Pertanyaan:

Salam Damai

Semoga Tuhan selalu memberikan berkat yang berlimpah pada Katolisitas dan semua yang terlibat di dalamnya sehingga Katolisitas semakin mendewasakan iman kita semua.
Saya ingin mendewasakan iman keluarga kami melalui pertanyaan sebagai berikut : masalah anak saya yang sudah diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Bali, tetapi baru 1 semester lalu tidak mau melanjutkan kuliah lagi dengan alasan jauhlah tempat kuliahnya, tidak cocoklah sama temannya, dosennya kurang paslah, sehingga saat ini mogok. Kami sudah memberikan nasehat dan doa sebagai ortu dan juga sudah kami konsultasikan ke psikiater dan psikolog namun masih aja tidak ada reaksi sampai saat ini. Tawaran untuk pindah ke universitas lainnya juga tidak direspon, lalu bagaimana tindakan kami sebagai keluarga Katolik dalam menghadapi masalah ini, mohon bantuannya.
Terimakasih

Laurensius SH

Jawaban:

Shalom Laurensius,

Memang tidak mudah untuk membujuk anak yang mogok sekolah. Diperlukan keterbukaan dari pihak sang anak untuk mendengarkan nasihat orang tua, tetapi juga diperlukan keterbukaan anda sebagai orang tua untuk mendengarkan apakah sebenarnya yang menjadi alasan anak anda. Berikut ini adalah beberapa saran saya:

1. Jika belum dilakukan, silakan berdoa bersama istri anda baik pagi dan malam hari, dengan intensi khusus bagi anak anda ini. Anda dan istri anda dapat secara khusus berdoa dan berpuasa pada masa Prapaska ini dengan membawa intensi anda ini. Walaupun anda sudah meminta tolong kepada psikolog ataupun psikiater, jangan lupa bahwa sebenarnya anda dan istri andalah yang sesungguhnya merupakan tokoh pendidik utama bagi anak anda (lihat KGK 1653). Anda sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk mendidik dan membesarkan anak ini, dan karenanya layak dilakukan usaha dari pihak anda untuk memahami anak anda. Lagipula anda memiliki hal utama yang belum tentu dimiliki oleh psikolog ataupun psikiater tersebut terhadap anak anda, yaitu kasih seorang bapa/ ibu kepada anaknya.

2. Setelah berdoa, silakan anda mencari waktu yang baik untuk berbicara dari hati ke hati dengan anak anda. Pada kesempatan ini, jangan terlalu banyak bicara dulu, tetapi dengarkanlah dahulu kisah dari pihak anak anda. Katakanlah bahwa anda ingin mendengarkan apa sebenarnya pengalaman yang telah dialaminya. Jadilah pendengar yang baik, bahkan jika perlu jangan katakan apa- apa, hanya rangkullah anak anda, dan katakan bahwa anda mengasihi dia dan menginginkan yang terbaik baginya. Biarkan anak anda bercerita, jangan diputus, jangan langsung dikoreksi. Dengarkan dulu, dan tangkaplah masalahnya.

3. Silakan anda periksa masalahnya, apakah karena dia tidak mampu mengikuti, ataukah tidak menyukai jurusan yang diambil, atau karena dia tidak menyukai lingkungan teman- temannya (pergaulan yang tidak baik, mungkin?), atau karena mempunyai pengalaman traumatik dengan dosen, atau apa? Sesudah diketahui masalahnya, silakan didiskusikan bersama, bagaimana sebaiknya. Tanyakan kepadanya, apakah usulan darinya. Apakah mengambil cuti satu tahun dulu, sambil dia mencari jurusan/ universitas yang cocok? Apakah ingin bekerja, sambil kuliah part-time? Jelaskan kepadanya pentingnya pendidikan untuk masa depan, tanpa memaksa. Artinya, anda juga perlu mempunyai keterbukaan untuk menerima, jika masalahnya adalah karena ia tidak ingin melanjutkan ke universitas, tetapi kepada sekolah kejuruan, jika ia merasa tidak mampu secara akademis. Namun jika bukan itu masalahnya, karena anak anda sesungguhnya cukup berprestasi, maka anda memang harus berusaha untuk menemukan alasan yang sesungguhnya. Yang penting sebagai orang tua, peran anda adalah mengarahkan, agar anak anda dapat mengambil jalan/ langkah masa depan yang menjadikan dia dapat berkembang sebagai dirinya sendiri, dalam profesi apapun. Yang terpenting, anak anda dapat menjadi yang terbaik di profesi tersebut, dan menjadi kudus melalui profesi tersebut.

