Doa sebelum membaca sabda Tuhan:

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh kudus, Datanglah Roh Kudus, penuhilah hatiku. Nyalakanlah di dalamnya Api cinta-Mu. Pimpinlah agar aku dapat memahami Sabda-Mu, merenungkannya, meresapkan dan menerapkannya di dalam kehidupanku. Amin. Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh kudus, Amin.

Mat 9:35- 10:8

    • 9:35. Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
    • 9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
    • 9:37-38 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
    • 10:1. Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.
    • 10:2-4 Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.
    • 10:5-6 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.
    • 10:7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
    • 10:8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Pembahasan secara umum: Apa sih Kerajaan Allah itu

“Kerajaan Allah” yang didirikan oleh Yesus Kristus sang Mesias adalah topik utama Injil Matius, Markus dan Lukas.[1] Karenanya, kita sering mendengar kata “Kerajaan Allah” dan tentu kita semua berharap untuk masuk ke dalamnya. Syukur kepada Tuhan, oleh kemurahan-Nya, kita semua yang sudah dibaptis dan menjadi anggota Gereja-Nya, telah termasuk dalam bilangan Kerajaan Allah itu (lih. Mat 28:18-20),[2] namun kita harus terus berjuang untuk tetap melaksanakan perintah Tuhan untuk tetap tinggal di dalamnya (lih. Mat 7:21). Kerajaan Allah memang bersifat rohani, tinggal di hati kita, dan sudah dimulai sejak kita hidup di dunia, tetapi kesempurnaannya dicapai saat akhir jaman, saat Kristus menyatakan DiriNya (lih. Kol 3:4).

Kerajaan Allah dalam Injil Matius

Injil Matius sering disebut sebagai “Injil Pemenuhan” dan “Injil Kerajaan“, dan kedua tema ini sesungguhnya mengacu pada satu maksud, yaitu bahwa kedatangan Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang baru, melainkan pemenuhan dari janji-janji Tuhan pada Perjanjian Lama. Injil Matius dikenal sebagai “Injil Kerajaan”, karena begitu seringnya Injil ini menyebutkan tentang Kerajaan Allah yang disebut sebagai Kerajaan Sorga, yaitu sebanyak 51 kali.[3] Sorga di sini adalah istilah dalam bahasa Aram yang berarti sama dengan ‘Allah’.

Injil Matius mengajarkan beberapa makna Kerajaan Allah, yaitu Kerajaan Kristus Sang Mesias di dunia, pemenuhan Kerajaan Allah di Surga, dan pengakuan akan hak Allah di dalam setiap jiwa manusia.[4] Karena begitu pentingnya Kerajaan Allah ini, maka Yesus mengajarkan kita dalam doa “Bapa Kami” untuk memohon kedatangan Kerajaan Sorga, yaitu pada saat kehendak-Nya terjadi di dunia ini, termasuk di dalam diri kita. Sekarang masalahnya, sungguhkah kita menghayati permohonan ini yang setiap kali kita ucapkan dalam doa Bapa Kami, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu…” Selanjutnya, Konsili Vatikan II menjelaskan, bahwa “Gereja merupakan benih dan awal mula Kerajaan itu di dunia. Sementara itu, Gereja lambat-laun berkembang, mendambakan Kerajaan yang sempurna, dan dengan sekuat tenaga berharap dan menginginkan, agar kelak dipersatukan dengan Rajanya dalam kemuliaan benih awal Kerajaan Allah” (Lumen Gentium, 5).

Kerajaan Allah seperti dijabarkan dalam Mat 9:35- 10:8

Pada pembahasan perikop ini, kita melihat bahwa Yesus datang ke dunia untuk memberitakan tentang Kerajaan Allah. Sebagai pemenuhan janji Allah, Yesus adalah pendiri Kerajaan Allah itu di dunia, yang diawali dengan pewartaan ajaran-Nya dan ditandai dengan mukjizat-mukjizat. Tugas pewartaan dan kuasa melakukan mukjizat itu kemudian diberikan kepada para rasul. Sampai sekarang kita melihat bagaimana pewartaan dan kuasa mukjizat itu diteruskan oleh para pengganti para rasul di dalam Gereja-Nya, maka kita dapat mengetahui bahwa Kerajaan Allah yang dikatakan di dalam Injil merupakan sesuatu yang terjadi saat ini dan terus disempurnakan sampai akhir jaman.

Mat 9:35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

Dari perikop sebelumnya, kita mengetahui bahwa Yesus tidak hanya mengajar tetapi juga menyembuhkan. Ia menyembuhkan orang lumpuh (Mat 9:1-8), wanita yang sakit perdarahan (9:20-22), dua orang buta (9:27-30), orang bisu dan kerasukan setan (9:32-34), bahkan Ia membangkitkan orang mati, yaitu anak kepala rumah ibadat (9:23-26). Sungguh tiada yang mustahil bagi Yesus, sebab Ia adalah Putera Allah. Namun yang perlu kita perhatikan juga adalah bagaimana Yesus melihat dosa sebagai kelemahan manusia, seperti pada kisah orang lumpuh itu. Yesus mengampuni dosanya terlebih dahulu, dan sebagai akibatnya orang lumpuh itu berjalan (lih. Mat 9:2-7).

