Perjumpaan dengan seorang pria bersama anak dan istrinya menyampaikan pesan.
Ia datang dari Paroki Santa Monika Serpong untuk berdiskusi tentang masa depan puteri bungsunya.
Pesannya akan ditangkap dalam kisah panggung kehidupan selanjutnya.

Wajahnya menghitam karena penyakit diabetes yang semakin parah karena kelelahan.
Usaha spareparts mobil dijalankannya di Lampung karena belum banyak saingannya.
Jauh dari keluarga merupakan konsekuensinya.
Teki-teki di otak banyak orang tentang ketidakbersamaannya setiap saat dengan keluarga dipendam di dalam hatinya.
Jauh dari keluarga merupakan penderitaan hatinya yang tak terselami.
Semua itu dilakoninya karena tiada pilihan lain untuk menghidupi keluarga.

Ketika anak bungsunya menyampaikan pertanyaan “Kapan Bapak mempunyai waktu lebih lama bersama kami”, ia menatapnya dengan mata yang berlinang.
Ucapannya sangat lirih karena mulutnya seakan-akan terkunci : “Bapak tidak perlu membela diri. Engkau tidak memahaminya sekarang. Ketika saatnya tiba, engkau akan mengerti bahwa ini adalah resiko dari kasih.
Ia kemudian mengatakan bahwa sebentar lagi akan pensiun sehingga bisa berkumpul dengan keluarga setiap hari.
Tatapan matanya yang penuh arti terkuak tidak lama setelah percakapan dari hati ke hati.

Pagi hari, tanggal 16 Agustus 2013, ia bersama istri dan puteri bungsunya menjemput puteri sulungnya yang datang dari magang di luar negeri.
Ia kemudian memimpin doa di Gua Maria Gereja Trinitas Cengkareng untuk mensyukuri bahwa keluarganya telah berkumpul.

Kerinduannya itu diungkapkannya dalam telepon kepadaku pada tanggal 15 Agustus 2013.
Setelah makan bersama, ia menghembuskan nafas kehidupannya.

Ia menyudahi kehidupannya dengan memecahkan misteri selama ini.
Detik akhir kehidupannya memberikan makna dan sejuta arti.

Istri dan anak-anaknya berterimakasih kepada Tuhan karena telah dianugerahi suami dan ayah yang telah rela menderita, sakit, dan mati demi sebuah kasih.

Kini ia menikmati jerih payahnya di dalam kemuliaan surgawi.

Pesan yang indah untuk diresapi :

“Setiap keindahan tidak selamanya tersembunyi, tetapi senantiasa ada mata yang memandangnya. Setiap kebenaran tidak selamanya terlewati, tetapi pasti ada telinga yang mendengarnya. Setiap kasih yang tercurah dari hati yang murni senantiasa ada yang menerimanya”.

Tuhan Memberkati.
Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC