy Ariana pada jaman Santo Ambrosius, dan kesamaan dengan liturgi oriental, yang diterapkan oleh Santo Ambrosius sendiri sebagai contoh/model bagi Gereja Milanese, namun tetap mengambil aturan-aturan dari Gereja Roma sebagai referensi.

Masa Adven dari ritus Ambrosian adalah 6 minggu dibanding dengan ritus Roma yang 4 minggu. Sedangkan Masa PraPaskah di mulai pada hari Minggu setelah “Rabu Abu” dengan pemberian abu di akhir Misa.

Permulaan PraPaskah dan pemberian abu pada hari Minggu ini membedakan masa dari karnival “baru” (Roma) yang diakhiri dengan “Selasa gemuk” (Mardi Gras) dan karnival “kuno” (Ambrosian) yang berakhir beberapa hari kemudian.

Dalam ritus Roma, hari Minggu tidak dianggap sebagai hari bertobat/penitensi, dan oleh karenanya masa PraPaskah menjadi lebih panjang dan dimulai lebih awal. Sedangkan dalam ritus Ambrosian, hari Minggu dianggap sebagai hari penitensi.

Berbeda pula dalam konsepsi Jumat Agung: bagi ritus Ambrosian, Jumat Agung adalah hari libur Ekaristi, di mana tidak dapat dirayakan Misa, demi menjalankan hidup dengan cara radikal sengsara Kristus, sama halnya dengan Hari Sabtu Suci, demi merayakan dengan lebih khidmat Perayaan Paskah.

Pada hari-hari Minggu masa PraPaskah, sebagaimana tradisi Ambrosian, digarisbawahi pembaptisan, yang mempersiapkan dan membawa katekumen kepada Pembaptisan pada Hari Paskah, dan membimbing umat yang dibaptis untuk menemukan kembali arti dari Sakramen ini, yang mana dalam Kristus yang wafat dan bangkit menjadi anak-anak Allah.

Jadi dalam ritus Roma masa PraPaskah adalah 6 minggu (ditambah beberapa hari yang mana hari Minggu tidak dihitung) dan Masa Adven adalah 4 minggu, sementara dalam ritus Ambrosian semua hari dalam seminggu dihitung sebagai Masa PraPaskah dan baik Masa PraPaskah dan Adven adalah 6 minggu.

Sebuah elemen fundamental dari ritus Ambrosian juga terbentuk dalam lagu “ambrosian”. Adalah Santo Ambrosius sendiri yang pada pertama kalinya dalam liturgia Gereja, pada tahun 386 After Christ memperkenalkan penggunaan lagu-lagu yang bukan berasal dari Mazmur.

Inovasinya ini dengan cepat tersebar ke dalam gereja-gereja dari ritus lainnya. Seperti ritus Gregorian, ritus Ambrosian juga dimodifikasi dalam perjalanan abad dari “penemuan” nya oleh santo Ambrosius, bahkan sampai saat ini dinyatakan sebagai organ musik barat paling antik. Dan untuk memelihara warisan ini telah didirikan institusi PIAMS (Lembaga Musik Kudus Ambrosian) yang bekerjasama dengan Lembaga Musik Kudus Kepausan di Roma. Ritus Ambrosian yang antik dan khidmat ini telah ikut memperkaya Liturgia Gereja Katolik.

San donato, 25 Februari 2009

Bagaimanakah kehidupan Yesus sebelum mewartakan Injil?

11

Pertanyaan:

di artikel ini (https://katolisitas.org/2009/05/26/mari-buku-tentang-yesus-menikah/), ada tanya jawab antara kataolisitas dan skywalker. dimana katolisitas mengatakan bahwa pada umur 12-29 tahun, Yesus bekerja sebagai tukang kayu. tidak adakah surat-surat dari bapa gereja yang mencatat kehidupan Yesus selama umur 12-29 tahun?

Apakah Pak Stef atau Bu Inggrid pernah “menemukan” dan berberdiskusi dengan seseorang yang menggunakan nama Indo Shepherd di internet?

Salam – Alexander Pontoh

Jawaban:

Shalom Alexander Pontoh,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang the hidden life of Jesus, dari umur 12 sampai 29 tahun. Alkitab tidak mencatat kehidupan Yesus pada tahun-tahun tersebut. Dan para Bapa Gereja percaya bahwa pada masa itu, Yesus hidup sebagaimana layaknya manusia, sebagaimana layaknya anak, yang belajar dan berbakti pada orang tuanya. Ini terlihat dari dari percakapan tentang orang-orang tinggal satu daerah dengan Yesus, yang mengatakan:

2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.” (Mr 6:2-3)

Kalau pada masa kecilnya, Yesus melakukan banyak mukjijat, maka mereka tidak akan bertanya “bukankah Ia ini tukang kayu?“, melainkan mereka akan maklum tentang segala hikmat dan segala kuasa mukjijat yang dilakukan oleh Yesus.

Bahwa Yesus langsung dikenali sebagai tukang kayu (Mrk 6:3), artinya sebelum karya-Nya di hadapan publik, Yesus memang bekerja sebagai tukang kayu. Maka ayat ini sendiri menentang anggapan beberapa teori modern belakangan ini yang menduga bahwa Yesus “berjalan-jalan ke India” untuk belajar menjadi guru dan membuat mukjizat, suatu klaim yang baru dibuat di abad ke-19 oleh sejumlah pengarang fiksi, salah satunya adalah seorang pengarang cerita fiksi berkebangsaan Rusia, M. Notovich.[Klaim tersebut tak perlu dibahas di sini, sebab sudah dengan cukup baik ditanggapi oleh Prof. Max Muller, yang juga melakukan penelitian dan napak tilas kepada sumber dan narasumber yang diacu oleh Notovitch, namun jawaban yang diperolehnya tidak mendukung kebenaran klaim Notovitch. Selanjutnya dapat dibaca di link ini: http://www.tertullian.org/rpearse/scanned/notovitch.htm.

