Pertanyaan:
Shalom Pak Stefanus,
Pertama saya ingin bercerita sedikit tentang masalah saya. Saya adalah seorang pria yang punya orientasi seksual berbeda dari orang kebanyakan. Melihat artikel yang ditulis di katolisitas bahwa setiap orang apapun orientasi seksualnya harus menjaga tubuhnya kudus, maka saya bertekad untuk melakukannya. Namun, ternyata pada prakteknya tidak semudah yang dibayangkan.
Sebelumnya, saya pernah mengakukan dosa saya dan bertobat ketika mengikuti retret di Cikanyere. Sungguh, retret tersebut mengubah hidup saya dan ketika saya mengakukan dosa saya lakukan dengan niatan yg murni dan sungguh-sungguh. Lalu ketika itu juga ada kesempatan untuk konseling dengan suster/frater di sana, karena satu dan lain hal saya memutuskan untuk tidak melakukannya. Sepulangnya dari sana saya merasakan damai sejahtera dan saya tidak lagi melakukan dosa berat seperti yg sebelumnya malahan menjadi giat membaca kitab suci dan berdoa.
Namun, belakangan ini karena segala kepenatan aktifitas dan lain hal frekuensi doa saya menjadi semakin berkurang, menjadi fluktuatif. Ketika sedang semangat maka saya sangat semangat untuk berdoa, ketika sedang lelah atau apa, saya menjadi tidak berdoa lagi.
Masalahnya adalah saya sangat menyesal sedalam-dalamnya karena saya terjatuh kembali dalam dosa berat. Bagaimana ini Pak Stef? Apakah ada yang salah dengan diri saya? Menurut Pak Stef bagaimana solusinya? Entah mengapa saya merasa sangat rapuh untuk berjuang dalam hal ini berapapun seringnya saya mengakukan dosa dalam sakramen tobat. Terakhir kali saya mengakukan dosa pada masa Adven.
Jika berkenan saya ingin meminta dukungan doa untuk dapat melawan godaan-godaan dosa ketidakkudusan ini. Saya sangat bingung apa yang harus saya lakukan, apalagi kita sedang dalam masa prapaskah, saya merasa tidak layak bahkan untuk datang ke gereja sekalipun. Apakah saya butuh konseling dengan romo/suster/frater?Tolong saya pak Stef.
Hendrik [nama diganti]
Jawaban:
Shalom Hendrik [nama diganti],
Terima kasih atas keterbukaan anda. Yakinlah bahwa kalau anda merasa bahwa ada sesuatu yang salah dalam perbuatan anda, maka ini adalah rahmat Allah dan juga merupakan gerakan Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang memberikan inspirasi kepada manusia agar manusia dapat terus berjalan sesuai dengan ketetapan Allah, yang berarti senantiasa membawa manusia kepada pertobatan. Dari komentar anda, anda telah tahu bahwa kecenderungan untuk melakukan hubungan sesama jenis adalah berdosa dan bertentangan kemurnian. Seseorang yang mempunyai kecenderungan homoseksual belum sampai pada tahap dosa, sama seperti seseorang mempunyai kecenderungan untuk marah. Kalau kemarahan dituruti dan merugikan orang lain dan tatanan yang baik, maka perbuatan marah tersebut menjadi berdosa. Sama seperti kecenderungan homoseksual yang kemudian berkembang menjadi perbuatan, maka itu menjadi suatu perbuatan dosa.
I. Tentang homoseksualitas
Dalam tanya jawab ini – silakan klik – dibahas tentang homoseksual, yang menuliskan:
Katekismus Gereja Katolik mendefinisikan homoseksualitas sebagai berikut:
KGK 2357 Homoseksualitas adalah hubungan antara para pria atau wanita, yang merasa diri tertarik dalam hubungan seksual, semata-mata atau terutama, kepada orang sejenis kelamin. Homoseksualitas muncul dalam berbagai waktu dan kebudayaan dalam bentuk yang sangat bervariasi. Asal-usul psikisnya masih belum jelas sama sekali. Berdasarkan Kitab Suci yang melukiskannya sebagai penyelewengan besarBdk.Kej 19:1-29; Rm 1:24-27; 1 Kor 6:10; 1 Tim 1:10., tradisi Gereja selalu menjelaskan, bahwa “perbuatan homoseksual itu tidak baik” (CDF, Perny. “Persona humana” 8). Perbuatan itu melawan hukum kodrat, karena kelanjutan kehidupan tidak mungkin terjadi waktu persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu kebutuhan benar untuk saling melengkapi secara afektif dan seksual. Bagaimanapun perbuatan itu tidak dapat dibenarkan.
Namun demikian, Gereja juga menyadari bahwa tidak sedikit pria dan wanita yang sedemikian mempunyai kecenderungan homoseksual yang tidak mereka pilih sendiri. Mereka ini harus dilayani dengan hormat, dengan kasih dan bijaksana. Mereka harus diarahkan agar dapat memenuhi kehendak Allah dalam kehidupannya, dengan hidup murni, melalui kebajikan dan pengendalian diri dan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan sakramen, menuju kesempurnaan Kristen (KGK 2358-2359).
