Sharing pelayanan oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Tuhan tidak pernah menutup diri untuk dikenali. Seorang ibu menelponku. Ia memintaku untuk membaptis papanya yang berusia sembilan puluh empat tahun. Papanya tidak mengenal Tuhan Yesus sebelumnya. Keadaaan papanya itu sekarang lemah. Matanya terus terpejam. Ia tidak mau makan.

Sebelum keadaaannya yang lemah ini, opa itu selama beberapa minggu terus berdoa di depan Gua Maria. Ia juga selalu memegang patung Bunda Maria dan patung Tuhan Yesus Kristus yang terletak di samping tempat tidurnya. Ibu itu tidak tahu dari mana papanya itu bisa mengenal Bunda Maria dan Tuhan Yesus. Ibu itu yakin bahwa papanya pasti mempunyai pengalaman iman. Ia pun bertanya kepadanya: “Apakah Papa mau menjadi Katolik?”. Papanya menjawab dengan mata terbuka lebar: “Saya mau menjadi Katolik”. Ibu itu ingin papanya memperoleh apa yang dirindukannya, yaitu menjadi murid Tuhan Yesus dan anak Bunda Maria, sebelum ia harus masuk dalam gerbang surga.

Aku membaptisnya pada tanggal 17 April 2015 dengan nama Antonius. Nama opa itu sekarang menjadi Antonius Ng Tjie Kiat. Mataku terbelalak melihat perubahan kondisinya setelah menerima pembaptisan. Kondisinya tiba-tiba membaik. Ia mulai membuka matanya. Ia berbicara kepadaku dalam bahasa HK atau Kek yang kuterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebisanya:

Walaupun mulutku diam, mataku terpejam, dan badanku terkulai lemah,

tetapi, hati dan jiwa ini sedang melihat masa hidupku di masa silam, sekarang, dan masa mendatang.

Di masa silam aku merasa mampu berjalan sendiri.

Aku merasa kuat menapaki hidupku sendiri.

Akibatnya, aku sering sampai pada jalan buntu dan gelap,

yang hampir menjatuhkan aku ke dalam jurang kehancuran.

Anehnya aku senantiasa menemukan Tangan yang membangkitkan kembali hidupku.

Di ambang Gerbang Surga,

Aku berteriak: “Tolonglah aku, bawa aku ke sana karena di masa silam aku tidak mengandalkan Engkau, Sang Pemilik Surga”.

Aku tersentak, ternyata Tangan Tuhan yang berkali-kali mengangkatku dari kesulitan dan sering kuabaikan itu, kini kembali terulur dengan kehangatan cinta.

Tangan Tuhan itu ada sebuah tulisan: ”Aku ada untuk engkau, anakku”.

Aku bahagia dengan menerima pembaptisan karena aku telah menyerahkan diriku

dalam rengkuhan tangan kasih-Nya.

Kini masa lalu aku syukuri dan masa depan tak perlu aku takuti.

Semuanya itu karena Dia ada bagiku dan Dia adalah segalanya bagiku.

Pesan dari cerita iman ini: Iman akan Tuhan Yesus dianugerahkan pada orang yang menyukai keheningan. Keheningan akan mengasah hati menjadi “bening” /terang/cerah sehingga dapat melihat keberadaan-Nya untuk kita. Kita hanya bisa memandangNya dengan doa penuh syukur “Tuhan, aku tak dapat hidup di luar kasih-Mu. Tinggallah selalu bersamaku. Tanpa Engkau, Tuhan, hidupku tak berarti”. Sabda Tuhan melalui Nabi Yesaya di bawah ini meneguhkan kita untuk senantiasa berdiam di dalam Tuhan demi menikmati kasih dan kekuatan-Nya: “Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.”….” (Yesaya 30:15).

Tuhan Memberkati