1. Panggilan hidup sebagai Katekis
Siapa itu katekis? Katekis adalah semua umat beriman kristiani, baik klerus maupun awam yang dipanggil dan diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta Sabda Allah. Dengan kata lain profesi kehidupan seorang katekis adalah mengajar, mewartakan Sabda Allah. Kita harus menyadari bahwa pewartaan Sabda Allah adalah bagian penting dari tugas pokok Gereja. Pewartaan Sabda Allah adalah juga tugas pokok dari semua umat beriman sebagai murid-murid Kristus. Hal itu diperintahkan oleh Kristus kepada murid-muridNya: “Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu” (Mat. 28,19). Lebih jelas dan terang lagi dalam Markus 16, 15-16: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”. Dari apa yang telah dijelaskan di atas jelas bahwa seorang katekis tidaklah harus seorang awam, kleruspun adalah katekis. Pastor paroki adalah katekis utama (katekis dari para katekis) dalam parokinya yang bertugas mengajar agama dan moral kristiani kepada umat yang dipercayakankan kepadanya. Sangat disayangkan, tidak banyak Pastor atau katekis yang bekerja di Paroki tekun dalam pengajaran bagi umat (katekese bagi anak-anak, remaja, mudika, orang tua, pembinaan umat tahap mistagogi sesudah komuni pertama, pembinaan keluarga pasca perkawinan tidak terurus). Katekese hanya sebatas pendalaman iman pada masa Prapaskah (APP) dan masa Advent (AAP) saja, bukan menjadi kegiatan rutin bulanan..
Pada hal dalam Hukum Gereja, tugas mengajar adalah bagian penting dan utama dari Gereja di tengah dunia seperti tercantum dalam Buku III, dengan judul “Tugas Gereja Mengajar”.
Kan. 747, # 1: “Kepada Gereja dipercayakan oleh Kristus Tuhan khazanah iman agar Gereja dengan bantuan Roh Kudus menjaga kebenaran yang diwahyukan tanpa cela, menyelidikinya secara lebih mendalam serta memaklumkannya dan menjelaskannya dengan setia. Gereja mempunyai tugas dan hak asasi untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa, pun dengan alat-alat komunikasi sosial yang dimiliki Gereja sendiri, tanpa tergantung dari kekuasaan insani manapun juga.
# 2. Berwenang untuk selalu dan di mana-mana memaklumkan asas-asas kesusilaan, pun yang menyangkut tata-kemasyarakatan dan untuk membawa suatu penilaian tentang segala hal-ikhwal insani, sejauh hak-hak asasi manusia atau keselamatan menuntutnya”.
Panggilan menjadi Katekis adalah panggilan luhur yakni mengambilbagian dalam tugas pengajaran Yesus Kristus di dunia sebagai guru/nabi. Katekis di Paroki tidaklah selalu formal yakni mereka yang memiliki ijazah bidang studi keteketik tetapi umat awam yang memiliki semangat belajar dan mampu mengajarkan iman katolik secara baik dan benar juga dapat menjadi katekis Paroki.
2. Tugas pokok seorang Katekis
Berbicara tentang tugas pokok katekis, dapat kita lihat dalam uraian KHK, 1983 kan. 773: “Menjadi tugas khusus dan berat, terutama bagi para gembala rohani, untuk mengusahakan katekese umat kristiani agar iman kaum beriman melalui pengajaran agama dan melalui pengalaman kehidupan kristiani, menjadi hidup, disadari dan penuh daya”.
1. Mewartakan Sabda Allah
Jelas dalam teks tersebut tercantum tugas pokok katekis adalah mewartakan Sabda Allah melalui pengajaran agama (katekese), membagi pengalaman hidup kristiani, dan penghayatan hidup beriman. Katekis bersama Pastor paroki yang juga katekis bertugas mengajar iman umat Allah yang dipercayakan kepadanya. Bukan saja bagi para orang tua tetapi mulai dari anak-anak sampai dengan kakek-nenek, semua usia, semua golongan. Itulah yang disebut dengan Bina Iman yang berkesinambungan. Sering Pastor sibuk dan kurang memberikan waktu bagi pembinaan, maka katekislah yang mengajar umat beriman. Mengajar umat beriman bukan saja dengan kata-kata melainkan dituntut kesaksian hidup dari seorang katekis.
