“Aku telah mempersiapkannya sepanjang hidupku….”
Namanya adalah Sr. Rosemary Smith, OSF. Ia adalah seorang pensiunan biarawati Fransiskan, yang tinggal tak jauh dari rumah tempat saya dan suami saya tinggal. Di usianya yang sudah 86 tahun itu, ia masih sangat aktif dalam kegiatan pelayanannya sebagai seorang biarawati. Ia mengajar katekisasi, memimpin koor anak-anak di gereja dan mengajar anak-anak ‘home-school‘ dan ia selalu bersemangat memberitakan Kristus. Sekitar sebulan yang lalu kami mendengar bahwa ia mengalami serangan aortic aneurysm, yaitu pembengkakan pembuluh aorta yang dapat beresiko pecah. Jika itu terjadi, maka ia dapat meninggal seketika. Hari itu, seharusnya kami berencana makan siang bersama, namun kami malah menerima telepon, bahwa Sr. Rosemary sedang dilarikan ke rumah sakit. Sore harinya kami besuk di rumah sakit, dan melihat Sr. Rosemary terbaring dengan slang infus menembus tangannya. Ia mengatakan bahwa ada kemungkinan ia akan dioperasi, walaupun kemungkinan berhasilnya sangat tipis, mengingat usianya yang sangat lanjut. Namun tanpa operasipun, keadaan juga sudah sangat parah, sebab cepat atau lambat pembuluh aortanya itu pasti pecah. Mendengar hal itu kami sangat sedih, membayangkan bahwa malam itu mungkin adalah pertemuan kami yang terakhir dengannya di dunia ini. Akhirnya kami bersama berdoa devosi Kerahiman Ilahi, sambil memohon belas kasihan Tuhan kepadanya. Di akhir kunjungan kami, ia berkata, dengan cerianya seperti biasa, “Don’t worry. I’ve been living my whole life preparing for death that I may see Jesus. Perhaps this is my time, and I am ready.” (“Jangan kuatir. Sepanjang hidupku aku telah mempersiapkan diri untuk mati, agar aku dapat melihat Yesus. Mungkin ini saatnya bagiku, dan aku sudah siap.)
Atas kemurahan dan mukjizat Tuhan, ternyata operasi yang dilakukan terhadap Sr. Rosemary berhasil. Ia masih diberi kesempatan hidup oleh Tuhan, atau diberi “extra- time” untuk melayani Tuhan, menurut Sr. Rosemary. Namun perkataannya menjelang operasi itu sungguh membekas di hati saya. Ya, seharusnya memang kita hidup seperti Sr. Rosemary; yaitu hidup memberikan diri kepada Tuhan dan sesama, dan dengan demikian, mempersiapkan diri untuk kematian kita, di mana kita akan bertemu dengan Tuhan Yesus yang mengasihi kita, dan yang kita kasihi.
Sudahkah kita berpikir tentang kematian?
Mungkin tak banyak dari antara kita yang senang berpikir tentang kematian. Perkataan kematian dapat membawa pikiran kita kepada liang kubur, atau tubuh kita akan membusuk dan berubah menjadi abu ataupun debu tanah. Melalui kematian, dipenuhilah firman Allah ini, “… sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kel 3:19). Hidup kita memang semata-mata adalah karunia Tuhan. Tuhanlah yang membentuk kita manusia dan memberikan nafas kehidupan kepada kita (lih. Kej.2:7). Dalam kehidupan ini kita bertumbuh, berjuang dalam suka dan duka. Namun semua ada waktunya, semua ada akhirnya. Nafas akan berhenti, umur kita tergenapi. Segalanya akan habis, barang apapun yang kita punyai di dunia ini tak ada sedikitpun yang dapat kita bawa. Semuanya berakhir, hanya jiwa kita saja yang masih hidup, dan menghadap kepada Tuhan, dengan membawa iman, pengharapan dan kasih. Jika kita merenungkan semua ini, tentu kita akan lebih bijaksana dalam menghadapi dan mengisi kehidupan. Sebab kita akan dapat melihat, mana yang penting bagi kehidupan kita selanjutnya di surga, dan mana yang tidak. Kita akan menjadi bijaksana menggunakan waktu yang ada, untuk semakin mengenal, mengasihi dan memuliakan Tuhan. Sebab Dia-lah yang akan kita jumpai setelah kehidupan ini. Dia-lah yang merupakan segala-galanya bagi kita, dan yang menjadi sumber dan puncak kebahagiaan kita yang sejati dan kekal selamanya!
Dasar Kitab Suci
Kitab Suci mengisahkan kepada kita mengapa sampai kita mengalami kematian, dan bagaimana seharusnya kita menyikapinya sebagai orang beriman.
1. Manusia mati karena dosa, dan tak seorangpun yang dapat berkuasa atas hari kematian.
Dari kisah Adam dan Hawa kita ketahui bahwa manusia mati karena dosa pertama yang dilakukan (lih. Kej 2:16). Menurut pengajaran Rasul Paulus, “Upah dosa ialah maut.” (Rom 6:23a). Semua orang yang berdosa, pada akhirnya akan mati (lih. Mzm 89: 48) dan tak ada seorangpun yang berkuasa atas hari kematian (Ams 11:19).
Maka kita melihat banyak contoh di dalam Kitab Suci bagaimana dosa, terutama dosa menghujat Tuhan, memimpin seseorang kepada maut, seperti pada banyak contoh dalam Perjanjian Lama. Atau mungkin yang paling jelas dalam Perjanjian Baru adalah kematian Yudas (lih. Kis 1:18) dan Herodes (Kis 12:19-23). Dosa yang inilah yang memisahkan kita dengan Allah.
2. Kematian Kristus membuka pintu perdamaian antara kita dengan Allah dan oleh kurban Kristus kita dapat memperoleh keselamatan dan hidup yang kekal.