4. Jika perlu, ajaklah juga sahabat anak anda yang cukup baik untuk diajak saling berembuk, agar sahabat-nyapun dapat mendorongnya untuk kembali kuliah jika memang ia sesungguhnya mampu secara akademis.

5. Sarankan agar dia mengikuti retret pribadi untuk merenungkan jalan hidupnya, atau bahkan panggilan hidupnya. Apakah anak anda terpanggil untuk hidup membiara, atau hidup berkeluarga? Apakah yang menjadi cita- citanya? Semoga akan ada pembimbing rohani yang dapat membimbing anak anda dalam retret itu, dan biarkan Tuhan sendiri yang mengarahkan anak anda dalam masa discernment ini.

6. Ajaklah anak anda berdoa dengan anda dan istri anda. Semoga anak anda dapat menjadi semakin terbuka dan semakin dapat berkomunikasi yang baik dengan anda.

Demikianlah saran singkat saya, semoga berguna.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

12 COMMENTS

  1. Shalom,
    saya ingin meminta bantuan doa dan nasihat untuk anak saya yang berumur 9 tahun. Anak saya kurang tumpuan semasa belajar, dia agak lambat menerima tunjuk ajar dan selalu mengadu pening. Doktor mengagak ia migran tetapi masih kanak-kanak. Sebagai ibu, saya sangat risau.
    Terima kasih.

    • Shalom Ibu Ricca,

      Menghadapi kerisauan Ibu, kami berusaha memberi saran semampu kami dengan mensharingkan apa yang kami ketahui. Ada banyak fakor yang dapat turut menjadi penyebab seorang anak kurang konsentrasi dalam belajar, dan ada banyak indikator yang bisa digali dari luasnya aspek perkembangan seorang anak. Indikator yang paling mudah terlihat yaitu prestasi belajar; bagaimana dengan prestasi hasil belajarnya di sekolah sehari-harinya? Apakah nilai-nilainya cukup memadai dan memenuhi yang dipersyaratkan untuk menguasai bidang studi bersangkutan? Jika nilai-nilainya belum mencukupi, ada baiknya Ibu mengusahakan anak ibu untuk mengikuti tes IQ dan tes bakat-minat, sehingga bisa diketahui kemampuannya secara umum dan di mana kekuatan serta kelemahannya dalam belajar. Dan dari sana Ibu dapat memberikan bantuan yang paling dibutuhkannya dalam mempelajari mata pelajaran yang dirasa sukar baginya atau memindahkannya ke sekolah yang paling sesuai baginya. Keluhan pening atau migren dapat dipicu oleh rasa tertekan karena tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

      Jika nilai-nilai pelajarannya cukup baik, mungkin ada faktor lain yang harus digali, misalnya bagaimana relasinya dengan teman-temannya sehari-hari di sekolah dan dengan para gurunya. Ibu dapat mengajaknya berbicara dari hati ke hati dan selalu membuka diri untuk mendengarkan apapun yang menjadi uneg-uneg anak Ibu dalam kesehariannya di sekolah. Dari sana Ibu bisa menelusuri jika ada penyebab di luar faktor akademik yang mempengaruhi konsentrasi belajarnya.

      Jika nilai-nilainya ternyata istimewa, mungkin anak ibu sebenarnya bosan dengan pelajaran yang didapatnya di sekolah, karena kemampuannya sudah jauh melewati materi yang dihadapinya, sehingga konsentrasinya tidak lagi terpusat kepada pelajaran dan kehilangan minat sehingga justru tampak lambat menerima pengajaran dari guru.

      Perlu diamati juga bagaimana kesehariannya di rumah, apakah suasana di rumah sudah selalu memberikan kehangatan dan rasa aman yang dia perlukan dalam masa-masa pertumbuhannya. Dan di atas segalanya, bawalah selalu kerisauan Ibu dalam doa-doa kepada Tuhan, pasti Tuhan akan senantiasa menunjukkan jalan terbaik bagi Ibu dalam mendampingi tumbuh kembang anak Ibu dengan penuh kesabaran dan kekuatan.

      Baik juga bila anak ibu selalu diajak berdoa bersama sekeluarga dan diberi kesempatan mengutarakan doa-doa spontan kepada Tuhan dalam keluarga, walau sederhana. Sehingga dalam usianya yang masih sangat belia ia selalu merasakan dukungan keluarga dan mulai terbiasa untuk mengandalkan kekuatan Tuhan yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Dari pengalaman berdoa bersama, ia dapat mulai diajak untuk mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Pada gilirannya, perasaan aman karena dicintai keluarga dan dicintai Tuhan akan memberikan efek yang positif kepada proses pertumbuhannya.
      Kami juga akan memberikan ujud permohonan Ibu kepada Romo Kris dan timnya untuk dapat didoakan.

