Pertanyaan:

Shalom…

Adakah referensi2 dan bukti2 sejarah yg mencatat pertama kali agama katolik masuk ke Negara Indonesia(Bumi Nusantara)?

Menurut beberapa sumber, abad 7 atau skitar thn 645 sesudah masehi di kota Barus atau dulu disebut Pancur daerah Sumatera Utara dari Tulisan Shaykh Abu Salih al-Armini., juga ada yg menyebut abad ke-2 dari Rasul Thomas atau Gereja Katolik Suriah Timur. Dan Abad ke-14 di daerah Sumatera Selatan, Bersamaan juga dari Santo Fransiskus Xaverius di daerah maluku dan flores.

Terimakasih…
Victor
Tuhan Memberkati…

Jawaban:

Shalom Victor,

Nampaknya memang terdapat dua versi tentang sejarah yang mencatat pertama kali agama Katolik masuk ke Indonesia:

1. Sumber: KWI, menurut situs berikut ini, silakan klik. Gereja Katolik pertama kali masuk Indonesia di abad ke- 7:

Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Barat. Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta ini perlulah penelitian dan rentetan berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno karangan seorang ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku “Daftar berita- berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di luarnya”, yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.

Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita dapat mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Barat adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia. Di Barus juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama Gereja Bunda Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan oleh KWI)

2. Sumber Wikipedia: Gereja Katolik masuk bersamaan dengan kedatangan bangsa Portugis di abad ke 15- 16.

“Sejarah Gereja Katolik di Indonesia berawal dari kedatangan bangsa Portugis ke kepulauan Maluku. Orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku, Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang saudagar Portugis. Ketika itu para pelaut Portugis baru saja menemukan kepulauan rempah-rempah itu dan bersamaan dengan para pedagang dan serdadu-serdadu, para imam Katolik juga datang untuk menyebarkan Injil. Salah satu pendatang di Indonesia itu adalah Santo Fransiskus Xaverius, yang pada tahun 1546 sampai 1547 datang mengunjungi pulau Ambon, Saparua dan Ternate. Ia juga membaptis beberapa ribu penduduk setempat.”

Sedangkan dari sumber New Advent Catholic encyclopedia, online, klik di sini, tidak disebutkan bahwa perjalanan Rasul Thomas di abad- abad awal sampai ke Indonesia. Yang disebutkan di sana adalah pemberitaan Rasul Thomas ke India, yang menyebabkan Raja India yang bernama Gundafor bertobat dan menjadi pengikut Kristus.

Jika mau diterima secara obyektif, kemungkinan agama Katolik memang telah masuk ke Indonesia sejak abad ke 7, namun kemudian masuk lagi dengan efek yang lebih meluas pada sekitar abad ke 15-16.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

28 COMMENTS

  1. dear katolisitas
    pada postingan tentang masuknya Gereja Katolik di Indonesia banyak informasi dan masukan yang saya terima. oleh karena itu, saya ucapkan limpah terima kasih.
    dan berdasarkan jawaban yang saya terima saya belum mendapat sebuah jawaban khusus tentang misi agama Katolik ini di wilayah Flores.
    di sini saya ingin menyampaikan sesuatu yang nantinya akan berujung pada pertanyaan.
    di wilayah saya, Sikka-Maumere-Flores, saya mendapat informasi berdasarkan beberapa sumber bacaan dan dari wawancara yang saya lakukan dengan beberapa tokoh masyarakat di desa Sikka. dari sumber dan wawancara ini saya temukan bahwa agama Katolik ada di desa Sikka disebabkan oleh pencarian ‘tanah kekal’ atau dalam bahasa daerah SIkka-Krowe disebut ‘tana moret’. pencarian tanah ini dilakukan oleh tuan Alesu, yang akhirnya menjadi raja I Sikka yang beragama Katolik, dan akhirnya bernama Don Alexius Alesu Ximenes da Silva. dan pencaarian ini pun ditemukan dalam agama Katolik. oleh karena itu, Agustinho da Gama-seorang misionaris awam Portugis-datang ke Sikka dan membaptis orang-orang Sikka. ia diutus atas permintaan Don Alesu, ketika Don Alesu masih belajar agama Katolik di Malaka. berkat kedua tokoh ini agama Katolik pun berkembang di Sikka hingga melahirkan sebuah prosesi Logu Senhor yang biasa dilakukan setiap pesta Jumad Agung di desa Sikka.
    dan yang menjadi pertanyaan saya:
    Apakah ada keabsahan dari Gereja Katolik Indonesia tentang hal ini (masuknya agama Katolik di Sikka dengan adanya prosesi Logu Senhor)? karena beberapa sumber lain berkata agama Katolik berkembang di Flores dari wilayah Larantuka.
    terima kasih Katolisitas dan teruslah berkembang..