2. Memberi Kesaksian
Pengajaran adalah proses pengalihan ilmu, ajaran, ide, gagasan, informasi, pokok pikiran, pengalaman kepada seseorang anak didik (pendengar). Proses pentransferan itu adalah agar anak didik (pendengar) setelah menerima pengajaran memahami apa yang diajarkan oleh gurunya dan menerima materi pengajaran itu sebagai miliknya. Katekese adalah sebuah proses pengajaran agama dan moral kristiani kepada umat. Tujuannya adalah agar umat beriman semakin diteguhkan imannya, diperkaya, dibaharui sehingga mampu menjadi saksi dari ajaranNya. Tujuan pengajaran agama itu tercapai bila katekis tidak hanya memberi pengetahuan ajaran, informasi, gagasan melainkan juga kesaksian hidup dari katekisnya. Orang akan lebih mudah menerima pengajaran agama dengan contoh, kesaksian hidup dari pada hanya ajaran, ide, gagasan saja. Hendaknya apa yang diajarkan sesuai dengan apa yang dipraktekkan dalam kehidupan oleh katekis sendiri. Bukan sebaliknya, kesaksian hidup seorang katekis menjadi batu sandungan bagi umat beriman atau bagi calon baptis. Karena itu, seorang katekis memiliki spiritualitas yang utuh dan dewasa berfungsi seperti seorang gembala.
Dengan kata lain, kesaksian hidup katekis/guru agama adalah penting bagi umat beriman. Oleh karena itu dibutuhkan keselarasan antara pengajaran dan praktek hidup. Untuk itu, sikap yang dituntut seorang katekis/guru agama adalah mengamalkan apa yang diajarkan kepada umat beriman. Dia harus memberi contoh hidup apa yang diajarkan kepada umatnya. Bukan sebaliknya justru menjadi batu sandungan dan menghalangi umat beriman untuk mengetahui tentang ajaran kristiani dan mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan penyelamat.
3. Spiritualitas seorang Katekis
Spiritualitas seorang katekis bersumber pada katekis ulung dan sejati kita yakni Yesus Kristus. Dialah Guru sejati, sang gembala agung yang mengajar dengan sempurna baik perkataan dan perbuatan kepada umat-Nya.
1. Kesetiaan terhadap Sabda Allah
Kristus menyerahkan diri kepada para rasul (Gereja) misi untuk mewartakan Kabar Baik kepada semua bangsa. Pewartaan kabar baik kepada semua bangsa dengan menyalurkan iman, menyingkapkan, dan mengalami panggilan kristiani. Supaya pelayanan Sabda sungguh kena sasaran, katekis hendaknya menyadari konteks kehidupan umat dan kesaksian hidupnya. Hendaklah katekis memperhatikan pewartaan eksplisit misteri Kristus kepada umat beriman, kepada mereka yang tidak percaya dan bukan Kristiani. Kesadaran mutlak perlunya bertumpu pada Sabda Allah dan tetap setia terhadap Sabda Allah, tradisi Gereja, untuk menjadi murid-murid Kristus yang sejati dan mengenal kebenaran (bdk. Yoh. 8:31-32).
2. Sabda dan kehidupan
Kesadaran akan misinya sendiri untuk mewartakan Injil selalu harus diungkapkan secara konkret dalam hidup berpastoral bagi seorang katekis. Pelbagai situasi kehidupan berparoki sebagai tempat pelayanan dilaksanakan akan hidup dalam terang Sabda Allah. Para katekis/guru agama hendaknya senantiasa hidup dalam Sabda Allah. Semangat hidup itu didorong oleh Rasul Paulus yang berseru: “Celakalah aku, kalau tidak mewartakan Injil” (I Kor. 9:16), para katekis hendaknya tahu bagaimana memanfaatkan seluruh sarana dan media komunikasi untuk mewartakan Sabda Allah. Pewartaan Sabda Allah begitu mendesak karena masih begitu banyak orang belum mengenal Kristus. Hal itu mencerminkan seruan Paulus: “Bagaimana mereka dapat percaya akan Dia (Yesus Kristus Tuhan), jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?” (Rom. 10:4).