Penjelasan tentang hal ini dapat dibaca dari Paus Paul VI, dan beberapa dokumen Gereja berikut ini:

Paus Paul VI pada tanggal Jan. 5, 1964 memberikan kotbah di the basilica of the Annunciation di Nazaret:

The lesson of domestic life: may Nazareth teach us the meaning of family life, its harmony of love, its simplicity and austere beauty, its sacred and inviolable character; may it teach us how sweet and irreplaceable is its training, how fundamental and incomparable its role on the social plane.

The lesson of work: O Nazareth, home of “the carpenter’s son,” we want here to understand and to praise the austere and redeeming law of human labor, here to restore the consciousness of the dignity of labor, here to recall that work cannot be an end in itself, and that it is free and ennobling in proportion to the values – beyond the economic ones – which motivate it. We would like here to salute all the workers of the world, and to point out to them their great Model, their Divine Brother, the Champion of all their rights, Christ the Lord!

Konsili Vatikan II, dalam Gaudium et spes 22 mengatakan “Ia telah bekerja memakai tangan manusiawi, Ia berpikir memakai akalbudi manusiawi, Ia bertindak atas kehendak manusiawi[30], Ia mengasihi dengan hati manusiawi. Ia telah lahir dari Perawan Maria, sungguh menjadi salah seorang diantara kita, dalam segalanya sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa[31].”

Lumen Gentium, 41 mengatakan “Adapun mereka yang sering menanggung beban kerja berat hendaknya menyempurnakan diri melalui pekerjaan manusia, membantu sesama warga, dan mengangkat segenap masyarakat serta alam tercipta kepada keadaan yang lebih baik. Selain itu hendaklah mereka dengan cinta kasih yang aktif meneladan Kristus, yang dulu menjalankan pekerjaan tangan, dan selalu berkarya bersama Bapa demi keselamatan semua orang. Hendaklah mereka berharap dan gembira, saling menanggung beban, dan melalui pekerjaan mereka sehari-hari mencapai kesucian yang lebih tinggi dan bersifat apostolis.”

Kalau kita percaya bahwa kedatangan Yesus adalah untuk menyucikan semua kejadian di dalam kehidupan manusia, maka masa terlama kehidupan Yesus yang tidak dicatat di dalam Alkitab, adalah untuk menyucikan kehidupan kita sehari-hari. Dengan demikian, kita juga dapat belajar kekudusan dari apa yang kita lakukan sehari-hari. Jadi, kita dapat mengikuti jejak Kristus yang juga menjalankan pekerjaan rumah, membersihkan rumah, mengepel, bekerja membanting tulang, taat pada orang tua, dll. Apa yang dijalani oleh Kristus selama di dunia ini memberikan pelajaran dan tidaklah berlalu secara sia-sia. Dengan demikian kehidupannya yang tersembunyi dari umur 12-29 tahun tidaklah berlalu tanpa arti, namun justru untuk memberikan contoh bagaimana menjalankan kehidupan sehari-hari dengan penuh kegembiraan, tanggung jawab dan kekudusan. Semoga keterangan ini dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

Tanggapan terhadap tuduhan penyembahan Maria

24

[Berikut ini adalah komentar dari saudara/i kita yang dari Protestan tentang beberapa teks doa yang ditujukan kepada Bunda Maria, yang dianggap mereka sebagai ‘penyembahan’ kepada Bunda Maria. Ingrid akan menjawabnya dari sisi ajaran Gereja Katolik]

Pertanyaan:

PENYEMBAHAN BERBUNGKUS PENGHORMATAN TERHADAP MARIA

berikut fenomena yang dapat menunjukan bahwa penghormatan itu sudah menjelma kepada penyembahan;

sem•bah n 1 pernyataan hormat dan khidmat (dinyatakan dng cara menangkupkan kedua belah tangan atau menyusun jari sepuluh, lalu mengangkatnya hingga ke bawah dagu atau dng menyentuhkan ibu jari ke hidung) mengangkat — , menghormat dng sembah; 2 kl kata atau perkataan yg ditujukan kpd orang yg dimuliakan: demikianlah — Hang Tuah; berdatang — , datang seraya berkata dng hormatnya;

pe•nyem•bah•an n 1 proses, cara, perbuatan menyembah; 2 pemujaan

me•mu•ja v 1 menghormati dewa-dewa dsb dng membakar dupa, membaca mantra, dsb; 2 memuja-muja; 3 menjadikan sesuatu dng mantra: ia ~ anak yg tidak tahu budi itu hingga menjadi batu;
sedang

hor•mat 1 a menghargai (takzim, khidmat, sopan): sepatutnyalah kita — kpd orang tua kita; 2 n perbuatan yg menandakan rasa khidmat atau takzim (spt menyembah, menunduk): hadirin serentak berdiri memberi — kpd tamu yg datang;

peng•hor•mat•an n proses, cara, perbuatan menghormati; pemberian hormat: ~ yg berlebih-lebihan dapat berubah sifatnya menjadi pemujaan;

sederhananya begini, penghormatan tertinggi sebenarnya bisa diwujudkan kepada orang tua kita masing2 atau orang yang kita anggap berjasa dalam hidup kita

tentu kita tidak diajarkan berdoa kepada orang tua kita bukan? Kita diajari untuk mendoakan orang tua kita
penghormatan yang menjadi berlebih-lebihan dapat menjadi pemujaan yang sama dengan penyembahan

lalu mengapa berdoa kepada Maria?

http://www.ekaristi.org/doa/dokumen.php?subaction=showfull&id=1150465575&archive=&start_from=&ucat=1&

ini definisi doa ;

doa n permohonan (harapan, permintaan, pujian) kpd Tuhan;

ber•doa v mengucapkan (memanjatkan) doa kpd Tuhan: ia selalu ~ sebelum dan sesudah melakukan sesuatu;

dari definisi tersebut doa itu hanya ditujukan kepada Tuhan saja

apakah Bunda Maria adalah Tuhan atau sama dengan Tuhan?

apakah doa kepada Bunda Maria bukan suatu penghormatan yang berlebihan dan pemujaan?

Apakah dibenarkan untuk berdoa kepada yang bukan Tuhan?

