Berikut ini adalah kisah kesaksian dari salah seorang pembaca, Bp. Felix Sugiharto, yang mengisahkan bagaimana papanya sebelum wafatnya dapat menerima Kristus dan menerima Baptisan. Sungguh suatu pengalaman yang indah tentang betapa Tuhan menjawab kerinduan seluruh keluarga agar sang papa dapat mengenal dan menerima Tuhan Yesus sebelum ia berpulang. Suatu pengalaman yang juga menunjukkan betapa dalam keadaan susah, kita dapat mensyukuri rahmat kasih Tuhan yang disampaikan oleh para imam-Nya dan oleh sesama saudara dalam Kristus.
Semoga pengalaman ini berguna bagi para pembaca situs katolisitas.org.
Kalau anda ingin membagikan pengalaman hidup anda di website ini, silakan untuk mengirimkannya ke: katolisitas [at] gmail.com
“Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain” (Mzm 84:10)
Shalom
Saya anak sulung dari keluarga empat bersaudara, pada tgl 18 Januari 2010 yang lalu papa kami (85 th) masuk Rumah Sakit karena urine mengeluarkan darah yang kemudian menjalani operasi prostat. Lima hari setelah menjalani operasi keadaan papa kami menjadi lebih buruk dan dokter menganjurkan perawatan diruang ICU. Selama masa menjalani perawatan intensif di kamar ICU, papa saya ditangani oleh dua orang dokter spesialis Rumah Sakit, ditambah lagi dua orang dokter sahabat keluarga (sebagai penasehat medis) untuk memantau semua hasil pengobatan medis terhadap papa kami. Dalam waktu 3 minggu di ICU kesahatan papa kami makin memburuk, fisik semakin menurun dan stamina semakin melemah, seluruh tubuhnya banyak dimasukkan selang- selang dari bagian hidung, mulut, dada, tangan, paha, juga pembuangan air seni, pemantauan kerja jantung, nafas, supply obat- obatan yang dimonitor oleh alat- alat secara ketat sekali. Keadaan demikian berlangsung dari keadaan papa kami masih bisa berkomunikasi (dengan berbicara) sampai tidak sanggup berinteraksi lagi dengan kita anak- anaknya, hanya sesekali membuka mata dengan pandangan mata yang kosong dan tubuh tanpa tenaga, keadaan demikian membuat seluruh keluarga kami atau bagi siapa saja yang menyaksikannya merasa iba, dan seluruh anggota keluarga hanya dapat berdoa… berdoa… dan berdoa terus dengan pasrah, sambil mengharapkan terjadinya mukzijat pada papa kami..
Keluarga papa kami mempunyai empat orang anak dan empat orang cucu, semuanya sudah dibaptis. Ada yang beragama Katolik, ada juga yang Kristen Protestan bahkan ada yang sebagai pengikut semacam faham reiki Yoga atau teori universe (walaupun dulu pernah dibaptis), hanya tinggal papa kami satu- satunya yang belum bersedia menerima Yesus sebab generasi keluarga papa kami adalah pengikut agama Budha Kelenteng.
Nah, di saat papa kami sudah memasuki keadaan sangat kritis, seluruh keluarga kami termasuk mama sangat risau juga bingung dengan bagaimana mengutarakan maksud sekeluarga supaya papa mau segera menerima baptisan. Terus terang selama ini tak seorangpun dari kami berani menanyakan hal ini kepada papa yang sedang sakit. Memang papa kami sesekali ke gereja hanya bersama mama, dan sesekali berinteraksi dengan kalangan Protestan baik Pendeta maupun umatnya. Satu hal yang pasti dan nyata adalah sama sekali tidak pernah ke Gereja Katolik dan hanya mengenal Gereja Katolik dari cerita anak- anaknya yang beragama Katolik saja. Waktu itu saya sendiripun menjadi bingung dengan bagaimana caranya menanyakan hal baptisan kepada papa dengan pertimbangan bahwa adik saya dan mama kami dari pihak Kristen Protestan yang tentu mempunyai harapan- harapan yang lain. Saya sempat juga mengirim email kepada ibu Ingrid untuk meminta saran dan pendapat didalam hal “Baptisan Bagi Orang Sakit” yang segara dibalas oleh ibu Ingrid hanya beberapa jam kemudian, sungguh begitu cepatnya mendapat balasan team katolisitas.org yang pantas mendapat acungan jempol atas pelayanannya kepada kami sekeluarga. Setiap malam saya selalu berdoa dengan pasrah, juga setiap besuk di Rumah Sakit saya di samping papa lebih banyak berdoa bagi kesembuhan beliau dan memohon belas kasihan dan pengampunan dari Tuhan…
Mukjizat itu nyata…..
Pada tanggal 12 Feb 2010 sekitar jam 8 pagi itu mukjizat telah terjadi. Secara mendadak papa kami membuka matanya sambil mengawasi sekilas keadaan di dalam kamar ICU, yang mana sehari sebelumnya sepanjang hari penuh papa hanya memejamkan mata. Melihat papa dalam keadaan sadar, salah seorang adik saya langsung menanyakan, “Papa mau disembuhkan Tuhan Yesus..? Papa mau menerima Yesus..? Papa mau dibaptis oleh Gereja Katolik dibaptis oleh Pastor..? Setiap pertanyaan tadi dijawab dengan anggukan kepala yang pasti oleh papa kami yang tercinta. Kamar ICU penuh keharuan oleh kejadian ini dan tak lewat dari 20 menit kemudian seorang Pastor Paroki telah hadir dan langsung memberikan Sakramen Baptis sekaligus Sakramen Perminyakan untuk papa kami. Sehari kemudian papa telah meninggal dengan tenang, kami seluruh keluarga di samping merasa kehilangan namun rasa syukur dan kedamaian hati lebih menyelimuti kami semuanya, sebab kami semua tahu bahwa kepergian papa kami adalah kepergian menyongsong Tuhan Yesus.
Pelayanan yang nyata…..
Sejak papa kami meninggal pada hari Minggu, begitu pula satu seminggu penuh selama jasad papa disemayamkan di rumah duka, sampai hari penguburan yang juga jatuh pada hari Minggu, dari hari ke hari kami isi dengan persekutuan doa-doa selain menjalani Misa-misa sesuai ketentuan Gereja, di mana Pastor Paroki selalu memberikan pelayanan-pelayanan sesuai keadaan dan permintaan keluarga. Pada hari penguburanpun yang juga jatuh pada hari Minggu, pagi-pagi sekali sejak pukul 06.00 sudah ada seorang Pastor yang dengan setianya mendampingi kami untuk pemberangkatan jenazah menuju tempat peristirahatan papa yang terakhir, memimpin Misa hingga semuanya selesai pada jam 11.00 siang.
Salut dan pujian oleh pelayanan Kasih…..
Setelah selesai semuanya dan pada suatu pertemuan keluarga, di mana pertemuan kami untuk membahas persekutuan doa-doa selanjutnya, tanpa sebab salah seorng adik saya yang Kristen Protestan menyeletuk dan ucapnya: “Sungguh luar biasa sekali sikap pelayanan seorang Pastor kepada Umat dari Gereja Katolik. Saat papa kritis hanya oleh sebuah telpon, hanya dalam waktu kurang dari setengah jam Pastor Paroki hadir di tempat memberikan Baptisan, begitu pula pelayanan Pastor-pastornya. Sejak papa meninggal yang jatuh pada hari raya (Imlek), juga setiap ritual yang dijalani jatuh pada hari Sabtu dan Minggu, dan Pastor selalu bisa melayani umatnya, keadaan ini sangat berbeda sekali dengan gereja Kristen di mana saat-saat seperti keadaan yang dihadapi, tak mungkin ada seorang Pendeta yang bisa melayani umat apalagi yang berhubungan dengan kematian seseorang”.
Memang betul pepatah mengatakan “Tak Kenal Maka Tak Sayang”, terutama bagi mereka yang berdiri di luar Gereja Katolik yang hanya melihat tanpa mau bergabung atau bersedia masuk bergabung dalam komunitas Katolik tentu mempunyai perbedaan persepsi yang tidak beralasan, begitu pula saudara saya merupakan contoh nyata sebuah figur kaum yang menolak ajaran Gereja Katolik… mudah- mudahan tulisan kesaksian saya ini menjadi permenungan bagi kita semua, bahwa begitu besar rahmat kasih Allah yang telah ditawarkan oleh Tuhan kepada kita semua melalui Gereja Katolik yang didirikan oleh Yesus Tuhan kita. Betapa mulianya teladan pelayanan kasih yang telah Kristus ajarkan melalui pengabdian para imam-Nya bagi pengikut- pengikutNya. Sakramen Imamat membuahkan pengabdian sejati para Pastor di dalam pelayanan umat, begitu pula di bawah sistim Hirarkis Gereja Katolik yang dipimpin oleh Bapa Paus yang ditaati sampai pada tingkat wilayah Paroki, sungguh mencerminkan buah pengajaran Tubuh Mistik Kristus yang sejati.
Saya sangat bersyukur sekali, bahwa Tuhan telah membawa papa kami ke dalam pengakuan-Nya kepada Gereja Katolik dan sekaligus menerimanya, kemudian telah membawa pula adik kandung saya menjadi saksi pelayanan Gereja Katolik. Hatiku sering berkata “di sinilah ‘rumahku’, Bapa – Gereja Katolik, yang senantiasa mendampingi saya membawaku kepada Kebenaran akan ke illahian-Mu … Amin.
Salam damai Kristus
Felix Sugiharto
“Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain” (Mzm 84:10)
hallo kak..
sya ingin tanya..
gimana pendapat Gereja Katolik tentang Ibr 7:27, 10:14, 1Pet 3:18??
trus Kis 3:21, dan Ibr 9:26-28??
orang protestan jga berkata, keabsolutan karya’Nya di tnjukan dengan pnggunaan kta “telah”..
makasih kak..
Jawaban:
Shalom Thomas,
Mari kita melihat ayat- ayat yang anda sebutkan, yang intinya menyatakan bahwa korban Yesus telah terjadi satu kali untuk selama-lamanya:
Ibr 7:27,10:14
“…..yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban….. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.”
1Pet 3:18
“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah.”
Kis 3:21
“Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.”
Ibr 9:26-28
“Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”
Tanggapan Gereja Katolik:
Gereja Katolik tentu meng- aminkan ayat- ayat di atas, bahwa memang Tuhan Yesus telah mengorbankan diri-Nya di kayu salib, sekali untuk selama- lamanya. Tetapi, karena Kristus sebagai Tuhan tidak terbatas oleh ruang dan waktu, maka Ia berkehendak untuk hadir di tengah umat-Nya melalui kurban Tubuh dan Darah-Nya agar semua manusia dari setiap generasi dapat menyambut-Nya, dan menerima buah pengorbanan-Nya. Dan keinginan-Nya untuk hadir di tengah kita yang menyambut Tubuh dan Darah-Nya juga kita ketahui dari Sabda-Nya dalam Kitab Suci.
Mari kita melihat beberapa teks berikut ini:
[Pada Perjamuan Terakhir sebelum sengsara-Nya], Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19, lih. Mat 26:26, Mrk 14:22, 1 Kor 11:24)
Lihatlah dalam perkataan yang diucapkan Yesus ini: “Inilah Tubuhku” bukan “Inilah lambang Tubuh-Ku“. Artinya, oleh kuasa Roh Kudus-Nya, Ia sungguh ingin menjadikan roti dalam perjamuan tersebut sebagai Diri-Nya sendiri. Demikian pula dengan anggur yang ada dalam cawan itu, sebagai Darah-Nya sendiri. Kenyataan bahwa perjamuan tersebut dilakukan sebelum kejadian pengorbanan-Nya di kayu salib, juga sudah memberikan bukti bahwa Kristus yang mengatasi ruang dan waktu, menjadikan kurban Perjamuan tersebut sebagai kurban yang satu dan sama dengan kurban Tubuh dan Darah-Nya, yang baru secara nyata terjadi di bukit Kalvari keesokan hari-Nya.
Selanjutnya, perkataan selanjutnya, ialah bahwa Ia menghendaki agar kita memperingati kurban Tubuh dan Darah-Nya ini sampai Ia datang kembali di akhir jaman:
“Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang…. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.” (1 Kor 11:26)
Maka pada saat kita merayakan Ekaristi, kita memberitakan kematian-Nya yang membawa kita kepada keselamatan. Kita melakukannya karena inilah yang diajarkan oleh Kristus dan para rasul, bahwa kita harus mengenang-Nya dengan cara demikian sampai Kristus kembali datang di akhir jaman.
Jadi kurban Kristus dalam Misa Kudus bukanlah korban yang baru, atau Kristus yang dikurbankan berulang- ulang; ataupun kurban berulang- ulang yang dilakukan oleh manusia seperti pada Perjanjian Lama. Yang dilakukan dalam Misa Kudus adalah memperingati dan menghadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus: korban Yesus yang satu dan sama itu; agar kita dapat memperoleh buah- buahnya. Sebab dengan kebangkitan-Nya dari maut, Kristus telah mengatasi maut, dan oleh kuasa Roh Kudus-Nya, Ia mengatasi ruang dan waktu, dan dapat menghadirkan kembali peristiwa yang satu dan sama itu, dengan cara yang berbeda, yaitu tidak dengan berdarah seperti yang terjadi 2000 tahun lalu ketika Ia wafat, tetapi secara sakramental, dengan kuasa-Nya mengubah roti dan anggur itu menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan demikian, Ia tidak wafat berkali-kali, namun efek pengorbanan-Nya tetap dapat disampaikan kepada Gereja-Nya di sepanjang zaman, sebab dengan kebangkitan-Nya memang Ia telah menebus umat manusia di sepanjang zaman.
Dengan kehadiran-Nya dalam Ekaristi tidak berarti bahwa Ia tidak tinggal di sorga; Ia tetap ada di surga, namun juga hadir di dunia, Ia berada di sebelah kanan Allah Bapa namun juga ada di tengah- tengah kita umat-Nya. Dalam Ekaristi, kita dapat menerima Tubuh dan Darah-Nya, agar kita memperoleh hidup di dalam Dia. Selanjutnya tentang topik ini silakan klik di sini. Sebab Yesus berkata:
“Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia…..Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” (Yoh 51-58)
Ajaran ini memang termasuk ajaran yang sulit, sehingga bahkan dalam Kitab Suci kita melihat banyak orang meninggalkan Yesus setelah Yesus mengajarkan hal ini kepada mereka (lih. Yoh 6:60-66). Karena mereka tidak dapat memahami, bagaimana Yesus dapat memberikan Tubuh-Nya untuk dimakan dan Darah-Nya untuk diminum? Namun Yesus tidak mengubah ajaran ini meskipun banyak pengikutnya pergi meninggalkan Dia:
“Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”(Yoh 6:68-69)
Sekarang, di tengah- tengah ajaran mereka yang tidak lagi menghayati kehadiran Yesus yang nyata dalam Ekaristi, mereka yang mengatakan roti dan anggur hanyalah lambang Tubuh dan Darah Kristus, mereka yang mengatakan bahwa Ekaristi bukan korban Kristus, sesungguhnya Yesuspun bertanya yang sama kepada kita umat Katolik: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”…. Apakah kamupun mau menjadi tidak percaya akan ajaran ini?
Semoga kita dapat menjawab bersama Rasul Petrus: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal…” Semoga kita dapat melihat bahwa iman para rasul akan kehadiran Yesus dalam Ekaristi ini merupakan salah satu pokok iman yang diajarkan secara tidak terputuskan sejak Gereja awal mula (lih. Kis 2:42) sampai sekarang. Gereja Katolik melestarikan ajaran ini lebih dari 2000 tahun lamanya. Pengajaran tentang Ekaristi sebagai kurban Kristus yang satu dan sama ini, merupakan suatu bukti yang nyata bagaimana kita harus membaca Kitab Suci dalam terang Tradisi Suci yaitu ajaran para rasul dan para Bapa Gereja, yang dengan setia melaksanakan ajaran Kristus. Ekaristi sebagai kurban Kristus yang satu dan sama itu adalah jawaban akan bagaimana Kristus memberikan hidup-Nya kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Ekaristi adalah cara yang dipilih Yesus untuk menggenapi firman-Nya bahwa Ia adalah Sang Roti Hidup yang memberi hidup kepada dunia (Yoh 6:33). Tiada yang dapat membatasi kuasa Tuhan untuk menghadirkan kembali Misteri Paska-Nya (yaitu sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga), di tengah kita, agar kita, memiliki kesempatan untuk mengambil bagian di dalamnya.
