Pertanyaan:
D. TUHAN YANG TAK TERLIHAT
Problema Tuhan Yang Tak Terlihat
Orang-orang Theis selalu mengklaim bahwa Tuhan menginginkan kita untuk percaya kepada-Nya sehingga kita bisa terselamatkan. Kalau Tuhan mau kita percaya, mengapa Tuhan tidak membuat mukjizat sehingga bisa terlihat oleh semua orang supaya semua orang bisa percaya?
Mungkin orang Theis akan menjawab, Tuhan ingin kita percaya dengan iman, bukan dengan pandangan mata.
Tetapi Alkitab sendiri mengatakan bahwa di masa yang lampau Tuhan melakukan mukjizat yang paling luar biasa dan sering kali memunculkan diri-Nya di dalam kehidupan manusia dengan tujuan supaya manusia bisa melihat dan percaya kepada-Nya.
Kalau Tuhan menampakkan diri-Nya atau mukjizat-Nya dimasa lampau, mengapa Tuhan tidak menampakkan diri-Nya atau mukjizat-Nya di masa kini?
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan begitu banyaknya pertentangan antara ilmu pengetahuan dan isi Alkitab, maka sudah lebih masuk akal bila Tuhan lebih memperlihatkan diri-Nya dan melakukan mukjizat di zaman sekarang.
Tapi mukjizat dan diri-Nya tidak pernah muncul. Ini membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada sama sekali.
Orang-orang Theis akan berkata bahwa Tuhan melakukan mukjizat dan keajaiban di masa sekarang, misalnya dengan penyembuhan, membantu memecahkan masalah pribadi, dan sebagainya. Tapi manusia yang bandel dan jahat menolak untuk percaya. Sedangkan keajaiban-keajaiban yang dikumandangkan itu bersifat kecil dan pribadi, sehingga lebih menimbulkan keraguan daripada kepercayaan.
Kalau Tuhan melakukan mukjizat yang luar biasa dan luas, manusia mau tidak mau harus percaya. Tapi mukjizat itu tidak pernah ada.
Bahkan menurut Alkitab, orang-orang Israel berkelana di gurun pasir selama 40 tahun lamanya, dan Tuhan memberi mereka makan dengan menjatuhkan makanan dari langit (Keluaran 16:4). Di tahun 1980-an, jutaan umat Theis diEthiopia mati secara perlahan-lahan karena kemarau yang panjang. Tuhan mempunyai kesempatan emas untuk kembali menjatuhkan makanan dari langit, seperti yang diutarakan di Alkitab, untuk membuktikan keberadaan diri-Nya dan membuktikan cinta-Nya yang besar kepada manusia.
Ini merupakan salah satu bukti kalau Tuhan tidak ada sama sekali. – Lodewijk
Jawaban:
Shalom Lodewijk,
Berikut ini adalah
JAWABAN UNTUK POINT D: TUHAN YANG TIDAK KELIHATAN, MENGAPA TIDAK MEMBUAT MUKJIZAT?
Orang yang tidak percaya kepada Tuhan memang umumnya menuntut adanya tanda/ mukjizat yang membuktikan bahwa Tuhan sungguh ada. Sebenarnya sikap seperti ini bukan saja hanya ada di jaman sekarang, tetapi memang sudah ada dari jaman dahulu. Pada jaman Yesus, orang-orang Farisi meminta tanda kepada Yesus, yang dijawab Yesus bahwa tanda yang diberikan adalah tanda kebangkitanNya tiga hari setelah kematian-Nya (Mat 12:39-41; Luk 11:29-32). Sebenarnya mereka hanya perlu lebih objektif sedikit untuk melihat bahwa pada saat itu sudah banyak sekali mukjizat yang dilakukan oleh Yesus, mulai dari menyembuhkan banyak orang sakit, memperbanyak roti untuk memberi makan ribuan orang, meredakan badai, membangkitkan orang mati, dst. Lebih lanjut mengenai hal ini, silakan baca artikel ini: Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah (silakan klik).