    • Shalom Yongki,

      Mohon maaf, saya tidak menemukan informasi untuk meng-konfirmasi apa yang Anda sebutkan, yaitu tentang masuknya Gereja Katolik di Sikka. Yang kami peroleh adalah data keberadaan Gereja Katolik di Larantuka.

      A. Heuken SJ, dalam Ensiklopedia Gereja, buku ke III, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1993), hli. 64-67 menuliskan demikian tentang Larantuka:

      “Larantuka di Flores Timur adalah pusat suatu keuskupan yang meliputi Kabupaten Flores Timur, yang terdiri dari Flores Timur daratan, Pulau Solor, Adonara dan Lembata. Di wilayah ini terdapat umat Katolik tertua di Indonesia (kurang lebih sejak 1550) dari masa misi para imam Dominikan Portugis. Sebelum P. Antonio OP membaptis ‘banyak orang’ di Flores dan kurang lebih 5000 orang di Pulau Timor, rupanya sudah terdapat orang-orang Koatolik pribumi yang ditobatkan oleh saudagar-saudagar Portugis. Mereka berlayar dari Malaka ke Solor untuk membeli kayu cendana dan berlabuh agak lama di pantai pulau itu untuk menunggu musim berlayar yang baik. Di antara umat pertama terdapat juga raja Larantuka, yang mendapat nama baptis Djuan Resino. Demikian juga pada tahun 1556 seorang kapten kapal dagang Poertugis membaptis raja dari kampung Lohayong (Solor). Pada tahun-tahun kemudian beberapa misionaris singgah di wilayah itu. Tetapi, pewartaan secara resmi baru mulai waktu tiga misionaris Dominikan tiba dan menetap di Lohayong (1562). Oleh karena itu, misi tersebut dinamakan ‘Misi Solor’. Semula para misionaris dapat berkarya dengan tenang. Pada tahun 1598 sudah terdapat sebanyak 25.000 orang beriman: jumlah ini meningkat menjadi 50.000 orang pada tahun 1606. Tetapi, dengan kedatangan kapal-kapal VOC di perairan itu, yang bekerjasama dengan para raja non-Katolik, umat muda itu diganggu terus. Pada tahun 1613, benteng Lohayong yang didirikan para misionaris untuk melindungi diri dan umat, direbut oleh VOC. Tujuh misionaris, 30 tentara Portugis dan sekitar seribu umat beriman, pindah ke Larantuka, dan sejak waktu itu, Larantuka menjadi pusat umat Katolik Flores Timur. Walaupun diganggu terus, umat Larantuka dapat mengatasi ancaman terhadap eksistensinya, baik yang dari luar (serangan raja Gowa, orang Adonara, pemberontakan di Solor, tentara Portugis yang ingin ‘menertibkan’ keadaan, kapal-kalap VOC) maupun dari dalam (tahayul, hidup seperti orang tak beriman karena lama tidak dikunjungi imam)…. Banyak misionaris dan orang beriman mati sebagai martir dalam serangan-serangan perompak dari Sulawesi Selatan, dan dari tentara VOC yang berkoalisi dengan sultan-sultan Islam [di antaranya] beberapa misionaris Dominikan: Antonio Pestana, Agustinus de Magdalena, Diogo de Rozario, Joao Baptista, Joao Travassos, Simon das Montahas, dan tiga orang awam asal Solor, yakni Salvador Carvalhaes bersama Pedro dan Manuel.]

      Pada tahun 1859,…. Belanda mengambil alih wilayah itu dengan janji akan mengutus misionaris kepada jemaat-jemaat Katolik yang masih ada. Maka sejak 1860, Pastor Sanders, seorang imam diocesan Vikariat Batavia, menetap di Larantuka dan mendirikan sekolah pertama di Flores (1862). Sejak 1863 P. Gr Metz dari Serikat Jesus yang baru mulai berkarya di Nusantara (1859) menetap di Larantuka. 3.335 orang ‘Katolik tua’ masih berpegang kuat pada gama mereka berkat usaha raja Larantuka dan bapa=bapa Conferia Reinha Rosari’ yang didirikan pada tahun 1564. Tetapi iman dan kehidupan mereka bercampur dengan banyak unsur tahayul dan bukan Kristiani. Maka, para misionaris berusaha memurnikan iman, meningkatkan hidup Kristiani, memulai pendidikan sekolah dengan memanggil Suster-suster Fransiskanes Semarang (Heythuisen) untuk membantu mereka, khususnya di hal pendidikan putri (sekolah dan asrama, 1879). Bruder-bruder SJ membuka sekolah pertukangan (1885), yang kini masih terdapat di Larantuka. Para guru didikan sekolah guru Larantuka kemudian menjadi perintis agama Katolik di seluruh Flores. Pada tahun 1887 Don Lorenzo Diaz Viera di Godinho, raja Larantuka, mempersembahkan mahkota dan tongkat kerajaannya kepada Bunda Maria Reinha Rosari di kapela ‘Tuan Ma’.

      Dari Larantuka para misionaris SJ yang rata-rata tidak melebihi empat orang saja sampai tahun 1875- mengunjungi delapan stasi, terutama Konga, Woerej dan Maumere, yang bersama-sama beranggotakan kurang lebih 14.000 orang Katolik. Tetapi Larantuka tetap menjadi di Lores dan umat beriman makin hari makin bertambah. Pator Jesuit terakhir di paroki Larantuka P.A. van der Velden, meninggal dunia bersama tiga misionaris CVD yang pertama, akibat influenza (1918). Bersama dengan misionaris ini tiga guru dan 20 murid ikut menjadi korban. Para misisonaris SVD (sejak 1917) memulai penginjilan di pedalaman Pulau Adonara, tempat mereka membuka sekolah pertama (1923) dan stasi tetap (1925). Di Pulau Solor (1930:2.014 orang Katolik) dan Lomblen juga dimulai karya pendidikan rakyat dan pewartaan Injil.

      Pulau-pulau itu pernah mempunyai umat Katolik pada abad ke-16-17 dan dikunjungi oleh misionaris Jesuit secara teratur. Maka jumlah orang Katolik dari 1888 sampai 1959 meningkat dari 5.800 menjadi 118.449 orang beriman. Pada tahun 1950 dibuka Seminari Menengah ‘San Dominggo’, Hokeng. Di atas dasar-dasar yang telah diletakkan oleh Surter-suster Fransiskanes, Suster-suster Abdi Roh Kudus (SSPS) mulai bekerja di Larantukan sejak tahun 1925 dan sejak 1952, Suster-suster Pengikut Yesus (CIJ) berkarya di Larantuka, yang diangkat menjadi vikariat apostolik sendiri pada tahun 1951. Pada tahun 1958, di Larantuka didirikan Tarekat Putri Reinha Rosari…. Pada tahun 1985 didirikan Pendidikan Guru Agama Katolik ‘Yoanes Paulus II’ untuk mendidik guru agama yang terampil pada situasi khas Keuskupan Larantuka….”

      Umat Katolik Keuskupan Larantuka kini berjumlah 220.700 orang dalam 31 paroki dan digembalakan oleh Msgr. D Nggawa SVD sejak 1974. Pada tahun 1982 kabupaten Alor dan Pantar diserahkan kepada keuskupan Agung Kupang.” [Catatan dari Katolisitas: ini adalah data sampai sekitar tahun 1993 saat buku disusun]”

      Demikianlah yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan pertanyaan Anda. Semoga berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Bagaimana tanggapan katolisitas terhadap penjajahan yang dilakukan oleh kerajaan/negara katolik zaman dulu yang katanya mendapat persetujuan Paus? Contohnya, katanya penjajahan benua amerika oleh bangsa spanyol dan portugis mendapat persetujuan dan perintah langsung untuk menaklukkan benua tersebut oleh Paus. Begitu pula penaklukkan daerah daerah di benua Asia dan Afrika. Terima kasih.

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca tanggapan kami atas pertanyaan serupa di jawaban ini, silakan klik, khususnya point.2.]

  3. Shalom…Salam dalam kasih Kristus…Saya adalah seorang Katolik. Saya hanya ingin bertanya, semoga Katolisitas dapat membantu. Saya pernah membaca sebuah pertanyaan dalam sebuah situs, kebetulan yang bertanya adalah seorang muslim. Ia bertanya “Kenapa pendeta/pastur Belanda mendiamkan umatnya berbuat kejam seperti itu ?
    Sebab , berdiri banyak gereja yg dibangun oleh penjajah Belanda yg bisa jadi bukti nyata hingga kini”. Pada pokoknya, Ia menuduh bahwa Agama Kristen yang dibawa oleh para misionaris (Protestan dan Katolik) identik dengan penjajahan.. Bagaimana sebaiknya kita menanggapi anggapan tersebut? Tentu saja saya tidak setuju dengan anggapan tersebut, penjajah adalah penjajah dan misionaris adalah misionaris. Namun saya meminta tanggapan dari katolisitas beserta (kalau bisa) bukti sejarah bahwa misionaris Asing pun pada zaman penjajahan tidak setuju dengan penjajahan di tanah air…Terima kasih atas perhatiannya…Semoga Katolisitas terus maju..

    • Salam Julian,

      Tidak dipungkiri, kesan masyarakat umumnya ialah bahwa agama Katolik ialah “agama penjajah”, bahkan sampai saat ini walaupun kesan itu telah makin berkurang. Supaya kesan itu makin berkurang lagi, haruslah kita mengingatkan bahwa para imam dan agama Katolik lain dari Pemerintah Belanda dan Serikat Dagang VOC serta lain pula dari Zending (Pekabaran Injil Protestan). Data sejarah menunjukkan bahwa justru imam-imam dan missi Katolik diusir dan dihukum mati oleh VOC. Para imam disingkirkan dan diganti para Pendeta Protestan yang digaji oleh VOC.Sejarah singkat Gereja Katolik Indonesia silahkan klik http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Gereja_Katolik_di_Indonesia . Ada pula sumber buku yaitu “Ragi Carita” seri 1 terbitan BPK Gunung Mulia, karangan Van den End, silahkan klik http://www.goodreads.com/book/show/3298909-ragi-carita-1 . Para imam Belanda sebenarnya berasal dari daerah yang sekarang ada di wilayah kekuasaan Jerman. Jadi, sebenarnya kita harus jeli melihat hal ini. Namun memang diakui, Gereja mengutus para misionaris Katolik ke daerah missi. Para missionaris ini membonceng kapal-kapal dagang dan kapal tentara Portugis karena Portugis itu negara Katolik. Tentu alasannya ialah reksa jiwa-jiwa para pedagang dan serdadu Katolik itu sendiri namun juga mewartakan Injil karena perintah Kristus. Inilah alasan missi atau dakwah, yang dijalankan pula oleh para pendakwah Muslim di nusantara ini. Sedangkan negara-negara kolonial mau menguasai sumber daya alam dari bangsa koloninya, yang disebut alasan politik. Walaupun secara praktis mereka satu kapal, namun motivasinya berbeda. Secara umum alasan politis negara-negara kolonial ialah “Gold-Glory-Gospel”, mengeruk kekayaan alam bangsa terjajah demi kejayaan penjajah sambil meraih surga karena mewartakan Injil. Namun generalisasi dan politisasi itu tidak adil. Sejarah Gereja Katolik Indonesia menampakkan sebaliknya, bahwa para misionaris justru memperjuangkan nasib pribumi, seperti romo Fransiskus Van Lith di Muntilan, yang memperjuangkan di Voolksraad (DPR) agar bangsa pribumi sejajar dengan bangsa Belanda. Uskup Albertus Soegijapranata di Semarang, Sang Pahlawan Nasional Indonesia, jelas membantah anggapan dan generalisasi politis itu. Fakta sejarah bahwa ada perjuangan nyata Romo F. Van Lith, Mgr Albertus Soegijapranata, dan kemudian para pahlawan nasional lain Ignatius Joseph Kasimo, Ignatius Slamet Riyadi, Agustinus Adisutjipto, Josafat Soedarso ketika berjuang pada masa penjajahan Belanda jelas menjadi tanda nyata bahwa ajaran Katolik dan yang diajarkan para misionaris Katolik sering berseberangan dengan niat Pemerintah Hindia Belanda dan VOC yang rakus dan menindas rakyat. Di kalangan saudara kita Protestan pun bermunculan pahlawan nasional seperti Thomas Matulessy, Christina Martha Tiahahu., WR Soepratman, Mangihut Mangaraja Hezekiel Manulang, Robert Wolter Monginsidi, Prof Dr Herman Johannes, Dr Johanes Leimena, JA Dimara, Dr Sam Ratulangie dan tentu di masa depan akan muncul lebih banyak lagi pahlawan Kristen / Nasrani baik Katolik maupun Protestan, baik diakui resmi oleh negara maupun tidak diakui resmi, bagi kejayaan Republik Indonesia yang ber-Pancasila ini.

      Salam
      RD. Yohanes Dwi Harsanto

  4. Trima kasih banyak atas informasinya, ini sangat membantunya saya, kebetulan saya sedang menulis buku sejarah Gereja Katolik di Bello, sebuah stasi kecil di Kota Kupang.

    • Salam, ada tambahan informasi, jika kita klik link ini http://www.areapager.com/2012/11/pastor-katolik-di-jaman-majapahit.html
      bahkan disebut kedatangan imam Katolik Italia di Majapahit. Romo Odorico da Pordenonde OFM diperintahkan oleh Sri Paus untuk menyerap informasi belajar dari bangsa-bangsa Timur Jauh untuk memberi wawasan kepada Sri Paus. Beliau sampai di Majapahit. Romo Odorico membuat catatan-catatan penting dan sahih mengenai Majapahit.
      Salam
      RD. Yohanes Dwi Harsanto

      • Baru saja telah saya baca link rekomendasi tersebut Romo. Menarik sekali karena seakan membantah bahwa Katolik adalah agama penjajah. Cukup mengejutkan karena saya baru saja mengetahui fakta ini dan jarang atau bahkan belum pernah mendengarnya

  5. saya pernah baca artikel di majalah Hidup, sekitar tahun 1987-88, ada artikel yang menulis bahwa ada jejak katolik abad ke-3 di daerah sumatera barat. apakah ada sudah ada berita lanjutannya ya? karena menarik banget ada jejak kristen awal di nusantara ini.

    salam

    [dari katolisitas: Silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

  6. Romo Dwi apakah benar negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan indonesia adalah negara Vatican ? Mohon penjelasannya. Terima kasih. Gbu

    • Salam Velesius Eko,

      Dalam http://www.deplu.go.id/vatican/Pages/News.aspx?IDP=3621&l=id, Mesir ialah negara pertama yang mengakui kemerdekaan dan kedaulatan RI.

      Dalam http://www.google.co.id/tanya/thread?tid=62108192f36de6a3 didiskusikan perdebatan mengenai negara manakah yang pertama kali mengakui kemerdekaan/kedaulatan RI. Disebut Mesir sebagai negara pertama, namun juga Vatikan. Tergantung dari sudut mana memandangnya. Vatikan menjadi negara Eropa pertama atau termasuk negara-negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI.

      Dalam http://www.kemlu.go.id/vatican/Pages/CountryProfile.aspx?l=id
      disebut bahwa Takhta Suci Vatikan adalah salah satu negara di Eropa yang pertama mengakui kemerdekaan Republik Indonesia yang ditandai dengan pembukaan misi diplomatiknya di Jakarta pada tingkat “Apostolic Delegate” pada tahun 1947. Hubungan diplomatik resmi antara Indonesia dan Takhta Suci Vatikan dijalin sejak tanggal 25 Mei 1950 dan terus berkembang menghasilkan saling pengertian yang terbina dengan baik yang ditandai dengan pembukaan Kedutaan Besar RI di Vatikan dan Nunciatura Apostolica (kedutaan) Vatikan di Jakarta (di Jl Merdeka Timur).

      Dalam http://www.kemlu.go.id/cairo/Pages/AboutUs.aspx?IDP=4&l=id disebut bahwa Mesir merupakan salah satu negara terkemuka dan pertama yang memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Republik Indonesia pada 18 November 1946. Kurang dari setahun kemudian, tepatnya pada 10 Juni 1947, secara resmi kedua negara membuka hubungan diplomatik melalui penandatanganan Perjanjian Persahabatan (Treaty of Friendship and Cordiality), yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan perwakilan RI di Cairo pada 1949. Sejak menjalin hubungan diplomatik, kedua negara senantiasa menjaga hubungan yang baik dan erat secara politis. Hubungan yang baik dan akrab tersebut ditandai antara lain dengan intensitas kunjungan pejabat antara kedua negara, kesamaan pandangan dalam berbagai isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama, dan koordinasi serta saling dukung dalam pencalonan masing-masing di berbagai organisasi dan forum internasional. Kedutaan Mesir ada di Jl Teuku Umar Jakarta Pusat, dan KBRI ada di Kairo.

      Salam
      Yohanes Dwi Harsanto Pr

  7. Benarkah Kristen Masuk Indonesia Pada Abad VII?
    Tentu saja tidak benar. Tulisan Yan Bakker yg menyatakan Kristen masuk Indonesia pada abad VII sebenarnya adalah bentuk usaha manipulasi data. Sumber Abu Salih Al-Armini sebenarnya hanya bisa digunakan untuk wilayah India. Sementara Yan Bakker “memalsukan” sumber tersebut dengan menggiring opini pembaca seolah-olah sumber itu berlaku untuk Indonesia. Jadi isu tersebut bohong belaka alias hoax.
    Lengkapnya baca tulisan berikut :
    http://muslimdaily.net/artikel/studiislam/benarkah-kristen-masuk-indonesia-pada-abad-vii.html

    • Shalom Sunardi,

      Kami di Katolisitas tidak dalam kapasitas untuk memberi penilaian final akan pandangan sejarahwan mana yang lebih akurat dalam hal ini, apakah dari tulisan Jan Bakker dan Prof. Dr. Sucipto Wirjosuprapto yang mengacu kepada tulisan ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini; atau tulisan Susiyanto dalam link yang Anda berikan tersebut. Argumen yang menyatakan bahwa Jan Bakker ‘mengubah’ Fahsur menjadi Fansur, nampaknya cukup krusial. Jika benar demikian, mestinya Prof. Sucipto Wirjosuprapto juga akan menangkapnya dan tidak akan menyetujuinya. Namun faktanya, bahwa beliau malah menegaskannya, ini juga harus dipertimbangkan, mengingat bahwa Prof. Sucipto juga adalah seorang ahli sejarah, dan mestinya tidak akan mengutip begitu saja tanpa menyelidiki kebenarannya.

      Demikian pula, Dr. Alwi Shihab Phd, dalam disertasinya juga menuliskan bahwa agama Kristen masuk lebih dahulu ke wilayah kepulauan Nusantara, sejak periode bapa- bapa Kristen awal (lih. Dr. Alwi Shihab Phd. Buku Membendung Arus : Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, Mizan, Bandung, 1998. halaman 30-31, ISBN : 979-433-478-3).  Apakah dengan demikian Anda mau mengatakan bahwa semua profesor itu telah salah menulis, atau bahwa sebagian dari tulisan mereka itu ‘hoax’?

      Namun jika Anda penasaran, silakan menulis saja kepada Dr. Alwi Shihab dan sampaikan keberatan Anda, dengan menyertakan argumen Anda. Jika memang argumen tersebut plausible, tentu akan mendapat perhatian.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org


  8. Syalom, tim katolisitas yang luar biasa diberkati Tuhan,,
    saya ingin menanyakan,
    1. Bagaimana sejarah penyebaran Katolik di Indonesia menurut katolisitas sendiri? Karena saya merasa tidak puas dengan penjelasan2 waktu saya searching di google, apakah memang hanya lewat jaman penjajahan atau bagaimana?
    2. Bagaimana kronologis penggunaan waktu di jaman sebelum Yesus, dan beberapa saat sesudah kedatangan Yesus, karena di Alkitab sepertinya ada dikatakan beribu-ribu abad, dan sejenisnya (kalau saya tidak salah), padahal penanggalan abad, tahun (penanggalan Masehi) diperkenalkan lama setelah wafat Yesus ini (seperti dituliskan di katolisitas)?

    Terimakasih.

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel ini, silakan klik. Tentang sistem penanggalan Masehi memang baru diciptakan berabad setelah Yesus wafat sebagaimana pernah diulas di sini, silakan klik. Sejak saat itu sistem tersebut dapat digunakan untuk menghitung abad- abad sebelum Masehi. Lebih lanjut untuk informasi sistem penanggalan sebelum Masehi, silakan membaca di Wikipedia- (karena informasi ini tidak ada kaitannya dengan doktrin iman Katolik), silakan klik]

  9. Apa gereja Katolik pertama di Indonesia, kata guru saya, gereja Katolik yang pertama di Indonesia adalah di kota Barus, apakah itu benar
    Kalau benar tolong jelaskan sejarahnya dan gambar gerejanya.

    terimakasih,
    salam saya

    Dika

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban Rm. Santo di sini, silakan klik. Sedangkan untuk foto dan gambarnya, kami tidak mempunyainya, mungkin ada pembaca yang mengetahuinya/ mempunyai informasi tentang hal ini ?]

  10. Dear Katolisitas n tim,

    Katanya Kristen itu agama penjajah, masuk dg kekerasan, bukan seperti klaimnya ttg Kasih. bagaimana meluruskannya.

    kabarnya sekarang sudah tidak boleh lagi ada Misionaris asing masuk ke indonesia.
    apakah alasannya?

    Mohon pencerahannya.

