Pertanyaan:
St. Thomas Aquinas: “Dengan keadilan-Nya sebab dengan Sengsara Kristus maka Kristus menebus (membayar lunas) dosa-dosa umat manusia dan manusia dibebaskan oleh keadilan Tuhan…”
Anda sendiri: “[sengsara Kristus] bukti keadilan yang sempurna, yang menunjukkan kejamnya akibat dosa, yang harus dipikul oleh Kristus, untuk membebaskan kita manusia dari belenggu dosa. ”
Yesus tidak berdosa tetapi membayar dosa-dosa manusia…
Yesus tidak berdosa tetapi memikul kejamnya akibat dosa….
agar Allah dapat berbuat adil dalam mengampuni dosa manusia?
Apakah artinya kalau tanpa penderitaan Yesus dan Allah mengampuni dosa manusia,
berarti Allah bertindak tidak adil, karena akibat dosa belum dibayar lunas?
Apakah artinya Yesus — atas nama manusia — membayar lunas akibat dosa-dosa
agar manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya lagi?
Apakah bedanya konsep ini dgn “penal substitution” ?
Mohon penjelasan… terima kasih. – Fxe
Jawaban:
Shalom Fxe,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang dosa dan kaitannya dengan pengorbanan Kristus. Pertanyaan ini sangat bagus, namun harus dijawab dengan menggunakan beberapa istilah yang bersifat teknikal, untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.
1) Dikatakan di dalam Katekismus Gereja Katolik “Sama seperti oleh ketidak-taatan satu orang, semua orang telah menjadi berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar” (Rm 5:19). Oleh ketaatan-Nya sampai mati, Yesus menjadi Hamba Allah yang menderita, “yang sebagai ganti menyerahkan dirinya untuk kurban pemulihan“. “Ia menanggung kejahatan banyak orang” dan demikian “membenarkan banyak orang” dengan “menanggung dosa mereka” (Yes 53:10-12). Yesus telah menebus dosa-dosa kita dan memberi pemulihan kepada Allah Bapa untuk kita” (KGK, 615)
a) Untuk menjawab mengapa harus ada penderitaan Kristus untuk memulihkan hubungan antara manusia dan Tuhan yang terpisah oleh dosa, maka kita harus melihat kodrat dari dosa itu sendiri dan hakekat Allah. Umat manusia yang diwakili oleh Adam telah memilih untuk berbuat dosa atau terpisah dari Allah. Keterpisahan dari Allah adalah suatu kekosongan kasih Allah. Dan kekosongan ini hanya dapat diisi kembali oleh Allah. Manusia tidak dapat mengisi kekosongan ini, karena derajat manusia yang jauh lebih rendah secara tak terhingga dibandingkan dengan Allah, yang diperburuk dengan dosa manusia, sehingga manusia benar-benar terpisah dengan Allah.
Allah adalah kudus. Dan karena kekudusan tidak dapat bercampur dengan dosa, maka manusia yang berdosa tidak dapat bersatu dengan Allah. Dengan kasih-Nya Allah tidak membiarkan manusia untuk tetap dalam kondisi berdosa dan memperoleh siksa abadi di neraka. Namun hakekat yang lain dari Allah adalah adil. Mazmur 116:5 mengatakan “TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.” Oleh karena dosa adalah perlawanan terhadap Allah, maka untuk bersatu kembali dengan Allah, diperlukan suatu keadilan. Di dalam natural order kita dapat mengerti dengan jelas, seperti: kalau orang mencuri, dia akan menerima hukuman. Kalau dia tidak menerima hukuman, maka dia tidak akan pernah merasakan akibat dari dosanya, dan pada saat yang bersamaan dia akan mengulanginya terus-menerus. Dalam tingkatan adi-kodrati (supernatural order): karena yang disakiti adalah Allah (yang derajatnya jauh lebih tinggi dari manusia secara tak terhingga), maka perbuatan dosa mensyaratkan keadilan untuk menyelesaikannya.
b) Pertanyaannya: apakah mungkin Allah menyelamatkan manusia tanpa adanya pengorbanan Kristus? Mungkin saja, karena Allah dapat saja menyelamatkan manusia dengan cara lain. dikatakan “Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus (Eph 1:9).” Namun, pengorbanan Kristus menjadi suatu keharusan (yang tidak absolut bagi Allah) dan juga fitting (tepat) untuk memanifestasikan kasih (love), belas kasihan (mercy) dan keadilan (justice) Allah. Alasan lengkap inkarnasi dapat dibaca di artikel “Inkarnasi, Tuhan yang beserta kita” (silakan klik). Lihat juga St. Thomas Summa Theologica, Part III, q. 46. a 1 (silakan klik).
c) Pertanyaan yang lain adalah: apakah mungkin Yesus menyelamatkan manusia hanya dengan inkarnasi dan hanya dengan satu titik darah-Nya? Tentu saja mungkin, karena untuk menjadi manusia, Yesus Tuhan “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Fil 2:6-7). Pengosongan diri, yang menjadikan Allah yang tadinya di luar dimensi waktu menjadi masuk dalam dimensi waktu dan tempat adalah sebagai bukti kasih yang tak terhingga untuk dapat menebus dosa manusia dan ini juga sebagai manifestasi kerendahan hati yang tak terhingga. Namun, Yesus tidak hanya masuk ke dalam dimensi waktu dan tempat untuk menebus dosa manusia, namun “…Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Fil 2:8). Jadi, hanya dengan inkarnasi tanpa kesengsaraan Yesus, Allah tetap bertindak adil dengan mengampuni dosa manusia. Namun, Allah adalah kasih dan adil dalam derajat yang sempurna (absolut). Oleh karena itu, Dia mengkomunikasikan dan memanifestasikan kasih dan keadilan Allah secara sempurna, yaitu dengan mati di kayu salib. Oleh karena itu, pengorbanan Kristus yang taat sampai mati di kayu salib menghasilkan rahmat yang berlimpah dan tak habis-habisnya.
