Pertanyaan:
shalom pak stef,
saya masih bingung dengan model keselamatan yg ada dalam gereja Katolik, yakni model theosentris, kristosentris, dan eklesiosentris…(seperti yg telah diajarkan dosen saya)
bagaimana kita menyikapi ketiga model tersebut, apakah ketiga model keselamatan ini tak dapat dipisahkan? Menurut saya, ketiga model keselamatan itu sangat berbeda satu dengan lainnya
dalam theosentris kita mempercayai setiap agama memperoleh keselamatan, padahal dalam kristosentris, satu-satu nya jalan keselamatan adalah Tuhan Yesus.. Manakah yang harus saya pegang?
Saya sering ditanyai oleh saudara Protestan tentang keselamatan ini bahkan sampai berdiskusi hangat dengan mereka.. saya menjadi semakin bingung
Ayat alkitab manakah yang menunjukkan ketiga model keselamatan ini?
Kemudian saya ingin menanyakan beberapa pernyataan dari teman saya protestan yang sampai saat ini saya tidak dapat menjawabnya pak, yakni:
– Menurut mereka ” perbuatan baik tidak mempengaruhi keselamatan. Keselaman adalah anugrah dan tak akan hilang dari manusia. Iman kita kepada Tuhan Yesus lah yang menyelamatkan kita, tidak ada yg lain. Beriman kepada Yesus berarti menjadikan Dia sebagai Juruselamat dan Tuan atas kita. Menjadikan Yesus sbg Tuan atas kita berarti kita itu baik adanya. Dengan percaya Yesus, kita telah menjadi baik.. Jadi perbuatan baik bukan lah jalan menuju keselamatan melainkan perbuatan baik adalah bagian dari iman kita kepada kristus..”
Bagaimanakah Gereja Katolik menyikapi pertanyaan ini? Bukankah dalam gereja Katolik kita mempercayai perbuatan kita dan cara hidup kita jg menentukan apakah kita diselamatkan atau tidak? Ayat alkitab manakah yang menunjukkan hal tersebut?
-Kenapa banyak saudara Kristen Protestan (hampir semua dari kenalan Protestan saya) meyakini mereka pasti akan masuk surga? Padahal kalau Katolik tidak mengatakan demikian?
Maaf pak mungkin pertanyaan saya terlalu banyak namun saya sangat ingin mengetahui jawaban dari kebingungan dan kegundahan saya selama ini, terlebih teman saya protestan sering membukakan ke semua hal tersebut pada saya. Terima kasih pak..
Tuhan Yesus memberkati – Tina.
Jawaban:
Shalom Tina,
Terima kasih atas pertanyaannya yang bagus. Memang ada beberapa model keselamatan yang diajukan oleh beberapa teolog, seperti theosentris, kristosentris, dan eklesiosentris. Dalam theosentris, maka keselamatan dikarenakan iman kepada Tuhan. Oleh karena itu, agama apapun dapat memperoleh keselamatan. Dalam kristosentris, keselamatan bersumber pada Kristus. Dan eklesiosentris, keselamatan bersumber pada gereja. Dari pengertian ini, bagaimanakah pengajaran Gereja Katolik?
1) Theosentris mengatakan bahwa keselamatan adalah karena Tuhan. Namun ini dapat diartikan secara luas, karena bagi naturalists, Tuhan ditemukan di alam, dan oleh karena itu, Tuhan bukanlah Tuhan yang “personal” (mempunyai intellect and will). Dan banyak “natural religion” yang berpendapat seperti ini. Oleh karena itu, theosentris mempunyai konotasi yang begitu luas, karena menyangkut pertanyan: “Tuhan yang seperti apa?” Namun, “revealed religion” (agama berdasarkan wahyu, seperti: Islam, Yahudi, Kristen) juga mempercayai theosentris. Kita dapat melihat bagaimana Tuhan mewahyukan Diri-Nya dan rencana-Nya melalui perantaraan para nabi di dalam Perjanjian Lama.