Ketika kita masih berdosa dan menjadi seteru Allah, Kristus wafat bagi kita untuk mendamaikan kita dengan Allah; sehingga oleh darah-Nya kita dibenarkan (lih. Rom 5:9-10). Maka oleh Adam, kita manusia jatuh dalam dosa, sedangkan oleh Kristus kita memperoleh hidup yang kekal (lih. Rom 5:12-18). Oleh ketidaktaatan Adam kita semua jatuh dalam dosa, namun oleh ketaatan Yesus kita semua dibenarkan (lih. Rom 5:19). Kita menerima rahmat kehidupan kekal pada saat kita dibaptis di dalam kematian Kristus, untuk dibangkitkan bersama-sama dengan Dia dan memiliki kehidupan yang baru bersama Dia (lih. Rom 6:1-4).
3. Kematian ini dikalahkan oleh kebangkitan Kristus.
Kebangkitan Kristus dari kematian menjadi bukti bahwa kematian tidak berkuasa atas diri-Nya (lih. Rom 6:9). Ketika tubuh kita yang fana ini mengenakan Kristus, maka maut telah ditelan dalam kemenangan (lih. 1 Kor 15:53-57). Dengan kebangkitan Kristus dari kematian, Ia mengalahkan belenggu dosa dan maut, sehingga bahkan kematian sekalipun tidak dapat memisahkan kita dari kasih-Nya (lih. Rom 8:38-39). Oleh jasa Kristus ini, maka ketika kita tubuh kita mati, artinya kemah tempat kediaman kita di bumi dibongkar, Allah telah menyediakan tempat kediaman di sorga yang kekal (lih. 2 Kor 5:1).
4. Atas jasa Kristus itu, maka bagi orang percaya, kematian adalah seperti jatuh tertidur (fallen asleep), sebab kita mempunyai pengharapan akan kebangkitan dan hidup yang kekal.
Dengan Roh Kudus yang sudah diberikan kepada kita, maka Roh Kudus itu yang telah membangkitkan Yesus dari kematian, akan juga membangkitkan kita (lih. Rom 8: 11). Maka dengan demikian, kita yang “mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia” (2 Tim 2:11). Pada akhirnya, kita yang telah meninggal dalam Kristus akan dibangkitkan oleh Kristus, seperti Kristus bangkit setelah kematian-Nya. Kebangkitan badan ini akan terjadi di akhir jaman, saat Kristus turun dari sorga diiringi sangkakala (lih. 1 Tes 4:13-18).
5. Namun demikian, sebelum kita memperoleh kehidupan kekal, segera setelah kematian kita akan diadili.
Seperti yang kita ketahui dari kisah Lazarus dan orang kaya setelah kematian mereka (lih. Luk 16:19-31), kita mengetahui, bahwa manusia “ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibr 9: 27). Pada saat inilah kita diminta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita (lih. Luk 16:2) dan akan diadili sesuai dengan perbuatan kita (lih. 1 Pet 1:17, Rom 2:6). Lalu jiwa kita menerima akibat dari keputusan pengadilan ini. Inilah yang disebut Pengadilan Khusus.
Sedangkan pada akhir dunia nanti, kita akan kembali diadili di hadapan semua mahluk, dan segala perbuatan baik dan jahat akan dinyatakan, “Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak diketahui dan diumumkan.”(Luk 8: 17). Pada saat itu, seluruh bangsa akan dikumpulkan di hadapan tahta Kristus, dan Dia akan mengadili semua orang: yang baik akan dipisahkan dengan yang jahat seperti memisahkan domba dan kambing (lih. Mat 25: 32-33). Pengadilan ini merupakan semacam ‘pengumuman’ hasil Pengadilan Khusus setiap orang di hadapan segala mahluk. Inilah yang disebut Pengadilan Umum/ Terakhir. Hasil ini Pengadilan Umum ini akan memberikan penghargaan ataupun penghukuman terhadap jiwa dan badan. Selanjutnya tentang Pengadilan Khusus dan Umum, silakan klik di sini.
6. Kematian juga dapat berarti mati secara rohani karena dosa, dan kita membutuhkan pengampunan dari Tuhan untuk menghidupkan kita kembali secara rohani.
Rasul Paulus mengatakan bahwa kita telah mati secara rohani karena pelanggaran kita, namun kemudian dihidupkan kembali sesudah Allah mengampuni kita (lih. Kol 2 :13, Ef 2:1-5). Kita adalah orang- orang yang dahulu mati karena dosa, tetapi sekarang hidup oleh Allah, sehingga perlu menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada Allah (Lih. Rom 6:12-13). Kita tidak selayaknya hidup menuruti keinginan daging, bermewah- mewah dan berlebihan, karena jika demikian artinya kita sudah mati selagi masih hidup (lih. 1 Tim 5:6). Dari keadaan seperti inilah kita semua harus bangkit, untuk mengikuti terang Kristus (lih. Ef 5:14).
7. Kematian terhadap diri sendiri adalah jalan menuju kekudusan.
Rasul Paulus mengajarkan kepada kita agar kita mematikan segala sesuatu yang duniawi di dalam diri kita, agar kita dapat hidup sebagai manusia baru (Kol 3:5). Dengan hidup sebagai manusia baru, kita mempunyai Kristus yang menjadi pusat hidup kita. Sehingga, kita tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk kita (lih. 2 Kor 5:14-15). Dan hidup bagi Kristus dan di dalam Kristus ini adalah kekudusan, di mana kita dimampukan untuk mengasihi Tuhan dan sesama.
8. Jika kita hidup di dalam Kristus, maka kematian adalah suatu keuntungan.
Karena jika kita hidup menurut segala perintah-Nya, maka kita akan hidup untuk Kristus. Bagi umat beriman, kita tidak hidup untuk diri kita sendiri, dan juga tidak mati untuk diri kita sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan (Rom 14:8). Maka dengan selalu tinggal di dalam Dia, tidak menjadi soal apakah kita hidup atau mati. Rasul Paulus mengatakan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan,” (Flp 1:21) karena melalui kematian kita pergi untuk bertemu dengan Kristus dan diam bersama- sama dengan Dia (lih. Flp 1:23). Pada saat itulah, kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya (1 Yoh 3:2). Maka dalam arti kehidupan kekal ini, maka dapat dikatakan, “hari kematian lebih baik dari hari kelahiran” (Pkh 7:1).
