[Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam: Yeh: 34:11-12; 15-17; Mzm 23:1-6; 1Kor 15:20-28; Mat 25:31-46 ]
Mungkin ada banyak orang yang suka makan sop kambing, tetapi bacaan Injil hari ini tidak sedang membicarakan soal kelezatan sop kambing. Yang kita renungkan di sini adalah perumpamaan bahwa di akhir zaman nanti, saat Tuhan Yesus datang kembali sebagai Raja Semesta Alam, Ia akan mengadili semua umat manusia; dan Ia akan memisahkan orang-orang yang baik dari orang-orang yang jahat, seperti memisahkan domba dari kambing (lih. Mat 25:32). Mungkin hal ini bisa lebih mudah kita pahami, jika kita mengetahui perbedaan sifat antara kambing dan domba. Konon, kambing adalah hewan yang tergolong cerdas, dan cenderung untuk selalu meneliti kekuatan pagar kandangnya, dan kemudian merusaknya, supaya ia dapat melarikan diri dari gembalanya, dan dengan demikian mengajak teman-temannya untuk berbuat yang sama. Sebaliknya domba sering dianggap sebagai hewan yang kurang cerdas, senang berkerumun, mudah panik jika datang gangguan dari luar. Namun demikian, ciri yang menarik dari domba adalah, ia dapat mengenali gembalanya, termasuk ekspresi muka gembalanya, dan jika dilatih terus, ia dapat mengenali namanya sendiri, jika dipanggil oleh gembalanya! Bukankah menjadi masuk akal, mengapa Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan ini untuk mengajarkan kepada kita, tentang apakah kita termasuk kelompok orang-orang yang taat kepada-Nya, ataukah orang-orang yang tidak taat kepada-Nya.
Selanjutnya, Injil juga mengajarkan kepada kita, bahwa orang-orang yang taat -yang diumpamakan seperti domba- adalah mereka yang melakukan perintah- perintah Sang Gembala, yaitu mengasihi sesamanya, terutama yang kecil, hina dan menderita. Sebab, Sang Gembala telah lebih dahulu melakukan hal itu kepada domba-domba-Nya. Maka, orang yang taat adalah orang yang mengikuti teladan kasih yang dilakukan oleh Yesus, Sang Gembala yang baik. Dengan mengasihi sesama kita, sesungguhnya kita mengasihi Tuhan kita yang hadir di dalam diri mereka. Jika melakukan hal ini, kita menjadikan Tuhan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan kita, karena kita membiarkan Ia memimpin hidup kita, merajai pikiran dan hati kita, untuk melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Mungkin di hari istimewa ini, saat kita merayakan hari raya Kristus Raja Semesta Alam, kita memeriksa batin kita, apakah kita sudah melakukan perintah-Nya ini. Apakah kita terdorong untuk memperhatikan sesama kita, atau cenderung memikirkan diri kita sendiri? Apakah kita memilih mengikuti Tuhan ataukah kita memilih mengikuti pandangan dunia ini, yang sering mengaburkan mata hati kita untuk menilai apa yang baik dan buruk? Apakah kita telah menjadi ‘domba yang taat’ ataukah ‘domba yang panik’ yang lari dari kawanannya karena takut kegelapan dan kabut? (lih. Yeh 34:12). Firman Tuhan hari ini membawa pengharapan kepada kita, sebab kita diingatkan bahwa Tuhan Allah kita itu bagaikan gembala, yang tidak membiarkan domba- dombanya tercerai, dan ia akan mencari dombanya yang tersesat sampai ia menemukannya, dan membawanya pulang.
Maka hari ini kita merayakan antisipasi hari kedatangan Kristus yang kedua di akhir zaman, dalam kekuatan dan kemuliaan-Nya. Bagi kita orang percaya, kedatangan-Nya seharusnya mengisi hati kita dengan suka cita. Di dunia ini kita memang diajak untuk menghadirkan Kerajaan Allah, dengan melakukan perbuatan- perbuatan kasih. Namun bukan berarti Kerajaan Allah dalam kesempurnaannya telah hadir di bumi ini, sehingga kita tidak perlu mengusahakannya tiap-tiap hari, sambil menantikan kepenuhannya di saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya kelak. Menghadirkan Kerajaan Allah, tetaplah menjadi tugas kita setiap hari, sebagaimana yang kita mohon setiap kali mendaraskan doa Bapa Kami. Kita diundang untuk menghadirkan kasih Kristus kepada orang-orang di sekitar kita, kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Hanya dengan demikian, kita dapat – seperti seumpama kawanan domba- untuk saling berkerumun, saling menolong, saling mengarahkan satu sama lain, untuk tetap tinggal di dalam satu kawanan. Ya, kita memiliki Tuhan Yesus sebagai Gembala kita, Sang Kepala kawanan yang mempersatukan kita. Kristuslah Sang Adam yang baru, yang sebagai Yang Sulung, memimpin kita memasuki kehidupan kekal, dengan kebangkitan-Nya dari kematian (lih. 1Kor 15:20-23). Ia yang pertama kali datang ke dunia dengan kerendahan seorang hamba (lih. Flp 2:7), berhak datang kembali untuk mengambil buah pengorbanan- Nya, dalam kemuliaan-Nya sebagai seorang Raja.
“Ya, Tuhan Yesus, Sang Raja dan Gembalaku yang mulia, terimalah ucapan syukur dan terima kasihku atas pengorbanan- Mu. Bantulah aku untuk tetap setia kepada-Mu, agar kelak Engkau berkenan menempatkan aku dalam bilangan kawanan domba- Mu.”