Tanya jawab ini adalah untuk melihat definisi agama, apa yang memprihatinkan dan membanggakan dari kehidupan beragama, serta bagaimana menciptakan hidup beragama yang ideal. Mari kita mengupasnya satu persatu.
I. Definisi agama
Ada beberapa definisi tentang agama. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikannya sebagai “Ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya: — Islam; — Kristen; — Buddha;” Dari sini, kita melihat adanya dimensi iman, ibadah, moralitas di dalamnya. Dimensi yang sama ini, juga diberikan oleh kamus Webster, yang mendefinisikan agama sebagai “Religion, in its most comprehensive sense, includes a belief in the being and perfections of God, in the revelation of his will to man, in man’s obligation to obey his commands, in a state of reward and punishment, and in man’s accountableness to God; and also true godliness or piety of life, with the practice of all moral duties. It therefore comprehends theology, as a system of doctrines or principles, as well as practical piety; for the practice of moral duties without a belief in a divine lawgiver, and without reference to his will or commands, is not religion.” Dalam Glossary Katekismus Gereja Katolik dikatakan bahwa agama adalah “A set of beliefs and practices followed by those committed to the service and worship of God. The first commandment requires us to believe in God, to worship and serve him, as the first duty of the virtue of religion” atau “Satu perangkat kepercayaan dan tindakan yang diikuti oleh mereka yang berkomitmen untuk melayani dan menyembah Allah. Perintah pertama menuntut kita untuk percaya pada Tuhan, untuk menyembah dan melayani Dia, sebagai tugas pertama dari kebajikan agama.”
KGK 2135 “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti ” (Mat 4:10). Menyembah Allah, berdoa kepadaNya, menyampaikan penghormatan yang wajar kepada-Nya, dan memenuhi janji serta ikrar yang telah dibuat kepada-Nya, adalah tindakan-tindakan kebajikan agama, yang ada di bawah ketaatan terhadap perintah pertama.
Dari beberapa definisi ini, maka kita melihat bahwa agama mengajarkan satu perangkat kepercayaan atau iman dan bagaimana mewujudkan iman atau kepercayaan ini, baik dengan doa, ritual atau liturgi yang mengatur bagaimana untuk menyembah Tuhan yang dipercayai, maupun dengan satu pengajaran moral yang mengatur bagaimana untuk hidup dengan baik sesuai dengan apa yang dipercayai.
Itu adalah agama dalam arti yang sangat luas. Kalau kita melihat sumbernya, ada agama atau kepercayaan berdasarkan kebijaksanaan manusia maupun berdasarkan wahyu Allah. Agama berdasarkan wahyu Allah adalah agama Yahudi, agama Islam dan agama Kristen. Dalam agama wahyu, maka Allah yang berbicara kepada umat-Nya, memperkenalkan Diri-Nya sehingga umat dapat tahu secara lebih mendalam tentang siapakah Allah yang mereka sembah, serta memberikan perintah kepada umat-Nya. Dalam konteks agama Kristen, maka kita melihat bagaimana Allah telah berfirman mulai dari Perjanjian Lama melalui perantaraan para nabi, dan digenapi dengan kedatangan Kristus, yang datang ke dunia untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa serta memberikan contoh bagaimana seharusnya menjadi umat Allah. Dan dalam konteks agama Katolik, maka tugas untuk meneruskan ajaran ini dilanjutkan oleh Gereja Katolik melalui Magisterium Gereja, yang senantiasa mendasarkan pengajarannya pada Kitab Suci dan Tradisi Suci. Anda dapat membaca artikel mengapa memilih Gereja Katolik ini – silakan klik.
II. Yang memprihatinkan dan membanggakan dalam agama
Dari pengertian agama di atas, maka kita dapat melihat bahwa orang yang mengikuti agama kodrat (natural religion) mendasarkan kepercayaannya pada kebijaksanaan seseorang atau satu tradisi. Agama yang bersifat kodrat ini merupakan perwujudan dari kodrat manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, yang mempunyai kemampuan untuk mengetahui dan mengasihi pencipta-Nya. Namun, di satu sisi, karena pemikiran orang dapat salah, maka orang yang mengikuti agama atau kepercayaan ini dapat juga salah.
