Saya memandangi rosario di tangan saya. Dari bahan apapun terbuatnya, butir-butir itu tampak begitu bersahaja. Sesederhana doa-doa berulang yang saya ucapkan di setiap butirnya. Bagaikan kesederhanaan seorang gadis bersahaja di kota kecil Nazaret di Galilea, yang sangat rendah hati dan tulus, yang menyerahkan sepenuhnya keputusan hidupnya pada Allah. Saya tidak ingat lagi pada usia berapa di hidup saya terjadinya awal perkenalan saya dengan benda berbutir-butir yang terangkum menjadi satu untaian ini. Sama seperti reaksi Bunda Maria yang pertama kali terbaca di dalam Kitab Suci adalah rasa terkejut dan kemudian tidak mengerti, dulu saya juga tidak paham mengapa harus mengulangi doa yang sama sebanyak lima kali sepuluh, dan mengapa saya tidak langsung saja berdoa kepada Bapa. Sama seperti seluruh rencana Allah adalah suatu misteri yang amat besar bagi Bunda dalam seluruh perjalanan hidupnya. Bahkan dalam setiap episode perjalanan hidupnya bersama Yesus, ia tidak pernah bisa membayangkan, apalagi memperkirakan, episode seperti apa yang akan dialaminya di hadapan. Semuanya begitu penuh kejutan dengan banyaknya tantangan dan kesukaran. Sampai kemudian di akhir seluruh rancangan yang dijalaninya itu, ia mendapati dirinya dengan hati yang remuk memeluk tubuh Putera-Nya yang bersimbah darah dalam keadaan kaku tidak bernyawa setelah diturunkan dari kayu salib yang hina di mana hidup-Nya berakhir. Namun dengan lemah lembut, ia hanya menyimpan dan merenungkan semua itu dalam hatinya, hatinya yang selalu percaya, percaya sepenuhnya kepada kebaikan dan kebijaksanaan Tuhan.
Demikianlah perjalanan hidup ini saya juga tidak pernah tahu akan menuju ke mana. Rencana Allah dan skenario penyelamatan-Nya yang begitu agung bagi keselamatan saya, juga masih selalu menyisakan misteri bagi akal budi saya. Tetapi, karena butir-butir rosario yang meluncur di antara jemari saya itulah, sambil mendaraskan doa yang sama setiap kali, saya merasa dibimbing oleh Bunda Maria untuk meyakini kasih Allah di balik setiap episode kehidupan yang merupakan misteri itu. Bunda sudah membuktikannya. Ketaatan dan kerendahan hatinya untuk mengatakan ‘ya’ kepada setiap skenario Allah, membuat saya dan seluruh umat manusia di bumi bisa melihat sebuah akhir yang selalunya baik, akhir yang indah dan penuh kemenangan, dari rangkaian peristiwa kehidupan yang panjang dan penuh liku, yang selalu menyisakan ketidakmengertian yang tak berujung bagi akal budiku. Semuanya baik, karena Bunda bertahan sampai akhir. Keyakinan bahwa semuanya akan baik dan semuanya memang baik seperti halnya Bunda sudah menunjukkan teladan itu kepada saya, membuat dalam ketidakmengertian saya, saya berani mencoba berseru dengan penuh keyakinan bersama Bunda, “Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”. Ungkapan seperti itu hanya bisa dinyatakan kepada sosok Tuhan yang selalu mempunyai rancangan yang baik dan tahu memegang kendali untuk membuat segalanya baik. Tak peduli betapapun berat dan pahit prosesnya di tengah-tengah, tetapi bersama Dia dan di dalam Dia, semuanya baik, dan akan berakhir baik. Dan orang pertama yang memberi saya contoh bahwa harapan seperti itu bukanlah harapan yang kosong adalah Bunda Maria, melalui keteladanan seluruh hidupnya.
Sejak pertama kali belajar untuk mengenal siapakah Yesus itu bagi saya, saya semakin menyadari dengan bertambahnya usia, bahwa proses perjalanan mengenal Yesus dan kehendak-Nya bukan proses setahun atau sepuluh tahun, melainkan proses seumur hidup. Saya menemukan bahwa sebagai doa yang dipanjatkan dengan perantaraan Bunda Maria, doa Rosario menolong saya untuk menghayati mengapa Yesus yang adalah Tuhan dan Raja, sudi datang ke dunia untuk menjadi sama seperti saya, dan membebaskan saya dari semua ikatan dunia dan dosa yang membebani manusia. Doa Rosario membawa saya melangkah lebih jauh dalam iman untuk terus menerus diingatkan pada teladan pengurbanan cinta Kristus dan disemangati oleh kerendahan hati Bunda untuk terus mencontoh keteladanan itu, betapapun sulitnya. Hal itu dimungkinkan karena dari seluruh judul dalam peristiwa-peristiwa doa Rosario, hampir seluruhnya bercerita tentang Yesus dan perjalanan hidup-Nya sebagai manusia, hingga kenaikan-Nya ke Surga. Ada empat kategori peristiwa, yaitu Peristiwa Gembira (didoakan hari Senin dan Sabtu), Sedih (didoakan Selasa dan Jumat), Mulia (didoakan Rabu dan Minggu), dan Terang (didoakan Kamis). Masing-masing kategori mempunyai lima peristiwa untuk direnungkan, jadi seluruhnya ada 20 peristiwa, dan dari semua itu nama Bunda Maria hanya disebutkan sebanyak empat kali sebagai judul peristiwa. Dua kali di awal Peristiwa Gembira (Maria menerima kabar dari malaikat dan Maria mengunjungi Elizabeth) serta dua kali di akhir Peristiwa Mulia (Maria diangkat ke Surga dan Maria dimahkotai di Surga). Selebihnya semuanya mengenai Yesus dan yang mengenai Maria pun intinya bercerita tentang Yesus. Sama seperti seorang ibu yang tidak tertarik menceritakan dirinya sendiri atau mencari pujian bagi dirinya sendiri pada saat menceritakan mengenai anak yang dikasihinya, sebagai ibu yang melahirkan-Nya ke dunia, Bunda mengajarkan saya untuk mengenal Yesus lebih baik dan berjalan setiap hari bersama Dia di jalan keteladanan-Nya. Ya, doa Rosario adalah doa Yesus, because it’s all about Jesus, it’s all about His love to me, dan membantu saya untuk terus memahami dan mengalami cinta-Nya kepadaku.
Pengalaman Bunda Maria yang direnungkan secara khusus di dua peristiwa pertama dalam Peristiwa Gembira dan di dua peristiwa terakhir dalam Peristiwa Mulia, menggambarkan bahwa karya keselamatan Allah diawali dari kerjasama Bunda Maria, dan kelak, penggenapan rencana keselamatan-Nya bagi kita juga seperti yang dilakukan Allah kepada Bunda Maria. Sebab jika kita bekerja sama dengan rahmat Allah seperti halnya Bunda Maria, maka kelak kita akan pula menerima janji keselamatan dan mahkota kehidupan sebagaimana digenapi Tuhan di dalam hidup Bunda Maria.
Tuhan Yesus mengatakan dalam Yoh 15:5, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”. Bagaimana saya bisa selalu dekat pada Yesus, bahkan tinggal di dalam Dia dan menyukakan hati-Nya sehingga saya bisa berbuah banyak? Mengerti apa yang menjadi kehendak-Nya, dan terus berjalan di dalam keteladanan pengorbanan salib-Nya yang kudus? Salah satu jawabannya ialah dengan selalu berjalan bersama ibu-Nya dalam doa Rosario. Teladan Bunda Maria mengajarkan saya untuk bertahan dalam kerendahan hati, mempunyai sikap bergantung sepenuhnya kepada Allah, mudah memaafkan dan mengerti sesama, peka terhadap kebutuhan dan kesusahan orang lain, tidak cepat menghakimi suatu peristiwa / sesama yang tidak mengenakkan, merasa diri selalu membutuhkan rahmat pengampunan Tuhan, dan mengajak saya terus menerus mengintrospeksi diri apakah hidup saya sudah selalu selaras dengan cita-cita Puteranya. Doa Rosario membuat saya tidak pernah jauh dari Yesus.