    Tks
    Berkah Dalem

    • Salam Jack
      Benar, sejak tahun 1978, menteri agama waktu itu membuat keputusan agar misionaris asing tidak masuk di Indonesia, dan yang sudah di Indonesia harus menjadi warga negara Indonesia. Dalam hal ini, ada rahmat Allah yang bekerja secara tersembunyi, yaitu bahwa justru dengan pelarangan itu, missionaris pribumi asli bertumbuh dan berkembang. Kini, misionaris asing tidak tinggal menetap di Indonesia selain yang masuk ke Indonesia hanya untuk bekerja sementara.

      Mengenai anggapan klise bahwa kekristenan masuk Indonesia dengan kekerasan, harus dibedakan antara penjajah Eropa yang masuk Indonesia dengan kekerasan dan para misionaris yang datang bersamaan dengan datangnya para penjajah politik itu. Para misionaris Katolik berbeda dari tentara, punggawa pemerintah Belanda dan perusahaan dagang pemerintah VOC. Pemerintah Hindia Belanda sama sekali tidak menggaji para missionaris Katolik. Sebaliknya, justru beberapa misionaris Katolik dibunuh, misalnya beato bruder Dionisius dan Redemptus yang dibunuh di pantai barat Aceh.

      Jadi marilah membaca buku-buku sejarah sebanyak-banyaknya, terutama sejarah missi menurut tulisan para missionaris itu sendiri yang memuat kecemasan dan keteguhan, semangat dan keprihatinan riil mereka, karena mengemban perutusan Kristus untuk mewartakan kabar gembira keselamatan kekal.

      Salam
      Rm Y. Dwi Harsanto Pr

      • Terima kasih penjelasannya Rm.Y.Dwi Harsanto Pr. Smoga makin banyak calon gembala yg lekat dg swara nya dan ikut. Bukan ikut swara pencuri yg mirip swara gembala. Berkah Dalem

      • Shalom,
        Pemahaman semacam ini bisa saja disebabkan karena materi pelajaran sejarah yg diberikan di sekolah2. Saat SMP dulu (semoga saya tidak salah ingat), pada pelajaran sejarah dikatakan kalau slogan penjajah adalah 3g (glory, gold, gospel). Entah mana yg benar, slogan ini dinyatakan oleh si penjajah sendiri atau sekedar kesimpulan dari penulis buku sejarah ybs. Yg pasti tulisan semacam ini sukses membuat orang menyimpulkan kalau misionaris dan penjajah adalah satu.
        Berkah Dalem

  11. bagaimana caranya katolik bisa masuk ke barus??
    dan siapa yang menyebarkanya???

    [Dari Katolisitas: Terus terang, kami tidak mengetahui tentang hal ini. Hanya diketahui dari catatan sejarah bahwa agama Katolik masuk ke Barus melalui pewartaan missionaris pertapaan Serani dari Mesir. Jika ada pembaca yang mengetahui secara lebih mendetail, silakan memberitahukan kepada kami. Terima kasih.]

    • Shalom Vey,
      Dari sekilas informasi yang kami peroleh seperti tertulis di atas, nampaknya agama Katolik pertama kali masuk wilayah Indonesia di Sumatera Barat di abad ke-7, dengan ditandai dengan didirikannya gereja pertapaan Serani, seperti yang terdapat juga di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India. Tidak disebutkan di sana bagaimana sampai didirikan gereja itu dan siapakah yang mendirikannya. Mungkin untuk keterangan selanjutnya, dapat anda baca di buku Sejarah Gereja Katolik Indonesia karangan Mgr Muskens atau 200 tahun Gereja KAJ.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • Salam Vey,