Marilah kita menerima cara Kristus mengasihi kita, yaitu dengan kita menerima Tubuh dan Darah-Nya, agar dengan demikian kita dapat hidup oleh-Nya dan tinggal di dalam Dia. Sebab Ia berkata, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” (Yoh 6:58). Semoga dengan tinggal di dalam Dia, maka firman inipun digenapi di dalam kita, “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak…. mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” (Yoh 15:5-7)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
[Berikut ini adalah tulisan Tristan, yang mewakili pandangan dari saudara/i kita yang Protestan tentang interpretasi ‘perempuan’ dalam Wahyu 12. Ingrid akan menanggapinya dengan menjabarkan interpretasi yang disetujui oleh Gereja Katolik tentang Wahyu 12 ini].
Pertanyaan:
Perempuan bersayap burung nasar – Wanita dalam WAHYU 12 Bukan Maria
(13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. (14) Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu selama satu masa dan dua masa dan setengah masa. (15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu. (16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
(17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian YESUS.
————————————————————
Mungkin ini suatu hal yang baru buat kita dan mungkin berbeda dengan apa yang telah kita dengar dan pahami mengenai hal ini.
Dan ini hanyalaha sebuah tafsir saya pribadi – belum tentu benar dan mohon maaf bila telah menyudutkan pihak lain –
————————————————————————————————-
Bagian ini adalah berbicara soal Gereja, dg aktor sbb :
1. ayat 13 : ular naga adalah iblis yang menyesatkan umat pilihan (yang bisa) dan yang memburu untuk dibinasakan (karena tidak bisa disesatkan)
Matt 24:24 Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
2. ayat 14 : wanita adalah lambang Gereja Tuhan atau mempelai Tuhan (gereja mula-mula)
3. ayat 15 : air sebesar sungai adalah manusia yang tersesat atau disesatkan
Rev 17:15 Lalu ia berkata kepadaku: “Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa.
Rev 17:16 Dan kesepuluh tanduk yang telah kaulihat itu serta binatang itu akan membenci pelacur itu dan mereka akan membuat dia menjadi sunyi dan telanjang, dan mereka akan memakan dagingnya dan membakarnya dengan api.
Rev 17:17 Sebab Allah telah menerangi hati mereka untuk melakukan kehendak-Nya dengan seia sekata dan untuk memberikan pemerintahan mereka kepada binatang itu, sampai segala firman Allah telah digenapi.
4. ayat 16 : bumi – kematian
6. ayat 17 : anak yang lain adalah gereja2 Tuhan hasil reformasi
Dari ‘riset’ yang saya lakukan, saya menemukan bahwa wanita yang dimaksud di dalam narasi ini adalah gereja mula-mula yang tidak tunduk atau taat dalam pelacuran dengan kata kunci :
a. sayap burung nasar
b. padang gurun
Adapun pelacuran yang dimaksud adalah doktrinal yang menempatkan Maria sebagai salah satu sentral dalam ajaran gereja, antara lain : devosi, rosario, penempatan Maria sbg Bunda Allah (Theotokos – Konsili Efesus)
Tentu saja ketika saya menyebut Maria, dalam hal ini saya tidak menempatkan Maria yang sebenarnya, namun lebih kepada ‘Maria yang lain’
Dalam berbagai korespondensi dg beberapa anggota gereja yang menjadi ‘target’ saya , saya menemukan bahwa sejak awal mula (mulai dari kisah rasul) saat ini saya hanya menemukan 2 gereja yang memenuhi kriteria ini yaitu :
1. Gereja Assyria Timur (ACOE – Assyrian Church of the East)
1Pet 5:13 Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku.
Harap dibedakan dg Chalden Church
2. Syriac Orthodox
Satu kesamaan dari kedua gereja ini adalah dilestarikannnya penggunaan bahasa Aram (dg dialeknya) serta tradisi2 semitis lainnya sampai saat ini serta menempatkan Maria sebatas Bunda Tuhan (Christokos), bukan Bunda Allah (Theotokos)
Untuk gereja yang di Alexandria (Koptik), Byzantium (Yunani) memiliki praktik yang sama dengan Roman Catholik (juga ritus timur)
Dalam sejarahnya, gereja2 (pengikut2nya — aktor no 3 atau ayat 15) dg doktrin Theotokos telah memburu dan membunuh banyak sesama karena perbedaan doktrin ini.
Bahkan diakui, pembantain ini lebih marak ketika Kekristenan dijadikan sbg agama kekaisaran Romawi.
Membunuh atas nama Tuhan
Banyak dari para penentang yang diburu ini melarikan diri ke imperium persia/assyria [musuh bebuyutan romawi]
2. Imperium ini memakai lambang sayap burung nasar/rajawali
——————————————————————-
Quote
Nestorius and his teachings were eventually condemned as heresy at the First Council of Ephesus in 431 and the Council of Chalcedon in 451, leading to the Nestorian Schism in which churches supporting Nestorius broke with the rest of the Christian Church. Afterward many of Nestorius’ supporters relocated to Sassanid Persia, where they affiliated with the local Christian community, known as the Church of the East. Over the next decades the Church of the East became increasingly Nestorian in doctrine, leading it to be known alternately as the Nestorian Churc
————————————————————————–
Jadi wanita (gereja) ini dibawa ‘terbang’ dengan sayap burung nasar (rajawali) yaitu imperium persia/assyria/sasanid dan dipelihara di sana.
Jadi klaim Katolik yg mengatakan wanita dalam Wahyu 12 terbantahkan.
Salam, Tristan
Jawaban:
Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Woman_of_the_Apocalypse
Shalom Tristan,
Pertama- tama harus diakui bahwa Kitab Wahyu memang adalah kitab yang sarat dengan simbol- simbol, dan karenanya memang terdapat banyak interpretasi atas arti dari simbol- simbol tersebut. Namun bukan berarti bahwa semua simbol itu adalah untuk diartikan secara allegoris sehingga tidak mempunyai arti literal. Ini adalah sesuatu anggapan yang sudah didahului oleh kesimpulan tertentu, ketimbang mengartikan ayat- ayat tersebut dengan jujur memperhatikan makna literal yang ingin disampaikannya.
Kedua, kita tidak dapat mengartikan Wahyu 12, hanya dengan mengutip sebagian ayat saja (ay. 13-18), tanpa mengkaitkan dengan ayat- ayat lainnya. Perlu juga diketahui bahwa kitab Wahyu dalam bentuk aslinya tidak diberikan terbagi- bagi menjadi bab- bab dan notasi ayat- ayat, seperti yang kita ketahui sekarang; melainkan kitab itu dituliskan sebagai satu kesatuan narasi. Sehingga, ayat- ayat dalam Wahyu 12 sesungguhnya berhubungan langsung dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya.
1. Tabut Perjanjian dalam Wahyu 11 = ‘Perempuan’ dalam Wahyu 12
Penggambaran kisah pada Wahyu 11:5 juga mengingatkan pada ayat Yos 6:13, tentang pertempuran di Yerikho di mana ketujuh imam memimpin bangsa Israel mengelilingi kota itu dengan membawa tabut perjanjian, dan pada hari ketujuh mereka meniupkan sangkakala yang merobohkan temboknya. Demikian pula, kisah di kitab Wahyu tentang bangsa Israel yang baru juga mengalami pertempuran dengan kehadiran tabut perjanjian. Kejadian tersebut dinyatakan dalam Why 11: 19, yang menghantar kita masuk ke dalam kisah Wahyu 12:
“Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat. Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan. Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, …..”
Jadi Rasul Yohanes mengkaitkan kisah ini sebagai berikut, “….Terbukalah Bait Allah di sorga, dan terlihatlah tabut perjanjian-Nya….. Tampaklah di surga seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan ia bermahkota dua belas bintang. Dengan perkataan lain, Rasul Yohanes menunjukkan bahwa tabut perjanjian itu, dan tabut itu adalah seorang wanita. Hal ini menyerupai kisah sebelumnya yang mengatakan bahwa seorang mempelai yang kelihatan sebagai sebuah kota.
2. Jadi siapakah wanita yang disebut dalam Wahyu 12?
Maka pertanyaan berikutnya, siapakah perempuan ini yang juga adalah sang tabut perjanjian? Banyak komentator mengatakan bahwa wanita ini adalah Gereja, yang melahirkan umat beriman di sepanjang masa. Gereja Katolik menerima juga interpretasi allegoris ini, namun terutama, Gereja Katolik menginterpretasikan ‘wanita’ ini secara literal, yaitu Bunda Maria. Sebab, jika kita memperhatikan konteks yang disampaikan oleh Rasul Yohanes, maka kita mengetahui bahwa tokoh- tokoh yang diceritakan yaitu wanita, Anak laki-laki, dan naga tersebut, mengacu kepada pribadi- pribadi yang nyata.
