Hatiku tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini banyak ibu muda menghadap Sang Ilahi. Pada hari Kamis, tanggal 31 Maret 2014, pukul 23.17 aku siap untuk berbaring di tempat tidurku karena memang sedang kena flu berat. Aku tiba-tiba mendengar orang mengetuk pintu kamarku. Ia adalah ketua lingkungan yang datang bersama beberapa warganya. Mereka memberitahukan bahwa seorang ibu sedang dalam keadaan kritis, hidupnya tinggal duapuluh persen. Ia mungkin keracunan karena bayinya meninggal dunia di dalam kandungan.
Aku langsung meluncur ke rumah sakit untuk orang-orang sederhana. Kondisinya sangat mengenaskan. Matanya ditutup kasa karena mengeluarkan banyak darah. Seperti biasanya, aku mengalungkan sebuah rosario di lehernya setelah mengurapi dengan minyak suci. Dalam hati aku memohon kepada Tuhan agar Ia memberikan mukjizatnya. Anak-anaknya masih kecil. Anak pertama duduk di kelas enam dan anak keduanya duduk di kelas dua sekolah dasar.
Aku mengenalnya sebagai seorang ibu yang senantiasa menemani anak-anaknya ikut Bina Iman Anak. Sebelum ia dalam keadaan koma, aku bertemu dengannya, satu hari sebelumnya, tepatnya hari Minggu, tanggal 30 Maret 2014. Ia duduk di depan poliklinik Gereja. Ia sedang menunggu anak-anaknya yang sedang mengikuti pelatihan lomba flashmob. Ketika bertemu denganku, ibu itu berkata: “Mo, aku mungkin akan segera melahirkan. Doakan ya, Mo…”. Ternyata pada sore harinya, ia masuk rumah sakit. Sayang pada hari itu hari Minggu dan esok harinya adalah hari libur nasional, Hari Raya Nyepi, sehingga mungkin sulit mendapatkan penanganan medis yang baik.
Setelah merenungkan keadaan ibu itu, aku bersama dengan suaminya dan umat lingkungan menuju ke kamar jenazah pukul 00.30 dini hari, hari Selasa 01 April 2014, untuk mendoakan bayinya. Rencananya bayinya akan dimakamkan pagi harinya berangkat langsung dari rumah sakit. Tidak lama ketika aku sampai di rumah pukul 01.30, aku mendengar berita bahwa ibu itu menghadap Allah Bapa menyusul bayinya. Aku hanya bisa berkata dalam hati: “Ibu itu melaksanakan tugas sebagai seorang ibu dengan mendampingi kedua anaknya untuk mengikuti kegiatan Gerejani sebelum menghadap Allah. Allah berkenan menerima jiwanya”. Ia meninggal dalam usia tigapuluh delapan tahun dengan meninggalkan dua anaknya yang masih kecil. Ia beserta bayinya akan dimakamkan dalam satu peti di Medan. Walaupun aku tidak mengerti dengan kejadian ini, aku tetap percaya bahwa Tuhan pasti punya jalan bagi kedua anaknya yang masih kecil itu yang kini tanpa pendampingan mama.
Pesan yang dapat kita timba dalam pengalaman ini: Layani Tuhan dengan setia, maka Tuhan akan menunjukkan kepada kita jalan kehidupan. Hidup di jalan Tuhan akan membuat hidup kita kelak menjadi sebuah cerita yang pantas untuk diceritakan. Pemazmur meyakini jalan Tuhan adalah jalan kehidupan yang bahagia: “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa” (Mamur 16:11).
Tuhan Memberkati
Oleh Pst Felix Supranto, SS.CC
cerita yg menginspirasi.
Comments are closed.