Pertanyaan:
Saya baru inget. sekitar… setengah tahun yang lalu. pernah saya bertanya-tanya kepada seseorang (protestan) yg pernah belajar teologi. waktu itu, yang saya tangkap dari pembicaraan itu adalah kita tidak boleh belajar bela diri, seperti karate, wushu, taekwondo, dll.
kalau di Katolik, bolehkah kita belajar seni bela diri?
Alexander Pontoh
Jawaban:
Shalom Alexander,
Sebenarnya pertanyaan anda mirip dengan apakah boleh ikut belajar yoga dan Tai-chi. Nampaknya, kita harus dapat secara kritis menyikapinya. Karena jika hanya terbatas pada hal ‘gerak badan’ ataupun aktivitas fisik, hal itu dapat dibenarkan. Karena misalnya, gerakan tersebut (seperti Tai-chi atau yoga) yang umumnya dipelajari oleh kalangan umum serupa dengan gerakan senam pagi. Dengan karate atau seni bela diri lainnya, jika hanya sebatas gerakan tubuh, juga tidak membahayakan secara rohani.
Namun adakalanya, seni bela diri tersebut, ada yang melibatkan meditasi pengosongan jiwa, pengulangan mantra- mantra tertentu, atau semacam ‘mengisi’ diri dengan suatu kekuatan tertentu; dan inilah yang bertentangan dengan ajaran Kristiani, sehingga harus dihindari. Lagipula, seni bela diri sesungguhnya dapat merangsang naluri seseorang untuk menyerang lawan, dan bukan hanya sekedar bertahan. Nah, perihal naluri ‘menyerang’ inilah yang juga harus diwaspadai karena jika tidak dilakukan dalam konteks arena pertandingan, maka hal ini bertentangan dengan kebajikan ‘penguasaan/ pengendalian diri’, yang menjadi salah satu buah Roh Kudus.
Maka dewasa ini, ada kelompok yang mengadakan seni bela diri, namun dengan menggunakan prinsip Kristiani, artinya dengan meditasi yang sesuai dengan prinsip spiritualitas Kristiani, tidak menggunakan mantra- mantra tertentu, namun menggunakan ayat- ayat Kitab Suci. Jadi dalam hal ini, sangat tergantung kepada instruktur-nya. Jika instrukturnya tidak menggabungkan Eastern mysticism (unsur- unsur mistis kepercayaan Timur) ke dalamnya, maka latihan Karate, Yudo, Tae Kwon Do, dapat diperbolehkan. Selanjutnya, memang diperlukan kebijaksanaan (prudence) untuk menentukan sejauh mana orang dapat melibatkan diri dalam latihan seni bela diri ini. Peran suara hati di sini sangatlah penting. Jangan sampai pula, komitmen untuk berlatih seni bela diri ini menyita seluruh waktu, sehingga mengatasi komitmen seseorang kepada Tuhan (lih. Ibr 10:25).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Katolisitas (Ibu Ingrid Listiati)
Terima kasih atas tanggapan dan nasehatnya. Jika kelak masih ada yang kurang jelas, akan saya tanyakan lagi, mohon bantuannya…^_^
Salam dalam kasih Kristus.
Anri
Shalom katolisitas,
Saya beberapa waktu lalu mencoba untuk latihan pengaturan nafas yang disertai gerakan tubuh guna mengontrol irama nafas (tujuannya untuk kebugaran). Saya ingin menanyakan sesuatu, kalau misalnya kita melakukan gerakan-gerakan tertentu (menyerupai senam) dengan tujuan untuk membantu mengolah nafas dan untuk kebugaran tubuh, apakah diperbolehkan?
Terima kasih
Shalom Yanuanri,
Jika maksudnya berolah raga dengan melakukan gerakan- gerakan untuk mengolah nafas dan kebugaran tubuh, tentu diperbolehkan, sebab ini tidak ada kaitannya dengan ajaran iman. Yang tidak diperbolehkan adalah: 1) kegiatan yang menjurus kepada meditasi dengan mantra- mantra tertentu yang tidak sesuai dengan iman Kristiani, ataupun 2) dengan panduan-panduan dasar ajaran yang manggambarkan Allah sebagai ‘energi’ yang mengatur keseimbangan dan bukan Allah sebagai Pribadi yang mengatasi segala sesuatu; 3) kegiatan yang menempatkan adanya medium entah berupa benda atau orang yang menyalurkan ataupun mengarahkan ‘energi’ tersebut.
Selanjutnya, silakan membaca mengenai New Age Movement, silakan klik, yang perlu diwaspadai karena tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
shalom bapak stef dan ibu inggrid
saya ingin menanyakan pandangan Gereja Katolik mengenai penggunaan tenaga dalam.
saya memiliki sepupu yang mempelajari kungfu dan guru dari kungfu itu mengajarkan sepupu saya mengenai penggunaan tenaga dalam. menurut guru itu, tenaga dalam pada dasarnya diperoleh dari Tuhan juga.
lantas, bagaimana pandangan Gereja mengenai hal ini? apakah itu diperbolehkan atau dilarang?
terima kasih banyak sebelumnya
Tuhan Yesus memberkati
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
Shalom Inggrid, Stef & Rm Wanta
Saya sgt terberkati dgn adanya situs ini.. Sbg penyuka beladiri dan tradisi2 tradisional, saya mmg sering terjebak pd sikap gereja soal ini. Tetapi jujur harus saya akui bbrpa mmg menyimpang jauh dr tujuan smkn melibatkan Bapa ttp lbh mengagungkan kekuatan diri. Pada akhir pencarian saya justru mendapatkan bahwa ritual2 katholik murni membawa pada hasil yg mencengangkan spt komuni, rosario, misa harian, doa2 bhs latin, taize, misa2 bhs jawa dan terlebih novena 3x salam Maria dan kekuatan doa Bapa Kami. Smoga sharing ini bs membawa kita smkn lbh dekat kepada Kekasih Agung. Gusti mboten sare.
Saya berterimakasih kepada team Katolisitas, karena telah memberikan penjelasan yang lebih konstrutiv agar mereka yang bertanya lebih jelas apakah perlu bagi umat Kristiani untuk belajar beladiri.
menurut pemahaman saya, maaf sebelumnya, saya juga anggota THS-THM pada tahun 1993, sampai sekarang, namun titik utama dari THS-THM adalah Pedalaman iman melalui sharing kitab suci. dan kegiatan yang lain seperti, meditasi, olah nafas dan fisik adalah kegiatan tambahan.
Selama melakukan meditasi, kita (anggota) dianjurkan untuk merenunkan ayat-ayat kitab suci yang dibawakan oleh instruktur. dan untuk olah tenaga prahana, itu pun tidak jauh hanya untuk kepentingan fisik terutama organ vital yang tidak kelihatan seperti, jantung, paru-paru serta berfungsi untuk meyembuhkan penyakit.
saya pikir bela diri THS-THM tidak melanggar nilai-nilai gereja katolik, karena mereka (para anggota) dianjurkan untuk bersikap kerendahan hati, yang menonjolkan kitab suci.
makasih.
salam buat para komentator
semoga anda dikarunia roh kebenaran
Salam Katolisitas,
Saya menemukan artikel dari Bejo Lie, SE, M.Div. di bawah ini.
[dari Katolisitas: link kami hapus]
Di situ dikatakan bahwa: 1. Kaum Injili mengajak umatnya untuk bekerja sama dengan Katolik untuk menyadarkan Katolik, yang intinya, agar Katolik meninggalkan Gereja Katolik dan memeluk kebenaran versi Injili. 2. Mengajak kaum injili mengetahui bahwa dasar kesatuan organisasi yang digembar-gemborkan Katolik adalah salah, dan yang benar ialah kesatuan organik.
Pertanyaan saya, apakah benar bahwa Gereja Katolik mendasarkan diri pada kesatuan organisasi dan bukan spiritual seperti dituduhkan kaum Injili? Bagaimana pula menghadapi kaum Injili yang mau berdialog dengan tujuan jelas mempertobatkan kaum Katolik? Di situ juga disebut pengelompokan kaum Katolik menjadi 6 jenis, dan jenis Katolik biasa dan Katolik Injili/Karismatik saya kira akan menjadi sasaran mereka untuk dipertobatkan. Di artikel itu ada data sekelompok umat Katolik Jakarta yang setelah berdialog dengan kaum injili lalu berpamitan kepada pastor paroki untuk membentuk gereja baru Tiberias. Juga perkembangan Katolik Injili di Amerika dan Amerika Latin yang sangat pesat. Mohon tanggapan atas kegelisahan saya atas gerakan Kristen Injili tersebut. Terima kasih atas jawaban tim katolisitas.
Salam saya: Adriana Primawati.
[Dari Katolisitas: Jawaban pertanyaan ini sudah tertera di atas, silakan klik]
Bu Ingrid,
Sebelumnya saya mau berterima kasih sekali dengan web Katolisitas ini, karena akhirnya saya bisa mendapatkan banyak sekali jawaban atas segala serangan dari pihak luar khususnya Protestan termasuk istri saya yang juga menyerang dengan beberapa paham dan ajaran Protestan. Mohon dukungan doa supaya istri saya bisa kembali ke dalam ajaran Katolik dimana kebenaran ada di dalamnya. Ini adalah salah satu pergumulan hidup saya, dan dengan bantuan serta dukungan bu Ingrid, pak Stef serta saudara seiman maka iman saya semakin dikuatkan.