Sedangkan Tuhan YESUS hanya mengajarakan Doa Bapa Kami, tidak pernah diajarkan-Nya Doa Maria Kami

Mat 6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,

DIA mengajarkan juga Doa dalam Nama-Nya (TUHAN YESUS),

Joh 14:13 dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.

dan berdoa bersama Roh Kudus

Rom 8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Kemudian apakah dibutuhkan perantara untuk berdoa kepada Bapa? Atau menerima janji KRISTUS?

———
Malaikat Tuhan
Puji syukur, 1992, No. 15
Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan,
bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.
Salam Maria …
Aku ini hamba Tuhan,
terjadilah padaku menurut perkataanmu.

Salam Maria …

Sabda sudah menjadi daging,
dan tinggal di antara kita.

Salam Maria …

Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah,
supaya kami dapat menikmati janji KRISTUS.

Doa:
Ya Allah, karena kabar malaikat kami mengetahui bahwa YESUS KRISTUS Putra-Mu menjadi manusia; curahkanlah rahmat-Mu ke dalam hati kami, supaya karena sengsara dan salib-Nya, kami dibawa kepada kebangkitan yang mulia. Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami. Amin
———

Bukankah ketika KRISTUS mati tirai bait Allah terkoyak? Artinya apa? Dengan demikian tidak ada lagi perwakilan oleh siapapun juga

Heb 4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu YESUS, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.

Heb 4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Heb 4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Apakah dengan perwakilan tersebut, kembali “menjahit” tirai bait suci kembali? Lantas apakah sia-sia
kematian KRISTUS diatas salib?

Kemudian :
——-
Litani Jiwa Maria
Jiwa Maria, sucikanlah aku.
Hati Maria, nyalakanlah aku.
Tangan Maria, sanggahlah aku.
Kaki Maria, pimpinlah aku.
Bibir Maria, berkatalah padaku.
Duka cita Maria, kuatkanlah aku.
O Maria yang manis, dengarkanlah aku.
Janganlah mengizinkan aku terpisah darimu.
Terhadap musuh-musuhku, belalah aku.
Tuntunlah aku kepada YESUS yang manis. Semoga bersama dikau, aku dapat mencintai dan mengasihi sesamaku, dan memujimu untuk selama-lamanya. Amin
————–

Kembali Maria diposisikan sebagai “mediator agung”, sehingga jiwa Maria bisa menyucikan? Sehingga hati Maria, bisa menyalakan? Sehingga Tangan Maria bisa menopang? Sehingga kaki Maria bisa memimpin? Sehinga dukacita Maria bisa menguatkan? Dan begitu perlu untuk Maria mendengarkan kita manusia?

Lalu apa peran dan karya Roh Kudus? Bukankah semuanya itu fungsi dan karya Roh Kudus?

Jadi Maria yang mengantikan Roh Kudus?

Apa bisa sesama manusia menyucikan?

Heb 9:14 betapa lebihnya darah KRISTUS, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

Hanya darah KRISTUS yang bisa menyucikan manusia

Inilah mengapa saya nyatakan penghormatan itu terlalu berlebihan, sehingga menjadi penyembahan

Dan apakah kepada Maria manusia menyerahkan dirinya?
——
Doa Penyerahan Kepada Maria
Madah Bakti, 1991, No. 52
Santa Maria, Bunda Tuhan kami YESUS KRISTUS, engkaulah Ratu dunia termulia. sudilah engkau menjadi ratu kami semua. Tunjukanlah kepada kami jalan menuju kesucian dan bimbinglah kami supaya jangan tersesat.
Kuasailah budi kami, supaya kami hanya mencari yang benar.
Kuasailah kehendak kami, supaya kami hanya menginginkan yang baik.
Kuasailah hati kami, supaya kami saling mengasihi sebagi saudara.
Kuasailah diri kami masing-masing dan segenap anggota keluarga.
Kuasailah segenap warga masyarakat, segala bangsa dan pembesar-pembesar dunia.
Sudilah engkau menjadi tali pengikat mereka semua dalam persatuan yang teguh.
Kuasailah seluruh umat manusia.
Bukakanlah jalan iman bagi mereka yang belum mengenal Putramu, YESUS.
Bantulah agar segala bangsa bersatu padu, hidup rukun dan damai.
Naungilah seluruh umat manusia, lebih-lebih yang dianiaya dan dikejar-kejar.
Tabahkanlah mereka di dalam penindasan dan terangilah mereka di dalam kegelapan, agar tetap setia kepada YESUS, Puteramu.
Hantarlah semua permohonan kami kepada Putramu, sang Maharaja kerajaan damai, tempat setiap doa permohonan dikabulkan, setiap beban hati diringankan dan segala kelemahan disembuhkan.
semoga orang yang mengenal kekuasaan-Nya dan menaruh harapan pada-Nya. sekali waktu melihat kemegahan kerajaan Putramu, yang bersama Bapa dan Roh Kudus hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin
——-

Tunjukanlah kepada kami jalan? Bukankah YESUS KRISTUS sendiri yang sudah menunjukan siapa IA?

Joh 14:6 Kata YESUS kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Jadi Maria adalah “penunjuk jalan” kepada “Akulah Jalan”? sedangkan yang ingin “ditunjukan” sudah menunjukan diri sebagai “Jalan”?

Apakah penghormatan kepada Maria sudah menjadi berlebihan? Sehingga menjadi pemujaan dan penyembahan?

Saya teringat “kejadian” Rasul Yohanes ketika Malaikat menghampirinya, namun Malaikatpun menolak untuk disembah, saya percaya bila Maria “masih” hidup ia akan bersedih melihat dirinya dijadikan figur penyembahan

Rev 22:9 Tetapi ia berkata kepadaku: “Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!”

Semoga memberikan pencerahan

GBU, Shalom Lisa

Jawaban:

Shalom Lisa,

Pertama- tama saya mohon maaf atas keterlambatan jawaban saya.

1. Doa, menurut ajaran Gereja Katolik adalah:

KGK 2558     ….. “Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan” (Teresia dari Anak Yesus, ms. autob. 25r).

KGK 2559     “Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau satu permohonan kepada Tuhan demi hal-hal yang baik” (Yohanes dari Damaskus, f.o.3,24). …… Kerendahan hati adalah dasar doa, karena “kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Rm 8:26). Supaya mendapat anugerah doa, kita harus bersikap rendah hati: Di depan Allah, manusia adalah seorang pengemis (Bdk.Agustinus,serm. 56,6,9.. 2613, 2736)

Maka di dalam doa kita mengangkat hati kepada Tuhan dengan sikap kerendahan hati. Dalam kerendahan hati inilah kita mengarahkan pandangan kita ke surga, untuk memandang Allah yang disertai dengan para malaikat dan para kudus-Nya. Melalui doa inilah, kita dipersatukan dengan Kristus oleh kuasa Roh Kudus, dan kuasa Roh Kudus ini pulalah yang mempersatukan kita dengan Allah dan para kudus-Nya, terutama Bunda Maria sebagai Bunda yang melahirkan/ membawa Kristus kepada kita. Maria adalah Bunda Gereja yang berdoa bagi kita dan bersama kita. Gereja Katolik mengajarkan demikian:

KGK 2673    Di dalam doa, Roh Kudus mempersatukan kita dengan pribadi Putera yang tunggal dalam kodrat manusia-Nya yang dimuliakan. Melalui Dia dan di dalam Dia doa kita, sebagai putera-puteri Allah di dalam Gereja, disatukan dengan Bunda Yesus.

KGK 2675    Bertitik tolak dari peran serta Maria yang unik dalam karya Roh Kudus, Gereja-gereja telah mengembangkan doa kepada Bunda Allah yang kudus. Mereka mengarahkan doa ini seluruhnya kepada Kristus, sebagaimana Ia menyatakan diri dalam misteri-misteri-Nya. Dalam himne dan antifon yang tidak terhitung jumlahnya, yang menyatakan doa ini, biasanya dua gerakan berganti-ganti: yang satu memuja Tuhan untuk “hal-hal besar” yang Ia lakukan kepada abdi-Nya yang rendah hati, dan melalui dia untuk semua manusia (Bdk. Luk 1:46-55); yang lain mempercayakan kepada Bunda Yesus, segala permohonan dan pujian anak-anak Allah, karena ia mengetahui kodrat manusia, yang dengannya Putera Allah telah bersatu di dalam dia.

KGK 2682    Berdasarkan peran serta yang unik dari Perawan Maria dalam karya Roh Kudus, Gereja suka berdoa dalam persatuan dengannya, supaya bersama dia memuji hal-hal besar yang telah dikerjakan Allah baginya, dan untuk mempercayakan kepada Maria permohonan dan pujian.

Dengan demikian memang doa bagi umat Katolik pertama-tama ditujukan kepada Allah Bapa; atau juga kepada Kristus Allah Putera (lih. KGK 2680), oleh kuasa Roh Kudus. Kuasa Roh Kudus iniah, yang telah membangkitkan Yesus dari kematian (Rom 8:11), dan yang sekarang diam di dalam kita, yang menghidupkan kita, dan menghidupkan juga orang-orang kudus-Nya, termasuk Bunda Maria. Oleh karena itu di dalam doa, selain kita dipersatukan dengan Allah, kita dipersatukan dengan mereka juga.

2. Maka persekutuan para kudus di dalam Tuhan ini tidak mengacaukan permohonan dan pemujaan kita kepada Tuhan. Doa umat Katolik tetap ditujukan kepada Tuhan, namun jika diucapkan permohonan kepada Bunda Maria, itu selalu dalam konteks pemahaman sebagai berikut: 1) bahwa Maria selalu bekerjasama dengan Tuhan dalam rencana keselamatan Allah (sebagai Co- Redemptrix); dan 2) bahwa oleh ketaatannya ia dipilih untuk membawa Kristus ke dunia dan dengan demikian ia menjadi saluran  bagi rahmat Allah yang tercurah kepada manusia (sebagai Mediatrix).

Kitab Suci memang hanya mengajarkan doa Bapa kami (Mat 6:9-13), namun Kitab Suci juga mengajarkan tentang kuasa permohonan/ perantaraan Bunda Maria melalui kisah perkawinan di Kana (Yoh 2: 1-11). Gereja Katolik melestarikan keduanya, sesuai dengan pengajaran para rasul dan Bapa Gereja (yang disebut Tradisi Suci) dan karenanya mengajarkan bahwa doa memang pertama-tama ditujukan kepada Tuhan, namun Tuhan melibatkan Bunda Maria untuk berperan serta mendoakan dan membagikan rahmat-Nya kepada manusia. Ini selaras dengan kehendak Tuhan sendiri, yang walaupun dapat datang ke dunia langsung tanpa perantaraan manusia yang lain, namun kenyataannya Ia memilih manusia yang lain, yaitu Bunda Maria, sebagai ibu untuk melahirkan-Nya. Maka Maria digunakan Allah sebagai “sarana” untuk menyampaikan rahmat-Nya kepada manusia.

3. Tirai Bait Allah yang terkoyak pada saat Kristus wafat artinya adalah berakhirnya Perjanjian Lama dan penggenapannya dalam Perjanjian Baru, yang ditandai oleh darah Kristus. Kita mengetahui bahwa tirai itu adalah yang membatasi dua ruangan terkudus pada Bait Allah, yaitu ruang kudus dan ruang Maha Kudus (lih. 1 Raj 6:15-), yaitu tempat diletakkannya tabut perjanjian lama. Hanya satu kali dalam setahun imam agung memasuki tempat Maha Kudus ini untuk melakukan ritus penebusan dosa bagi bangsa Israel. Tirai inilah yang terkoyak pada saat Kristus wafat, yang berarti berakhirlah penyembahan seperti yang ditetapkan dalam PL. Di PB, penyembahan yang berkenan kepada Allah adalah yang dilakukan di dalam Roh dan kebenaran (Yoh 4:23), yang diberikan melalui Kristus yang adalah Sang Imam Agung dan Sang Kurban itu sendiri. Bagi umat Katolik, penyembahan dalam Roh dan kebenaran kepada Allah di dalam Kristus dan melalui Kristus ini dilakukan pada saat perayaan Ekaristi.

Maka tirai itu tidak untuk dihubungkan dengan Bunda Maria, apalagi mengatakan dengan adanya Bunda Maria artinya tirai itu “dijahit kembali”. Gereja Katolik mengakui bahwa Kristus adalah satu-satunya Pengantara kepada Allah Bapa (1 Tim 2:4), namun Pengantaraan satu-satunya ini melibatkan juga anggota-anggota Tubuh-Nya yang lain, yaitu secara khusus Bunda Maria, yang kerap kali dianalogikan sebagai ‘leher’ oleh para Bapa Gereja. Maka karena persatuannya dengan Kristus, Maria ini tidak menjadi “tirai” yang menghalangi, ataupun menjadi perantara “saingan” Kristus. Maria bekerja sama dan mendukung Kristus, sehingga keberadaannya tidak menjadikan kematian Kristus “sia- sia”. Perantaaan Bunda Maria selalu berada di bawah Pengantaraan Kristus, dan tergantung padanya, sehingga keberadaannya bukan mengurangi kemuliaan-Nya tetapi malahan menyatakan kemuliaan-Nya.

3. Mengenai teks doa tersebut, mari kita melihatnya satu persatu.

a. Doa Malaikat Tuhan (atau juga dikenal sebagai doa Angelus). Doa ini bertujuan untuk mengingatkan kita akan misteri Inkarnasi  yaitu penjelmaan Putera Allah menjadi manusia dalam diri Kristus. Maka isi doanya bersumber dari ayat- ayat Kitab Suci. Demikian teks-nya, dan ayat KS yang mendukungnya saya cetak warna ungu:

Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan,
bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. (lih. Luk 1:35)
Salam Maria …
Aku ini hamba Tuhan,
terjadilah padaku menurut perkataanmu. (lih. Luk 1:38)

Salam Maria …

Sabda sudah menjadi daging,
dan tinggal di antara kita.  (lih. Yoh 1:14)

Salam Maria …

Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah,
supaya kami dapat menikmati janji KRISTUS (hidup dalam Kristus (2 Tim 1:1), sebagai ahli waris Kerajaan Allah, Ef 3:6; Yak 2:5).

Doa:
Ya Allah, karena kabar malaikat kami mengetahui bahwa YESUS KRISTUS Putra-Mu menjadi manusia (lih. Luk 1:26-38); curahkanlah rahmat-Mu ke dalam hati kami, supaya karena sengsara dan salib-Nya, kami dibawa kepada kebangkitan yang mulia (lih. Rom 6:5). Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami. Amin.

b. Doa Litani Jiwa Maria

Jiwa Maria, sucikanlah aku.
Hati Maria, nyalakanlah aku.
Tangan Maria, sanggahlah aku.
Kaki Maria, pimpinlah aku.
Bibir Maria, berkatalah padaku.
Duka cita Maria, kuatkanlah aku.
O Maria yang manis, dengarkanlah aku.
Janganlah mengizinkan aku terpisah darimu.
Terhadap musuh-musuhku, belalah aku.
Tuntunlah aku kepada YESUS yang manis.

Semoga bersama dikau, aku dapat mencintai dan mengasihi sesamaku, dan memujimu untuk selama-lamanya. Amin

Dengan pengertian doa seperti yang disebutkan di atas, maka ketika kita berdoa agar Bunda Maria “menyucikan” kita, itu karena kita percaya bahwa rahmat Allah yang menyucikan diberikan kepada kita melalui Maria (karena perannya sebagai Mediatrix dan Co- Redemptrix). Namun, sebenarnya Allah Tritunggal-lah yang menyucikan kita. Maria hanya menyalurkan rahmat tersebut kepada kita karena kuasa doanya.

Saya pribadi memang memilih untuk tidak menggunakan kata- kata ini (Maria, sucikanlah aku) karena saya mengetahui bahwa rahmat pengudusan itu berasal dari Allah. Terus terang saya tidak mengetahui dari mana asalnya doa ini, sebab menurut tradisi para kudus yang saya ketahui adalah doa yang disusun oleh St. Ignatius Loyola, yaitu, “Jiwa Kristus, sucikanlah aku” (Soul of Christ, sanctify me)

Dengan pengertian ini, maka benar pernyataan anda bahwa yang menyucikan adalah Allah sendiri, melalui darah Kristus, oleh kuasa Roh Kudus. Namun jika sampai dikatakan Maria ‘menguduskan’ itu adalah karena perannya sebagai mediatrix yang menghantarkan kita kepada kekudusan, dengan beberapa cara: 1) dengan teladan hidupnya; 2) dengan doa syafaatnya dan dengan membagikan rahmat pengudusan yang berasal dari Allah; 3) dengan mendorong kita untuk lebih mengasihi Allah dan meningkatkan kehidupan doa kita, yang melaluinya jiwa kita dikuduskan. Dengan konteks yang sama, kita melihat bagaimana Maria dapat ‘menyalakan’ hati kita untuk mengasihi Allah, menyanggah kita, menguatkan, dst.

Maka jika kita menghormati Maria, adalah karena kita mau dengan rendah hati mengakui perannya yang istimewa dalam rencana Keselamatan Allah, dan karena teladan hidup-nya yang sungguh menjadi contoh kekudusan bagi semua umat beriman. Penghormatan ini tidak akan menjadi penyembahan, karena kita mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa segala yang ada pada Maria adalah pemberian Allah.  Kita memuji Allah atas segala perbuatan-Nya yang ajaib yang dinyatakan dalam diri Maria, dan kita memuji Maria (tentu dengan derajat yang tidak sama dengan pujian kita kepada Allah) atas teladan iman dan ketaatannya kepada Allah. Jadi jika kita ‘memuji’ Maria itu tidak berarti kita menyembah Maria. Kita hanya mengatakan pujian kepadanya, seperti halnya kita memuji seseorang yang memang telah melakukan sesuatu dengan baik (seperti kepada seorang juara atau pahlawan), atau seorang yangdiberkati secara khusus oleh Allah (seperti kepada seseorang yang cakap atau pandai).