2) Namun agama Kristen bukanlah agama buku, namun bersumber pada Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia. Seorang Kristen tidak dapat mendasarkan imannya hanya pada Perjanjian Lama, karena rencana keselamatan Allah belum sepenuhnya dinyatakan. Dalam diri Yesuslah, seluruh rencana keselamatan terbentang di hadapan manusia, karena Kristus yang sungguh Allah menjadi manusia sama seperti kita – kecuali dalam hal dosa. Pada saat seseorang mengakui bahwa Kristus adalah Tuhan yang datang ke dunia, menebus dosa manusia sehingga manusia dapat memperoleh keselamatan, maka segala kuasa di bumi dan di Surga adalah wewenang Kristus. Dikatakan “16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia [Yesus].” (Kol 1:16) Oleh karena itu, seluruh keselamatan umat manusia mengalir dari misteri Paskah, yang berarti keselamatan hanya melalui Kristus (kristosentris).
Lebih lanjut Katekismus Gereja Katolik (KGK, 1741)mengatakan “Pembebasan dan keselamatan. Dengan salib-Nya yang mulia, Kristus telah memperoleh keselamatan bagi semua manusia. Ia telah membebaskan mereka dari dosa yang membelenggu mereka. “Kristus telah memerdekakan kita” (Gal 5:1). Di dalam Dia kita mengambil bagian dalam “kebenaran” yang memerdekakan (Yoh 8:32). Kepada kita diberi Roh Kudus, dan “di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Kor 3:17), demikian santo Paulus mengajarkan. Sejak sekarang kita bermegah bahwa “kita telah masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” (Rm 8:21).“
KGK 270 – “Penciptaan adalah “awal tata keselamatan”, “awal sejarah keselamatan” (DCG 51) yang berpuncak pada Kristus. Sebaliknya misteri Kristus adalah terang misteri penciptaan yang menentukan; ia menyingkap tujuan, untuk apa Allah menciptakan “pada mulanya… langit dan bumi” (Kej 1:1). Sejak awal Allah telah memikirkan kemuliaan ciptaan baru di dalam Kristus (Bdk Rm 8:18-23).“
3) Pada saat seseorang percaya bahwa Kristus mendirikan Gereja-Nya di atas rasul Petrus dan juga pengikutnya [para paus sebagai penerus rasul Petrus] (lih. Mt 16:16-19), maka seseorang akan percaya bahwa keselamatan adalah melalui Gereja Katolik (Eklesiosentris). Hal ini diperkuat bahwa Gereja adalah Tubuh Mistik Kristus, dengan Kristus sebagai kepala dari Gereja (ef 5:23). Kalau Kepala dan Tubuh tak terpisahkan, maka kristosentris tidak akan terpisahkan dengan eklesiosentis. Oleh karena itu Katekismus Gereja Katolik mengatakan:
KGK, 846: “Bagaimana dapat dimengerti ungkapan ini yang sering kali diulangi oleh para bapa Gereja? Kalau dirumuskan secara positif, ia mengatakan bahwa seluruh keselamatan datang dari Kristus sebagai Kepala melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya:
“Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis, Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan” (LG 14).“
Jadi sebagai kesimpulan, Gereja Katolik percaya akan theosentris, karena Gereja mengakui bahwa keselamatan adalah dari Tuhan. Namun Tuhan yang sama menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus. Oleh karena itu theosentris tak dapat terpisahkan dari kristosentris. Dan karena Yesus memberikan kuasa kepada Gereja Katolik sebagai sakramen keselamatan, maka kristosentris tak terpisahkan dengan eklesiosentris. Oleh karena itu, theosentris, kristosentris dan eklesiosentris adalah tak terpisahkan, karena ketiganya merangkum kepenuhan rencana keselamatan Allah.
Untuk pertanyaan yang lain:
1) Konsep keselamatan: silakan untuk membaca beberapa artikel berikut ini: Siapa saja yang dapat diselamatkan? ; Paus Benediktus XVI dan Sola Fide
2) Umat Kristen Protestan meyakini bahwa mereka pasti akan masuk Sorga: silakan baca artikel ini Sekali selamat tetap selamat – tidak Alkitabiah.
Demikian jawaban yang dapat saya berikan. Semoga dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Berkat Tuhan, Pak…
Pelayanan dalam Pastoral Care, sering ada keragu-raguan bila berhadapan dengan sdra-sdri yang beda keyakinan, mohon penjelasan dari Bapa tentang pertanyaan ini. Terima kasih sebelumnya. Berkat Dalem
Bagaimana pekerja pastoral yang memperhatikan dimensi kristosentris dalam pelayanan untuk masyarakat yang multi budaya dan religius seperti Pastoral Care dalam rumah sakit ?
Salam Luciana,
Anda mengajak berdoa pasien yang bersangkutan. Katakan bahwa Anda ingin mendoakannya bersama dia. Katakan bahwa dia dipersilakan berdoa dengan cara agamanya, namun Anda berdoa sesuai agama Anda yaitu Katolik. Terangkan bahwa Tuhan Maha mendengar doa, dan jika ada lebih dari seorang berdoa bersama, betapa lebih serius permohonan kita kepada Tuhan. Terangkan bahwa menurut ajaran Katolik, Tuhan pencipta kita semua orang beragama apapun, dan Ia mengasihi semua ciptaanNya. Jika ia setuju maka Anda bisa memulai doa.
Jika ia tetap menolak setelah Anda menerangkannya, maka katakan terimakasih dan minta izin tetap mendoakan dari jauh dan mengingatkan akan pentingnya doa. Anda memang harus tetap mengingatkan dia, apakah sudah berdoa.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
shalom pak,
saya mau bertanya tentang natal. Saya tahu bahwa natal berarti kelahiran,
dan natal Yesus memang ada karena Yesus memang dilahirkan. Namun yang
saya bingung sampai sekarang, kenapa Natal dirayakan tanggal 25 Desember?
saya memiliki dua macam orang teman, dua-duanya orang kristen, namun
bedanya yang satu merayakan Natal pada tanggal 25, yang satu tidak merayakan
nya pada tanggal 25.
ketika saya bertanya pada teman saya yang tidak merayakan, mengapa ia
tidak merayakannya, ia menjawab bahwa Yesus tidak dilahirkan pada tanggal
25 desember oleh sebab itu dia tidak merayakannya. Lalu dia menjawab, Tuhan meminta kita untuk memperingati kematian-Nya dan bukan kelahiran-Nya. Lalu ia juga berkata bahwa tanggal 25 desember sejatinya adalah perayaan kelahiran kembali Dewa Matahari yang akhirnya diubah oleh Kaisar Agustus menjadi kelahiran Yesus. Bukankah ini buatan tangan manusia dan merupakan suatu tradisi semata dan bukan perintah Allah?
di sisi lain, ketika saya bertanya kepada teman saya yang merayakan, ia berkata bahwa bukankah suatu hal yang baik bahwa Natal ada dan dirayakan pada tanggal 25 desember? orang dapat merasakan kasih Kristus dan saling berbagi. Mungkin karena Natal pula orang bisa diselamatkan.
selama ini saya selalu dilemma dalam menghadapi natal.
memang itu suatu hal yang baik, tetapi apakah itu suatu hal yang benar untuk merayakannya pada tanggal 25 desember?
[dari katolisitas: silakan melihat artikel ini – silakan klik]
“Kerajaan Allah ini dalam bentuk apa? Kalau kita melihat bahwa kunci Kerajaan Sorga …, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Kerajaan Allah ini adalah Gereja yang dibentuk oleh Kristus sendiri dibawah kepemimpinan rasul Petrus.”