9. Kematian orang dikasihi Tuhan berharga di mata Tuhan.
“Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya” (Mzm 116:15). Jiwa orang benar ada dalam tangan Allah, dan tidak ada siksaan yang menimpa mereka. Walau kematian mereka nampak sebagai malapetaka menurut pandangan orang bodoh, namun mereka sesungguhnya berada dalam ketentraman…. Sebab kasih setia Tuhan dan belas kasihan-Nya menjadi bagian orang-orang pilihan-Nya (lih. Keb 3:1-9).
10. Yesus berpesan agar kita tidak takut menghadapi kematian.
Yesus berkata, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yoh 14:1-3).
Menurut Bapa Gereja
1. St. Klemens dari Roma (96): “Ketika kita masih di dunia, mari kita bertobat dengan sepenuh hati… sehingga kita dapat diselamatkan oleh Tuhan…. Sebab, setelah kita meninggalkan dunia ini, kita tidak dapat mengaku dosa atau bertobat lagi.” ((St. Clement of Rome, Second Letter to the Corinthians, 8:2))
2. St. Ignatius dari Antiokhia (98- 117 ): “Lebih baiklah bagiku untuk mati karena Kristus, daripada hidup sebagai raja atas segala ujung bumi. Aku mencari Dia, yang wafat untuk kita; aku menghendaki Dia, yang bangkit demi kita. …” ((St. Ignatius of Antioch, Rom 6:1-2))
3. Tertullian (abad ke 2): Kematian mengacu kepada sesuatu yang kehilangan prinsip vital yang membuatnya hidup. Maka tubuh yang kehilangan hidup ini menjadi mati…. Karena tubuh kita telah mati di dalam Adam, maka tubuh kita akan dibuat hidup di dalam Kristus. ((Lihat Tertullian, Against Marcion, Bk.5, Chap.9))
4. Aphraates (270-345): Ketika manusia meninggal dunia…. Hakim itu [Kristus] akan duduk, dan buku-buku kehidupan akan dibuka; dan perbuatan- perbuatan baik dan buruk akan dibacakan, maka mereka yang berbuat baik akan menerima penghargaan, dan mereka yang melakukan perbuatan- perbuatan jahat akan menerima hukuman dari Hakim yang adil. ((Aphraates, Demonstrations, 8:20)).
5. St. Agustinus (354-430): Setelah meninggalkan tubuh, jiwa diadili, sebelum ia dihadapkan pada penghakiman terakhir, saat tubuh dibangkitkan untuk bersatu dengan jiwa itu. Ini seperti pada kisah Lazarus yang miskin yang dibawa ke pangkuan Abraham, sedangkan orang kaya itu ke neraka; segera setelah kedua orang itu meninggal dunia (Luk 16:22-). ((St. Augustine, On the Soul and its Origin, Bk. 2, Chap. 4)) Semua jiwa yang meninggalkan dunia ini mempunyai penerimaan yang berbeda-beda, yang baik menerima suka cita, yang jahat menerima neraka. Setelah kebangkitan badan terjadi, baik suka cita mereka yang baik akan menjadi lebih penuh, dan siksa mereka yang jahat juga semakin besar, sebab mereka juga tersiksa dengan badan mereka…. ((St. Augustine, On the Gospel of John, 49:10))
6. St. Teresa Avilla: “Aku ingin melihat Tuhan, dan untuk melihat-Nya, aku harus mati.” ((St. Teresa of Avilla, Life, Ch.1))
7. St. Therese dari Lisieux: “Aku tidak mati, aku memasuki kehidupan.” ((St. Therese of Lisieux, The Last Conversations))
Pengajaran Gereja Katolik tentang Kematian
KGK 1006 ….. “Dan untuk mereka yang mati dalam rahmat Kristus, kematian adalah “keikut-sertaan” dalam kematian Kristus, supaya dapat juga mengambil bagian dalam kebangkitan-Nya (Lih. Rm 6:3-9, Flp 3:10-11).
KGK 1007, 1013 Kematian adalah akhir dari kehidupan di dunia; Kematian adalah akhir dari perziarahan menusia di dunia.
KGK 1008 Kematian adalah konsekuensi dari dosa:… kematian telah masuk ke dalam dunia, karena manusia telah berdosa (Bdk DS 1511).
KGK 1009 Kematian diubah oleh Kristus: Ketaatan Yesus telah mengubah kutukan kematian menjadi berkat (Lih. Rom 5:19-21).
KGK 1010 Oleh Kristus kematian Kristen mempunyai arti positif. “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp 1:21) “Benarlah perkataan ini: jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia”(2 Tim 2:11)….
KGK 1011 Dalam kematian, Allah memanggil manusia kepada diri-Nya. Karena itu, seperti Paulus, warga Kristen dapat merindukan kematian: “Aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” (Flp 1:23) Dan ia dapat mengubah kematiannya menjadi perbuatan ketaatan dan cinta kepada Bapa, sesuai dengan contoh Kristus (lih Mat 23:46)
KGK 1014 Gereja mengajak kita, supaya kita mempersiapkan diri menghadapi saat kematian (“Luputkanlah kami dari kematian yang mendadak ya Tuhan” – Litani semua orang kudus), supaya mohon kepada Bunda Allah agar ia mendoakan kita “pada waktu kita mati” (doa “Salam Maria”) dan mempercayakan diri kepada santo Yosef, pelindung orang-orang yang menghadapi kematian:
“Dalam segala perbuatanmu, dalam segala pikiranmu, hendaklah kamu bertindak seakan-akan hari ini kamu akan mati. Jika kamu mempunyai hati nurani yang bersih, kamu tidak akan terlalu takut mati. Lebih baik menjauhkan diri dari dosa, daripada menghindari kematian. Jika hari ini kamu tidak siap, apakah besok kamu akan siap?” (Mengikuti Jejak Kristus 1,23, 1)….
Sudahkah kita siap?