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku percaya bahwa tiada yang mustahil bagi Tuhan? Dan bahwa jika Ia mau, Ia dapat menyembuhkan aku?
  • Jika aku sakit dan datang kepada Tuhan untuk minta disembuhkan, apakah aku terlebih dahulu mohon ampun untuk segala dosaku? Ataukah aku hanya terpaku pada penyakitku saja?
  • Bagaimana reaksi-ku jika aku menyaksikan sendiri kesembuhan yang dialami oleh seseorang karena rahmat Tuhan, apakah aku percaya dan memuji Tuhan, ataukah aku bersikap ‘curiga’?

9:36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

Yesus menyembuhkan karena Ia mengasihi. Mari kita mengingat, bahwa Yesus adalah perwujudan belas kasihan Allah yang sempurna kepada manusia (lihat artikel: Belas Kasihan Tuhan adalah Kabar Gembira utama!). Ia adalah Sang Gembala yang baik, yang selalu rindu untuk mempersatukan domba-domba-Nya. Di sini kita melihat betapa segala mukjizat yang dilakukan-Nya adalah untuk membawa manusia untuk bersatu di dalam satu kawanan, dengan Ia sendiri sebagai Kepalanya.

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku selalu mengingat belas kasihan Yesus, sehingga aku selalu mau untuk tinggal di dalam kawanan domba-Nya? Apakah aku segera bertobat setiap kali kusadari aku telah berdosa dan meninggalkan kawanan tersebut?
  • Apakah aku berbelas kasihan terhadap sesama, terutama pada mereka yang sakit, menderita, atau mereka yang rindu untuk mengenal Yesus lebih dalam? Apa yang kulakukan terhadap mereka?
  • Apa yang sudah kuperbuat untuk memperkenalkan Yesus pada orang lain?
  • Apakah aku termasuk golongan orang-orang yang berjuang untuk persatuan Gereja, ataukah yang memecah- belah Gereja?

9:37-38 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

Ayat ini begitu ‘pas’ untuk menggambarkan saat ini, yaitu bahwa ada banyak orang yang rindu untuk menerima Kabar Gembira, sedangkan jumlah para pekerja/ pewarta Kabar Gembira itu sedikit. Yesus menginginkan kita berdoa memohon kepada Tuhan agar Ia menggerakkan banyak orang mau bekerja mewartakan Injil Kerajaan Allah ini. Dan dengan doa kita, Allah berjanji akan mengirimkan para pekerja itu.

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku sudah berdoa untuk rahmat panggilan Allah, agar semakin banyak orang mau terlibat dalam tugas pewartaan Injil ini, entah melalui kehidupan membiara ataupun kerasulan awam?
  • Apakah aku sendiri terpanggil untuk secara khusus menjadi imam/ biarawati? Apakah aku sudah dengan sungguh-sungguh berdoa untuk mengetahui kehendak Allah dalam hidupku?
  • Jika aku sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak: apakah aku sendiri sudah membina iman mereka, dan mengarahkan mereka, jika ada yang ingin menjadi biarawan/ biarawati?

10:1 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan

Untuk meluaskan Kerajaan Allah, Yesus memilih kedua belas rasul yang diberi-Nya kuasa melakukan mukjizat dan kesembuhan. Di sini kita melihat bahwa pemilihan para rasul berkaitan dengan misi pewartaan Kerajaan Allah. Karena itu hirarki Gereja yang menjadi penerus para rasul itu (Paus, para uskup dan imam) melanjutkan karya Kristus untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini.

Di sini kita juga melihat bahwa menjadi rasul itu bukan merupakan ‘hak’ seseorang, tetapi merupakan ‘karunia’. Tak seorangpun dapat meng-klaim bahwa ia berhak untuk menjadi seorang imam, namun Yesus sendiri yang dengan kebijaksanaan dan kemurahan hati-Nya memilih orang-orang tertentu untuk menjadi para rasul-Nya.

Permenungan pribadi:

  • Percayakah aku pada kuasa sakramen-sakramen Gereja, yang melaluinya Kristus memberikan kuasa kepada para penerus rasul-Nya untuk mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan penyakit?
  • Apakah aku cukup menghormati para penerus rasul Kristus, yaitu para imam uskup, dan Paus dalam sikap dan percakapanku sehari-hari? Apakah aku menerima ajaran mereka dan menerapkannya?
  • Bagaimana reaksiku jika ada orang yang meng-klaim ia ‘berhak’ menjadi imam dan memisahkan diri dari kesatuan Gereja?
  • Jika aku seorang imam, sadarkah aku jika Tuhan telah mengurapiku, menguduskan tanganku untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya? Dan bahwa kuasa-Nya yang ajaib telah diberikan-Nya kepadaku untuk menguduskan umat-Nya?

10:2-4 Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.

Yesus memilih kedua belas rasul, yang dimulai dengan Petrus. Ayat ini adalah satu di antara banyak ayat dalam Kitab Suci yang selalu menyebutkan Petrus sebagai yang pertama dari semua rasul yang lain (lih. Mat 10:1-4; Mrk 3:16-19; Luk 6:14-16; Acts 1:13). Kadang-kadang para rasul disebut sebagai Petrus dan teman-temannya (Luk 9:32). Petrus sering berbicara atas nama semua rasul (Mt 18:21; Mrk 8:29; Luk 12:41; Jn 6:69). Nama Petrus ditulis di dalam Alkitab sebanyak 191 kali (162 kali sebagai Petrus atau Simon Petrus, 23 kali sebagai Simon, and 6 kali sebagai Kephas). Sebagai perbandingan, Yohanes hanya disebut sebanyak 48 kali. Archbishop Fulton Sheen pernah menghitung bahwa semua nama rasul digabungkan hanya disebut 130 kali. Semua hal ini menunjukkan keutamaan Rasul Petrus dibandingkan dengan rasul-rasul yang lain.

Kedua belas rasul yang dipilih oleh Yesus ini adalah orang-orang sederhana. Mereka kebanyakan adalah nelayan. Namun begitu dipilih, mereka meninggalkan pekerjaan mereka dan langsung mengikuti Yesus. Kerajaan Allah dimulai dari orang-orang kecil dan sederhana, maka tak heran Yesus menyebutkan bahwa Kerajaan Allah adalah seperti biji sesawi, biji yang kecil namun setelah bertumbuh dapat menjadi besar (Mat 13:31-32).

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku menghormati Paus Benediktus XVI sebagai pengganti rasul Petrus? Apakah aku berdoa baginya, dan bagi intensi-intensinya?
  • Apakah tanggapanku jika mendengar bahwa Allah memilih orang-orang yang sederhana? Apakah aku bersyukur atau mencemooh?

10:5-6 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Ayat ini kadang disalah-artikan, karena tidak dibaca dalam konteks keseluruhan ayat di Alkitab. Malah ada orang-orang yang berpendapat bahwa Yesus hanya datang untuk orang Yahudi. Tentu saja tidak demikian. Yesus ingin sebanyak mungkin orang dapat masuk menjadi anggota Kerajaan Allah, seperti yang dikatakan-Nya dalam amanat agung sebelum Ia naik ke surga (Mat 28:18-20). Pada kesempatan itu, Yesus juga menjanjikan karunia Roh Kudus yang menjadikan para rasul sebagai saksi-Nya mulai dari Yerusalem, lalu meluas ke seluruh Yudea dan Samaria, dan akhirnya sampai ke ujung bumi (Kis 1:8). Jadi Kerajaan Allah direncanakan Yesus untuk disebarkan ke seluruh dunia, dan karenanya bersifat universal, yaitu untuk semua orang.

Kenyataan bahwa Yesus memerintahkan agar para rasul pergi mewartakan kepada umat Israel terlebih dahulu itu berhubungan dengan rencana Allah yang telah memilih Israel sebagai bangsa pertama untuk menerima tawaran Sang Mesias.[5]

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku termasuk dalam bilangan ‘domba yang hilang’?
  • Apakah aku telah mewartakan Kristus pertama-tama di dalam lingkungan keluargaku? Di dalam lingkungan pekerjaanku?
  • Apa yang kuperbuat jika aku mendengar seorang teman/ saudaraku meninggalkan Gereja/ tidak lagi beriman kepada Kristus? Apakah aku mengajaknya kembali?
  • Apakah aku pilih-pilih dalam berteman? Apakah aku sudah menyapa mereka yang belum pernah menyapaku?
  • Apa yang kuperbuat untuk membuat umat di paroki lebih bersatu, saling memperhatikan dan menolong, terutama kepada yang menderita dan berkekurangan?

10:7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.

Perkataan Yesus ini mengingatkan kita pada seruan Yohanes Pembaptis (Mat 3:2). Injil Matius menyebutkan seruan Yohanes ini setelah menjabarkan kisah kelahiran Yesus, sang ‘Raja’ (Mat 2:2) yang disembah oleh para Majus. “Kerajaan Sorga sudah dekat”, di sini menunjuk kepada Yesus, Sang Mesias; karena misi Yohanes Pembaptis adalah untuk mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus. Kerajaan Sorga yang disebutkan oleh Yesus juga menunjuk kepada diri-Nya, seperti yang dijelaskan oleh Yesus sendiri melalui perumpamaan penabur (lihat Mat 13:24 dan 13:37). Yesus ‘menabur benih’ di dunia, dan benih gandum itu akan dibiarkan tumbuh bersama lalang sampai masa menuai di akhir jaman (Mat 13:30). Di sini kita melihat bahwa Kerajaan Allah telah didirikan oleh Yesus, namun kesempurnaannya dicapai pada akhir jaman, saat gandum itu dipisahkan dari lalang; saat orang-orang yang baik dipisahkan dari yang jahat.

Kerajaan Sorga ini mengacu pada Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus melalui ajaran-ajaran-Nya yang disertai dengan tanda-tanda mukjizat-Nya. Perintah Yesus ini serupa dengan dikatakan-Nya sebelum Dia naik ke surga, “…pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu….” (Mat 28:20). Dengan demikian, Yesus menjadikan Pembaptisan sebagai pintu gerbang untuk memasuki Kerajaan Allah itu, dan Pembaptisan harus diikuti dengan melaksanakan segala perintah-Nya.

Sekarang, apakah Kerajaan Allah sudah dekat bagi kita? Jawabnya tentu, YA! Karena Yesus sang Raja hadir dalam Ekaristi, jadi setiap kita menyambut Ekaristi, kita menyambut Yesus dan KerajaanNya, karena keduanya tak terpisahkan. Jadi Kerajaan Allah bukan saja hanya dekat, tetapi malah menghampiri dan bersatu dengan kita di dalam Ekaristi. Saat kita menerima Ekaristi, Kerajaan Allah bagi kita adalah di sini dan sekarang (‘here and now’), yang merupakan gambaran jaminan kemuliaan Kerajaan Surgawi yang akan datang.[6](lihat artikel: Sudahkah Kita Pahami Pengertian Ekaristi?) Ekaristi memampukan kita untuk tinggal di dalam kasih dan berbuat kasih, sehingga dengan demikian kita dapat menjadi saksi yang hidup tentang kehadiran Kerajaan Allah di dunia ini. Jadi, walaupun kesempurnaan Kerajaan Allah itu dicapai di surga, namun sejak sekarang sudah dapat kita alami. Kehadiran Kristus di hati kita menjadikan Kerajaan Allah itu hadir ‘di sini dan sekarang’.

Sebagai tambahan, menurut Paus Benediktus XVI dalam bukunya Jesus of Nazareth, Kerajaan Allah dapat diartikan dalam 3 hal: 1) Yesus sendiri, karena seperti diajarkan oleh Origen, Yesus adalah Kerajaan Allah yang menjelma menjadi manusia; 2) Kerajaan Allah ada di dalam hati manusia yang berdoa memohon kedatangan Kerajaan Allah itu; 3) Gereja yang merupakan perwujudan Kerajaan Allah di dalam sejarah manusia.[7]

Permenungan pribadi:

  • Apakah aku menghayati kedatangan Kerajaan Allah, saat aku menyambut Yesus yang hadir dalam Ekaristi?
  • Apakah aku layak disebut sebagai anggota Kerajaan Allah? Bagaimana dengan perkataan dan perbuatanku, apakah sesuai dengan ajaran Kristus?
  • Apakah aku cukup mensyukuri rahmat Pembaptisanku?
  • Apakah aku memiliki semangat untuk menyebarkan Injil Kerajaan Allah kepada semua orang?
  • Apakah aku sudah berbuat kasih untuk memberi kesaksian tentang kehadiran Tuhan di dalam hidupku?
  • Apakah aku menyadari bahwa di dalam hatiku ada Kerajaan Allah?
  • Apakah aku menghormati Gereja dan semua ajarannya, karena Gereja adalah perwujudan Kerajaan Allah di dunia?

10:8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Kuasa untuk melakukan tanda mukjizat diberikan oleh Yesus kepada para rasul secara cuma-cuma, karena itu Yesus tidak menginginkan mereka menarik keuntungan materi dari pelayanan mereka. Inilah yang menjadi tanda para hamba Allah sejati. Jika mereka meniru teladan Yesus dan para rasul, maka mereka haruslah hidup sederhana, tanpa menarik keuntungan pribadi dari segala pelayanan misi Kerajaan Allah.

Permenungan pribadi:

  • Jika aku melakukan tugas pewartaan Injil, apakah aku mencari keuntungan pribadi dari tugas pelayanan tersebut?
  • Jika aku mampu, apakah aku mau melakukan tugas pelayanan di Gereja dengan cuma-cuma? Dan melakukannya dengan suka cita?
  • Jika aku ketahui ada tetangga/ umat yang sakit, maukah aku mengunjungi dan berdoa bagi kesembuhannya?
  • Apakah aku mendukung semua pastor, terutama pastor paroki, dengan doa-doaku, agar Roh Kudus memberkati karya mereka untuk menyembuhkan dan mengusir kuasa jahat?

Marilah kita berdoa

Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.

Bapa di Surga, aku mengucap syukur untuk Sabda-Mu yang mengingatkan aku tentang indahnya Kerajaan-Mu. Aku bersyukur karena Engkau telah mengangkatku untuk menjadi anggota Kerajaan-Mu lewat Sakramen Pembaptisan. Terima kasih ya Tuhan, untuk karunia rahmat Pembaptisan ini. Ampunilah aku jika aku belum sungguh-sungguh layak disebut sebagai anggota Kerajaan-Mu, terutama jika aku kurang mengimani bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, jika aku kurang bersyukur kepada-Mu dan jika aku gagal melakukan semua ajaran-Mu. Buatlah aku menyadari bahwa dengan menyambut Kristus dalam Ekaristi, aku menyambut Engkau sendiri. Bukalah mata hatiku agar melihat bahwa di dalam Ekaristi aku menerima mukjizat terbesar: Engkau yang ilahi mau masuk ke dalam tubuhku yang fana, karena Engkau mau mengangkatku, menyembuhkanku, dan membebaskan aku dari kematian kekal akibat dari dosa-dosaku. Yesus, bantulah aku supaya dapat hidup sesuai dengan ajaran-Mu agar dengan demikian aku dapat menjadi saksi yang hidup untuk meluaskan Kerajaan-Mu. Bantulah aku untuk taat kepada mereka yang telah Engkau pilih sebagai penerus para rasul-Mu, agar bersama-sama dengan mereka, aku dapat turut mewartakan Kerajaan-Mu sampai ke ujung dunia.

Bapa, terimalah doa ini yang kusampaikan di dalam nama Putera-Mu Yesus Kristus.

Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Amin.


[1] John E. Steinmueller and Kathryn Sullivan, Catholic Biblical Encyclopedia, New Testament, (Joseph F. Wagner Inc., NY, 1956), p. 374.

[2] Lihat Lumen Gentium, Dokumen Vatikan II, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, 9, “Kedudukan umat itu ialah martabat dan kebebasan anak-anak Allah. Roh kudus diam di hati mereka bagaikan dalam kenisah. Hukumnya perintah baru itu mencintai, seperti Kristus sendiri telah mencintai kita (lih. Yoh 13:34). Tujuannya Kerajaan Allah, yang oleh Allah sendiri telah dimulai di dunia, untuk selanjutnya disebarluaskan, hingga pada akhir zaman diselesaikan oleh-Nya juga, bila Kristus, hidup kita, menampakkan diri (lih. Kol 3:4), dan bila “makhluk sendiri akan di merdekakan dari perbudakan kebinasaan dan memasuki kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” (Rom 8:21). Oleh karena itu umat masehi, meskipun kenyataannya tidak merangkum semua orang, dan tak jarang nampak sebagai kawanan kecil, namun bagi seluruh bangsa manusia merupakan benih kesatuan, harapan dan keselamatan yang kuat. Terbentuk oleh Kristus sebagai persekutuan hidup, cinta kasih dan kebenaran, umat itu oleh-Nya diangkat juga menjadi upaya penebusan bagi semua orang, dan diutus keseluruh bumi sebagai cahaya dan garam dunia (lih. Mat 5:13-16).”

[3] Dom Bernard Orchard, A Catholic Commentary on Holy Scripture, (Thomas Nelson and Sons, NY, 1953) p. 852-853, Injil Matius menyebutkan tentang “Kerajaan” ini sebanyak 51 kali, sedangkan Markus 14 kali, dan Lukas 39 kali.

[4] Ibid., p. 853

[5] Ibid., p. 869

[6] Lihat Katekismus Gereja Katolik, 1402, 1419

[7] Joseph Ratzinger, Pope Benedict XVI, Jesus of Nazareth, (Double Day, New York, USA, 2007), p.49-50

12 COMMENTS

  1. Shalom Ibu Ingrid,…

    Terima Kasih kesediaan Ibu Ingrid untuk menjawab pertanyaan saya,…

    Jika Gereja Katolik memang konsisten dalam memahami hubungan Gereja dan Kerajaan Allah baik sebelum KV I dan II, berarti kekeliruan ada pada orang-orang non-Katolik, khususnya teolog-teolog Protestan,yang meyakini bahwa Gereja Roma Katolik memahami bahwa Gereja dan Kerajaan Allah adalah sama. Soalnya saya seringkali menemukan klaim seperti itu dalam buku teologi kalangan Protestan. Hal tersebut seringkali sasaran empuk untuk mengkritisi Gereja Roma Katolik.

    Ataukah menurut dugaan saya, jangan-jangan Gereja Katolik, khususnya sebelum KV II, salah memahami pernyataan Agustinus yang menyatakan bahwa “The Church of today, of the present, is the Kingdom of Christ and the Kingdom of Heaven.” Mohon pencerahan dari ibu Ingrid,.. terima kasih.

    • Shalom Tio Bulolo,

      Yang ditulis oleh St. Agustinus itu benar, sebab memang Gereja adalah Kerajaan Kristus di dunia, yang hadir dalam misteri, atau, yang masih merupakan benih, yang baru mencapai kepenuhannya di Surga kelak. Demikian yang diajarkan oleh Katekismus Gereja Katolik sehubungan dengan pengertian Gereja dalam hubungannya dengan Kerajaan Allah:

      KGK 763    Tugas Putera dan alasan pengutusan-Nya ialah melaksanakan rencana keselamatan Bapa dalam kepenuhan waktu (Bdk. LG 3; AG 3). “Sebab Tuhan Yesus mengawali Gereja-Nya dengan mewartakan kabar bahagia, yakni kedatangan Kerajaan Allah yang sudah berabad-abad lamanya dijanjikan dalam Alkitab” (LG 5). Untuk memenuhi kehendak Bapa, Kristus mendirikan Kerajaan surga di dunia. Gereja adalah “Kerajaan Kristus yang sudah hadir dalam misteri” (LG 3).   

      KGK 764    “Kerajaan itu menampakkan diri kepada orang-orang dalam sabda, karya, dan kehadiran Kristus” (LG 5). Mereka yang menerima sabda Yesus “telah menerima Kerajaan Allah” (ibid). Benih dan awal Kerajaan ini adalah “kawanan kecil” (Luk 12:32) orang-orang, yang Yesus telah kumpulkan di sekeliling-Nya dan yang gembala-Nya adalah Dia sendiri (Bdk. Mat 10:16; 26:31; Yoh 10:1-21). Mereka membentuk keluarga Yesus yang sebenarnya (Bdk. Mat 12:49). Mereka yang Ia himpun di sekitar-Nya, diajarkan-Nya satu cara bertindak yang baru dan satu doa khusus (Bdk. Mat 5-6).

      KGK 765    Tuhan Yesus memberi kepada persekutuan-Nya sebuah struktur yang akan tinggal sampai Kerajaan-Nya disempurnakan. Pada tempat pertama terdapat pilihan kedua-belasan dengan Petrus sebagai pemimpin (Bdk. Mrk 3:14- 15). Mereka mewakili kedua belas suku bangsa Israel (Bdk. Mat 19:28; Luk 22:30). dan dengan demikian merupakan batu-batu dasar Yerusalem Baru (Bdk. Why 21:12-14). Keduabelasan itu (Bdk. Mrk 6:7) dan murid-murid yang lain (Bdk. Luk 10:1-2). mengambil bagian pada perutusan Kristus, pada kekuasaan-Nya, tetapi juga pada nasib-Nya (Bdk. Mat 10:25; Yoh 15:20). Melalui semua tindakan ini Kristus mendirikan dan membangun Gereja-Nya.   