Anak yang “akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi” (Why 12:5) mengacu kepada ayat Mzm 2:9 yang menjabarkan janji Allah tentang Raja yang diurapi Tuhan, dan ini mencapai penggenapannya dalam diri Tuhan Yesus. Demikian pula, Rasul Yohanes menambahkan, “Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya”, dan ini juga sempurna digenapi oleh Kristus yang naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, seperti yang diucapkan dalam Credo Aku Percaya. Maka “Anak laki- laki” ini pertama- tama mengacu kepada Kristus sendiri.
Demikian pula tentang “naga” tersebut. Rasul Yohanes mengatakan bahwa naga itu bukanlah suatu allegori tetapi suatu pribadi tertentu, yaitu: “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia…. ” (Why 12:9). Hal yang sama yaitu ‘rekan’ sang naga itu, “… seekor binatang keluar dari dalam laut” (Why 13:1) juga mengacu kepada orang-orang yang tertentu yang nyata. Binatang tersebut dikatakan, “bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh”, dan kita ketahui dari kitab nubuat Dan 7, bahwa binatang- binatang tersebut mengacu kepada dinasti. Tanduk adalah simbol dari kekuasaan dinasti.
Ada komentator yang mengatakan demikian: Pada abad ke-1, dinasti yang paling mengancam Mesias keturunan Daud adalah dinasti Herodes, seperti kita ketahui dari Injil Matius bab 2. Raja Herodes adalah seorang non- Yahudi, yang ditunjuk oleh kaisar Romawi untuk memimpin daerah Yudea. Raja Herodes ini sungguh ditakuti oleh rakyatnya. Raja Herodes I (Herod the Great) membunuh istrinya sendiri, ketiga anaknya, ibu mertuanya, saudara iparnya, pamannya, dan seluruh bayi- bayi di Betlehem pada masa pemerintahannya. Maka dinasti Herodes ini merupakan penghalang bagi tercapainya restorasi kerajaan Daud. Diketahui bahwa ada tujuh orang raja dinasti Herodes dari keturunan Antipater; dan ada sepuluh orang Kaisar dalam kekaisaran Romawi sejak jaman Julius (pendiri dinasti Julio- Claudian) sampai dengan Vespasian, yaitu sampai kehancuran Bait Allah di Yerusalem di sekitar tahun 70. Maka binatang buas dengan sepuluh tanduk dan tujuh kepala sesuai dengan ketujuh raja dinasti Herodes yang memperoleh kekuasaan dari kesepuluh Kaisar Romawi.
Ada pula komentator lain yang mengartikan binatang buas berkepala tujuh tersebut sebagai Kerajaan Romawi secara keseluruhan, dengan tujuh rajanya. Pada saat Rasul Yohanes menuliskan kitab Wahyu, kelima kaisar Romawi tersebut telah mati (dari Agustus -kaisar pertama -sampai kaisar Nero). Tahun- tahun berikutnya terdapat masa kekacauan antara pemerintahan Galba, Otho, Vitellius, yang ketiganya tidak nampak sebagai kaisar, sehingga kaisar ke- 6 berikutnya adalah Vespasian, yang digantikan oleh Titus puteranya, yang naik tahta hanya sebentar yaitu kurang dari satu tahun (ay. 10-11). Titus ini kemudian digantikan oleh Domitian (kaisar ke-8, seperti disebut dalam ay. 12), yang kekejamannya mengingatkan kepada Nero, sehingga sering disebut sebagai Kaisar Nero yang hidup kembali. Pada masa pemerintahan Domitian, kehancuran Yerusalem mencapai puncaknya.
Maka lambang- lambang ini mengacu kepada orang- orang yang nyata bukan hanya simbolis. Anak laki-laki itu mengacu kepada Yesus Kristus, dan naga itu mengacu kepada Iblis, dan binatang buas itu mengacu kepada para raja dan kaisar yang menentang Yesus dan penyebaran Injil, maka sang perempuan yang melahirkan Anak laki- laki itu mengacu kepada Bunda Maria yang melahirkan Kristus.
Perempuan itu digambarkan oleh Rasul Yohanes, “diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun….” Beberapa komentator mengatakan sayap ini melambangkan perlindungan ilahi atas Bunda Maria terhadap dosa, namun ada juga yang mengartikan bahwa hal ini mengisahkan perlindungan Allah atas pengungsian Bunda Maria, Yusuf dan Yesus ke gurun di Mesir (Mat 2:13-15) menghindari pembunuhan bayi oleh raja Herodes.
Jadi untuk mengatakan bahwa Wahyu 12 hanya mengacu pada lambang untuk diartikan secara allegoris/ perumpamaan, merupakan pandangan yang terlalu menyederhanakan. Penglihatan Rasul Yohanes ini, meskipun kaya dengan lambang- lambang, sebenarnya juga mengacu kepada orang- orang yang nyata, yang dilihat melalui perspektif ilahi.
3. Interpretasi tentang “Perempuan” menurut Tradisi Suci
Menurut Tradisi Suci, “Perempuan” (‘woman‘) yang disebukan dalam Kitab Wahyu sama dengan “perempuan” (‘woman‘ yang diterjemahkan dalam KS- LAI sebagai ‘ibu’) yang diucapkan pada Injil Yohanes, yaitu pada peristiwa mukjizat di Kana (lih. Yoh 2:4) dan pada saat Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada murid-murid-Nya (lih. Yoh 19:26). ‘Perempuan’ ini juga mengacu kepada “perempuan” yang disebut dalam kitab Kejadian 3:15. Selanjutnya tentang topik Hawa yang baru telah dibahas di sini, silakan klik.
Kaitan inilah yang antara lain menyebabkan para Bapa Gereja mengajarkan bahwa Bunda Maria adalah Hawa yang baru. Dan sebagaimana Hawa yang artinya “ibu dari segala yang hidup”, maka dalam penglihatan Rasul Yohanes, Bunda Maria juga bukan saja sebagai Ibu dari seorang Anak laki- laki (ay.13), tetapi juga “keturunan yang lain” (ay.17). Maka keturunannya di sini adalah semua orang yang mempunyai hidup baru di dalam Kristus. Maka di sini Rasul Yohanes ingin menghubungkan “perempuan” dalam kitab Wahyu dengan “perempuan” dalam kitab Injil yang ditulisnya, yang mengacu kepada Hawa yang baru yang menjadi ibu dari segala yang hidup. Hawa yang baru ini sekaligus merupakan tabut perjanjian yang baru, yang penjabarannya dapat dibaca di sini, silakan klik.
Maka, Tradisi Suci mengajarkan bahwa perempuan ini selain diinterpretasikan sebagai Bunda Maria, dapat juga diinterpretasikan sebagai:
A. Gereja:
a. St. Ambrosius (abad ke-4) mengajarkan bahwa ‘perempuan’ tersebut adalah Bunda Maria, “sebab ia adalah bunda Gereja, karena telah melahirkan Dia yang menjadi Kepala Gereja”; namun St. Ambrosius juga mengajarkan bahwa ‘perempuan’ itu juga dapat diartikan secara allegoris sebagai Gereja itu sendiri.
b. St. Ephrem dari Siria, juga menyimpulkan hal yang sama: “Bunda Maria adalah, juga, gambaran dari Gereja …. Marilah menyebut Gereja dengan nama Maria, sebab ia layak mempunyai dua nama.” Di sini St. Ephrem melihat Bunda Maria kaitan yang dekat sekali antara Maria dan Gereja, sebab Maria adalah murid/anggota Kristus (=Gereja) yang pertama, yang juga menjadi teladan bagi semua murid/ anggota Kristus (=Gereja).
c. St. Agustinus juga mengajarkan bahwa ‘perempuan’ dalam kitab Wahyu 12 “mengacu pada Bunda Maria yang dalam keadaan tidak bernoda, melahirkan Kepala kita [Kristus] yang tidak bernoda. [Maria] menunjukkan sendiri bahwa ia adalah figur dari Gereja yang kudus, sehingga setelah melahirkan seorang Putera ia tetap perawan, sehingga Gereja harus juga melahirkan anggota- anggota Kristus di sepanjang masa, namun tanpa kehilangan keperawanannya.”
Seperti Bunda Maria melahirkan Kristus, maka Gereja melahirkan umat beriman. Seperti Gereja menjadi ibu bagi semua orang percaya melalui Pembaptisan, Bunda Maria menjadi ibu bagi semua orang percaya sebagai saudara/i Kristus.
B. Israel
Beberapa Bapa Gereja juga menginterpretasikan ‘perempuan’ itu sebagai lambang Israel, atau Putri Sion, yang melahirkan Mesias dalam artian bangsa messianis; sebagai bangsa pilihan Allah sepanjang segala abad, sebagai kerajaan Daud yang dipertentangkan dengan para raja dinasti Herodes dan para Kaisar Roma.
C. Yerusalem sorgawi
Yerusalem sorgawi yang adalah perempuan yang merdeka ini (Gal 4:26) yang menggambarkan bangsa pilihan Allah.
Apapun interpretasi di atas, tidak dapat dipertentangkan dengan makna utama dari teks, sebab ketiga arti simbolis/ allegoris ini sebenarnya juga merujuk kepada makna literal- historis; dan tidak menentangnya. Maka, Gereja Katolik menerima beberapa interpretasi tentang Kitab Wahyu ini, baik yang literal maupun allegoris, asalkan disertai dengan penjabarannya masing- masing. Maka Gereja Katolik tidak melihat kitab Wahyu sebagai suatu ‘rahasia’ yang hanya mempunyai satu arti, tetapi lebih kepada suatu kisah simbolis yang mengandung banyak makna.
Menarik di sini untuk melihat interpretasi beberapa kaum Fundamentalis yang biasanya selalu menekankan arti literal, namun pada Wahyu 12 ini menginterpretasikan secara simbolis. ‘Perempuan’ itu diartikan sebagai bangsa Israel/ Putri Sion, sedangkan ‘Anak laki-laki’nya sebagai Yesus. Hal ini merupakan sesuatu yang janggal, karena, bagaimana mungkin ibunya diinterpretasikan secara kolektif sedangkan anaknya diinterpretasikan secara individual? Padahal teks nubuatan dalam Perjanjian Lama yang menggambarkan Putri Sion yang melahirkan, anaknya tidak mengacu kepada Mesias secara individual, tetapi bangsa yang mesianis.
4. Wahyu 17
Dalam Wahyu 17 disebutkan kisah penghakiman atas Babel yang disebut sebagai ‘pelacur besar’ (ay. 1). Babel/ Babilon di sini memang adalah kata kiasan dari kota Roma, yang memang pada jaman kitab Wahyu dituliskan, merupakan kota yang penuh dengan berhala, terutama juga karena kaisarnya sendiri (dimulai dari Julius tetapi resmi dikenakan oleh Kaisar Agustus) mempunyai gelar Divi Filius (son of a god).
Maka binatang yang disebutkan di sini mengacu kepada kerajaan Romawi (ay.3) Sungai yang dimaksud adalah bangsa- bangsa yang ada di bawah kekuasaannya (ay. 15). Tujuh kepala adalah tujuh bukit di Roma (ay. 9). Ketujuh kepala adalah juga ketujuh raja Roma, seperti yang disebutkan pada point 1 di atas.
Kesepuluh tanduk adalah kesepuluh raja yang ada dalam persekutuan dengan kerajaan Romawi ini. Kerajaan- kerajaan ini akan menerima kuasa dalam waktu sekejap bersama dengan kerajaan Romawi (ay.12). Kerajaan- kerajaan ini menindas Anak Domba, yaitu Gereja (ay. 14), sebab penganiayaan terhadap Gereja adalah penganiayaan terhadap Kristus sendiri (lih. Kis 9:4). Namun, walaupun dianiaya, Gereja tidak punah, dan tetap bertahan karena Kristus Sang Anak Domba menyertainya (ay. 14).
Kemudian kesepuluh raja (tanduk) ini membenci kota Roma (pelacur) karena mereka ingin memisahkan diri dari kerajaan Romawi, dan inilah yang terjadi, bahwa kota Roma akan dihancurkan, juga karena terjadi perpecahan di dalam kerajaan Romawi itu sendiri (ay. 16-17).
Perempuan yang disebutkan pada ayat 18, “Dan perempuan yang telah kaulihat itu, adalah kota besar yang memerintah atas raja-raja di bumi.” Di sini perempuan itu mengacu kepada Gereja yang dilindungi oleh Sang Anak Domba (Kristus). Interpretasi ini tidak bertentangan dengan interpretasi Gereja Katolik, sebab Gereja Katolik menginterpretasikan ‘perempuan’ ini secara literal sebagai Bunda Maria, dan secara allegoris sebagai Gereja. Kedua interpretasi ini tidak untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling memperkaya; karena Maria tidak terlepas dari Gereja, melalui perannya sebagai Bunda Tuhan Yesus dan Bunda Gereja.
5. Klaim Katolik yang mengatakan perempuan dalam Wahyu 12 terbantahkan?
Anda kemudian menyebutkan dua gereja (Gereja Assyria Timur) dan Syriac Orthodox yang anda yakini sebagai gereja yang “dibawa ‘terbang’ dengan sayap burung nasar (rajawali) yaitu imperium persia/assyria/sasanid dan dipelihara di sana”.
Terus terang, menurut saya, klaim anda yang tidak memiliki dasar yang kuat, karena berdasarkan atas analisa pribadi. Berikut ini pandangan saya, berdasarkan yang saya ketahui dari tulisan para Bapa Gereja:
a. 1 Pet 5:13 dasar bagi Gereja Assyria Timur?
1 Pet 5:13, tidak ada hubungannya dengan Assyria. Kata ‘Babilon’ yang dipakai di sana mengacu kepada kota Roma, pusat dunia pada saat itu, yang menjadi target penginjilan para rasul, terutama Rasul Petrus dan Paulus. Silakan membaca artikel sehubungan dengan topik ini di sini, silakan klik.
Maka ‘Babilon’ di sini tidak mengacu kepada Assyria.
b. Syriac Orthodox benar karena menempatkan Maria sebagai Christotokos (Bunda Kristus) dan bukannya Bunda Allah (Theotokos)?
Ajaran ini berasal dari Nestorius (386-451); dan ajaran ini adalah heresi/ bidaah karena memisahkan kedua kodrat dalam pribadi Yesus. Nestorius mengajarkan bahwa tidak ada persatuan antara kodrat ke-Allahan dan kemanusiaan dalam diri Yesus. Akibatnya Nestorius mengajarkan bahwa Yesus sebagai manusia adalah “temple of the Logos” dan “Logos”-nya adalah Tuhan. Dengan pengertian ini, maka ia mengajarkan bahwa Bunda Maria hanya ibu dari Yesus manusia ini (Christotokos), tetapi bukan ibu dari Tuhan Yesus (Theotokos).
Namun dengan memisahkan kedua kodrat ini, maka ajaran Nestorius ini malah tidak sesuai dengan Kitab Suci yang jelas mengatakan bahwa “Firman/ Sabda itu telah menjadi manusia” (Yoh 1:14). Jadi Yesus Kristus itu bukan hanya sekedar bait Allah/ “temple of the Logos” tetapi Ia adalah Sang “Logos“/ Sang Firman itu sendiri yang menjelma menjadi manusia. Mengatakan bahwa Yesus hanya ‘temple of the Logos‘ artinya mensejajarkan Yesus dengan manusia/ orang suci, tetapi bukan Allah, dan ini adalah ajaran yang tidak sesuai dengan Kitab Suci dan ajaran para rasul.
Maka sejarah mencatat bahwa ajaran Nestorius ini ditentang dengan keras oleh St. Cyril dari Alexandria (380-444), dan oleh Konsili Efesus 431. St. Cyril mengajarkan adanya kesatuan antara kodrat ke-Allahan dan kemanusiaan dalam pribadi Yesus. Oleh karena itu Maria, Bunda Yesus juga disebut Bunda Allah, karena Yesus adalah Allah. Silakan membaca penjelasan tentang ajaran ini dalam artikel Yesus sungguh Allah sungguh manusia, silakan klik. Jadi jelaslah di sini bahwa ajaran ‘Theotokos‘/ Maria Bunda Allah, diberikan untuk menjaga kemurnian ajaran tentang ke- Allahan Yesus. Bahwa karena Yesus sungguh Allah, maka ibu-Nya dapat dikatakan sebagai Bunda Allah.