2) Apakah Yesus telah membayar lunas akibat dosa-dosa, sehingga manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya? Dengan mati di kayu maka, Kristus yang menjadi pengantara antara manusia dan Tuhan, telah menebus dosa kita, dan memberikan rahmat (grace), yang memungkinkan manusia dapat diselamatkan. Ini adalah meritorious cause keselamatan manusia, yaitu pengorbanan Kristus yang menghasilkan rahmat berlimpah. Dan kalau ditelusuri, maka hal ini disebabkan oleh efficient cause, yaitu belas kasih Allah, yang tidak membiarkan manusia untuk tetap terpisah dari Allah. Nah, kasih Allah dan pengorbanan Kristus telah terjadi. Bagaimana manusia mendapatkan rahmat yang mengalir dari pengorbanan Kristus? melalui instrumental cause – yaitu Sakramen Baptis, yang berarti untuk orang dewasa diperlukan iman. Dan dengan Sakramen Baptis ini, memungkinkan manusia untuk dibenarkan oleh Allah, karena manusia memperoleh rahmat pengudusan (sanctifying grace). Dan inilah yang disebut the formal cause. Dan pada akhirnya rencana keselamatan ini akan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan dan keselamatan manusia (disebut final cause).
Kalau disederhanakan: manusia berdosa, sehingga kehilangan keselamatan kekal. Keselamatan kekal ini adalah the final cause. Namun Allah tidak membiarkan itu terjadi karena belas kasih Allah yang tak terhingga bagi manusia (the efficient cause), sehingga Dia memberikan Putera-Nya untuk menebus dosa manusia dengan cara mati di kayu salib dan memberikan rahmat (the meritorious cause). Rahmat ini diterima oleh manusia secara normal (the ordinary means) melalui Sakramen Baptis (the instrumental cause). Dan karena rahmat pengudusan atau sanctifying grace diterima pada saat pembaptisan, maka manusia berkenan dan dibenarkan di hadapan Allah (the formal cause – yaitu keadilan Allah).
3) Dari uraian di atas, maka kalau ditanya:
a) Yesus tidak berdosa tetapi membayar dosa-dosa manusia…. : karena manusia tidak mampu membayar dosanya sendiri. Diperlukan pengantara, yang sungguh Allah dan sungguh manusia untuk dapat menjembatani hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus akibat dosa.
b) Yesus tidak berdosa tetapi memikul kejamnya akibat dosa…. agar Allah dapat berbuat adil dalam mengampuni dosa manusia? Apakah artinya kalau tanpa penderitaan Yesus dan Allah mengampuni dosa manusia, berarti Allah bertindak tidak adil, karena akibat dosa belum dibayar lunas?: Dengan inkarnasi dan satu titik darah, sebenarnya telah menjawab keadilan Allah dan membayar lunas semua dosa manusia. Namun kematian Kristus di kayu salib adalah manifestasi kasih dan keadilan Allah yang sempurna, yang dilakukan oleh Kristus dengan dasar kasih yang sempurna, sehingga menyenangkan hati Tuhan dan menghasilkan rahmat berlimpah untuk keselamatan manusia.
c) Apakah artinya Yesus — atas nama manusia — membayar lunas akibat dosa-dosa
agar manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya lagi?: Efficient cause dan meritorious cause telah diberikan kepada manusia, sehingga manusia mungkin untuk mendapatkan keselamatan kekal (final cause). Dan manusia harus menjawab dan menerimanya secara bebas dengan menerima Sakramen Baptis (instumental cause), sehingga mendapatkan rahmat pengudusan dan berkenan di hadapan Allah (formal cause).
Atau secara sederhana, sebuah patung jadi, karena pematung mempergunakan sebuah pahat. Pematung tetap dapat membuat patung tanpa pahat, namun dengan alat yang lain. Namun pahat tidak dapat membuat patung tanpa pematung. Pematung ini telah diberikan dengan kasih Allah dan pengorbanan Kristus. Dan pemahat ini minimal harus menuruti apa yang dikehendaki oleh pematung agar dapat menghasilkan patung yang baik. Untuk menuruti inilah dibutuhkan keinginan bebas yang bekerjasama dengan Allah. Atau dengan kata lain, tanpa kasih Allah dan pengorbanan Kristus, maka manusia tidak mungkin untuk mendapatkan keselamatan.
Dengan dasar di atas, pernyataan bahwa “Yesus telah membayar lunas akibat dosa-dosa agar manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya lagi“, harus dimengerti dengan benar. Membayar lunas di sini harus dimengerti sebagai efficient cause dan meritorius cause. Dimana tanpa dua hal ini, tidak mungkin manusia memperoleh keselamatan. Namun di satu sisi, membayar lunas bukan berarti bahwa manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya lagi, karena diperlukan kerja sama dari manusia dalam proses keselamatan, yaitu dengan memberikan dirinya dibaptis (instrumental cause). Dan diperlukan kerja sama dari manusia yang telah mendapatkan rahmat pengudusan untuk terus bertumbuh dalam kasih, sehingga pada akhirnya dapat dibenarkan oleh Allah (formal cause), yang pada akhirnya akan menuntun pada keselamatan kekal (final cause). St. Agustinus mengatakan “He, who created you without you, cannot save you without you” atau “Dia, yang menciptakan engkau tanpa engkau, tidak dapat menyelamatkan engkau tanpa engkau.“
3) Untuk penal substitution, silakan melihat pembahasan ini (silakan klik). Penal substitution terlalu menekankan konsep keselamatan dari sisi legal justice. Gereja Katolik tidak mengajarkan “penal substitution“, suatu konsep yang mempercayai bahwa Kristus dihukum (penalized) sebagai ganti (subsitution) untuk dosa-dosa manusia. Konsep penal substitution memberikan konsekuensi bahwa Yesus mati di kayu salib sebagai hukuman dari Allah kepada Yesus yang menggantikan manusia. Sebagai konsekuensinya, maka Yesus juga masuk ke dalam nerakan selama tiga hari sebelum kebangkitan-Nya…..dst-nya
Silakan membaca link tersebut, dan kalau masih ada pertanyaan tentang penal substitution, silakan untuk menanyakannya kembali.
Semoga uraian di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Dear katolisitas,
Siiapakah yang menciptakan neraka? Allah atau setan sendiri? Di situs yesaya.org, seorang imam yang sekaligus eksorsist menyitir kata kata setan yg intinya bahwa setan sendiri yang menciptakan neraka. Menurut setan, Allah bahkan tidak memikirkannya sebelumnya. Mohon penjelasan. Terima kasih
Shalom Yusup, Katekismus mengajarkan kepada kita bahwa neraka adalah keterpisahan selamanya dengan Allah. KGK 1033 Kita tidak dapat disatukan dengan Allah, kalau kita tidak secara sukarela memutuskan untuk mencintai Dia. Tetapi kita tidak dapat mencintai Allah, kalau melakukan dosa berat terhadap Dia, terhadap sesama kita, atau terhadap diri sendiri: “Barang siapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang memiliki hidup kekal di dalam dirinya” (1 Yoh 3:14-15). Tuhan kita memperingatkan kita, bahwa kita dipisahkan dari-Nya, apabila kita mengabaikan perhatian kita kepada kebutuhan-kebutuhan… Read more »
Bu Ingrid,
Banyak terima kasih atas jawaban ini. Tidak puas sih, tapi bisa memahami. Tidak puasnya bukan kesalahan ibu, tapi katekismus sendiri memang tidak secara definitif mengatakan bahwa neraka diciptakan oleh Allah atau oleh setan. Jadi saya harus menerima.
Shalom Yusup, Itulah sebabnya kita perlu terus mendengarkan pengajaran dari Gereja. Dalam hal ini, Paus Yohanes Paulus II telah pernah memberikan katekese tentang Neraka, (sebagai bagian dari rangkaian Katekese tentang Surga dan Api Penyucian). Teks selengkapnya dalam bahasa Inggris, klik di sini. Berikut ini saya sertakan cuplikan singkat yang menurut saya menjadi kunci untuk menjawab pertanyaan Anda: “Eternal damnation”, therefore, is not attributed to God’s initiative because in his merciful love he can only desire the salvation of the beings he created. In reality, it is the creature who closes himself to his love. Damnation consists precisely in definitive separation… Read more »
Bu Ingrid,
Banyak terima kasih. Saya sudah puas n mengerti, krn Beato John Paul II sendiri yg mengatakan. Benarkah analogi saya ini? Orang tua hnya ingin anaknya bahagia dan menghirup udara segar. Ia melarang anaknya memasuki ruangan yg gelap n tertutup. Jika anak itu nekat masuk ruangan itu maka ia akan “terkunci” dan merasakan panas, pengap ruangan itu. Jadi keadaan panas n pengab itu bukan ciptaan ortu itu, tpi sbg konsekuensi logis pilihan dri anak itu.
[Dari Katolisitas: Ya, kurang lebih begitulah prinsipnya.]
Neraka adalah ciptaan Tuhan sendiri, namun tujuanNya bukan untuk manusia, melainkan untuk Iblis dan setan-setannya. Untuk lebih jelasnya, lihatlah video ini dan bagikan kepada teman-teman Anda: Kesaksian Surga dan Neraka (teks Indonesia) : part 1 : http://www.youtube.com/watch?v=Fl1NttPoaJI part 2 : http://www.youtube.com/watch?v=sEYEtxfSI_U part 3 : http://www.youtube.com/watch?v=FkwVpfRxevI part 4 : http://www.youtube.com/watch?v=on9G_wARlBs part 5 : http://www.youtube.com/watch?v=4sTQpnOWNeQ part 6 : http://www.youtube.com/watch?v=bIsI8vQwqjg part 7 : http://www.youtube.com/watch?v=8nN4c_m_skU part 8 : http://www.youtube.com/watch?v=8nN4c_m_skU part 9 : http://www.youtube.com/watch?v=jqEcVnNKcY8 part 10: http://www.youtube.com/watch?v=Hh3b_BIQLKg Carilah KEBENARAN firman Tuhan, bacalah Kitab Suci dari Kejadian hingga Wahyu, tidak perlu diinterpretasikan, karena apa yang tertulis disana adalah apa adanya. Sudah saatnya gereja-gereja kembali kepada jalanNya… Read more »
Shalom Johanes Reza, Memang Tuhan mengizinkan adanya neraka, sebagai konsekuensi dari pilihan kehendak bebas dari mahluk ciptaan Allah yang menolak Allah, namun Allah sendiri tidak secara aktif menakdirkan sejumlah orang untuk masuk neraka. Hal ini sudah pernah dibahas di tanya jawab antara kami dengan Yusup Sumarno di atas, maka tak perlu diulangi di sini. Tetapi, Kalau Anda menginterpretasikan bahwa tidak ada manusia yang masuk neraka, itu malah adalah interpretasi pribadi, yang tidak sesuai dengan ajaran Yesus dalam Injil. Sebab di beberapa kesempatan Yesus mengajarkan dengan perumpamaan adanya sejumlah manusia yang karena kejahatan mereka, akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang laing… Read more »
Syalom Terima kasih sebelumnya bu Ingrid untuk melengkapi komentar saya. Memang neraka bukan tempat yg ditujukan untuk manusia pada awal mulanya. Tetapi karena manusia berbuat dosa, maka upanya adalah maut. Tentang 2 Ptr 1:20-21, hikmatnya adalah kalau Kitab Suci adalah pewahyuan dari Tuhan maka untuk menafsirkannya harus dengan cara pewahyuan juga, tanyakan kepada Pembuatnya langsung yaitu Bapa, Tuhan Yesus, atau Roh Kudus. Pertanyaannya, apa bisa? Bisa bu, karena Ia adalah Tuhan yang hidup, kita bisa mendengar suaraNya di dalam hati, Ia selalu ingin berbicara dengan semua umatNya sekalipun milyaran jumlahnya, karena Ia Mahahadir. Ada juga beberapa hamba Tuhan yg bisa… Read more »
Shalom Reza, Kesaksian Angelina itu adalah salah satu klaim wahyu pribadi, yang tidak dapat dipastikan kebenarannya, sebab ada banyak orang lain yang juga meng-klaim menerima penglihatan/ wahyu pribadi, yang tidak sama dengan yang dialami oleh Angelina. Merekapun mendengar suara Tuhan secara audibel, jadi bukan hanya Angelina seorang saja yang pernah mengalami pengalaman rohani. Silakan Anda membaca pengalaman rohani para orang Kudus dalam Gereja Katolik. Maka apakah parameternya, sampai Anda menganggap bahwa penglihatan Angelina itu dari Allah sedangkan penglihatan yang dialami oleh begitu banyak orang orang kudus dalam Gereja Katolik itu bukan dari Allah (menurut Anda)? Namun demikian, ajaran Gereja tidak… Read more »
Syalom, Menanggapi jawaban ibu inggrid sebenarnya saya sudah jelaskan di komentar saya sebelumnya. Segala sesuatu tanyakan kebenarannya kepada Dia langsung. Tentang kesaksian Angelica atau siapapun juga tanyakan langsung kepadaNya, jangan kepada manusia, karena manusia bisa menutupi, tapi Tuhan akan menyatakan kebenaranNya. Di 1 Tim 3:15, dikatakan ‘jemaat dari Allah yang hidup’. Mengertikah ibu akan kata-kata ini? Penekanannya adalah pada ALLAH YANG HIDUP. Jemaat dari Allah Yang Hidup memang bisa dijadikan penopang, karena di saat Paulus masih hidup dan mengemban tugas pemberitaan Injil dan mendirikan gereja juga, jemaatnya disertai oleh Roh Kudus, dan bisa mendengarkan suara Tuhan. Oleh itulah disebut Allah… Read more »
Shalom Reza, Sejujurnya, pandangan Anda itu bias. Sebab terhadap kesaksian Angelica, Anda percaya, sedangkan terhadap kesaksian lebih banyak para orang kudus sepanjang sejarah dalam Gereja Katolik, Anda menolak untuk percaya. Apakah patokannya? Ini kan subyektif, sebab kalau menurut Anda jawabannya adalah tanyakanlah kepada Tuhan, jawabannya bisa beragam. Sebab jika saya menanyakan kepada Tuhan, maka jawaban di hati saya mendorong saya untuk lebih percaya kepada kesaksian para orang kudus itu daripada kesaksian Angelica. Namun nampaknya Anda berpandangan sebaliknya. Maka harus diterima bahwa ada subyektifitas di sini. Padahal, kebenaran itu tak bisa diukur dari subyektifitas. Tak mungkin dua hal yang bertentangan itu… Read more »
Buat: Johanes Reza Neraka adalah ciptaan Tuhan sendiri, namun tujuanNya bukan untuk manusia, melainkan untuk Iblis dan setan-setannya. Untuk lebih jelasnya, lihatlah video ini dan bagikan kepada teman-teman Anda: Komentar: Jika pernyataan ini adalah kesimpulan pokok anda, maka apa yg dikatakan Bu Ingrid dalam tanggapannya, menjadi benar sekali, yakni bahwa argumen anda yang selanjutnya menjadi kontradiktif mutlak. Sebab, jika neraka hanya utk setan saja, kenapa harus menasihati manusia supaya jangan sampai masuk neraka? Logika yang aneh. Kesaksian Surga dan Neraka (teks Indonesia) : part 1 : link to youtube.com part 2 : link to youtube.com part 3 : link to… Read more »
Shalom Setiawan Tuhan tidak pernah menciptakan neraka, Tuhan itu menciptakan Firdaus ( hanya menciptakan dan merencanakan hal yg baik saja). Kita akan masuk surga bila kita hidup seturut kehendak-NYA. Neraka itu bkn tempat, itu adalah suatu keadaan di mana Tuhan tdk ada di sana. Misalnya seperti gelap krn tidak adanya terang. Salam Kasih Kristus, Yindri [Dari Katolisitas: Sebagaimana telah disampaikan di atas, bukan Tuhan yang secara aktif menciptakan neraka, sebab keadaan keterpisahan dengan Tuhan diciptakan oleh mahluk ciptaan itu sendiri. Namun keadilan Tuhan mengizinkan hal ini terjadi. Mari mengacu kepada penjelasan Paus Yohanes Paulus II tentang hal ini, silakan klik.… Read more »
Salam Yindri,
Di atas saya mengcopy paste pendapat Johanes Reza dan memberi komentar pada masing-masing poinnya. Jadi pendapat saya adalah di tiap paragraf setelah kata “komentar” dan kesimpulan. Dan yg saya komentari adalah pendapat Johanes Reza, untuk menunjukkan kontradiksi dari pendapatnya itu.
