Pertanyaan:

Shalom

Saya ingin menanyakan bagaimana kita harus memahami tentang tubuh, jiwa dan roh yang menyatu dalam hidup kita. Sehingga setiap perbuatan kita selalu selaras dengan suara hati yang merupakan sumber kebenaran, jiwa yang tergambar dari akal dan budi dalam berpikir dan berkarya dan tubuh yang membungkus kita dalam bentuk badaniah dan rapuh ini.

Karena sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan saya mendambakan untuk bisa memahami dan juga bisa melaksanakan akan suara hati untuk bisa mengabdi dan melayani Tuhan dengan segenap hati, dan dengan seluruh akan budi, akan tetapi sebagai manusia yang penuh dengan kekurangan semua suara hati itu selalu takut untuk saya lakukan karena saya khawatir apakah setelah melakukan itu sebagai manusia dan harus bertanggung jawab terhadap keluarga saya bisa melaksanakan dengan baik. Apakah kalau saya melakukan itu tetapi anak dan istri menjadi terlantar apakan justru saya akan berdosa terhadap keluarga.

Apakah cukup melakukan dengan bekerja secara bertanggung jawab sesuai dengan apa yang saharusnya saya kerjakan dan menjaga kedamaian dalam keluarga juga sudah bisa dikategorikan bahwa saya telah melaksanakan suara hati saya untuk dapat melaksanakan suara hati saya untuk dapat melayani Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan akan budi saya.

Mohon jawabannya
Tuhan memberkati – Andeas

Jawaban:

Shalom Andreas,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang suara hati dalam hubungannya dengan kerinduan untuk melayani. Bersyukurlah atas kerinduan untuk melayani, karena semuanya itu adalah gerakan dari Roh Kudus. Untuk menjawab pertanyaan anda, maka kita harus mengerti definisi hati nurani dan kebijaksanaan. Katekismus Gereja Katolik mendefinisikan

KGK, 1778.Hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau buruk secara moral. Dalam segala sesuatu yang ia katakan atau lakukan, manusia berkewajiban mengikuti dengan seksama apa yang ia tahu, bahwa itu benar dan tepat. Oleh keputusan hati nurani manusia mendengar dan mengenal penetapan hukum ilahi.
Hati nurani adalah “hukum roh” dan juga suatu “bisikan langsung”, dalamnya terdapat juga “gagasan pertanggungjawaban, kewajiban, ancaman, dan janji… Ia adalah utusan dari Dia yang berbicara kepada kita baik di dalam alam maupun di dalam rahmat di balik satu selubung dan mengajar serta memerintah kita melalui wakil-wakil-Nya. Hati nurani adalah wakil Kristus yang asli” (J.H.Newman, Surat kepada Pangeran Norfolk 5).

KGK, 1806. Kebijaksanaan (prudence) adalah kebajikan yang membuat budi praktis rela, supaya dalam tiap situasi mengerti kebaikan yang benar dan memilih sarana yang tepat untuk mencapainya. “Orang yang bijak memperhatikan langkahnya” (Ams 14:15). “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” (1 Ptr 4:7). “Kebijaksanaan ialah akal budi benar sebagai dasar untuk bertindak”, demikian santo Tomas menulis (s.th. 2-2,47,2,sc) mengikuti Aristoteles. Ia tidak mempunyai hubungan dengan rasa malu atau rasa takut, dengan lidah bercabang atau berpura-pura. Orang menamakan dia “auriga virtutum” [pengemudi kebajikan]; ia mengemudikan kebajikan lain, karena ia memberi kepada mereka peraturan dan ukuran. Kebijaksanaan langsung mengatur keputusan hati nurani. Manusia bijak menentukan dan mengatur tingkah lakunya sesuai dengan keputusan ini. Berkat kebajikan ini kita menerapkan prinsip-prinsip moral tanpa keliru atas situasi tertentu dan mengatasi keragu-raguan tentang yang baik yang harus dilakukan dan yang buruk yang harus dielakkan.

1) Dengan definisi di atas, kita melihat bahwa hati nurani kita, memang merupakan tempat yang sakral, tempat bertemunya diri kita dengan Tuhan sendiri. Walaupun kita harus berhati-hati, karena hari nurani kita juga dapat tumpul dan salah, jika kita tidak memupuknya dengan mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan, baik melalui doa pribadi, Firman Tuhan, berakar dalam Sakramen.