Di sisi lain, ada orang yang mengatakan bahwa agamanya adalah “free thinker“. Namun, kalau kita meneliti, sungguh sulit menjadi free thinker yang sesungguhnya, karena seseorang dalam satu tatanan sosial mempunyai satu aturan atau kebiasaan yang harus diikuti oleh orang yang tergabung dalam masyarakat tersebut. Orang yang tidak mempunyai agama juga dapat didorong oleh alasan karena tidak mau terikat oleh satu tatanan – baik iman maupun moral – dari satu agama. Orang seperti ini adalah orang yang mengedepankan pemikiran sendiri, atau dengan kata lain, agamanya adalah apa yang dia pandang baik menurut dirinya sendiri. Namun, dalam sejarah umat manusia, telah dibuktikan bahwa ada banyak orang yang salah dengan pemikirannya, juga termasuk kaum cerdik pandai. Jadi, orang dalam kategori ini mempunyai resiko untuk mempercayai apa yang salah.
Di kategori lain adalah orang-orang yang mempercayai agama berdasarkan wahyu Allah. Setiap orang harus mempelajari dan mempertanyakan agamanya masing-masing, apakah memang Allah sendiri yang mewahyukan Diri-Nya secara lengkap? Gereja Katolik mempercayai bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik, karena Allah secara lengkap telah mewahyukan Diri-Nya dari Perjanjian Lama dan dipenuhi dalam diri Yesus, dan Yesus – yang sungguh Allah dan sungguh manusia, yang juga adalah Kepala Gereja – telah mendirikan Gereja dan memberikan kuasa kepada Gereja Katolik, yang adalah Tubuh Mistik Kristus. Kebanggaan dan tanggung jawab ini harus disertai dengan pembinaan umat Allah, sehingga mereka dapat dengan tekun dan setia menjalankan apa yang diajarkan oleh Kristus melalui Gereja. Dan Gereja akan semakin bersinar dengan orang-orang kudus yang hidup sepanjang sejarah Gereja. Orang akan semakin mengerti pengajaran Gereja Katolik, ketika seseorang melihat yang terberkati Bunda Teresa dari Kalkuta, St. Maximilian Kolbe yang mengurbankan dirinya untuk keselamatan orang lain, St. Damien yang melayani orang-orang kusta sampai akhirnya dia sendiri meninggal karena penyakit ini. Sebaliknya, Gereja akan berduka jika anggotanya ada yang tidak menjalankan apa yang diajarkan. Kita dapat melihat bahwa dalam kehidupan banyak umat Katolik justru dapat menjadi batu sandungan. Contoh-contoh ini merupakan keprihatinan dari Gereja, yaitu ketika ada jurang antara iman dan kehidupan nyata sehari-hari atau dengan kata lain, ada orang yang percaya, namun tidak tercermin dalam tindakan sehari-hari.
III. Menciptakan kehidupan beragama
Kehidupan beragama yang baik bukanlah berdasarkan toleransi yang semu, yang mempunyai tendensi untuk mengatakan bahwa semua agama sama saja. Gereja Katolik tetap menghormati agama-agama yang lain, mengakui adanya unsur-unsur kebenaran di dalam agama-agama yang lain, namun tanpa perlu mengaburkan apa yang dipercayainya, yaitu sebagai Tubuh Mistik Kristus, di mana Kristus sendiri adalah Kepala-Nya. Oleh karena itu, Gereja Katolik tetap melakukan evangelisasi, baik dengan pengajaran maupun karya-karya kasih. Dengan kata lain, Gereja terus mewartakan Kristus dengan kata-kata dan juga dengan perbuatan kasih. Konsili Vatikan II dalam dokumen Nostra Aetate menuliskan demikian:
Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.
Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.
Jadi, kehidupan beragama yang baik, hanya dapat terlaksana jika terjadi suasana dan lingkungan yang memberikan kebebasan beragama dan setiap umat dapat melaksanakan agama masing-masing dengan bijaksana. Pada saat yang bersamaan, maka umat Katolik juga harus tetap berakar pada doktrin yang kuat, serta bijaksana dalam proses evangelisasi. Evangelisasi yang paling efektif adalah dengan memberikan kesaksian akan Kristus dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam perjuangan untuk hidup kudus.
Saya mau menanyakan siapakah yesus itu
..
Karena dalam pemahaman katholik yesus itu :
Allah
Putra Allah
Pembawa firman Allah yg artinya utusan .
Di dalam kitab wahyu diterangkan dia yang duduk disisi kanan Allah bapa yg berarti Yesus adalah sosok lain dari Allah yg berarti bukan Allah.
Dari keterangan yg berdasarkan kitab wahyu Yg saya imani Yesus bukan Allah tetapi juruslamat yg diutus oleh Allah untuk menyelamatkan umat manusia.
Tolong penjelasannya karena umat khatolik menganggap Yesus adalah Allah itu sendiri…GBU
Shalom Antonius,
Jika Anda ingin mengetahui dasar ajaran iman Katolik tentang hal ini, silakan membaca terlebih dahulu artikel-artikel di bawah ini. Silakan juga membaca Tanya Jawab di bawahnya, sebab pertanyaan yang serupa pertanyaan Anda sudah sering ditanyakan dan ditanggapi di situs ini.
Mengapa Orang Kristen percaya bahwa Yesus adalah Tuhan
Aku percaya akan Yesus Kristus Putera Allah yang Tunggal
Bagaimana memahami arti “duduk di sebelah kanan” Allah Bapa?
Trinitas: Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi
Apakah Yesus hanya sekedar utusan?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom bapak/ibu Tay, Saya sebenarnya sering memikirkan hal ini. Kenapa Tuhan membuat banyak agama? Anggap saja manusia yang membuat agama, tetapi bukankah itu juga dari izin Tuhan? Sejarah yahudi dan kristen bisa selaras, namun muncul lagi agama lain yang ‘membatalkan’ keselarasan ini. Perbedaan yang terjadi dari 1 agama dengan agama lain menciptakan sejarah kelam, seperti perang salib, bom bali, perang saudara di india thailand philipina dan sebagainya. Ada yang mengatakan, berbedaan itu indah. Bukankah pelangi itu indah dengan ke-7 warnanya yang berbeda, dan akan buruk jika ada yang berusaha ‘menyeragamkan’ warna2 tersebut menjadi 1 warna saja. Namun, kenapa harus ada… Read more »
Shalom Bimo, Memang tidak ada sesuatupun di dunia ini terjadi tanpa seizin Tuhan. Dalam konteks ini, maka kita melihat bahwa unsur-unsur kebenaran di dalam agama lain menjadi persiapan untuk menerima kabar gembira. Dan di sisi yang lain, beberapa agama menjadi kesempatan bagi seluruh umat beriman untuk berlomba-lomba dalam perbuatan kasih yang dilandasi akan kasih kepada Allah. Tentu saja, dari sisi manusia, ada pengaruh kehendak bebas terhadap terjadinya perpecahan-perpecahan agama. Ada sebagian orang mengatakan bahwa agama menjadi sumber konflik. Namun, kita jangan melupakan sisi yang lain, bahwa begitu banyak terjadi pembunuhan tanpa latar belakang agama. Kita melihat pembunuhan oleh Pol Pot,… Read more »
Dear All,
Agama-agama itu ibarat aneka bunga di taman. Maka hendaklah setiap bunga kuntum indah dan mekar mewangi supaya tidak ditebas dan dibakar Sang Empunya Taman. Mengapa aneka bunga? Itulah ororitas Sang Empunya Taman. Sy Katolik sejak lahir. Religiositas sy di kilomter hidup sy sekarang ini demikian. Tak harus ikut sy tentunya. GBU
Shalom Irwan Saragih, Kami di Katolisitas tidak dapat menyampaikan sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah disampaikan oleh Magisterium Gereja Katolik dalam hal ini. Dalam deklarasi Dominus Iesus (terjemahan teks selengkapnya, klik di sini) jelas tidak dikatakan bahwa Gereja Katolik membenarkan teori tentang pluralisme agama seolah semua agama sama saja. Sebaliknya dikatakan demikian: “4. Dewasa ini, pewartaan misionaris Gereja yang tetap berlangsung diancam oleh teori-teori yang mencari pembenaran terhadap pluralisme agama, tidak hanya secara de facto, tetapi de iure (secara prinsip). Akibatnya, terdapat kebenaran- kebenaran tertentu yang dianggap kuno, contohnya: kepenuhan dan kelengkapan wahyu Yesus Kristus, kodrat/ ciri iman Kristiani… Read more »
Dear Katolisitas,
Saya pernah membaca di beberapa situs tentang, HARAM hukumnya bagi kita umat Katolik. memaksa/mengajak non-Kristen untuk menjadi Katolik apakah benar? Jika benar ada dimanakah peraturan ini di cantumkan?
Shalom Fero, Salah satu kebebasan mendasar yang harus dipenuhi oleh semua negara adalah agar warganya dapat mempunyai kesempatan untuk menentukan agamanya secara bebas. Anda dapat melihat di Katekismus Gereja Katolik (KGK), 2104-2109. Dalam satu artikelnya, dituliskan sebagai berikut: KGK, 2106. Kebebasan beragama berarti “di dalam hal-hal keagamaan tidak seorang pun dipaksa untuk bertindak melawan suara hatinya, dan dihalangi untuk bertindak sesuai dengan hati nuraninya, baik secara privat maupun di depan umum, baik sendirian maupun bersama dengan orang lain” (DH 2). Hak ini didasarkan atas kodrat manusia, yang martabatnya menuntut agar ia menyetujui dengan sukarela kebenaran ilahi, yang melampaui tata sementara.… Read more »
Salam dalam Kristus Yesus.
Mengingat akhir-akhir ini banyak perselisihan atas nama agama, maka saya dibuat penasaran dengan pertanyaan hati kecilku. Maka saya mohon bantuan untuk bisa memberi penceraan kepada saya:
1. Apakah orang bisa mengimani Tuhan tanpa agama? Mohon juga jawaban diteruskan ke email saya.
Terimakasih
Salam Julius, Maaf, saya artikan “agama” dalam istilah Anda adalah Gereja Katolik. Menurut Gereja Katolik, beriman kepada Allah Tritunggal Mahakudus itu diperoleh dalam dan melalui pewartaan serta penghayatan Gereja Katolik. Iman dimulai dari pendengaran dan pendengaran terjadi karena pewartaan. Siapa yang mewartakan? Iman akan Allah Tritunggal Mahakudus (Bapa, Putra dan Roh Kudus), diwartakan oleh Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus. Lumen Gentium artikel 14 sangat jelas, bahwa Gereja Katolik adalah sarana yang perlu untuk keselamatan. Sedangkan iman itu bisa diwujudkan dan diungkapkan serta disikapi, seperti telah dijelaskan juga di sini, silakan klik. Pertentangan antar agama memang ada faktor keangkuhan orang beragama… Read more »
Dear Vonia . Saya tertarik untuk memberi komentar buat pertanyaan anda. 1. Saya pikir yang paling memprihatinkan dalam kehidupan beragama sudah kita lihat dan dengar sehingga begitu banyak peperangan dll karena agama ; dan itu disebabkan pandangan sbb ; a. hanya agama saya yang benar ; yang lain salah sehingga hanya kitalah yang selamat dan lainnya masuk ke neraka jahanam. b. kita sibuk mencari cari kesalahan / ketidakcocokan pada kepercayaan agama lain dengan dasar kitab sucinya maupun kitab suci agama lain tsb . c. pembelaan kepada agama dengan mengabaikan hak azasi sesamanya d. hampir pasti, terutama pada zaman modern ini,… Read more »
Shalom Paulus, Terima kasih atas komentarnya. Berikut ini adalah tanggapan umum yang dapat saya berikan: 1. Menyakini bahwa agama yang dianut adalah yang terbaik tidaklah salah. Yang terpenting, setiap umat beragama senantiasa mendalami iman agamanya, dan dengan tanpa ragu mempertanyakan dan mempelajarinya secara lebih mendalam. Dan tentu saja, setiap penganut agama harus tetap menjalankan kasih. Keyakinan akan agamanya tentu saja bukan berarti memaksakan seseorang untuk masuk ke agama tersebut dengan kekerasan, karena masuknya seseorang ke satu agama harus dibuat berdasarkan keinginan bebasnya. 2. Anda telah salah menyimpulkan tentang Konsili Vatikan II, yang anda kutip sebagai “bahwa keselamatan juga ada di… Read more »
Saya mau menanyakan beberapa hal.. Mungkin ini agak sedikit menyimpang dari akar dosa, dll..
1. Apa hal2 yang memprihatinkan dan membanggakan dlm hidup beragama?
2. Apa pengertian agama sesungguhnya?
3. Hal apa yg dapt dilakukan untuk menciptakan hidup beragama yang ideal?
Terima kasih
[dari katolisitas: silakan melihat tanya jawab di atas – silakan klik]