Melalui perenungan peristiwa-peristiwa Rosario, Bunda Maria membawa saya mengenal Alah Tritunggal. Saya belajar dari interaksi Bunda dengan Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus, yang ketiganya saling bersinergi mencapai tujuan keluhuran dan kebahagiaan kekal bagi seluruh umat manusia. Sinergi ketiganya terwujud karena ketaatan Bunda sebagai media penyambung keseluruhan kesempurnaan rancangan-Nya. Bunda mengatakan “ya” kepada Allah Bapa melalui instruksi Malaikat Gabriel yang memberikan kabar gembira kepadanya dalam Peristiwa Gembira. Bunda mengandung, melahirkan, membesarkan, dan mendampingi sampai akhir Allah Putera yang menjadi manusia dengan misi kesetiaan-Nya untuk menjadi Juruselamat dunia. Kesemuanya dalam Peristiwa Gembira, Sedih, serta Peristiwa Terang (yaitu saat Yesus mengubah air menjadi anggur di Kana. Di Kana itu juga saya diingatkan lagi, bahwa segala kerinduan, kebutuhan, dan keputusasaan saya, segera ditangkap Bunda untuk dibawanya kepada Puteranya, “Mereka kehabisan anggur”). Dan setelah kenaikan Puteranya ke Surga, dalam Peristiwa Mulia, Bunda berkumpul bersama para rasul untuk berdoa dengan tekun dan sehati demi menantikan kedatangan Allah Roh Kudus yang menyempurnakan keseluruhan rencana indah Allah Tritunggal bagi seluruh umat manusia.
Hidup manusia yang singkat ini memang penuh misteri, dan kehendak Bapa yang menciptakan manusia juga sebuah misteri agung yang sering tak terselami. Tetapi kita tidak sendiri dalam menempuh semuanya itu. Dalam perjalanan seumur hidup untuk mengerti dan menjalani kehendak Bapa, Bunda Maria selalu di sisi kita mendampingi perjalanan itu, memastikan kita tidak tersesat atau keliru mengambil jalan, untuk mencapai tujuan akhir yang sesungguhnya dari hidup yang fana ini. Sampai akhir hidup ini, dan bahkan hingga melewati hidup, Bunda Maria mendoakan Anda dan saya. “…Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati, Amin.”
Terima kasih Bunda Maria, atas cinta dan teladan kudus yang engkau tunjukkan kepada kami, terima kasih atas doa dan penyertaanmu yang penuh kesetiaan dalam perjalanan iman kami di dunia. (Triastuti)
Shalom Ibu Triastuti,
Ibu menulis di atas: “…dulu saya juga tidak paham mengapa harus mengulangi doa yang sama sebanyak lima kali sepuluh…”
Sayapun begitu, bahkan seringkali disalahkan.
Belum lama ini, saya mengikuti acara doa di kantor saya, yg diselenggarakan utk semua karyawan Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Dalam acara ini, lagu dinyanyikan berulang-ulang utk lagu yg sama. Saya tidak ikut nyanyi lagu-lagu pop ini, karna bisanya saya hanya lagu-lagu di Madah Bakti dan Puji Syukur. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam diri saya, yaitu: “kalau saya mengulang-ulang doa yg sama saat berdoa Rosario seringkali disalahkan, tapi kenapa kalau menyanyikan lagu puji-pujian ini boleh diulang-ulang ya?”
Akhirnya saya sadar Bu, bahwa tidaklah salah kalau saya mengulang-ulang doa yg sama saat berdoa Rosario.
Terima kasih.
Salam,
Lukas Cung
Shalom Lukas Cung,
Terima kasih untuk sharingnya yang menguatkan ini. Ya, ada banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari pengulangan sebuah doa. Dalam pengalaman saya pribadi, selain melatih kesetiaan dan meningkatkan konsentrasi, pengulangan memberi saya kesempatan untuk masuk semakin intens dalam permenungan dan penghayatan kepada teladan kasih Bunda Maria dan rancangan Allah Bapa yang sempurna, melalui penebusan Yesus Kristus PutraNya bagi kita. Maka doa Rosario dikenal merupakan salah satu doa kontemplatif. Doa yang menolong saya untuk menghadap hadirat Allah dengan kerendahan hati, dengan tidak pertama-tama sibuk mengutarakan kebutuhan-kebutuhan saya sendiri, tetapi menahan diri dan dengan setia mendaraskan rumusan doa yang diajarkan oleh Gereja dan Kitab Suci, untuk bersama Bunda Maria, masuk dalam penghayatan misteri penebusan Kristus yang agung. Terima kasih dan salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti – katolisitas.org
Bu Triastuti,
ini renungan yang sangat bagus.
Saya mau bertanya tentang latar belakang Bunda Maria mengatakan, “mereka kehabisan anggur”.
Yesus mengubah air menjadi anggur adalah mujizat pertama.
1. Kira kira menurut hasil permenungan Ibu Triastuti (atau mungkin ada catatan dari Tradisi Suci), dari manakah Bunda Maria mempunyai keyakinan 100% bahwa Yesus dapat dan akan mau membuat mujizat pada pesta di Kana itu? mengingat bahwa sebelumnya Ia belum membuat mujizat.
2. apakah ada catatan dari Tradisi Suci atau Magisterium bahwa sejak Bunda menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel dan mengandung, Bunda sudah meyakini 100% bahwa Yesus yang ada dalam kandungannya adalah (Putera) Allah? Jika ya, mengapa ia dan suaminya cemas saat Yesus tertinggal di bait Allah. Jika dari awal Bunda yakin bahwa Ia adalah Allah, mengapa ia cemas saat kehilangan Yesus?
3. mungkinkah bahwa keyakinan Bunda bahwa Yesus dapat membuat mujizat di Kana itu berdasarkan pengalamannya (misalnya saat Yusup dan Bunda kehabisan tepung, atau saat Yusup kehabisan waktu untuk memenuhi pesanan perabot dari pelanggan, tiba tiba tepung menjadi melimpah atau tiba tiba perabotan kayu sudah jadi)?
Mohon penjelasan. Terima kasih
Shalom Yusup Sumarno,
Terima kasih untuk apresiasinya dan juga pertanyaannya ini, saya mencoba mensharingkan apa yang menjadi permenungan saya dan yang saya pahami dari ajaran Gereja.
Yesus mengubah air menjadi anggur adalah mujizat pertama.
1. Kira kira menurut hasil permenungan Ibu Triastuti (atau mungkin ada catatan dari Tradisi Suci), dari manakah Bunda Maria mempunyai keyakinan 100% bahwa Yesus dapat dan akan mau membuat mujizat pada pesta di Kana itu? mengingat bahwa sebelumnya Ia belum membuat mujizat.
Sebagai Ibu dari Putra Allah, yang mendapat kepercayaan dari Allah Bapa untuk mengandung Sang Penebus dunia, Bunda Maria senantiasa mempunyai kepekaan dan empati yang besar kepada kesukaran sesama manusia yang ada di sekitarnya. Misi dari Tuhan untuk menyelamatkan dunia ini melalui Putra Allah yang dikandung Bunda Maria sebagai manusia, mendarah daging sebagai misi Bunda Maria juga, yang dengan kesadaran penuh menyetujui untuk menjadi ibu yang melahirkan Yesus Kristus ke dunia.
Kata-kata Bunda yang menceritakan kepada Yesus bahwa penyelenggara pesta sedang mengalami kesukaran dan terancam mendapat malu dari para tamu karena kehabisan anggur, berangkat dari kasih dan kepedulian Bunda yang konstan kepada kesukaran dan penderitaan umat manusia. Dengan mengatakan “mereka kehabisan anggur” kepada Yesus, Bunda membawa kesukaran itu kepada Sang Sumber Keselamatan, tempat segala beban diringankan, tempat semua kelemahan dikuatkan. Bunda Maria percaya sepenuhnya bahwa tidak ada perbuatan yang lebih tepat daripada membawa kesulitan manusia kepada Yesus, yang adalah Tuhan sendiri. Iman Bunda Maria bahwa Yesus dapat dan berkenan membuat mukjizat pada saat itu, justru tampak dari kalimat Bunda yang berikutnya kepada para pelayan, yaitu, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”, bahkan setelah Yesus sudah mengatakan bahwa saatNya belum tiba.
Sebagai seorang ibu yang mengasuh Putranya sejak lahir hingga dewasa dengan kasih dan iman yang besar kepada Tuhan, Bunda Maria pasti sangat memahami karakter Yesus, mengerti akan segala keresahan dan perasaanNya, dan tentu sangat mengenal kepedulian Yesus kepada sesama yang mengalami kesulitan. Iman Bunda Maria begitu dalam dan nyata bahwa Yesus akan membuat semua yang perlu dan semua yang terbaik menurut kebijaksanaanNya untuk mengatasi kesulitan itu. Termasuk iman bahwa Yesus Puteranya adalah Sang Allah itu sendiri. Iman ini adalah iman seperti seorang anak kecil yang pernah Yesus ajarkan juga, yaitu menyerahkan dengan total segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan, dan percaya sepenuhnya akan kebijaksanaan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Baik, sekalipun Bunda Maria tahu bahwa semula Tuhan Yesus sempat merasa enggan. Bunda tahu karena iman, bahwa Yesus tahu apa yang akan dilakukanNya, apa yang tidak akan dilakukanNya, dan apa yang dikehendakiNya pastilah yang terbaik. Untuk gambaran yang lebih jelas silakan Anda membaca juga uraian Pak Stef dalam artikel “Peran Maria dalam Mukjizat di Kana”, klik di sini.