3. Sabda dan Katekese
Katekese memainkan peranan penting sekali dalam misi pewartaaan Injil, upaya yang utama untuk mengajarkan dan mengembangkan iman (bdk. Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik; “Catechesi Tradendae” tgl. 16 Oktober 1979, AAS, 71, 1979). Para katekis termasuk di dalamnya Imam (katekis) rekan kerja Uskup hendaknya mengkoordinasi dan membimbing kegiatan katekese jemaat yang dipercayakan kepadanya. Sebagai guru dan pembina iman, Imam dan katekis/guru agama hendaknya menjamin agar katekismus, khususnya berkenan dengan sakramen-sakramen, merupakan bagian utama pendidikan Kristiani jekuarga dan pelajaran agama.
4. Penutup
Gereja lokal akan kokoh kuat jika iman umat beriman juga kuat. Iman akan kuat jika ada katekese, pengajaran/pembinaan iman jemaat secara berkesinambungan dan berjenjang (mistagogi). Meskipun demikian tugas ini kadang tidak dijalankan. Pada hal inilah tugas utama Gereja: mewartakan Injil kabar gembira kepada semua bangsa. Oleh karena itu melalui semangat kanon 747 dan 773, para katekis hendaknya melayani tanpa pamrih, berkorban, mengutamakan pelayanan kepada umat, mampu bekerjasama dengan Pastor Paroki, bekerjasama dengan umat agar pelayanan iman dan kehidupan rohani umat dapat terurus dengan baik. Pembinaan bagi para katekis oleh komisi Kateketik di tingkat keuskupan sudah merupakan tuntutan, demi peningkatan mutu/kualitas para katekis dan pembaharuan diri dalam pelayanan dan pewartaannya.
Kepustakaan:
1. Yohanes Paulus II, Anjuran Apostolik; “Catechesi Tradendae” tgl. 16 Oktober 1979, AAS, 71, 1979.
2. Codex Iuris Canonici 1983, PP John Paul II.
3. Exegetical Commentary on the Code of Canon Law, Faculty of Canon Law University Navarre, Chicago 2004.
Dear Team Katolisitas dan Romo
Salam Kasih Dalam Kristus
ada yang ingin saya tanyakan :
1. Menurut pandangan Team Katolisitas dan Romo, apakah seorang Katekis mengajarkan iman apa mengajarkan pengetahuan tentang ajaran Kristus / tentang agama Katolik kepada para katekumen ?
2. Jika memang mengajarkan iman , tolong berikan alesan nya ? Jika memang mengajarkan pengetahuan , tolong berikan alesan nya ?