      KGK 768    Untuk melaksanakan perutusan-Nya, Roh “memperlengkapi dan membimbing Gereja dengan aneka karunia hierarkis dan karismatik” (LG 4). Melalui Dia “Gereja, yang diperlengkapi dengan karunia-karunia Pendirinya, dan yang dengan setia mematuhi perintah-perintah-Nya tentang cinta kasih, kerendahan hati, dan ingkar diri, menerima perutusan untuk mewartakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan Allah, dan ia [Gereja] adalah benih dan permulaan dari Kerajaan itu di dunia.” (LG 5).

      KGK 769    “Gereja… hanya akan disempurnakan dalam Kerajaan surgawi” (LG 48), waktu kedatangan kembali Kristus dalam kemuliaan-Nya. Sampai saat itu “Gereja berlangkah dalam penziarahannya di tengah-tengah penganiayaan dunia dan penghiburan Allah” (Agustinus, civ. 18,5 1) (Bdk. LG 8). Gereja sadar bahwa di dunia ini ia masih jauh dari Tuhan, di perasingan (Bdk. 2 Kor 5:6; LG 6) dan merindukan Kerajaan yang disempurnakan, agar “dipersatukan dengan rajanya dalam kemuliaan” (LG 5). Penyempurnaan Gereja dan melalui dia penyempurnaan dunia dalam kejayaan, tidak akan terlaksana tanpa ujian-ujian besar. Baru sesudah itu “semua orang yang benar sejak Adam, dari Abel yang saleh sampai ke orang pilihan terakhir, akan dipersatukan dalam Gereja semesta di hadirat Bapa” (LG 2).

      Semoga penjabaran dalam Katekismus ini dapat membantu memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Shalom staf Katolisitas,..

    Pada saat ini saya sedang mempelajari tentang hubungan Gereja dan Kerajaan Allah,… hanya saja saya sedang dibingungkan oleh hubungan Gereja dan Kerajaan Allah ini tampaknya sebelum dan sesudah Konsili Vatikan II berbeda, sebelum KV II Gereja dan Kerajaan Allah dinyatakan identik, tetapi beberapa buku (yang ditulis oleh teolog Katolik) yang saya baca menyatakan bahwa setelah KV II tidak lagi identik?

    Jika memang berubah, apakah ini berarti GKR tidak konsisten terhadap doktrin-doktrin yang dibangun selama ini? atakah ada alasan lainnya. Apakah dalam kalangan teolog dan Rohaniwan Gereja Roma Katolik sendiri memiliki pandangan yang berbeda tentang hal tersebut?

    Demikian pertanyaan saya, sebelumnya saya ucapkan terima kasih. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua.

    • Shalom Tio,

      Cara untuk mengetahui apakah ada ketidak-konsistenan antara ajaran Konsili Vatikan II terhadap Konsili Vatikan I, adalah dengan membaca langsung dokumen Konsili Vatikan I dan Konsili Vatikan II. Baru setelah kita sudah membaca ke dokumen aslinya, kita dapat melihat apakah benar ada perubahan atau apakah ada ketidak konsistenan tersebut.

      Nah dokumen Konsili Vatikan I, dalam dibaca teks bahasa Inggrisnya, di sini, silakan klik. Sejujurnya dokumen tersebut tidak secara khusus dan eksplisit menyebutkan bahwa kerajaan Allah sama dengan Gereja Katolik. Yang ada di sana, adalah uraian tentang Gereja Kristus yang didirikan di atas Rasul Petrus, dengan mengacu kepada ayat Mat 16:18-19, yaitu bahwa Kristus memberikan kunci-kunci kerajaan kepada Rasul Petrus (lih. chapter 2.2).

      Ajaran ini tidak pernah diubah oleh Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan hanya menjelaskan dengan lebih rinci, bahwa Gereja Kristus itu sudah digambarkan secara samar-samar dalam Perjanjian Lama. “Adapun seperti Israel menurut daging, yang mengembara di padang gurun, sudah di sebut Gereja (jemaat) Allah (lih. Neh 13:1; Bil 20:4; Ul 23:1 dst), begitu pula Israel baru, yang berjalan dalam masa sekarang dan mencari kota yang tetap dimasa mendatang (lih. Ibr 13:14), juga disebut Gereja Kristus (lih. Mat 16:18).”(Lumen Gentium, 9). Namun tentang Rasul Petrus sebagai pemegang kunci kerajaan/ kunci Gereja, itu tetap dinyatakan kembali di paragraf 22, “Hanya Simonlah yang oleh Tuhan ditempatkan sebagai batu karang dan juru kunci Gereja (lih. Mat 16:18-19), dan diangkat menjadi Gembala seluruh kawanan-Nya (lih. Yoh 21:15 dsl.)”

      Silakan juga membaca Lumen Gentium paragraf 5, silakan klik, yang menjabarkan secara khusus hubungan Gereja sebagai benih Kerajaan Allah, dan juga tentang gambaran-gambaran dalam Kitab Suci lainnya, yang menggambarkan Gereja. Jadi memang Kitab Suci menunjukkan banyak istilah yang menggambarkan tentang Gereja. Gereja tidak digambarkan hanya dengan satu istilah ‘Kerajaan Allah’, namun juga dengan istilah lainnya, yaitu kandang, ladang Allah, bangunan Allah, Yerusalem yang turun dari atas, dst, sebagaimana disebutkan dalam paragraf 6, silakan klik.

      Silakan Anda membaca dengan seksama, dan temukanlah sendiri apakah ada pergeseran ajaran tentang Gereja dan Kerajaan Allah yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan I dan II . Sejujurnya saya tidak melihat hal itu. Konsili Vatikan II hanya menjabarkan lebih lanjut, apa yang belum dijabarkan dengan jelas di Konsili Vatikan I. Tetapi apa yang dijabarkan dalam Konsili Vatikan II semua ada dasarnya dari Kitab Suci, dan tetap mengulangi apa yang sudah diajarkan dalam Konsili Vatikan II.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Terima kasih Bu Ingrid atas kesediaannya dengan tulus untuk menjawab pertanyaan saya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati.

  4. Shalom.
    Saya mengucap syukur bisa “menemukan” situs katolitas ini, dengan ada situs ini membuat saya lebih memahami tentang Imam Katolik yang kaya. Saya dulu adalah seorang Katolik tetapi sekarang seorang Protestan. Memang, dalam Protestan saya seringkali menemukan adanya kecurigaan tertentu dan mengganggap bahwa Katolik itu sesat adanya, tetapi melalui website ini saya dapat lebih memahami katolik secara lebih dari sebelumnya.Dengan ini saya ingin belajar lebih mengenal lagi pemahaman Iman Gereja Katolik.

    Pertanyaan saya,
    bagaimanakah Gereja Katolik memahamami hubungan antara Kerajaan Allah dan Gereja? dan apa dampak pemahaman tersebut dalam perkembangan gereja Katolik?

    Sebelum saya mengucapkan terimakasih banyak. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

    • Shalom Tio Buulolo,

      Menurut Paus Benediktus XVI dalam bukunya Jesus of Nazareth, Kerajaan Allah dapat diartikan dalam 3 hal: 1) Yesus sendiri, karena seperti diajarkan oleh Origen, Yesus adalah Kerajaan Allah yang menjelma menjadi manusia; 2) Kerajaan Allah ada di dalam hati manusia yang berdoa memohon kedatangan Kerajaan Allah itu; 3) Gereja yang merupakan perwujudan Kerajaan Allah di dalam sejarah manusia.

      Uraian selanjutnya tentang perikop Kerajaan Allah, silakan membaca artikel di atas, silakan klik.

      Dalam Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Gereja Katolik mengajarkan hubungan antara Kerajaan Allah dengan Gereja demikian:

      “5. (Kerajaan Allah)

      Misteri Gereja Kudus itu diperlihatkan ketika didirikan. Sebab Tuhan Yesus mengawali Gereja-Nya dengan mewartakan kabar bahagia, yakni kedatangan Kerajaan Allah yang sudah berabad-abad lamanya dijanjikan dalam Alkitab: “Waktunya telah genap, dan Kerajaan Allah sudah dekat” (Mrk 1:15; lih Mat 4:17). Kerajaan itu menampakkan diri kepada orang-orang dalam sabda, karya dan kehadiran Kristus. Memang, sabda Tuhan diibaratkan benih, yang ditaburkan diladang (lih Mrk 4:14), mereka yang mendengarkan sabda itu dengan iman dan termasuk kawanan kecil Kristus (lih Luk 12:32), telah menerima kerajaan itu sendiri. Kemudian benih itu bertunas dan bertumbuh atas kekuatannya sendiri hingga waktu panen (lih Mrk 4:26-29). Mukjizat-mukjizat Yesus pun menguatkan, bahwa Kerajaan itu sudah tiba di dunia: “Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20; lih Mat 12:28). Tetapi terutama Kerajaan itu tampil dalam Pribadi Kristus sendiri, Putera Allah dan Putera manusia, yang datang “untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45).

      Adapun sesudah menanggung maut di kayu salib demi umat manusia, kemudian bangkit, Yesus nampak ditetapkan sebagai Tuhan dan Kristus serta Imam untuk selamanya (lih Kis 2:36; Ibr 5:6; 7:17-21). Ia mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh Bapa ke dalam hati para murid-Nya (lih Kis 2:33). Oleh karena itu Gereja, yang diperlengkapi dengan kurnia-kurnia Pendirinya, dan yang dengan setia mematuhi perintah-perintah-Nya tentang cinta kasih, kerendahan hati dan ingkar diri, menerima perutusan untuk mewartakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan Allah, dan mendirikannya di tengah semua Bangsa. Gereja merupakan benih dan awal mula Kerajaan itu di dunia. Sementara itu Gereja lambat-laun berkembang, mendambakan Kerajaan yang sempurna, dan dengan sekuat tenaga berharap dan menginginkan, agar kelak dipersatukan dengan Rajanya dalam kemuliaan.” (Lumen Gentium, 5)

      Sedangkan tentang aneka gambaran Gereja, disebutkan di paragraf selanjutnya, silakan klik.

      Tio, mungkin saja Anda meninggalkan Gereja Katolik karena ketidaktahuan di masa lalu. Fakta bahwa Anda mempunyai kesediaan untuk membaca dan merenungkan apa yang tertulis di situs ini menandakan ketulusan hati Anda untuk mencari kepenuhan kebenaran-Nya. Kami berdoa, semoga Roh Kudus dapat membukakan mata hati Anda untuk kembali menemukannya dalam Gereja Katolik, yang di dalamnya Anda telah menerima Baptisan dan di dalamnya Anda pertama kali mengimani Kristus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  5. Shalom Ibu Ingrid

    Betapa bahagianya kita yg sudah di baptis dan menjadi anggota Gereja-Nya, telah termasuk dalam bilangan Kerajaan Allah dan betapa indahnya hari demi hari keseharian hidup ini apabila dalam setiap tindakan orang-orang yg menyadari betul rahmat yg sdh kita terima itu, benar-benar terlaksana tak sedikit pun menyimpang dari perilaku kita.

    Namun realitas yg terjadi, masih bnyk diantara orang-orang yg mnjdi anggota Gereja berperilaku menyimpang: gemar judi, mabuk-mabukan, melihat gambar/ tayangan porno, merusak kekudusan ikatan perkawinan atau yg lainnya(sy tinjau dr realitas msyarakat awam).

    1. Sedemikian toleransinya kah Allah, Kerajaan yg sdh Ia bangun dikotori oleh org dgn perilaku trsbut?
    2. Sedemikian adilkah itu bg Allah bhwa Ia yg penuh belas kasih dn menghormati kehendak bebas?
    3. Apakah yg demikian ini yg disebut domba yg hilang atau ranting yg akan di potong-Nya?

    Terimakasih atas perkenan menaggapi
    Shalom

    • Shalom Bonhop,

      1&2. Sabda Allah menyatakan bahwa Allah itu “penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Kel 34:6, Mzm 86:15, 103:8, 145:8). Ya, maka Allah bersabar terhadap manusia, meskipun manusia berdosa, dan banyak melakukan kesalahan, tidak menghormati martabatnya sendiri yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

      Namun Allah juga mahaadil, Ia mengasihi keadilan (Mzm 11:7, 19:9). Ia adalah Hakim yang adil (2 Tim 4:8) yang akan mengadili semua orang menurut perbuatannya (1 Ptr 1:17, 2Tim 4:14). Maka kesempatan kita hidup di dunia ini harus menjadi bagi kita kesempatan untuk berjuang hidup lebih baik, agar dengan iman yang menjadi satu kesatuan dengan perbuatan kasih, kelak kita beroleh penggenapan janji Tuhan akan kehidupan kekal.

      3. Ranting yang tidak berbuah atau domba yang hilang adalah perumpamaan yang dipakai untuk menggambarkan para pendosa yang hidupnya menyimpang/ terpisah dari Allah, sehingga tidak menampakkan buah yang baik. Para pekerja kebun anggur merawatnya dan memberi pupuk, dengan harapan ranting tersebut akan berbuah. Demikian pula, para pendosa, melalui pengajaran Sabda Allah dan Gereja, diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bertobat dan kembali melakukan perintah-perintah Allah, agar hidupnya menghasilkan buah yang limpah. Jika kesempatan ini disia-siakan, maka mereka akan menuai akibatnya. Keputusan untuk memisahkan diri dari Allah sejak kehidupan di dunia akan memberikan konsekuensi keterpisahan dari Tuhan juga pada kehidupan yang kekal, walaupun dapat pula keterpisahan dari Tuhan itu sudah menghasilkan juga penderitaan hidup di dunia ini.

      Semoga kita semua diberi kebijaksanaan dan kehendak yang kuat oleh Tuhan sehingga kita terhindar dari keterpisahan dengan Tuhan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  6. Mohon maaf kalau saya salah dalam menempatkan pertanyaan di dalam Artikel ini. Pada hari Minggu Prapaska I 26 Februari 2012 bacaan diambil dari St Markus 1:12-15.Mohon pencerahan untuk ayat 15. yang berbunyi :
    Yesus memberitakan, “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil”
    Apakah yang dimaksud Yesus dengan percayalah kepada Injil??
    Bukankah pada saat itu ke 4 Injil belum ada,lalu Injil yang mana yang dimaksud dalam ayat tersebut. Berkah Dalem.

    • Shalom Djuwanto,

      “Injil” yang dimaksud di Injil Markus 1:15 tersebut, maksudnya adalah bukan merupakan rekaman tulisan/ Kitab Injil yang kita kenal, karena saat itu Kitab Injil belum ada- kisah Injil belum dituliskan. Maka Injil ini adalah “Kabar Gembira” (εὐαγγέλιον
      euaggélion- dalam bahasa Yunani) tentang kedatangan Yesus Kristus, yaitu kabar gembira/ kabar sukacita akan keselamatan yang dari Allah bagi umat manusia; tentang kedatangan Mesias yang dijanjikan Allah, untuk menyelamatkan kita.

      Injil/ Kabar Gembira ini dihubungkan dengan Kerajaan Allah yang tentangnya sudah pernah dibahas di atas, silakan klik. Sedangkan Kabar Gembira Utama yang harus diberitakan adalah belas kasih Allah yang dinyatakan di dalam Kristus Yesus Putera-Nya, dan tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  7. salam damai
    saya mau bertanya mengenai lika-liku profetisme.
    mohon berkenan menjelaskan secara rinci.
    salam hormat.
    terima kasih.

    [dari katolisitas: silakan membaca tentang tanya jawab ini terlebih dahulu – klik ini. Kalau masih ada pertanyaan, silakan menyampaikannya lagi.]

Comments are closed.