2. Apakah ada catatan dari Tradisi Suci atau Magisterium bahwa sejak Bunda menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel dan mengandung, Bunda sudah meyakini 100% bahwa Yesus yang ada dalam kandungannya adalah (Putera) Allah? Jika ya, mengapa ia dan suaminya cemas saat Yesus tertinggal di bait Allah. Jika dari awal Bunda yakin bahwa Ia adalah Allah, mengapa ia cemas saat kehilangan Yesus?
Ya, Bunda Maria sangat yakin bahwa beliau mengandung Putera Allah. Bunda Maria yang dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang sangat menghormati dan mencintai Allah (St Yoakim dan St Anna), saat itu adalah seorang gadis muda Yahudi yang saleh dan tekun dalam memelihara imannya. Sehingga ketika pesan Malaikat Gabriel itu sampai di telinganya, Bunda Maria tentu segera ingat dan mengerti akan kerinduan bangsanya saat itu akan kedatangan Sang Mesias. Dan justru karena beliau yakin bahwa pesan Malaikat Gabriel itu adalah pesan dari Allah sendiri, Bunda Maria mengatakan “ya” kepada pesan Allah yang amat mengejutkan baginya itu. Iman dan kasihnya kepada Allah telah mengendalikan dirinya, egonya, rasa takutnya, dan keraguannya, dan mengubah keterkejutannya menjadi ketaatan dan kepasrahan dalam iman kepada Allah. Maka justru di dalam pernyataan imannya yang sangat berani itu kita dapat melihat bahwa Bunda Maria tetaplah seorang manusia, yang senantiasa bisa merasa terkejut, bimbang, ragu, takut, sedih, khawatir. Namun iman, ketaatan, dan kesetiaannya kepada Allah membuatnya senantiasa terbuka kepada rahmat Allah sehingga terus memampukan beliau untuk memikul tugas mulia itu sampai akhir. Sifat-sifat manusiawi tersebut tetap mewarnai setiap perjalanan hidupnya bersama Yesus, di mana hal itu justru semakin menunjukkan kebesaran imannya kepada Tuhan. Kita bisa mengatakan bahwa Bunda Maria melangkah dalam iman, adalah karena sebagaimana umumnya manusia, beliau tidak bisa melihat ke depan akan seperti apa. Satu demi satu peristiwa yang terbuka di hadapannya adalah misteri baginya, yang dapat dijalaninya dengan baik oleh karena iman dan kasihnya kepada Allah. Termasuk ketika Yesus menghilang dari rombongan sanak keluarga dalam perjalanan pulang sekeluarga dari Yerusalem untuk merayakan Paskah. (Lih. Luk 2: 41-52). Kecemasan itu muncul karena sebagai manusia, Bunda Maria tidak bisa melihat apa yang akan terjadi di depan, dan juga karena kasihnya yang amat besar sebagai orangtua. Percaya akan penyelenggaraan Allah bukan berarti sebagai manusia kita tidak merasa cemas. Kecemasan adalah sifat manusiawi yang wajar. Tetapi kecemasan yang dihadapi dalam iman akan kasih Allah menghasilkan output yang berbeda dengan kecemasan tanpa harapan akan kuasa Tuhan. Bunda Maria dan Bapa Yosef tekun mencari Yesus selama tiga hari, dalam kesabaran dan kerendahan hati, dan ungkapan iman itu dinyatakan Bunda Maria dengan menyimpan dan merenungkan semua itu dalam hatinya. Silakan Anda ikuti juga uraian yang dituliskan oleh Pak Stef dan Ibu Ingrid mengenai hal ini dalam, “Apakah Bunda Maria mengetahui sepenuhnya rencana keselamatan Allah?“, klik di sini.
3. Mungkinkah bahwa keyakinan Bunda bahwa Yesus dapat membuat mujizat di Kana itu berdasarkan pengalamannya (misalnya saat Yusup dan Bunda kehabisan tepung, atau saat Yusup kehabisan waktu untuk memenuhi pesanan perabot dari pelanggan, tiba tiba tepung menjadi melimpah atau tiba tiba perabotan kayu sudah jadi)?
Sebagaimana yang saya kemukakan di sharing no 1, ya, pengalaman hidup Bunda Maria bersama Yesus tentu merupakan alasan kuat yang mendasari keyakinan Bunda Maria terhadap kuasa kasih Yesus dalam pesta pernikahan itu. Pengalaman itu mungkin bukan berupa mukjizat dalam definisi manusia yang kadang terbatas tentang arti sebuah mukjizat. Seluruh keberadaan Yesus di dalam hidup Bunda Maria adalah sebuah mukjizat bagi beliau, dan bagi umat manusia. Penyertaan Allah dalam peristiwa-peristiwa yang bagi Bunda Maria sangat mencengangkan seperti saat paduan suara malaikat di malam kelahiranNya, kunjungan tiga raja dari Timur, sampai peristiwa yang mendebarkan saat pengungsian ke Mesir dan hilangnya Yesus selama tiga hari itu, adalah beberapa potong kejadian yang kita ketahui dari Kitab Suci mengenai petualangan Bunda Maria bersama Yesus, yang semua itu adalah mukjizat Ilahi bagi beliau. Selanjutnya, interaksi mereka dalam keseharian yang tidak kita ketahui karena tidak tertulis dalam Kitab Suci, tentu tak terhitung banyaknya. Kerahiman Yesus yang adalah manusia dan sekaligus adalah Allah, tentu mewarnai seluruh perjalanan hidup mereka sekeluarga. Kesucian Yesus tentu terbuka dengan gamblang di hadapan Bunda Maria, sebagai manusia pertama bersama Bapa Yosef, yang melihat dan mengalaminya sejak sangat awal. Maka iman dan kasih yang total serta keyakinan yang kuat itu terbentuk secara alamiah, indah, perlahan-lahan, namun pasti, dalam diri Bunda Maria.
Semoga sharing saya ini bermanfaat dan menjawab pertanyaan Anda. Kiranya kasih dan bimbingan Roh Kudus senantiasa menyertai perjalanan iman kita bersama teladan Bunda Maria yang tak bercela yang selalu mendampingi kita semua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Triastuti – katolisitas.org
Ibu Triastuti,
banyak terima kasih atas jawaban yang lengkap dan memuaskan ini.
GBU.
Bu Astuti sejak kecil saya selalu dajarkan untuk berdoa rosario kususnya oleh ibu saya yang selalu membimbing saya untuk selalu mendekatkan diri pada bunda Maria.Selama saya rutin berdoa rosario saya benar-benar merasakan manfaatnya, saya justru merasa mampu mengarahkan pikiran saya kepada Allah ketika berdoa rosario. Doa rosario juga bagi saya merupakan sebuah latihan kedisiplinan untuk mencapai dan mendapatkan ketenangan dalam menghadapi masalah. Namun sekarang ketika saya menjadi seorang mahasiswa semangat doa rosario malah menghilang, apa yang sebaiknya yang harus saya lakukan untuk menghidupkan tradisi rasario dalam diri saya bu?.
Salam kasih Tuhan
Shalom Yoseph,
saya bersyukur atas kasih dan iman ibu Anda yang dengan setia mengajarkan doa Rosario sejak Anda masih kecil, sehingga Anda merasakan keindahan dan manfaat berdoa Rosario hingga dewasa. Dalam dinamika kehidupan, tak dapat dipungkiri bahwa kehidupan doa kita kadang juga naik turun, apalagi saat usia beranjak dewasa di mana pola pikir kita menjadi semakin kompleks disertai berbagai kegiatan hidup yang beraneka ragam yang berkontribusi dalam dinamika kehidupan iman dan doa. (Mungkin ada baiknya Anda mengevaluasi sendiri faktor-faktor yang Anda pikir mempunyai cukup pengaruh kepada kehidupan doa Anda, baik itu pengaruh yang memperkuat atau yang memperlemah, supaya dapat Anda kenali dan sikapi dengan tepat). Adalah sangat baik bahwa Anda menyadari ada penurunan semangat dalam berdoa dan segera mencari jalan keluar dengan mensharingkannya kepada saudara seiman untuk bisa saling menguatkan.
Mungkin sharing perasaan saya mengenai doa Rosario ini dapat membantu Anda menemukan kembali semangat dan kerinduan untuk berdoa Rosario dan menemukan kekayaan iman yang indah darinya. Bagi saya Bunda Maria adalah anugerah iman yang tiada duanya. Seluruh hidup Bunda bercerita tentang iman, ketaatan, kerendahan hati, dan kasihNya kepada Bapa, yaitu dalam mengandung, melahirkan, membesarkan dan mendampingi PutraNya dengan tekun dan sabar hingga akhir. Bunda Maria menanggung derita yang besar sejak mengandung Yesus, dan penderitaan itu mencapai puncaknya ketika PutraNya menderita dan wafat di kayu salib bagi keselamatan umat manusia. Kita pun tak luput dari berbagai penderitaan dan kesukaran hidup di dunia ini, tetapi sebagai manusia yang lemah, kita kadang-kadang setia dan kadang-kadang tidak. Kita belajar beriman setia kepada Bunda Maria, bunda umat manusia, yang ditegaskan sendiri oleh Kristus ketika Ia bersabda kepada muridNya dari atas kayu salib, “Inilah ibumu”.
Allah kita adalah Allah yang aktif, Dia selalu penuh dengan inisiatif untuk menyapa manusia dan menyelamatkan manusia dengan kasih yang amat besar. Injil Lukas menggambarkannya dengan indah seperti sang Bapa yang berlari mendekat kepada si anak hilang yang baru saja kelihatan di kejauhan. Bahkan menjelma menjadi manusia yang serba terbatas seperti kitapun, dijalaniNya demi kebahagiaan dan keselamatan kita. Dalam diri Yesus Kristus Tuhan kita, Allah memberikan kita anugerah yang sempurna supaya kita belajar arti hidup sejati dan meraih kebebasan yang sesungguhnya di dalam Dia.
Dalam doa Rosario, kita diajak mengikuti seluruh perjalanan karya Allah yang menjadi manusia itu, dari awal hingga akhir dan sampai kesudahannya. Doa ini membawa kita menyelami betapa dalamnya kasih Allah kepada manusia. Terutama karena saat mengikuti perjalanan keteladanan dan pengorbanan Kristus itu, kita menyelaminya dari sudut pandang ibuNya, yang bersama sama (bersatu dalam tubuhnya) dengan Yesus dari awal hingga Yesus menghembuskan nafas yang terakhir di kayu salib. Mungkin tidak ada doa lain seperti Rosario, yang begitu dalam dan lengkapnya membawa kita ke dalam segenap pergumulan Kristus sendiri selama menjadi manusia (dan pergumulan iman dari BundaNya), hingga akhirnya wafat dan bangkit bagi keselamatan kita, seperti yang dituliskan di dalam Kitab Suci.
Saya sendiri mulai belajar berdoa rosario dengan rutin sejak mengikuti Legio Maria saat saya masih SMP. Waktu itu rasanya seperti rutinitas saja, saya mendoakannya di malam hari sesudah belajar, sebelum tidur. Atau kalau sedang sempat, di pagi hari setelah bangun tidur. Perlahan lahan saya menemukan kekuatan dan kedamaian dalam doa Rosario. Seiring bertambahnya usia, doa ini menjadi sarana bagi saya untuk belajar setia dalam membaharui penghayatan akan misteri penebusan Kristus bagi saya. Persis seperti yang Anda alami juga. Bersama Bunda Maria yang juga seorang manusia, saya merasa ditemani dan dikuatkan dalam belajar beriman tulus kepada Tuhan. Saya merasa tidak sendirian dalam jatuh bangunnya saya sebagai orang yang berdosa dan berusaha hidup baik seperti kehendak Tuhan. Dan sebagaimana kita mengadukan semua persoalan dan kebutuhan kita kepada ibu kita, saya menyampaikan kepada Bunda Maria permohonan atas kekuatan melawan kecenderungan dosa, juga semua kegentaran jiwa, kegetiran hati, kerinduan maupun berbagai kebutuhan saya. Dalam doa Rosario, saya merasakan kedekatan seorang sahabat dan kehangatan seorang ibu, yang selalu mengerti, menyertai, dan mendoakan saya. Sebagaimana beliau selalu menyertai dan mendoakan Putranya Yesus saat menjadi manusia dulu. Kesabaran, ketaatan, dan kerendahan hati Bunda Maria dalam peristiwa-peristiwa yang saya renungkan dalam doa Rosario itulah yang membantu saya merasakan kehangatan itu.
Rutin berdoa Rosario membuat saya memahami bahwa karya penyelamatan Allah tidak dapat terjadi tanpa kerja sama dan ketaatan seorang manusia yang bernama Bunda Maria, untuk menjalani semua yang Tuhan minta darinya, betapapun berat dan asingnya itu bagi beliau. Dengan pemahaman yang sama, karunia keselamatan yang Dia sediakan bagi kita itu juga tidak dapat berhasil dan mencapai tujuannya tanpa kerja sama dan reaksi timbal balik yang aktif dari kita. St Agustinus pernah berkata bahwa Dia yang dapat menciptakan kita tanpa kita, tidak dapat menyelamatkan kita tanpa kita.
Dibandingkan dua belas murid Yesus yang pertama, sebenarnya Bunda Maria adalah murid pertama sebelum pertama. Demikianlah kita dapat belajar semangat ketaatan tanpa syarat dan kebergantungan yang terus menerus akan kebesaran penyelenggaraan Allah melalui teladan Bunda Maria, dan buah ketaatan adalah iman yang hidup dan berbuah, yang memampukan kita menjalani hidup yang tidak mudah ini dengan semangat berkemenangan. Demikianlah Bunda akan selalu mendampingi dan menghantar kita dengan doa dan teladannya agar kita sampai kepada Bapa dengan selamat, kepada tujuan itu dan hanya ke situ sajalah doa Rosario akan membawa kita.
Semoga doa dan kasih Bunda Maria kepada kita serta kekuatan Roh Kudus dalam diri Anda memampukan Anda menemukan lagi keindahan dan kedalaman iman dalam doa Rosario. Bersama Bunda Maria, kiranya Anda menemukan kekuatan yang selalu baru untuk terus berjalan dalam iman yang tulus kepada Bapa di Surga dalam suka duka kehidupan ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Triastuti – katolisitas.org
Terima kasih buat ibu Triastuti,…. kita menjadi semakin paham dan mengerti akan iman kepercayaan dan cinta kepada Yesus Tuhan, dan…Bunda Maria…Bunda Allah.
Shalom,
Di dalam Gereja Katolik jarang sekali diajarkan tentang pengenalan kita akan Yesus , yang ada sering hanyalah doa kepada Bunda, doa rosario, novena, atau yang lainnya yang selalu berhubungan dengan Bunda dan kurang kepada Yesus.
Coba sdr. Triastuti ikut Karismatik, ikut SHBDR maka banyak perkara-perkara tentang pengenalan kita akan Yesus yang belum pernah diajarkan oleh gereja ada di situ.
Saya sendiri pernah ikut dan saya sudah mengalaminya.
Mengenal akan Yesus jauh lebih indah daripada kita mengenal akan Bunda. (Maaf)
Coba ikut Karismatik , ikut SHBDR maka sdr pasti mengalami sesuatu yang lebih indah….
Mencoba…tidak ada yang salah…
GBU
Shalom Budi Yoga,
Sejujurnya saya tidak paham bagaimana Anda dapat mempunyai kesimpulan bahwa di dalam Gereja Katolik, pengajaran pengenalan akan Yesus jarang sekali diajarkan. Pernyataan itu sungguh tidak berdasar, karena seluruh pengajaran Gereja Katolik berpusat kepada Kristus, termasuk pengajaran praktek-praktek devosi kepada Para Kudus (termasuk kepada Bunda Maria), adalah bagian dari kesatuan hikmat dan kekayaan Gereja yang kesemuanya membawa umat Katolik kepada Kristus, satu-satunya Juru Selamat dan junjungan seluruh hidup kaum beriman kristiani katolik.
Upaya untuk senantiasa berjalan dalam hikmat dan teladan Kristus dilakukan dengan berbagai bentuk, termasuk melalui kekayaan yang amat indah yang diajarkan oleh Gereja, yaitu melalui doa dan teladan Para Kudus Allah, termasuk Bunda Maria, yang seluruh hidupnya merupakan teladan yang amat kudus tentang bagaimana kita sebagai pengikut Kristus menjiwai hidup beriman sepenuhnya kepada Allah Bapa dalam persatuan dengan Yesus Kristus Putera-Nya.