Akhirnya, jika kita menginterpretasikan perempuan itu sebagai Gereja; maka kita juga perlu melihat gambaran Gereja/ kumpulan jemaat yang dimaksudkan oleh Rasul Yohanes. Dalam Kitab Wahyu yang sama yaitu bab 7, dikatakan demikian, “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat dihitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Anak Domba…..” (Why 7:9). Maka Gereja yang dimaksud di sini adalah Gereja yang universal, yang tidak hanya terbatas pada golongan/ kelompok/ bangsa tertentu. Silakan anda memeriksa, apakah pandangan anda tentang dua gereja yang spesifik tadi cocok atau tidak dengan penjabaran Rasul Yohanes di sini.
6. Kesimpulan
Dengan melihat penjabaran di atas, interpretasi Gereja Katolik tentang ‘perempuan’ dalam Wahyu 12 tidak terbantahkan. Dalam interpretasi Gereja Katoliki, ‘Perempuan’ tersebut diartikan secara literal adalah Bunda Maria, sedangkan secara simbolis/ allegoris adalah Gereja. ‘Perempuan’ tersebut tidak dapat dikatakan mengacu kepada hanya dua gereja yang disebutkan (Assyria dan Syria), hanya karena lokasi gereja tersebut di padang gurun ataupun logo yang dipakai adalah sayap burung nasar. Sebab interpretasi Kitab Suci harus mempunyai dasar kaitannya dengan ayat- ayat yang lain dalam Kitab Suci, dan konteks yang sedang dibicarakan. Oleh sebab itu, sangat pentinglah bagi kita untuk mempelajari ajaran para Bapa Gereja yang jauh lebih memahami latar belakang penulisan Kitab Suci, konteks budaya maupun sejarah yang berkaitan dengan Kitab tersebut.
Semoga pada saat kita mempelajari teks Kitab Suci, kita juga dipenuhi oleh semangat kerendahan hati, agar tidak melulu membatasi diri pada pengertian pribadi, tanpa mau menerima pengajaran dari para Bapa Gereja.
Sumber:
1. Scott Hahn, Hail Holy Queen, (New York: Double Day, 2001), p. 53-67
2. Dom Bernard Orchard, A Catholic Commentary on Holy Scripture, (London- New York: Thomas Nelson and Sons Ltd, 1952), p. 1202- 1206
3. Robert Payesko, The Truth about Mary, Vol 2., (California: Queenship publishing company, 1996), p. 2-42, 2-61-2-74.
[Berikut ini adalah renungan yang dituliskan oleh salah seorang pembaca, Machmud, yang menyusun artikel ini untuk menjawab pertanyaan tetangganya perihal topik, “Menjadi murid Kristus”. Ingrid akan menambahkannya sesuai dengan ajaran Gereja Katolik].
Pertanyaan:
Salam damai sejahtera
Dear pengasuh Katolisitas
Setelah mempelajari dan menekuni Alkitab, maka saya dapatkan jawaban atas pertanyaan tetangga saya sbb :
MURID MENJADI SEPERTI GURUNYA
APA RENCANA PERTUMBUHAN DARI ALLAH BAGI MANUSIA ?
Semua orang percaya harus menjadi murid, ini perintah dan kehendak Tuhan
Mat 28 : 19 : sebab itu pergilah kamu, jadikanlah sekalian bangsa itu muridku, serta membaptiskan dia dengan nama Bapa, dan Anak dan Rohkudus
LALU APA ARTINYA MENJADI MURID ?
1. Ada gurunya, yaitu Kristus yang menjadi pegangan dan ukuran kita
2. Mau diajar dan dididik.
Mau belajar dan terus berubah, terus diperbaharui, terus tumbuh sampai menjadi seperti Kristus
3. Suatu proses.
Menjadi murid berarti berada dalam suatu proses yang panjang,tidak langsung selesai, tetapi diolah sampai akhirnya mencapai sasaran atau tujuannya.
Proses ini tidak mudah sebab harus dengan penyangkalan diri supaya bisa taat kepada gurunya yaitu Firman Tuhan
4. Targetnya menjadi seperti gurunya
(Luk 6 : 40 Seorang murid tiada lebih dari pada gurunya, tetapi tiap2 murid yang sudah cukup pelajaran itu akan menjadi sama seperti gurunya).
Kalau murid itu diajar dan taat , terus tumbuh, maka sesudah cukup diajar dan diolah, akhirnya akan menjadi sama dengan gurunya yaitu seperti Kristus.
5. Murid memuridkan.
Suatu hal yang unik dalam kehidupan orang2 beriman ialah murid2 ini meskipun belum mencapai target seperti Kristus, sudah wajib memuridkan orang lain dan justru dalam pemuridan ini semuanya makin tumbuh lebih cepat kepada kedewasaan iman dan kesempurnaan seperti Kristus
MENGAPA ?
Dengan perintah ini nyatalah maksud Allah yaitu untuk menumbuhkan kita sampai pada ukuran yang penuh yaitu Kristus.
Menjadi murid adalah salah satu jalur pertumbuhan rohani yang harus dijalani oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan supaya ia tumbuh dalam rencana Allah sampai akhirnya menjadi seperti Kristus..
a. Orang berdosa yang mau percaya kepada Kristus akan mengalami kelahiran baru menjadi anak2 Allah.
Tetapi kita tidak boleh berhenti sampai disini, melainkan bertumbuh terus pada fase berikutnya
b. Kita harus menjadi murid Kristus, mau dididik dan diolah sehingga terus bertumbuh menjadi dewasa rohani dan bahkan terus bertumbuh pada fase berikutnya
c. Kita terus bertumbuh dengan meniru teladan Kristus yaitu dengan memenangkan jiwa, sehingga akhirnya semuanya menjadi sama seperti Kristus yaitu sempurna.
Jadi tujuan Allah untuk menyuruh kita menjadi murid Kristus adalah supaya kita terus bertumbuh sampai menjadi seperti DIA se-penuh2nya
BAGAIMANA ?
Bagaimana caranya kita bisa menjadi murid Kristus ?
Luk 9 : 23 Maka kata-Nya kepada sekalian orang, “jikalau barang siapa hendak mengikut AKU, haruslah ia menyangkali dirinya serta menanggung salibnya tiap tiap hari, lalu mengikut AKU
Luk 14 : 17 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut AKU, ia tidak dapat menjadi murid-KU
MENYANGKAL DIRI
Mengapa harus menyangkal diri ?
Sebab daging dan roh kita itu bertentangan satu sama lain.
Galatia 5 : 17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan roh dan keinginan roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan – sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki
Daging ini selalu menolak untuk melakukan kehendak Tuhan.
Mau taat hidup seperti Kristus itu bertentangan dengan tabiat manusiawi (tabiat daging).
Sebab itu kita harus menyangkal diri, mau mematikan daging supaya bisa mentaati hidup seperti Kristus.
Ini mutlak perlu untuk menjadi murid Kristus.
Tuhan Yesus sudah mati menebus dosa kita sehingga kita dimerdekakan dari hukum dosa dan maut, bebas dari semua ikatan2 dosa.
Kalau kita mau menyangkal diri, Rohkudus akan menolong kita sehingga kita sanggup mematikan daging supaya bisa taat pada kehendak Roh yang bertentangan dengan kehendak daging.
Roma 8 : 13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan2 tubuhmu, kamu akan hidup.
Kalau kita sudah dimerdekakan dari dosa dan ikatan2nya oleh kematian dan kebangkitan Kristus, mengapa masih harus pikul salib ?
Sebab waktu kemenangan dan kuasa kebangkitan Kristus bekerja di dalam kita, daging sudah kalah dan dimatikan; tetapi proses ini sakit bagi perasaan kita.
Misalnya karena kita sudah menerima kemenangan dari Tuhan, kita bebas, kita bisa mengampuni dan mengasihi, kita sudah bisa melakukannya tapi daging selalu menolak, tidak setuju, daging ingin membalas kembali, daging ingin membenci.
Kalau kita tetap ingin hidup berkemenangan, reaksi daging ini harus disangkali.
Kita bisa melakukannya karena Kristus sudah membebaskan kita, tetapi timbul rasa sakit; mau menyangkal diri berarti kita harus juga mau menerima rasa sakit karena daging dimatikan.
Kalau mau, maka kemenangan itu terus bekerja di dalam kita dan kita bisa hidup seperti Kristus, kemenangan itu menjadi nyata di dalam hidup kita.