Tks. Salam.
Setiawan Triatmojo.
Saya berpikir bhwa neraka adalah suatu keadaan, analog dg suasana ato keadaan psikologis seseorang. Karenanya saya yakin bahwa itu tdak diciptakan Allah. Keadaan terpisah dari Allah yg adalah kasih pastilah sangat tidak mengenakkan. Seorang anak yg menjauh ato lari memisahkan diri dari ortunya pastilah akan mengalami keadaan tdk mengenakkan. Dan keadaan tdk mengenakkan itu tdak diciptakan ortunya.
Shalom, mau tanya nih..
beberapa hari yang lalu saya melihat status teman saya yang mengatakan bahwa Tuhan BERTANGGUNG JAWAB untuk menyertai kita. Apakah pernyataannya tersebut benar? mengingat kita sebagai manusia hanyalah ciptaan. Dan menurut saya tidak mungkin Sang Pencipta bertanggung jawab atas ciptaanNya. Dia mengatakan, Tuhan bertanggung jawab sama seperti ayah bertanggung jawab terhadap anaknya. Tentu kalo yang dijadikan perbandingan ayah dan anak pasti ayah bertanggung jawab terhadap anak karena anak adalah pemberian Tuhan. Menurut ajaran Gereja Katolik gimana sih?
terima kasih..
God Bless you all..
Shalom Timotius Ibram, Apakah benar bahwa Tuhan bertanggung jawab untuk menyertai kita? Tentu saja pernyataan ini benar, karena memang Tuhan tidak pernah lepas tanggung jawab untuk menyertai manusia, yaitu dengan: (1) menciptakan manusia menurut gambar Allah, sehingga manusia mempunyai kemampuan untuk mengetahui dan mengasihi Pencipta; (2) mengirimkan Putera-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan umat manusia, sehingga rahmat demi rahmat mengalir secara luar biasa melalui misteri paskah (penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus); (3) Memberikan rahmat yang membantu, sehingga manusia dapat mengikuti dorongan ilahi; (4) memberikan rahmat pengudusan yang diterimakan pada saat manusia menerima sakramen baptis; (5) dengan memberikan Gereja dan sakramen-sakramen, sehingga… Read more »
Salam George.K. Karena Yesus hanya manusia saja dan bukan setengah Allah dan setengah manusia atau 100% Allah dan 100% manusia . [baca 1 Yoh. 4 : 3 dan 2 Yoh.1 : 7, ditandaskan disini bahwa Yesus adalah 100% manusia.] Maka Matius 27 : 50 mengartikan,bahwa Yesus menyerahkan daya hidupNya [life force] kepada Allah. Selama tiga hari daya hidup Yesus berada dengan Allah dan baru pada hari ketiga,daya hidupNya dikembalikan/dibangkitkan dalam wujud Roh. Dalam [ 1 Petrus 3 : 18 dikatakan bahwa Yesus dibunuh dalam keadaannya sebagai manusia tetapi dibangkitkan menurut Roh ] [Baca Budy kepada Machmud 17 Nov. 2011] Matius… Read more »
Shalom Budy, Terima kasih atas komentar Anda. Dari beberapa komentar anda, maka saya ingin bertanya kepada Anda: 1. Apakah Anda mempercayai bahwa Yesus adalah manusia saja dan bukan Tuhan? 2. Apakah Anda tidak mempercayai bahwa orang-orang yang kudus yang dibangkitkan oleh Tuhan di Mat 27:52-53, pada akhirnya naik ke Sorga bersama-sama dengan Yesus? 3. Apakah anda mempercayai bahwa pada saatnya, sebagian manusia dapat bersatu dengan Tuhan di Sorga? Apakah anda mempercayai eksistensi neraka dan ada sebagian manusia yang masuk ke neraka? Apakah anda tempat lain pada akhir zaman selain Sorga dan neraka? Silakan menjawab tiga pertanyaan di atas, dan nanti… Read more »
Untuk Fxe. Apakah Allah menciptakan Neraka? Apakah benar,bahwa orang yang berdosa harus menerima hukuma dalam bentuk siksaan kekal? Merupakan kebenaran firman Allah,kata-kata yang dicatat dalam 2 Petrus 3 : 16: yang berbicara tentang perkara-perkara ini seperti yang ia lakukan juga dalam semua suratnya.Akan tetapi,di dalamnya ada beberapa perkara yang SUKAR dimengerti,yang DIPUTARBALIKKAN oleh orang yang tidak mendapat pengajaran dan yang tidak teguh,seperti yang mereka lakukan juga terhadap bagian-bagian lain dari Tulisan-Tulisan Kudus dengan AKIBAT KEBINASAAN atas mereka sendiri Firman Allah tidak mudah dimengerti dan bisa ditafsirkan salah yang dapat membawa kebinasaan bagi yang memutarbalikkan pengertiannya. Seseorang kristen membuat dosa serius… Read more »
Shalom Budi, Terima kasih atas komentar anda. Jadi, menurut anda, apakah neraka memang ada? Bagaimana kita mengartikan Mat 3:12; Mat 13:42; Mat 25:41? Karena ada ayat-ayat yang memang sulit diartikan itulah, maka kita berpegang pada Magisterium Gereja Katolik. Kita melihat Katekismus Gereja Katolik mengatakan: 1033. Kita tidak dapat disatukan dengan Allah, kalau kita tidak secara sukarela memutuskan untuk mencintai Dia. Tetapi kita tidak dapat mencintai Allah, kalau melakukan dosa berat terhadap Dia, terhadap sesama kita, atau terhadap diri sendiri: “Barang siapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu,… Read more »
Shalom Stefanus Tay. 10. 1 1033. Matius 25 : 14-15 tidak mengartikan bahwa kita,jangan sampai mengbaikan perhatian kita kepada kebutuhan-kebutuhan mendesak dari orang miskin dan orrang kecil yang adalah sdr-sdr- Nya. Matius 25 : 41 , maengatakan :Kemudian Ia akan mengatakan kepada mereka yang di kiriNya “Enyahlah dari hadapanKu ,hai kamu yang telah dikutuk,masuklah ke dalam api abadi yang dipersiapkan bagi Iblis dan malaikat-malaikat.[hantu-hantu] . ayat 42 : Sebab Aku lapar,tetapi kamu tidak memberiKu suatu untuk dimakan,dan Aku haus tetapi kamu tidak memberiKu sesuatu untuk diminum.[baca terus] ayat 45 : Kemudian Ia akan menjawab merke dengan kata-kata. Dengan sunguh-sunguh aku… Read more »
Shalom Budi,
Terima kasih atas tanggapan anda. Saya memberikan tanggapan atas komentar anda, yang seolah-olah tidak mempercayai eksistensi neraka. Agar supaya tidak mereka-reka, saya ingin bertanya kepada anda, apakah anda mempercayai eksistensi neraka dan apakah alasannya? Dalam hal ini kita tidak sedang mendiskusikan tentang siapa yang kecil dan siapa yang besar di perikop Mat 25:31-46, namun tentang pengadilan umum pada akhir zaman, di mana ada sebagian yang masuk Sorga dan ada sebagian yang masuk neraka.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Beberapa kali saya periksa, tetapi rupanya pertanyaan yang saya sampaikan tidak dapat ditayangkan. Dengan jawaban yang saya peroleh,saya mengerti,Petanya mengatakan,bahwa apa yang saya tanyakan tidak akan pernah di tayangkan,karena pertanyaannya pasti membuat orang pusing tujuh keliling. Inilah jawaban yang saya peroleh atas pertanyaan : Selama tiga hari sebelum Yesus dibangkitkan,Dia ada dimana? Alkitab di Penkhotbah 12 : 7 mengatakan bahwa : dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya. Roh yang bagaimana yang kembali kepada Allah? Apakah makhluk roh atau roh [ daya hidup ] ? Kalau makhluk roh maka, kalau manusia mati makhluk… Read more »
berikut kutipan lain : sumber http://www.catholicculture.org GENERAL AUDIENCE Wednesday 28 July 1999 Dear Brothers and Sisters, Our catechesis last week focused on heaven, and this week we consider the reality of hell, the final destiny of those who reject the love of God and refuse his forgiveness. Hell is not a punishment imposed externally by God, but the condition resulting from attitudes and actions which people adopt in this life. It is the ultimate consequence of sin itself. Sacred Scripture uses many images to describe the pain, frustration and emptiness of life without God. More than a physical place, hell… Read more »
Maaf, perkenankan saya bertanya sedikit lagi… hal PERTAMA, Menurut penjelasan Anda; di dunia “kalaupun” Allah menghukum dosa manusia, hukuman ini dimaksudkan / selalu dalam konteks untuk “greater good”. Saya sangat setuju hal ini. hal KEDUA, Tetapi, pada akhirnya (pengadilan terakhir) Allah akan menghukum dosa (dan ini berwujud neraka) Saya setuju bahwa Allah tidak pernah secara aktif mendorong orang untuk berdosa. Kebetulan saya menemukan satu link dalam diskusi Anda / Ingrid tentang “Iblis & Lucifer”, berikut petikan General Audience Paus JPII 1999: Dear Brothers and Sisters, 1. God is the infinitely good and merciful Father. But man, called to respond to… Read more »
Shalom Fxe, Terima kasih atas pertanyaannya. Dalam tulisan Paus John Paul di General Audience 1999, kita melihat bahwa Tuhan menginginkan (antecedent will) agar semua orang masuk dalam Kerajaan Allah. Namun, karena keinginan bebas manusia, menjadi kenyataan pahit bahwa ada sebagaian yang menolak kasih Allah sampai seumur hidup mereka, sehingga mereka memilih bagiannya sendiri untuk masuk di dalam Neraka. Oleh karena itu, hukuman di neraka bukanlah dilakukan oleh Tuhan, dalam pengertian Tuhan telah mentakdirkan sebagian manusia masuk neraka. Tuhan tentu saja tahu siapa yang masuk neraka, namun bukan berarti bahwa Tuhan mentakdirkan seseorang untuk masuk neraka. Apalagi, secara aktif membuat manusia… Read more »
“Oleh karena itu menjadi adil, kalau raja tersebut menjatuhkan hukuman kepada orang tersebut, sama seperti kalau Tuhan menjatuhkan hukuman kepada manusia.” Maaf, sekali lagi saya ingin konfirmasi ; Apakah Tuhan menghukum dosa manusia..?. Apakah Tuhan merealisasikan hukuman itu dengan menciptakan neraka? Dan hukuman+neraka ini sebagai bentuk “keadilan”, karena “dosa mensyaratkan keadilan”? 1. Bagaimana membayangkan Tuhan yg maha-baik, dapat mendesain tempat penyiksaan kekal bagi jiwa-jiwa, Tuhan membuat teknik2 penyiksaan yang jauh lebih canggih daripada Guantanamo? Apa bedanya dengan penguasa otoriter dunia yang mencipatakan gulag-gulag dan kamp konsentrasi bagi orang-orang yang tidak sepaham dengan dia? 2. Apakah Tuhan — maaf — pribadi… Read more »
Shalom Fxe, Terima kasih atas pertanyaannya tentang neraka dan keadilan Tuhan. Mari kita membahasnya bersama-sama: Apakah Tuhan menghukum dosa manusia? Dari wahyu Allah, kita mengetahui bahwa pada saat pengadilan terakhir, maka orang-orang yang tidak menjalankan hukum kasih akan dihukum dalam siksa abadi. Dikatakan “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” (Mt 25:41). Lebih lanjut Mt. 13:41-42 menegaskan “41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan… Read more »
Syalom Bu.Inggrid….. [dari admin: mungkin maksudnya stef] Berikut ini saya tidak mengutip kembali secara terpisah tulisan Ibu Inggrid, tetapi saya menyertakan semuanya. Kemudian saya memberikan comment setelah kalimat yg saya ingin komentari (dibawahnya). Thankas a lot….sharing iman dan pengajarannya. sangat menguatkan saudara-saudara semua terutama saudara yg seiman. Tuhan memberkati……. Jawaban: Shalom Fxe, Terima kasih atas pertanyaannya tentang dosa dan kaitannya dengan pengorbanan Kristus. Pertanyaan ini sangat bagus, namun harus dijawab dengan menggunakan beberapa istilah yang bersifat teknikal, untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. 1) Dikatakan di dalam Katekismus Gereja Katolik “Sama seperti oleh ketidak-taatan satu orang, semua orang telah menjadi… Read more »
Shalom Michael, Terima kasih atas tanggapannya. Berikut ini adalah tanggapan saya atas komentar Michael: 1) Saya menuliskan "Dengan kasih-Nya Allah tidak membiarkan manusia untuk tetap dalam kondisi berdosa dan memperoleh siksa abadi di neraka." Mungkin lihat juga tanya-jawab saya dengan Fxe di sini (silakan klik). Kalau keadilan didefinisikan sebagai memberi apa yang menjadi bagian dari orang tersebut, dan manusia telah memilih dosa (yang mempunyai konsekuensi), maka adalah adil kalau manusia mendapatkan hukuman abadi. Namun, karena hakekat Tuhan bukan hanya adil, namun kasih, maka Tuhan tidak membiarkan manusia terus berada dalam belenggu dosa yang menuntunnya kepada siksa abadi di neraka. Kuncinya… Read more »
Terima kasih untuk ulasan di katolisitas yg sangat bagus. Saya coba summary pengertian saya atas ulasan di atas dan link-link yg diberikan. Mohon pak Stef dan rekan-rekan lain berkenan memberi kritik dan saran. Saya melihat sedikitnya TIGA hal kenapa Yesus mengambil Jalan Salib: PERTAMA, seperti disampaikan sdr.Antonius: “untuk menyenangkan hati Allah”. St.Agustinus: Karena Adam “mencintai diri sendiri sedemikian sehingga mengabaikan Allah”. Adam menggunakan “kodrat manusia”-nya tidak untuk saluran rahmat dan kasih Allah sehingga kodrat manusia terluka dan jatuh. Kejatuhan kodrat manusia ini terjadi dalam supernatural order. Saya sulit membayangkan bagaimana wujudnya. Tetapi dalam natural order, mungkin dapat dianalogikan dengan orang… Read more »
Shalom Fxe, Terima kasih atas summarynya yang bagus. Mari kita melihat pertanyaan Fxe tentang keadilan Allah. Gereja Katolik tidak menyetujui penal substitution (silakan klik), yang seolah-olah Yesus dihukum oleh Allah untuk membayar dosa-dosa manusia. Pengertian penal substitution lebih menekankan konsep keselamatan dari sisi legalistik. Namun karya keselamatan adalah lebih menekankan kasih Allah. Kalau kita melihat lebih jauh, dosa yang diperbuat manusia dengan melawan Tuhan adalah dosa yang begitu besar, sehingga manusia pertama kehilangan rahmat kekudusan dan berkat-berkat yang lain. Besarnya dosa ini disebabkan oleh karena manusia melanggar perintah Tuhan, yang secara derajat berbeda tak terhingga. Dapat diibaratkan kalau kita berbuat… Read more »
dear katolisitas…
ada hal yg jadi teringat dalam hal ini…
saya pernah dengar, klo pengorbanan Yesus di kayu salib itu utk menyenangkan hati Bapa yg “susah” krn dosa2 manusia.. apakah ini berarti Bapa senang melihat penderitaan Yesus ?? klo iya, apakah ini sangat bertentangan dgn sifat Allah yang penuh kasih ??
Shalom Antonius, Terima kasih atas pertanyaannya tentang penebusan Yesus di kayu salib yang menyenangkan hati Bapa. Saya pernah menjawab pertanyaan ini, dimana intinya adalah: Kristus sendiri yang dengan rela, atas dasar kasih memberikan nyawanya untuk keselamatan manusia. St. Thomas menjelaskan hal ini di dalam Summa Theology, III, q.48, a.2. bahwa penderitaan Kristus memberikan "superabundant atonement" atau penebusan kesalahan yang berlimpah dengan tiga alasan: 1) Karena penderitaan Kristus yang didasari oleh kasih yang mendalam. 2) Karena yang menebus kesalahan adalah Kristus, sungguh Allah dan sungguh manusia, sehingga dengan pengorbanannya maka hubungan Allah dan manusia dapat tersambung kembali. 3) Karena derajat penderitaan… Read more »
St. Thomas Aquinas: “Dengan keadilan-Nya sebab dengan Sengsara Kristus maka Kristus menebus (membayar lunas) dosa-dosa umat manusia dan manusia dibebaskan oleh keadilan Tuhan…” Anda sendiri: “[sengsara Kristus] bukti keadilan yang sempurna, yang menunjukkan kejamnya akibat dosa, yang harus dipikul oleh Kristus, untuk membebaskan kita manusia dari belenggu dosa. ” Yesus tidak berdosa tetapi membayar dosa-dosa manusia… Yesus tidak berdosa tetapi memikul kejamnya akibat dosa…. agar Allah dapat berbuat adil dalam mengampuni dosa manusia? Apakah artinya kalau tanpa penderitaan Yesus dan Allah mengampuni dosa manusia, berarti Allah bertindak tidak adil, karena akibat dosa belum dibayar lunas? Apakah artinya Yesus — atas… Read more »
Shalom !