Kalau pada tulisan di atas saya menulis mengenai Bunda Maria, itu sebenarnya adalah sebagai bagian dari kekayaan tersebut, dan karena saya sedang dalam rangka mencoba memaknai bulan Oktober yang adalah bulan Rosario yang ditetapkan oleh Gereja. Kalau Anda mencermati kisah renungan yang lain yang saya tuliskan, maka tulisan renungan di situs Katolisitas tidak hanya menyangkut mengenai perjalanan iman bersama Bunda Maria, demikian juga artikel pengajaran di situs ini, di mana pengajaran mengenai Yesus Kristus akan banyak Anda temukan, salah satunya dapat dilihat dalam arsip artikel mengenai Kristologi, silakan klik.
Terima kasih untuk saran Anda supaya saya mengikuti SHBDR (Seminar Hidup Baru Dalam Roh). Program tersebut memang sangat indah dan memperdalam iman dan cinta saya kepada Kristus dan Gereja-Nya. Kebetulan saya sudah tiga kali mengikuti SHBDR yaitu yang pertama pada tahun 2003 sewaktu saya masih menjadi anggota paroki St Monica, BSD, Serpong, dan yang kedua dan ketiga saya mengikutinya lagi di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tahun 2005 dan 2006, di mana di sana SHBDR disebut dengan LSS (Life in the Spirit Seminar). Karena pada kurun waktu tersebut saya memang tinggal di Malaysia.
Rasa cinta dan iman yang semakin tumbuh mendalam kepada Yesus Kristus, membuat saya semakin tidak ragu untuk menaruh penghormatan dan devosi khusus kepada Bunda Maria, ibunda Yesus Kristus, yang terus membawa relasi saya dengan Yesus semakin kuat, semakin berakar, dan semakin dalam. Karena dalam teladan Bunda Maria menjalani tugas perutusannya untuk mengandung, melahirkan, serta membesarkan Yesus dan mendampingi-Nya hingga ajal-Nya di kayu salib, beliau tidak pernah sedikitpun memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Seluruh hidup Bunda Maria sungguh hanya dipersembahkannya untuk mengikuti kehendak Allah Bapa semata.
Selain teladan hidupnya yang kudus itu, Bunda Maria memang mempunyai peran yang sangat unik dan istimewa sebagai ibu Tuhan, peran yang tidak diberikan kepada Para Kudus yang lain, yang hidupnya juga kudus dan tak bercela serta hanya semata mengutamakan kehendak Allah daripada keinginannya sendiri.
Saya merasa ada perbedaan mendasar pada diri umat yang berdevosi kepada Bunda Maria dan yang tidak. Perbedaan itu adalah sebagai berikut: umat beriman yang berdevosi kepada Bunda Maria, yaitu yang menghormatinya secara khusus, mengikuti teladan hidupnya yang kudus bagi Yesus serta berdoa dengan perantaraan beliau, tidak pernah sedikitpun menganggap Bunda Maria adalah saingan Yesus Kristus, sang Juruselamat pujaan hidup utama umat beriman. Dalam benak kami, keduanya bukan merupakan figur kudus yang saling berlomba untuk dihormati dan dipuji, melainkan yang satu (Bunda Maria), menjadi sarana pendukung yang ampuh untuk mencapai dan bersekutu dengan Yang Satunya, yaitu yang menjadi junjungan utama kita, Yesus Kristus.
Sedangkan umat beriman yang tidak berdevosi kepada Bunda Maria nampaknya terus menerus merasa cemas, merasa khawatir, bahwa Bunda Maria akan menempati posisi yang lebih tinggi dan porsi yang lebih banyak dalam menerima kasih, penghormatan, dan penyembahan yang adalah hak Allah. Rasa cemas dan khawatir ini tidak berdasar, karena umat yang berdevosi kepada Bunda Maria tidak pernah menganggap Bunda Maria sebagai saingan Allah. Justru sebaliknya, Bunda Maria adalah jalan yang kudus dan diberikan sendiri oleh Yesus Kristus (lih. Yoh. 19:27) supaya kita dapat semakin menyembah Allah dan melayani Allah dengan kesungguhan yang lebih murni lagi, komitmen yang tidak main-main, dan konsistensi yang ajeg, seperti yang ditunjukkan oleh Bunda Maria dalam seluruh perjalanan hidupnya yang kudus.
Demikian tanggapan yang dapat saya berikan, semoga dapat dipahami. Kiranya Tuhan Allah Bapa yang Maha Kasih senantiasa menjaga kita dalam jalan kekudusan yang dimaksudkan-Nya untuk ditempuh dan diperjuangkan oleh masing-masing dari kita, anak-anak yang telah dipilih dan dikasihi-Nya, dalam persatuan dengan Yesus Kristus Putera-Nya dan dengan bimbingan teladan dan doa para Kudus-Nya
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti – katolisitas.org
Shalom,
Mungkin pendapat sdr ttg kekawatiran bahwa devosi kpd Maria mengurangi waktu kita untuk berdoa & menyembah pd Kristus.
Saya dulu memang dari Kristen pindah ke Katolik krn nikah dgn wanita Katolik. Sebagai seorg Katolik saya ingin memahami Katolik dgn penuh termasuk devosi kpd Bunda. Saya baca buku baca juga berbagai macam devosi sampai akhirnya saya ngadu pd Tuhan : apakah yang dapat kulakukan ? Kira2 hampir setahun kemudian Tuhan berbicara melalui mimpi : Apakah kamu percaya padaku ? jawabku : Ya Tuhan saya percaya padaMu, jawabnya : Itu sudah cukup bagiku ! Lalu saya bertanya bgmn dgn Maria, Tuhan ? Jawabnya : kalau kamu percaya padaKu itu sdh cukup bagiku ! Saya mengulangi pertanyaan ttg Maria tp Tuhan hanya memberi jawaban yang sama : kalau kamu percaya padaKu, itu sudah cukup bagiku !
Dari jawaban tersebut saya percaya menyembah Yesus lebih indah dan lebih baik daripada devosi pd Bunda (maaf). Istri saya adalah seorang Katolik sejati, devosi pd Maria tidak pernah lupa dari jam 6 pagi, 3 sore dan 6 malam. Belum doa rosario berantai, doa senakel dll. Saya percaya itu semua adalah pesan Tuhan pada saya bahwa boleh berdevosi pd Bunda bila itu mendekatkan kita pada Yesus atau juga langsung berdoa pd Yesus krn Yesus adalah teladan & contoh cara hidup orang kristen.
Trims sdr. Tri, kalau melihat tulisan anda saya teringat istri saya, bgmn ia sangat dan sangat berdevosi pd Bunda. Itu semua adalah cara Tuhan untuk boleh menangkap anak-anakNya untuk datang kepadaNya.
GBU.
Shalom Budi Yoga,
Terima kasih atas tanggapan anda. Saya percaya Triastuti telah memberikan penjelasan yang sangat baik. Kalau anda masih belum bisa menerima penjelasan Triastuti dan katolisitas, mungkin anda juga dapat belajar dari kehidupan para kudus. Saya percaya bahwa anda akan setuju bahwa Bunda Teresa dari Kalkuta telah mengasihi Kristus dengan demikian luar biasa. Apa rahasia di balik semua karya kerasulannya yang begitu luar biasa? Rahasianya terletak pada devosinya kepada Sakramen Ekaristi, Sakramen Tobat dan Rosario. Dan kalau kita melihat kehidupan para santa-santo, maka kita akan melihat resep yang sama. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa kehidupan sakramen yang baik dan devosi kepada Bunda Maria tidak menjauhkan umat Allah dari Yesus, bahkan sebaliknya santa-santo membuktikan bahwa devosi kepada Bunda Maria semakin membawa mereka lebih dekat dengan Yesus. Kalau Yesus memberikan Bunda-Nya kepada murid yang dikasihi-Nya, rasul Yohanes, yang mewakili umat beriman (Yoh 19:27), maka siapakah kita yang menolak pemberian Kristus ini? Kalau kita mengasihi Kristus, mengapa kita menolak pemberian-Nya yang begitu besar, yaitu Ibu-Nya, Bunda Allah? Bunda Maria adalah pemberian Kristus yang harus diterima dengan baik, disyukuri, dan bukan malah ditolak.
Di sisi yang lain, kalau anda ingin berdiskusi tentang peran Bunda Maria, maka sesungguhnya diskusi tidak dapat berdasarkan mimpi anda, karena tidak ada yang dapat membuktikan kebenaran dari mimpi anda. Bukan saya hendak mengecilkan mimpi anda. Namun, dalam berdiskusi, kita mencoba memberikan dasar-dasar yang jelas kebenarannya dan bukan berdasarkan mimpi. Kalau saya mau, ada begitu banyak kesaksian dan wahyu pribadi dari santa-santo tentang Bunda Maria. Namun, hal ini tidak perlu saya kemukakan, karena hal ini tidak memberikan argumentasi yang kuat dalam satu dialog.
Kalau anda benar-benar mengenal Gereja Katolik dengan baik, anda akan melihat bahwa sumber dan puncak kehidupan kristiani bagi umat Katolik adalah bukan Maria, namun Sakramen Ekaristi. Dalam Sakramen Ekaristi, kurban dan yang mengurbankan adalah Kristus sendiri, atau dengan kata lain, fokus kehidupan umat Katolik adalah Kristus sendiri. Semua devosi harus mengarahkan umat beriman pada Kristus. Kalau anda ingin berdiskusi tentang Bunda Maria, silakan untuk membaca beberapa artikel tentang Bunda Maria, sehingga tidak terjadi pengulangan. Semoga penjelasan ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Pak Stef,
Trims utk tanggapannya,
Dari pertama saya pindah ke katolik memang ada dua hal yang menjadi pertanyaan besar bagi saya adalah Bunda & Purgatory.
Jawaban-jawaban yang begitu banyak dan saangat banyak yang saya baca di katolisitas belum dapat menjawab pertanyaan saya. Saya melihat jawabannya sangat manusiawi bukan ilahi.
Saya juga banyak membaca dari buku-buku lain tapi belum dapat jawaban yang membuat hati saya berkata : ini dia yang saya cari selamA ini.
Akhrinya jawaban saya dapatkan dari Tuhan sendiri. Karena saya percaya hidup kekristenan adalah hidup yang berpengalaman dengan Tuhan , itu pasti unik karena pasti berbeda-beda yang dailami oleh setiap anak-anak Tuhan. Bagaimana kita pertama kali terima Kristus pasti ada sesuatu yang lebih karena dengan logika itu mustahil kita percaya. Begitu pula ketika kita bertumbuh dan makin percaya dan beriman kepadaNya. Ada hikmat yang kita dapatkan ketika kita mendapatkan sesuatu yang baru yang belum pernah kita terima & dengan iman kita menjawab ya atau tidak atas hal tsb. Bisa melalui mimpi, penglihatan atau suatu peristiwa tertentu. Itu juga yang banyak anak-anak Tuhan alami untuk percaya atas segala sesuatu yang baru yang makin membuat iman kita makin bertumbuh.
Begitu pula banyak santo-santa menerima pernyataan melalui mimpi, penglihatan dan peristiwa tertentu sehingga membuat iman mereka makin bertumbuh.
Trimakasih , saya belum siap untuk menanyakan hal-hal mengenai Bunda & Purgatory.
GBU
Shalom Budi Yoga,
Terima kasih atas tanggapannya. Menurut saya, tidak menjadi masalah kalau kita mempertanyakan iman kita, selama kita terus mencari. Kalau anda memandang penjelasan dari situs ini tentang Bunda Maria dan Api Penyucian tidak dapat memuaskan anda, maka yang dapat dilakukan adalah bukan hanya membaca namun mempertanyakan. Oleh karena itu, silakan memberikan pertanyaan atas semua argumentasi yang telah diberikan, sehingga apa yang masih menjadi ganjalan dapat didiskusikan. Kita tidak dapat mendasarkan kepercayaan kita pada mimpi. Mimpi anda dan mimpi para santa-santo dapat berbeda. Kalau ada dua mimpi yang saling bertentangan, maka tidak mungkin keduanya sama-sama benar. Dengan demikian, sangat sulit untuk berdialog tentang kebenaran dan iman, kalau hanya berdasarkan mimpi.
Namun, kalau anda tidak berniat untuk mendiskusikan dan mempertanyakan dogma dan doktrin juga tidak menjadi masalah. Yang menjadi masalah terbesar, menurut saya, adalah sikap bahwa pengalaman akan Tuhan lewat mimpi menjadi pijakan akan kebenaran. Menurut saya, ini adalah sikap yang berbahaya, karena menempatkan mimpi dan pengertian sendiri di atas apa yang diberikan oleh Magisterium Gereja. Lama kelamaan akhirnya, sikap ini dapat membawa pada satu sikap bahwa ajaran Gereja yang dipandang baik menurut pribadi dituruti, dan yang dipandang tidak baik (menurut pribadi) dianggap sebagai ajaran manusia dan bukan ajaran Tuhan. Dengan demikian, yang ingin disampaikan adalah seolah-olah pengertian pribadi tidak dapat salah dan senantiasa dipandang sebagai hikmat Tuhan dan ajaran Gereja dipandang sebagai pengajaran manusia yang dapat salah. Cobalah untuk meneliti dari sisi ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@ Budi Yoga,
mohon maaf kalau saya pribadi tidak percaya pada mimpi saudara.
mengapa saya tidak percaya?
1. karena menurut saya itu tipikal dari kelompok yang suka mendiskreditkan Katolik (saya pernah dengar/melihat langsung anak kecil dari kelompok ini yang kotbah dalam KKR bahwa ia bermimpi bertemu Yesus yang menangis karena orang Katolik menyembah Maria), begitu saya mendengar “bualan” itu, saya langsung tidak percaya 100%.
2. dari segi isi, saya tidak akan percaya karena bagi saya yang katolik, Yesus tidak akan mengatakan seperti itu (kalaupun mimpi saudara nyata, meskipun saya tidak percaya), karena Yesus sangat mencintai dan menghormati BundaNya. Makanya saat saat terakhir Ia menyerahkan BundaNya pada muridNya.
[Dari Katolisitas: Sebaiknya memang jangan kita mendiskusikan perihal mimpi di rubrik ini, karena hal itu sifatnya subyektif. Namun jika isi mimpi itu jelas bertentangan dengan iman Katolik, maka sebaiknya kita waspadai. Tentang hal tersebut sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.]
Shalom Budi Yoga Pramono. Perkenankan saya menyarankan Bapak membaca buku “Rome Sweet Home – Roma Rumahku”, yang ditulis oleh Scott & Kimberly Hahn, terbitan terjemahan oleh penerbit Dioma Malang tahun 2004. Mereka mantan Protestan, dalam buku itu mereka mengisahkan bagaimana pergulatan mereka, termasuk mengenai Bunda Maria, yang paling berat bagi Kimberly, namun paling mudah bagi Scott Hahn yang pendeta, yang lalu menjadi mantan pendeta. Keterangan buku ada di di http://www.amartapura.com/view_category.php?ipage=1&findpub=Dioma%20Malang Saya sendiri telah membacanya dan makin mantap menjadi Katolik, karena saya juga eks Protestan, bukan karena isteri, namun karena melihat kakak dan adik saya yang telah dahulu menjadi Katolik dari Protestan. Isteri saya pun akan menjadi Katolik, sekarang sudah ikut Misa, dan masih dalam proses katekumenat.
Salam kasih
SIlvester Damanik
Salam,
di dalam cerita triastuti di atas dimasukkan ayat Yohanes 15:5, Firman Tuhan bilang ” barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa2. Mengapa malu atau ragu triastuti mendekati Yesus, Yesus itu kekasi triastuti saya kasi contoh yg paling gampang utk dimengerti saya sebagai cowo seneng ama triastuti pasti saya akan melakukan pendekatan toh? Lalu siapa yg saya dekati triastuti atau orang tuanya? Emangnya saya mau pacaran ama ortunya?
“sebab di luar Aku kamu tdk dapat berbuat apa2 ” triastuti bilang salah satu jawabannya adalah dengan selalu berjalan bersama Ibu-Nya emang siapa yg bilang jalan bersama Maria akan menyenangkan Yesus? Kalau saya mau pacaran ama triastuti apakah saya hrs menyenangkan ortu triastuti? Ingat Yesus mengatakan di luar Yesus kamu tdk dapat berbuat apa2, termasuk mau minta tolong Maria triastuti tdk bisa berbuat apa2 kalau ngak ngerti ayat yg dipakai jangan ditulis karena akan kembali kpd anda dan akan menyakitkan
Shalom Kay Roven,
Terima kasih atas tanggapan Anda ini, yang memberi saya kesempatan untuk belajar mengerti lebih dalam kasih dan devosi saya dan umat Katolik pada umumnya, kepada Bunda Maria.
Sebagaimana Anda menyatakan,”emang siapa yg bilang jalan bersama Maria akan menyenangkan Yesus?”, sebenarnya saya juga mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan sebaliknya, yaitu, “emang siapa yang bilang jalan bersama Bunda Maria akan TIDAK menyenangkan Yesus?”
Sekilas, Anda dan saya sama-sama tidak tahu kepastian jawaban dari kedua pertanyaan yang saling bertentangan itu, karena kelihatannya keduanya hanya bersifat menduga-duga. Tetapi saya mempunyai kepastian jawabannya, karena saya memang tidak menduga-duga. Saya tahu jawaban dari pertanyaan saya adalah iman saya yang mengatakan bahwa “Yesus senang jika saya berjalan bersama Bunda Maria”. Salah satu dasar dari iman saya itu adalah perkataan Tuhan ketika Ia menanggapi orang-orang yang berkata bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya ada di luar dan berusaha menemui-Nya. Yesus berkata, “Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudaraku laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu”. (Markus 3:31-35). Dengan perkataan itu, Tuhan Yesus sedang mengatakan bahwa Bunda Maria adalah ibu-Nya yang sejati, yang layak menyandang gelar ibu bukan hanya karena ia telah mengandung dan melahirkan Yesus ke dunia, tetapi juga karena seluruh hidup Maria adalah sebuah kesaksian yang terus menerus akan ketaatan yang penuh untuk selalu melakukan kehendak Allah, hingga seluruh rencana agung Allah tergenapi. Walau selama perjalanannya, ada banyak sekali rintangan dan penderitaan yang harus dihadapi Bunda Maria, tetapi Maria tetap setia tanpa lelah dan tanpa henti terus mendampingi Puteranya dan taat sampai akhir.
Dengan dasar penjelasan itu pula, saya mengimani bahwa berjalan dalam iman bersama doa dan teladan Bunda Maria, adalah bukan suatu perbuatan yang saya lakukan di luar Yesus. Bila berjalan dalam iman dengan seorang sosok yang selalu taat melakukan kehendak Allah tanpa sama sekali memperhatikan kesenangannya sendiri adalah sesuatu yang disebut “di luar Yesus”, maka kita membuat perkataan Yesus dalam Yohanes 15:5b yaitu, “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa,” menjadi tidak ada artinya, bahkan menjadi sebuah kebohongan. Saya percaya Anda tidak pernah bermaksud demikian, bukan?
Bunda Maria juga adalah sosok seorang ibu yang amat dikasihi oleh Yesus, Puteranya. Bagaimana saya bisa mengetahui hal itu? Ingatlah, bahwa Yesus bahkan mengajarkan kita untuk mengasihi musuh kita dan mendoakan orang yang menganiaya kita (lihat Matius 5:44). Dapatkan kita bayangkan, betapa besarnya Seseorang yang memerintahkan kita mengasihi sampai seperti itu, akan menaruh cinta dan hormat kepada ibu-Nya sendiri, yang telah melahirkan dan membesarkan-Nya dengan penuh kasih dan kesetiaan?
Nah, jika saya begitu mengasihi Yesus dan rindu untuk meneladan jalan-jalan kasih yang diajarkan-Nya, tidakkah merupakan suatu kewajaran bahwa saya juga mencintai orang-orang yang dicintai Yesus, dan turut memohon bimbingan doa dan teladan orang-orang yang dicintai Yesus dan mencintai Yesus begitu total, dan yang merupakan sosok paling dekat dengan Yesus selama masa-masa hidup-Nya di dunia? Tidakkah merupakan suatu kewajaran bahwa belajar dari orang-orang terdekat dengan Yesus selama hidup-Nya di dunia dan yang selalu saling mencinta dengan Yesus akan membuat saya semakin mengenal apa yang menyukakan hati Yesus dan apa yang tidak?
Mencontoh analogi yang Anda kemukakan dalam pertanyaan Anda, bila kita ingin pacaran dengan seseorang atau ingin menjalin hubungan yang serius dengan orang itu karena kita mencintainya, bukankah sebuah kewajaran jika kita juga mengasihi saudara-saudaranya dan lebih-lebih lagi orangtuanya, karena jika kelak kita menikah dengannya, kita juga akan menjadi satu keluarga yang baru dengan orangtua dan saudara-saudaranya juga dan saling berbagi kasih di antara mereka semua. Betapa kekasih kita itu juga akan bahagia jika kita juga mencintai keluarganya dengan tulus. Itulah sebabnya pertanyaan Anda justru mengingatkan saya dalam kacamata iman, betapa sukacita Yesus bila saya mencintai, menghormati, serta belajar beriman kudus dari sosok yang juga sangat Yesus cintai dan hormati sepanjang hidup-Nya sebagai manusia, yaitu Bunda Maria, bunda-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan.
Triastuti – katolisitas.org
Salam,
Saya berani bilang karena ada dasarnya “org2 yang takut dan kenal akan Tuhan dan saya akan bilang tidak mungkin saya tdk melihat keuntungan dari berjalan bersama Maria ( spt contoh jika kita berseru kepada Tuhan keselamatan, kesembuhan, umur panjang, berkat dll itu hanya Tuhan yang memberikan tanpa hrs melalui perantara atau didapat dari siapa pun juga dan saya yakin dan percaya bahwa para rasul pun tdk akan setuju dengan ungkapan kata hati triastuti. Maaf saya mau tanya korelasinya apa antara Markus 3:31-33 dengan berjalan bersama Maria? Ini hanya menurut saya ya mbak” sebenarnya mbak triastuti tuh menduga2 loh kalau mbak tuh berjalan dengan Maria, perikop di Markus 3 itu sangat menjelaskan bahwa yang paling utama buat Yesus saat itu adalah “orang2 yang berkumpul (saya tambahkan bersekutu) dan mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus yang harus kita liat juga ialah apa jawaban Yesus kpd org2 yang memberitahukan Yesus yuuu mbak kita sama-sama teliti spy jangan sampai kasih salah informasi akan menjadi salah ajar.
Dengan perkataan itu, Tuhan Yesus sedang mengatakan bahwa Bunda Maria adalah ibu-Nya yang sejati, sekali lagi karena keragu2an mbak jadi ngak ngerti apa makna perikop itu.
“Bunda Maria juga adalah sosok seorang ibu yang amat dikasihi oleh Yesus” benarkah hanya Maria yang SANGAT dikasihi Yesus? Lalu bagaimana saya dan triastuti? Bukankah Dia juga sangat mengasihi kita? Tahukah apa dasarnya Dia sangat mengasihi kita dan Maria? ” kita adalah ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah dan yang menerima nafas kehidupan dari Allah
Ingatlah, bahwa Yesus bahkan mengajarkan kita untuk mengasihi musuh kita dan mendoakan orang yang menganiaya kita (lihat Matius 5:44). Dapatkan kita bayangkan, betapa besarnya Seseorang yang memerintahkan kita mengasihi sampai seperti itu. Itu benar saya setuju
Akan menaruh cinta dan hormat kepada ibu-Nya sendiri, yang telah melahirkan dan membesarkan-Nya dengan penuh kasih dan kesetiaan? Apakah Ini pengertian secara agama atau Rohani ketika Yesus hidup secara manusia ketika Dia masih tinggal ama bapak ibunya ya saya percaya itu tapi secara rohani tidak bisa mbak. So what kalau Maria sdh melahirkan Yesus itu tdk berarti yang lain tidak istimewa di hadapan Tuhan “SAMA” termasuk saya dan mbak ( maaf bukan bermaksud kasar ) sy percaya setiap orang diciptakan dengan maksud yang berbeda2 dan tugas yang berbeda2 utk melakukan sebuah karya keselamatan dari Tuhan. Saya kasih contoh Tuhan pakai Musa utk membebaskan bangsa Israel dari Mesir, Yakub dipakai Tuhan utk menyelamatkan bangsa Mesir dari sini, banyak cerita2 Alkitab bagaimana Tuhan memakai orang2 pilihanNya dengan tujuan yang sama.
Nah, jika saya begitu mengasihi Yesus dan rindu untuk meneladan jalan-jalan kasih yang diajarkan-Nya, tidakkah merupakan suatu kewajaran bahwa saya juga mencintai orang-orang yang dicintai Yesus
Saya jawab ya… Tentu boleh dong tp siapa yang mau triastuti mau kasihi ? Santo santa? Mereka sdh senang di sorga nih… Tau ngak siapa yang Yesus kasihi? 1 orang2 yang mengasihi Dia ke 2. Orang2 yang blm percaya Yesus sebagai juruselamat mereka itu yang hrs dikasihi beritakanlah keselamatan itu buat mereka, GK katolik mengakui bahwa pertumbuhan agama Kristen Protestan sangat berkembang cepat karena agama Kristen mau menyebarkan iman kristen tp GK tdk bisa berkembang nah ini yang disebut mengasihi orang2 yang Yesus kasihi.
Tidakkah merupakan suatu kewajaran bahwa belajar dari orang-orang terdekat dengan Yesus selama hidup-Nya di dunia dan yang selalu saling mencinta dengan Yesus akan membuat saya semakin mengenal apa yang menyukakan hati Yesus dan apa yang tidak…. Apa yang triastuti akan dapatkan dari orang yang sdh mati? Mengenal apa yang menyenangkan hati Yesus atau tidak ya harus membaca Alkitab semua apa yg di perlukan ada disitu, klo masih nanya ama org yang sudah mati berarti mbak menolak firman Tuhan,
Itulah sebabnya pertanyaan Anda justru mengingatkan saya dalam kacamata iman, betapa sukacita Yesus bila saya mencintai, menghormati, serta belajar beriman kudus dari sosok yang juga sangat Yesus cintai dan hormati sepanjang hidup-Nya sebagai manusia, yaitu Bunda Maria, benarkah? Kasih saya penegasan ayat tentang itu…. TQ….
Shalom Kay Roven,
Terima kasih atas tanggapan Anda lebih lanjut. Berkat dari Tuhan memang akan diberikan Tuhan sesuai dengan kerahiman-Nya, dengan atau tanpa perantara doa dari siapapun, karena semua itu sepenuhnya ada di tangan kebijaksanaan Tuhan. Jika saya berdoa dengan perantaraan Orang Kudus, salah satunya Bunda Maria, hal itu lebih dilihat sebagai sebuah pembelajaran iman bagi pihak saya sebagai manusianya, yang sedang berelasi dengan Tuhan melalui doa permohonan. Teladan iman, kasih, dan harapan para Kudus membantu saya menempatkan diri dalam disposisi batin yang baik dalam menaikkan doa kepada Tuhan, baik itu doa permohonan, pujian, atau penyembahan. Kekayaan iman yang terkandung dalam devosi kepada Bunda Maria dan juga para Kudus adalah kekayaan yang menumbuhkan, memberikan buah-buah iman, harapan, dan kasih, yang semakin mendekatkan saya kepada Tuhan. Khususnya dalam doa devosi umat Katolik melalui Bunda Maria, peran Maria sebagai Bunda Allah yang selalu bersatu dengan Yesus dalam rencana keselamatan Allah akan membawa kita kepada persatuan dengan Allah. Sehingga dengan memohon dukungan doa dari Bunda Maria dan mendekatkan diri kepadanya, maka kita akan dibawa untuk lebih dekat kepada Yesus, dan bukan sebaliknya. Gereja Katolik mengajarkan melalui Katekismus Gereja Katolik (KGK) sebagai berikut :
964. Tugas Maria terhadap Gereja tidak bisa dipisahkan dari persatuannya dengan Kristus, tetapi langsung berasal darinya. “Adapun persatuan Bunda dengan Puteranya dalam karya penyelamatan itu terungkap sejak saat Kristus dikandung oleh santa Perawan hingga wafat-Nya” (Konstitusi tentang Gereja dalam Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 57). Hubungan ini terutama tampak dalam saat sengsara-Nya. “Demikianlah santa Perawan juga melangkah maju dalam penziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia – sesuai dengan rencana Allah – berdiri di dekat-Nya. Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Puteranya yang tunggal. Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan kurban-Nya, dan penuh kasih menyetujui persembahan kurban yang dilahirkannya. Dan akhirnya oleh Yesus Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikaruniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: Wanita, inilah anakmu (lih. Yoh 19:26-27) (Lumen Gentium 58).
Bila Anda tidak merasa hal itu perlu atau dapat membantu, tentu hal itu terpulang kepada Anda sendiri. Sedangkan mengenai para rasul yang Anda tuliskan tidak setuju dengan hal itu, apakah Anda sendiri dapat membuktikannya?
Mengenai korelasi antara berjalan bersama Bunda Maria dengan Markus 3: 31- 33 yang saya kutip di atas, hal itu berkaitan dengan penjelasan yang saya coba berikan untuk menanggapi pertanyaan Anda sebelumnya, di mana Anda meragukan (menduga) bahwa berjalan bersama Bunda Maria tidak akan menyenangkan Yesus. Saya rasa kaitan itu cukup jelas sehingga saya tidak perlu mengulanginya lagi.
Selanjutnya, bila saya menuliskan “Bunda Maria juga adalah sosok seorang ibu yang amat dikasihi oleh Yesus”, tentu saja saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Yesus tidak mengasihi Anda dan saya. Mohon diskusi Anda didasarkan pada apa yang saya tuliskan, dan tidak pada apa yang tidak saya tuliskan.
Benar bahwa setiap Orang Kudus mempunyai peran yang berbeda-beda dan panggilan yang khusus yang semuanya bermanfaat dalam membangun sejarah keselamatan dan membantu manusia mencapai tujuan pengembaraan hidupnya yang sejati. Dan semuanya istimewa di mata Tuhan, sebagaimana semua manusia ciptaan-Nya juga istimewa di mata-Nya. Namun tak dipungkiri bahwa peran Bunda Maria yang melahirkan Tuhan ke dunia mempunyai kedalaman arti yang khusus bagi perjalanan iman kepada Tuhan. Untuk menjawab pertanyaan Anda ini , baik jika Anda dapat membaca uraian Ibu Ingrid Listiati dalam artikel “Bunda Maria, yang Terbesar di antara para Kudus?”, silakan klik, dan artikel “Karena Bunda Maria adalah manusia biasa, bukankah kita tidak perlu menghormatinya secara istimewa?”, silakan klik.
Ya, tentu, saya juga setuju dengan Anda bahwa mengasihi orang-orang belum mengenal Kristus adalah bagian kita bersama. Tentu saja kasih itu juga seharusnya tidak terbatas yaitu kepada semua manusia. Sebagai pengikut Kristus, kita semua dipanggil untuk menjadi tanda yang kredibel dari kehadiran Tuhan dan pekerjaan Tuhan di dunia ini.
Berdevosi kepada Bunda Maria dan para Kudus bukanlah bertanya kepada orang mati, dan tentu saja bukan sama sekali berarti bahwa saya menolak Firman Tuhan. Supaya Anda tidak salah persepsi dan menghakimi tanpa dasar, sebaiknya Anda membaca terlebih dahulu, “Mengapa umat Katolik mohon dukungan doa kepada orang-orang kudus yang telah meninggal dunia?”, silakan klik. Anda akan melihat di dalam artikel yang ditulis oleh Pak Stef dan Ibu Ingrid itu, bahwa tradisi Gereja untuk berdoa dengan dukungan doa para Kudus itu justru amat kuat didasari oleh Firman Tuhan dalam Kitab Suci.
Pertanyaan terakhir, yaitu mengenai dasar Kitab Suci terhadap cinta dan penghormatan Yesus kepada Bunda Maria dijumpai dalam Yoh 19:27, ”Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Yang menggambarkan kepada kita bahwa bahkan di saat-saat akhir hidup-Nya, Yesus sangat mengingat dan memperhatikan hidup Bunda Maria, bunda-Nya, agar sepeninggal-Nya, beliau dapat ditemani dan dirawat oleh murid yang dikasihi-Nya yaitu Yohanes, sehingga keduanya dapat saling menjaga dan memelihara dalam damai sejahtera.
Dan juga melalui ajaran Kristus sendiri dalam Mat 15:1-9, agar kita menghormati orang tua kita dan tidak menelantarkan orang tua. Jika Yesus sendiri mengajarkan demikian, maka Dia pasti pertama- tama melakukannya sendiri dalam kehidupan-Nya. Jika menurut kenyataan kodrati bahwa kita lebih menghormati orang tua kita sendiri daripada menghormati orang lain, maka demikianlah, tidak mengherankan jika Kristus menghormati Maria dan Yusuf daripada menghormati orang lain.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti – katolisitas.org
Thk’s Triastuti, merefres doa-doa yang pernah ditanamkan Bunda saya waktu kecil, salam maria……
Terima kasih buat Triastuti yang sudah menyegarkan kembali pikiran dan hikmat kita sesungguhnya pada Bunda Maria…. “AKU INI HAMBA TUHAN, TERJADILAH PADAKU MENURUT PERKATAANMU”
Comments are closed.