Namun memang mukjizat Kristus yang terbesar adalah kebangkitan-Nya sendiri dari kematian-Nya. Hal ini tidak dapat disangkal karena terlalu banyak saksi mata-nya, sehingga pada waktu para saksi mata masih hidup, tidak ada orang yang berani menuliskan sesuatu yang menentang kebenaran ini. Kita melihat hal ini dari tulisan Rasul Paulus pada Gereja di Korintus (1 Kor 15:1-8). Bahwa di jaman berikutnya terdapat tulisan-tulisan yang menentang mukjizat kebangkitan Yesus, tidak menjadi dasar untuk meragukan kebangkitan Yesus. Fakta ini malah semakin menguatkan kebenaran bahwa Yesus sungguh bangkit. Sebab, mengapa tulisan itu baru dituliskan pada saat generasi para saksi hidup sudah tidak ada lagi? Karena jika tulisan itu ditulis pada masa para saksi mata masih hidup, pastilah mereka semua menentangnya, karena mereka benar-benar melihat bahwa Yesus sungguh bangkit dan hidup setelah kematian-Nya. Tidak ada seorangpun yang dapat berbuat demikian (bangkit dari mati); sehingga mukjizat ini merupakan bukti yang nyata bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan.
Mukjizat besar yang berikutnya adalah keberadaan Gereja Katolik yang bertahan sepanjang 2000 tahun lebih. Tak ada kelompok/ organisasi manusia yang dapat bertahan terus sampai 2000 tahun, yang memegang ajaran/ aturan yang sama, dan dengan sistem kepemimpinan yang sama. Walaupun dalam sejarahnya, Gereja dilanda banyak tantangan dari luar dan dalam, namun Gereja Katolik tetap eksis berdiri. Fakta ini menunjukkan bahwa Gereja ini bukan didirikan oleh manusia, melainkan oleh Tuhan sendiri.
Mukjizat yang lain-lainnya adalah mukjizat yang nyata terjadi di beberapa tempat ziarah, dan pada tempat asal para orang kudus. Silakan mengunjungi kota seperti Lourdes misalnya, dan temukanlah kesaksian mukjizat yang didukung oleh fakta medis di sana. Belum lagi kenyataan banyak orang kudus yang sudah meninggal dan tubuhnya tetap utuh/ incorrupt (seperti pada St. Catherine Laboure, St. Vincent de Paul, St. Bernadette Soubirous, St. Therese of Liseux, Padre Pio, dst.) itu juga menunjukkan tanda tersendiri bahwa Tuhan mau menunjukkan mukjizat-Nya pada orang-orang pilihan-Nya, yang melampaui hukum kodrat manusia. Mukjizat lain yang terus berlangsung memang adalah mukjizat yang bersifat pribadi, yang dapat dialami oleh setiap orang percaya kepada Tuhan Yesus.
Bahwa kenyataannya banyak orang kelaparan di Ethiopia dan negara Afrika lainnya, harusnya itu menjadi keprihatinan manusia, dalam hal ini negara- negara yang lebih maju. Manusia seharusnya belajar hidup lebih peduli dengan sesamanya, dan ini sesungguhnya yang juga menjadi prinsip pengajaran sosial etik dalam Gereja Katolik. Selama berabad-abad memang Gereja Katolik turut berkarya membangun peradaban manusia, dan dalam hal ini memang Tuhan bekerja lewat pelayanan Gereja (lewat bermacam kongregasi religius yang mempelopori pelayanan kesehatan dan pendidikan), dan bukan dengan mukjizat langsung. Untuk inilah maka Gereja dipanggil untuk terus melanjutkan karya kemanusiaan ini, walaupun harus juga dalam perspektif yang lebih luas, yang terarah pada Keselamatan. Karena yang terpenting bagi Tuhan akhirnya adalah keselamatan jiwa manusia, bukanlah semata kesejahteraan badan. Bahwa pada Perjanjian Lama Tuhan memberi manna dari langit selama 40 tahun kepada umat Israel sampai menuju Tanah Terjanji, adalah karena Ia mau mempersiapkan jalan bagi pengajaran tentang Yesus sebagai Roti Hidup yang harus kita terima agar kita dapat masuk ke Surga sebagai ‘Tanah Terjanji’. Adalah kebijaksanaan Tuhan yang menentukan hal ini, dan jika kita bertanya terus mengapa, maka kita dapat terjebak pada kesombongan, dengan mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan, seolah kita lebih pandai dari Tuhan. Sebab manusia sering menitikberatkan pada kebutuhan dan kesenangan duniawi yang sifatnya sementara, sedangkan Tuhan lebih menitikberatkan pada kebahagiaan kekal. Mukjizat kesembuhan, dst yang diharapkan manusia, bagaimanapun sifatnya sementara, sebab pada suatu saat orang yang disembuhkan juga pasti meninggal dunia. Jika-pun Tuhan memberikan mukjizat kepada-Nya, harapannya adalah agar orang itu percaya seterusnya dan memperoleh kehidupan kekal. Jadi, jika tidak membawa manusia kepada keselamatan kekal, maka sebenarnya mukjizat tidak ada gunanya. Dan Tuhan yang mengetahui segalanya, Ia yang paling bijaksana untuk menentukan sendiri kepada siapa, dan dalam hal apa Ia akan melakukan mukjizat-Nya.
Mukjizat yang juga tak kalah besar, justru karena kesederhanaannya, adalah mukjizat Ekaristi. Karena pada setiap Misa Kudus, setelah konsekrasi, roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, oleh kuasa Roh Kudus. Maka Tuhan Yesus yang sama hadir kembali di tengah Gereja-Nya, dan kuasa-Nya dapat dinyatakan ditengah kita. Lebih lanjut mengenai hal ini silakan baca: Sudahkah Kita pahami Ekaristi? (silakan klik).
Di atas semua itu, baiklah kita ingat pepatah ini, “Memang bagi orang percaya penjelasan yang rinci tidak diperlukan sedangkan bagi orang yang tidak percaya, penjelasan yang seperti apapun tidak akan pernah memuaskan.” Maka akhirnya, kita dapat berkata, bahwa iman adalah karunia Allah. Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh 20: 29). Rasul Pauluspun mengajarkan, “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia yang menjanjikannya, setia.” (Ibr 10: 23). Mari kita mengandalkan janji Allah ini daripada menggantungkan pada pengertian dan pendapat manusia.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
Ingrid Listiati
Shalom…
Sngat b’setuju dngan komen sdr Fxe d atas. Ya pd zaman skrang ini, manusia cenderung mnerima yg logis sj. So, klau pd asalnya orng x percaya A ada, mukjizat b’kaitan A jg xkan dpercaya, krana mukjizat kn m’langkaui akal logis…
1 contoh mukjizat dr Tuhan yg msh lg ad yg m’yangkal- TRINITAS…
Salam damai Kristus…
[Dari Katolisitas: Ada pepatah mengatakan: “Bagi orang percaya, mukjizat dan tanda tidak diperlukan; namun bagi orang yang tidak percaya, seberapapun banyak mukjizat dan tanda, tetap dianggap tidak cukup.” Selanjutnya, mungkin kata yang lebih cocok untuk Trinitas itu adalah ‘misteri’ Allah, walaupun memang bagi kita adalah suatu mukjizat, yaitu bagaimana Allah yang satu itu, dapat mempunyai Tiga Pribadi. Hal ini kita ketahui dari apa yang diwahyukan oleh Allah tentang diri-Nya sendiri: yang karena begitu besar dan dalam maknanya, sejumlah orang memilih menolak untuk percaya akan kebenaran ini, karena mensyaratkan bahwa Allah harus dapat dipahami dengan sejelas-jelasnya oleh akal budi manusia saja. Padahal kebesaran Allah dan kemahakuasaan-Nya yang melampaui segala sesuatu mengatasi manusia, sehingga justru dengan sikap kerendahan hati dan pengakuan akan kebesaran Allah ini, barulah seseorang dapat sampai kepada kebenaran akan Allah, sebagaimana yang diwahyukan-Nya.]
“Kalau Tuhan mau kita percaya, mengapa Tuhan tidak membuat mukjizat sehingga bisa terlihat oleh semua orang supaya semua orang bisa percaya?”
Bukti seperti apa yang dibutuhkan oleh tiap-tiap orang agar dia bisa percaya.
Bila kita bertanya ke setiap orang yg berbeda, tentu timbul jawaban yg berbeda-beda
tentang “kriteria / syarat-syarat” dari bukti itu sendiri.
bahkan Yesus pun pernah diminta membuat bukti atas klaim diriNya!
Sejarah manusia menunjukkan :
kepercayaan berasal dari dalam diri orang itu sendiri (sikap hati).
bila orang sudah tidak percaya bahwa A itu ada, maka fakta apapun yg
mendukung keberadaan A, tentu pikiran akan mencari argumen untuk menyanggahnya.
contoh aktual: Kain Kafan Turin:
selalu ada kelompok pro dan kontra… masing-masing berbekal argumen sendiri.
bagi kedua kelompok itu , percaya dan tidak-percaya adalah sikap hati masing-masing.
Shalom semuanya,
Kalau dipikir-pikir, bukankah Yesus telah membuat begitu banyak mukjijat, dan masih ada orang yang tidak percaya. Mukjijat apa lagi yang diperlukan agar manusia dapat percaya kepada Tuhan? Kita beriman karena kita percaya pada yang mewahyukan, yaitu Tuhan. Katekismus Gereja Katolik mengatakan “Dengan demikian “percaya” mempunyai hubungan ganda: hubungan dengan pribadi dan hubungan dengan kebenaran; kegiatan iman berhubungan dengan kebenaran melalui kepercayaan kepada pribadi yang memberi kesaksian tentang kebenaran itu.” (KGK, 177)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Daya pikir manusia sungguh terbatas. Saya ingat ilustrasi sederhana dari salah satu bukunya Anthony de Mello (kebetulan, dari banyak bukunya, saya ada membaca beberapa di antaranya).
Beliau menulis kira-kira begini:
• cobalah menyebutkan secara rinci seperti apakah bau wangi bunga mawar.
• paling-paling kita hanya bisa menyebutkan ‘harum wanginya’.
• Tuhan adalah misteri. Bahkan menyebutkan secara rinci bau wangi bunga mawar saja, kita manusia tidak punya kata untuk itu, apalagi mau menyelami misteri Tuhan.
• kalau Tuhan bisa dipikirkan, maka Ia bukan lagi misteri.
Nah, dari ilustrasi sederhana ini, saya sadar betapa tak mampunya saya.
Lalu, pernah saya membaca pernyataan seseorang yang mengatakan bahwa Allah Tritunggal itu tidak masuk akal.
Saya hanya bisa tersenyum. Dalam hati, saya kasihan pada orang ini. Betapa sombongnya ia, Allah yang penuh kasih sayang itu harus bisa masuk di akal dia.
Sungguh benar adanya bahwa lewat Sakramen Ekaristi dan juga Sakramen Tobat, saya bisa selalu menerima mukjizat yang sangat luar biasa. Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat membuat saya semakin merasa bahwa Allah sungguh nyata hadir pada saat ini; Ia sungguh baik, dan maha kuasa. Saya tidak boleh mereduksi Allah.
Terima kasih http://www.katolisitas.org
Salam kasih Tuhan Yesus.
Lukas Cung
Comments are closed.