Bagaimanakah pengertian yang benar:
Kerajaan Allah (Gereja Kristus) “subsist in” Gereja Katolik Roma, atau
Kerajaan Allah (Gereja Kristus) “IS” Gereja Katolik Roma?
Apakah penggunaan kata “subsist in” bermaksud bahwa KA dan GKR adalah DUA ENTITAS berbeda,
namun memang KA/Gereja Kristus hadir sepenuhnya dan menjadi SUBJECT dalam GKR?
Bukankah kodrat KA/Gereja Kristus itu kekal, sedangkan GKR tidak kekal: at least ada awalnya.
Hal ini adalah pengertian saya atas komentar Card.Ratzinger (sekarang Paus) untuk LG8:
“The concept expressed by ‘is’ (to be) is far broader than that expressed by ‘to subsist’. ‘To subsist’ is a very precise way of being, that is, to be as a subject, which exists in itself. Thus the Council Fathers meant to say that the being of the Church as such is a broader entity than the Roman Catholic Church, but within the latter it acquires, in an incomparable way, the character of a true and proper subject.”
Jadi, Gereja Kristus (Kerajaan Allah) lebih luas (broader entity) daripada GKR?
Kalau demikian, bukankah agak naif berkata:
KA adalah GKR? Bukankah diluar GKR banyak orang yang bekerja demi kebaikan masyarakat,
walaupun belum dengan motivasi Iman, mereka tetap bekerja untuk Kerajaan Allah?
Memang masyarakat tanpa iman, akan sangat beresiko kehilangan standar atas nilai-nilai
yang diangap baik / benar, sehingga evangelisasi tetap sangat-sangat relevan?
Shalom Fxe,
Terima kasih atas pertanyaannya. Untuk pengertian tentang subsist, kita dapat melihatnya di dokumen yang dikeluarkan oleh Congregarion for the Doctrine of the Faith tentang “responses to some questions regarding certaing aspects of the doctrine of the Church” (silakan klik). Dalam dokumen tersebut dijawab apa yang dimaksud dengan kata “subsist”, seperti yang digunakan di dalam Lumen Gentium, 8. Dikatakan:
Christ “established here on earth” only one Church and instituted it as a “visible and spiritual community”[5], that from its beginning and throughout the centuries has always existed and will always exist, and in which alone are found all the elements that Christ himself instituted.[6] “This one Church of Christ, which we confess in the Creed as one, holy, catholic and apostolic […]. This Church, constituted and organised in this world as a society, subsists in the Catholic Church, governed by the successor of Peter and the Bishops in communion with him”.[7]
In number 8 of the Dogmatic Constitution Lumen gentium ‘subsistence’ means this perduring, historical continuity and the permanence of all the elements instituted by Christ in the Catholic Church[8], in which the Church of Christ is concretely found on this earth.
It is possible, according to Catholic doctrine, to affirm correctly that the Church of Christ is present and operative in the churches and ecclesial Communities not yet fully in communion with the Catholic Church, on account of the elements of sanctification and truth that are present in them.[9] Nevertheless, the word “subsists” can only be attributed to the Catholic Church alone precisely because it refers to the mark of unity that we profess in the symbols of the faith (I believe… in the “one” Church); and this “one” Church subsists in the Catholic Church.[10]
Kalau kita mau mengkaitkan Gereja dengan Kerajaan Allah, maka kita harus mengerti akan dua elemen dari Gereja, yaitu “the means” dan “end“. Institutional, sakramen, hirarki adalah termasuk the means, sedangkan kekudusan, ekaristi, Kerajaan Allah adalah end. Jadi dengan mengatakan bahwa Kerajaan Allah adalah Gereja tidak salah, karena kalimat tersebut menekankan aspek “end” dari Gereja. Selama Gereja masih berada di dunia ini, maka dua aspek tersebut terus ada. Gereja hanya menjadi benar-benar end dan tanpa the means pada waktu Gereja mencapai kemuliaannya di dalam Kerajaan Sorga.