      Semoga sharing ini dapat bermanfaat, kami juga turut berdoa bagi anak Ibu.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Triastuti – katolisitas.org

    • Shalom Ibu Nani,
      Silahkan mengacu kepada saran Ibu Ingrid yang sangat bermanfaat dalam menanggapi pertanyaan pembaca lain mengenai masalah anak di artikel ini. Dengan kesabaran dan pengertian, Anda dapat menggali alasan mengapa anak ibu ingin pindah kelas kedua kalinya. Dari pembicaraan itu, Anda dapat memberikan pengertian dan nasehat yang sesuai agar anak merasa didampingi dalam situasi yang dihadapinya, untuk membantu dia mengambil keputusan yang baik dan menjalaninya tanpa beban yang tidak perlu.
      Salam kasih,
      Triastuti.

  2. Salam Sejahtera,

    Ibu Inggrid, saya ingin menumbuhkan iman dalam keluarga saya, saya mempunyai anak 2 laki-laki dan perempuan, masalah yang sedang saya hadapi adalah dengan anak laki – laki, dengan masalah yang datang silih berganti menjadikan anak membenci sekelilingnya termasuk orang tua, apalagi dengan nasehat yang kami berikan tidak pernah didengar, dahulu selama SD sampai SMP dia adalah anak yang aktif dalam kegiatan rohani , tetapi sekarang sejak SMA berubah drastis karena dengan seringnya masalah yang menimpa, kalau menurut saya , karena dari ketledoran dirinya sendiri, akhirnya pelampiasan anak ke game dan mengurung diri dikamar, jarang berkomunikasi dengan orang tua, sudah pernah saya konsul dengan psikolog dan hasilnya adalah memang anak ini introvet.
    Yang mau saya tanyakan apakah dengan kondisi seperti ini bisakah si anak berubah, perlukah kita sebagai orang tua konsul / retret mi. di Tumpang.
    Mohon penjelasannya,,, sebelumnya saya ucapkan terima kasih

    • Shalom Ratna,

      Walaupun mungkin tidak mudah, namun saya percaya tetap ada yang dapat anda lakukan untuk mengubah keadaan di rumah anda. Semoga dengan adanya perubahan suasana di rumah, maka anak anda dapat menjadi lebih terbuka dengan anda. Perubahan suasana yang saya maksud adalah, sedapat mungkin anda mengusahakan waktu untuk berkomunikasi dengan anak anda. Ciptakanlah saat- saat indah itu, misalnya dengan pergi liburan, atau dengan mengajaknya keluar rumah untuk sekedar ngobrol- ngobrol, atau makan/ ngemil snack bersama. Dalam suasana santai ini, usahakan suasana tidak kaku, dan doronglah agar anak anda mau mengungkapkan perasaannya dan bercerita kepada anda. Jika ia sedang berbicara, silakan anda mendengarkan dan tidak serta merta memotongnya. Jika dalam kesempatan pertama, dia masih diam/ bungkam, jangan bosan mengajaknya lagi. Semoga nanti ada saatnya ia akan bicara terus terang dengan anda. Jangan cepat puas dengan apa yang nampaknya anda ketahui tentang dia, tetapi teruslah menggali tentang apa sebenarnya yang menjadi pergumulan dan perasaan anak anda. Semoga dengan demikian anda akan dapat mengetahui akar masalahnya.

      Jika anda terus mengupayakan komunikasi dan menunjukkan perhatian dan kasih kepada anak anda, maka tetap ada kemungkinan anak anda berubah/ menanggapi usaha anda itu. Perubahan karakter anak, jika anak sudah besar memang lebih sukar daripada ketika anak masih kecil. Namun demikian tidak ada yang mustahil, sifat anak tetap dapat berubah ke arah yang baik, sepanjang terus didukung dan didorong oleh orang tuanya.