Akhirnya, mari bersama-sama kita merenungkan, sudahkah kita siap menghadapi kematian kita? Ini merupakan pertanyaan yang mudah dijawab dengan mulut namun sebenarnya tidak semudah itu, jika itu melibatkan segala konsekuensinya. Sebab walaupun kita telah memperoleh janji keselamatan dan kehidupan kekal, namun kita harus memperjuangkannya selama kita masih hidup di dunia ini, agar kita dapat menerimanya (lih. Flp 2:12). Apakah kita telah sungguh mengenal Allah dan mengimani Kristus? Apakah kita telah mengasihi Tuhan dengan segenap hati kita? Dan mengasihi sesama demi kasih kita kepada Tuhan? Apakah kita telah merindukan persatuan dengan Tuhan dan kehidupan surgawi yang Tuhan janjikan? Apakah kita mau hidup dalam pertobatan terus menerus sampai pada akhir hidup kita?
Ada baiknya pertanyaan- pertanyaan terus kita renungkan dalam hati kita, agar kita mengingat bahwa hidup kita di dunia ini adalah sementara. Namun, Tuhan telah mempersiapkan kehidupan yang kekal bagi kita orang-orang percaya. Mari kita senantiasa berdoa agar kita setia dalam iman, pengharapan dan kasih, sehingga pada saatnya nanti, kita melihat penggenapan firman ini:
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Kor 2:9).
Shalom, saya mengenal katolisitas secara kebetulan dan saya amat tertarik dengan setiap artikel2 di situs ini dapat membantu mendalami iman katolik saya. Artikel kesaksian Bu Ingrid dan Pak Stefmerupakan artikel pertama saya kenali dan begitu menyentuh perasaan saya serta membuatkan saya membaca lebih banyak artikel lagi dalam situs ini. Tahniah kepada team katolisitas. Saya ingin mengemukakan persoalan yang telah lama bermain dibenak saya. Adakah diperbolehkan dalam gereja katolik mengkristiankan orang yang telah lama meninggal dunia sedangkan si mati telah beragama kristian dari denominasi kristian lain. Saya pernah melihat upacara mengkristiankan si mati menjadi katolik dan mereka memberikannya nama baru. Saya… Read more »
Shalom Hadi,
Terima kasih atas dukungan Anda untuk karya kerasulan katolisitas. Di dalam Gereja Katolik tidak ada mengkristenkan orang yang telah meninggal, karena Gereja Katolik percaya “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27) Dengan demikian, segera setelah orang meninggal, maka akan terjadi penghakiman khusus. Penghakiman ini berdasarkan perbuatan mereka (lih. Why 20:12). Jadi, tidak ada gunanya melakukan upacara pengkristenan setelah meninggal. Kalau arwah tersebut berada di Api Penyucian, maka doa-doa kita dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Apakah boleh di sore hari nyekar saat 40 harian org meninggal, akan tetapi mengadakan perkumpulan doa di malam hari? Atau harus nyekar besoknya sesudah didoakan di rumah? Terima kasih
Salam NN,
“Nyekar” ialah kata kerja dalam bahasa Jawa yang merupakan bentukan dari kata dasar “sekar” yang berarti “bunga”. Nyekar berarti memberikan bunga tabur di atas makam. Boleh saja Anda melakukannya kapanpun sesuai waktu yang Anda luangkan untuk kegiatan itu. Motivasinya ialah dengan kasih mengenang almarhum/ah untuk mengambil inspirasi hidup dari sikapnya semasa hidup dan mendoakannya.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Ketika seseorang meninggal dan kerabat orang tersebut mengatakan bahwa “orang tersebut telah dijemput oleh Kristus ke Surga” atau bahwa “orang tersebut telah berpulang ke Surga” atau bahwa “orang tersebut telah berdamai dengan Tuhan di Surga”. Apakah pernyataan pernyataan seperti itu bertentangan dengan ajaran Katolik? [dari katolisitas: Hanya Tuhan saja yang tahu bahwa seseorang masuk ke Sorga atau Api Penyucian atau neraka. Namun, sebagai umat beriman kita harus menaruh pengharapan kepada Tuhan, bahwa iman dan pengharapan kita kepada-Nya tidaklah sia-sia. Jadi, mari kita percayakan kepada belas kasih Allah semata. Kalau Tuhan memandang bahwa orang yang dipanggil masih belum sempurna dalam kasih… Read more »
yang terkasih, tim katolisitas
saya mau bertanya, kenapa sih orang Katolik yg meninggal, dalam petinya kok dibawakan baju-baju, rosario, dan perlengkapan yg lain?
trims
[Dari Katolisitas: Rosario dan crucifix disertakan di dalam peti jenazah, sebagai tanda imannya sebagai seorang Katolik. Sedangkan baju-baju jika disertakan, itu tidak menjadi ketentuan. Yang menjadi prinsip adalah kita menghormati orang yang meninggal, sehingga jika disertakan barang-barang yang menjadi kesukaannya selama hidupnya, itu adalah dalam rangka menghormatinya.]