c. Doa Penyerahan Kepada Maria Madah Bakti, 1991, No. 52

Santa Maria, Bunda Tuhan kami YESUS KRISTUS, engkaulah Ratu dunia termulia. Sudilah engkau menjadi ratu kami semua. Tunjukanlah kepada kami jalan menuju kesucian dan bimbinglah kami supaya jangan tersesat.
Kuasailah budi kami, supaya kami hanya mencari yang benar.
Kuasailah kehendak kami, supaya kami hanya menginginkan yang baik.
Kuasailah hati kami, supaya kami saling mengasihi sebagi saudara.
Kuasailah diri kami masing-masing dan segenap anggota keluarga.
Kuasailah segenap warga masyarakat, segala bangsa dan pembesar-pembesar dunia.
Sudilah engkau menjadi tali pengikat mereka semua dalam persatuan yang teguh.
Kuasailah seluruh umat manusia.
Bukakanlah jalan iman bagi mereka yang belum mengenal Putramu, YESUS.
Bantulah agar segala bangsa bersatu padu, hidup rukun dan damai.
Naungilah seluruh umat manusia, lebih-lebih yang dianiaya dan dikejar-kejar.
Tabahkanlah mereka di dalam penindasan dan terangilah mereka di dalam kegelapan, agar tetap setia kepada YESUS, Puteramu.
Hantarlah semua permohonan kami kepada Putramu, sang Maharaja kerajaan damai, tempat setiap doa permohonan dikabulkan, setiap beban hati diringankan dan segala kelemahan disembuhkan.
Semoga orang yang mengenal kekuasaan-Nya dan menaruh harapan pada-Nya. Sekali waktu melihat kemegahan kerajaan Putramu, yang bersama Bapa dan Roh Kudus hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin

Dengan pengertian yang sudah dituliskan di atas, maka doa penyerahan di sini maksudnya adalah bahwa kita menyerahkan diri kepada pertolongan doa-doa Bunda Maria. Ini adalah bentuk penyerahan kita sebagai seorang yang kecil di hadapan Allah, seperti seorang anak kecil yang memohon bantuan ibunya untuk menuntunnya berjalan agar dapat sampai ke tujuan. Dalam hal ini, tujuannya adalah Yesus yang adalah “Jalan, Kebenaran dan Hidup” (Yoh 14:6). Ibaratnya Yesus adalah jalan tol, maka Maria adalah jalan untuk menuju jalan tol tersebut. Sebab Kristus dalam ke-Allahannya memang telah menunjukkan jalan kekudusan kepada kita, tetapi dengan teladan-nya Maria telah menunjukkan bagaimana ia telah menerapkan jalan kekudusan Kristus dalam hidupnya sendiri, sehingga kita dapat belajar daripadanya.

Demikian pula perkataan ‘kuasailah’ di sini adalah untuk diartikan agar Maria sebagai Bunda Gereja membimbing/ membentuk hati umat beriman ke arah yang baik, seperti halnya orang tua ‘menguasai’ anak- anaknya, dalam artian mendidik/ berperan dalam pembentukan karakter anaknya. Sama seperti ibu di dunia dihormati oleh anak- anaknya, maka Bunda Maria di surga sebagai Bunda umat beriman juga layak dihormati. Ia tidak akan sedih dengan penghormatan ini, malah ia akan bersyukur kepada Tuhan seperti yang dikatakannya sendiri dalam kidung Magnificat,

“Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” (Luk 1:46-49)

Dengan kerendahan hatinya, Maria sepenuhnya menyadari bahwa segala penghormatan ataupun pujian yang diberikan kepadanya semata- mata adalah milik Allah.

Saya percaya dengan caranya sendiri Bunda Maria akan membantu kita anak-anaknya yang menghormatinya untuk sampai kepada pengertian ini: bahwa hanya Allah-lah yang patut disembah dan dimuliakan; dan ia akan terus menyertai dan menghantar kita agarsampai kepada persatuan dengan Allah, seperti yang telah dialaminya, atas kemurahan kasih Allah.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan sebagai tanggapan saya atas pernyataan anda. Semoga tulisan ini dapat menjadi masukan yang berguna juga buat anda, dan anda dapat memahami bahwa umat Katolik tidak menyembah Maria dengan berbungkus penghormatan kepadanya.

Doa Rosario, doa yang sungguh Alkitabiah

39

Pertanyaan:

hai
jika kita sering berdoa rosario, sehingga proporsi doa kita menjadi jauh lebih banyak untuk bunda Maria daripada yang langsung kepada Tuhan Yesus, dan dalam doa2 kita pun lebih banyak berbincang kepada Bunda Maria, apakah ini tidak apa apa?

Terima kasih – aaa

Jawaban:

Shaloom aaa,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang doa kepada Bunda Maria dalam doa rosario. Sebenarnya kalau kita melakukan doa rosario dan menghayatinya dengan benar-benar, maka kita berdoa sesuai dengan Kitab Suci. Kita berdoa “Aku Percaya”, yang mengingatkan kita akan iman yang kita percayai. Kita berdoa 6x Bapa Kami, doa yang diajarkan oleh Yesus, dan kita juga berdoa 53x doa Salam Maria. Dan doa Salam Maria sendiri adalah doa yang berdasarkan Alkitab. Mari kita melihat satu-persatu kalimat dari doa ini:

Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu: “Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” (Lk 1:28)
Dalam doa Maria bahasa Inggris: Hail Mary, full of grace, the Lord is with you. Bandingkan dengan RSV “And he came to her and said, “Hail full of Grace, the Lord is with you!

Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus: “lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” (Lk 1:42).

Santa Maria Bunda Allah: “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Lk 1:43).

Doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.: “Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” (Yak 5:16). “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, –yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota–menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” (Ef 4:16). Jadi, kalau semua umat Alllah adalah hidup, walaupun tidak berada di dunia ini dan kita harus saling mendoakan, maka adalah sudah seharusnya kita memohon agar Bunda Maria (yang telah dibenarkan oleh Allah dan pasti telah berada di Sorga) mendoakan kita semua yang masih mengembara di dunia ini.

Dan penjabaran yang sangat indah dijabarkan di dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK, 2676-2677).