2) Jadi, langkah yang pertama yang harus dilakukan dalam situasi anda adalah memeriksa diri, apakah pada saat ini anda mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan atau dalam kondisi rahmat. Kalau masih ditemukan hal-hal yang menganjal, silakan untuk mengakukan dosa kepada pastor dalam Sakramen Tobat.

3) Setelah anda dalam kondisi rahmat (in the state of grace), maka hidup kita memang harus berubah. Orang yang telah mengalami kasih Kristus harus berubah hidupnya, dan senantiasa rindu untuk membagikan kasih Allah kepada orang lain. Dengan kata lain, orang yang mengasihi Kristus akan rindu untuk mengasihi sesama atas dasar kasih kepada Kristus. Inilah yang disebut kasih yang supernatural, atau juga dapat disebut kekudusan. Ini berarti, salah satu ciri dari orang yang mengasihi Kristus adalah sampai seberapa jauh orang tersebut hidup dalam kekudusan. Kasih kepada Kristus dan tingkat kekudusan adalah senantiasa berjalan beriringan.

4) Jadi, kalau dalam hati nurani, anda mempunyai kerinduan untuk melayani, maka bawalah kerinduan ini di dalam doa. Mintalah Roh Kudus untuk menunjukkan jalan yang tepat. Jangan terlalu cepat mengambil keputusan – apalagi kalau sampai ingin mengambil keputusan untuk keluar dari pekerjaan dan hidup dari pelayanan. Saya tidak mengatakan bahwa hal ini tidak mungkin, namun keputusan ini jangan dibuat dalam kondisi tergesa-gesa. Akan tiba saatnya, seperti buah yang pada waktunya masak, maka Roh Kudus juga akan memberikan bimbingan kepada anda dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Saya juga menyarankan agar anda mempunyai pembimbing rohani, sehingga dia juga dapat membantu anda dalam mengambil keputusan yang tepat.

5) Untuk mengambil keputusan yang tepat diperlukan kebijaksanaan (prudence). Secara prinsip, keinginan untuk melayani Tuhan adalah baik. Namun, untuk menjawab cara apakah yang kita ambil untuk melayani Tuhan, maka kita harus mohon kepada Tuhan agar kita diberi rahmat kebijaksanaan. Dengan rahmat ini, kita dapat menerapkan prinsip yang baik dengan cara yang tepat. Sebagai contoh, bagaimana untuk melayani Tuhan dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan, kalau Tuhan telah menitipkan kepada kita istri dan anak-anak?

a) Kita harus menyadari bahwa untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa bukanlah berarti harus aktif di dalam kegiatan Gereja. Seorang suami dapat mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan dengan cara mengasihi istri seperti dirinya sendiri dan mengasihi anak-anaknya dengan cara memberikan bekal iman yang baik, sehingga dapat mengantar anak-anak ke Sorga. Dan saya percaya, sebagai orang tua, inilah yang terlebih dahulu kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Dengan demikian, apapun karya kerasulan yang hendak dilakukan, tidak dapat menelantarkan istri dan anak-anak. Tentu saja, bukan berarti bahwa seorang suami harus bekerja sedemikian rupa sampai mempunyai kehidupan yang terlalu berlebihan dan berfoya-foya sampai tidak mempunyai waktu buat mereka.

b) Jadi, kalau hati nurani anda ingin melakukan sesuatu yang lebih untuk kemuliaan Tuhan, dan di satu sisi anda mempunyai tanggung jawab sebagai kepala keluarga, maka anda harus mencoba untuk mendapatkan cara agar keluarga tidak terlantar dan pelayanan juga tetap dapat berjalan. Pelayanan yang berlebihan sampai menelantarkan keluarga akan menjadi batu sandungan. Oleh karena itu, semua ini harus dibawa dalam doa setiap hari, didiskusikan dengan pembimbing rohani, dan jangan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Dan diskusikanlah dengan istri anda, sehingga kedua-duanya dapat terlibat dalam pelayanan, entah dengan satu tampil di depan dan yang lain melayani di belakang layar.

c) Apapun keputusan yang anda ambil, maka harus dibayangkan bahwa anda membawa keputusan ini di hadapan Yesus. Dan apakah di hadapan Yesus, anda dapat mengatakan bahwa anda telah berusaha semampu anda untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan kekuatan. Dan keputusan yang diambil juga harus mendatangkan damai yang sejati.

