Saat itu menjelang akhir tahun. Sambil sibuk bebenah di tempat baru lagi dalam mengikuti pekerjaan suami di benua yang baru, saya mulai memikirkan beberapa resolusi tahun baru dan rencana untuk dilakukan dalam kehidupan kami di negeri yang baru bagi kami ini. Ketika sedang mengeluarkan dan menata barang pecah belah dari dus barang-barang kami yang baru tiba dari tanah air, terpegang oleh saya sebuah piring hias yang sudah lama saya lupakan. Saya bahkan lupa dari mana saya mendapatkan piring souvenir itu. Tentu dari salah satu teman baik di salah satu negara yang pernah menjadi tempat tinggal kami, tapi saya tak berhasil mengingat siapa pemberinya. Ada sebaris kata-kata yang terlukis dengan manis di piring itu, tertegun saya membacanya, “Hope. I know the plans I have for you (Jeremiah 29 : 11)” (terjemahan Indonesianya adalah, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan”, Yeremia 29:11). Saya merasa trenyuh, di saat sedang khawatir dengan berbagai hal penyesuaian diri di tempat baru lagi, saya merasa Tuhan menyapa saya dengan lembut dan indah. Terutama karena saya tahu kalimat selanjutnya dari ayat itu, yang berbunyi,” …yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Saya mempunyai banyak rencana dalam hidup ini. Rencana untuk masa depan, yang semuanya masih bernama harapan. Saya juga pernah mempunyai rencana di masa lalu, yang ternyata tidak terjadi, sehingga beberapa berubah nama menjadi kerinduan. Manusia hidup dengan banyak rencana, ada yang terlaksana dan ada yang tidak. Manusia berusaha dan terbiasa membuat berbagai rencana, dan itu baik. Tetapi, sebelum membuat rencana, saya sering terlupa untuk berhenti sejenak, merenungkan rencana Pencipta saya, dan mencari tahu, apakah rencanaNya bagi saya? Bagi dunia ini? Allah merelakan PuteraNya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus, untuk menyerahkan hidup-Nya dengan penuh cinta dan pengorbanan dan kemudian bangkit dari kematian, supaya saya hidup dan selamat. Ya, sudah selayaknya manusia menyerahkan seluruh hidupnya ke dalam rencana Allah yang menciptakannya, bahkan mengusahakan dengan semua daya yang mungkin, agar rencana Allah yang mulia tergenapi dalam hidup ini, betapapun manusia mempunyai kehendak bebas dalam segala sesuatu, karena kasih Allah yang total kepada manusia. Tetapi sebagai tanggapan kasihku kepadaNya, kebebasan itu tidak untuk kupakai sekehendak hati tanpa tanggungjawab.

Akibat kebebasan yang tidak dipersembahkan kembali kepada Tuhan sebagai yang empunya hidup, jangan-jangan banyak sekali rencana manusia yang akhirnya justru merusak rencana Allah yang semuanya indah bagi manusia yang sangat dikasihiNya. Peristiwa banjir di Jakarta yang selalu berulang serta bencana alam akibat kerusakan alam oleh manusia yang membuat manusia menderita berkepanjangan bukanlah rencana Allah. Saya sedang membayangkan bahwa Tuhan Yesus sedang ikut menangis sedih melihat dan merasakan penderitaan manusia akibat kerusakan alam yang diakibatkan oleh eksploitasi alam yang berlebihan, yang mengorbankan keseimbangan alam demi nafsu manusia akan kekayaan materi yang amat sulit terpuaskan.

Mungkin terasa absurd untuk tetap meyakini bahwa rencana Tuhan selalu baik bagi kita, di saat doa-doa kita tidak tampak terjawab, saat konflik berkepanjangan datang mendera, saat orang-orang yang kita kasihi menjadi sakit dan tak berdaya, saat penyakit tak kunjung sembuh, atau melihat di sekitar kita semakin banyak kekacauan dan kejahatan menimpa orang-orang yang tak bersalah. Kita selalu ingin melihat Tuhan yang selalu solider dengan penderitaan manusia. Tentu saja ! Ia Tuhan yang menderita dan mati bagi kita. Ia bangkit dari maut supaya kita juga bangkit dan hidup. Tapi apa yang salah sehingga saya tidak mampu melihat keterlibatan-Nya?