Jadi penting dipahami bahwa terdapat dua macam hal yang berbeda yaitu, 1) kecenderungan homoseksual dan 2) menjadi pelaku homoseksual. Kecenderungan ketertarikan terhadap sesama jenis itu belum membuahkan dosa sebelum dinyatakan dalam aktivitas seksual homoseksual. Gereja Katolik menganggap kecenderungan ini sebagai “objective disorder“/ ketidakteraturan yang obyektif, karena menjurus kepada hubungan seksual yang tidak wajar.
Perlu diketahui bahwa, kecenderungan homoseksual di sini menyerupai kecenderungan yang dimiliki untuk kebiasaan buruk lainnya, misal ada orang yang memiliki kecenderungan pemarah, pemabuk, pemalas, dst. Dalam hal ini, kita ketahui:
1. Kecenderungan ini baru akan berbuah menjadi dosa, jika terus dituruti keinginannya, dalam hal ini, adalah jika mereka yang gay/homoseksual terus bergaul dalam lingkungan ‘gay’ dan mempraktekkan kehidupan seksual gaya ‘gay’ ini. Namun, jika tidak, maka kecenderungan tersebut tidak berbuah dosa.
2. Jadi kecenderungan ini benar-benar ada/ nyata, walaupun bukan berarti kita dapat membiarkannya. Contoh, tentu saja kita tidak dapat mengatakan karena seseorang memiliki kecenderungan pemarah, maka ia boleh saja hidup sebagai seorang pemarah. Kita justru harus mengalahkan kecenderungan itu dengan kuasa yang kita terima dari kemenangan salib Kristus, sebab oleh Dia segala belenggu dosa dipatahkan.
Ryan Sorba, dalam talk-nya Framingham State University, tgl 31 Maret 2008, yang memperkenalkan bukunya The Gay Gene Hoax, menjelaskan, bahwa kecenderungan gay bukan merupakan sesuatu yang genetik (seperti yang dipropagandakan beberapa pakar sekarang ini). Karena berdasarkan penelitian yang diadakan di Scandinavia pada bayi-bayi kembar, dapat diketahui bahwa salah satu dari bayi tersebut dapat menjadi gay, namun yang lainnya normal. Seandainya homoseksual itu genetikal tentu kedua bayi itu menjadi gay. Menurut Sorba, perilaku homoseksual banyak dipengaruhi oleh lingkungan, terutama penganiayaan seksual di masa kecil, seperti yang dialami dan diakui sendiri oleh banyak aktivis homoseksual. Hal lain yang cukup berpengaruh adalah kurangnya faktor bapa atau ibu, yang mempengaruhi seseorang di masa kecil (misalnya karena faktor perceraian, dst).
Jadi sebenarnya, orang-orang yang lesbi atau gay sebenarnya dapat menghindari dosa, dengan tidak mengikuti dorongan nafsu seksualnya yang terarah kepada teman sejenis kelamin. Jika mereka hidup mengikuti hawa nafsu tersebut, tentu saja mereka berdosa. Alkitab sangat jelas menjabarkan hal ini. Namun, di dalam Kristus, mereka memiliki harapan untuk dapat mengarahkan hidup mereka ke arah kebenaran. Itulah sebabnya Gereja Katolik tidak menolak para gay dan lesbian, namun tidak membenarkan perbuatan mereka; melainkan mengarahkan mereka untuk hidup sesuai dengan perintah Tuhan untuk menerapkan kemurnian/ chastity. Maka di sini perlu dibedakan akan perbuatan/ dosa homoseksual dan orangnya. Dosa/ praktek homoseksual perlu kita tolak karena merupakan dosa berat yang melanggar kemurnian, namun manusianya tetap harus dihormati dan dikasihi. Walaupun demikian, Gereja tetap memegang bahwa kecenderungan homoseksual adalah menyimpang.(berdasarkan Congregation for the Doctrine of Faith yang dikeluarkan tgl 3 Juni 2003 mengenai, Considerations regarding Proposals to give legal recognition to unions between Homosexual Persons, 4).
II. Tentang tahapan dosa
Dari penjelasan di atas, maka kita melihat bahwa kecenderungan homoseksual yang dituruti menjadi suatu perbuatan dosa dan dapat membawa maut. Namun, yang menjadi masalah, orang sering tahu bahwa hal ini berdosa, tetapi sering tidak dapat melepaskan diri. Hal ini disebabkan, karena dosa tersebut telah menjadi suatu kebiasaan dari jiwa. Dalam artikel tentang pengakuan dosa bagian 1 di sini – silakan klik – dituliskan perkembangan dosa sebagai berikut:
Tahap 1: Pikiran tentang dosa datang dalam pikiran. Ini bukan dosa, tetapi suatu godaan. Pada tahap ini, penolakan terhadap dosa akan menjadi lebih mudah kalau kita membuang jauh-jauh pemikiran tersebut dengan cara mengalihkannya kepada hal-hal lain, seperti: berdoa, atau pemikiran tentang neraka, dll.
Tahap 2: Kalau pikiran dosa (godaan) ini tidak segera dibuang jauh-jauh, maka akan menjadi dosa ringan (venial sin). Ini adalah seperti menguyah-nguyah dosa di dalam pikiran. Sama seperti telur yang dierami, yang pada waktunya akan menetas, maka dosa yang terus dituruti di dalam pikiran, hanya menunggu waktu untuk membuahkan dosa (lih Yak 1:15).
Tahap 3: Tahap ini adalah perkembangan dari pemikiran dosa yang didiamkan atau dinikmati oleh pikiran, kemudian akan membuahkan keinginan untuk berbuat dosa. Di sini bukan hanya pikiran, namun godaan sudah sampai di hati (the will). Yesus mengatakan bahwa orang yang mempunyai keinginan untuk berbuat dosa, sudah berbuat dosa (Mat 5:28).
Tahap 4: Akhirnya dalam tahap ini, seseorang memutuskan untuk berbuat dosa. Pada tahap ini keinginan untuk berbuat dosa sudah menjadi keputusan untuk berbuat dosa namun masih merupakan dosa yang ada di dalam hati. Ini adalah sama seperti seseorang yang ditawarkan suatu jabatan dengan cara korupsi. Dia mempunyai tiga pilihan: menolak, bernegosiasi, atau mengiyakan. Tahap ini keinginan dan pikiran saling mempengaruhi, namun akhirnya membuahkan kemenangan bagi setan, sehingga seseorang memutuskan untuk berbuat dosa.
Tahap 5: Pada saat kesempatan untuk berbuat dosa muncul, maka keputusan untuk berbuat dosa yang ada di dalam hati menjadi suatu tindakan nyata. Setelah keputusan untuk berbuat dosa dalam keinginan menjadi kenyataan, maka jiwa seseorang juga telah jatuh ke dalam dosa. Sama seperti air yang menjadi es dan memerlukan panas untuk mencairkannya, maka seseorang masih tetap dalam kondisi berdosa sampai dia bertobat.
Tahap 6: Perbuatan dosa yang sering diulang akan menjadi kebiasaan berbuat dosa (habit of sin) atau kebiasaan jahat (vice). Dengan pengulangan perbuatan dosa, maka ada suatu tahap kefasihan untuk berbuat jahat dan keinginan hati sudah mempunyai kecenderungan untuk berbuat jahat. Bapa Gereja menghubungkan bahwa tiga kali Yesus membangkitkan orang mati melambangkan Yesus membangkitkan manusia dari dosa di dalam hati, dosa yang dinyatakan dalam perbuatan, dan dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus (Luk 8:49-56) di dalam rumahnya yang melambangkan kebangkitan dari dosa yang masih di dalam hati. Sedangkan kebangkitan anak janda di pintu gerbang (Luk 7:11-16) melambangkan kebangkitan dari dosa yang telah dinyatakan dalam perbuatan. Akhirnya, kebangkitan Lazarus yang telah dikubur (Yoh 11:3-43), melambangkan kebangkitan dari dosa yang sudah menjadi kebiasaan. Untuk membangkitkan Lazarus, Yesus menangis, menyuruh seseorang membuka batu kubur, berseru dengan suara keras, meminta orang untuk membuka kain penutup, dan membiarkan dia pergi. Ini menunjukkan bahwa begitu sulit untuk menghancurkan dan memutuskan ikatan dosa yang sudah menjadi kebiasaan.
Tahap 7: Perbuatan dosa dan kebisaan untuk berbuat dosa akan disusul dengan dosa yang lain. Karena rahmat Tuhan tidak dapat bertahta lagi dalam hati orang ini dan seseorang tidak dapat melawan dosa tanpa rahmat Tuhan, maka orang ini tidak mempunyai kekuatan untuk keluar dari dosa dan malah berbuat dosa yang lain. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun untuk menggambarkan akan kebiasaan berbuat dosa, yang menjadikan Firaun berbuat dosa yang lain secara terus-menerus (Kel 9:12). Rasul Paulus menyatakan bahwa Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas, karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah (Rom 1:28).
Tahap 8: Pada saat kejahatan benar-benar berakar dalam jiwa seseorang, maka seseorang akan melakukan dosa yang benar-benar jahat sampai pada titik membenci Tuhan. Dengan sadar dan segenap hati dia akan melawan dan menghujat Roh Kudus, dimana merupakan dosa yang tidak terampuni (Mrk 3:29).
III. Tentang dosa yang menjadi kebiasaan
Dosa yang menjadi kebiasaan adalah merupakan tahap 6. Untuk dapat lepas dari dosa ini, dosa yang telah menjadi kebiasaan (habitual sin) akan membutuhkan waktu untuk dipatahkan dan membutuhkan rahmat Tuhan. Hanya berkat Tuhan dan kerjasama dari kita, yang dapat mengalahkannya. Alangkah baiknya kalau anda dapat mempunyai pembimbing rohani dan bapa pengakuan yang sama, sehingga dia dapat membantu anda untuk mengatasi masalah ini. Habitual sin ini hanya dapat dikalahkan dengan “virtue” (kebajikan). Karena kebajikan adalah “the habit of the soul to perform good action with easiness and competent“, maka diperlukan suatu latihan untuk mengerjakan kebajikan tersebut secara berulang-ulang, sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan/habit Pada saat yang bersamaan, kita dapat minta kepada Tuhan untuk memberikan kebajikan tertentu – dalam hal ini kebajikan kemurnian – , karena hanya Tuhan yang dapat masuk ke dalam jiwa kita dan memberikan rahmat yang diperlukan untuk mendapatkan kebajikan yang kita minta. Jangan berputus asa, karena sesungguhnya kesadaran akan kesalahan itu berasal dari karya Roh Kudus yang dapat membawa seseorang kepada pertobatan dan kerendahan hati. Yang terpenting, pada saat kita gagal dan kembali pada dosa yang sama, maka secepatnya kita harus datang kepada romo untuk menerima Sakramen Tobat. Dan mulai lagi dari awal, dan jangan berputus asa.
IV. Langkah-langkah praktis untuk mengatasinya:
Kita dapat belajar dari apa yang anda telah jalankan. Retret dapat membantu seseorang untuk menyadari dosa-dosa di dalam dirinya, sehingga dia dapat bekerjasama dengan rahmat Allah untuk bertobat secara sungguh-sungguh. Kekuatan rahmat Allah yang dibarengi dengan niat yang sungguh-sungguh membuat rahmat Allah menjadi berdayaguna. Namun, setelah retret, kita yang hidup dalam pekerjaan sehari-hari harus menghadapi keseharian yang sama, termasuk juga menghadapi godaan-godaan di sekitar kita. Yang menjadi masalah, ketika kita masuk dalam keseharian kita, maka kita menjadi lupa bahwa untuk menolak godaan, kita memerlukan rahmat Allah yang didapat melalui doa dan sakramen.
1. Ikutilah retret.
Kalau memungkinkan cobalah mengikuti retret lagi, sehingga anda dapat kembali mengulang saat-saat indah bersama Allah. Anda dapat juga mengikuti retret yang sama sekali lagi. Dan memang sudah seharusnya, kalau memungkinkan kita dapat mengikuti retret satu tahun sekali.
2. Menerima Sakramen Tobat secara teratur.
Baik anda dapat mengikut retret atau tidak, namun anda harus datang ke Sakramen Tobat. Pada saat menerima Pengakuan Dosa, janganlah kuatir bahwa anda akan jatuh lagi pada dosa yang sama. Yang terutama adalah anda berfokus pada belas kasih Allah dan rahmat Allah, yang dapat membantu anda untuk dapat melawan godaan, sehingga anda tidak jatuh ke dalam dosa yang sama. Kalau ada suara-suara yang mengatakan bahwa percuma anda menerima Sakramen Tobat, karena nanti akan berdosa lagi, buanglah jauh-jauh suara-suara tersebut. Berfokuslah pada belas kasih Allah dan berusahalah untuk tidak jatuh pada dosa yang sama lagi, karena tidak mau menyedihkan hati Allah. Kalau memungkinkan, anda dapat mengaku dosa kepada pastor yang sama, sehingga pastor tersebut tahu secara persis kelemahan anda dan juga perjuangan anda dalam melawan dosa ini. Pastor tersebut juga dapat menjadi pembimbing rohani anda (spiritual director).
3. Bertekunlah dalam Firman Tuhan.
Kita tahu bahwa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2Tim 3:16). Dengan semakin mendalami Firman Tuhan, maka kita akan semakin tahu apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita. Firman Tuhan dapat menegur dan pada saat yang bersamaan dapat memberikan kekuatan kepada kita untuk terus bertumbuh dalam kekudusan. Anda dapat mengikuti bacaan berdasarkan kalendar liturgi Gereja Katolik, seperti dalam buku: ruah, mutiara iman, dll.
4. Bertekunlah dalam doa dan sakramen.
Doa memberikan kekuatan kepada kita, sehingga kita diberikan kemampuan oleh Allah untuk dapat menghadapi godaan-godaan yang terjadi dalam kehidupan kita. Kalau penyembahan yang tertinggi adalah Sakramen Ekaristi, maka sudah seharusnya kita harus menerima Kristus dalam Sakramen ini sesering mungkin. Oleh karena itu, kalau memungkinkan ikutilah misa harian.
5. Cobalah untuk berlatih kebajikan kemurnian.
Latihan ini memerlukan rahmat Tuhan dan ketekunan kita. Ini berarti setiap hari, kita mohon rahmat Tuhan agar diberikan kemurnian. Kemurnian hati ini sangat penting, karena Kristus menekankan bahwa “berbahagialah yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” (Mt. 5:8). Latihan ini juga memerlukan kedisiplinan untuk melakukan pemeriksaan batin setiap hari. Cobalah melihat apakah pada hari ini, ada kebajikan kemurnian yang telah dilanggar, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan?
6. Melawan ketika godaan masih kecil.
Kita harus menyadari bahwa diri kita pada dasarnya adalah lemah. Oleh karena itu, godaan yang dapat kita lawan adalah godaan-godaan yang masih dalam skala yang kecil. Ketika godaan masih kecil, maka akan lebih mudah kita melawannya dan menyingkirkannya. Kalau kita tidak menghentikan godaan ini sedari kecil, maka akan sangat sulit kalau godaan tersebut telah begitu besar.
7. Hindari kesempatan berbuat dosa.
Kadangkala godaan yang kecil sekalipun sulit kita hindari. Jangan pernah sombong dengan kekuatan kehidupan spiritualitas kita. Karena ketika kita sombong akan kehidupan spiritualitas kita, maka pada saat itulah kita lemah. Oleh karena itu, cara paling aman, jauhilah dan larilah dari hal-hal yang membuat kita berdosa. Dalam terapi pasien yang menggunakan obat-obatan maupun pemabuk, salah satu cara adalah menghindari semua hal-hal yang berbau obat-obatan maupun minuman keras, termasuk tempat, kehidupan malam, teman-teman, dll. Jadi, anda yang paling tahu kondisi anda. Amatilah dan renungkanlah, bagaimana anda dapat jatuh lagi? pada kesempatan seperti apa? urutkan kejadiannya, sehingga anda tahu bahwa kalau anda menghindari kejadian tersebut, maka anda tidak terjebak pada dosa yang sama. Sebagai contoh, kalau menggunakan facebook membuat anda terjebak pada teman-teman yang dulu, yang menggoda untuk melakukan dosa yang sama, maka anda harus menghapus account facebook dan mulailah untuk berteman dengan teman-teman yang nyata. Kalau yang membuat anda jatuh adalah aktifitas berinternet, cobalah untuk mengurangi aktifitas ini. Atau, kalaupun anda harus melakukan aktifitas berinternet, jangan melakukannya di kamar tidur, namun lakukan di tempat-tempat yang ada anggota keluarga, saudara maupun teman.
8. Bergabung dalam komunitas.
Komunitas dapat membantu kehidupan spiritualitas seseorang. Dengan berkumpul bersama-sama dengan orang-orang yang mempunyai spiritualitas yang baik, maka spiritualitas kita juga akan terbangun. Anda dapat mengikuti Legio Maria, kelompok devosi kerahiman ilahi, kelompok pendalaman Alkitab, kelompok doa karismatik, doa meditasi, dll.
Demikian, apa yang dapat saya sampaikan. Semoga uraian di atas dapat membantu. Yang terpenting, janganlah berputus ada dan senantiasa memohon belas kasih Allah. Bersyukurlah bahwa Roh Kudus telah mengingatkan anda bahwa anda harus memperbaiki dosa yang telah dilakukan. Dan dengan Roh Kudus yang sama, mintalah kekuatan untuk melawan dosa ketidakmurnian. Biarlah masa prapaskah ini menjadi masa pertobatan dan penuh rahmat. Yakinlah bahwa Tuhan melihat perjuangan anda untuk bertumbuh dalam kekudusan. Anda dapat meminta doa di pojok doa – klik ini, dan tulis PRIBADI, sehingga ujud doa tidak ditampilkan di dalam website. Kita saling mendoakan, agar kita dapat terus berjuang dan bertumbuh dalam kekudusan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
syalom romo…
saya gak tau harus mulai darimana terlebih dahulu,
soalnya saya sendiri bingung dengan keadaan saya sekarang ini,
saya benar2 kehilangan arah hidup saya,
saya merasa, terlalu banyak masalah yang saat ini menimpa diri saya, saya kehilangan pekerjaan, saya di rendahkan oleh keluarga karena saya penyakitan dan pengangguran, dan yang paling menjadi beban saya adalah, saya tidak bisa menentukan saya ini gay atau bukan, semua hal di atas, benar-benar telah menekan saya jauh ke dalam kesendirian, rasa putus asa dan kekosongan.
bahkan saya sampai berkata kepada Tuhan “Tuhan, kalo Tuhan marah sama saya dan ini hukuman buat saya, saya pasrah” dan saat ini level rohani saya, sangat jatuh ke level terendah, bahkan lebih rendah dari tidak percaya pada TUhan..
kembali ke masalah homoseksual,
saya sering terpaku kalau sedang melihat cowok yang kondisi fisiknya jauh lebih baik dari saya, pokoknya kalau saya melihat seseorang yang lebih tampan dari saya, saya pasti tahan berjam-jam untuk menatap dan mengagumi ketampanan cowo tersebut, dan hal ini juga terjadi saat saya melihat sahabat saya, saya gak tau kenapa, saya merasa care banget kepada sahabat saya ini, saya bisa dibilang sayang banget ke dia, saya sangat senang ketika bisa memeluk dia, bahkan hanya sekedar menyentuh dia saja, saya akan merasa sangat senang sekali.