Beberapa waktu lalu dalam salah satu kotbahnya pendeta Protestan di radio, beliau mengatakan bahwa kita sudah diberi Allah yang luar biasa yang bernama Yesus, jadi buat apa kita menjauhkan diri dengan meditasi atau yoga.
Apakah di dalam Alkitab juga diajarkan tentang meditasi dan yoga?
Shalom Thomas Biantoro,
Terima kasih juga atas kunjungan dan dukungan anda kepada situs ini. Semoga situs ini membantu anda juga ya, untuk semakin mengenali iman Katolik.
Mengenai yoga dan reiki, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Memang harus waspada, karena yoga jika terus ditekuni akan sampai kepada level tertentu, dengan prinsip meditasi yang tidak sesuai dengan ajaran Kristiani. Namun kalau hanya sekedar gerak badan saja, sebenarnya tidak menjadi masalah.
Sedangkan tentang meditasi ini, kita harus melihat secara obyektif bahwa tidak semua meditasi itu buruk. Meditasi yang motifnya “pengosongan diri” itu tidak cocok dengan ajaran Kristiani, tetapi jika motifnya adalah “merenungkan kasih Tuhan”, umumnya dengan mengulang frasa/ kata yang berasal dari ayat Kitab Suci, ataupun doa mengulangi nama “Yesus”, maka itu adalah sesuatu yang baik. Banyak orang kudus (santo/a) yang melakukan meditasi ini, dan mencapai tahap kontemplasi, persatuan dengan Tuhan, yang tentu sangat baik bagi kehidupan rohani mereka. Tentang meditasi dan kontemplasi, saya pernah menuliskannya di sini, silakan klik.
Demikian yang dapat saya tuliskan untuk pertanyaan anda. Teriring doa saya bagi perjuangan anda memperkenalkan ajaran Gereja Katolik kepada istri anda. Di atas semuanya itu, jangan lupa yang terpenting adalah “kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” (Kol 3:14) Sebab tiada kesaksian yang lebih kuat daripada kasih anda kepadanya! Maka semakin anda mendalami iman Katolik, selayaknya anda menjadi seorang yang semakin mengasihi istri anda, demi kasih anda kepada Allah yang telah mempersatukan anda berdua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Maaf ikut nimbrung,
Setahu saya di Agama Katolik sendiri khususnya ada Bela Diri yang cukup terkenal hampir di seluruh dunia yaitu : Pencak Silat Tunggal Hati Suci (THS)/Tunggal Hati Maria (THM). Bela diri ini sesungguhnya perpaduan antara seni bela diri pencak silat dan pendalaman iman katolik. Di beberapa paroki di Jakarta sendiri saya lihat kelompok ini masih aktif berlatih meski jumlah anggotanya sudah tidak sebanyak satu dasawarsa lalu. Salah satu pendirinya adalah Romo Hadi Susilowijoyo, Pr. (Diosesan KAJ). Terima Kasih.
Chrys yth
Cerita anda benar bahwa ada THS THM. Meditasinya dengan KS secara katolik, terlihat menggunakan Sadhana, dengan pernafasan. dalam THS THM ada 3 olrah: olah rohani, membaca KS, olah batin dengan meditasi, dan olah fisik dengan latihan bela diri. Kegiatan ini di paroki masih ada.
salam
Rm Wanta
Tambahan dari Ingrid:
Shalom Chrys,
Sebenarnya, yang perlu diperhatikan adalah jika digunakan prinsip meditasi, adalah sejauh mana meditasi Sadhana tersebut mendekatkan seseorang kepada Tuhan atau malah menjauhkannya dari Tuhan. Sebab prinsip penerapan Sadhana juga tergantung dari para instrukturnya. Menurut himbauan Vatikan, maka prinsip yang ditekankan tidak boleh melulu kepada kesadaran “hidup saat ini” di luar proporsi sehingga tidak mengindahkan adanya kehidupan setelah kehidupan saat ini. Atau yang difokuskan adalah kesadaran diri, tanpa mengikutsertakan Tuhan.
Dokumen CDF Vatikan tentang tulisan Romo Anthony de Mello, ada di sini, silakan klik, dan sudah pula kami bahas sepintas di Katolisitas, di jawaban ini, silakan klik.
Mungkin ada baiknya kita menyimak tulisan Fr. Toolan di bawah ini:
Fr. David Toolan S.J., a Jesuit editor, wrote: “In my judgment, Father de Mello’s Sadhana remains the best Catholic ‘how to’ book for someone looking for instruction in methods of prayer. Some of de Mello’s early texts, the CDF acknowledges, ‘can be helpful in achieving self-mastery, in breaking the bonds and feelings that keep us from being free, and in approaching with serenity the various vicissitudes of life’. But overall de Mello’s writings are said to exhibit a ‘progressive distancing from the essential contents of the Christian faith’. Particularly objectionable, it is alleged, are his concept of the unknowability and cosmic impersonality of God, his sense of Jesus ‘as a master alongside others’, a preference for ‘enlightenment’, criticism of the church, and an excessive focus on this life rather than life after death. Bishops were ordered to ensure that the offending texts are withdrawn from sale and not reprinted.”
Fr. Toolan goes on: “The Vatican is bewildered by de Mello’s emphasis on ‘awareness’ and ‘interior enlightenment’ over against Scripture, doctrine, and belief—and puts the worst possible construction on de Mello’s awkward formulations. His stress on awareness, I would say, tries to get at the difference between theory and experience, external conformity and interiorised faith, or the letter of the law versus the spirit. The Vatican complains of ‘ambiguity’ and ‘perplexity’ in interpretation.
Demikian, semoga kita dapat semakin bijaksana untuk menyikapi hal meditasi dalam latihan bela diri ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Rekan-rekan yth,
Sebelumnya THS singkatan dari Tunggal Hati Seminari karena dari sejarahnya didirikan oleh para seminaris di Seminari Menengah Petrus Kanisius, Mertoyudan.
Saya sendiri juga anggota THS dari Jakarta dan menurut cerita THS-THM sangat terkenal di daerah NTT. Sepengetahuan saya tujuan THS-THM berdiri pertama-tama ialah untuk kerasulan awam menyebarkan Injil dengan sarana bela diri tradisional, pencak silat. Namun yang sering terjadi itu malah sebaliknya dalam rentang waktu 2 jam latihan, Kitab Suci hanya dibaca 5 menit lalu sisanya pencak silat. Beberapa tahun yang lalu juga ada Uskup di Kalimantan yang sampai melarang organisasi THS-THM karena dianggap menyebarkan kekerasan menggunakan kedok Katolik. Sebabnya, ada calon anggota yang dianiaya oleh senior. Maka benar yang dikatakan Ingrid di atas bahwa Naluri Menyerang harus sungguh dikendalikan. Lebih jauh dari itu juga, Romo Hadi (Paroki Mangga Besar, Jakarta) sebagai Ketua Dewan Pendiri pernah dituntut secara hukum oleh orang tua salah satu murid di sekolah Katolik di Jakarta, karena anaknya juga dianiaya oleh seniornya dalam acara THS. Buntutnya, ekskul THS-THM di sekolah itu ditiadakan. Hal ini mengingatkan saya betapa seringnya Bapa Paus dianggap bertanggung jawab kalau ada perilaku kaum klerus yang menyimpang.
Di antara anggota yang masih umur remaja dimana mereka mempunyai emosi yang labil dan energi yang berlebih, mereka menganggap seorang anggota THS-THM yang hebat itu ialah yang jago bela diri, yang menjuarai invitasi pencak silat, atau yang paling kuat olah pernafasannya. Tidak pernah terlintas bahwa anggota THS-THM yang hebat itu kalau menjadi pelayan bagi sesama, dapat menjelaskan doktrin dan dogma Gereja Katolik, rajin Misa dan Pengakuan Dosa. Oleh karena itu yang sering diadakan oleh para pengurus adalah Kejuaraan Pencak Silat antar ranting THS-THM, bukan Kejuaraan Kitab Suci atau bakti sosial.
Maka dari itu saya ingin mengajak rekan – rekan THS-THM untuk sungguh – sungguh mengingat Janji Prasetya kita untuk menjadi manusia Katolik yang rendah hati dan juga taat sampai mati kepada Gereja Katolik Roma. Jangan karena 1-2 oknum organisasi tercinta ini dilarang oleh KWI.
Saya sendiri mendapatkan banyak manfaat dari THS-THM termasuk salah satunya bertemu salah seorang Romo SVD dari Flores yang sedang studi di Roma pada tahun 2007. Terakhir saya dengar sekarang beliau ditugaskan di Keuskupan Ruteng.
Pro Patria et Ecclesia,
Fortiter in re, Suaviter in modo.
Edwin ST
Saya baru inget. sekitar… setengah tahun yang lalu. pernah saya bertanya-tanya kepada seseorang (protestan) yg pernah belajar teologi. waktu itu, yang saya tangkap dari pembicaraan itu adalah kita tidak boleh belajar bela diri, seperti karate, wushu, taekwondo, dll.
kalau di Katolik, bolehkah kita belajar seni bela diri?
Alexander Pontoh
[Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.