Didache adalah peninggalan para rasul yang sungguh sangat berharga. Untuk menjawab beberapa pertanyaan seputar Didache, kami mengacu kepada buku The New Catholic Enclyclopedia, The Catholic University of America, Washington DC, 1967, Book 4, p. 859, dan kepada New Advent Encyclopedia, yang secara online dapat anda baca di link ini, silakan klik:
1. Siapa yang menuliskan Didache?
Didache adalah suatu karya tulis yang sering disebut- sebut oleh beberapa Bapa Gereja sebagai tulisan yang penting setelah Kitab Suci. Memang tidak dapat dibuktikan secara eksplisit bahwa tulisan tersebut dituliskan sendiri oleh kedua belas rasul, namun melalui gaya penulisan dan isi yang disampaikan dapat disimpulkan bahwa kitab tersebut disusun sebelum tahun 80 (65-80) nampaknya tidak lebih belakang dari tulisan- tulisan Rasul Paulus. Maka diperkirakan Didache dituliskan pada saat yang bersamaan dengan Injil, kemungkinan dituliskan di Antiokhia.
Eusebius dari Caesarea (263-339), dalam bukunya, Church History, III.25.4 telah mengakui keberadaan Didache (the Teaching of the Apostles), dengan menyebutkannya paralel dengan the Acts of Paul, The Shepherd [of Hermas], the Apocalypse of Peter, Epistle of Barnabas [Surat Barnabas, bukan Injil Barnabas] dan juga the Apocalypse of John.
Philotheos Bryennios dari Nicomedia adalah orang yang menemukan dan mengidentifikasikan teks keseluruhan Didache (dated 1056) Teks ini kemudian disimpan di gereja Holy Sepulchre di Konstantinopel pada tahun 1873. Sepuluh tahun kemudian (1883) Bryennios memberikan kepada dunia, teks yang dikenal sebagai edisi pertama Didache, dengan pengantar dan komentar dalam bahasa Yunani.
Memang ada banyak orang yang meragukan keaslian tulisan ini, atau dianggap sebagai tulisan apokrif. Tetapi di samping itu, Didache tetap sukses mempertahankan daya kekuatannya untuk menyakinkan bahwa tulisan tersebut termasuk katagori tulisan- tulisan yang disusun oleh para rasul (apostolic fathers). Pandangan yang lebih seimbang menyebutkan Didache sebagai “Pengajaran para rasul” tanpa menyebutkan “keduabelas rasul”, mengingat bahwa kemungkinan yang menulis adalah para pengajar yang disejajarkan dengan para rasul, namun tidak termasuk dalam bilangan keduabelas rasul, seperti Rasul Paulus sendiri, Barnabas, Andronikus dan Junias dan para pengajar di tingkatan pertama, yang merupakan saksi langsung dari Tuhan Yesus, dan menerima panggilan tersebut secara istimewa.
2. Bagaimanakah sejarahnya sehingga dikeluarkan Didache?
Didache terdiri dari tiga bagian yaitu: 1) Dua Jalan (the Two Ways), jalan kehidupan dan jalan kematian 2) Ritual- ritual yang mengatur Pembaptisan, puasa, Komuni kudus, 3) Pelayanan.
Dari sumber yang ada, kita tidak dapat diketahui sejarahnya mengapa Didakhe dikeluarkan. Dugaan kami adalah tulisan tersebut dituliskan sebagai pelengkap ajaran- ajaran yang sudah tertulis dalam Kitab Suci, karena kita mengetahui bahwa Kitab Suci tidak menuliskan segala sesuatu sampai sedetail- detailnya tentang suatu ajaran. Maka para rasul berhak untuk menuliskan penjelasan tambahan untuk melengkapi ajaran Kitab Suci, dan inilah yang kemudian dikenal sebagai Didache.
Selanjutnya tentang isi ketiga bagian dalam Didache, secara garis besar dapat anda baca di link New Encyclopedia tersebut di atas.
3. Apakah Didakhe ini pengajarannya masih berlaku di Gereja Katolik?
seperti misalnya perintah berpuasa pada hari Rabu dan Jum’at pada setiap minggunya dan perintah-perintah lainnya?
Secara umum, pengajaran Didache ini merupakan sesuatu yang baik. Magisterium Gereja Katolik mengambil prinsip- prinsip umum yang diajarkan di dalamnya, termasuk tentang Pembaptisan, Komuni Kudus dan puasa. Namun ketentuan persisnya yang berlaku sekarang bagi kita adalah berdasarkan Katekismus Gereja Katolik dan Kitab Hukum Kanonik. Ketentuan tentang puasa bagi kita umat Katolik, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, dan di sini, silakan klik. Ya, menurut ketentuan KHK, umat Katolik wajib berpantang setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali pada hari Jumat yang kebetulan jatuh pada hari raya/ dalam oktaf hari raya Natal dan Paska. Sedangkan pantang dan puasa wajib pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Perlu diketahui bahwa persyaratan ini adalah persyaratan minimal, dan tentu saja dapat dilakukan lebih jika diinginkan.
4. Apakah pengajaran Didakhe ini juga diajarkan di Gereja non Katolik? Bolehkah pengajaran ini saya kenalkan pada umat Kristen yang non Katholik?
Didache adalah tulisan yang diperkirakan berasal dari abad pertama yang merupakan salah satu sumber yang membentuk Tradisi Suci. Gereja-gereja non Katolik umumnya berpegang kepada doktrin mereka yaitu Kitab Suci saja (Sola Scriptura), sehingga kemungkinan mereka tidak mempunyai penghormatan kepada tulisan- tulisan di luar Kitab Suci. Namun tentu saja, sebagai umat Katolik, kita dapat memperkenalkan isi Didache maupun tulisan para Bapa Gereja lainnya kepada umat Kristen non Katolik, karena melalui tulisan- tulisan tersebut sesungguhnya pemahaman kita akan Kitab Suci semakin diperkaya.
Mudah-mudahan suatu saat Kitab Didache dapat dikanonisasi Gereja untuk menambah iman kita. Amin.
http://www.jawaban.com/index.php/mobile/forum/detail/id_news/060918114525.html
Shalom Yohanes,
Kriteria bahwa sebuah kitab dapat termasuk dalam kanon kitab Perjanjian Baru adalah kitab tersebut harus berasal dari Rasul Kristus. Didache yang merupakan tulisan tentang ajaran Gereja awal, tidak mempunyai asal usul apostolik yang jelas, karena tidak dapat dibuktikan bahwa kitab itu ditulis/ disusun/ disetujui oleh seorang Rasul tertentu. Gereja Katolik dalam hal ini tidak menentukan kitab-kitab mana yang masuk dalam kanon Kitab Suci dan kitab-kitab mana yang tidak, hanya dengan melihat kepada ajaran yang terkandung di dalamnya. Sebab selain dari isinya yang harus sesuai dengan kitab-kitab lainnya, Gereja baru dapat menyatakan suatu kitab termasuk dalam kanon Kitab Suci Perjanjian Baru, jika terdapat bukti otentisitas dari kitab itu, yang harus mempunyai asal usul apostolik. Dengan menetapkan suatu kitab ke dalam kanon Kitab Suci, Gereja menyatakan menjadi saksi terhadap otentisitas kitab tersebut, yang sungguh berasal dari para Rasul (dari bilangan keduabelas rasul).
Tentang Didache, isi ajarannya memang baik, dan karena itu juga dikutip dalam tulisan sejumlah Bapa Gereja. Apa yang tertulis di dalam Didache memang dapat menambah pengetahuan ataupun meneguhkan iman kita. Namun tentang apakah Didache dapat masuk dalam Kitab Suci- jawabnya adalah tidak. Sebab kanon Kitab Suci, itu sudah final. Gereja Katolik tidak akan merevisinya, baik menambahkan ataupun mengurangi. Kanon Kitab Suci yang sudah ditetapkan oleh Gereja Katolik sejak tahun 382 adalah 46 kitab dalam Perjanjian Lama, dan 27 kitab dalam Perjanjian Baru (lih. KGK 120, 138).
Tentang kronologis penentuan kanon Kitab Suci, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya ingin bertanya mengenai “apa itu didache?” “bagaimana perkembangan didache dari awal hingga saat ini?” terimakasih…GBU
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Salam Katolisitas,
Saya pernah membaca mengenai Gospel of the Hebrew. Apakah itu dan mengapa tidak termasuk bilangan injil ya, Pak Stef/ Bu Ingrid, padahal banyak ahli yang berpendapat kalau injil ini ditulis oleh rasul Matius sendiri. Terima Kasih.
Tuhan Yesus memberkati,
Nicholas
Shalom Nicholas,
Memang dewasa ini para ahli Kitab Suci membicarakan tentang Gospel of the Hebrews (Injil kaum Ibrani), dan ada yang mempertanyakan mengapa injil ini tidak termasuk dalam kanon Kitab Suci. Walaupun isinya mirip dengan Injil Matius, sehingga ada yang memperkirakan ditulis oleh Rasul Matius, namun beberapa pengajaran dalam Injil kaum Ibrani ini berbeda dengan ajaran keseluruhan ke-empat Injil lainnya. Sejarah sendiri mencatat bahwa Injil Matius ditulis oleh Rasul Matius pertama- tama dalam bahasa Ibrani (seperti ditulis oleh St. Papias [murid Rasul Yohanes], St. Irenaeus (180) dan Eusebius dalam Church History 3.39.16), dan baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani.
Perbedaan yang paling prinsip antara injil kaum Ibrani dengan Injil sinoptik lainnya adalah bahwa injil tersebut tidak menyebutkan tentang kelahiran Tuhan Yesus dari Perawan Maria (the Virgin Birth). Maka Injil ini diperkirakan sama dengan injil yang disebut oleh St. Irenaeus, sebagai injil yang ditulis sendiri oleh kaum Ebionit di abad ke-2 [ajaran mereka disebut Adoptionism], yang menentang the Virgin Birth dengan mengatakan bahwa Yesus lahir dari hubungan suami-istri antara Yusuf dan Maria, dan baru pada saat pembaptisan, Yesus diangkat oleh Allah Bapa sebagai Putera-Nya. Tentu saja, ajaran ini tidak sinkron dengan ajaran dalam keempat Injil lainnya. [Sebagai keterangan tambahan: Kaum Ebionit hanya berpegang kepada injil Ibrani ini dan menolak ajaran- ajaran Rasul Paulus]. Sedangkan kita sebagai umat Kristiani, sudah seharusnya menerima keseluruhan Kitab Suci, termasuk keempat Injil dan surat- surat para Rasul.
Melihat fakta ini, sangat wajarlah jika Magisterium Gereja tidak memasukkan injil ini (Gospel of the Hebrews) ke dalam kanon Kitab Suci.
Demikian sekilas tentang Gospel of the Hebrews (injil kaum Ibrani).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Tim Katolisitas,
Dari kutipan Ingrid =
Eusebius dari Caesarea (263-339), dalam bukunya, Church History, III.25.4 telah mengakui keberadaan Didache (the Teaching of the Apostles), dengan menyebutkannya paralel dengan the Acts of Paul, The Shepherd [of Hermas], the Apocalypse of Peter, Epistle of Barnabas [Surat Barnabas, bukan Injil Barnabas] dan juga the Apocalypse of John.
1.Apakah boleh disimpulkan bahwa Didache ini termasuk kategori Tradisi Suci / Deposit Of Faith / Kekayaan Gereja saja ? kira – kira masuk kategori yang mana
2.the Acts of Paul, The Shepherd [of Hermas], the Apocalypse of Peter, Epistle of Barnabas [Surat Barnabas, bukan Injil Barnabas] dan juga the Apocalypse of John. Apakah mereka ini termasuk dalam document – document gereja yang merupakan salah satu elemen dalam Tradisi Suci ?
3.Mohon tanya juga Pak Stef, apa sajakah jenis dari Tradisi Suci ? yang saya ketahui cuman dari definis yang Pak Stef pernah tulis, yaitu :
“In the first place Tradition is something unwritten, the living transmission of a doctrine, not only by word, but also by attitudes, mode of action, and which includes written documents, documents fo the Magisterium, liturgy, patristic writings, catechisms, etc., a whole collection of things form the evidence or monuments of Tradition.”
Jadi Jenisnya ( menurut pendapat saya ) :
*Pengajaran lisan dari TUHAN YESUS yang diteruskan ke Para Rasul.
*Pola tingkah laku / kebiasaan – kebiasaan / pergaulan / karya – karya YESUS KRISUS sendiri.
*Dokumen – dokumen.
*Dokumen Magisterium.
*Liturgi – liturgi.
*Katekismus.
*Surat – surat ajaran Para Bapa Gereja.
*Ensiklik
*…nah adakah yang lain ?
terima kasih atas jawabannya
TUHAN YESUS Memberkati & Bunda Maria selalu menuntun Tim Katolisitas kepada putraNYA
Terima kasih atas penjelasnnya
Shalom Budi Darmawan,
1. Agaknya prinsip yang harus dipegang adalah, jika yang menulis suatu kitab adalah para Rasul, dan yang dituliskan itu adalah mengenai hal iman dan moral yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada mereka dan apa yang mereka pelajari dari Roh Kudus, maka itu adalah Tradisi Suci (lih. KGK 83). Maka di antara semua tulisan/ kitab jemaat awal, hal keotentikan pengarangnya menjadi penting. Lalu aspek berikutnya adalah, kita melihat apakah ajaran yang sifatnya doktrinal atau disipliner. Sebab yang doktrinal itu sifatnya tidak berubah, sedangkan yang disipliner itu bisa diubah oleh Magisterium di kemudian hari, contohnya hal pantang dan puasa yang disebutkan dalam Didache, yang kini tidak diterapkan lagi; namun prinsip matiraga tetap diajarkan oleh Magisterium.
Nah, jadi kalau ada suatu dokumen, silakan dicheck pengarangnya. Misalnya Acts of Paul, apakah benar ditulis oleh Rasul Paulus? Nampaknya ini masih tanda tanya, karena ditulisnya sekitar tahun 160, dan ternyata ada beberapa kutipan ajarannya yang digunakan oleh ajaran sesat Manichaeanism. Jika kita membicarakan satu persatu kitab yang anda tanyakan bisa panjang sekali pembahasannya, dan mohon maaf saya tidak bisa membahasnya satu- persatu. Silakan jika anda tertarik, anda membacanya sendiri di New Advent Encyclopedia, dan ketik judulnya, dan anda akan dapat melihat pembahasan yang rinci di setiap buku. Untuk menilainya apakah buku tersebut termasuk Tradisi Suci, silakan menggunakan prinsip yang sudah saya sampaikan di atas.
2. Ya, pengertian anda tentang Tradisi Suci dan jenisnya sudah benar.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Bu Ingrid
Terima kasih atas jawabannya dan link yang diberikan, itu sangat membentu. Maaf kalau saya tanya segala sesuatu tentang Tradisi Suci, karena saya akan mengadakan seminar untuk Tradisi Suci ini, dan saya perlu mempelajari SEDETAIL – DETAILnya tentang TRADISI SUCI ( mengingat saya pernah bilang bahwa saya lebih percaya Tradisi Suci dulu baru alkitab ).
Dari link yang pernah Bu Ingrid berikan ke saya :
http://www.newadvent.org/fathers/index.html
1.Itu yang namanya tulisan – tulisan patriarch / tulisan – tulisan para bapa gereja ya ?
2.Di website itu ada tulisan “( c.130 )”, apakah maksudnya ditulis sekitar tahun 130 M ?
3. Kitab – kitab seperti yang saya sebutkan diatas ( the Acts of Paul, The Shepherd [of Hermas], the Apocalypse of Peter, Epistle of Barnabas [Surat Barnabas, bukan Injil Barnabas] dan juga the Apocalypse of John ) itu berarti boleh dikatakan sebagai informasi tambahan dalam Gereja Katolik ?
4.Ahkirnya saya sadar Bu Ingrid, ternyata yang saya tanyakan dan saya cari selama ini adalah Tradisi Suci yang membentuk alkitab. Jadi apakah bisa dikatakan surat Paulus kepada jemaat di Korintus itu ( Surat Paulus kepada jemaat di korintus ) sebagai salah satu dokumen – dokumen gereja ( sebelum terbentuknya kitab suci ) ? Kalau kebetulan Bu Ingrid ada link-nya mungkin bisa diberitahu.
terima kasih banyak atas bantuannya Bu Ingrid.
Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun tim katolisitas pada putraNYA.
Shalom Budi Darmawan,
1. Dari link yang saya berikan itu ada tulisan:
“The Testaments of the Twelve Patriarchs (c. 192) [EBIONITIC]”
Kitab tersebut adalah kitab apokrif yang disusun oleh kaum Ebionit yang mengajarkan ajaran sesat, karena mereka tidak percaya bahwa Kristus adalah Tuhan. Maka ‘patriarch’ di sini tidak untuk diartikan sama dengan Bapa Gereja dalam Gereja Katolik. Gereja Katolik umumnya mengacu kepada Bapa Gereja dengan sebutan ‘Church Fathers’.
Kata patriarch dalam Perjanjian Lama umumnya mengacu kepada para nabi yang menurunkan keduabelas suku Israel, jadi mereka adalah Abraham, Ishak, Yakub dan anak- anaknya.
2. Ya, c 130, maksudnya adalah tahun 130 sesudah Masehi.
3. Kitab- kitab tersebut adalah informasi tambahan bagi Gereja Katolik. Kitab- kitab tersebut ada yang mengajarkan hal- hal yang baik dan sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, namun ada yang tidak sepenuhnya sesuai. Diperlukan studi lebih lanjut jika ingin memerinci mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai; namun prinsipnya, yang sesuai adalah bagian dari Tradisi Suci, sedang yang tidak sesuai, tidak termasuk di dalamnya.
4. Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus, sama dengan surat- surat-nya yang lain dan juga kitab- kitab Injil sebelum dikanonisasikan merupakan kitab- kitab religius yang tertulis dan beredar di kalangan umat/ jemaat perdana. Sebelum surat- surat Paulus dan Injil tersebut dituliskan maka jemaat mengandalkan pengajaran lisan para rasul.
Pengajaran lisan para rasul inilah yang disebut Tradisi Suci. Setelah kitab- kitab Injil dan surat- surat tersebuut dituliskan, maka semua kitab dan surat ini dapat dibacakan di tengah- tengah jemaat pada saat mereka beribadah. Seiring dengan bertambahnya waktu makin banyak kitab dituliskan, sehingga diperlukan ketegasan mana kitab- kitab yang sungguh- sungguh ditulis atas inspirasi Roh Kudus, dan mana yang hanya ditulis oleh manusia biasa [tanpa inspirasi Roh Kudus]. Maka kemudian, di abad ke 4 pihak Magisterium Gereja Katolik di bawah Paus Damasus I (382) menentukan kanon Kitab Suci, yang kemudian diteguhkan oleh Konsili Hippo (393) dan Carthago (397).
Selanjutnya tentang Tradisi Suci dan Magisterium, anda bisa membaca di link ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya pernah membaca buku dari James D. Tabor yang berjudul “Dynasty Yesus” ..disana dituliskan bahwa dalam Didakhe..pada saat pemecahan roti dan cawan tidak ada kata-kata “Inilah tubuh Ku dan inilah darah Ku” ? apakah ini benar tertulis dalam Didakhe..mohon pencerahannya..
Thx..
Shalom Jerry,
Perkataan doa Konsekrasi diperoleh langsung dari Kristus pada saat Perjamuan Terakhir, yang dicatat dalam Injil, yaitu Injil Matius (Mat 14:26-28), Markus (Mrk 14:22-24), dan Lukas (Luk 22: 19-20), dan surat Rasul Paulus (1 Kor 11: 24-25) yang mengatakan, “Inilah Tubuh-Ku….. dan ini adalah Darah-Ku”.
Sedangkan yang ditulis dalam Didakhe (Didache) adalah doa setelah konsekrasi, jadi bukan doa konsekrasinya itu sendiri. Doa ini merupakan ucapan syukur atas Ekaristi, yang didoakan sebelum kita menerima Komuni kudus. Berikut ini adalah cuplikan dari Didache -bab IX tentang Ekaristi, yang saya kutip dari link ini, silakan klik:
Dengan demikian apa yang diajarkan di dalam Didakhe, melengkapi apa yang sudah diajarkan oleh Kristus sendiri di dalam Kitab Suci. Dalam Didakhe tidak ditulis rumusan Konsekrasi, yang sudah jelas tertulis dalam Kitab Suci. Pengajaran dalam Didakhe juga secara implisit menegaskan bahwa hosti dan anggur yang sudah dikonsekrasikan tersebut adalah Kristus sendiri, sebab Didakhe mengajarkan kesucian Ekaristi, dan mensyaratkan yang menerima Ekaristi haruslah mereka yang sudah dibaptis, sambil mengutip Mat 7:6. Maka ajaran ini meneguhkan kembali perkataan Rasul Paulus dalam 1 Kor 11:27, “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan” dan juga, 1 Kor 10:16-17, “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.”
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai Kristus sdr. Jerry….
Sebagai informasi saja jika sdr. Jerry ingin membaca kitab didakhe anda bisa masuk ke web site http://www.ekaristi.org lalu pilih menu kitab suci kemudian klik Didakhe…. Di sana juga ada katekimus Gereja Katolik dan Kitab Hukum Kanonik.
Tuhan memberkati,
Banyak-banyak Salam,
Bernardus Aan
Apakah juga dituliskan di didakhe alasan para rasul mengganti doa bapa kami dari :
Mat 6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
menjadi :
Berilah kami rejeki pada hari ini.
Apakah alasannya? rasanya pernah dibahas dimana gt. hanya saya tidak menemukannya di katolisitas dibagian mana
[Dari Katolisitas: Topik ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]
Salam Damai Sejahtera di dalam Nama Yesus Kristus,
Ibu Ingrid,
Mohon maaf sebelumnya jika pertanyaan saya tidak menyambung topik diatas karena saya tidak tahu dimana saya meletakkan pertanyaan saya.
Saat ini saya baru membaca tentang Didakhe (Pengajaran Tuhan memlalui 12 Rasul kepada seluruh bangsa). Pengajarannya sangat bagus sekali karena menyentuh realita kehidupan yg konkrit).
Pertanyaan saya adalah :
1. Siapakah yang menulis Didakhe ini? Benarkah yang menulis adalah 12 para Rasul?
2. Bagaimana sejarahnya sehingga dikeluarkan pengajaran Didakhe ini?
3. Apakah Didakhe ini pengajarannya masih berlaku di Gereja Katolik seperti misalnya perintah berpuasa pada hari abu dan Jum’at pada setiap minggunya dan perintah-perintah lainnya?
4. Apakah pengajaran Didakhe ini juga diajarkan di Gereja non Katolik? Bolehkah pengajaran ini saya kenalkan pada umat Kristen yg non Katholik?
Demikian pertanyaan saya Ibu Ingrid, terimakasih dan Tuhan memberkati.
Salam Dalam Damai Sejahtera dan Kasih Karunia Tuhan kita Yesus Kristus
Bernardus Aan
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.