saya akan merasa sangat bahagia dan puas sekali, jika saya bisa menghabiskan hari-hari saya hanya berdua saja dengan dia, misalnya, saat kita berenang, makan di cafe, pergi pelayanan bersama, pokoknya berdua dengannya rasanya luar biasa.
sebaliknya, saya akan merasa cemburu kalo dia menghabiskan waktu dengan cowo lain, saya gak suka kalo dia dekat dengan cowo lain, tapi klo dia dekat ama cewe2 saya gak ada masalah sama sekali.
sekedar informasi, sahabat saya ini memiliki tubuh atletis walau gak jauh beda dengan saya, nah klo saya perhatikan bentuk badannya, saya pasti akan merasa sangat bergairah.
nah yg hal yang buat saya bingung adalah,
ketika saya mengingat-ingat kembali perasaaan dan kebaikan saya yang berlebihan kepada sahabat saya ini, saya akan merasa geli sendiri, ada rasa jijik yang timbul ketika saya mengingat semua hal yang saya terangkan diatas, terkadang saya merasa aneh sendiri kalo mengingat-ingat saat saya meluk dia waktu berkendara, saya akan merasa geli saat saya kasih kado ke dia, saya akan merasa geli klo mengingat-ingat segala kebaikan saya yang saya rasa berlebihan ke dia…
dan saya juga akan merasa geli ketika saya tw kalo orang yang saya hadapi mempunya sifat feminim, apalagi kalo saya tw dia gay, saya akan merasa ya jijik lah kata kasarnya. tapi klo saya ketemu cowo straight yang tampan, saya psti akan merasakan kagum luar biasa…
saya sering merasakan suatu konflik di diri saya, kadang saya mengakui diri saya ini gay, kadang saya juga berusaha menolak kalo saya ini gay, saya ingin sekali merasakan kepastian di diri saya, saya belum bisa menentukan pilihan apakah saya seorang gay atau bukan.
saya ingin lepas dari ini semua, tapi saya juga gak rela melepaskannya..
makanya saya sangat bingung, saya ingin sekali menjadi gay sepenuhnya, tapi di sisi lain, saya sangat benci dengan ke-gay-an saya, saya kadang berpikir, apa saya ini biseksual…?
tapi jujur, saya gak pernah tertarik dengan makhluk yang namanya perempuan,
tapi suatu saat nanti, saya juga ingin punya istri dan anak…
saya gak tw apa yang terjadi dengan diri saya ini…
oh iya pak,
jujur, saya sudah pernah oral seks dengan teman saya (tapi saya gak cinta sama dia, saya cuma melampiaskan hawa nafsu saya saja dengan dia) nah, yg anehnya setelah saya melakukan oral seks dengan dia, rasa jijik juga kembali timbul, tapi sebelum melakukannya, rasa ingin melakukanny itu kuat sekali…
saya ingin sekali lepas dari ketidakpastian ini pak,
saya ingin menjadi pria normal, tapi saya gak bisa,
karena itu tadi, saya tidak bisa merasakan cinta kepada perempuan,
saya pernah melakukan hal ekstrim dengan mencoba membayangkan bentuk tubuh teman perempuan saya yang paling cantik,
tapi hasilnya 0…
maaf kalo bahasa saya di sini terlalu vulgar, tapi bukankan untuk bertobat, kta perlu kejujuran ya pak…?
saya aktif melayani persekutuan pemuda di gerja cabang, bahkan juga di distrik, saya melakukan pelayanan untuk bisa lepas dari dosa homoseksual saya, tapi ya itu tadi, saya gak bisa lepas karena saya gak punya tempat untuk berbagi dan membimbing saya, saya gak berani mengakui ke orang-orang di sekitar saya tentang apa yang terjadi pada diri saya…
intinya,
saya ingin sekali bertobat, dan lepas dari ketidakpastian ini…
jadi saya mohon bimbingannya….
terima kasih..
Tuhan memberkati..
Shalom Aldi,
Saya berempati kepada pergumulan Anda, maka ijinkan saya turut berbagi yang semoga dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi Anda. Tuhan sangat mengasihi Anda, apapun juga keadaan Anda. Di dalam hati setiap orang,Tuhan meletakkan kerinduan untuk melakukan apa yang baik dan menjauhi apa yang tidak, pertama-tama sebenarnya demi kebaikan dan kebahagiaan kita sendiri, karena Dia tahu betul siapa kita luar dan dalam, Dia yang menciptakan kita karena kasihNya. Karena karunia pembaptisan, Roh Kudus-Nya sudah selalu ada di dalam diri kita. Kegelisahan Anda ini sebenarnya panggilan-Nya kepada Anda supaya mengalami hidup yang utuh dan berkelimpahan dan untuk dijalani dengan wajar di segala aspeknya, termasuk dalam aspek kehidupan seksual Anda sebagai seorang pria. Kita bersyukur atas kerinduan Anda untuk kembali kepada martabat Anda yang sejati yang dikaruniakan Tuhan pada Anda.
Tuhan rindu untuk menolong Anda. Adalah sangat perlu mencamkan hal itu dalam diri kita, supaya kita tidak merasa sendirian dalam pergumulan hidup ini. Supaya niat kita diteguhkan, tidak hanya memusatkan perhatian pada kegagalan kita yang kadang terulang lagi dan mengecilkan hati kita, tetapi mengandalkan kekuatan Allah yang selalu mengasihi dan membantu kita, bahkan kadang di luar yang mampu kita pahami. Iman dan kasih kita kepadaNyalah yang akan memampukan kita mengalaminya. Namun kerja sama kita yang tekun dengan Tuhan, misalnya melalui doa, Kitab Suci dan Ekaristi, puasa dan devosi, tekad yang kuat, dan semangat yang sungguh untuk berubah, sangatlah vital supaya rahmat Tuhan itu bisa bekerja. Manusia dengan kecenderungan seksual yang normal (heteroseksual) pun juga mempunyai panggilan yang sama untuk menahan diri tidak mengekspresikan / menyatakan keinginan seksualnya dengan sembarang orang dan di sembarang waktu /tempat, semua itu hanya ditujukan kepada pasangan hidup yang sah di dalam sakramen perkawinan. Jadi hal menahan diri untuk tidak terlibat dalam pergaulan seksual yang bebas mengikuti nafsu pribadi itu bukan hanya tantangan orang-orang berkecenderungan homoseksual. Ini adalah bagian dari salib-salib kecil kita yang harus kita pikul dengan setia sambil mengikuti Yesus. Kita perlu belajar untuk tertib dan disiplin mengendalikan nafsu lahiriah kita, sehingga kitalah yang mengendalikan nafsu, bukan sebaliknya. Latihan menertibkan keinginan daging hendaknya dipelajari terus menerus oleh anak-anak Tuhan, karena itu jalan yang mengantar kita menuju kekudusan.
Jika Anda membaca dengan cermat langkah-langkah yang dituliskan Pak Stef di artikel di atas dan melakukannya dengan segenap hati, saya percaya buah positifnya akan banyak sekali. Saya mohon Anda dapat membacanya lagi dan mencoba menerapkannya sebaik mungkin. Mohon dibaca juga tulisan Ibu Ingrid dalam artikel “Nasihat terhadap Percabulan”. Kekanglah keinginan untuk dekat-dekat secara fisik dan seksual dengan sesama jenis, tidak hanya lewat perbuatan atau kedekatan fisik, tapi juga lewat pikiran, niat, dan hati. Kekuatan pikiran sangat besar pengaruhnya pada sikap dan keputusan kita. Bila sedang bersama sesama jenis, camkanlah selalu dalam diri Anda bahwa sesama jenis adalah karunia Tuhan hanya untuk menjalin persahabatan, bukan relasi seksual. Sedangkan lawan jenis adalah karunia Tuhan untuk juga menjalin relasi seksual di dalam hubungan yang resmi dan murni yang dikuduskan lewat sakramen.
Latihan pengekangan diri yang setia akan memberikan dampak yang nyata. Keinginan kita untuk berubah dan berjuang memang harus kuat. Seperti pepatah mengatakan, jika ada kemauan, pasti ada jalan. Karena kita akan menempuh semua cara yang mungkin supaya tujuan kita untuk hidup kudus dan bahagia seperti yang Tuhan rancang itu dapat tercapai. Apalagi Anda juga dipercaya Tuhan untuk menjadi pelayan persekutuan pemuda di gereja. Tanggung jawab Anda untuk hidup dalam kemurnian rencana Allah semakin besar, karena Anda juga diharapkan saling memberikan teladan kepada rekan-rekan muda di gereja. Datanglah kepada imam untuk mengakukan dosa percabulan yang telah Anda lakukan, dan hiduplah secara baru, karena pengampunan Allah membuat kita bisa mulai lagi dengan semangat dan kekuatan yang baru. Perubahan dan perjuangan Anda memang juga memerlukan proses, bersabarlah kepada diri sendiri, tetapi juga selalulah tegas untuk setia menjauhi semua bentuk godaan yang membawa Anda kembali ke dosa percabulan itu.
Supaya semangat Anda tetap menyala dan bisa maju terus menuju perubahan dan perbaikan, temukanlah seorang konselor atau penasehat rohani, bisa juga seorang biarawan/i atau imam yang Anda percayai yang Anda merasa bisa bercerita dengan leluasa tentang pergumulan Anda. Mohonlah kepada Tuhan untuk menemukan sahabat seperti itu. Mintalah juga selalu dukungan doanya, supaya niat Anda semakin diteguhkan dan tidak menjadi lemah. Kita menjadi lebih kuat dengan dukungan dan doa dari sesama, apalagi sesama yang berusaha hidup kudus dan mencintai Allah. Teriring juga doa kami dalam Kristus Yesus Tuhan kita dan doa Bunda Maria yang setia menemani kita untuk bisa sampai kepada Bapa.