      Di atas semua itu, barengilah usaha anda ini dengan doa bersama dengan suami anda. Sebagai orang tua, anda berdua mempunyai tugas untuk membentuk karakter anak anda agar dapat menjadi anak yang beriman dan yang bersikap baik secara moral. Artinya anak dididik untuk taat dan mengasihi Tuhan, agar dengan dasar kasih kepada Tuhan, ia dapat juga mengasihi sesama, dimulai dari mengasihi orang tua dan sesama anggota keluarga. Tujuan ini agak sulit dicapai, jika anda jarang berkomunikasi dengan anak, sementara anak menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk bermain game. Sebab nampaknya tidak ada permainan game yang bersifat rohani, atau game yang melibatkan anda sebagai orang tua untuk berinteraksi dengannya. Jika ada game yang demikian, silakan saja anda ikut main game tersebut, sebab mungkin itu adalah ‘pintu’ bagi anda untuk berkomunikasi dengan anak anda.

      Mengikuti retret memang adalah suatu ide yang baik dan layak dilakukan, jika memungkinkan, artinya, anak anda juga bersedia. Silakan mengikuti retret awal bersama sekeluarga, dalam suatu komunitas yang baik (Tumpang atau Cikanyere, silakan dipilih), lalu kemudian jika ada, retret luka batin. Namun sementara belum terwujud rencana anda sekeluarga mengikuti retret, silakan memulai terlebih dahulu perubahan- perubahan kecil di dalam rumah, yang fokusnya adalah mengusahakan komunikasi yang baik dengan anak anda. Jangan lupa, silakan membarengi usaha anda ini dengan doa. Semoga Tuhan berkenan menambahkan suasana kasih di dalam keluarga anda, dan komunikasi yang hangat antara anda dan anak anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Shalom Bpk Laurensius SH,
    Sebagai sesama ayah saya memahami pusingnya situasi bpk. Saya ikut prihatin.
    Boleh saya ikut membagi saran dan cerita?
    3 thn lalu seorg teman saya (katolik) punya masalah yg sama dgn putranya yg baru lulus SMU. Ia bahkan sudah membayar semua uang masuk dan uang kuliah di satu universitas terkenal dan mahal. Anaknya ternyata berbohong, ia lbh sering tdk masuk kuliah, uang kuliah dan buku semester berikut dipakainya utk keprluan pribadi lain, ia juga kemudian pindah gereja krn mengikuti pacarnya. Saat berkesempatan berdialog bbrpa kali dgn sang anak, saya mendpt kesan sbb :
    1. Si anak samasekali tdk mempunyai dasar spiritual ataupun pegangan prinsip dan nilai2 hidup yg jelas, ia terombang-ambing pada lingkungan temannya, ia berganti2 teman dan pacar, tergantung selera sesaat yg memuaskannya. Ia juga tdk punya cita-cita jelas, ia tidak punya target hidup apa2. . Satu hal yg pasti, ia selalu butuh uang utk membiayai gaya hidupnya. Ia bangga krn datang dari keluarga yg relatif berkecukupan. Uang diperolehnya dengan cara “memanipulasi” kasih sayang dan perhatian kedua orgtuanya. Meski orgtuanya tdk terlalu sibuk namun praktis tidak ada komunikasi yg baik, hangat dan terbuka antara mereka, sejak anak ini kecil. Anak ini mempunyai dua muka kepribadian, di rumah ia cenderung tertutup, jarang bicara (menurutnya setiap bicara isinya cuma nasehat, kritik, sindiran, omelan dan debat), sdgkan di kalangan teman2nya ia terkenal royal/generous, ramah, terbuka dan disukai gadis2 krn ketampanannya.
    2. Ayah ibunya katolik yg taat dan cukup rajin misa atau ikut koor di gereja, namun tidak banyak menularkan (mengajarkan) nilai2 spritualitas kpd anaknya. (ini menurut pengakuan si anak). Menurutnya orangtuanya hidup dalam kesibukan dunianya sendiri.
    3. Anak ini samasekali tidak menaruh respek pada orangtua, kakak, maupun paman dan bibi di lingkungan keluarganya. artinya ia sulit mau terbuka mendengarkan nasihat dari kalangan keluarga. Ia lebih suka berbagi cerita dgn teman.

