Pacaran yang sehat, jalan menuju perkawinan bahagia

Ketika itu saya masih duduk di bangku kuliah. Satu hari di malam Minggu, seorang teman laki-laki berkunjung ke tempat kos saya. Ia teman baik sejak SMA, tidak pernah ada hubungan istimewa di antara kami kecuali berteman baik. “Kok malam Minggu ke sini, apa kamu nggak apel?” tanya saya dalam nada bercanda. Ia menyahut dengan santai, “Supaya teman-teman se-kos tidak mengira aku jomblo. Walau memang kenyataannya begitu, tapi kan malu kalau ketahuan belum punya pacar. Jadi jangan diam di rumah kos kalau malam Minggu tiba, ke rumah siapa pun jadi deh, biar nggak kelihatan jomblo.” Walaupun merasa maklum, sebenarnya saya heran mendengar jawabannya itu.

Dua puluh tahun kemudian, dan pastinya dua puluh tahun sebelum hari itu, rasanya motivasi sebagian anak muda dalam berpacaran belum banyak berubah. Ketika baru-baru ini saya berbincang dengan keponakan saya yang sudah SMA, ia bercerita tentang motivasi teman-temannya yang sudah mempunyai pacar. Pacaran meningkatkan status sosial, katanya tampak lebih keren dan gaul bila sudah punya pacar. Walaupun kebutuhan akan pengakuan dan status pergaulan adalah bagian dari gejolak masa remaja, tetaplah sangat penting bagi kaum muda untuk mempunyai alasan dan sikap yang tepat dalam berpacaran.

Kaum muda Katolik adalah anak-anak Tuhan yang dipanggil untuk menjadi kudus dalam segala hal. Sebagaimana dinyatakanNya dalam 1 Petrus 1:14-16, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” . Usia muda tidak harus tidak matang dalam iman, justru sedari muda kita belajar apa yang benar dan baik yang akan mengarahkan kita menjadi manusia dewasa yang seutuhnya, dalam kepenuhan kasih dan iman kepada Tuhan. Kita baca hal itu dalam 2 Tim 2:22, “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”

Tuhan selalu tahu apa yang terbaik bagi kita dalam semua aspek hidup kita, termasuk dalam hal pergaulan. Di dalam Kitab Suci, Dia mengajarkan sikap-sikap yang baik dan terpuji menyangkut relasi kita dengan lawan jenis. Tuhan menghendaki demikian, sebenarnya pertama-tama demi kebahagiaan kita, karena Ia mengenal kita dengan sempurna sejak semula, dan karena Ia sangat mengasihi kita.

Apakah pacaran itu?

Pacaran itu indah, jatuh cinta itu selangit, berjuta rasanya, kata syair lagu. Ketika kita masih duduk di awal bangku sekolah dasar, bergandengan tangan dengan teman yang berlainan jenis tidak menimbulkan perasaan apa-apa kecuali rasa gembira sebagai teman bermain. Namun menginjak usia pra-remaja, di mana perkembangan fungsi tubuh dan hormonal mulai menjadi dominan, kebersamaan dengan teman lawan jenis menumbuhkan perasaan suka yang berbeda. Ketika dua insan berlainan jenis selalu ingin menghabiskan waktu bersama, merasa aman dan nyaman satu sama lain, berkegiatan bersama, baik lewat pertemuan secara fisik maupun lewat berbagai sarana alat komunikasi, dengan diikuti ketertarikan secara seksual dan romantisme, maka relasi di antara keduanya disebut berpacaran. Tuhan memang menciptakan manusia untuk saling mengasihi. Dalam pacaran, manusia mengenal bentuk saling mengasihi itu secara khusus dalam perasaan cinta kepada lawan jenis, dalam artian, ingin memberi, melindungi, dan mengasihi lawan jenis yang dicintai. Relasi ini bersifat eksklusif, artinya hanya melibatkan perasaan kedua orang yang terlibat di dalamnya. Dalam hubungan pacaran yang baik, harus ada unsur-unsur yang menjaga kelanggengannya dan memastikan tujuannya tercapai, di antaranya secara umum adalah kesetiaan, kejujuran, saling menghormati dan menghargai, tanggungjawab, dan komitmen.

Mengapa kita pacaran

Jika hanya mengikuti dorongan alami dari fungsi-fungsi hormonal tubuh, bisa-bisa manusia berpacaran dengan siapa saja yang ia suka dan kapan pun ia mau. Tetapi tentu tidak dapat demikian, karena manusia adalah mahluk berakal budi, ciptaan tertinggi yang dikaruniai hikmat untuk mengikuti norma-norma kebaikan dari hati nuraninya. Manusia diciptakan sesuai dengan gambaran Penciptanya, sehingga ia disebut sebagai citra Allah. Ia juga dipanggil untuk berpasangan dan beranak cucu melalui sebuah relasi yang disebut perkawinan kudus yang tak terceraikan.

Karena manusia mempunyai martabat paling tinggi sedemikian, dan dipercaya oleh Tuhan untuk mengelola alam ciptaan dengan akal budinya, maka setiap tindak tanduknya harus didasari oleh tujuan yang mulia dan alasan yang menjunjung tinggi martabat itu. Tidak terkecuali dalam berpacaran, yang merupakan langkah awal sebelum jenjang perkawinan. Motivasi yang benar dalam berpacaran mengarahkan muda mudi untuk berpacaran dengan sehat dan mencapai tujuannya yang benar dalam memuliakan martabatnya sebagai manusia sesuai dengan tugas dan panggilan Tuhan baginya. Sebaliknya, berpacaran sekedar untuk status, demi ego pribadi, demi memuaskan dorongan seksual semata , atau untuk sekedar bersenang-senang saja, justru berpotensi menimbulkan kesedihan, misalnya luka dalam hati, perbuatan dosa dan rasa bersalah, rusaknya hubungan baik, bahkan kehamilan di luar nikah, atau pernikahan dini yang terpaksa dijalani karena kehamilan di luar pernikahan itu dan bukan didasari oleh cinta yang sejati dengan pertimbangan kecocokan yang matang. Ujungnya adalah masalah, dan bukannya kebahagiaan. Bisa-bisa pacaran tidak lagi berjuta rasanya, tetapi berjuta masalahnya.

Pacaran yang sehat didasari oleh kasih yang tulus dan kebutuhan untuk menemukan pasangan hidup yang tepat, di mana kedua insan berusaha saling mengenal pribadi satu sama lain, mengembangkan cinta kasih sejati, untuk kemudian menikah membentuk keluarga yang dikuduskan dalam sakramen Gereja-Nya, Sakramen Perkawinan. Di dalamnya, Tuhan menghendaki pria dan wanita berketurunan dan membentuk keluarga yang saling mencintai, menghormati, dan melayani dalam kasih dan kesetiaan yang tulus hingga akhir hayat. Semangat kasih dan hormat kepada Tuhan mendasari semua bentuk ungkapan kasih di dalamnya. Kasih yang Tuhan maksudkan adalah kasih yang dituliskan St Paulus dalam 1 Kor 13: 4-7, yaitu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, dan masih banyak lagi.

Keluarga adalah pilar paling dasar yang menopang sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Maka persiapan membentuk keluarga yang diawali dengan proses pacaran mempunyai makna dan tujuan yang sangat penting dan mulia, dan oleh karenanya harus disikapi dan dijalani dengan bijaksana, dengan senantiasa menerapkan apa yang baik yang dikehendaki Tuhan di dalam sebuah relasi berpacaran antara pria dan wanita. Itulah sebabnya, menjalani masa pacaran yang sehat dan sesuai dengan ajaran kasih Tuhan juga akan memberikan bekal berharga bagi kehidupan perkawinan yang bahagia dan langgeng.

Pacaran yang baik yang bagaimana?

Karena tujuannya adalah menemukan pasangan hidup yang tepat sebelum memasuki jenjang perkawinan dan membentuk keluarga yang bahagia, pacaran yang sehat melibatkan sebuah proses. Proses untuk saling mengenal dan mengerti satu sama lain, mengembangkan sikap saling menerima kelemahan dan kelebihan satu sama lain, latihan mengendalikan diri dan bertanggung jawab, latihan untuk berbagi, untuk mendahulukan kepentingan pihak lain dalam semangat saling melayani, latihan menikmati kebersamaan dan berbagi sukacita bersama. Dan tak kalah penting dari semuanya, latihan menjaga kemurnian. Karena “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. “(1 Tes 4 :7)

Proses sedemikian itu memerlukan kematangan dan pada gilirannya juga akan mengembangkan kematangan dari dua insan yang berpacaran. Menjadi makin matang, bertangunggjawab, dan lebih tidak mementingkan diri sendiri adalah beberapa indikator yang baik dari sebuah pacaran yang sehat. Aspek-aspek yang dipelajari dalam sebuah proses saling mengenal itu misalnya seperti di bawah ini:

1. Belajar untuk mencintai
Dalam berpacaran yang baik, cinta yang menerima (eros) dikembangkan sedikit demi sedikit menjadi cinta yang memberi, dan tidak bersyarat (agape). ((https://katolisitas.org/6794/eros-philia-agape)) Cinta itu memberi. Sejak kecil, kita telah menerima cinta dan mengalami dicintai oleh orangtua dan saudara-saudara dalam keluarga. Semakin kita tumbuh besar, kita pun merespon cinta yang kita terima itu dengan tindakan dan perasaan mencintai yang sama. Semua itu sebenarnya adalah cinta Tuhan yang membara kepada kita. Namun cinta yang diajarkanNya adalah memberi tanpa syarat, yaitu dengan tulus demi kebaikan dan kepentingan pihak yang dicintai. Cinta yang sedemikian ini tidak diberikan hanya kalau pihak yang diberi melakukan hal-hal yang sesuai dengan yang kita mau, tetapi memberi karena cinta itu sendiri menggerakkan kita memberi karena mengasihi, menerima dan menghormati pacar kita apa adanya.

2. Belajar membedakan hak dan kewajiban
Karena sudah menjadi kekasih dan merasa saling memiliki, bukan berarti kita dapat berbuat apa saja dengan pacar kita dan menuntut pacar kita melakukan apa pun yang kita inginkan. Kadang-kadang atas nama cinta, kita terjebak dalam relasi yang saling menuntut dan bukannya saling memberi. Pemuda dan pemudi wajib untuk saling melindungi, selain secara fisik dan mental, juga terutama dalam hal menjaga kemurnian satu sama lain. Jika pemuda meminta pacarnya melakukan hubungan badan, itu bukan dalam rangka menuntut haknya, justru melanggar kewajibannya untuk menjaga kemurnian pacarnya. Jika pemudi memanfaatkan pacarnya untuk kesenangannya sendiri misalnya minta diantar ke manapun tanpa ingat waktu dan kesibukan sang pacar, minta dibelikan makanan atau benda yang mahal, maka semua itu bukan haknya untuk dipenuhi. Hak yang sehat untuk dipenuhi misalnya adalah hak untuk berdiskusi mengenai rencana masa depan (ingatlah bahwa perkawinan Katolik adalah tak terceraikan, perkawinan adalah untuk selamanya, sehingga sangat penting selama masa-masa belajar berkomitmen di masa pacaran, sepasang kekasih mengeksplor seluas-luasnya ketrampilan untuk saling memahami dan menerima satu sama lain, saling mengungkapkan harapan dan kebutuhan, di dalam konteks perencanaan masa depan berdua), kemudian hak untuk tetap saling mempunyai kebebasan dan waktu-waktu sendiri bersama keluarga atau teman baik, hak untuk tetap menjadi diri sendiri, hak untuk tetap mempunyai hobi masing-masing, dan hak untuk mempunyai waktu khusus bagi Tuhan. Hal semacam ini menjadikan pacaran mendewasakan kita, mari merenungkan lebih lanjut tentang hal ini, dalam 2 Pet 1 : 5-7, “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.”

3. Belajar menjadi realistis
Walaupun sedang dalam suasana asmara dan romantisme, pasangan yang berpacaran tetap tidak boleh melupakan realitas kehidupan, yang tidak selalu segalanya manis, romantis dan berbunga-bunga setiap waktu. Maka waktu-waktu berdua hendaknya jangan hanya dihabiskan dengan kegiatan yang sifatnya hanya bersenang-senang seperti rekreasi, makan di restoran, nonton bioskop, berjalan-jalan di pertokoan, atau berbelanja berdua saja. Sesekali luangkan waktu mengunjungi saudara atau teman yang sedang mengalami kesusahan atau sakit, memberikan perhatian kepada orang-orang yang kesepian atau sudah lanjut usia, dan beribadah bersama. Maka sangatlah baik jika pasangan adalah pemuda pemudi yang seiman dalam Kristus, karena kegiatan merayakan Misa berdua dan melakukan pelayanan kasih bersama teman-teman OMK menjadi lebih dimungkinkan.

Apa yang dikehendaki Tuhan dalam pacaran yang sehat

Hal kemurnian baik dalam kata-kata, pikiran, dan terutama tindakan, adalah hal yang sangat penting dalam berpacaran. Kurangnya rasa hormat, kasih dan takut kepada Tuhan serta kurangnya kesadaran untuk bertanggungjawab terhadap masa depan berdua rentan membawa muda mudi dalam dosa percabulan karena nafsu seksual yang tidak dikendalikan. Dalam 1 Tes 4 :3 kita membaca, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan”. Setiap relasi dan tindakan seksual yang dilakukan di luar hubungan perkawinan yang sah, adalah tindakan percabulan.

Dunia anak muda tidak terpisahkan dengan dunia cinta dan cerita romantisme masa muda, walau kisah cinta akan selalu dinikmati oleh semua kalangan dan usia. Percintaan dua anak manusia tidak habis-habisnya menjadi inspirasi dalam dunia seni, sastra, musik, hingga film. Sayangnya, tidak banyak film dan bacaan yang beredar di kalangan remaja, yang memberikan contoh yang sejalan dengan semangat kasih yang murni dalam berpacaran, sebagaimana dikehendaki Tuhan. Nilai-nilai duniawi yang laku untuk dijual memang nilai yang mengumbar kesenangan dan hawa nafsu, kepuasan diri dan kegembiraan sesaat. Jika kaum muda Katolik tidak dibekali dengan pemahaman akan nilai-nilai luhur dalam hubungan kasih dengan lawan jenis, maka kekosongan itu segera diisi oleh membanjirnya tawaran nilai dunia hiburan yang dekat dengan keseharian anak muda. Perasaan mengasihi yang tulus dan bertanggungjawab disempitkan dalam sekedar pernyataan seksual sebagai bentuk ungkapan cinta. Rambu-rambu yang penting untuk diajarkan di dalam berpacaran menjadi asing bagi kebanyakan anak muda. Berciuman, saling meraba, hingga akhirnya melakukan hubungan selayaknya suami istri menjadi kecenderungan yang mengaburkan nilai berpacaran sejati yang seharusnya dikembangkan. Alih-alih saling mengenal, belajar bertanggungjawab, belajar memberikan komitmen dan kesetiaan, belajar saling berkorban, dan berlatih mengendalikan diri, malahan banyak remaja justru jatuh dalam dosa percabulan. Padahal rentetan dosa percabulan itu mengakibatkan kerumitan dan penderitaan, misalnya tersiksa oleh perasaan bersalah, timbulnya sifat posesif dan egoisme, muncul perilaku kecanduan seks, terjadinya kehamilan di luar perkawinan, timbulnya penyakit kelamin dan penyakit alat reproduksi yang bisa berakibat fatal, hingga aborsi. Di sini kita melihat dengan jelas salah satu alasan kasih dan keselamatan di balik mengapa Tuhan memberikan ajaran, perintah, dan larangan di dalam relasi kasih antara dua anak manusia dalam berpacaran, yaitu dalam 1 Kor 6 :15, 18, “Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.”

Menurut survey yang dilakukan Survei Komisi Perlindungan Anak pada 2010 terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia, ditemukan 93 persen remaja pernah berciuman, 62,7 persen pernah berhubungan badan, dan 21 persen remaja telah melakukan aborsi. ((http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/07/19/lokv29-seks-di-usia-remaja-awas-risiko-kanker-serviks-meningkat)) Kenyataan ini sangat memprihatinkan. Pihak orangtua, gereja, dan sekolah adalah pihak-pihak yang selayaknya setia memberikan pendidikan seks yang baik kepada orang muda secara rutin dan berkesinambungan. Kebutuhan ini mendesak dan memerlukan tindak lanjut yang konkrit. Tuhan meminta dengan jelas hal ini dalam Ams 22:6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”

Pasangan yang longgar dalam pengekangan diri terhadap godaan berhubungan seksual di masa pacaran, jika akhirnya berhasil memasuki bahtera rumah tangga, umumnya menjadi lebih rentan terhadap godaan perselingkuhan dan hubungan seksual di luar perkawinan. Bisa dimaklumi bila kaitan itu muncul, mengingat nilai-nilai luhur kemurnian sudah biasa untuk dilanggar selama masa pacaran. Kepercayaan satu sama lain juga bisa sangat berkurang, jika selama masa pacaran sudah biasa berhubungan selayaknya suami istri. Rasa saling percaya yang rendah amat tidak sehat dan tidak membangun di dalam sebuah perkawinan.

Untuk sejauh mungkin menghindari munculnya godaan percabulan yang umumnya sangat kuat membayangi hubungan pacaran muda mudi, kita lakukan kegiatan yang proaktif. Sebaiknya berkegiatan bersama di tempat yang ramai dan banyak teman. Jangan mencari tempat-tempat sepi dan tersembunyi untuk berduaan. Atau hindarilah hanya berdua di rumah dan tempat kos. Tempat yang tersembunyi dan tidak diketahui orang lain adalah tempat yang harus dihindari dalam kebersamaan dengan pacar kita. Melalui Kitab Suci, Tuhan mengingatkan kita supaya kita berhati-hati dengan kegiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, ”Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak, tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3: 20-21)

Juga sedapat mungkin hindarilah hiburan yang tidak sehat di dalam musik, buku, film, yang menyajikan sensualitas. Jika mungkin, carilah sebanyaknya kegiatan berdua dalam lingkup gereja, atau kegiatan pengembangan diri bersama untuk mempersiapkan masa depan, misalnya mengikuti pelatihan kerja atau kursus pengembangan diri berdua, ke perpustakaan berdua untuk belajar suatu ketrampilan yang bermanfaat, belajar memasak berdua, berkebun berdua, berolahraga bersama, saling mencoba kegiatan yang menjadi hobi satu sama lain, dan kegiatan positif lainnya. Kegiatan yang positif akan memanfaatkan energi masa muda yang berlimpah kepada penyaluran yang sehat. Selama kasih dan iman kita selalu dibentengi dengan doa-doa kepada Tuhan, sering merenungkan Sabda-Nya, dan orientasi kepada masa depan yang penuh di dalam Tuhan, niat kita akan selalu diteguhkanNya. Jika godaan untuk bermesraan secara seksual tetap datang juga, cobalah untuk berdoa berdua, datang kepada Tuhan dengan tulus, mohon kekuatan untuk bertahan dalam niat menjaga kemurnian hingga godaan itu lewat. Doa Rosario adalah doa yang ampuh untuk melawan kekuatan si jahat, bersama Bunda Maria yang selalu mendoakan kita, rahmat Tuhan akan memampukan kita bertahan dalam kemurnian dan sebagaimana rancangan-Nya yang indah dalam mengikuti Dia, damai sejahtera-Nya akan selalu memelihara kita (lih. Filipi 4: 6-7). Semakin baik juga jika kita memperkaya dan menguatkan motivasi kita dengan membaca kisah para kudus dalam menjaga kesucian hidupnya, misalnya kisah hidup St Agnes dan St Maria Gorreti, kita mohon perantaraan doa mereka untuk bertahan dalam semangat kemurnian. Bersama Kristus dan dalam Dia, kita bisa !

Maka berkaitan dengan usaha menjaga kemurnian itu, aspek lain yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam berpacaran adalah menemukan pacar yang seiman. Kitab Suci menyarankan hal ini di dalam 2 Kor 6: 14-15, ”Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? “ Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?

Iman merupakan nilai-nilai dasar yang menopang hidup kita. Perbedaan dalam menghayati nilai-nilai hidup akan sangat menyulitkan pasangan muda mudi menjalani tantangan kehidupan. Karena sebagaimana telah dinyatakan di atas, hidup tidak selalu dan selamanya mudah terus dan manis selalu. Contohnya, dalam menghadapi berbagai godaan seksual yang telah disebutkan di atas, kekuatan niat dan doa dari dua orang yang berpacaran tentu lebih kuat dari niat satu orang saja, dan lebih kuat dari niat bersama tapi dengan pemahaman iman yang berbeda. Dalam berbagai persoalan hidup terutama dalam mengarungi bahtera rumah tangga kelak, iman yang sama membuat tantangan kehidupan bisa diatasi berdua dengan kekuatan yang lebih baik dan terpadu, serta kesamaan dalam memandang nilai-nilai iman dan kehidupan. Sebaliknya, iman yang berbeda, bahkan gereja yang berbeda, berpotensi menimbulkan masalah lain juga, misalnya dalam hal mendidik anak-anak, dalam melakukan penghayatan devosional sehari-hari, sampai relasi dengan keluarga besar. Maka sangat dianjurkan para OMK untuk bijaksana dan proaktif dalam memperluas pergaulan dengan teman-teman seiman dalam Gereja Katolik. Mengikuti aneka kegiatan mudika di gereja, di lingkungan tempat tinggal, maupun di sekolah dan di kampus dapat menjadi sarana yang baik untuk menemukan calon pasangan hidup dari kalangan yang seiman dalam Gereja Katolik. Jangan lupa berdoalah selalu agar Tuhan membimbing kita untuk menemukan pasangan hidup yang tepat dan pada waktu yang tepat, seturut kehendak-Nya.

Sekilas pengajaran iman Katolik mengenai seksualitas manusia oleh Beato Yohanes Paulus II

Dalam lima tahun pertama masa kepausannya, Beato Yohanes Paulus II, yaitu dalam 129 pertemuan audiensi umum setiap hari Rabu dari tahun 1979 hingga tahun 1984, telah mengajarkan kita keindahan rancangan Allah melalui tubuh manusia, rancangan yang agung sedari semula tentang seksualitas manusia, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. ((http://www.ewtn.com/library/papaldoc/jp2tb13a.htm)) Pengajaran itu diberinya judul “Man and Woman He Created Them” (Lelaki dan Perempuan Diciptakannya Mereka), judul yang dikutip dari Kejadian 1:27. Kumpulan pengajaran itu kemudian disatukan dalam sebuah dokumen yang dikenal luas sebagai “Teologi Tubuh” (Theology of the Body).

Tubuh manusia, baik dengan jenis kelamin lelaki maupun perempuan, adalah bagian tak terpisahkan dari keseluruhan pribadi manusia. Melalui tubuh dengan jenis kelamin inilah kita dipanggil untuk menjadi “pemberian/ gift” kepada orang lain, yang secara khusus dinyatakan dalam hubungan suami istri. Maka hubungan seks selalu mempunyai arti yang suci dan luhur, sebab berkaitan dengan maksud Allah menciptakan manusia untuk saling memberikan diri kepada pasangannya sehingga mereka dapat saling mencintai dan melengkapi secara utuh, yang memungkinkan mereka dapat turut mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Saling memberikan diri ini sifatnya menunjang (terbuka bagi) kehidupan. Dan oleh karena kehidupan baru selalu berkaitan dengan tanggungjawab melestarikannya, maka hubungan suami istri tak dapat begitu saja dilakukan oleh pasangan yang tidak/ belum disatukan oleh Tuhan sebagai suami istri. Sebab kesatuan suami dan istri mengambil gambaran dari kesatuan Kristus sendiri dengan Gereja-Nya (lih. Ef 5:22-33), di mana dalam kesatuan inilah kita semua sebagai anggotanya memperoleh kelahiran baru dan kelestarian hidup ilahi.

Jika pasangan memisahkan seks dengan pribadi -yaitu dengan hanya mengutamakan keinginan daging, tanpa melibatkan keinginan untuk memberi dan menerima pasangan satu sama lain sebagai pribadi yang utuh (termasuk jiwa dan tubuh pasangan dengan potensi tubuh untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah), maka artinya pasangan tersebut tidak menghidupi/ mengartikan tubuh/ jenis kelaminnya sebagaimana dimaksudkan Allah sejak awal mula penciptaan, karena dimensi tubuh manusia secara fisik (antropologis) tidak dapat dipisahkan dari dimensi ilahi (teologis) yang dirancang oleh Penciptanya. Inilah kebenaran dari seksualitas manusia yang membawa pada hidup yang berbuah dan damai sejahtera bagi umat manusia. Pengetahuan dan penerapan akan kebenaran selalu bersifat membebaskan dan membahagiakan, sebagaimana Tuhan juga mengatakannya kepada kita, “..dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:32)

Indahnya menunggu

Setelah memahami alasan yang tepat dan sehat mengapa kita berpacaran, dan menyadari berbagai latihan tanggungjawab dan kematangan yang sedemikian besar yang diperlukan dalam sebuah hubungan pacaran, maka kita menyadari bahwa kita tidak harus cepat-cepat punya pacar tanpa alasan yang tepat, dan karena pacaran mempunyai dampak yang besar dalam hidup kita, maka pacaran tidak untuk dilakukan dengan main-main. Punyailah prinsip dan berani tampil beda demi kematangan dan kebijaksanaan pribadi serta tanggungjawab kepada Tuhan, orangtua, serta diri kita sendiri.

Menunda untuk berpacaran sampai kita merasa siap untuk bertanggungjawab, tidak mengurangi kebebasan kita, justru memberi kita kebebasan yang lebih penuh di masa muda, sambil kita sendiri menjadi matang secara fisik, mental, dan spiritual. Dan kita justru terhindar dari rasa sakit dan luka hati yang tidak perlu karena hubungan pacar yang terlalu cepat berakhir karena dimulainya dengan dasar yang tidak kokoh. Berikut ini beberapa dasar yang memberikan keindahan menunda :

Masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa yang penuh gejolak dan perubahan, baik secara fisik maupun mental. Berilah waktu kepada diri sendiri untuk menjadi lebih tenang dan stabil. Sambil mengenal diri sendiri dengan lebih baik, bergaullah seluas-luasnya dengan teman-teman yang baik. Mengenal diri sendiri dengan baik akan memampukan kita mengenal dan memahami orang lain dengan lebih baik juga.

Masa muda juga adalah masa-masa menuntut ilmu dalam kegiatan studi berbagai jenjang baik formal maupun informal. Kegiatan belajar memerlukan konsentrasi yang tinggi sebagai bagian persiapan masa depan yang baik. Di masa muda kita mulai belajar berdisiplin membagi waktu dan mengelola tugas-tugas dengan baik. Jika ketrampilan ini masih dipelajari, sementara sudah sambil membuat berbagai komitmen dalam berpacaran, maka kesempatan berharga untuk belajar dan mengembangkan diri tidak termanfaatkan dengan optimal.

Sambil menjalin persahabatan dengan banyak orang, termasuk dengan lawan jenis, kita belajar bergaul dengan berbagai karakter sesama manusia. Kelak, jika kita sudah siap secara mental untuk mengikatkan komitmen pada satu orang, kita bisa lebih menghargainya sebagai seorang sahabat yang baik untuk dikasihi dengan tulus, karena pada dasarnya perkawinan adalah juga penyatuan dari dua sahabat baik.

Pergaulan yang sehat mendewasakan kta, melatih kita untuk menyaring dengan bijaksana, pribadi yang sesuai dengan jati diri kita untuk menjadi pasangan hidup kita kelak. Tidak cepat-cepat memutuskan untuk pacaran dengan seseorang memberi kita kesempatan untuk menilai dengan objektif, bagaimana kepribadian teman kita, terutama imannya (apakah ia takut akan Tuhan dan menghormati hukum-hukum-Nya). Untuk mengevaluasi temperamennya dalam mengatasi konflik, tanggungjawabnya dalam tugas sehari-hari, dalam komunikasinya dengan orangtua dan keluarga, apakah ia orang yang dapat dipercaya, apakah ia tekun dan sabar, dan lain-lain. Lalu kira-kira bagaimana semua itu berpadu dengan karakter dan kepribadian kita sendiri. Kalau sudah cepat-cepat memutuskan pacaran, bisa jadi evaluasi kita sudah tidak terlalu objektif lagi.

Dan akhirnya tentang menunggu, kita telah mengerti sekarang, adalah sangat penting untuk menunda melakukan relasi seksual dengan pacar kita. Karena relasi seksual seperti berciuman, saling meraba, dan apalagi hubungan selayaknya suami istri, adalah hadiah Tuhan bagi manusia untuk dibuka pada saat yang tepat, yaitu setelah menjadi pasangan suami isteri yang sah yang dikuduskan oleh Sakramen Perkawinan di Gereja Katolik. Dengan mengingat selalu kasih Tuhan yang menginginkan segala yang terbaik dalam hidup kita, kita akan disibukkan oleh kegiatan saling mengenal secara sehat dan berkegiatan bersama-sama untuk memuliakan nama Tuhan yang begitu mengasihi kita. Jangan berikan waktu untuk yang lain, dan mengurbankan masa muda kita dan masa depan kita hanya untuk mencoba-coba kenikmatan sesaat yang melepaskan kita dari cinta kasih sejati yaitu cinta kasih Allah. Adalah indah untuk menunggu, dan menunda membuka hadiah Tuhan itu hingga hari pernikahan kita tiba. Mengikuti ajaran Tuhan, membuat pacaran menjadi semakin manis, sampai ke pernikahan kelak. Kata orang kesabaran itu pahit, tetapi buahnya manis. Dan pacaran makin terasa selangit, karena kita bahkan juga memperoleh hadiah pengendalian diri, yang menguatkan perjalanan hidup kita selanjutnya bersama pasangan yang kita cintai. Renungkanlah anjuran St Paulus yang membekali kita untuk membuka hadiah terindah Tuhan itu pada waktunya serta semangat dari kitab Mazmur, untuk menguatkan kita selalu:

Rm 12 : 1,2, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Ef 5 :8, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang”

Mazmur 119: 9,11, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau

4.6 15 votes
Article Rating
19/12/2018
47 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
jhon fredy
jhon fredy
10 years ago

syalom katolitas disini saya ingin bercerita saya merasa hidup saya telah rusak semenjak saya berpacaran, awalnya saya sepakat untuk mengikuti suara hati nurani dalam hal berpacaran, namun saya saya, saya terjatuh dalam hal berdosa dikarenakan keinginan daging melebihi keinginan Roh saya, sehingga saya berhubungan intim dengan pacar saya, setelah 1 bulan kejadian itu, saya menyesal dengan perbuatanku, dan saat itu juga hubungan pacaran kami putus, kemudian saya pacaran dengan cewe lain, karena terbawa pengalaman saya, dan saat bertemu pacarku saya selalu ingin menciumnya, sampai saya mengulang hal yang sama lagi, (berhubungan intim) hal itu terjadi, saat itu pula aku tak… Read more »

Oshine
Oshine
10 years ago

syalom katolisitas, saya sedang dekat dengan seorang pria yang bisa dibilang dewasa muda, dya seorang protestan. sejak awal perkenalan kami, kami berkomitmen untuk membawa perkenalan kami ini kedalam hubungan yang lebih serius dalam kata lain pernikahan. singkat waktu suatu hari dia menanyakan satu hal yang benar- benar sangat mengagetkan saya, begini katanya : “ Jika kita menikah nanti mau kah kamu menjadi seorang kristen?” pertanyaan itu benar-benar membuyarkan semuanya.hati saya bereaksi keras menolaknya. tapi disisi lain mulut saya tidak bisa berkata tidak. saya hampir tidak bisa berfikir. yang saya ingat hanyalah kalimatnya pada beberapa waktu lalu bahwa ia pun dulu… Read more »

Ingrid Listiati
Reply to  Oshine
10 years ago

Shalom Oshine, Menjadi Katolik, adalah menjadi seorang Kristen yang seutuhnya. Silakan Anda membaca terlebih dahulu artikel ini, Apakah artinya menjadi seorang Katolik, silakan klik. 1. Sejujurnya, Anda perlu meyakininya sendiri terlebih dahulu, bahwa Gereja Katolik adalah Gereja satu-satunya yang didirikan Kristus. Selanjutnya mohonlah doa kepada Tuhan hikmat kebijaksanaan untuk dapat menyampaikannya kepada mereka yang meminta pertanggungjawaban iman Anda. 2. Sebagaimana telah disampaikan di atas, menjadi Katolik itu sudah menjadi Kristen. Malah menjadi Kristen dengan arti yang lengkap, karena ‘Katolik’ sendiri itu artinya ‘seluruhnya, selengkapnya’, yang mengacu kepada Gereja yang mengajarkan seluruh ajaran Kristus, maka tidak hanya ajaran yang tertulis dalam… Read more »

Maria Situmorang
Maria Situmorang
10 years ago

Selamat siang.. Mohon tanggapannya…saya punya pacar dari agama katolik, hubungan kami sudah sangat jauh dan selama 5 bulan setiap kami ketemu selalu meminta hubungan badan, saat itu tiba – tiba dia berubah jadi pemarah, saat saya beritahukan hubungan kami sama keluargaku pacarku ini janji bertanggung jawab sama saya dan akan menikahi saya, tapi berjalannya waktu dia memutuskan hubungan ini, dan bilang tidak bisa lagi melanjutkannya, saya tidak menyangka dia seperti itu, dia bilang dosaku pasti diampuni kalau saya minta ampun sama Tuhan tanpa harus bertanggung jawab sama kamu. apa benar ajaran katolik begitukah? merusakin wanita sesuka hati hanya minta ampun… Read more »

valen
valen
10 years ago

Shalom.. Selama pacaran atau dekat dengan cowok saya kadang melakukan hal yang menjurus ke seksualitas (walau tidak berhubungan badan), tapi saya sungguh menyesal dan tidak ingin mengulanginya lagi. Saat ini saya sedang dekat dengan cowok Protestan dan keluarganya sudah cocok dengan saya. Mohon didoakan agar saya tidak terjerumus ke pacaran yang tidak sehat lagi dan diberikan jalan karena saya ingin menikah secara Katolik dan menjadi keluarga Katolik seutuhnya. Terima kasih. [dari Katolisitas: kami turut mendoakan Anda, semoga Tuhan memberkati dan menyertai usaha Anda dalam melaksanakan niat Anda yang mulia untuk menjalani masa pacaran yang sehat dalam semangat menjaga kemurnian, hingga… Read more »

Siani
Siani
10 years ago

Syalom katolisitas, Yang ingin saya tanyakan, namun maaf kalau terkesan aneh. Bagaimana jika sepasang kekasih tinggal dalam satu rumah namun tidak sampai berhubungan badan, mungkin hanya berciuman saja dan sisanya hanya ngobrol nonton bersama makan sama2 tidur terlelap sama2. Apakah itu dosa? Thanks [dari Katolisitas: tinggal dalam satu rumah dan maka berbagi hidup keseharian sampai hal-hal yang paling kecil adalah kehidupan yang dijalani pasangan yang sudah menikah dan dikuduskan di dalam Sakramen Perkawinan. Sepasang kekasih yang belum resmi menikah tentu dipertanyakan motivasinya, mengapa harus tinggal serumah, karena memang belum waktunya dan tidak pada tempatnya, sehingga sesungguhnya hal itu melanggar baik… Read more »

Rafael
Rafael
11 years ago

selamat malam kak.. saya mau bertanya saya punya pacar yang sangat minderan, sangat pesimis, terlalu ssering berpikir negatif… dia suka mengeluh, ttapi ktika aku semangati ataupun tegur ataupun beri pengertian, dia malah marah.. apapun yg kukatakan, dia slalu menganggap aku jahat.. misalkan dia lgi takut, aku bilang sabar ya, ada Yesus disisimu, Dia sayang kmu, pasti DIa menemani kmu… dia malah mengatakan aku tidak mengerti.. malah dia merasa aku aneh, dan dia merasa benar” hancur, seakan” seluruh dunia tidak bisa mengerti dia lgi.. Aku bingung harus bersikap seperti apa.. aku support, dia berpikir negatif, aku diam, dia berpikir aku gak… Read more »

Donny
Donny
Reply to  Caecilia Triastuti
10 years ago

Menurut saya pacar anda bukanlah orang yang bebal. Saya yakin ada alasan yang menyebabkan pacar anda seperti itu. Saya menyatakan ini karena, tidak ada seorang manusia pun yang mau/menikmati menjadi orang yang minderan, pesimis, suka mengeluh, suka marah dan lain sebagainya. Tidak ada manusia yang tidak mau dikasihi dan diberi perhatian. Saya pikir ini hal yang pasti. Saya setuju, memang ada sesuatu yang belum anda mengerti dari pacar anda. Saya juga yakin dia tidak akan mudah menjelaskan semuanya kepada anda. Dia mungkin belum yakin anda mampu menerima dia dengan penjelasan yang nanti akan dia berikan. Karena seperti yang anda jelaskan… Read more »

Rudolf
Rudolf
11 years ago

Shalom tim katolisitas, saya ingin bertanya apakah berciuman di bibir selama masa pacaran itu berdosa? Karena ketika saya menolak melakukannya, saya dimarahi dan dituduh sok suci. Mohon penerangannya…

Rudolf
Rudolf
Reply to  Caecilia Triastuti
11 years ago

terima kasih banyak ibu cecilia atas jawabannya,,mohon doanya selalu.. :)

[dari Katolisitas: Ya Rudolf, akan kami bawa dalam doa-doa kami]

Stefanus
Stefanus
Reply to  Caecilia Triastuti
10 years ago

Saya mengusulkan juga dengan pemikiran saya ini, alangkah baiknya kita juga bisa menjelaskan komitmen kita sebelum berpacaran (masa PDKT) untuk melanjutkan tahap yg selanjutnya yaitu pacaran yg kudus misalnya contoh konkrit, saat PDKT setelah mengenal lebih dekat, kita bisa berdiskusi dan menjelaskan komitmen kita di dalam pacaran kudus. Menurut saya ini sangat baik untuk tahap selanjutnya, jadi kita bisa tahu apakah “dia” bisa menerima saya, begitu pula saya juga mengetahui dan belajar bisa menerima “dia” sekaligus kita bisa menanamkan pacaran kudus ini. CMIIW

Thankyou Katolisitas
God bless us!

[dari Katolisitas: terima kasih atas sharing dan masukan yang baik ini]

Leonila Shae
11 years ago

Shalom Katolisitas…. Terimakasih atas artikel yang sangat keren ini :) Hanya sekedar sharing saja, memang di masa ini ‘pacaran’ sudah bergeser pengertiannya. Dari sekedar mencari status agar tetap dibilang gaul sampai sebagai sarana pelampiasan hawa nafsu badan para muda-mudi. Untuk saya yang telah berada di masa awal kedewasaan, jomblo dianggap aneh. Belum pernah berciuman dianggap polos, merasa risih saat dirangkul oleh lawan jenis dianggap kolot. Padahal saya hanya berusaha menjaga diri, dan karena saya memandang bahwa pacaran bukanlah sekedar main-main, tapi merupakan proses penting sebelum pernikahan. Dan setelah ‘nyasar’ di artikel ini saya semakin teguh dalam pemikiran saya. Tapi saat… Read more »

fredy
fredy
11 years ago

perkenalakan saya fredy, saya juga perna menjadi putra altar/misdinar masalah berpasaran , saya mulai belajar berpacaran dari SMK kelas 2, saat itu saya tidak berani mendekati pada wanita namun , saya memberanikan diri saya, satu bulan berjalan pacaran, saat2 berjumpah dengannya semakin tertarik padanya, samapi pikiranku telah dikuasainya, saat itu juga aku bersama pacarku berciuman ,hal itu saya baru terima dari pacar saya, sampai pikiranku membawah saya sampai hal nafsu ,namun saya menolaknya, saya memutusin sama dia dan saya pacaran lagi sama yg lain, saat itu iman saya jatuh dan berhubungan tubuh dengan bersamannya. yang saya mau bertanya disini ialah… Read more »

Willy
Willy
11 years ago

Saya sedang mengambil masa discernment sebelum berlanjut ke tahap pacaran. apakah yang harus dilakukan agar masa discernment ini berjalan dengan baik? selain saling mengenal satu sama lain.

andrie
andrie
11 years ago

syalom Katolisitas, saya ingin bercerita sedikit.. saya pernah berpacaran selama 3 tahun lamanya, saya akui selama berpacaran tersebut saya selalu mengikuti hawa nafsu (namun belum sampai ke tahap berhubungan badan). Setiap bertemu selalu ingin memeluk / menciumnya. Setelah kurang lebih 3 tahun berlalu kami berciuman lips by lips untuk pertama kalinya. namun, setelah kejadian itu saya selalu merasa tidak tenang (sampai saat ini). Sehingga kurang lebih 1 tahun yang lalu akhirnya saya putuskan hubungan kami secara sepihak (dalam pemikiran saya, saya takut bila hubungan ini terus berlanjut bukan tidak mungkin persetubuhan itu dapat terjadi). Yang ingin saya tanyakan, apakah yang… Read more »

Agnes Gloria
Agnes Gloria
11 years ago

Selamat siang Katolisitas, menanggapi jwbn oleh Katolisitas kpd sdr Jose yg ingin sy tanyakan, apabila beda gereja apakah sama dgn beda agama? seperti saya dgn pasangan saya. Padahal kami berdua sama2 mengimani Kristus, hanya saja beda gereja. Bagaimana menanggapi hal ini? Apa benar seiman blm tentu seagama? dan seagama blm tentu seiman? Terima kasih sebelumnya. Gbu :)

Ingrid Listiati
Reply to  Agnes Gloria
11 years ago

Shalom Agnes Gloria, Banyak pasangan yang mau menikah tidak menyadari bahwa adanya perbedaan pandangan dalam hal iman dapat mempengaruhi keharmonisan dalam kehidupan perkawinan. Perbedaan pada pasangan yang berbeda gereja tentu berbeda dengan perbedaan pada pasangan yang berbeda agama. Dalam Gereja Katolik kedua keadaan ini dibedakan, walaupun keduanya tetap memerlukan pendampingan. Perkawinan beda Gereja disebut sebagai perkawinan campur, sedangkan yang beda agama disebut sebagai perkawinan beda agama. Katekismus Gereja Katolik mengatakan: KGK 1633    Perkawinan campur [antara orang Katolik dengan orang yang dibaptis bukan Katolik], yang sering terjadi di banyak negara, membutuhkan perhatian khusus, baik dari pihak kedua mempelai maupun dari para… Read more »

Stefanus
Stefanus
11 years ago

Shalom Katolisitas,

Saya bersyukur adanya artikel ini, dan mengingatkan kembali untuk hidup kekudusan dalam berpacaran, ada beberapa hal yang saya mau tanyakan, saya pernah mendengar dalam berpacaran kudus tidak melakukan kiss lips by lips lebih dari 3 detik, sebenarnya bagaimana pandangan yang baik dan bijaksana, saya memohon bimbingannya. terimakasih Katolisitas, Tuhan berkati

Jeremy
Jeremy
11 years ago

Shalom, katolisitas. Saya ingin bertanya megenai berpacaran dengan orang yang tidak mengimani Kristus. Saya berpacaran dengan seorang yang bukan kristen. Kami benar-benar mengasihi satu sama lain. Awalnya kami sudah begitu dekat bagaikan adik dan kakak. Namun lama kelamaan kami akhirnya menyukai satu sama lain dan kamipun berpacaran. Dalam hal agama, iman kami sama-sama kuat. Lagipula saya tidak mau kalau dia pindah agama hanya karena ikut-ikut saja dan bukan karena benar-benar mengimani Kristus. Saya sudah beberapa kali mencoba memperkenalkannya kepada Yesus dan meminjamkannya alkitab. Tapi tampaknya hal tersebut tidak begitu menggerakkan hatinya. Karena itu saya mohon bantuan dari katolisitas memberikan masukan… Read more »

bara
bara
11 years ago

wah, bagus artikelnya, jarang ne yang beginian, anak muda kristen sering tidak bisa membedakan mana nilai barat dan mana yang kristen tanpa membuat culun akhirnya, tetap jadi diri sendiri tapi takut dan hormat akan Tuhan, hosiana bagi anak muda, amen :)

Jose
Jose
11 years ago

Shalom..

Sekarang ini banyak di antara kawan2 Katolik saya yang merasa sulit menemukan pasangan sesama Katolik, termasuk saya. Hingga pada akhirnya kami menemukan pasangan yang berbeda iman yang mana malah dikatakan “cocok” dengan kami kecuali hal iman. Sehingga banyak dari mereka yang melanjutkan ke jenjang perkawinan. Jujur saya sangat prihatin. Namun saya sendiri belum sampai ke tahap serius tersebut, masih berharap kemungkinan pasangan saya sejalan dengan iman saya.

Mohon solusinya, bagaimana mengatasi hal serupa..

Terimakasih, Gbu

Stefanus Tay
Admin
Reply to  Jose
11 years ago

Shalom Jose, Menurut saya, alangkah baik kalau bagi yang belum mendapatkan pasangan dapat bergabung bersama-sama dalam satu komunitas orang muda Katolik. Selain mendapatkan pendalaman iman, Kitab Suci, namun juga dapat membentuk komunitas, yang mungkin dapat juga membantu orang-orang yang masih single untuk saling berkenalan. Alternatif lain adalah bergabung juga dalam kelompok kategorial maupun teritorial. Pada akhirnya, seseorang harus menyadari bahwa untuk dapat menempuh bahtera perkawinan dengan baik tidaklah mudah. Pasangan yang mempunyai agama yang sama juga mempunyai kesulitan, apalagi kalau terjadi perbedaan agama. Ketika ada badai yang menyerang bahtera perkawinan, maka janji Sakramen Perkawinan dan juga terus bersandar pada Kristus… Read more »

Regina Siena
11 years ago

hallo, ada buku nggak yang mengenai pacaran dari Katolik untuk anak muda zaman sekarang? :) lagi nyari untuk dibagikan ke teman-teman.

[dari katoliistas: Anda dapat print artikel ini: silakan klik, klik ini, dan klik ini. Apakah ada pembaca yang tahu buku tentang pacaran sesuai dengan iman Katolik?]

C.I.W
C.I.W
11 years ago

Puji Tuhan,katolisitas membuat artikel ini. Gaya pacaran dewasa ini pada umumnya sudah sangat mengkhawatirkan. Iman yg kuat satu2nya benteng kokoh menghadapi godaan2 thd pasangan yg sedang kasmaran. (sedikit sharing) untuk mengambil keputusan lebih lanjut setelah pacaran,mis:tunangan atau menikah,jangan lupa pula selalu kosultasikan semua keputusan pada Sang Master (Tuhan Yesus),curhatkan semua pada Tuhan,mohon pertanda apakah yang akan kita putuskan nantinya sudah tepat(sesuai kehendakNya) atau belum? Saya mungkin bisa dibilang ‘korban’ dari kegagalan perkawinan. Berkah Dalem [Dari Katolisitas: Namun yang jelas, Tuhan Yesus tidak meninggalkan Anda dan tetap akan menyertai Anda, sejauh Anda mau mengikuti kehendak-Nya. Kegagalan perkawinan dapat terjadi, namun penyertaan… Read more »

C.I.W
C.I.W
Reply to  C.I.W
11 years ago

Shalom katolisitas,

Ya,saya tetap percaya pd kasih penyertaan Tuhan Yesus dalam setiap kehidupan saya,terimakasih.
Saya jadi ingat kata2 bijak dari kakak ipar saya,” Tuhan memberikan kepada manusia banyak pilihan hidup(membebaskan manusia sebebas-bebasnya),dari yang terbaik sampai yang terburuk. Dan Tuhan akan senantiasa memberkati/menyertai pilihan hidup kita,sekalipun itu (pilihan yg kita ambil) adalah yang terburuk.”

Tuhan Yesus sungguh baik…bahkan teramat baik! :)

BD

simamora
simamora
Reply to  C.I.W
11 years ago

C.I.W maaf sblmnya kl mnrt sy koq prnytaan dri kka ipar anda sdikit mnggelitik pemahaman sy..mnrt sy Tuhan Yesus itu memberikan kebebasan namun dsini pngertianya adlh kebebasan yg penuh kesadaran akan plhn yg kita ambil, kebebasan yg penuh rsa tanggung jwb brdasarkan nilai – nilai iman kristiani yg tlh beliau ajarkan kpd kita..bukan kbebasan dlm pengertian “semau gue” yg brsifat egoistik sesuai dg kehendak daging smata. Tuhan kita mmg Tuhan yg baik namun bgtu Tuhan jg tdk mentolerir sesuatu yg tdk sesuai dg kehendakNya, dlm pngertian “sesuatu yg buruk” bukanlah hasil karyaNya krna Tuhan itu adalah baik adanya..krna Dia tlh… Read more »

yusup sumarno
yusup sumarno
11 years ago

Materi yang sangat menarik buat anak muda.
Buat kaum remaja/muda memang pacaran sangat perlu.
Namun yang penting memang harus bisa berpacaran yang sehat.
Kalau tidak pernah pacaran / langsung nikah tidak bagus juga karena bisa mengalami apa yang disebut regresi (udah punya pasangan, tapi maunya pacaran dengan orang lain). kalau emang udah pengen punya pacar, carilah. kalau udah ketemu pacar, pacaranlah yang sehat, agar saat sudah menikah hanya fokus pada mantan pacar alias pasangan resmi.

xellz
xellz
11 years ago

syalom katolisitas,

mohon tim katolisitas untuk memberikan artikel seputar pacaran, apa dan bagaimana pacaran yang sesuai dengan iman katolik.
sebab banyak muda-mudi katolik yang belum tahu perihal pacaran dan seringnya hal pacaran ini justru menjerumuskan muda-mudi katolik sendiri.

Tuhan memberkati

[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]

Romo pembimbing: Rm. Prof. DR. B.S. Mardiatmadja SJ. | Bidang Hukum Gereja dan Perkawinan : RD. Dr. D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr. | Bidang Sakramen dan Liturgi: Rm. Dr. Bernardus Boli Ujan, SVD | Bidang OMK: Rm. Yohanes Dwi Harsanto, Pr. | Bidang Keluarga : Rm. Dr. Bernardinus Realino Agung Prihartana, MSF, Maria Brownell, M.T.S. | Pembimbing teologis: Dr. Lawrence Feingold, S.T.D. | Pembimbing bidang Kitab Suci: Dr. David J. Twellman, D.Min.,Th.M.| Bidang Spiritualitas: Romo Alfonsus Widhiwiryawan, SX. STL | Bidang Pelayanan: Romo Felix Supranto, SS.CC |Staf Tetap dan Penulis: Caecilia Triastuti | Bidang Sistematik Teologi & Penanggung jawab: Stefanus Tay, M.T.S dan Ingrid Listiati Tay, M.T.S.
top
@Copyright katolisitas - 2008-2018 All rights reserved. Silakan memakai material yang ada di website ini, tapi harus mencantumkan "www.katolisitas.org", kecuali pemakaian dokumen Gereja. Tidak diperkenankan untuk memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan dari website ini untuk kepentingan komersial Katolisitas.org adalah karya kerasulan yang berfokus dalam bidang evangelisasi dan katekese, yang memaparkan ajaran Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Situs ini dimulai tanggal 31 Mei 2008, pesta Bunda Maria mengunjungi Elizabeth. Semoga situs katolisitas dapat menyampaikan kabar gembira Kristus. 
47
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x