Pada suatu hari saya membaca sebuah artikel berjudul “Lima hal yang umumnya paling disesali ketika manusia di ambang ajal”. Merasa telah bekerja terlalu keras sehingga mengabaikan saat-saat berharga bersama orang yang dikasihi adalah penyesalan yang paling sering diungkapkan. Seringkali tersita oleh kepentingan pekerjaan dan mengejar kesuksesan diri menghilangkan kesempatan melihat masa-masa pertumbuhan anak atau memelihara kontak dengan sahabat-sahabat terbaik. Juga kesehatan yang begitu berharga dan memberi kebebasan begitu banyak, disia-siakan demi pekerjaan dan berburu ambisi, sehingga ketika kesehatan itu hilang bersamaan dengan datangnya aneka penyakit, hanya penyesalan yang tersisa.

Ya, kadang saya menuntut begitu banyak dari Tuhan, agar Tuhan membuat semuanya menjadi baik dan mulus, sementara saya hanya mengerjakan sangat sedikit bagian saya agar semua yang baik itu dapat terus berlangsung. Sebab sebagai manusia, saya adalah mitra-Nya dalam mengelola alam ciptaan, termasuk diri saya sendiri. Kerja sama saya dengan Tuhan begitu minim sehingga saya bahkan tidak meluangkan waktu secara khusus untuk merenungkan apa yang menjadi kegemaran Tuhan, bagaimana saya dapat selalu berada di hadirat-Nya dan menyenangkan hati-Nya, belajar mengerti kehendak-Nya lewat Sabda-Nya dan merayakan Ekaristi dengan sepenuh hati, belajar untuk selalu bersyukur untuk segala hal termasuk hal-hal kecil dan kesukaran, karena lewat hal-hal yang sederhana, Allah hadir dan bekerja. Dan seringnya justru lewat kesukaran dan derita, Tuhan mengajar kita untuk menjadi lebih mudah merasakan kebahagiaan yang sering kita anggap angin lalu.

Jika manusia sering mempertanyakan dan meragukan perintah-perintah Tuhan yang membuat manusia merasa terkekang, pasti pesan-pesanNya di dalam Kitab Suci ada yang terlewat oleh kita. Jika kita amati, perintah dan ajaran Tuhan diberikan semata supaya hidup kita berjalan baik dan berkelimpahan. Tuhan yang menciptakan kehidupan, tentu saja Dia yang paling tahu cara terbaik menjalaninya sesuai dengan tujuannya dibuat. Hidup yang berkelimpahan dan memberikan kedamaian sejati bagi kita. Hanya mungkin kita jarang bertanya kepadaNya dan memutuskan sendiri semua yang kita anggap baik. Misalnya dalam Yoh 15, Tuhan Yesus selalu meminta kita untuk mengasihi sesama manusia dan mengampuni tanpa menjadi lelah, sesama yang bersalah pada kita. Meminta kita untuk tinggal dalam kasih-Nya dan menuruti perintah-Nya. Rencana-Nya adalah supaya dengan demikian, “…..sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (ayat 11) dan “…supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap dan supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikanNya kepadamu” (ayat 16b). Ya, karena selalu menuruti perintah Tuhan, kita terbiasa untuk meminta apa yang hanya menyenangkan hati Tuhan dan dengan demikian semua permintaan kita adalah keinginan-Nya sendiri untuk kebahagiaan dan kesembuhan kita yang sejati, jadi pasti diberikanNya.

Tuhan mengajak manusia untuk tetap berharap kepada janji penyertaan dan rencana-Nya yang baik sejak awal hingga akhir bagi manusia dan dunia ini, dalam suka dan dukanya yang menumbuhkan, dalam pahit dan manisnya kehidupan, dalam jatuh bangunnya kita melawan dosa dan kepentingan diri sendiri. Pada akhirnya dan selalunya, Allah ingin kita bersukacita, tumbuh dan berbuah dengan bebas dalam kasih, hingga kita siap untuk bersama-sama lagi dalam kekal dengan Dia di Rumah-Nya. Janji Tuhan selalu ditepatiNya, karena Tuhan Bapa kita adalah Tuhan yang penuh kasih setia. Dalam iman dan sukacita oleh kasih setiaNya ini, kita percaya bahwa sekalipun mungkin akhir ceritanya tidak selalu bisa kita lihat selama kita hidup, tetapi semua itu akan digenapiNya dengan indah hingga kesudahan dunia ini. Dialah Allah kita, Gunung Batu kita !

Dari syair lagu “Lord of Creation, to You be all praise”, mari kita bersenandung bagi Tuhan:

Lord of all power, I give you my will
(Tuhan segala kuasa, kuserahkan pada-Mu semua kehendakku)
In joyful obedience your tasks to fulfil
(Dalam ketaatan yang kujalani dengan sukacita, perintah-Mu kupenuhi)
Your bondage is freedom, your service is song
(Pengajaran-pengajaranmu adalah kebebasan, pelayanan bagiMu adalah nyanyian)
And, held in your keeping, my weakness is strong.
(Dan, dalam pemeliharaan-Mu, kelemahanku menjadikanku kuat). Amin.
(Triastuti)

5 COMMENTS

    • Shalom Swarm,

      Secara umum, rancangan Tuhan kita ketahui melalui apa yang diwahyukan-Nya kepada kita dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci. Rancangan itu adalah rancangan keselamatan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Tentang kesempurnaan rancangan Allah ini, silakan membaca di sini, silakan klik. Allah telah merencanakan keselamatan kekal bagi manusia, yang dicapai melalui Kristus dan Gereja-Nya.

      Namun secara khusus, terhadap tiap-tiap pribadi, rancangan Allah yang bertujuan kepada keselamatan kekal itu menempuh liku-liku yang tidak sama antara seorang dengan yang lain. Dari pihak Allah, Ia telah mengetahui segala sesuatunya dari awalnya. Namun dari pihak kita, karena keterbatasan kita, kita tidak mengetahui segala sesuatunya sejak awal. Walaupun demikian, jika kita menjalani kehidupan kita bersama Tuhan, rajin berdoa, membaca dan merenungkan Sabda Tuhan, menerima rahmat-Nya dalam sakramen-sakramen Gereja, maka sedikit demi sedikit kita mengetahui apa yang menjadi kehendak dan rancangan-Nya bagi kita yang mengarahkan kita kepada keselamatan kekal.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Rancangan Tuhan atas pribadi seseorang itu berlaku untuk semua orang, baik itu seorang Katolik atau tidak kan? Dan rancangan Tuhan itu seharusnya mengarahkan seseorang kepada Gereja-Nya. Akan tetapi, bagaimana seseorang yang bukan Katolik untuk mengetahui itu? Banyak orang yang berusaha mendekatkan diri dengan Tuhan menurut pemahaman agama mereka masing-masing dan banyak di antara mereka yang sudah merasa melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Apakah itu menjadi rancangan Tuhan bagi mereka?

        • Shalom Swarm,

          Ya, rancangan Tuhan itu berlaku terhadap semua orang, baik Katolik ataupun tidak Katolik. Rencana Tuhan atas semua manusia adalah rancangan keselamatan, dan ini disebutkan secara eksplisit:

          “[Allah] yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1 Tim 2:4).

          Untuk itulah Allah mengutus Putera-Nya, Yesus Kristus, agar barangsiapa yang percaya kepada-Nya dapat diselamatkan, yaitu memperoleh hidup yang kekal (lih. Yoh 3:16). Atas kuasa Roh Kudus-Nya itulah Kristus Sang Putera Allah menjelma menjadi manusia dalam rahim Maria, dan kemudian hidup di dunia dan mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah, sampai akhirnya wafat, bangkit dan naik ke Surga. Namun sebelum wafat-Nya Yesus berjanji akan mengutus Roh Kudus-Nya yang akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman, dan Roh-Nya itulah yang akan memimpin Gereja-Nya sampai kepada keseluruhan kebenaran.

          “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” (Yoh 16:13)

          Roh Kudus yang adalah Roh Kebenaran itulah yang memampukan para murid Kristus untuk menjadi saksi-saksi-Nya sampai ke ujung bumi (lih. Mat 28:19-20, Kis 1:8, 2:4). Tuhan Yesus mengutus para murid-Nya untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah, yaitu dengan mewartakan Injil ke seluruh dunia. Karena itulah maka kita yang terpisah sekian abad dari zaman Kristus dan sekian jarak dari tempat kelahiran dan karya-Nya, dapat mengenal Kristus dan Injil-Nya. Demikian pula, pewartaan akan Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal Dia dicapai melalui kesaksian hidup umat beriman. Di sinilah pentingnya agar umat Katolik hidup sesuai dengan ajaran imannya, dan dengan demikian menjadi saksi-saksi Kristus. Sekarang dengan semakin luasnya peran media massa, bahkan kesempatan untuk mengenal Kristus terbuka lebih luas dari masa-masa sebelumnya. Di samping itu Allah dengan caranya sendiri dapat membimbing orang-orang yang tadinya tidak mengenal Kristus sama sekali, namun yang tekun untuk mencari kebenaran, untuk dapat menemukan Dia, dalam Gereja Katolik. Sudah ada banyak kesaksian tentang hal itu.

          Maka memang rencana Allah adalah agar semua orang dapat mengenal Kristus dan Gereja-Nya, agar melalui-Nya mereka dapat sampai kepada Allah Bapa (lih. Yoh 14:6), sehingga dengan disatukannya mereka dengan Kristus, Allah dapat menjadi semua di dalam semua (lih. 1 Kor 15:28). Tetapi karena keterbatasan manusia, tidak semua orang dapat sampai kepada pengetahuan akan keseluruhan kebenaran ini. Gereja Katolik mengajarkan, jika bukan karena kesalahannya sendiri, seseorang tidak sampai kepada pengetahuan akan Kristus dan Gereja-Nya, namun ia hidup seturut tuntunan suara hatinya untuk melakukan kehendak Tuhan, maka rahmat keselamatan dapat pula menjangkau mereka. Namun jika ini terjadi, hal itu hanya terjadi karena jasa pengorbanan Kristus yang telah wafat bagi semua orang. Maka Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang untuk digabungkan dengan Misteri Kristus itu dengan cara yang diketahui oleh-Nya; namun ini tidak mengubah kenyataan bahwa Gereja, dan sakramen-sakramennya perlu untuk keselamatan (lih. KGK 1129, 780)

          KGK 1260     “Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk bergabung dengan cara yang diketahui oleh Allah dengan misteri Paska itu (GS 22). Setiap manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan GerejaNya, tetapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan hal itu, dapat diselamatkan. Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam itu memang menginginkan Pembaptisan, seandainya mereka sadar akan perannya demi keselamatan.”

          Untuk memahami keadaan ini, silakan juga memahami adanya dua jenis kehendak Allah, sebagaimana pernah dibahas di sini, silakan klik.

          Sejujurnya kita tidak pernah dapat mengetahui apakah seseorang itu sudah dengan sungguh berusaha untuk mencari Tuhan dan melaksanakan kehendak Tuhan menurut tuntunan suara hatinya. Hanya Tuhan yang memahami isi hati setiap orang, yang dapat melihat dan menilai hal ini. Bukan bagian kita untuk menilai sejauh mana orang sudah melakukan hal ini. Yang dapat kita ketahui adalah prinsipnya menurut ajaran iman Katolik, namun penilaian terhadap kasus-kasus pribadi tiap-tiap orang, biarlah Tuhan saja yang melakukan.

          Beberapa prinsip dasar tentang rencana keselamatan Allah ini, sudah banyak ditulis di situs ini, silakan membaca beberapa di antaranya jika Anda tertarik dengan topik ini:

          Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka?
          Apakah arti EENS (Extra Ecclesiam Nulla Salus)?
          Adakah keselamatan di luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik?
          Dominus Iesus

          Penjelasan tentang Deklarasi Dominus Iesus

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  1. Dear Ibu Caecilia Triastuti
    terima kasih untuk tulisan yang menyegarkan dan sharing yang menguatkan iman. Semoga Ibu dan team katolisitas.org selalu dalam berkat dan kasih Tuhan. Berkah Dalem

    [dari Katolisitas: terima kasih kembali Sdr Cipto, juga untuk doanya bagi kami, semoga Tuhan juga senantiasa memberkati Anda dan keluarga – Triastuti]

Comments are closed.