Semoga beberapa prinsip di atas dapat membantu. Doa kami menyertai anda.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

3 COMMENTS

  1. Shalom,

    Saya ingin menayakan : pada tgl. 25 Maret

    Hari Raya Kabar Sukacita

    Kabar Sukacita kepada MariaSelamat Natal! Kedengarannya aneh mengucapkan salam seperti itu pada Masa Prapaskah ini. Kita sedang mempersiapkan diri untuk menyambut Paskah. Tetapi sungguh, sapaan itu sangat tepat.

    Mungkin tidak pernah terpikir oleh kalian, tetapi sebenarnya kalian sembilan bulan lebih tua dari usia kalian. Kehidupan kalian telah dimulai tiga perempat tahun sebelum kalian dilahirkan. Kita tidak akan membicarakannya secara rinci di sini, tetapi sungguh demikian yang terjadi pada kebanyakan orang. Demikian juga dengan Yesus.

    Yesus adalah Putera Allah, jadi Ia selalu ada – Ia abadi – tetapi, Ia telah berinkarnasi (inkarnasi = menjelma) ke dunia ini sebelum Natal yang pertama. Semuanya itu berawal ketika seorang Malaikat Agung, namanya Gabriel, mengunjungi Santa Perawan Maria. Kita merayakan peristiwa ini setiap tanggal 25 Maret.

    Injil mengatakan kepada kita bahwa Gabriel datang ke rumah Maria di Nazaret. Bunda Maria amat terkejut melihat kedatangan seorang utusan Allah. Gabriel berkata kepadanya, “Jangan Takut! Engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Engkau akan melahirkan seorang putera. Nama-Nya ialah Yesus.” Kata Maria, “Bagaimana mungkin itu terjadi? Aku belum bersuami!” Malaikat menjawab, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”

    Maria taat kepada Allah, maka katanya, “Aku ini hamba Tuhan! Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Pada saat itulah Roh Kudus membawa Putera Allah kepada Maria. Maria menjaga-Nya dengan kasih sayang hingga tiba saatnya Ia dinyatakan kepada dunia pada hari Natal.
    sumber dari : http://indocell.net/yesaya/id649_hari_raya_kabar_sukacita.htm
    http : www//indocell.net/yesaya

    dan berhubung dgn artikel tsb , ada teman yg bertanya : Apa hub.antara Maria,Natal dan Paskah ( 25 Maret Hari Raya Kabar Sukacita ) Dua peristiwa yg berbeda. mhn pencerahan.==> mohon pencerahan.-!
    ( ini pertanyaan di fb saya : http://www.facebook.com/profile.php?id=100000553844347&ref=mf#!/Josef.KS?ref=profile )

    Terus terang bpk. Stef dan ibu Inggrid , saya berusaha untuk berbagi kpd teman2 seiman, dimana jikalau ada artikel yg baik dan bagus yg saya baca baik di katolisitas.org (dimana setiap postingannya saya cantumkan sumbernya) dan sudah barang tentu saya barengi dgn ttg riwayat para santa-santo yg saya kutip dari : http: www//.indocell.net/yesaya(postingan tsb tsbpun tetap dicantumkan sumbernya) , dan saya postingkan di fb saya dgn tujuan agar , iman saya dan teman2 seiman dapat berkembang terus dan kita bisa saling berbagi informasi , -akan tetapi jikalau ada pertanyaan yg tidak bisa saya jawab, maka saya pun mengarahkan/menganjurkan agar pertanyaan tsb ditujukan ke : katolisitas.org.-

    Demikianlah, mohon pertanyaan bpk. Johanis Purwanta tsb dapat dijelaskan melalui katolisitas.org
    Akhir kata, terima kasih, salam damai dan kasih, Tuhan memberkati

    Salam kasih,
    Adnilem.Sg

    • Shalom Adnilem Sg,

      Terima kasih atas dukungan yang anda berikan kepada situs ini dan terima kasih juga telah menyebarkan keberadaan website ini dan juga artikel dan tanya jawab dari website ini. Terima kasih atas pertanyaannya tentang pesta kabar sukacita, yaitu pesta hari Malaikat Gabriel menyampaikan kabar sukacita kepada Maria. Berikut ini adalah sejarah singkat tentang pesta kabar sukacita:

      Tentang pesta kabar sukacita (annunciation), Gereja Katolik memperingatinya setiap tanggal 25 Maret, sedangkan perayaan Paskah jatuh pada tanggal 22 Maret sampai 25 April. Oleh karena itu, kalau hari Paskah jatuh pada tanggal setelah 25 Maret, maka Pesta Kabar Gembira akan dirayakan pada masa prapaskah. Kalau tanggal 25 Maret jatuh pada masa prapaskah, maka pada hari pesta tersebut, umat Katolik tidak berpuasa, meskipun pada masa prapaskah. Pesta ini dimulai sekitar abad ke-6, yaitu dinyatakan dalam kotbah Abraham dari Efesus dalam “on the feast of the Annunciation (Euangelismos)“. Dan hal ini dikuatkan oleh dokumen pada abad ke-7, yaitu “Gelasian Sacramentary“, dan ditegaskan kembali pada sinode Toledo (656 AD) dan sinode Trullan (692AD) – yang membuat pesta ini dirayakan di seluruh Gereja Katolik di manapun. Sampai sekitar abad ke-2, diperhitungkan bahwa Yesus meninggal pada tanggal 25 Maret 29 AD. Dan menurut perhitungan tradisi Yahudi, seorang nabi meninggal pada hari yang sama dengan hari kelahirannya atau conception. Dengan demikian, kalau Yesus meninggal pada tanggal 25 Maret, maka pesta kabar gembira (annunciation atau conception) terjadi pada tanggal 25 Maret. Hal ini ditegaskan juga dalam tulisan St. Agustinus. Kalau kita melihat memang 25 Maret ini adalah 9 bulan sebelum kelahiran Yesus tanggal 25 Desember. Namun, tidak terlalu jelas apakah annunciation mempengaruhi tanggal natal atau sebaliknya.

      Jadi apa hubungan antara Maria, Natal dan Paskah? Sebenarnya hari raya kabar sukacita tidak senantiasa jatuh pada masa prapaskah, karena hari Paskah dapat jatuh pada tanggal 22 Maret – 25 April. Saya pikir keterangan di atas telah menerangkan hubungan hari raya Kabar Gembira dan penanggalan yang memang kadang jatuh pada masa prapaskah.

      Jadi, kalau dihubungkan dengan hari raya Kabar Sukacita, maka Marialah yang menerima kabar sukacita dan berkata “ya” pada Tuhan, sehingga Anak Allah pada saat itu juga menjadi janin di rahim Bunda Maria, yang sembilan bulan kemudian Sang Mesias lahir ke dunia dan menjadi Immanuel – Allah beserta kita. Setiap manusia lahir untuk hidup, namun Yesus, Sang Anak Domba Allah (Sang Korban Paskah), lahir untuk mati, sehingga kematian-Nya dapat memberikan kehidupan bagi umat manusia. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  2. Shalom

    Saya ingin menanyakan bagaimana kita harus memahami tentang tubuh, jiwa dan roh yang menyatu dalam hidup kita. Sehingga setiap perbuatan kita selalu selaras dengan suara hati yang merupakan sumber kebenaran, jiwa yang tergambar dari akal dan budi dalam berpikir dan berkarya dan tubuh yang membungkus kita dalam bentuk badaniah dan rapuh ini.

    Karena sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan saya mendambakan untuk bisa memahami dan juga bisa melaksanakan akan suara hati untuk bisa mengabdi dan melayani Tuhan dengan segenap hati, dan dengan seluruh akan budi, akan tetapi sebagai manusia yang penuh dengan kekurangan semua suara hati itu selalu takut untuk saya lakukan karena saya khawatir apakah setelah melakukan itu sebagai manusia dan harus bertanggung jawab terhadap keluarga saya bisa melaksanakan dengan baik. Apakah kalau saya melakukan itu tetapi anak dan istri menjadi terlantar apakan justru saya akan berdosa terhadap keluarga.

    Apakah cukup melakukan dengan bekerja secara bertanggung jawab sesuai dengan apa yang saharusnya saya kerjakan dan menjaga kedamaian dalam keluarga juga sudah bisa dikategorikan bahwa saya telah melaksanakan suara hati saya untuk dapat melaksanakan suara hati saya untuk dapat melayani Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan akan budi saya.

    Mohon jawabannya
    Tuhan memberkati

    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

Comments are closed.