Home Blog Page 170

Penjelasan tentang 6 Hari Penciptaan

5

Pertama- tama, sesuai dengan prinsip ajaran St. Thomas Aquinas (Sent II d. 12 q. Ia.2), perlu diketahui bahwa kebenaran- kebenaran yang ditulis dalam Kitab Suci ditujukan untuk memberikan ajaran- ajaran religius dan moral, maka inspirasi Roh Kudus yang diberikan hanya berkaitan dengan kebenaran- kebenaran religius dan moral. Kitab Suci bukan merupakan buku ilmu pengetahuan/ science, sehingga tidak dapat dijadikan patokan untuk akurasi ilmu pengetahuan. Dengan demikian, maka Gereja tidak memberikan keputusan yang positif berkenaan dengan pertanyaan ilmiah, tetapi membatasi dirinya kepada menolak ajaran- ajaran yang sesat yang dapat membahayakan iman. Namun demikian perlu juga diketahui, karena penemuan ilmu pengetahuan dan pengetahuan tentang Iman supernatural (adikodrati) bersumber pada sumber yang sama, yaitu Tuhan, maka tidak mungkin ada kontradiksi antara penemuan- penemuan ilmu pengetahuan sekular dengan Sabda Tuhan yang dipahami dengan benar.

Keputusan Komisi Biblis (Biblical Commission, 30 Juni 1909) berkaitan dengan kisah Penciptaan, adalah sebagai berikut (sebagaimana dikutip dari Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, p. 92-93):

a. Ketiga bab Kitab Kejadian mengandung kejadian- kejadian nyata, bukan mitos, bukan hanya alegoris atau simbol dari kebenaran- kebenaran religius, bukan legenda (D 2122).

b. Berkaitan dengan kebenaran-kebenaran itu, yang menyentuh dasar- dasar agama Kristiani, arti literal historis harus dipegang. Kebenaran faktanya adalah, penciptaan segala sesuatu oleh Tuhan pada awal mula waktu (in the beginning of time), dan penciptaan manusia secara istimewa (D 2123)

c. Tidaklah penting untuk memahami semua kata per kata dan kalimat dalam arti literal [tentang Penciptaan ini]. Perikop-perikop yang diinterpretasikan secara bervariasi oleh para Bapa Gereja dan para teolog, dapat diinterpretasikan sesuai dengan penilaian individu dengan catatan, bagaimanapun juga, bahwa ia menyerahkan penilaiannya kepada keputusan Gereja, dan kepada ketentuan-ketentuan Iman. (D 2124)

d. Karena Penulis suci tidak mempunyai maksud untuk menampilkan akurasi ilmiah tentang penentuan segala sesuatunya secara mendasar, dan urutan-urutan karya- karya penciptaan tetapi tentang penyampaian ilmu pengetahuan dengan cara umum yang sesuai dengan idiom dan dengan perkembangan pra-sains (pra-ilmu pengetahuan) di zamannya, maka tulisannya tidak untuk dijadikan atau diukur seolah hal itu dirancang di dalam bahasa yang secara ketat bersifat ilmiah. (D 2127)

e. Kata “hari” tidak untuk diartikan di dalam arti literal sebagai hari yang umum 24 jam, tetapi dapat juga diartikan dengan arti jangka waktu yang lebuh lama. (D 2128, lih. surat dari Sekretaris Komisi Biblis kepada Kardinal Suhard, 16 Jan 1948)

Melihat bahwa memang bagi Tuhan sehari sama seperti seribu tahun (lih. 2 Pet 3:8), maka tidaklah menjadi hal yang bertentangan antara penemuan ilmu pengetahuan tentang fosil-fosil yang ditemukan beribu tahun umurnya dengan kisah penciptaan yang disampaikan dalam Kitab Suci terjadi dalam 6 hari. Sebab kebenaran- kebenaran yang ingin disampaikan oleh Kitab Suci bukan terletak pada akurasi data ilmiah, tetapi kepada makna bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya secara bertahap, dari ketiadaan menjadi ada, dan karya penciptaan-Nya mengarah kepada penciptaan manusia yang diciptakan secara istimewa, sesuai dengan gambaran-Nya.

 

 

 

 

Tentang bangsa Israel

20

Mengapa bangsa Israel mengklaim bahwa bangsanya adalah bangsa pilihan dan senantiasa disertai oleh Allah? Jika kita membaca Kitab Suci, kita akan mengetahui bahwa dalam melaksanakan rencana keselamatan manusia, memang Allah melakukannya secara bertahap. Mulai dari Adam dan Hawa, lalu dengan keturunan mereka, Nabi Nuh, dan sampai kepada Bapa Abraham yang kepadanya Allah Bapa berjanji akan menjadikan keturunannya berjumlah sebanyak bintang di langit (lih. Kej 15:5) dan oleh keturunannya maka segala bangsa akan diberkati (lih. Kej 22:18). Janji ini ditepati Allah, dan Allah memberikati keturunan Bapa Abraham dari Ishak, Yakub yang disebut Israel dengan keturunannya yang membentuk kedua belas suku Israel.

Dan ini berlanjut sampai ke jaman nabi Musa, dan selanjutnya sampai masa Perjanjian Baru. Allah memang menyertai bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah; kita mengetahui bagaimana Allah memimpin bangsa Israel keluar dari penjajahan Mesir, memimpin mereka dari kejaran tentara Pharaoh melintasi Laut Merah yang terbelah, memberi makan mereka selama 40 tahun di padang gurun dengan manna; dan menghantar mereka memasuki Tanah Perjanjian yaitu tanah Kanaan. Penyertaan Allah inipun terus menyertai bangsa Israel, meskipun berkali- kali bangsa Israel tidak setia kepada-Nya. Jika ada saatnya Allah mengijinkan bangsa Israel mengalami kejatuhan di bawah bangsa- bangsa lain, adalah untuk memberikan pelajaran kepada bangsa Israel; agar mereka kembali kepada Tuhan. Keadaan jatuh bangun-nya bangsa Israel ini mengisi hampir secara keseluruhan kitab Perjanjian Lama, sejak jaman nabi Musa, hakim- hakim dan jaman kerajaan di Israel (Saul, Daud, Salomo, dst), perpecahan antara kerajaan Yehuda dan Israel, pembuangan ke Babilon, kembalinya ke Yerusalem, sisa Israel pada jaman Yudas Makabe, sampai akhirnya sampai ke jaman Perjanjian Baru.

Maka memang benar jika dikatakan bahwa Allah menyertai bangsa Israel dengan cara yang istimewa (lih. Ul 4:7; 2 Sam7:23). Jika kita melihat realita ini, ada beberapa point penting yang kita ketahui:

1. Rencana keselamatan Allah bagi umat manusia dilakukan secara bertahap dalam sejarah. Dalam hal ini kita melihat perlunya persiapan umat manusia (dalam PL) untuk menerima Kristus (dalam PB).

2. Rencana ini dilakukan menurut prinsip pengantaraan/ mediasi. Untuk menyelamatkan umat manusia, ia melakukannya dengan memilih terlebih dahulu suatu bangsa (yaitu Israel), agar melalui bangsa ini, seluruh bangsa diberkati. Dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia, Yesuspun lahir sebagai seorang berkebangsaan Israel.

Maka, sudah menjadi rencana Allah untuk menentukan bangsa Israel menjadi pengantara agar seluruh dunia mengenal Kristus. Maka Israel sebagai bangsa pilihan (pada PL) ini merupakan pre-figurasi dari Gereja/ bangsa pilihan Allah yang baru (pada PB). Demikian pula sekarang, dunia mengenal Kristus melalui Gereja yang didirikan-Nya. Silakan membaca lebih lanjut tentang prinsip Gereja ini, di tanya jawab ini, silakan klik.

3. Bahwa karena kesetiaan Allah, maka Ia tidak akan meninggalkan bangsa pilihan-Nya, baik bangsa Israel maupun Gereja-Nya. Allah sendiri mengatakan dalam Rom 11:2, “Allah tidak menolak umat-Nya yang dipilih-Nya”. Maka dengan cara-Nya sendiri Allah akan berkarya untuk menyelamatkan bangsa Israel dengan membukakan mata hati mereka bahwa Ia sungguh telah mengutus Kristus Putera-Nya sebagai Sang Penyelamat. Walaupun sebagian dari bangsa Israel telah menolak Kristus, tidak berarti bahwa Allah mencoret mereka semua di dalam rencana keselamatan Allah. Allah tetap memberikan kesempatan yang sama kepada mereka untuk bertobat. “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya” (Rom 11:29).

Tentang Realitas Dosa Manusia

7

Tentang definisi dosa dan pengertian tentang dosa berat (mortal sin) dan dosa ringan (venial sin), silakan klik di sini.

Sedangkan tentang realitas dosa manusia, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

KGK 386    Dalam sejarah manusia dosa itu hadir. Orang akan berusaha dengan sia-sia untuk tidak melihatnya atau untuk memberikan nama lain kepada kenyataan gelap ini. Supaya mengerti, apa sebenarnya dosa itu, orang lebih dahulu harus memperhatikan hubungan mendalam antara manusia dan Allah. Kalau orang tidak memperhatikan hubungan ini, kejahatan dosa tidak akan dibuka kedoknya dalam arti yang sebenarnya – sebagai penolakan Allah, sebagai pemberontakan terhadap-Nya – bahkan sebagaimana ia tetap membebani kehidupan dan sejarah manusia.

KGK 387    Hanya dalam terang wahyu ilahi orang melihat, apa itu dosa, terutama dosa asal. Wahyu ini memberi kepada kita pengetahuan mengenai Allah, dan tanpa itu orang tidak akan melihat dosa dengan jelas dan akan digoda untuk menjelaskan dosa sebagai satu gangguan dalam pertumbuhan, satu kelemahan jiwa, satu kesalahan atau sebagai akibat otomatis dari satu struktur masyarakat yang salah. Hanya kalau mengetahui, untuk mana Allah telah menentukan manusia, orang dapat mengerti bahwa dosa adalah penyalah-gunaan kebebasan, yang Allah berikan kepada makhluk yang berakal budi, supaya mereka dapat mencintai-Nya dan mencintai satu sama lain.

KGK 388    Dengan kemajuan wahyu, kenyataan dosa pun diterangi. Walaupun Umat Allah Perjanjian Lama dalam cahaya kisah dosa pertama yang diceriterakan dalam buku Kejadian, mengenal sedikit keadaan manusia, ia toh tidak dapat mengerti arti terdalam kisah ini; arti itu baru nyata dalam cahaya kematian dan kebangkitan Yesus Kristus (Bdk. Rm 5:12-21). Orang harus mengenal Kristus sebagai sumber rahmat untuk mengerti Adam sebagai sumber dosa. Roh Kudus, yang diutus Kristus yang bangkit untuk kita, sudah datang, “supaya menginsyafkan dunia akan dosa” (Yoh 16:8), dengan mewahyukan Dia, yang menyelamatkan dari dosa.

KGK 389    Ajaran mengenai dosa asal boleh dikatakan “sisi kebalikan” dari warta gembira bahwa Yesus adalah Penebus segala manusia, bahwa semua orang membutuhkan keselamatan dan bahwa berkat Kristus keselamatan ditawarkan kepada semua orang. Gereja yang mengetahui “pikiran Kristus” (Bdk. 1 Kor 2:16) menyadari dengan jelas bahwa orang tidak dapat merusak/ ‘bermain- main’ dengan [tamper with] wahyu tentang dosa asal, tanpa membahayakan misteri Kristus.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dosa itu bukanlah sesuatu yang terjadi karena secara kodrati manusia memang berdosa. Sebab manusia diciptakan Allah dengan sungguh sangat baik pada mulanya (lih. Kej 1:31), dan Tuhan tidak menciptakan manusia untuk secara kodrati berdosa. Dosa itu terjadi karena manusia berontak terhadap Allah, dengan menyalahgunakan kebebasan yang diberikan Allah kepadanya. Dosa ini ada dalam sejarah manusia (dosa asal ini tidak dapat dipungkiri keberadaannya), namun semakin dapat dipahami hakekatnya di dalam terang misteri Kristus. Kristus, Sang Putera Allah, menyerahkan diri-Nya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa umat manusia, dan karenanya memperbaiki hubungan kasih antara Allah dan manusia. Maka pewartaan misteri Kristus ini disebut sebagai warta Kabar Gembira, sebab adalah suatu hal yang menggembirakan bahwa karena kasih Allah yang begitu besar, Ia mengutus Putera-Nya untuk membebaskan kita dari kuasa dosa, agar kita manusia dapat bersatu dengan Dia dalam kehidupan yang kekal.

Selanjutnya, untuk topik Dosa Asal, silakan klik di sini, untuk topik Dosa Apakah yang Ditebus Yesus?, silakan klik di sini.

Tanggapan tentang Tulisan Fr. Anthony de Mello

20

Banyak orang menyukai tulisan-tulisan Fr. Anthony de Mello, yang memang ditulis dengan gaya yang menarik dan enak dibaca. Jika kita cermati, memang fokus utama Fr. de Mello adalah untuk membantu seseorang mendapat pencerahan dan menemukan Tuhan. Tetapi jika kita terus membaca karya-karyanya, lama kelamaan secara implisit kita dapat menangkap, seolah-olah pencerahan itu dapat diperoleh sendiri secara pribadi dalam keheningan, dan bukan melalui Kristus. Dan sosok Tuhan yang dimaksud di sinipun nampaknya adalah kekosongan total. Hal-hal seperti inilah yang menjadi perhatian pihak otoritas Gereja, dan karena itu tak mengherankan jika kemudian pihak Vatikan mengeluarkan pernyataan sehubungan dengan karya-karya Fr. de Mello. Kardinal Ratzinger (saat itu adalah Prefek dari Kongregasi Ajaran Iman (CDF) sekarang Paus Benediktus XVI) secara khusus menulis komentar tentang karya R. Mello, pada tahun 1998, yang keseluruhan teksnya dapat dibaca di link http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/documents/rc_con_cfaith_doc_19980624_demello_en.html Menarik untuk disimak bahwa Notifikasi dari Vatikan tentang tulisan Fr. Anthony de Mello dibuat beberapa tahun setelah wafatnya di tahun 1987.

Kardinal Ratzinger mengatakan demikian, “…. in certain passages in [Father de Mello’s] early works and to a great degree in his later publications, one notices a progressive distancing from the essential contents of Christian faith

Terjemahannya:

“…. di beberapa perikop dalam karya-karya awal Fr. de Mello dan dalam derajat yang besar di karya-karyanya kemudian, seseorang dapat melihat perkembangan pergeseran yang menjauh dari isi dasar ajaran iman Kristiani.”

Sebab walaupun tulisannya dikemas menarik, dan tidak semuanya menyimpang (CDF hanya menyebutkan ‘di beberapa perikop’-nya), namun jika terus dibaca, maka lama kelamaan dalam karya- karya Fr. de Mello, dapat dilihat adanya kecenderungan penyimpangan dari inti ajaran iman Kristiani, dengan memperkenalkan sosok Tuhan sebagai ‘pure void’/ ‘kosong’, yang bukan berupa ‘Pribadi Ilahi’. Dengan demikian spiritualitas yang diajarkan Fr. de Mello meninggalkan konsep Allah Tritunggal (Allah yang satu dengan tiga Pribadi); figur Kristus-pun disejajarkan dengan tokoh agama lain; lalu agama dipandang sebagai penghalang untuk menemukan kebenaran. Hal-hal ini yang bertentangan dengan Spiritualitas Katolik.

Maka dapat disimpulkan, alasan dari CDF melarang publikasi tulisan- tulisan Fr. de Mello adalah karena tulisan- tulisannya dapat diinterpretasikan bertentangan dengan ajaran Kristiani. Demikian dikatakan oleh CDF: “…..according to the author, any belief or profession of faith whether in God or in Christ cannot but impede one’s personal access to truth. The Church, making the word of God in Holy Scripture into an idol, has ended up banishing God from the temple. She has consequently lost the authority to teach in the name of Christ. With the present Notification, in order to protect the good of the Christian faithful, this Congregation declares that the above-mentioned positions are incompatible with the Catholic faith and can cause grave harm.”

Terjemahannya:

“…..menurut pengarang [Fr. de Mello] apapun kepercayaan dan pengakuan iman entah di dalam Tuhan atau di dalam Kristus, tidak dapat tidak, hanya menghalangi sampainya seseorang kepada kebenaran. Gereja, dengan menjadikan sabda Tuhan dalam Kitab Suci sebagai sebuah berhala, telah akhirnya membuang Tuhan dari bait-Nya. Ia [Gereja] telah secara konsisten kehilangan otoritas untuk mengajar di dalam nama Kristus. Dengan Notifikasi ini, demi untuk melindungi kebaikan umat beriman Kristiani, Kongregasi ini menyatakan bahwa pandangan-pandangan di atas adalah tidak sesuai dengan iman Katolik dan dapat sangat membahayakan.”

Pada akhirnya, mari kita menyadari bahwa kekatolikan kita dinyatakan jika kita mempunyai Roh dan semangat Kristus, menerima dengan taat pengajaran-Nya yang disampaikan oleh Gereja Katolik (Lumen Gentium 14). Jadi, suara otoritas Gereja (dalam hal ini yang diwakili oleh CDF) tentang tulisan Fr. de Mello harusnya mengarahkan sikap kita terhadap tulisan-tulisan beliau. Kita menerima dengan rendah hati pandangan Gereja, yang pasti telah didahului dengan segala penelitian akan semua karya-karya Fr. de Mello. Sedangkan yang kita baca mungkin hanya sebagian saja. Sebab memang di sebagian karya-karya Fr. de Mello ini ada yang membingungkan seolah mengatakan bahwa agama tidak penting, atau bahkan Kristus tidak penting. Dan inilah yang dianggap menyimpang oleh pihak otoritas Gereja. Maka kita sebagai umat Katolik harus waspada saat kita membaca karya-karya beliau, agar kita dapat memilah: yang baik boleh kita terima, namun yang tidak sesuai dengan ajaran Katolik, tentu tidak kita terima.

Inspirasi tentang Hari Minggu Kerahiman

8

Injil pada hari Minggu Paskah II

Bacaan Injil pada hari Minggu Paskah II menceritakan tindakan-tindakan luar biasa yang dilakukan Kristus Tuhan pada hari Kebangkitan, saat Ia menampakkan diri-Nya untuk pertama kali di muka umum: “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada para penguasa Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu!” Sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersuka cita ketika mereka melihat Tuhan. Lalu kata Yesus sekali lagi, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh 20:19-23).

Pesta Kerahiman pada hari Minggu Paskah II

Di dalam perwahyuan pribadi yang diterima oleh Santa Faustina, Yesus bersabda: “Aku mau supaya ada Pesta Kerahiman. Aku mau supaya gambar itu diberkati secara mulia pada hari Minggu pertama sesudah Paska. Hari Minggu ini harus menjadi Pesta Kerahiman.” Permintaan ini disampaikan oleh Yesus kepada St. Faustina dari Polandia pada penampakan-Nya tanggal 22 Februari 1931. Permintaan Yesus ini baru terwujud pada tahun 2000, ketika Bapa Suci Yohanes Paulus II menetapkan Hari Minggu setelah Minggu Paskah sebagai Minggu Kerahiman Ilahi. Sejak saat itu Gereja universal secara resmi merayakan Pesta Kerahiman ilahi.

Dunia membutuhkan Kerahiman Ilahi

Paus Yohanes Paulus II, yang sering disebut Paus Kerahiman, pada homili tanggal 17 Agustus 2002 menyatakan bahwa dunia di saat ini sangat membutuhkan Kerahiman Ilahi. Dunia sedang menderita oleh konflik berkepanjangan, kematian bagi orang-orang yang tak bersalah, kebencian dan dendam merajalela, martabat manusia tidak dihargai, budaya kematian menggerogoti pengaruh budaya kehidupan. Semua itu tidak dapat dilepaskan dari kedosaan bangsa manusia. Manakala kuasa dosa telah begitu kuat mencengkeram umat manusia maka yang terjadi hanyalah penderitaan demi penderitaan. Kerahiman Ilahi dibutuhkan untuk menolong orang-orang yang menjadi korban dari keganasan kuasa dosa yang merasuk di hati banyak orang. Namun lebih dari itu semua kerahiman Ilahi amat dibutuhkan untuk mengubah pikiran dan hati manusia agar mengarahkan kembali orientasi hidupnya pada upaya menegakkan damai dan kasih di dalam kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerahiman Ilahi sungguh dibutuhkan mengubah suasana penghancuran menjadi suasana pendamaian serta kasih. Kerahiman Ilahi juga semakin dibutuhkan bagi manusia sebagai subyek yang menciptakan suasana kedosaan. Ketika bangsa manusia sudah tidak dapat menolong dirinya sendiri untuk keluar dari carut marut kehidupan yang penuh kedosaan, kerahiman Ilahi menjadi rahmat yang semakin dibutuhkan.

Apa arti Kerahiman Ilahi

Arti biblis dari “Kerahiman” : Dalam bahasa Latin – misericordia; Yunani: heleos; bahasa Inggris: mercy. Bahasa Indonesia berhasil mengungkap kembali makna aslinya dengan menerjemahkan “misericordia atau mercy menjadi “kerahiman”. Dalam bahasa Ibrani: belas kasih Ilahi disebut dengan istilah rahamim dan khesed, yaitu dua ungkapan yang dipakai untuk menyebut sifat kasih Allah. Kata “rahamim” ada kaitannya dengan kata “rehem” yang artinya “rahim atau kandungan”. Dengan demikian, rahamim (terj: kerahiman) adalah sifat kasih Allah yang serupa dengan sifat rahim seorang ibu. Seperti rahim yang “melindungi, menghidupi, menghangatkan, memberi pertumbuhan, menjaga, menerima tanpa syarat, membawa kemana-mana”, demikian pula kasih Allah terhadap umat manusia. Dengan kerahiman-Nya, Allah melindungi, menghidupi, menghangatkan, memberi pertumbuhan, menjaga, menerima tanpa syarat, membawa kemana-mana. Seperti janin tidak dapat hidup dan berkembang tanpa rahim ibu, demikian pula manusia tidak akan dapat hidup tanpa kasih kerahiman dari Allah. Kata lain untuk menyebut kerahiman adalah “belas kasih”.

Pesta kerahiman Ilahi mau menyadarkan manusia akan belas kasih Allah yang tak ada batasnya. Belas kasih Allah diperhitungkan di tengah fakta kebangkrutan moral dan rohani manusia. Seolah-olah tidak ada apapun dalam kehidupan kita yang dapat kita andalkan untuk mendapatkan pengampunan, keselamatan, dan pembaruan hidup dari Allah. Paulus menggambarkan status dan kondisi manusia sebagai kegelapan yang menyakitkan. Manusia ada dalam kondisi tidak selamat karena menjadi korban dari tirani kuasa dosa (hamartia), tirani kematian, dan tirani Hukum Taurat yang hanya mengandalkan keselamatan dari kekuatan manusia belaka. Tirani tersebut sudah ada dan menghantui manusia sejak kelahirannya di dunia. Yang terjadi memang sungguh demikian, bahkan orang yang sangat bermoral pun, pasti pernah melakukan kesalahan atau dosa. Kedosaan lama-kelamaan bisa menjadi habitus dan kematian suara hati serta moralitas manusia menjadi kemestian yang terjadi pelan-pelan. Di hadapan kekudusan Allah yang tanpa cacat dan tak kenal kompromi, semua orang dengan kualitas hidup moral-spiritual yang serba rapuh praktis sudah mati. Dalam surat kepada jemaat di Roma, Paulus menegaskan bahwa seluruh umat manusia hidup di bawah murka Allah.

Kerahiman Allah mengundang kita berperan serta

Dalam kondisi tanpa harapan itulah belas kasih atau kerahiman Allah mutlak dibutuhkan agar manusia dapat dipandang layak untuk menerima anugerah keselamatan. Belas kasih atau kerahiman Allah tidak menghina status apalagi mematikan potensi manusia. Kasih Allah tidak berdampak melumpuhkan daya juang moral-spiritual kita. Sebaliknya, Allah sangat mengasihi kita dan menginginkan kita menjadi gambar-Nya. Kerahiman Allah yang ditunjukkan secara tuntas dalam sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus tidak mematikan daya rohani manusia tetapi justru membangkitkannya. Korban Kristus di kayu salib membangkitkan daya Ilahi yang dianugerahkan kepada kita masing-masing. Darah Kristus yang tertumpah di kayu salib membasuh kita yang bergelimang dalam dosa agar menjadi anak-anak Allah yang suci. Dengan demikian, karya penebusan Kristus bukan hanya memperbaiki kondisi obyektif dari dunia manusia, tetapi lebih-lebih mengubah manusia sebagai subyek keselamatan. Karya penebusan Kristus mengundang manusia untuk terlibat pada karya-Nya di dalam menyelamatkan dunia.

Oleh karena itu devosi kerahiman Ilahi mengajak semua umat beriman untuk menghayati ABC Kerahiman, yaitu:
A – Ask for His Mercy = Mohon Belas Kasih Allah : Tuhan menghendaki kita datang kepada-Nya dalam doa secara terus-menerus, menyesali dosa-dosa kita dan mohon kepada-Nya untuk mencurahkan belas kasih-Nya atas kita dan atas dunia.
B – Be Merciful = Berbelas Kasih kepada Sesama. Tuhan menghendaki kita menerima belas kasih-Nya dan membiarkan belas kasih Ilahi itu mengalir melalui kita kepada sesama. Tuhan menghendaki kita memperluas kasih serta pengampunan kepada sesama seperti yang Ia lakukan kepada kita.
C – Completely Trust = Percaya Penuh kepada-Nya: Tuhan ingin kita tahu bahwa rahmat-rahmat belas kasih-Nya tergantung pada besarnya kepercayaan kita. Semakin kita percaya kepada-Nya, semakin berlimpah rahmat yang kita terima.

Makna sinar putih dan merah dalam gambar Kerahiman Ilahi

Di dalam bacaan kedua (1Yoh 5:1-6) dikatakan: “Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Patut dibaca pula ayat-ayat lanjutannya yang tidak dibaca dalam bacaan kedua : 7 Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. 8 Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. 9 Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

Darah dan air yang mengalir dari lambung Yesus oleh devosi Kerahiman Ilahi tertera pada gambar Yesus dengan sinar berwarna putih dan merah yang terpancar dari hati-Nya. Ada pemaknaan tertentu dari perlambang Air dan Darah. Air melambangkan karya Roh Kudus sedangkan Darah melambangkan karya Yesus. Roh Kudus membersihkan, menguduskan, memberi peneguhan. Yesus dengan darah-Nya memberi kehidupan. Kerahiman Allah dengan demikian memberi dampak pengudusan dan penghidupan bagi umat manusia. Demikian pula sakramen-sakramen gerejani membawa dampak pengudusan dan kehidupan baru bagi umat beriman.

Setelah dikuduskan dan diberi hidup ilahi, kita diundang mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah

Kegiatan umat beriman yang diilhami oleh Kerahiman Ilahi adalah karya penyelamatan. Oleh karena itu umat beriman diundang untuk mewujudkan imannya lewat: menolong orang-orang yang menderita dalam berbagai bentuknya, mengajak orang untuk bertobat dan mengandalkan keselamatan pada Yesus. Doa-doa bagi kaum pendosa agar bertobat juga menjadi perhatian penting. Di dalam gambar kerahiman ada tulisan: Jesus, I trust in You yang artinya Yesus aku mengandalkan Engkau. Iman adalah mengandalkan dengan penuh pasrah pada kekuatan kasih Allah. Devosi Kerahiman Ilahi menekankan segi doa dan pelayanan untuk mewartakan bahwa Allah Maha Rahim. Dengan demikian tidak ada yang baru dari devosi ini. Berbagai praktek kesalehan Gerejani telah menekankan hal yang sama. Kebaharuan devosi ini ada pada pengalaman batin Santa Faustina yang mengarah pada ajakan mendesak bagi semua umat manusia untuk membangun pertobatan dan mengandalkan diri pada kerahiman Allah sebelum hari pengadilan tiba.

Hal- hal praktis sehubungan dengan devosi Kerahiman Ilahi

Hal-hal praktis tentang devosi kerahiman Ilahi: Devosi Kerahiman Ilahi menganjurkan para devosan untuk berdoa setiap jam tiga sore, untuk mengenang penderitaan Kristus di kayu salib sampai pada kematian-Nya. Selain itu juga ada doa koronka yang memakai rosario. Namun doa koronka bukanlah doa rosario dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan doa rosario. Butiran rantai rosario dipakai hanya sebagai penolong di dalam litani doa Kerahiman Ilahi yang merupakan pengulangan doa permohonan kepada Allah Bapa: “Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia.”

Hal-hal praktis berkaitan dengan Minggu Kerahiman:
INDULGENSI PENUH: Untuk menjamin bahwa umat beriman akan merayakan hari ini dengan setulus-tulusnya, Bapa Paus sendiri menetapkan agar hari Minggu ini diperkaya dengan indulgensi penuh. Indulgensi penuh diberikan dengan syarat-syarat seperti biasanya (menerima Sakramen Tobat, Sakramen Ekaristi dan berdoa bagi ujud Paus) kepada umat beriman yang, pada hari Minggu Paskah II, yaitu Minggu Kerahiman Ilahi, di gereja atau kapel mana pun juga, dengan jiwa yang bebas dari keterikatan pada dosa, termasuk dosa ringan; mengambil bagian dalam doa-doa dan devosi untuk memuliakan Kerahiman Ilahi, atau, di hadapan Sakramen Mahakudus yang ditakhtakan atau tersimpan di dalam tabernakel; mendaraskan doa “Bapa kami” dan “Aku Percaya” (Credo), serta menambahkannya dengan suatu doa tulus kepada Tuhan Yesus yang Maharahim (misalnya, “Yesus yang Maharahim, Engkau Andalanku”);
INDULGENSI PARTIAL/SEBAGIAN diberikan kepada umat beriman yang, sekurang-kurangnya dengan hati bertobat, berdoa kepada Yesus yang Maharahim dengan mengucapkan suatu seruan yang disahkan secara resmi.
Selain itu, di dalam kesempatan Minggu Kerahiman ada kebiasaan untuk meminta berkat Imam untuk gambar Yesus Kerahiman.

Mempertemukan Bacaan Minggu Paskah II dengan Minggu Kerahiman

Peristiwa penampakan Yesus kepada para murid mempunyai aspek pembuktian bahwa Yesus sungguh bangkit dan Dia mengutus para murid untuk mewartakan pengampunan dosa yang disertai dengan hembusan Roh Kudus oleh Yesus. Demikian pula Kerahiman Ilahi mempunyai misi khusus untuk mewartakan kasih Allah yang bersedia mengampuni manusia tanpa batas. Peristiwa Paskah itu sendiri merupakan puncak dari manifestasi kerahiman Allah. Hembusan Roh Kudus memberi kehidupan baru, yaitu kehidupan yang dibangun atas dasar belas kasih atau kerahiman Allah dan mengarah kepada kehidupan abadi di sorga. Mengacu pada bacaan kedua, lambang air dan darah yang membawa pengudusan dan anugerah kehidupan bagi umat manusia merupakan tujuan dan karya penebusan Yesus. Kerahiman Allah menghendaki agar semua orang mencapai keselamatan. Praktek nyata dari kehidupan umat yang diselamatkan oleh Kasih kerahiman Allah adalah kehidupan bersama yang diwarnai oleh sikap saling mengasihi, saling berbagi, saling meneguhkan dan saling menyembuhkan seperti terjadi pada jemaat perdana, sebagaimana disampaikan di dalam bacaan pertama.

(Ditulis oleh Rm. A. Hari Kustono Pr.)

Apakah Kitab Suci terkorupsi?

4

Pertanyaan:

dari fb Answering Christanity (Indonesia)

Pertanyaan KHUSUS untuk Kristiani.

PERTANYAAN PERTAMA
Dengan demikian GENAPLAH firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Mereka menerima tiga puluh uang
perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel,
(Matius pasal 27 ayat 9)
● Tidak ada satu pun ayat yg menuliskan hal seperti itu di kitab (nabi) Yeremia. Tidak ada jg satu ayat pun yg
bahkan hanya mendekati hal yg disebutkan di atas dalam keseluruhan kitab (nabi) Yeremia !!

⇛ membawa kita ke pertanyaan, apakah Injil Matius terinspirasi oleh Tuhan, atau kitab (nabi) Yeremia
terkorupsi ?

PERTANYAAN KEDUA

Seperti ada TERTULIS dalam kitab nabi Yesaya: “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan
mempersiapkan jalan bagi-Mu;
(Markus pasal 1 ayat 2)

● Tidak ada satu pun ayat seperti tersebut di atas dalam kitab nabi Yesaya !!

⇛ membawa kita ke pertanyaan, apakah Injil Markus terinspirasi oleh Tuhan, atau kitab (nabi) Yesaya
ter korupsi ?

PERTANYAAN KETIGA 14 Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, 15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh
nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”
(Matius pasal 2 ayat 14 dan 15)

● Kebetulan, ayat ini memang ada, tapi itu akan membawa kita semua ke pemikiran kalau Matius (org yg
diperkirakan menulis Injil ini) adalah seorang yg bebal, atau paling tidak membuat kita berpikir kalau Yesus
adalah seorang yg tidak bisa dipercaya, karena Hosea (di mana ayat ini berada) diceritakan sebagai anak-anak Israel yg bebal dan Pengeluaran. 1 Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Ku panggil anak-Ku itu.
2 Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada
para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung. (Hosea 11:1-2)

⇛ membawa kita ke pertanyaan, apakah Injil Matius terinspirasi oleh Tuhan, atau Yesus (menurut Alkitab
sendiri) adalah org yg bebal ?

PERTANYAAN KEEMPAT Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang DIKATAKAN oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran- aliran air hidup.”
(Yohanes pasal 7 ayat 38)

● Boleh beri tahu kami semua yg ada di sini, di bagian Kitab Suci (Alkitab PL tentunya bukan ?) sebelah mana yg
mengatakan hal seperti di atas ?

⇛ membawa kita ke pertanyaan, apakah Yesus (menurut Alkitab) adalah seorang pembohong, atau Alkitab yg terkorupsi ?

Ini saya copy dari facebook answering christanity indonesia..
Delove

Jawaban:

Shalom Delove,

Pertama- tama, harap dipahami terlebih dahulu, bahwa tidak semua referensi ayat-ayat Perjanjian Lama yang tertulis dalam Perjanjian Baru merupakan pengutipan yang persis sama, namun yang terpenting adalah maksudnya dari ayat-ayat tersebut  mengacu kepada hal yang sama/ serupa.

Mari kita melihat satu persatu keberatan tersebut:

1. Mat 27:9

“Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel…..” (Mat 27:9)

Keberatan: Tidak ada satu pun ayat yang menuliskan hal seperti itu di kitab (nabi) Yeremia. Tidak ada juga satu ayat pun yang
bahkan hanya mendekati hal yang disebutkan di atas dalam keseluruhan kitab (nabi) Yeremia !!

Tanggapan kami:

Memang ayat tersebut tidak secara langsung dikutip dari tulisan nabi Yeremia, namun secara prinsip ditulis oleh Nabi Yeremia. Ayat Mat 27:9 sebenarnya mengutip kitab Zakharia yang digabungkan dengan apa yang tertulis dalam kitab Yeremia, yaitu demikian:

“Lalu aku berkata kepada mereka: “Jika itu kamu anggap baik, berikanlah upahku, dan jika tidak, biarkanlah!” Maka mereka membayar upahku dengan menimbang tiga puluh uang perak. Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadaku: “Serahkanlah itu kepada penuang logam!” nilai tinggi yang ditaksir mereka bagiku. Lalu aku mengambil ketiga puluh uang perak itu dan menyerahkannya kepada penuang logam di rumah TUHAN.” (Zak 11:12-13)

Ayat ini digabungkan dengan gagasan pembelian ladang/ sebidang tanah, seperti yang tertulis dalam kitab Yeremia, yaitu Yer 32: 6-15. Ayat-ayat ini dan bahwa Nabi Yeremia berbicara tentang tukang periuk (lih. Yer 18:2-, Yer 19:1-) yang hidup di wilayah Hakeldama, dan ia menyebutkan bahwa tempat Tukang Periuk tersebut “tidak akan disebut lagi Tofet dan Lembah Ben-Hinom tetapi Lembah Pembunuhan” (lih. Yer 19:6); dan ini tergenapi dengan harga tanah Tukang Periuk yang dibayar oleh Yudas, yang akhirnya menjadi tempat di mana ia wafat bunuh diri, sehingga sampai sekarang disebut sebagai Tanah Darah (lih. Mat 27:8). Ini menjelaskan mengapa keseluruhan teks dapat diperkirakan sebagai nubuat Nabi Yeremia yang tergenapi.

2. Mrk 1:2

“Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya”… (Mrk 1:2-3)

Keberatan: Tidak ada satu pun ayat seperti tersebut di atas dalam kitab nabi Yesaya !!

Tanggapan kami:

Ayat acuan yang dimaksud adalah Yes 40:3, yang mengatakan:

“Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!” (Yes 40:3)

3. Mat 2:14-15

“Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” (Mat 2:14-15)

Keberatan: Kebetulan, ayat ini memang ada, tapi itu akan membawa kita semua ke pemikiran kalau Matius (org yg
diperkirakan menulis Injil ini) adalah seorang yg bebal, atau paling tidak membuat kita berpikir kalau Yesus
adalah seorang yg tidak bisa dipercaya, karena Hosea (di mana ayat ini berada) diceritakan sebagai anak-anak Israel yg bebal dan Pengeluaran. 1 Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Ku panggil anak-Ku itu.
2 Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada
para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung. (Hosea 11:1-2)

⇛ membawa kita ke pertanyaan, apakah Injil Matius terinspirasi oleh Tuhan, atau Yesus (menurut Alkitab
sendiri) adalah orang yang bebal?

Tanggapan kami:

Mat 2:15 mengacu kepada dua ayat dalam Perjanjian Lama, yaitu Bil 23:22 dan Hos 11:1. Kitab Bilangan mengatakan, “Allah, yang membawa mereka [bangsa Israel] keluar dari Mesir, adalah bagi mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan …”. Dan Kitab Hosea, “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.” (Hos 11:1).

Sebelum kita memahami kaitan antara ayat- ayat ini, perlu dipahami terlebih dahulu, prinsip dasar yang dipegang Gereja dalam menginterpretasikan Kitab Suci; yaitu bahwa ayat- ayat Perjanjian Lama dibaca dalam terang Perjanjian Baru dan sebaliknya, sebab “Perjanjian Baru terselubung dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama tersingkap dalam Perjanjian Baru” (KGK, 129). Artinya kita tidak dapat mengartikan ayat- ayat Perjanjian Lama terpisah dari penggenapannya dalam Perjanjian Baru, yang maksudnya adalah memperbaiki ataupun menyempurnakan apa yang ada di Perjanjian Lama (itulah sebabnya disebut sebagai Perjanjian ‘Baru’)

Maka, jika dikatakan bahwa Yesus adalah Adam yang baru (lih. Rom 5:12-21), bukan berarti Yesus persis sama dengan Adam dan jatuh dalam dosa seperti Adam; namun justru sebaliknya, merupakan kebalikan 180 derajat dengan Adam (manusia pertama) itu. “…. Adam, yang adalah gambaran Dia [Kristus] yang akan datang. Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang [Adam] semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” (Rom 5:14-15). Di sini Yesus diperbandingkan dengan Adam, dan menjadi Adam yang “baru”, karena dengan penjelmaan-Nya menjadi manusia, Ia mengambil juga kodrat manusia, artinya, sebagai keturunan Adam. Namun, meskipun Kristus menjadi sama dengan manusia (walaupun Ia juga tetap adalah Allah), Ia berbeda dengan manusia dalam satu hal ini: yaitu bahwa Ia tidak berdosa (lih. Ibr 4:15).

Dengan prinsip yang sama Yesus disebut sebagai Israel yang baru, sebab dalam Perjanjian Lama Allah menyebut Israel sebagai anak-Nya yang sulung, “Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung…” (Kel 4:22), atau “Kasihanilah umat yang disebut menurut nama-Mu, yaitu Israel yang telah Kausamakan dengan anak sulung.” (Sir 36:11). Namun dalam Perjanjian Baru, Allah menyebutkan bahwa Kristus, adalah Anak-Nya yang Tunggal, yang sulung dari segala ciptaan, demikian:

“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.” (Kol 1:15-20)

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16)

Dengan demikian, tidak menjadi masalah bahwa dalam Hos 11:1-2 disebutkan bahwa pada awalnya Israel dikasihi Allah dan dipanggil-Nya dari Mesir, namun kemudian Israel menyimpang, menjadi tidak taat karena menyembah Baal. Ini adalah gambaran Israel dalam Perjanjian Lama. Namun Kristus sebagai Israel yang baru sebagai penggenapannya, merupakan kebalikan dari Israel pada Perjanjian Lama. Kristus sebagai Putera Allah yang menjelma, malah taat sampai akhir kepada kehendak Allah Bapa, sehingga rela wafat disalibkan untuk menebus dosa manusia.

“[Kristus] yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:6-11)

“… [Kristus] yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.” (Gal 1:4)

4. Yoh 7:38

“Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” (Yoh 7:38)

Keberatan: Boleh beri tahu kami semua yang ada di sini, di bagian Kitab Suci (Alkitab PL tentunya bukan?) sebelah mana yang
mengatakan hal seperti di atas?

Tanggapan kami:

Liturgi Perayaan Pesta Tabernakel yang melatarbelakangi teks, mencakup doa- doa untuk datangnya air hujan, ritus yang memperingati mukjizat air di zaman Nabi Musa (lih. Kel 17:1-7, sebagaimana dikutip di 1 Kor 10:4) dan bacaan- bacaan perikop Perjanjian Lama yang menubuatkan adanya air kehidupan yang terus memancar dari Yerusalem/ bait Allah (lih. Zak 14:8; Yeh 47:1-) Kristus sendiri adalah Putera Allah; dan barang siapa yang percaya kepada-Nya dan dibaptis, akan menerima Roh Kudus (Kis 2:38). Dengan menerima Roh Kudus, maka setiap orang yang percaya menjadi bait Allah, karena Roh Allah diam di dalamnya (lih. 1Kor 3:16; 6:19). Dengan demikian apa yang dituliskan dalam Perjanjian Lama, yaitu bahwa bait Allah akan mengalirkan aliran air hidup, digenapi di dalam diri mereka yang percaya kepada Kristus, [karena mereka telah menjadi bait Allah yang hidup], sebagaimana tertulis dalam Yoh 7:38.

Kesimpulan:

Demikianlah tanggapan kami akan beberapa keberatan di atas. Harus diakui, bahwa jika seseorang membaca Kitab Suci dengan praduga terlebih dahulu bahwa Kitab Suci itu keliru/ bohong/ dikorupsi, maka yang dicarinya hanya semacam celah-celah untuk mendukung dugaannya tersebut. Akan sulit baginya untuk sungguh memahami Kitab suci. Namun, jika seseorang dengan tulus mempelajari Kitab Suci, dan dengan rendah hati mau menerima penjelasan dari Gereja yang kepadanya Kitab Suci ini diberikan, maka kebenaran Kitab Suci akan dengan sendirinya nampak di hadapannya. Kitab Suci, sebagai Sabda Allah, tidak mungkin salah atau bohong ataupun terkorupsi, seperti dituduhkan sekelompok orang. Hanya saja, memang tidak mudah untuk memahami makna keseluruhan Kitab Suci. Itulah sebabnya sikap kerendahan hati sangatlah diperlukan bagi siapapun yang ingin mempelajari dan memahami Kitab Suci. Karena itu, untuk memahami Kitab Suci kita membutuhkan tuntunan Roh Kudus dan Gereja-Nya, karena di dalamnya Roh Kudus sudah secara nyata bekerja selama 2000 tahun, untuk membimbingnya melestarikan ajaran yang sesuai dengan Sabda Tuhan sejak zaman para rasul sampai sekarang.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab