[Hari Minggu Pekan Biasa ke-VIII: Yes 49:14-15; Mzm 62:2-9; 1Kor 4:1-5; Mat 6: 24-34]

Umumnya orang hidup ingin bahagia. Bukankah begitu? Walaupun jalan yang ditempuh setiap orang tidak sama, tetapi setiap dari kita sama- sama menjalani hidup untuk berusaha mencapai kebahagiaan itu. Hari ini bacaan Kitab Suci mengingatkan kita akan salah satu kuncinya. Yaitu, dua kata saja: Jangan kuatir. Tuhan Yesus mengingatkan kita agar kita jangan kuatir akan hari esok, sebab hari esok mempunyai kesusahannya sendiri (Mat 6:34). Tentang hal ini, nampaknya kita perlu belajar dari anak-anak kecil. Atau kita dapat mengingat kembali saat kita masih kanak-kanak dulu. Umumnya, anak-anak selalu ceria, mudah tertawa dan mudah tertidur, mungkin karena tidak punya terlalu banyak pikiran. Sayangnya, semakin bertambahnya umur, keceriaan dan tawa bisa berkurang, dan sejumlah orang mulai dapat mengalami susah tidur. Rupanya, semakin dewasa, orang cenderung mengkhawatirkan banyak hal, sehingga berkuranglah keceriaan dan damai sejahtera yang seharusnya dialami setiap hari. Mungkin itulah sebabnya, ada banyak sekali kata ‘jangan takut’ atau ‘jangan kuatir’ ditulis dalam Kitab Suci. Konon jumlahnya ada 365 kali, untuk mengingatkan kita setiap hari dalam setiap tahun, yaitu agar kita tidak lekas takut dan kuatir akan apapun dalam hidup ini.

Apakah mungkin kita bisa hidup tanpa merasa takut? Sabda Tuhan mengajak kita untuk merenungkan bahwa, “Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan….” (1Yoh 4:18) Dan kasih yang sempurna itu datang dari Allah, namun mungkin sampai seumur hidup-pun, kita tak akan mampu memahami dalamnya kasih Allah itu kepada kita. Hari ini, Tuhan mengingatkan kita, walau dalam keadaan terburuk sekalipun, yaitu kalau sampai ibu kandung kita melupakan kita, Tuhan tetap tidak akan pernah melupakan kita (lih. Yes 49:14-15). Allah selalu menyertai kita setiap hari, dan tidak pernah meninggalkan kita, walaupun mata jasmani kita tidak melihat Dia. Ia adalah gunung batu kekuatan dan tempat perlindungan kita (Mzm 62:7,9). Ia menjaga dan memelihara kita tiap-tiap hari. Betapa kita perlu mengingatkan diri kita sendiri akan hal ini, yaitu bahwa Allah kita adalah Tuhan yang setia, dan peduli akan segala persoalan kita. Sebab di mata Tuhan, kita jauh lebih berharga daripada burung di langit maupun bunga di ladang. Maka, jika burung-burung dan bunga-bunga itu semuanya diperhatikan dan didandani oleh Tuhan, terlebih lagi kita anak-anak-Nya. Tuhan pasti akan memelihara kita. St. Fransiskus dari Sales mengatakan demikian, “Jika engkau mulai kuatir, katakanlah kepada dirimu sendiri, bahwa Tuhan yang telah menjagaku di hari kemarin, sedang menjagaku hari ini, dan akan tetap menjagaku di hari esok.”

Perkataan St. Fransiskus ini mengajak kita untuk memusatkan perhatian kepada apa yang kita alami hari ini. Sebab hari kemarin sudah berlalu, dan hari esok kita belum tahu, namun saat ini, ya, sekarang, ini adalah saat kita menyadari campur tangan Tuhan dalam hidup kita, dan mensyukurinya. Tuhan mengetahui apa yang kita perlukan. Dan Ia akan memberikan kepada kita apa yang terbaik seturut kehendak-Nya.  Bagian kita adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya terlebih dulu, maka segala hal yang lain, akan ditambahkan kepada kita (lih. Mat 6:33). Pertanyaannya sekarang ialah, sudahkah kita mencari Kerajaan Allah? Maukah kita melayani Dia dan mempercayakan seluruh hidup kita kepada-Nya? Pengalaman bangsa Israel di padang gurun (Kel 16), mengajarkan kepada kita untuk selalu percaya kepada penyelenggaraan Tuhan. St. Fransiskus berkata tentang hal ini demikian: “Marilah kita melayani Tuhan dengan segenap hati, sepanjang hidup kita. Mari, janganlah kita mempersoalkan, lebih daripada bahwa ada hari esok, yang tentangnya kita tak usah terlalu kuatir. Biarlah perhatian kita lebih terarah kepada kebaikan yang dapat kita perbuat hari ini. ‘Hari esok’ akan segera menjadi ‘hari ini’, dan lalu kita akan memberikan perhatian kepadanya. Mari mengumpulkan ‘manna’ untuk hari ini saja, dan tidak lebih. Kita tak seharusnya meragukan bahwa Tuhan akan mengirimkan lagi hujan manna di hari esok, dan di hari berikutnya, dan terus, sepanjang hari-hari kita sampai peziarahan kita di dunia ini berakhir….” Sebab Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Janganlah kuatir, hai jiwaku, sebab Tuhan yang Maha memelihara kini sedang menopangmu dan akan terus menjagamu.”