Mohon penjelasan dari Team Katolisitas dan Romo
Amoro Misericordioso
Shalom Win, Saya harap Anda telah membaca tulisan Romo Wanta di atas – silakan klik. Kuncinya di sini adalah iman dan pengetahuan tentang ajaran Kristus tidaklah terpisahkan. Dengan kata lain, iman timbul dari pendengaran (lih. Rm 10:17). Pendengaran akan apa? Tentang segala sesuatu yang berfokus pada Kristus. Dengan demikian, pengetahuan akan Kristus juga diperlukan sehingga iman kita tidak lagi berdasarkan perasaan yang mudah berubah, namun mempunyai pondasi iman yang kuat, karena kita telah mengetahui dasar-dasar iman kita secara mendalam. Dan memang sudah seharusnya dasar-dasar iman ini dikupas dalam proses katekese sebelum dibaptis. Namun, pada akhirnya pengetahuan iman ini harus mempunyai… Read more »
Kepada para pembaca katolisitas Yth, Melalui media ini, saya mau mengajak bapak ibu, saudara/i untuk share sedikit bagaimana paroki Anda menyambut natal. Mungkin ada sesuatu yang baik dan berguna dari paroki Anda yang dapat saya terapkan di paroki saya. Kalau paroki saya begini. Sekitar pertengahan bulan Oktober, biasanya dibentuk panitia natal. Panitia ini bertugas mulai adven I sampai penampakan Tuhan, yang di sini dikenal dengan Aksi Tiga Raja. Panitia, melalui seksi-seksinya, mengurus soal liturgi, koor, misdinar, perlengkapan liturgi, dekorasi dan dokumensi, akomodasi imam tamu, dll. Dari tugas-tugas itu akhirnya muncullah proposal untuk biaya natal yang kemudian dibebankan ke umat. Demikianlah… Read more »
Sepengetahuan saya salah satu tugas pokok [diulang: POKOK] dari para rohaniwan adalah mengajar. Maka dalam satu keuskupan, uskup adalah katekis yg utama. Di Keuskupan Agung, Yg Mulia Uskup Agung itu menyandang atribut Katekis Agung.Di luar surat gembala yg muncul setahun sekali, kapankah Katekis Agung mengisi tugas kewajiban itu dgn berkatekese. Di website keuskupan tidak pernah terlihat tulisan katekese.Paling sedikit, mbok khotbah mingguan nya dimuat sbg tulisan di websitenya. Mbok coba para uskup2 yg mulia di Indonesia ini membaca blog para uskup dari Amerika. Agak nyontek dari sejawat uskup dari Amerika kan tidak berdosa.Yg justru merupakan dosa adalah bentuk tidak peduli… Read more »
Shalom Agustinus, Di satu sisi pandangan Anda benar, bahwa salah satu tugas pokok para uskup adalah mengajar. Ini jelas disebutkan dalam dokumen Konsili Vatikan II, Lumen Gentium, 24 dan 25, demikian: “Dari Tuhan, yang diserahi segala kuasa di langit dan di bumui, para Uskup selaku pengganti para Rasul menerima perutusan untuk mengajar semua suku bangsa dan mewartakan Injil kepada segenap makhluk, supaya semua orang, karena iman, babtis dan pelaksanaan perintah-perintah memperoleh keselamatan (lih. Mat 28:18-20; Mrk 16:15-16; Kis 26:17 dsl.)…. Di antara tugas-tugas para Uskup pewartaan Injillah yang terpenting. Sebab para Uskup itu pewarta iman, yang mengantarkan murid-murid baru kepada… Read more »
Salam. Saya ini tinggal di pinggiran kota Yogyakarta, shg utk menggerakkan kaki saya pergi ke Katedral Jakarta utk dengarkan homili/orasi/kar\tekese Uskup Agung Suharyo kok nyatanya mokal. Mbok acara homili mgr tsb direkam, diedit lalu dimasukkan dlm situs KAJ ( yg tidak juga hidup2) atau di katolisitas.org anda sbg mata acara teratur yg khusus; spt blog Uskup agung Pope dari Archdiocese of Washington, yg teratur diperbaharui 2 @ 3 kali seminggu dlm blog.adw.org yg memberi vista yg luas skl. Saya pernah menulis 2 x ke keuskupan di Semarang ( dlm bahsa yg cukup halus dlm Basa Krama Hinggil) yg tak pernah… Read more »
Salam Agustinus Purnama, Anda tinggal di Keuskupan Agung Semarang, maka bisa menghubungi komisi Komsos KAS untuk merealisasikan usulan yang baik dan maju tersebut. Untuk Komsos KAJ pun Anda bisa menghubungi Komisi Komsos KAJ. Keuskupan Agung Semarang maupun Jakarta memiliki Arah Dasar lima tahunan. Saya merasa bahwa usulan Anda sangat cocok dengan Ardas pastoral KAJ maupun Ardas KAS. Uskup Agung KAS Mgr J. Pujasumarta memiliki blog yang bagus dan updated tiap saat, yang saya kira Anda bisa menghubungi beliau di blognya, atau melalui email pribadinya, silahkan klik http://pujasumarta.multiply.com/ dan silahkan klik pula website KAS http://www.kas.or.id/. Namun, menunggu usul Anda ditanggapi, Anda… Read more »
Salam Sejahtera……. Perkenalkan nama saya Ayu ( 21 th )dari Singaraja_Bali…Rekan-rekan kaula muda jangan takut untuk menjadi alat Tuhan dalam membina sesama qt,,,,,,Dulu saya pun tak paham apa itu katekese ? apa itu pembinaan iman ? tamat SMA saya tentu beragan-agan kuliah di tempat yang terkenal dengan harapan masa depan cerah….saya ngk ada pikiran buat berkarya di Gereja ataupun mengajar agama,,,berkat dorongan Rm. Marcel Gede Miarsa, Pr dan bpk ku yang tercinta saya mulai berpikir juga melihat masa depan Gereja…apa jadinya jika anak-cucu saya kelak tak ada pembina/Guru profesional??? Akhirnya lewat jalan yang diberikan Tuhan saya memberanikan diri melangkah ke… Read more »
Shalom Anna,
Hati kami sungguh bersyukur dan bergembira melihat ada kaum muda seperti anda yang sungguh-sungguh ingin membangun Gereja Katolik yang kita kasihi. Talenta yang anda berikan berdasarkan kasih anda kepada Yesus sungguh dapat memberikan inspirasi bagi banyak orang. Mari, kita saling bahu membahu dalam membangun Gereja Katolik, sehingga semakin banyak orang mengenal dan mencintai Kristus dan Gereja-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
tim katolisitas.org
Proficiat atas kebesaran cintamu bagi Gereja. Membaca komenmu saya teringat teman-teman saya waktu kuliah di IPPAK Sanata Dharma. Ada begitu banyak kaum awam yang kuliah juga dan mau menjalani profesi sebagai katekis dan guru agama. suatu langkah yang baik dan perlu mendapat perhatian yang serius dari Gereja sendiri akan masa depan para katekis awam yang merelakan diri, tenaga, waktu untuk Gereja. Dalam setiap sharing pengalaman dengan mereka pada pembinaan spiritualitas, banyak dari mereka mengakui senang dengan pilihan ini, hal ini mereka temukan ketika menjalani Karya Bakti Paroki (KBP) dengan melihat pengalaman-pengalaman lapangan mereka semakin diteguhkan dan mencintai panggilan hidup sebagai… Read more »
Salam Damai Sejahtera Dalam Yesus Kristus. Ini komentar, bukan sanggahan. Saya merasa, sambil berpikir, bahwa ber-katekese tidak sama dengan mengajar. Bahwa ada proses belajar mengajar ya. Bukan hanya masalah otak, melainkan juga masalah hati. Bukan hanya menjadi semakin pinter, melainkan juga semakin percaya. Semakin ber-‘iman’, yang masih harus dibuktikan dengan apa yang disebut ‘perbuatan. Katekese mungkin boleh disebut, suatu ‘komunikasi Iman’ Saya mengira, karena saya sungguh masih ‘awam’ yang tidak berkuasa menjalankan tugas mengajar Gereja; bahwa ber-katekese itu, antara lain, membina hubungan cinta kasih sejati, antara diri ku dan sesama, dalam rangka mewujudkan cintaku kepada Allah dan sesama. Cinta itu… Read more »
shalom saudaraku,
diparokiku ada pencetakan ato kaderisasi katekis bahkan sudah angkatan ke 5, jumlahnya tiap angkatan lebih dari seratus…..tapi saya kaga dengar gaungnya……….baik dikalangan muda ato dikalangan menengah dan para tua di wilayah saya.
Kelemahannya setelah sy pelajari sbb :
– kurang adanya waktu penuh untuk pelayanan.