KGK, 2676. Gerakan ganda dari doa kepada Maria, terungkap secara bagus di dalam “Salam Maria“: Salam Maria. Secara harfiah: “Bergembiralah, Maria”. Salam malaikat Gabriel membuka doa Ave. Allah sendiri memberi salam kepada Maria melalui malaikat-Nya. Doa kita berani mengambil alih salam kepada Maria, dengan memandang hamba yang hina, seakan-akan dengan mata Allah Bdk. Luk 1:48. dan mengambil bagian dalam kegembiraan, yang Allah alami karena Maria Bdk. Zef 3:17b.. Penuh rahmat, Tuhan sertamu. Kedua bagian dari salam malaikat saling menjelaskan. Maria penuh rahmat, karena Tuhan ada sertanya. Rahmat yang memenuhi dia seluruhnya adalah kehadiran Dia yang merupakan sumber segala rahmat. “Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!… Tuhan Allahmu ada di antaramu” (Zef 3:14.17a). Maria, yang didalamnya Tuhan sendiri tinggal, adalah puteri Sion secara pribadi, Tabut Perjanjian dan tempat di mana kemuliaan Tuhan bertakhta. Ia adalah “kemah Allah di tengah-tengah manusia” (Why 21:3). “Penuh rahmat“, Maria menyerahkan diri sepenuhnya kepada Dia yang mengambil tempat tinggal di dalamnya dan hendak ia berikan kepada dunia. Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Sesudah salam malaikat kita menggunakan sapaan Elisabet. “Dipenuhi oleh Roh Kudus” (Luk 1:41) Elisabet adalah orang pertama dari sederetan panjang angkatan-angkatan yang menyebut Maria bahagia Bdk. Luk 1:48.: “Berbahagialah ia yang telah percaya” (Luk 1:45). Maria “diberkati di antara semua perempuan” (1:42), karena ia telah percaya bahwa Sabda Allah akan dipenuhi. Atas dasar iman, “semua bangsa [telah) mendapat berkat” melalui Abraham (Kej 12:2-3). Atas dasar iman, Maria telah menjadi Bunda kaum beriman. Karena jasa Maria, semua bangsa di dunia dapat menerima Dia, yang adalah berkat Allah sendiri: “Yesus, buah tubuhmu yang terpuji”.

KGK, 2677. Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami… Bersama Elisabet kita merasa heran, “Siapakah aku ini, sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk 1:43). Karena Maria hendak memberi kita Puteranya Yesus, maka ia yang adalah Bunda Allah, juga menjadi Bunda kita. Kita dapat menyampaikan kepadanya segala kesusahan dan permohonan kita. Ia berdoa bagi kita, sebagaimana ia berdoa untuk dirinya sendiri: “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Kalau kita mempercayakan diri kepada doanya, kita menyerahkan diri bersama dia kepada kehendak Allah: “Jadilah kehendak-Mu”. Doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Kalau kita memohon kepada Maria supaya mendoakan kita, kita mengakui diri sebagai orang berdosa dan berpaling kepada “Bunda kerahiman”, yang kudus seutuhnya. Kita mempercayakan diri kepadanya “sekarang”, dalam kehidupan kita hari ini. Dan kepercayaan kita itu meluas lagi, sehingga kita sekarang ini sudah mempercayakan “waktu kematian kita” kepadanya. Semoga ia sungguh hadir, seperti pada waktu kematian Puteranya di salib, dan semoga ia menerima kita pada waktu kematian kita sebagai ibu Bdk. Yoh 19:27., agar mengiringi kita menuju Puteranya Yesus, masuk ke dalam Firdaus.

Hal penting yang lain adalah dalam berdoa rosario, kita merenungkan peristiwa-peristiwa (gembira, sedih, mulia, terang), yang kalau direnungkan dengan baik akan mengantar kita masuk ke dalam misteri kehidupan Kristus. Dengan demikian peristiwa-peristiwa kehidupan Kristus juga mewarnai apa yang terjadi di dalam kehidupan kita, sehingga kita akan mendapatkan inspirasi dan kekuatan dari Kristus sendiri. Jangan kuatir bahwa doa rosario akan menyesatkan kita, bahkan kalau kita mau belajar dari santa-santo, seperti St. Padre Pio, yang terberkati Ibu Teresa dari Kalkuta, mereka berdoa rosario setiap hari. Kalau mau dibilang “resiko“, maka resiko berdoa rosario dengan sungguh-sungguh adalah mengantar kita menjadi santa-santo. Jadi, bersiap-siaplah untuk menanggung resiko ini.

Akhirnya, mari kita merenungkan apa yang dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II tentang doa rosario:

“Sebagai doa damai, rosario selalu dan akan selalu menjadi doa keluarga dan doa untuk keluarga. Ada saatnya dulu, bahwa doa ini menjadi doa kesayangan keluarga, dan doa ini yang membawa setiap anggota keluarga menjadi sekat satu sama lain…. Kita perlu kembali kepada kebiasaan doa keluarga bersama berdoa untuk keluarga-keluarga…. Keluarga yang berdoa bersama, akan tetap tinggal bersama. … Para anggota keluarga, dengan mengarahkan pandangan pada Yesus juga akan mampu memandang satu sama lain dengan mata kasih, siap untuk berbagi, untuk saling mendukung, saling mengampuni dan melihat perjanjian kasih mereka diperbaharui oleh Roh Allah sendiri.” (Rosarium Virginis Mariae, 41, Paus Yohanes Paulus II)

Stipendium adalah suatu bentuk keadilan dan kasih

8

Pertanyaan:

Malam Bu Inggrid & Pa Stef,
Mau tanya ni sedikit ni:
1. Dalam perayaan ekaristi, umat yang meminta didoakan biasanya menuliskan ujudnya tersebut pada sebuah amplop yang telah diisi dengan sejumlah uang. Bagaimana pendapatnya tentang hal ini? Saya kuatir surat pengampunan dosa (aflat) berubah wujud menjadi surat pengabulan dosa.