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Mohon penjelasan;
ketika Yesus mewartakan Kerajaan Allah, bagaimana jemaat awal mengerti hal itu?
Injil menunjukkan di banyak kesempatan banyak orang bertanya tentang KA kepada Yesus,
dan kita sekarang mempunyai sekumpulan perumpamaan dari Yesus tentang KA.
Sejauh yg saya pahami, juga dari buku Jesus of Nazareth,
jemaat awal memegang pengertian konsisten, bahwa KA itu adalah pribadi Yesus sendiri yang hadir.
Ketika Yesus wafat, bangkit, dan naik ke surga, jemaat awal memahami bahwa
KA adalah Yesus yang meraja di hati umat beriman.
Kedua pengertian ini secara konsisten ada dalam tulisan-tulisan bapa-bapa Gereja abad-abad awal.
Di masa-masa awal, setidaknya sebelum th.300, dimana jemaat tercerai-berai karena aniaya hebat,
harus sembunyi-sembunyi, dan begitu banyak umat beriman yg dibunuh sebagai martir, termasuk
para rasul yang satu demi satu menerima hukuman mati… sungguh sulit membayangkan bahwa
KA dimengerti sebagai Gereja dalam wujud nyata (organisasi sosial) di bumi.,
sebagai bangsa pilihan yang baru … menggantikan bangsa Israel.
Dalam perkembangan zaman, setelah Gereja makin tertata, kehadirannya semakin diakui,
adalah saat yg sesuai untuk melahirkan pengertian:
KA adalah Gereja dalam wujud organsisasi sosial yang nyata di muka bumi.
Dan dalam perkembangan zaman juga, setelah Gereja terpecah, maka ada pengertian
bahwa KA adalah Gereja Katolik dengan Paus sebagai pemimpin yang kelihatan di bumi.
Bagaimana sebenarnya detail perkembangan pengertian Kerajaan Allah secara kronologis,
bila dikaitkan dengan perkembagan EENS?
Apabila KA adalah GK (dari saat pentakosta s/d kedatangan Yesus yg kedua)
mengapa hanya berumur 1000 tahun (walaupun lama, kan tetap akan berakhir / tdk kekal?)
Melihat perkembangan pengertian KA, bisakah suatu saat
Keselamatan dipahami sebagai regnosentris (KA-sentris) artinya keselamatan bagi siapa saja / orang yang bekerja dgn niat baik demi kebaikan masyarakat/dunia, entak apa agamanya, entah dia ateis?
Shalom Fxe,
Saya minta maaf, kalau baru sempat menjawab pertanyaan ini. Mari sekarang kita melihat tentang Kerajaan Allah.
1) Pengertian tentang Kerajaan Allah
a) Kita dapat melihat bahwa di dalam Alkitab, dikatakan bahwa Kerajaan Allah sering merujuk pada Yesus sendiri, seperti yang dikatakan oleh Yesus ketika menjawab orang-orang Farisi “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” (Lk 17:20-21). Dan kita harus menyadari bahwa pada awalnya, sebelum Pentakosta, para muridpun sering menyalahartikan Kerajaaan Allah, seperti terlihat dari pertanyaan mereka “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (Kis 1:26). Namun kebingungan ini menjadi jelas, pada saat Roh Kudus memberikan pengertian kepada mereka, yaitu pada saat Pentakosta.
b) Namun kita kita cermati, maka kita melihat bahwa pada waktu Yesus mengajarkan doa Bapa Kami, pada kalimat “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Sorga“, maka kita melihat adanya eschatological dimension atau dimensi akhir dunia. Sorga menceritakan tentang akhir (end) sedangkan di bumi menyatakan bahwa Kerajaan Allah telah hadir. “Dan memang di dalam Kristus, sesuatu yang akhir masuk ke dalam waktu” (Charles Journet, The theology of the church (San Francisco: Ignatius Press, 2004), p. 6). Dan kita melihat adanya dualitas, dimana Kerajaan Allah adalah berada di Sorga, namun pada saat yang bersamaan Kerajaan Allah telah hadir di dunia. Dan inilah sebabnya iman dari pencuri yang baik, yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus, menjadi begitu indah, karena dia mengerti akan Kerajaan Allah, dengan mengatakan “Jesus, remember me when you come into your kingdom.” (RSV, Lk 23:42)
c) Dan lebih lanjut, Yesus sendiri mengatakan kepada Petrus “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mt 16:19) Oleh karena itu, Kerajaan ini hadir di dunia dengan suatu dimensi yang nyata, yaitu Gereja di bawah kepemimpinan rasul Petrus, atau suatu dimensi yang mempunyai hirarki.
d) Setelah kita melihat bahwa Kerajaan Allah ada di dalam diri Yesus sendiri, dan Kerajaan ini adalah suatu akhir dan juga ada pada saat ini, maka pertanyaannya, Kerajaan Allah ini dalam bentuk apa? Kalau kita melihat bahwa kunci Kerajaan Sorga kepada rasul Petrus dan penerusnya, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Kerajaan Allah ini adalah Gereja yang dibentuk oleh Kristus sendiri dibawah kepemimpinan rasul Petrus. Gereja ini dikandung dari misteri Paskah, dan dilahirkan pada hari Pentakosta. Kelahiran ini dimungkinkan karena Roh Kudus, yang bukan hanya memberikan inspirasi dan kekuatan pada hari Pentakosta, namun Roh Kudus menjadi jiwa bagi Gereja.
Dan kelahiran Gereja sebagai Kerajaan Allah merupakan pemenuhan dari apa yang dikatakan oleh Yesus “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa” (Mk 9:1).
2) Jemaat awal dan Kerajaan Allah: Kerajaan Allah memang dimengerti bahwa Yesus yang meraja di hati umat beriman. Namun, bagaimana jemaat awal mengerti tentang Yesus dan menerima kehidupan rahmat? Mereka semua bertekun dalam pengajaran para rasul setiap hari seperti yang diceritakan di dalam Kisah para rasul (lih. Kis 2:42). Dan pada waktu mereka menghadapi perbedaan pendapat – apakah umat non-Yahudi harus disunat atau tidak – maka mereka datang kepada para rasul (lih. Kis 15). Dari sini kita melihat adanya suatu hirarki dalam Kerajaan Allah yang hadir di dunia, dalam bentuk Gereja. Dan kita dapat melihat hirarki ini dimanifestasikan dalam kepemimpinan paus dan para uskup, sebagai kelanjutan dari kepeminpinan Petrus dan para rasul yang lain.
3) Kerajaan Allah dan EENS: Untuk pertanyaan tentang Kerajaan Allah dikaitkan dengan EENS (dogma Extra Ecclesiam Nulla Salus / tidak ada keselamatan di luar Gereja) tidak dapat saya jawab sekarang, karena diperlukan suatu tulisan tersendiri tentang topik EENS dan perkembangannya. Mohon kesabarannya ya.
7) Kerajaan Allah yang kekal: Fxe bertanya “Apabila KA adalah GK (dari saat pentakosta s/d kedatangan Yesus yg kedua) mengapa hanya berumur 1000 tahun (walaupun lama, kan tetap akan berakhir / tdk kekal) ?” 1000 tahun disini diartikan sebagai masa yang panjang di dunia ini. Namun Gereja sendiri mempunyai tiga status: Gereja yang sedang mengembara di dunia, yang menderita di Api Penyucian, dan yang jaya di Sorga. Pada kedatangan Kristus yang kedua atau akhir jaman, maka Gereja ini akan bersatu membentuk Gereja yang Jaya, yang kekal di Sorga. Oleh karena itu, Kerajaan Allah adalah bersifat kekal. Dan kekekalan ini adalah merupakan dimensi spiritual, akhir (end), kekudusan dari Gereja.