Dalam kematian manusia pengertiannya apakah daging berpisah dengan roh atau bagaimana ? Tidak bisa didapat didalam Beibel Perjan Baru maupun Beibel Perajan Baru. Seperti yang kita ketahui dari kisah Lazarus dan orang kaya setelah kematian mereka (lih. Luk 16:16-31), kita mengetahui, bahwa manusia “ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibr 9: 27). Pada saat inilah kita diminta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita (lih. Luk 16:2) dan akan diadili sesuai dengan perbuatan kita (lih. 1 Pet 1:17, Rom 2:6). Lalu jiwa kita menerima akibat dari keputusan pengadilan ini. Inilah yang disebut Pengadilan Khusus. Kalau kita sebagai… Read more »
Shalom Pendet Aliane, Hal Penghakiman oleh Tuhan, itu diajarkan bukan hanya oleh Rasul Paulus, tetapi pertama-tama oleh Allah sendiri, yang sudah mengatakannya dalam Perjanjian Lama, dan Kristus juga mengajarkannya dalam Injil, dan karena itu para Rasul juga mengajarkannya. Penghakiman Allah itu, maksudnya adalah akan ada konsekuensi dari segala perbuatan kita. Allah akan membalas kepada manusia menurut perbuatannya. Dalam Perjanjian Lama, ayat-ayat yang mengajarkan hal ini, ada cukup banyak (lih. Ams 24:12, 29; Mzm 62:12, Sir 16:12. Kristus sendiri mengajarkan tentang penghakiman ini: “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur,… Read more »
Mengenai tulisan tentang St. Therese dari Lisieux: “Aku tidak mati, aku memasuki kehidupan”, minta tolong beri tahu tentang penerbit, judul buku, tahun terbit, edisi, karena saya ingin mencantumkan referensi dari quotes tersebut untuk bahan paper saya, trimakasih
Shalom Moses, Kutipan tersebut ada dalam catatan riwayat hidup St. Therese of Liseux (St. Teresia Kanak- kanak Yesus) di link Vatikan, yang dapat anda baca di link ini, silakan klik. Berikut kutipan alineanya: “While her health declined and the time of trial continued, she began work in the month of June on Manuscript C, dedicated to Mother Marie de Gonzague. New graces led her to higher perfection and she discovered fresh insights for the diffusion of her message in the Church, for the benefit of souls who would follow her way. She was transferred to the infirmary on 8 July.… Read more »
Yth katolisitas, seringkali orang-orang kristiani (katolik dan kristen) menjalankan: doa 40 hari, doa 100 hari setelah kematian orang yg meninggal, atau bahkan 210 hari gitu ya…kira-kira jumlah hari dan jumlah-jumlah hari lainnya, atau bahkan juga pada masa-masa: kehamilan, yaitu: tiga bulanan, nujuh bulanan, masa kehamilan, dan serangkaian tradisi tradisi dan budaya. yang mana: juga dari Keturunan Tionghoa, juga keturunan Arab, Jawa, Sunda, dll….dll……Bahkan juga Kristiani termasuknya. Tanya saya: 1) sebenarnya apakah itu sejalan dengan ajaran Yesus Kristus ? 2) Apakah Gereja Katolik (Magisterium) dan Injil, lalu menjadi menyesuaikan diri dengan adat istiadat atau budaya, shg: akhirnya terlaksana seperti tadi saya… Read more »
Salam Sartika, Jawaban atas pertanyaan no 1 dan 2: Gereja Katolik menghargai apa yang baik yang sudah ada dalam kebiasaan suatu wilayah kebudayaan tertentu, lalu memasukinya dengan Injil. Gereja Katolik menolak unsur-unsur budaya yang tidak baik yang bertentangan dengan ajaran Kristus. Mendoakan orang meninggal ialah pekerjaan sehari-hari Gereja Katolik dalam perayaan Ekaristi harian. Karena itu, kebiasaan mendoakan arwah pada hari ke 3, ke 7, ke 40, ke 100, dan ke 1000 setelah meninggalnya sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Katolik, karena Gereja Katolik sendiri menyediakan waktu mendoakan arwah setiap hari. Jawaban atas pertanyaan no 3: Hewan korban versi Perjanjian Lama… Read more »
Shaloom bapak atau ibu, saya mau bertanya lagi: apa yang menjadi pendasaran sebuah ajaran tentang hal-hal yang terjadi seputar kematian (mulai dari gejala sampai setelah kematian) ? Karena kita semua belum pernah mengalami kematian? Setiap agama mempunyai ajarannya masing-masing tentang sesuatu setelah kematian, seperti dalam Kitab Suci, disebut kelompok yang percaya dengan kebangkitan orang mati dan yg lain tidak percaya. Bagaimana posisi ilmu-ilmu modern seperti antropologi, kedokteran, psikologi, yang juga memberi perhatian tentang pandangan manusia terhadap sesuatu di balik kematian. Bagaimana kekristenan mendefinisikan sebuah kematian? Apakah berbeda dengan kedokteran? Ilmu psikologi / kedokteran juga meneliti beberapa pandangan / gejala orang… Read more »
Shalom Feliz,
Kematian menurut iman Kristiani, sudah pernah dibahas di artikel di atas, silakan klik.
Sedangkan untuk mati suri, sudah pernah sekilas dibahas di jawaban ini, silakan klik.
Situs ini adalah situs Katolik, sehingga yang kami bahas di sini adalah topik- topik menurut pengajaran iman Katolik. Maka kami tidak dalam posisi untuk membahas hal mati suri/ near death experience menurut ilmu kedokteran, psikologi ataupun menurut agama lain. Mohon dapat dipahami.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Perut saya mulas membaca ini, mungkin karena saya takut dan tidak siap. Oh Tuhan bantu aku menghadapi peristiwa perjumpaanku dengan Dikau dengan baik…
apa kita akan bertemu kembali dengan orang2 yang tinggal di bumi bersama kita? apakah nantinya kita masih akan mengenali mereka? dan bagaimana wujud kita nanti disana? apakah kita masih akan mengingat tentang kehidupan kita di bumi? berapa lama kekekalan tersebut dan berapa lama kita hidup seperti itu?
jujur banyak sekali pertanyaan di benak saya bahkan saya takut untuk membayangkannya. terima kasih. Tuhan memberkati
Shalom Pri, Di surga kelak kita akan berjumpa kembali dengan orang- orang yang tinggal bersama kita (dan orang- orang lain juga) yang sama- sama masuk ke surga. Karena di Surga segala sesuatunya sempurna, termasuk seluruh keberadaan kita (termasuk akal budi dan perasaan) maka besarlah harapan kita, bahwa di surga kita akan mengenali orang- orang yang kita kenal di dunia ini. Tentang bagaimana keadaan kita nantinya, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Jika dikatakan bahwa di kehidupan di Surga adalah kekal, maka di Surga tidak ada batas waktunya, atau selama- lamanya. Surga tidak lagi terbatas oleh waktu seperti di bumi… Read more »
setelah membaca beberapa komentar dari sesama saudara , saya sanagt terkesan denga tanya jawab yang dilakukan oleh mereka sebab menambah pengetahuan bagi saya mengenai apa arti dari pada yang akan kita akhiri dengan senyum. diakahir kata saya inigin mengajukan satu pertanyaan bt yang sempat membaca situs ini. tlg jelaskan apa perbedaan, antara BAPA PUTERA DAN ROH KUDUS dengan BAPA ROH KUDUS PUTERA. saya tunggu jawabannya.