– targetnya kurang fokus dan detail.
– kurang adanya pengetahuan tentang injil/dukungan data/materi atau referensi dari gereja sendiri.
– kurang dana
– kaga ada evaluasi feedback dari apa yg telah dilakukan.
Ini sungguh menjadi tantangan bagi saya sendiri diparoki kami, walopun saya sendiri bukan katekis.
Apakah diwilayah lain demikian juga ????
Rgds
Pak Budi Hal yang sama saya temui di tiga paroki yang pernah menjadi tempat tinggal saya. Dari sekian banyak katekis yang merupakan hasil kaderisasi, sedikit yang terdengar ‘gaung’nya dan dikenal ‘nama’nya, yaitu sebatas para katekis yang betul-betul commit mencurahkan waktu dan tenaga yang mereka miliki di sela-sela kesibukan mereka, untuk secara disiplin melaksanakan kegiatan pewartaan ajaran Katolik. Yang lainnya bukannya tidak berusaha, namun pada umumnya masih terkendala dengan terbatasnya waktu yang mereka miliki, sehingga tidak bisa 100% commit terhadap program kerja pewartaan yang sudah ditetapkan di awal. Jangan salah, semangat dan keinginan mereka untuk membantu pewartaan sangat besar dan hal… Read more »
Bagaimana dengan keadaan dimana seorang katekis yang setia kepada ajaran iman dan moral Katolik justru semakin susah bergerak?
Pastor paroki yang bertipe liberal, kadang heterodhox, kadang jelas-jelas bidat, namun orangnya baik, banyak yang simpatik dan seorang katetekis yang setia pada Gereja justru kesusahan di sini. Pastor mungkin kurang mendukung, kadang menganggap kita fundamentalis, konservatif dll.
Membina umat dengan ajaran iman, tetapi semua ajaran itu dibongkar dan disanggah oleh pendapat-pendapat pastor. Akhirnya katekis kehilangan kredibilitasnya.
Ini salah satu pengalaman pribadi saya.
Shalom Yohanes Mikael, Saya prihatin dengan pengalaman anda. Ya, memang tidak mudah untuk mengajarkan kebenaran dan hidup di dalam kebenaran. Sulit memang jika pastor paroki yang seharusnya mengajarkan kebenaran sesuai dengan pengajaran Magisterium Gereja, namun malah mengajarkan sesuatu yang lain atau yang sudah ‘disesuaikan’ menurut pemahaman pribadinya. Dalam hal ini, ada baiknya anda berbicara langsung kepada pastor tersebut, tentu dengan suasana kasih dan hormat, jika perlu, sertakanlah juga dokumen pengajaran resmi Gereja Katolik tentang topik yang dimaksud. Sebab hal bidaah/ heresy, itu tidak mutlak pasti formal heresy. Ada juga yang disebut sebagai ‘material heresy’, artinya, orang itu tidak tahu atau… Read more »
Mulia sekali engkau Katekis, kewajiban mu begitu “berat”…………………………..
Tapi hak-hak kamu sama sekali tidak disinggung dalam tulisan diatas.
UPAHMU BESAR DISORGA, itulah hiburan yg sering kudengar
Shalom Zenny, Terima kasih atas tanggapannya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa tugas katekis memang begitu berat. Dan tanggung jawab yang berat juga dipikul oleh karya-karya kerasulan yang lain. Bagi orang-orang yang setia, memang Tuhan telah menjanjikan Sorga. Namun, kesetiaan ini bukanlah karena mengajar di dalam kelas pelajaran agama, tetapi karena seseorang mengasihi Yesus. Kasih kepada Yesus inilah yang menyebabkan seseorang ingin membagikan kebenaran. Dan kebenaran ini secara sistematis dan menyeluruh dipaparkan dalam proses katekese. Kalau di luar negeri dan kalau tidak salah di daerah Bali, telah ada katekis full-time, yang memang dipekerjakan oleh Gereja untuk mengajar secara penuh, sehingga mendapatkan… Read more »