8) Kerajaan Allah dan regnosentris: Dari perkembangan Kerajaan Allah, maka keselamatan tidak dapat dipahami sebagai regnosentris, yang berfokus pada Kerajaan Allah, yang sering direduksi menjadi suatu kerajaan di dunia ini yang damai, adil, saling menghormati satu sama lain. Sejarah telah membuktikan bahwa masyarakat utopia seperti ini tidak pernah terwujud. Dan pada akhirnya, agama-agama yang mempercayai bahwa Kerajaan Allah mempunyai dimensi yang kekal akan terpinggir dan yang tertinggal adalah manusia tanpa Tuhan. Kalau kita menyadari bahwa Kerajaan Allah adalah Yesus sendiri yang adalah Kepala dari Tubuh Mistik Kristus (Gereja), maka, theosentris, kristosentris dan ekklesiosentris adalah tak terpisahkan. Oleh karena itu, menjadi tugas kita semua untuk semakin menekankan adanya keselamatan kekal di Sorga yang bersumber pada Kristus, yang tak terpisahkan dari Gereja-Nya. Karena pada akhirnya, kita mengingat apa yang dikatakan oleh rasul Paulus “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibr 11:6).
Semoga uraian singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
terima kasih atas jawaban Anda yg sangat detail. Semoga Tuhan memberkati Katolisitas.
shalom pak stef,
saya masih bingung dengan model keselamatan yg ada dalam gereja Katolik, yakni model theosentris, kristosentris, dan eklesiosentris…(seperti yg telah diajarkan dosen saya)
bagaimana kita menyikapi ketiga model tersebut, apakah ketiga model keselamatan ini tak dapat dipisahkan? Menurut saya, ketiga model keselamatan itu sangat berbeda satu dengan lainnya
dalam theosentris kita mempercayai setiap agama memperoleh keselamatan, padahal dalam kristosentris, satu-satu nya jalan keselamatan adalah Tuhan Yesus.. Manakah yang harus saya pegang?
Saya sering ditanyai oleh saudara Protestan tentang keselamatan ini bahkan sampai berdiskusi hangat dengan mereka.. saya menjadi semakin bingung
Ayat alkitab manakah yang menunjukkan ketiga model keselamatan ini?
Kemudian saya ingin menanyakan beberapa pernyataan dari teman saya protestan yang sampai saat ini saya tidak dapat menjawabnya pak, yakni:
– Menurut mereka ” perbuatan baik tidak mempengaruhi keselamatan. Keselaman adalah anugrah dan tak akan hilang dari manusia. Iman kita kepada Tuhan Yesus lah yang menyelamatkan kita, tidak ada yg lain. Beriman kepada Yesus berarti menjadikan Dia sebagai Juruselamat dan Tuan atas kita. Menjadikan Yesus sbg Tuan atas kita berarti kita itu baik adanya. Dengan percaya Yesus, kita telah menjadi baik.. Jadi perbuatan baik bukan lah jalan menuju keselamatan melainkan perbuatan baik adalah bagian dari iman kita kepada kristus..”
Bagaimanakah Gereja Katolik menyikapi pertanyaan ini? Bukankah dalam gereja Katolik kita mempercayai perbuatan kita dan cara hidup kita jg menentukan apakah kita diselamatkan atau tidak? Ayat alkitab manakah yang menunjukkan hal tersebut?
-Kenapa banyak saudara Kristen Protestan (hampir semua dari kenalan Protestan saya) meyakini mereka pasti akan masuk surga? Padahal kalau Katolik tidak mengatakan demikian?
Maaf pak mungkin pertanyaan saya terlalu banyak namun saya sangat ingin mengetahui jawaban dari kebingungan dan kegundahan saya selama ini, terlebih teman saya protestan sering membukakan ke semua hal tersebut pada saya.
Terima kasih pak..
Tuhan Yesus memberkati
[dari katolisitas: pertanyaan telah dijawab dalam artikel di atas – silakan klik]
Comments are closed.