      Tidak banyak sumber yang bisa diakses mengenai “bagaimana” bisa ada orang Kristen pada abad 7 (atau ada yg mengatakan 9) di Barus atau Baros Sumatera. Memang pada umumnya kita mengacu pada sumber sejarah yang walau minim namun hanya itu saja dan diulang-ulang. Seperti pada Ensiklopedi Gereja susunan pater A.Heuken SJ, terbitan Cipta Loka Caraka, 2004, pada lema “Asia”. Di situ ada artikel “Umat Katolik di Asia Selatan dan Timur” (hlm 150-151), dan di artikel itu pada hlm 150 tertulis abad 9 ada umat dan biara Kristen di Baros, Sumatera. Selama belum ada penelitian baru mengenai hal ini, dan selama openelitian itu belum menemukan fakta baru yang valid, maka kita hanya mengulangi saja kabar dari sejarahwan bahwa pada abad itu memang sudah pernah ada orang Kristen di Baros Sumatera. Namun ada catatan menarik pada halaman 149 yang mungkin bisa sedikit menajwab: “Semua agama besar lahir di benua Asia, di antaranya tiga agama monoteis di Asia Barat… Perkembangan agama Kristen semula meuju ke barat yaitu Afrika Utara dan Eropa. Akan tetapi, sejak semula Injil diwartakan juga ke arah timur, yaitu ke Siria dan MEsopotamia (Irak). Menurut tradisi yg tua sekali, Rasul St Tomas abad I membawa Injil sampai Persia dan India Selatan. … Agama Kristen lahir di Asia. Pada Pentakosta (33 ses M) orang Persia, Media, Elam, Mesopotamia (Irak) dan Asia Kecil (Turki Barat) mendengarkan kotbah pertama St Petrus (Kis 2:9 ss). Walaupun dalam kekaisaran Sasanid (224-650) umat Kristen sering dianiaya, keuskupan Edessa, Arbela, Adiabena sudah berkembang baik pada abad ke-2 dan 3. Uskup Seleukia-Ktesiphon (Bagdad) menjadi batrik umat yg terbentang dari Irak sampai Tiongkok (Sianfu), dari Baros (Sumatera) sampai Mekkah. Di mana-mana terdapat umat beriman, bahkan beberapa suku Mongol, Turk, Uigur dan Arab beragama Kristen tanpa hubungan apapun dengan Roma. Umat pertama di Asia ini menjadi semakin kecil akibat penyerangan tentara Islam (sejak abad ke-7), yang menekan orang Kristen, serangan Mongol (sejak abad ke-13), kurang berakarnya pada budaya Tionghoa dan tiadanya kontak dengan pusat Kekristenan di Barat (minimnya praktek liturgi, tak ada kontak dengan biara, tak ada pengetahuan teologi).

      Salam: Yohanes Dwi Harsanto Pr.

  12. khusus di flores di daerah mana yang lebih dulu masuk katolik,,,,apa alor atau pulau ende

    • Bernadus Yth

      Sejauh saya ketahui karya misioner sudah masuk ke Flores melalui laut pada abad ke lima belas. Alor sepertinya lebih dahulu dari pada Ende. Lihat tahun lalu Tuan Ma Maria di Larantuka sudah 500 tahun ditemukan oleh orang Flores timur ketika kapal Portugal memasuki wilayah Flores timur.
      Semoga menjadi maklum.

      salam
      Rm Wanta

  13. dear ibu Ingrid.

    wah?kalo bgitu ud lama donk??
    tapi kalo Hierarki Gereja Katolik tuh masuk ke indonesia baru 50 thn donk?kan baru di peringati>?
    apakah begitu?

    • Shalom Kevin,

      Yang baru dirayakan itu adalah 50 tahun Hirarki Gereja Katolik di Indonesia, di mana pihak Vatikan menganggap bahwan Gereja Katolik di Indonesia dapat berdiri sendiri sebagai hirarki. Maka ditunjuklah Uskup- uskup pribumi dari Indonesia untuk memimpin Gereja di tanah air, yang daftarnya dapat anda lihat di sini, silakan klik. Sedangkan untuk terjemahan Konstitusi Apostolik Quod Christus Adorandus dari Paus Yohanes XXIII tentang penganugerahan Hirarki Episkopal kepada Gereja Katolik di Indonesia, dapat dibaca di sini, silakan klik.

      Namun tentang iman Katoliknya sendiri, sudah lebih dahulu masuk ke Indonesia, pertama di abad ke-8 di Sumatera Barat dan kemudian terutama melalui bangsa Portugis di abad ke 16 di Ambon, Saparua dan Ternate.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  14. Shalom…

    Adakah referensi2 dan bukti2 sejarah yg mencatat pertama kali agama katolik masuk ke Negara Indonesia(Bumi Nusantara)?

    Menurut beberapa sumber, abad 7 atau skitar thn 645 sesudah masehi di kota Barus atau dulu disebut Pancur daerah Sumatera Utara dari Tulisan Shaykh Abu Salih al-Armini., juga ada yg menyebut abad ke-2 dari Rasul Thomas atau Gereja Katolik Suriah Timur. Dan Abad ke-14 di daerah Sumatera Selatan, Bersamaan juga dari Santo Fransiskus Xaverius di daerah maluku dan flores.

    Terimakasih…
    Tuhan Memberkati…

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.