Shalom Kasianus, Mohon maaf saya tidak begitu paham akan pertanyaan anda. Maka saya menjawab berdasarkan pemahaman saya akan apa yang anda tanyakan, dan sekiranya belum menjawab, silakan bertanya kembali. Ketiga Pribadi Allah dalam Trinitas adalah Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus, sehingga jika ingin disingkat, disebut sebagai Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Urutannya memang adalah Bapa terlebih dahulu, lalu Putera yang berasal dari Bapa; baru kemudian Roh Kudus yang berasal dari Bapa dan Putera. Namun tidak ada dimensi waktu yang membatasi Allah, sehingga ketiga hubungan asal ini terjadi sekaligus sebagai awal dari segala sesuatu: tidak ada yang… Read more »
Salam Tim Katolisitas,
Terima kasih buat informasinya. Saya mempunyai pertanyaan mengenai pedoman menguruskan jenazah orang mati menurut aturan Gereja Katolik. Untuk mempermudahkan tim menjawab soalan ini,saya sempitkan kepada soalan soalan berikut:
i. Apakah doa doa yang boleh di doakan menjelang sekaratnya seseorang yang sakit?
ii. Pada saat kematian seorang katolik, bagaimanakah caranya menguruskan jenazah si mati menurut cara yang MURNI Katolik?
Sekian dari saya,
Linda Miriam
Shalom Linda Miriam, 1. Yang terbaik untuk dilakukan pada orang yang menjelang ajal adalah memanggil Pastor/ imam untuk menerimakan kepadanya Sakramen Pengurapan orang sakit. Jika sudah dilakukan, lalu pada saat ajalnya kita dapat menghantarnya dengan doa- doa, sesungguhnya doa apapun dapat didoakan demi keselamatan jiwa orang yang kita doakan. Sebagai contohnya adalah doa Rosario atau doa Kerahiman Ilahi. Tuhan Yesus berjanji kepada St. Faustina Kowalska, bahwa jika kita mendoakan doa ini menjelang ajal, maka Tuhan Yesus akan datang sebagai pembela. Sedangkan doa rosario memang merupakan doa yang indah menjelang ajal, karena memang itulah didoakan pada setiap butir Salam Maria, agar… Read more »
dear Ingrid,
Terima kasih atas jawapan dan tanggapannya. Sungguh membantu
Lin Miriam
Bagaimana perbedaan antara tubuh orang mati yang dibangkitkan pada hari penghakiman, tubuh Lazarus yg dibangkitkan Yesus, tubuh Bunda Maria dan beberapa nabi yg diangkat langsung ke surga tanpa melalui kematian dan akhirnya Tubuh Yesus yg bangkit dari maut dan naik ke surga ?
Shalom Andryhart, Berikut ini adalah jawaban yang diberikan oleh pembimbing Theologis situs Katolisitas, Dr. Lawrence Faingold, STD, tentang tubuh kebangkitan yang anda tanyakan: 1. Lazarus dibangkitkan oleh Yesus untuk kembali hidup, sehingga tubuhnya kembali seperti sedia kala, namun kemudian Lazarus ini juga meninggal dunia. Dan dalam hal ini ia masih harus menunggu sampai kebangkitan badan di akhir jaman. 2. Kebangkitan badan para orang- orang yang dibenarkan oleh Tuhan di akhir jaman akan merupakan tubuh yang mulia, seperti tubuh yang dimiliki oleh Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Walaupun demikian, akan terdapat tingkatan- tingkatan kemuliaan; di mana Kristus mempunyai kemuliaan yang sempurna… Read more »
Pax Christi, Saya Raymund, terkait dengan artikel ini, saya ingin menanyakan perihal mati suri, bagaimanakah hal ini dipandang secara katolik? Kemudian saya juga ingin menanyakan perihal makam, adakah aturan khusus mengenai hal-hal yang terkait dengan makam dalam katolik seperti : mengapa harus di dalam peti, mengapa mengenakan pakaian tidak kain kafan seperti yang dicontohkan yesus, dll? Juga mengenai peristiwa sebelum meninggal, dalam beberapa kasus, bagi mereka yang akan meninggal seolah-olah melihat sesuatu seperti kerabatnya yang sudah lebih dulu meninggal. Bagaimanakah ini dipandang secara Katolik? Ada lagi, apakah ada malaikat tertentu yang menjemput manusia di kala kita meninggal nanti? Adakah siksa… Read more »
Shalom Raymundus, 1. Mengenai mati suri. Sepanjang pengetahuan saya, Gereja Katolik tidak pernah secara khusus menjelaskan tentang mati suri ini. Kalaupun ada ayat yang mengindikasikan adanya pengalaman ini, itu disebutkan tanpa secara jelas menjelaskan bagaimana secara persisnya hal itu terjadi (lih. 2 Kor 12: 2-4), dan mengapa hal itu terjadi. Namun berdasarkan beberapa kesaksian, bahkan dari kalangan Katolik sendiri, kemungkinan memang hal itu dapat terjadi, seperti yang dialami oleh Fr. Steven Scheier, seperti yang pernah dituliskan di link ini, silakan klik; atau oleh Dr. Gloria Polo, silakan klik. Terus terang, hal mati suri atau yang mungkin dalam bahasa Inggris dikenal… Read more »
Salam damai sejahtera
Dear pengasuh Katolisitas.
Kita semua tau bahwa setiap orang satu kali nanti akan mati.
Ada seorang kawan yang bertanya pada saya sbb :
JIKA SAYA MATI HARI INI, apa yang harus dipersiapkan untuk menghadap Tuhan ?
