Dalam Luk 1:26-31, kita mengetahui bahwa pada bulan ke enam, malaikat Gabriel pergi ke Nazaret dan bertemu dengan Maria, untuk menyampaikan Kabar Gembira bahwa ia akan melahirkan seorang Anak laki-laki yang akan dinamai Yesus. Pertanyaannya adalah, mengapa yang menyampaikan Kabar Gembira kepada Maria bukanlah Allah sendiri namun malaikat Gabriel? Dalam Summa Theology, III, q.30, a.2, St. Thomas Aquinas memberikan tiga alasan sebagai berikut:

Pertama, berdasarkan tingkatan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Karena malaikat mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari manusia, maka sudah selayaknya mereka yang tahu terlebih dahulu tentang misteri Inkarnasi, dan kemudian merekalah yang kemudian diutus untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada manusia. Kedua, bagaimana Tuhan memulihkan kodrat manusia melalui Inkarnasi. Karena wanita pertama jatuh karena godaan Iblis (malaikat yang jatuh dalam dosa), maka sudah selayaknya manusia dipulihkan dengan Kabar Gembira yang dinyatakan oleh malaikat Gabriel. Ketiga, karena Kabar Gembira disampaikan kepada seorang perawan dan keperawanan adalah berhubungan dengan kodrat malaikat, maka sungguh pantas kalau kabar gembira Inkarnasi disampaikan oleh malaikat.

Selanjutnya St. Thomas menuliskan keberatan-keberatan yang ada dan kemudian menyanggah keberatan tersebut sehingga diperoleh pengertian yang mendalam akan misteri ini.

Keberatan 1 dan tanggapannya. St. Thomas memberikan keberatan pertama dengan mengatakan bahwa wahyu kepada malaikat tertinggi selayaknya diberikan oleh Tuhan secara langsung. Dan karena Maria lebih tinggi daripada semua malaikat, maka sudah seharusnya pemberitaan akan misteri Inkarnasi ini dilakukan oleh Tuhan sendiri. St. Thomas menyanggah bahwa Bunda Allah (Bunda Maria) memang lebih tinggi dari para malaikat dalam kehormatan, karena Bunda Maria dipilih oleh Allah sendiri. Namun, dalam kehidupannya di dunia, Bunda Maria berada di bawah malaikat, sama seperti Kristus yang datang ke dunia dengan kodrat manusia, yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan malaikat (lih. Ibr 2:9).

Keberatan 2 dan tanggapannya. Mengapa bukan St. Yusuf, suami Maria yang memberitahu Bunda Maria, karena seorang wanita harus bertanya kepada suaminya? (lih. 1Kor 14:34-35) Dalam paparannya, St. Thomas memberikan alasan bahwa karena Putera Allah lahir tanpa campur tangan manusia namun dengan kuasa Roh Kudus, maka sudah selayaknya bahwa Kabar Gembira ini disampaikan oleh malaikat dan bukan seorang manusia [St. Yusuf].

Keberatan 3 dan tanggapannya. Di bagian ini, St. Thomas memberikan keberatan bahwa tidak mungkin malaikat yang tidak mengerti secara penuh misteri Inkarnasi dapat memberitahu kepada Bunda Maria. Mengutip Dionysius dan Maximus dari Konstantinopel, St. Thomas mengatakan bahwa para malaikat tahu tentang misteri Inkarnasi walaupun mungkin tidak tahu secara lengkap.

Keberatan 4 dan tanggapannya. Ada pandangan yang menyatakan bahwa dalam tingkatan malaikat, malaikat Gabriel menempati tingkat yang kedua dari yang paling rendah. Pandangan ini mengatakan, bahwa seharusnya yang menyampaikan misteri yang tertinggi [Inkarnasi] harus dari tingkat malaikat yang paling tinggi. Untuk menyanggah keberatan ini, maka St. Thomas mengutip St. Gregorius yang menyatakan “Adalah benar bahwa satu dari malaikat yang tertinggi harus datang, karena pesan yang dibawakannya adalah pesan yang tertinggi” (Hom. de Centum Ovibus [34 in Evang.), dan dengan demikian orang menyimpulkan bahwa malaikat Gabriel adalah malaikat yang tertinggi. Namun demikian,  St. Thomas juga menyatakan bahwa ini tidaklah berarti bahwa ia berada di tingkatan yang tertinggi dari semua, namun ia tertinggi di antara para malaikat, sehingga disebut penghulu malaikat. Maka Gereja menyebut Gabriel sebagai penghulu malaikat. St. Gregorius mengatakan bahwa “mereka yang memberitakan hal-hal yang tinggi disebut penghulu malaikat.” (De Centum Ovibus 34). Karena itu ia disebut yang tertinggi dari para penghulu malaikat. Lebih lanjut, St. Gregorius memberikan arti nama dari Gabriel yang berarti ‘kekuatan Allah’. Pesan Inkarnasi layak disampaikan dengan ‘kekuatan Tuhan’, sebab Allah Tuhan yang berkuasa di surga akan datang untuk mengalahkan kuasa jahat.

9 COMMENTS

  1. Apa yang menjadi kehendak Allah adalah kebenaran itu sendiri, kebenaran yang bukan sekedar hitam atau putih, tapi kebenaran yang bersifat mutlak, jadi mengapa kita musti membuat asumsi dan pengertian-pengertian kita sendiri, seperti pertanyaan mengapa kabar gembira lewat malaikat tidak lewat Allah. Ternyata makin kita mengandalkan kekuatan kita kita sendiri, pikiran dan keinginan kita, makin lama, kita ini semakin dibuatnya tidak mengenal Tuhan…Hidup ini seperti dibutakan pikiran dan keinginan kita sendiri. Amin. Berkah Dalem.

    • Shalom Dody,

      Terus terang saya tidak menangkap secara jelas apakah yang ingin Anda sampaikan. Kalau maksud Anda bahwa ada hal-hal yang salah dalam artikel di atas, maka silakan memberikan alasan, mengapa bagian tersebut Anda pandang salah. Dan bagian yang Anda anggap salah tersebut, apakah bertentangan dengan Kitab Suci, Tradisi Suci atau Magisterium Gereja yang mana. Dengan mengungkapkannya secara jelas, maka kalau memang ada kesalahan dalam artikel tersebut, kami akan mengkoreksinya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Mohon tanya, siapakah nama orang tua dari Yusuf dan Maria?

    [Dari Katolisitas: Orang tua Maria, silakan klik di sini dan ayah St. Yusuf, klik di sini. Sepanjang pengetahuan kami, tidak ditemukan catatan sejarah yang menyatakan nama ibu dari St. Yusuf.]

  3. Untuk Pernyataan yang ini:
    Pertama, berdasarkan tingkatan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Karena malaikat mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari manusia, maka sudah selayaknya mereka yang tahu terlebih dahulu tentang misteri Inkarnasi, dan kemudian merekalah yang kemudian diutus untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada manusia.

    Bukankah Allah sendiri yang memanggil Musa di padang gurun?
    Kalau menggunakan argumen diatas, kenapa tidak malaikat yang melakukannya?
    Pada waktu Abraham mendapat berita bahwa Sara akan mengandung dan memiliki anak, Allah Bapa mengutus malaikatnya dalam bentuk manusia. Nah mengapa juga demikian.

    Menurut pendapat saya argumen mengenai malaikat memiliki tingkatan lebih tinggi maka malaikatlah yang menyampaikan pesan, kurang tepat digunakan.

    Hal ini merupakan misteri Ilahi itu sendiri.

    • Shalom Nel,

      Terimakasih atas masukannya. Dalam melihat argumentasi di atas, maka kita melihatnya secara keseluruhan. Memang kita dapat mengatakan bahwa semuanya adalah misteri ilahi dan merupakan kebijaksanaan ilahi. Yang ingin disampaikan oleh St. Thomas Aquinas adalah argumensi dari “fittingness“. Jadi, kita menerima apa yang telah terjadi, dan mencoba mencari tahu mengapa Allah melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Argumentasi pertama, memberikan sorotan dari sisi bagaimana Allah menggunakan sistem mediasi, yang sering kita lihat dalam sejarah keselamatan. Sebagai contoh, kita melihat bagaimana malaikat Allah menyampaikan kepada Abraham, bahwa Sarah akan mengandung (lih. Kej 18:1-15). Dalam contoh ini dalam PL – yang menggambarkan apa yang nanti akan terjadi dalam PB – digambarkan bahwa malaikat Tuhan menyampaikan kabar gembira kepada Abraham dan tidak langsung kepada Sarah, karena (1) Sarah mengandung dari benih Abraham; (2) Sarah mengandung bukan dari keperawanannya. Kita juga melihat contoh dalam PB, bahwa Kristus mengajar kepada para rasul, kemudian para rasul kepada para murid, dan kemudian kepada semua orang. Dapat juga kita melihat konsep mediasi bahwa keselamatan mulai dari bangsa Israel, kemudian menjangkau semua bangsa.

      Bahwa Allah mempunyai kebebasan untuk menyatakan karya keselamatannya, tentu saja semuanya tergantung dari kebijaksanaan-Nya. Namun, kita dapat melihat bahwa cara yang diberikan oleh Allah merupakan cara yang paling tepat, terutama alasan bahwa karena malaikat jahat yang menggoda Hawa pertama sehingga manusia pertama jatuh dalam dosa, maka sungguh layak bahwa untuk memulihkan manusia dari dosa diperlukan malaikat terang yang memberikan kabar sukacita kepada hawa kedua atau Maria.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • Buat Nel mengapakah saudara mempertanyakan kebijaksanaan Allah?
      bukankah Allah maha bijaksana, siapakah kita manusia ini sehingga kita mempertanyakan kebijaksanaanNya?

      [Dari Katolisitas: Baiklah agar kita tidak mengajukan pernyataan/ komentar yang bernada menuduh kepada pribadi penanya. Adalah baik jika kita selalu mempunyai prasangka baik, bahwa pertanyaan diajukan bukan untuk mempertanyakan kebijaksanaan Allah, namun untuk menggali pemahaman iman kita sendiri sehubungan dengan suatu ajaran iman Katolik].

      • @Pak Yusup Sumarno
        sepertinya anda tidak menangkap maksud saya.
        saya bukan mempertanyakan kebijaksanaan Allah.

        tapi saya membahas mengenai pernyataan berikut
        “Pertama, berdasarkan tingkatan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Karena malaikat mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari manusia, maka sudah selayaknya mereka yang tahu terlebih dahulu tentang misteri Inkarnasi, dan kemudian merekalah yang kemudian diutus untuk menyampaikan Kabar Gembira kepada manusia.”

        dan seperti yang anda bilang, saya setuju dengan pernyataan anda: “siapakah kita manusia ini sehingga kita mempertanyakan kebijaksanaanNya?”

        kemudian Pak Stefanus Tay memberikan penjelasan
        “Bahwa Allah mempunyai kebebasan untuk menyatakan karya keselamatannya, tentu saja semuanya tergantung dari kebijaksanaan-Nya. Namun, kita dapat melihat bahwa cara yang diberikan oleh Allah merupakan cara yang paling tepat, terutama alasan bahwa karena malaikat jahat yang menggoda Hawa pertama sehingga manusia pertama jatuh dalam dosa, maka sungguh layak bahwa untuk memulihkan manusia dari dosa diperlukan malaikat terang yang memberikan kabar sukacita kepada hawa kedua atau Maria.”

        [Dari Katolisitas: Ya, nampaknya sudah jelas ya, tidak perlu diperpanjang lagi. Tidak ada yang mau mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan di sini. Yang ada adalah ingin bersama-sama memahami mengapa Allah menyuruh malaikat untuk memberitakan Kabar Gembira kepada Maria].

  4. Mohon bertanya, bilamana malaikat berbicara kepada manusia (termasuk para nabi) dan bilamana Allah berfirman kepada para nabi, sebab sering terbaca, “lalu malaikat Allah berkata….”, kenapa tidak Allah sendiri berfirman dan dalam konteks di atas, mengapa bukan Allah yang hadir, melainkan Gabriel?

    Terima kasih.

    [dari katolisitas: Silakan melihat tanya jawab di atas – silakan klik]

Comments are closed.