Pertanyaan:
Shalom,
Terimakasih atas perhatiannya. Disini yg paling ingin saya tanyakan (menurut saudara seberang) adalah:
Di dalam Perjaniian Lama Tuhan pernah berfirman bahwa orang-oran Israel itu sangat durhaka dan hobi merubah-rubah kitab suci (baca: Kitab Mikha 3:1 – 12 dan Ulangan 31:27). Akibatnya, kitab suci ini menjadi bercampur-baur antara kebenaran ilahi dan kesalahan-kesalahan manusiawi yang ditulis oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
1) Pertanyaan:Apakah kitab kitab suci kita (perjanjian lama) tidak cocok dgn kitab Yahudi & mengapa?
2) Mengapa ada ketidakcocokan (ayat kontradiksi) di kitab suci kita (misalnya: kis 9: 7 dan kis 22 : 9; dan ada beberapa ayat lain).
Mohon penerangannya. Terimakasih saya ucapkan sebelumnya
Salam , Sonya Natalia
Jawaban:
Shalom Sonya,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang beberapa ayat di Alkitab yang diragukan kebenarannya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1) Dikatakan “Di dalam Perjaniian Lama Tuhan pernah berfirman bahwa orang-oran Israel itu sangat durhaka dan hobi merubah-rubah kitab suci (baca: Kitab Mikha 3:1– 12 dan Ulangan 31:27)”
a) Dalam beberapa ayat di dalam Alkitab Perjanjian Lama, memang dikatakan bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang jatuh ke dalam dosa berkali-kali, seperti: keras hati dan tegar tengkuk (lih. Kel 32:9), suka memberontak (lih. Ul 9:7, 24; Yes 1:2), suka perpaling (Yer 2:11-13, 8:5), dan dosa-dosa yang lain. Namun, di satu sisi, kita juga harus melihat bahwa bangsa Israel menjadi bagian dari rencana keselamatan Allah, seperti: dipilih dan dikasihi oleh Allah (Ul 7:6, 7:7), yang dipisahkan dari bangsa lain (Kej 17:10; 17:1), yang disebut umat yang kudus (Ul 14:2), yang menjadi harta kesayangan Allah (Kel 19:5; Maz 135:4), umat yang kudus (Kel 7:6; 14:21), kerajaan imam dan bangsa yang kudus (Kel 19:6), dll.
b) Jadi, kalau mau menyimpulkan bahwa ayat-ayat di Alkitab tidak dapat dipercaya, dengan argumentasi bahwa bangsa Israel adalah sangat durhaka adalah kurang dapat dipertanggungjawabkan, karena di satu sisi, Alkitab juga menyebutkan bangsa Israel adalah bangsa yang kudus, yang dipilih oleh Allah sendiri, yang menjadi bagian dari rencana keselamatan Allah. Dan terbukti, bahwa Allah berbicara melalui perantaraan nabi-nabi untuk menyampaikan kebenaran, yang mempersiapkan seluruh bangsa pada kebenaran sejati, yang terpenuhi pada diri Yesus.
c) Tentang Mikha 3:1-12 dan Ulangan 31:27: Kalau kita membaca secara teliti, maka Mikha menujukan bab ini kepada para pemimpin di Israel (3:1-4), kepada nabi-nabi palsu (3:5-8), dan hukuman yang akan dijatuhkan (3:9-12). Ulangan 31:27 mengatakan “Sebab aku mengenal kedegilan dan tegar tengkukmu. Sedangkan sekarang, selagi aku hidup bersama-sama dengan kamu, kamu sudah menunjukkan kedegilanmu terhadap TUHAN, terlebih lagi nanti sesudah aku mati.” Di bagian 1b, telah saya paparkan bahwa ada yang menjadi sisi negatif dan sisi positif. Oleh karena itu, hanya melihat sisi negatif bangsa Israel serta menggunakannya untuk menyerang Alkitab, tanpa melihat sisi positif mereka adalah tindakan yang tidak jujur.