Apa reaksi kita jika hari ini disuruh menghadap Tuhan ?
Apa penilaian kita jika harus mati hari ini ?
Barangkali Pengasuh bisa menolong untuk men-jawabnya.
Terima kasih
Salam
mac
Shalom Machmud, 1. Pertama- tama yang dapat dipersiapkan jika kita wafat hari ini, adalah pertobatan yang tulus. Karena hanya dosalah yang memisahkan kita manusia dari Tuhan. Oleh karena itu, kita perlu bertobat, menyesali dosa- dosa kita dan memohon rahmat pengampunan Allah. Kita harus kembali kepada Allah Bapa seperti kisah anak yang hilang yang kembali kepada bapanya (lih. Luk 15:11-32). Maka, karena kita tidak tahu kapan saatnya ajal menjemput kita; kita harus selalu mempunyai sikap tobat ini setiap hari. Itulah sebabnya, setidak-tidaknya, sekali pada waktu malam hari, kita memeriksa batin dan memohon ampun kepada Tuhan atas segala dosa dan kesalahan yang… Read more »
Dear Machmud & Bu Ingrid serta rekan 2 Katolisitas . Saya ingin menuliskan apa yang saya pernah dengarkan soal mati dan hidup dari sudut spiritualitas . Beberapa hal yang jadi pertanyaan adalah sbb : 1. Apakah yang tersisa dari diri kita saat kita mati . Yang jelas , tubuh beserta otak akan musnah menjadi debu , dengan demikian ada pendapat kuat semua yang ada dalam benak (pikiran , memory ,kepandaian ) kita juga akan musnah ( mungkin ini artinya Tuhan berkata ; semua nya akan musnah kecuali sabda Ku .), lalu yang tertinggal untuk nantinya menghadap Tuhan adalah hanya Jiwa… Read more »
Shalom Paulus, 1. Agaknya ada yang kurang tepat dalam pandangan yang anda tuliskan. Sebab pada saat kita mati, yang musnah adalah tubuh jasmani kita, tetapi jiwa tetap hidup, beserta dengan segala kemampuan jiwa, yaitu pikiran, memori, akal budi. Jadi jiwa yang tetap hidup itu juga bukan jiwa yang kosong dan tidak tahu apa- apa, tetapi jiwa yang memiliki kemampuan (faculty of the soul). St. Thomas Aquinas membedakan dua unsur dalam diri manusia, yaitu tubuh dan jiwa, dan dengan demikian tidak membedakan antara jiwa dengan hati, ataupun antara jiwa dengan roh. Sebab yang dimaksudkan di sini adalah jiwa yang rohani, sehingga… Read more »
Dear Ibu Inggrid, Maaf jika pertanyaan saya agak melenceng dari topik ini. Saya mau tanya mengenai ziarah kubur. Seringkali kita melakukan ziarah ke makam keluarga dan juga leluhur kita. Banyak kebiasaan yang dilakukan oleh orang ketika berziarah. Belum lama ini juga saya bersama suami pergi ke tempat asal suami di luar Jawa. Kita memang berbeda budaya, jadi saya ikut saja selama kunjungan ke tanah kelahirannya. Setiap kali ke makam yang dilakukan adalah membawakan bunga, makanan, rokok, daun sirih dsb. Dalam kepercayaan mereka sepertinya orang yang sudah meninggal tetap bisa berhubungan dengan orang yang masih hidup. Yang jadi pertanyaan saya :… Read more »
Shalom Monika, 1. Sebenarnya, kebiasaan sesajen tidaklah sesuai dengan ajaran Gereja Katolik. Sebab orang yang sudah meninggal dunia itu sudah tidak lagi dapat menikmati makanan- makanan ataupun minuman. Namun jika makanan- makanan kesukaan orang yang meninggal itu dibuat hanya untuk mengenang orang yang meninggal (misalnya sengaja dibuat pada hari peringatan meninggalnya orang tersebut), lalu dimakan oleh anggota keluarga, itu boleh- boleh saja, namun tidak perlu ada ritus sembayangan atau apapun untuk ‘menghantar’ makanan tersebut kepada jiwa orang yang meninggal. Karena tubuh orang yang meninggal sudah bersatu dengan tanah, dan jiwanya sudah tidak dapat menikmati makanan. Jadi bakti yang terbaik, menurut… Read more »
Salam buat ibu Ingrid, Aku hanya ingin bertanya tentang kematian, dari berbagai argument yang dipaparkan oleh beberapa bapa gereja mula-mula, bahwa, menurut St. Paulus, bahwa “upah dosa adalah maut” tetapi saya membaca kitab Suci PL, bahwa Nabi Henok dan Nabi Elia tidak mati, tetapi diangkat ke seruga, karena kesetiaan mereka. Apakah mereka tidak berdosa? atau Allah mempunyai rencana tersendiri kepada kedua orang itu? ini sekedar untuk mengetahui mengapa mereka diangkat ke surga? kenapa santo Petrus tidak dan Paulus tidak demikian? mohon penjelasan, semoga dengan jawaban atau tanggapan ibu dapat memperkuat iman saya akan gereja katolik. Amin Aku hanya berdoa kepada… Read more »
Shalom Aquilino, Ya, benar, bahwa upah “dosa asalah maut” (Rom 6:23). Namun Alkitab menunjukkan bahwa Allah dapat membuat perkecualian terhadap orang-orang tertentu, seperti terhadap nabi Henokh dan nabi Elia yang tidak mati, tetapi diangkat ke surga. Alkitab tidak mengatakan bahwa mereka tidak berdosa, sebab akibat dosa asal dari Adam telah turun juga atas mereka, sebab dikatakan, “dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [yaitu Adam], dan oleh dosa itu juga maut.” (Rom 5:12) Namun meskipun mereka mempunyai dosa asal, namun karena kehidupan yang akrab dengan Allah seumur hidupnya, maka nabi Henokh diangkat oleh Allah (Kej 5:24) dan demikian… Read more »
Maaf kalau sudah pernah ditanyakan. Jadi, sebenarnya, apa ziarah ke makam itu dilarang?
Terima Kasih…
Shalom,
Monica
Shalom Lay Monica, Gereja Katolik mengajarkan umatnya untuk berdoa bagi jiwa- jiwa orang-orang yang sudah meninggal dunia. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Maka, Gereja Katolik tidak melarang umatnya mengunjungi kubur, malahan mengajarkan umatnya untuk mengunjungi kubur dan berdoa bagi jiwa- jiwa orang-orang yang sudah wafat tersebut, dengan mendoakan doa Bapa Kami dan doa Aku Percaya (lihat Konstitusi Apostolik Indulgentiarum Doctrina, n. 16); dan jika kita melakukan hal ini malah dapat memperoleh indulgensi penuh, demikian kutipannya, (untuk membaca dokumen tersebut selengkapnya, klik di sini): n.16—The work prescribed for acquiring a plenary indulgence connected with a church… Read more »
Shallom Bpk Stephanus, Maaf atas angka saya yg salah, maksud saya, jumlah 144.000 orang itu adalah orang orang selamat pilihan Allah dari manusia yg masih hidup dan bangkit bersama badan yg masih utuh, pada saat akhir zaman ( kedatangan Kristus ke-2 ), yg naik dan masuk surga ( ini sesuai dengan pengertian bapak di artikel & penjelasan terkait ), bukan maksud saya bagi orang orang yang telah duluan meninggal….Saya pernah mendapat penjelasan bahwa di surga itu telah ada dan akan ada kelompok kelompok : 1. Tuhan Yesus, dan Bunda Maria 2. para malaikat 3. para nabi & orang kudus (… Read more »
Shalom Yanti, Terima kasih atas pertanyaannya. Mari kita membahasnya satu persatu-satu. 1) Tentang 144,000: Kalau diartikan bahwa 144,000 orang adalah orang-orang pilihan Allah dari manusia yang masih hidup, maka pertanyaannya sejak mulai tahun berapa perhitungan 144,000 dimulai? Apakah tahun ini, apakah 10 tahun sebelumnya, 100 tahun atau berabad-abad sebelumnya? Oleh karena itu, dalam artikel "Saksi Yehuwa bukan saksi Kristus", saya mencoba untuk memberikan argumentasi bahwa hanya 144,000 yang masuk Sorga menyalahi logika dan tidak konsisten dalam menginterpretasikan Alkitab. Kalau 144,000 diartikan sebagai kelompok orang yang naik ke Sorga saat Yesus datang kedua kali, maka pengertian ini tidak mempunyai dasar Alkitab… Read more »
Shallom…. Sampai saat ini, saya masih sedikit bingung tentang argumen ini : keselamatan setelah kematian, karunia / anugrah dari Bapa, atau hasil usaha kita sendiri ? Mengapa saya berkata & bertanya demikian, karna menurut orang Kristen dan Kitab Suci, setelah pengadilan terakhir, yang terselamatkan dan tinggal di surga hanya 200.000 orang saja, artinya hanya orang orang pilihan saja yang dikaruniakan keselamatan kekal, dan kalau begitu bagaimana orang orang Katolik yang sungguh percaya Yesus dan hidup dalam Kristus ( maksud saya : berusaha hidup kudus selama masa hidup )…..jadi apa maksudnya pengertian tersebut di Alkitab ? Seolah olah usaha kita hidup… Read more »
Shalom Lucia Yanti, Terima kasih atas pertanyaannya tentang beberapa hal. Mungkin ada baiknya pertanyaannya dilakukan satu-persatu, sehingga jawabannya dapat lebih terfokus. 1) Untuk mengetahui konsep keselamatan, maka Lucia dapat membaca beberapa tanya jawab ini di arsip tanya jawab: Sesudah selamat lalu apa? – Oct 27, 2009 Keselamatan dan hubungannya dengan Baptisan – Sep 21, 2009 Kasih dan keadilan Allah yang dimanifestasikan melalui pengorbanan Kristus – Aug 31, 2009 Apakah keselamatan yang sudah diperoleh melalui Pembaptisan dapat hilang? – Aug 25, 2009 Keselamatan adalah anugerah Allah? – Aug 18, 2009 Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk… Read more »
Tolong bantu saya menemukan kajian, ulasan tentang kematian dari sudut pandang alkitab. Adakan buku-buku literatur tentang hal ini? Di situs ini pun artikel atau bahasan-bahasan tentang kematian tidak saya jumpai. Mohon bisa dibantu. Terima kasih.
[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini telah dijawab di atas, silakan klik]
[Dari Admin Katolisitas: Tulisan berikut ini adalah dari Machmud, kami gabungkan dengan tulisan berikutnya yang satu topik, dan kami edit karena terlalu panjang, dan karena ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik] Salam damai sejahtera Dear Sdr.Markus Sargani …….. APA YANG TERJADI PADA WAKTU KEMATIAN Mazmur 116 : 15 = Berharga dimata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya ……….. Kita semua antri , tidak tahu siapa yang akan berangkat lebih dahulu, tidak tahu nomor antriannya. Sebab itu kita harus siap. Kemana sesudah mati ? Kalau seorang tidak tahu kapan mati juga tidak tahu ke mana sesudah mati,… Read more »
Shallom, Jika kita ingin mengalami bagaimana perasaan seseorang ketika menghadapi kematiannya, kita bisa menciptakan suatu keadaan yang menyerupai saat-saat menjelang kematian. Caranya adalah dengan berenang dalam kegelapan malam pada sebuah kolam renang yang besar (tentunya dengan syarat kita harus pandai berenang). Jika kita percaya pada apa yang kita miliki (kepandaian berenang) dan bisa menyerahkan diri sepenuhnya pada air (di malam hari, air terasa lebih hangat karena menyerap panas siang), maka kita akan dapat terapung tanpa menggerakan badan kita. Kita dapat menikmati kenyamanan ini karena kita bisa berdoa, bermeditasi atau berkontemplasi dalam situasi yang tenang, damai kendati gelap pekat tanpa cahaya… Read more »