Sumber gambar: https://cacina.wordpress.com/tag/transfiguration/

Hidup sebagai anak-anak Allah

[6 Agustus 2017, Pesta [Transfiguration of the Lord]: Daniel 7:9-10,13-14. Psalm 96(97):1-2,5-6,9. 2 Peter 1:16-19. Matthew 17:1-9]

1. Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. 2. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. 3. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.

4. Kata Petrus kepada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”

5. Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” 6. Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. 7. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: “Berdirilah, jangan takut!” 8. Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri.

9. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”

“Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”


Teman-teman,

Hari Minggu ini Gereja merayakan Transfigurasi Tuhan Yesus. Transfigurasi, yang berasal dari bahasa Latin trans-figurare, berarti “berubah bentuk.” Kata ini, ketika diterapkan pada misteri yang diungkapkan oleh Injil hari ini, berarti “mengambil kemuliaan” (assumptio claritatis).[1]

Mengapa Yesus menampakkan kemuliaan-Nya? Pada dasarnya, Tuhan kita ingin menolong kita dalam peziarahan kita menuju Surga.[2] Bukankah setiap perjalanan yang kita tempuh pasti memiliki tujuan? Tanpa tujuan, perjalanan tidak dapat dilanjutkan. Karenanya, di “sebuah gunung yang tinggi” (1), Yesus memperlihatkan tujuan peziarahan kita di bumi ini, yang tidak lain adalah kemuliaan yang akan datang (gloria futura); Kristus menunjukkan kemuliaan tubuh-Nya (corporis gloria) kepada kita dan mendorong kita untuk merindukan kemuliaan tersebut mulai dari sekarang.[3]  Lalu, sementara Kristus menampakkan kemuliaan-Nya kepada lima saksi mata, Allah Bapa memberikan kesaksian akan kePuteraan Yesus, yang adalah Pribadi kedua Tritunggal Mahakudus: “Inilah Anak yang Kukasihi …” (5).

Pernyataan Allah Bapa menolong kita mengenal Tuhan kita lebih baik. Pertama-tama, Yesus adalah Anak Allah yang tunggal (singularis filius); kita yang telah dibaptis adalah anak-anak Allah melalui adopsi (filii per adoptionem).[4] Kedua, Allah Bapa mengasihi Allah Putera dan mengasihi kita, anak-anak-Nya yang telah diadopsi, dengan kasih-Nya yang adalah sumber kebaikan semua hal. Meski demikian, kasih Allah Bapa terhadap Putera-Nya berbeda dengan kasih-Nya terhadap makhluk ciptaan-Nya; Allah Putera menerima secara penuh seluruh kebaikan dari Allah Bapa, sedangkan makhluk ciptaan hanya mengambil bagian dalam kebaikan Allah Tritunggal.

Hidup sebagai orang Kristen adalah hidup sebagai anak Allah. Bagaimana kita dapat semakin hidup sebagai anak Allah? Orang-orang kudus menyarankan dua hal. Pertama-tama, seperti anak-anak selalu meminta hadiah yang berharga kepada orang tuanya—meminta bulan, misalnya?[5] atau matahari?—hendaknya kita tidak ragu berdoa dan meminta kepada Allah hadiah yang besar. Ingat bahwa “tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (Mrk 9:23)! Kedua, kita dapat menghidupi lebih baik keperanakan ilahi kita dengan mencari Allah dalam Sakramen Pengakuan Dosa secara rutin, di mana Allah Bapa mencurahkan damai dan pengampunan “per ministerium Ecclesiae”[6]—“melalui pelayanan Gereja.”

 


[1] St. Thomas Aquinas, Summa Theologica (STh), III q.45 a.1 ad 2.

[2] STh., III q.45 a.1 resp.

[3] STh., III q.45 a.3 resp.: “Christus transfigurari voluit, ut gloriam suam hominibus ostenderet, et ad eam desiderandam homines provocaret.

[4] Super Mt., cap. 17 l. 1.

[5] Josemaría Escrivá, The Way, 857: “Be a little child; the greatest daring is always that of children Who cries for… the moon? Who is blind to dangers in getting what he wants? To such a child add much grace from God, the desire to do his Will, great love for Jesus, all the human knowledge he is capable of acquiring, and you will have a likeness of the apostles of today such as God undoubtedly wants them.” In Josemaría Escrivá, www.escrivaworks.org.

[6] Ordo Paenitentiae, 46, 55 (Typis Polyglottis Vaticanis 1974) p. 27, 37: “Deus, Pater misericordiarum, qui per mortem et resurrectionem Filii Sui mundum Sibi reconciliavit et Spiritum Sanctum effudit in remissionem peccatorum, per ministerium Ecclesiae indulgentiam tibi tribuat et pacem. Et ego te absolvo a peccatis tuis in nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti.”

 

Previous articleMari memendam!
Next article“Tambahkanlah iman kami!”
Fr. Kenny Ang
Kenny Ang is a diocesan priest of the Diocese of Surabaya, Indonesia. He earned his bachelor’s degree in Sacred Theology from the University of Navarra, Spain, in 2018.