d) Kenyataan bahwa hal negatif dari bangsa Israel adalah tetap menjadi bagian dari Alkitab justru menambah nilai kebenaran Alkitab. Kalau memang sering diubah-ubah, seharusnya Alkitab Perjanjian Lama hanya menampilkan semua hal yang bersifat positif dan mencoret yang bersifat negatif. Namun, ini tidak dilakukan oleh bangsa Israel, karena justru penghayatan mereka bahwa mereka tidak berhak untuk merubah satu titikpun. Untuk keterangan lebih jelas tentang bagaimana mereka menyalin Alkitab, dijelaskan sebagai berikut:
(diambil dari: H.S. Miller, M.A, General Biblical Introduction from God to us, (Houghton, N.Y: The Word-Bearer Press, 1950), hal 184-185) menjabarkan bagaimana di abad-abad awal melakukan salinan manuskrip. Ada dua kelas manuskrip, yaitu Synagogue rolls dan Privite or common. Untuk menuliskan manuskrip Synagogue rolls, yang dipakai dalam bait Allah, maka ada aturan-aturan ketat yang harus diikuti. Aturan-aturan ini dituliskan di dalam Talmud:
1) Media penulisan harus terbuat dari kulit binatang yang tidak najis, dan harus dipersiapkan oleh seorang Yahudi. Dan kulit binatang yang menjadi media penulisan harus diikat dengan tali yang diambil dari binatang yang tidak najis.
2) Setiap kolom harus tidak boleh kurang dari 48 dan tidak boleh lebih dari 60 baris. Seluruh salinan harus ada di dalam garis yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jika ada tiga kata yang ditulis tidak di dalam garis, maka salinan tersebut tidaklah berharga apapun.
3) Tinta yang digunakan harus menggunakan warna hitam, yang dibuat dengan bahan-bahan yang telah ditetapkan.
4) Tidak boleh ada kata maupun huruf yang ditulis berdasarkan ingatan; Penyalin harus mempunyai otentik salinan di depannya dan dia harus membaca dan menyerukan dengan keras setiap kata sebelum menuliskannya.
5) Penyalin harus secara hormat mengelap alat tulis yang dipakainya sebelum menuliskan kata “Tuhan” dan dia harus membersihkan seluruh tubuhnya sebelum menuliskan kata “Yahweh”, karena takut nama yang kudus tercemari.
6) Aturan-aturan yang keras diberikan mengenai bentuk dari huruf, spasi antar huruf-huruf, kata-kata, dan bagian-bagian, penggunaan alat penulis, dan juga warna dari media penulisan, dll.
7) Revisi dari sebuah gulungan yang disalin harus dibuat dalam 30 hari setelah pekerjaan selesai; kalau tidak maka salinan tersebut dianggap tidak berharga. Satu kesalahan di satu lembaran, membuat lembaran tersebut tak berguna. Jika ada tiga kesalahan ditemukan di dalam halaman manapun, seluruh salinan tidak berharga.
8) Setiap kata dan setiap huruf dihitung, dan jika sebuah huruf dihilangkan, atau sebuah huruf ditambahkan, atau jika satu huruf bersinggungan dengan huruf yang lain, manuskrip tersebut tidak berharga dan dihancurkan saat itu juga.
9) Dan masih begitu banyak lagi peraturan-peraturan ketat yang harus mereka jalankan dalam menyalin manuskrip, yang kadang di telinga kita terdengar tidak masuk akal.
Dari sini, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa dengan peraturan-peraturan yang ketat, maka kita dapat dengan yakin mengatakan bahwa Alkitab yang kita kenal sekarang adalah sama dengan Alkitab yang ditulis pada masa lampau.
e) Untuk mengatakan bahwa Alkitab yang kita kenal sekarang telah dirubah-rubah, maka perlu dipertanyakan parameter yang digunakan. Kalau demikian, apakah semua Alkitab tidak dapat dipercaya, atau sebagian saja yang dapat dipercaya? Bagian mana yang dapat dipercaya dan bagian mana yang tidak dapat dipercaya? Apalah paramenter yang digunakan dalam menentukakan hal ini?
f) Silakan melihat tanya jawab tentang kebenaran Alkitab beserta dengan diskusi di bagian bawahnya (silakan klik).
2) Dikatakan “Mengapa ada ketidakcocokan (ayat kontradiksi) di kitab suci kita(misalnya: kis 9: 7 dan kis 22 : 9; dan ada beberapa ayat lain).”
Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.” (Kis 9:7)
Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.” (Kis 22:9)
a) Untuk melihat ketidakcocokan ayat-ayat tersebut, kita harus melihat bahasa asli dan arti dari kata-kata tersebut. Dalam bahasa Yunani, perkataan “mendengar” dibedakan antara 1) mendengar sesuatu yang berisik tanpa makna (dalam hal ini “mendengar” adalah dalam bentuk genetive case) dan 2) mendengar dalam artian mengerti maknanya (dalam hal ini “mendengar” adalah dalam bentuk accusative). Dalam Kis 9:7 perkataan mendengar yang sama digunakan juga di Yoh 12:28-29, dimana orang yang berkumpul mendengar, namun mendengar suara seperti bunyi guntur. Di dua ayat ini, “mendengar” bukanlah dalam bentuk “accusitive case“, sehingga dapat diterjemahkan mendengar dalam pengertian mendengar sesuatu namun tidak mereka mengerti. Namun, di dalam Kis 22:9, perkataan tidak mendengar mengambil bentuk “accusative case“, sehingga dapat diterjemahkan “tidak mengerti“.
Dengan demikian, di Kis 9:7 mereka mendengar namun tidak mengerti apa maknanya, karena mungkin hanya mendengar suara seperti guntur seperti yang juga dialami oleh orang-orang di Yoh 12:18-19. Oleh karena itu, Kis 9:7 tidaklah bertentangan, karena walaupun mereka mendengar, namun mereka tidaklah mengerti, yang diungkapkan di Kis 22:9, dengan perkataan “tidak mereka dengar“
b) Atau penjelasan yang mungkin lebih mudah adalah, dalam setiap bahasa, satu kata mempunyai beberapa arti tergantung dari konteksnya. Dalam kasus ini, mendengar (akouo) dalam bahasa Yunani berarti mendengar atau mengerti. Kita melihat di 1 Kor 14:2 “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti (akouo) bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.” Jadi, di dalam ayat ini, perkataan yang sama – akouo – diterjemahkan “mengerti” dan bukan “mendengar”. Jadi, kalau diterapkan pada ayat Kis 22:9, maka “Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar. (tidak mereka mengerti)“
Dengan demikian, maka kita melihat bahwa tidak ada pertentangan apapun di dalam Alkitab. Yang harus kita lakukan adalah melihat satu-persatu ayat yang kelihatannya bertentangan dan kemudian menganalisa dan menjabarkannya satu-persatu. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org
Alkitab Masih Asli atau Sudah Diubah-ubah? Keaslian KItab Suci Nasrani tidak diterima oleh para ahli dari Islam. Sebagai pembuktian antara lain diambil beberapa teks kitab suci yang berasal dari beberapa terjemahan Indonesia dan Inggeris . 1. Sumber-sumber yang dijadikan pembanding ialah : a. Alkitab terjemahan Indonesia versi lama b. Alkitab terjemahan Indonesia versi baru c. Domey Rheims Bible (DR) 1582 M d. King James 1611 M e. Domey-Rheims 1899 American Edition ( DR 1899 M ) 2. Berdasarkan kelima sumber tersebut maka diambil dua contoh teks yang mengandung beberapa kata yang berbeda di dalam kelima sumber di atas. a. Kata… Read more »
Shalom Herman Jay, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa Kitab Suci tidak mengandung kesalahan dalam hal ajaran iman (lih. KGK 136). Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Wahyu Ilahi, juga menyampaikan hal yang serupa, “Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita…” (Dei Verbum, 11). Seringkali umat non-Kristen mempertanyakan ke-absahan Kitab Suci dengan mencari perbandingan ayat-ayat tertentu yang menunjukkan perbedaan… Read more »
syalom tim katolisitas,, sempat saya membaca dalam sebuah situs di internet mengenai : 1. apakah benar Alkitab telah salah dalam menyebut Haman berada pada zaman setelah musa (dalam kitab Ester), sedangkan bukti sejarah dari prasasti batu rosetta menunjukan bahwa Haman berada pada masa Firaun? 2. dalam Alkitab online, beredar terjemahan baru dan terjemahan bahasa sehari-hari. Namun di dalam Matius 23:24 tertulis : bahasa indonesia sehari-hari : Kalian pemimpin-pemimpin yang buta! LALAT dalam minumanmu kalian saring, padahal unta kalian telan! terjemahan baru: Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, NYAMUK kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. apakah ini… Read more »
Shalom Xells, Tentang Historisitas Kitab Ester, klik di sini. 1. Kitab Suci tidak mengandung kesalahan/ kekeliruan (lih. Konsili Vatikan, Dei Verbum, 6). Maka tidak benar jika Kitab Suci telah salah menyebut nama Haman dalam kitab Ester. Silakan membaca penjelasan selanjutnya pada artikel tentang Historisitas Kitab Ester tersebut. 2. Dalam Mat 23:24: yang benar ‘lalat’ atau ‘nyamuk’? Silakan klik di sini, dan membaca point yang pertama. 3. Anda bertanya: Yohanes 10:33 Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan… Read more »
terimakasih bu ingrid atas jawabanya
dari pertanyaan nomor 3 yang jadi pertanyaan umum adalah : mengapa terjemahan yang beredar merujuk pada sesuatu yang khusus (taurat=kelima kitab musa) namun bahasa asli menunjukan arti yang umum/ berbeda. Jadi mengapa diterjemahkan Taurat jika yang dimaksud Mazmur?
mengingat masalah terjemahan ini juga sering menjadi pertanyaan saudara non katolik.
Shalom Xells, Sebenarnya, untuk memahami hal ini kita perlu menerima terlebih dahulu bahwa memang tentang hukum-hukum Tuhan terdapat dua istilah, yaitu yang disebut law (tôrāh, ֹ תָּרה bahasa Ibrani) dan law (νόμος/nómos, bahasa Yunani) yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ‘hukum Taurat’ atau ‘Taurat’. Nah, ‘Taurat’ ini tidak selalu mengacu kepada kelima kitab Musa yang disebut Pentateuch, karena hukum Taurat tidak hanya disampaikan di lima Kitab itu. Pada saat kitab Mazmur menyebutkan dalam Mzm 1:1-2, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang… Read more »
syalom bu ingrid,
terimakasih atas jawabannya. Ya, saya setuju dengan jawaban ibu,namun seringkali pertanyaan sepele semacam ini seperti sebuah jarum, kecil, namun bisa mematikan.
[Dari Katolisitas: Kecuali dipahami sejak awal bahwa pertanyaan tersebut sesungguhnya bukan jarum.]
Baiklah saya ingin bertanya lagi… Yesus berkata dlm Matius 5: “Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat….Aku datang bukan untuk meniadakannya…” (Matius 5:17) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat….(Matius 5:18) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan… Read more »
Shalom Nw, Contoh yang Anda sebut sebagai revisi adalah revisi terjemahan Kitab Suci, namun sesungguhnya Kitab Suci-nya itu sendiri dalam bahasa aslinya (dalam hal ini Injil Matius dalam bahasa Yunani), tidak pernah direvisi. Maka segala yang tertulis di Kitab Suci memang tidak diubah ataupun direvisi. Maka jika terdapat perbedaan kata “dia” yang tadinya ditulis dengan huruf kecil lalu kemudian dalam edisi tahun-tahun berikutnya ditulis dengan kata “Dia” itu kemungkinan berkaitan dengan perkembangan bahasa lokal yang mulai menggunakan huruf besar pada Pribadi yang Ilahi yaitu Tuhan. Harap dipahami bahwa dalam bahasa aslinya huruf Yunani tidak tertulis dalam alfabet yang kita kenal… Read more »
Shalom, Terimakasih atas perhatiannya. Disini yg paling ingin saya tanyakan (menurut saudara seberang) adalah: Di dalam Perjaniian Lama Tuhan pernah berfirman bahwa orang-oran Israel itu sangat durhaka dan hobi merubah-rubah kitab suci (baca: Kitab Mikha 3:1 – 12 dan Ulangan 31:27). Akibatnya, kitab suci ini menjadi bercampur-baur antara kebenaran ilahi dan kesalahan-kesalahan manusiawi yang ditulis oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 1) Pertanyaan:Apakah kitab kitab suci kita (perjanjian lama) tidak cocok dgn kitab Yahudi & mengapa? 2) Mengapa ada ketidakcocokan (ayat kontradiksi) di kitab suci kita(misalnya: kis 9: 7 dan kis 22 : 9; dan ada beberapa ayat lain). Mohon… Read more »
Shalom Stef,
Terimakasih atas penerangannya yg begitu baik dan dapat saya mengerti.
Saya akan bertanya lagi bila ada yg tidak saya fahami mengenai kitab suci.
Salam,
Sonya Natalia