Jadi bagian kita harus kita tanggung, sakit karena daging dimatikan.
Jadi menyangkal diri dan menderita sengsara salib, adalah akibat kemenangan Kristus yang bekerja di dalam diri kita.
Kalau daging sudah dimatikan, kita bisa mantaati Firman Tuhan dengan lebih mudah sehingga bisa hidup seperti Kristus.
Jangan lupa menyangkal diri adalah MENU SEUMUR HIDUP dalam dunia sampai kita masuk dalam kesempurnaan atau sampai Tuhan Yesus datang atau kematian.
1Pet 2 : 11 Hai kekasihku, aku minta kepadamu seperti kepada orang musafir dan orang yang menumpang di dunia ini, hendaklah kamu menjauhkan dirimu daripada segala keinginan tabiat duniawi yang berperang dengan jiwa
Kalau daging dibiarkan bertumbuh terus, arahnya menjadi seperti iblis dan memang pada akhirnya itu yang diharapkan oleh iblis.
Kalau daging dimatikan, roh kita akan tumbuh terus kearah Kristus dan memang akhirnya menjadi seperti Kristus.
PIKUL SALIB
Mau pikul salib maka kita bisa berjalan di jalan salib dan akhirnya adalah Golgota = ujian akhir.
Orang yang bisa melewati pengalaman Golgota ini, maka ia akan menjadi sempurna seperti Kristus
Jalan salib adalah jalan pertumbuhan
Orang yang tumbuh rohaninya harus mau pikul salib untuk mentaati Firman Tuhan.
Orang yang mau pikul salib rohaninya akan tumbuh terus sampai menjadi seperti Kristus
Kalau berhenti pikul salib, ia juga akan berhenti bertumbuh dalam rohaninya dan berhenti menjadi murid Kristus
IKUT TUHAN YESUS
Itu berarti meniru Tuhan Yesus dalam setiap segi hidup.
Patokan kita adalah Tuhan Yesus.
Hidup seperti Tuhan Yesus itulah hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan.
Seluruh hidup dicocokkan dengan Firman Tuhan dalam setiap segi.
Sebab itu kita harus tekun belajar Firman Tuhan sampai mengerti kehendak Tuhan dalam setiap segi hidup, lalu men-taatinya dan itu berarti dari kemuliaan kepada kemuliaan.
Ikut Tuhan Yesus berarti ikut melakukan kehendak Allah dan ini termasuk memuridkan orang lain menjadi murid Kristus
SETIAP HARI
Pikul salib itu dilakukan setiap hari terus menerus sampai mati.
Ini seperti carang yang tetap tinggal dalam pokok dan itu terus menerus setiap hari bahkan setiap saat.
Jangan sebentar lekat, sebentar tidak, maka orang seperti ini tidak akan tumbuh sebab kalau lekat dan lepas terus bergantian , tidak bisa tumbuh
Dengan tekun kita pikul salib setiap hari sampai ke akhir, maka kita akan terus bertumbuh seperti carang yang tetap di dalam pokok akan ber-buah2 dengan lebat.
Demikianlah kita bisa menjadi murid Kristus dan terus bertumbuh dan ber-buah2 yaitu dengan mencocokkan hidup ini dengan Firman Tuhan
Mac : 11.March.2010
Jawaban:
Shalom Machmud,
Terima kasih atas renungan yang anda tuliskan tentang ‘menjadi murid Kristus’ ini. Apa yang anda tuliskan di atas cocok dengan ajaran Gereja Katolik. Memang menjadi murid Kristus artinya, seperti yang sudah anda tuliskan di atas: kita harus mau menerima pengajaran Kristus dan melakukannya. Menerima pengajaran ini juga melibatkan perubahan cara hidup, melepaskan segala sesuatu, memikul salibkita, menyangkal diri dan mengikuti Kristus (lih. Luk 9:23; Luk 14:17; Mat 13:44-45). Bentuk penyangkalan diri dan mengikuti teladan Kristus inilah yang sering disebut sebagai “”mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef 4:24, KGK 2475). Orang yang mengenakan manusia baru di dalam Kristus adalah orang yang mempunyai iman di dalam Kristus; dan yang imannya hidup dan membuahkan kasih (lih. Yak 2:24). Hidup di dalam iman dan kasih ini maksudnya adalah hidup menuruti segala perintah Kristus (lih 1 Yoh3: 22). Jika kita selalu hidup di dalam kasih, maka Allah tinggal di dalam kita dan kita di dalam Allah (lih. 1 Yoh 4: 16); dan inilah yang seharusnya kita alami sebagai murid-murid Kristus.
Sedikit yang dapat saya tambahkan adalah sebagai berikut:
1. Menjadi murid Kristus artinya juga adalahmasuk ke dalam Kerajaan Allah:
KGK 546 Melalui perumpamaan – satu bentuk mengajar-Nya yang khas – Yesus mengajarkan supaya masuk ke dalam Kerajaan-Nya (Bdk. Mrk 4:33-34). Lewat perumpamaan Ia mengundang ke perjamuan Kerajaan-Nya (Bdk. Mat 22:1-14), tetapi menuntut juga keputusan yang radikal. Untuk memperoleh Kerajaan itu, orang harus melepaskan segala sesuatu (Bdk. Mat 13:44-45); kata-kata hampa tidak mencukupi; perbuatan sangat dibutuhkan (Bdk. Mat 21:28-32). Perumpamaan- perumpamaan itu seakan-akan menempatkan sebuah cermin di depan manusia, dalamnya ia dapat mengerti: Apakah ia menerima kata-kata itu sebagai tanah yang berbatu-batu atau sebagai tanah yang baik? (Bdk. Mat 13:3-9) Apa yang ia lakukan dengan talenta yang ia terima? (Bdk. Mat 25:14-30). Yesus dan kehadiran Kerajaan di dunia adalah inti semua perumpamaan. Orang harus masuk ke dalam Kerajaan, artinya harus menjadi murid Kristus, untuk “mengetahui rahasia Kerajaan surga” (Mat 13:11). Untuk mereka yang “ada di luar (Mrk 4:11), segala sesuatu tinggal rahasia (Bdk. Mat 13:10-15)
2. Untuk masuk ke dalam kerajaan Allah, kita harus dibaptis di dalam air dan Roh Kudus. Yesus berkata,
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Yoh 3:5)
3. Allah menghendaki seluruh dunia untuk menjadi murid Kristus; dan ini kita ketahui dari pesan terakhir Yesus kepada kesebelas rasul-Nya, sebelum naik ke surga:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislahmereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20)
Ayat ini tidak terlepas dari kenyataan bahwa Kristus telah mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus/ Kepha, dan bahwa Ia akan menyertai Gereja-Nya itu sehingga alam maut tidak akan menguasainya (lih. Mat 16:18). Maka kita ketahui bahwa tugas pemuridan ini tidak terlepas dari para rasul dan para penerus mereka, yang telah diberi kuasa oleh Tuhan Yesus untuk membaptis dan mengajar kepada semua bangsa, segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya. Jadi jika kita menerima kebenaran ayat ini seharusnya kita jika kita sungguh- sungguh ingin menjadi murid Yesus, maka kita harus dibaptis, dan menerima semua pengajaran Kristus yang disampaikan oleh para rasul, baik lisan maupun tulisan. Dan inilah yang menyebabkan Gereja Katolik selalu melihat bahwa pemuridan itu tidak terlepas dari Gereja yang didirikan Kristus. Kita menjadi murid Kristus yang sepenuhnya, jika:
a) kita dibaptis dalam nama Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, oleh Gereja-Nya dan dengan demikian kita tergabung dengan Kristus sendiri, dan menjadi anggota dalam Tubuh Mistik-Nya, yaitu Gereja Katolik.
b) selanjutnya kita melakukan segala perintah- Nya yang diajarkan Kritus melalui Gereja-Nya, yang telah diberi kuasa untuk mengajar semua bangsa segala perintah-Nya.
4. Dengan demikian Gereja mempunyai tugas misioner, artinya menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus, sehingga benarlah jika dikatakan prinsipnya “murid memuridkan”, artinya sebagai murid Kristus, kita bertugas untuk membawa orang lain untuk juga menjadi murid Kristus.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 767 “Sesuai tugas, yang diberikan Bapa kepada Putera untuk ditunaikan di dunia, diutuslah Roh Kudus pada hari Pentekosta, agar Ia senantiasa menyucikan Gereja” (Lumen Gentium 4). Ketika itu “Gereja ditampilkan secara terbuka di depan khalayak ramai dan dimulailah penyebaran Injil di antara bangsa-bangsa melalui pewartaan” (Ad Gentes 4). Sebagai “perhimpunan” semua manusia menuju keselamatan, Gereja itu misioner menurut kodratnya, diutus oleh Kristus kepada segala bangsa, untuk menjadikan semua orang murid-murid-Nya (Bdk. Mat 28:19-20; Ad Gentes 2;5-6).
5. Menjadi murid Yesus artinya adalah mengambil bagian dalam kehidupan Kristus sendiri, baik di dalam suka maupun duka, penderitaan maupun kesengsaraan. Cara kita mengambil bagian dalam kehidupan Yesus yang paling nyata adalah dengan menyambut Ekaristi, sebab dengan menyambut Ekaristi, maka kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Melalui Ekaristi, Kristus tinggal di dalam kita, dan kita tinggal di dalam Dia.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 787 Sejak awal, Yesus membiarkan para murid-Nya mengambil bagian dalam kehidupan-Nya (Bdk. Mrk 1:16-20; 3:13-19). Ia menyingkapkan bagi mereka misteri Kerajaan Allah (Bdk. Mat 13:10-17) dan memberikan mereka bagian dalam perutusan-Nya, dalam kegembiraan-Nya (Bdk.Luk 10:17-20) dan dalam kesengsaraan-Nya (Bdk. Luk 22:28-30). Yesus berbicara mengenai hubungan akrab antara Dia dan mereka, yang mengikuti Dia: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu… Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” (Yoh 15:4-5). Dan Ia menyatakan satu persekutuan yang penuh rahasia dan real antara tubuh-Nya dan tubuh kita: “Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh 6:56).
6. Menjadi murid Kristus artinya juga adalah mengambil bagian di dalam ketiga misi Kristus, yaitu sebagai imam, nabi dan raja.
KGK 783 Yesus Kristus diurapi oleh Bapa dengan Roh Kudus dan dijadikan “imam, nabi, dan raja”. Seluruh Umat Allah mengambil bagian dalam ketiga jabatan Kristus ini, dan bertanggung jawab untuk perutusan dan pelayanan yang keluar darinya (Bdk. Redemptoris Hominis 18-21).
Selanjutnya KGK 784-786 mengajarkan bahwa keterlibatan kita di dalam sakramen- sakramen adalah perwujudan nyata kita menjalankan misi imamat bersama dengan umat yang lain. Berpegang teguh pada iman, memperdalam iman dan menjadi saksi Kristus adalah perwujudan misi kita sebagai nabi. Berkarya untuk melayani sesama terutama yang miskin adalah bentuk perwujudan misi kita sebagai raja. Sebab Kristus sebagai Raja memberikan teladan kepada kita, bukan untuk dilayani tetapi melayani, dan untuk memberikan hidup-Nya kepada banyak orang. (lih. Mat 20:28).
7. Menjadi murid Kristus juga bukan hanya beriman pada Kristus dan hidup sesuai dengan iman kita, tetapi juga, berani menjadi saksi Kristus dan menyebarkan iman kita.
KGK 1816 Murid Kristus harus mempertahankan iman dan harus hidup darinya, harus mengakuinya, harus memberi kesaksian dengan berani dan melanjutkannya; Semua orang harus “siap-sedia mengakui Kristus di muka orang-orang, dan mengikuti-Nya menempuh jalan salib di tengah penganiayaan, yang selalu saja menimpa Gereja” (Lumen Gentium 42, Bdk. Dignitatis Humanae 14). Pengabdian dan kesaksian untuk iman sungguh perlu bagi keselamatan: “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barang siapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga” (Mat 10:32-33).
Memang menjadi murid Kristus adalah suatu perjuangan seumur hidup, bagi kita yang percaya kepada Kristus. Semoga di akhir nanti Tuhan mendapatkan kita setia sebagai murid- murid-Nya.
Demikianlah yang dapat saya tambahkan dari renungan anda tentang menjadi murid Kristus menurut ajaran Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Pada akhir zaman akan dipisahkan “kambing ” dan “domba”, orang yang jahat dan orang yang benar. (Mat 25:31-46)
Pertanyaan: Kambing dan domba merupakan ciptaan Tuhan yang tentunya baik. Mengapa Yesus mengibaratkan kambing sebagai yang jahat? Mengapa sisi kiri diibaratkan sebagai yang jahat? Begitu pula sebaliknya, sisi kanan kanan sebagai yang baik?
Herman Jay
Jawaban:
Shalom Herman Jay,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang kambing dan domba serta kiri dan kanan di ayat Mt 25:31-46. Berikut ini adalah Mt 25:31-34:
31 “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.
34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
Dari ayat-ayat di atas, maka kita meliihat bahwa ayat-ayat tersebut merupakan kejadian yang akan dialami oleh seluruh manusia pada saat terjadi pengadilan terakhir (lih. ay. 31). Kita tahu bahwa pada saat itu, Tuhan akan memisahkan orang yang baik dan orang yang jahat. Pertanyaannya adalah mengapa orang yang baik digambaran sebagai domba sedangkan yang jahat digambarkan sebagai kambing dan yang sebelah kanan masuk Sorga dan sebelah kiri masuk neraka?
1) Domba dan kambing digembalakan oleh gembala yang sama, makan dari rumput yang sama. Namun, pada waktu masuk kandang atau dijual di pasar, mereka akan dipisahkan. Sama seperti semua manusia digembalakan oleh Gembala yang baik – Yesus -, hanya tidak semua manusia masuk dalam kawanan domba dan hanya domba-domba yang mendengarkan Sang Gembala akan masuk dalam Kerajaan Sorga. Domba adalah binatang yang cenderung untuk berkelompok dalam satu kawanan, sedangkan kambing lebih sendiri-sendiri. Oleh karena itu, domba-domba yang tetap berada dalam satu kawanan akan masuk dalam Kerajaan Sorga.
2) Domba memang banyak sekali dipakai di dalam Alkitab untuk menggambarkan sifatnya yang lemah lembut, sehingga menggambarkan Kristus yang mengatakan “Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mt 11:29). Dan domba-domba juga sering dipakai untuk korban, sehingga merupakan imitasi Kristus, yang dituntun sebagai domba ke tempat pembantaian (lih. Yes 53:7). Hal ini juga menggambarkan bagaimana domba-domba adalah yang menghasilkan buah-buah yang limpah, karena domba-domba menghasilkan susu, wol, dll. Demikian juga orang-orang yang masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah orang-orang yang menghasilkan buah-buah yang limpah (silakan melihat perumpamaan talenta) dan buah-buah yang limpah ini hanya mungkin terjadi kalau orang-orang tersebut hidup di dalam Kristus, karena di luar Kristus, manusia tidak dapat berbuat apa-apa (lih. Yoh 15:5).
3) Mungkin alasan terkuat adalah karena Kristus sendiri disebut Anak Domba Allah (lih. Yoh 1:36; Why 7). Dengan demikian domba-domba menggambarkan orang-orang yang mengikuti Kristus. Jadi orang yang diselamatkan adalah orang-orang yang mengikuti Kristus, bukan hanya mengetahui ajaran-Nya, namun menjadi seperti Kristus, yaitu senantiasa melakukan kehendak Bapa. (Mt 7:21).
4) Tentang kanan dan kiri, memang terkesan bahwa kanan mempunyai konotasi lebih dipercayai dan lebih berkuasa. Dituliskan bahwa Anak Manusia duduk di sebelah kanan yang Mahakuasa (lih. Mt 26:64; Mk 14:62; Mk 16:19; Lk 22:69). Dengan demikian orang-orang yang berada di sebelah kanan mengikuti Kristus, Sang Gembala Agung masuk dalam Kerajaan Allah. Bahkan menurut tradisi, pencuri yang baik – yang bernama Dimas – disalibkan di sebelah kanan Yesus.
Semoga uraian di atas dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang domba dan posisi kanan. Secara prinsip, domba dan posisi kanan adalah menggambarkan apa yang dilakukan oleh Kristus. Dengan demikian yang melakukan sama seperti Kristuslah yang dapat masuk dalam Kerajaan Sorga. Mari kita bersama-sama tetap berada dalam satu kawanan domba yang digembalakan oleh Kristus yang telah mempercayakan tugas pengembalaan ini kepada Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org