    Dari saran2 yg diterima oleh sang ayah dari para teman dan famili, telah dicoba membujuk anak ini utk mengambil kursus, atau membantu usaha ayahnya,..tapi semua itu hasilnya mengecewakan, belum ada yg membuahkan sesuatu yg pas utk anak tsb. Bahkan anak tsb terus memanipulasi “kekhawatiran dan perhatian” orgtuanya utk mendptkan uang dan tuntutan2 lainnya.
    Dalam suatu obrolan saya pernah berkata pada sang ayah : “Yang anda lakukan seperti dimeja makan anda tanya anak anda “kamu mau makan apa?” nanti papa akan sediakan. Padahal di sisi lain kita juga perlu berkata “ini makanan yang tersedia, tidak ada pilihan lain, kamu harus makan apa adanya, atau kamu memilih lapar dan lalu sakit”.
    Saya juga berkata : “Mungkin anda telah merampas hak anak utk belajar tentang hal Berjuang (striving), berkompetisi, bertahan hidup, yang sesungguhnya merupakan bagian dari rahmat Allah untuk membentuknya menjadi manusia yg lengkap dan baik”.
    Akhir cerita, anak muda tsb tahun lalu telah meninggalkan rumah, pergi ke suatu daerah di Sumatra mengikuti temannya. Katanya ia mau mencoba berbisnis disana. Orgtuanya tentusaja sedih seperti kehilangan anak secara tiba-tiba. Menurut saya dalam situasi tersebut mungkin saja rencana koreksi dan pemulihan Tuhan sedang berlangsung. Mungkin Tuhan sedang mengkoreksi semua pihak, sang anak dan orgtuanya. Kepada teman saya tersebut saya katakan : “teruslah berdoa, jangan pernah kehilangan pengharapan. Jalan ini jalan salib yang (sorry) mungkin dulu kamu pilih sendiri. Jalani saja dgn iman yg benar”. Kata2 yang sarkastik, namun teman saya sdh tidak butuh kata2 hiburan klise lagi, ia justru perlu segera “bangun” dari mimpinya ttg hidup yang selalu tampak mudah”.

    Cerita tadi tidak mesti relevan dan ada hubungannya dgn situasi Bpk Laurensius. Situasi, kondisi, dan alur ceritanya mungkin berbeda, namun pokok permasalahannya mungkin ada kesamaan??. Cerita tadi juga untuk menghibur Bapak, ada keluarga lain yang tengah menghadapi situasi yg lebih sulit. Jadi jangan berhenti untuk berpengharapan, sambil tetap berpasrah dan taat pada rencana Tuhan. Nasehat2 spiritual tentu bisa banyak bpk dapatkan dari pengasuh Katolisitas maupun para imam lain di lingkungan gereja. Saya ikut berdoa bagi bapak dan keluarga.
    Dalam kasih Tuhan,
    Antonius H

  4. shalom om Laurensius

    gampang saja masalhnya

    om , prcya Tuhan Yesus kan?

    y udah doa ja ma Dia , PANDANG YESUS YANG TINGGI , DIA MAHA SANGGUP , prcaya ma dia , dan terus mengucap syukur , dan dibicarakan baik2 , dan doakan anak Om…bukan niscaya , tapi PASTI bahwa Tuhan akan mengubahkan total , krna di kamus kita yang pcya Tuhan Yesus , g ad kata moga-moga dalam kamus kita om…sma om belajar dari anak kecil , bel dr anak kcil yang mau dibentuk hatinya ,pcya deh Tuhan pulihin , Yesus itu Guru diatas Guru , dan anggap kepala rumah tangga yang tertinggi bukan om , namun Yesus sendiri yang memimpin keluarga om…hehehe..TOP DEH OM..ak udah buktiin….JBU

  5. Salam Damai

    Semoga Tuhan selalu memberikan berkat yang berlimpah pada Katolisitas dan semua yang terlibat di dalamnya sehingga Katolisitas semakin mendewasakan iman kita semua.
    Saya ingin mendewasakan iman keluarga kami melalui pertanyaan sebagai berikut : masalah anak saya yang sudah diterima di Perguruan Tinggi Negeri di Bali, tetapi baru 1 semester lalu tidak mau melanjutkan kuliah lagi dengan alasan jauhlah tempat kuliahnya, tidak cocoklah sama temannya, dosennya kurang paslah, sehingga saat ini mogok. Kami sudah memberikan nasehat dan doa sebagai ortu dan juga sudah kami konsultasikan ke psikiater dan psikolog namun masih aja tidak ada reaksi sampai saat ini. Tawaran untuk pindah ke universitas lainnya juga tidak direspon, lalu bagaimana tindakan kami sebagai keluarga Katolik dalam menghadapi masalah ini, mohon bantuannya
    Terimakasih
    Laurensius SH

    [Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

    • Slalam Damai
      Terimakasih Ibu Ingrid Listiati atas jawaban dan saran yang diberikan untuk kami, dengan senang hati kami akan mencoba menerapkan saran tersebut, mohon dukungan doanya agar kami segera bisa menyelesaikan dengan baik, sekali lagi terimakasih

Comments are closed.