Apakah pengorbanan Kristus di kayu salib dan kuasa darahNya benar2 membebaskan umat percaya dari segala dosa2 masa lalu, masa kini dan masa mendatang ?
terima kasih
GBU
Shalom Anton, Untuk menjawab pertanyaan ini, silakan melihat tanya-jawab di atas (silakan klik). Secara prinsip, tanpa pengorbanan Kristus, tidak mungkin manusia memperoleh keselamatan. Pengorbanan Kristus adalah meritorious cause, yang menyebabkan manusia mendapatkan rahmat yang menyelamatkan. Dan rahmat ini diberikan dalam Sakramen Baptis. Sakramen Baptis menghapus dosa asal dan seluruh dosa – baik dosa ringan maupun dosa berat – sampai pada saat dibaptis. Namun, manusia – dengan kehendak bebasnya – dapat jatuh kembali dalam dosa. Namun dengan rahmat pengudusan (sanctifying grace) memungkinkan manusia untuk hidup kudus dan berkenan di hadapan Allah dan pada akhirnya dibenarkan oleh Allah. Semoga dapat membantu. Salam… Read more »
shalom !
Terima kasih untuk penjelasannya pak Stef.
Berarti karya penebusan Kristus di kayu salib berkuasa untuk menghapus seluruh dosa masa lalu,, dosa yang sekarang dan dosa kita yang akan datang. Gitu kan ya pak ?
Untuk keselamatan itu terjadi karena Kasih Karunia Tuhan melalui Iman atau melalui Sakramen Baptis pak ?
Terima kasih
Tuhan memberkati !
Shalom Anton, Terima kasih atas tanggapannya. Karya penebusan Kristus memang mempunyai kuasa untuk menghapus seluruh dosa masa lalu, dosa yang sekarang, dan dosa yang akan datang, sejauh dimengerti seperti yang saya jabarkan di atas, yaitu dengan mengerti: the efficient cause, the instrumental cause, the formal cause dan the final cause. Terlalu menyederhanakan akan membawa bahaya, karena bisa saja orang berfikir bahwa karena Yesus telah menebus seluruh dosa umat manusia, maka tidak diperlukan lagi pertobatan. Dan untuk keselamatan adalah merupakan kasih dan rahmat Tuhan, yang harus kita tanggapi dengan iman dan melalui Sakramen Baptis. Bahkan dikatakan bahwa Gereja tidak tahu cara… Read more »
Shalom ! Terimakasih untuk penjelasannya pak ! Baptisan itu sendiri merupakan syarat mutlak untuk keselamatan atau kasih karunia Allah melalui iman yang mutlak menyelamatkan kita ? Kalau mutlak berarti kan harus/wajib, tidak bisa ditawar-tawar. Tidak harus melihat kondisi atau keadaan. Nah kalau memang baptisan mutlak sebagai sarana/syarat keselamatan, bagaimana orang yang percaya Yesus tapi meninggal sebelum dibaptis ? Berarti ga selamat gitu pak ? Karena ada beberapa kasus di kitab suci orang belum sempat dibaptis tapi dia percaya Yesus, Yesus langsung memberikan jaminan di Firdaus. (Kisah orang yg disalib disebelah Yesus). Kalau memang baptisan mutlak sbg syarat keselamatan, mengapa Yesus… Read more »
Shalom Anton, Terima kasih atas pertanyaannya tentang baptisan. Baptisan memang syarat mutlak keselamatan, bahkan Katekismus Gereja Katolik mengatakan bahwa Gereja tidak tahu cara lain untuk memperoleh keselamatan selain melalui baptisan. Namun, Gereja Katolik mengenal Sakramen Baptis (Baptisan air), Baptisan Rindu, dan Baptisan Darah. Untuk itu, silakan membaca beberapa link berikut ini: silakan klik, klik ini, dan juga klik ini, serta klik ini. Baptisan tidak dapat dipisahkan dari kasih Kristus, karena baptisan bersumber pada misteri Paskah Kristus, yaitu: kesengsaraan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus. Rasul Paulus mengatakan "3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah… Read more »
Baptisan itu sendiri merupakan syarat mutlak untuk keselamatan atau kasih karunia Allah melalui iman yang mutlak menyelamatkan kita ?
Kalau mutlak berarti kan harus/wajib, tidak bisa ditawar-tawar. Tidak harus melihat kondisi atau keadaan.
(SINGKATNYA : KLO ANTON PERCAYA TAPI gak mau diBaptis, api arti dari Kepercayaan mu????)
Yang mutlak itu Percaya dan Baptis sebagai Jalan Keselamatan. Klo kasih Karunia sudah menjadi Anugerah Allah untuk semua Manusia (Tanpa Kecuali). Sekarang tinggal manusianya mau menerima dengan PErcaya dan DI Baptis. atau cuman ngomong doang Percaya tanpa mau berbuat Kasih yang diperoleh dari Kasih Allah.