Terima kasih atas penjelasnnya!! – Piony

Jawaban:

Shalom Piony,

Terima kasih atas pertanyaannya. Pertanyaan tentang ujud Misa yang dibarengi dengan amplop adalah tidak menjadi masalah, karena ini adalah bentuk untuk membagi dengan para imam, memberi apa yang menjadi hak imam. Kita tahu bahwa di dalam Perjanjian Lama, para imam mendapatkan bagian yang layak untuk semua pelayanannya. Perjanjian Lama memuat begitu banyak ayat yang menjelaskan hak para imam, seperti:

Num 18:21 Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan. (lih juga Im 27:30)

Deu 18:1 “Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian milik pusaka bersama-sama orang Israel; dari korban api-apian kepada TUHAN dan apa yang menjadi milik-Nya harus mereka mendapat rezeki.

Dari ayat-ayat tersebut, kita melihat bahwa para imam Perjanjian Lama menerima bagian yang menjadi haknya, karena memang mereka terikat dalam pelayanan untuk mempersembahkan kurban, sehingga waktu yang mereka punyai diperuntukkan oleh Tuhan sepenuhnya. Pada awalnya, di dalam Perjanjian Baru belum ada aturan khusus untuk mengatur bagaimana mendukung para imam. Hal ini terlihat dari rasul Paulus yang tetap bekerja sebagai pembuat tenda, meskipun dia tahu bahwa dia mempunyai hal (lih. 1 Kor 4:12; Kis 18:3; Kis 20:34). Dan kita juga melihat bagaimana kaum religius mencukupi kebutuhan mereka dengan bercocok tanam, beternak, membuat kerajinan, dll.

Namun dengan semakin kompleksnya pelayanan dan juga tuntutan para imam untuk melayani umat, maka adalah adil untuk mencukupi kebutuhan jasmani para imam yang telah melayani kebutuhan rohani para umat. Dan ini juga ditekankan dalam Perjanjian Baru, yang mengatakan:

1 Kor 9:13: Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu?

1Tim 5:17-18: 17 Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. 18 Bukankah Kitab Suci berkata: “Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,” dan lagi “seorang pekerja patut mendapat upahnya.”

Dan disiplin ini diajarkan oleh St. Augustinus, St. Ambrose, dan santa-santo yang lain, yang juga ditetapkan dalam Synods of Tours (56), Macon (586), yang semuanya mengajarkan untuk mendukung kehidupan para imam. Dan kemudin, Kitab Hukum Kanonik (KHK) juga mengatur hal ini dalam:

Kan. 946 – Umat beriman kristiani, dengan menghaturkan stips agar Misa diaplikasikan bagi intensinya, membantu kesejahteraan Gereja dan dengan persembahan itu berpartisipasi dalam usaha Gereja mendukung para pelayan dan karyanya.

Kan. 947 – Hendaknya dijauhkan sama sekali segala kesan perdagangan atau jual-beli stips Misa.

Kan. 951 – § 1. Imam yang pada hari yang sama merayakan beberapa Misa, dapat mengaplikasikan setiap Misa bagi intensi untuknya stips dipersembahkan, tetapi dengan ketentuan bahwa kecuali pada hari raya Natal, hanya satu stips Misa boleh menjadi miliknya, sedangkan yang lain diperuntukkan bagi tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh Ordinaris, dengan tetap diizinkan sekadar retribusi atas dasar ekstrinsik.

§ 2. Imam yang pada hari yang sama berkonselebrasi Misa kedua, tidak boleh menerima stips untuk itu atas dasar apapun.

Dengan dasar-dasar di atas, maka Gereja sebenarnya telah memberikan peraturan yang jelas tentang stipendium. Besarnya stipendium ditetapkan oleh ordinaris di tiap-tiap keuskupan. Dengan demikian, tidak perlu takut bahwa stipendium dapat menjadi hal-hal yang disalahgunakan, karena Gereja telah mempunyai peraturan yang jelas tentang hal ini. Kalaupun ada pelanggaran, maka tugas dari masing-masing ordinaris untuk dapat mengaturnya secara lebih baik. Kalau kita pikirkan, seorang imam tidak akan kaya dengan menerima stipendium. Semoga jawaban ini dapat membantu, dan mari kita semua lebih memperhatikan kebutuhan para imam yang telah diberikan oleh Tuhan untuk mendukung kita semua dalam kehidupan spiritual kita, terutama melalui Sakramen-sakramen.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

1 Kor 14:22-24

0

Pertanyaan:

Untuk P Stev tolong penjelasan 1 Kor 14 : 22 – 24, terima kasih

Damai dan Kasih Kristus Beserta kita.. Budijanto Maslim

Jawaban:

Shalom Budijanto,

1 Kor 14:22-24 mengatakan,

22. “Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman.

23. Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?

24. Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua…”

Karunia bahasa roh yang dikatakan ditujukan untuk orang yang tidak beriman, maksudnya di sini adalah karunia berdoa di dalam bahasa roh, yang memang terlihat spektakular, sehingga dapat menarik bagi mereka yang tidak/ belum percaya. Namun Rasul Paulus juga mengingatkan, bahwa karunia ‘berdoa dalam roh’ ini juga dapat disalah artikan terutama jika mereka yang belum/ tidak percaya itu belum diberi penjelasan tentang bahasa Roh, karena mereka dapat menyangka bahwa orang yang berdoa dalam Roh dengan bahasa yang asing tersebut sebagai orang yang aneh/ ‘gila’.

Dengan demikian, memang Rasul Paulus mengatakan bahwa karunia nubuat menjadi sesuatu yang lebih baik, dalam artian lebih dapat dimengerti baik oleh mereka yang belum percaya maupun mereka yang sudah percaya. Karunia nubuat dapat menyampaikan pesan-pesan Kristiani untuk membangun iman umat, ataupun untuk membawa orang-orang yang belum percaya kepada pertobatan.

Maka, karunia berdoa dalam bahasa Roh, sering dikenal juga sebagai karunia ‘senandung dalam Roh’, Ini berbeda dengan karunia berkata-kata dalam Roh, yang dapat ditafsirkan dan memberikan pesan rohani kepada umat (lih. 1 Kor 14:27). Hal ini telah disampaikan oleh Sr. Skolastika di sini, silakan klik.

Selanjutnya tentang apa itu bahasa Roh, silakan anda klik di sini.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab