Sumber gambar: http://www.boundless.org/adulthood/2005/pray-boldly

Refleksi Iman oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

1. Ayat Kitab Suci

Ketika istri mengalami luka dan sakit hati karena pasangannya tidak seiman, ia bisa memenangkan suaminya dengan mendoakan Firman Tuhan dari 1 Petrus 3:1-4: “Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas, atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah”.

2. Maksud Ayat-Ayat Kitab Suci itu

1 Petrus 3:1-4 dapat dimengerti dengan memahami budaya Yunani yang melatarbelakanginya. Dalam budaya Yunani, istri menyangkut keturunan yang sah bagi suami. Istri bukan hamba, tetapi dituntut untuk taat kepada suami. Ketaatan istri terhadap suami juga termasuk dalam hal agama. Seorang istri harus mengikuti agama suaminya. Berdasarkan latar belakang budaya Yunani itu, Petrus mengalamatkan nasihatnya ini untuk para istri yang suaminya tidak seiman karena jarang ada istri yang tidak mengikuti agama suaminya. Petrus menasihati para istri yang suaminya tidak seiman untuk memenangkan suaminya bagi Kristus. Para istri itu dapat membawa suaminya yang tidak seiman pada Kristus dengan kesaksian hidup. Kesaksian hidup para istri ini menyangkut sikap dan cara hidup yang baik. Sikap hidup ini menyangkut perilaku yang saleh dan murni. Perilaku hidup yang saleh dan murni ini terungkap dalam sikap tunduk terhadap suaminya. Sikap tunduk ini tidak berarti harus mengikuti kepercayaan suaminya, tetapi siap tidak mengikuti agamanya. Tunduk kepada suaminya berarti menjadi istri yang baik. Cara hidup yang baik adalah keindahan batiniah, yang menyangkut pembaharuan batin. Perhiasan batiniah menyangkut kelemahlembutan dan keramahan. Dengan mengenakan perhiasan batiniah itu, para istri akan menyinarkan Kristus sehingga akan menarik para suaminya yang tidak seiman.

Pernikahan istri dengan suami yang tidak seiman merupakan realita kehidupan. Pernikahan dengan suami yang tidak seiman akan membuat hidup istrinya penuh dengan kesulitan dan deraian air mata. Dalam pernikahan dengan pasangan yang tidak seiman akan terjadi perbedaan cara penanganan masalah. Para suami yang tidak seiman akan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kegiatan-kegiatan rohani istrinya. Istri dengan pasangan yang tidak seiman merasa kesepian terutama ketika pergi ke gereja sendirian. Anak-anak pun bingung dengan pendidikan iman yang berbeda. Hal-hal kecil dan besar sering menyebabkan keributan karena konsep kehidupan yang berbeda. Semuanya bersumber pada ungkapan ini: “Betapa sulitnya mendayung perahu dengan dayung yang berbeda”.

Istri dapat memenangkan suaminya yang tidak seiman dengan tetap teguh pada prinsip-prinsip Firman Tuhan. Prinsip-prinsip Firman Tuhan itu:

a. Cantik Batiniah

Para istri dapat memenangkan suaminya yang tidak seiman bukan dengan menghabiskan waktunya selama berjam-jam untuk berdandan, tetapi terus mengenakan perhiasan batiniah. Perhiasan batiniah itu akan membuat dirinya cantik yang muncul dari hatinya yang penuh dengan kesabaran, kelemahlembutan, ketabahan, dan tanggung jawab. Kecantikan batiniah ini akan lebih indah daripada kecantikan karena make up yang menghabiskan berjuta-juta rupiah. Kecantikan batiniah para istri akan membuat suaminya melihat iman kristiani itu indah. Kecantikan batiniah adalah cara yang paling jitu untuk memenangkan suaminya yang tidak seiman dengan tanpa kata.

b. Tetap hidup dengan sukacita

Para istri tetap hidup dalam sukacita walaupun banyak penderitaan dan kesulitan karena suaminya tidak seiman. Sukacita istri akan membuat hidup keluarga bahagia. Kebahagiaan keluarga yang diciptakan oleh sang istri akan membuat suaminya mengerti sukacita istrinya mengalir dari imannya.

c. Tetap Tekun Berdoa

Walaupun belum ada tanda-tanda bahwa suaminya akan mengikuti imannya, istri hendaknya tetap tekun berdoa. Tuhan pasti akan memperhatikan permohonan orang yang tetap berharap kepadanya: “Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan” (Zefanya 3:17a)

3. Doa

Jadikan Pasanganku Menjadi Seiman


“Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1 Petrus 3:1-4).

Allah Bapa Yang Maha Baik,

Suamiku adalah anugerah terindah yang Engkau berikan untukku.
Suamiku adalah orang yang kukasihi selama hidupku.
Dan aku bahagia menghabiskan hidupku bersamanya.

Kebahagiaan rumah tanggaku akan menjadi sempurna ketika suamiku menjadi seiman.

Perbedaan iman sering menjadi penyebab keributan dan salah paham.

Saling menyalahkan menjadi makanan sehari-hari.

Anak-anakku menjadi bingung atas perbedaan iman ini.

Aku telah mendoakan suamiku agar menjadi seiman denganku, tetapi belum terjadi perubahan sampai sekarang.

Aku kini mengerti bahwa kecantikanku secara batiniah merupakan jalan yang membuat suamiku tertarik dengan imanku.

Berikan aku ketekunan untuk senantiasa mengenakan perhiasan batiniah, yaitu kesabaran, kelembutan, dan rasa tanggung jawab sebagai istri.

Aku yakin bahwa kecantikan batiniah yang aku bangun akan membuat suamiku melihat keindahan dari imanku.

Amin.

Catatan : Artikel ini memang ditujukan kepada para istri yang suaminya yang tidak seiman. Alasannya adalah budaya patriarkal dalam lingkungan kita masih kuat, yaitu istri harus mengikuti suaminya dalam segala hal. Karena itu, banyak istri kristiani mengalami kesulitan ketika suaminya tidak seiman.