Tambahan dari Ingrid Listiati
Di dalam pergumulan Anda, ambillah waktu untuk memandang salib Kristus dan merenungkannya. “Kristus sudah mengasihiku sedemikian rupa, dengan mau mengorbankan diri-Nya untukku, supaya aku dapat meninggalkan dosa-dosaku, dan mengalami kepenuhan dan kebahagiaan hidup bersama Dia. Masakah aku tega menyia-nyiakan pengorbanan-Nya ini dengan membiarkan diri terus tinggal di dalam dosa dan kesalahanku, dan menolak tawaran-Nya untuk mengalami kepenuhan kasih-Nya itu?”
Rasa “jijik” terhadap diri sendiri setelah melakukan dosa percabulan, sepantasnya mendorong Anda untuk sampai pada pertobatan sejati. Sebab Tuhan tak pernah menginginkan kita merasa jijik terhadap diri kita sendiri. Tuhan menginginkan kita mensyukuri kasih dan rahmat-Nya yang nyata dalam hidup dan diri kita, sehingga kita dapat menyadari bahwa “aku diciptakan Tuhan dengan baik adanya, dan Ia mengasihi aku”. Kesadaran bahwa Tuhan menciptakan kita baik adanya, akan mendorong kita untuk mempertahankan kebaikan yang ada pada diri kita, dan menghindarinya dari kecemaran dosa yang dapat mengaburkan kebaikan itu.
Semoga Tuhan terus memberikan rahmat kekuatan kepada Anda, dan keteguhan untuk meninggalkan keterikatan terhadap penyimpangan seksual.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Triastuti dan Ingrid Listiati – katolisitas.org
Dear Admin,
Saya adlh seorang gay, yang telah menyadari kecenderungan ini sejak saya masih smp. Namun sy telah berusaha berperang melawan kecenderungan ini sejak saat itu. Sekarang saya cukup berumur, dan desakan keluarga untuk memaksa sy menikah cukup besar.
Seperti saudara Susilo dan saran2 Anda, sy selalu berusaha untuk aktif dalam berbagai kegiatan rohani, retret dan rekoleksi. Sy telah melalui tahun2 penuh perjuangan yg berat dalam usaha sy untuk sembuh lewat doa, puasa, pelayanan dan relasi dgn Tuhan, bahkan mencoba menjalin relasi dgn lawan jenis sy, namun semuanya terasa kosong dan sy pun mengakhiri hubungan2 tersebut. Dan pada akhirnya, entah sebagai buah dr segala yg sy lakukan, sy mendapatkan kerinduan dan panggilan untuk melayani Tuhan secara utuh menjadi imam.
Saya bahkan sudah menghubungi beberapa pastur yang dengan sukacita menyambut sy pada awalnya….
namun takdir berkata lain,
ketika mereka mengetahui latar belakang seksual sy yg dengan jujur akhirnya kunyatakan, mereka serta merta menolak saya dengan mangacu pada dokumen kepausan “RESCRIPTUM EX AUDIENTIA” dimana semua yg mempunyai kecenderungan homoseksual dilarang menjadi pelayan Allah.
terus terang sy menjadi dilema setelah itu…
bagaimanakah posisi kami sbg kaum yg memiliki “kecenderungan” di mata Gereja sebagai tubuh Kristus yg datang untuk menyelamatkan orang2 yg “sakit”?
ketika kami menjalani hidup monogami dalam hubungan homoseksual,
Gereja mengutuk hubungan kami…
ketika kami menjalani hidup pernikahan dgn lawan jenis,
kami menjadi sang “munafik” dan harus hidup tersiksa dgn terus berpura2…
ketika kami rindu untuk memberi hidup kami sbg imam bagi umatNya,
kerinduan kami ditolak tanpa toleransi…
ketika kami pada akhirnya menjadi single for God,
kami harus hidup dgn rasa malu dan kesepian…
apakah syarat menjadi seorang imam bahwa dia harus memiliki birahi kepada lawan jenisnya?
sy sangat sedih dgn gereja kita…
Apakah Gereja lebih memilih seorang pembunuh dan penganiaya umat seperti Santo dan Rasul Paulus untuk menjadi imam daripada seorang homoseksual yg telah berusaha dgn segenap hatinya hidup kudus dan jujur dan merindukan pelayanan sbg seorg imam?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Bram (nama samaran)
Salam Bram,
Bagaimana sikap Gereja terhadap para pria dan wanita yang memiliki kecenderungan homoseksual? Di satu pihak Gereja Katolik tidak membenarkan kegiatan homoseks, tetapi di lain pihak juga tidak membenarkan perlakuan diskriminatif atau menyingkirkan mereka dari hidup bersama dalam masyarakat.
Untuk imamat, Bunda Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik dengan penuh kasih juga menyatakan secara tegas bahwa imamat tidak bisa diberikan kepada perempuan, bukan pula untuk orang yang memiliki orientasi seksual homo, bukan pula untuk lelaki biseksual yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dituntut untuk imamat itu. Dalam hal ini dengan rendah hati kita menyatakan ketaatan iman. Tentu Anda bisa bahkan wajib melayani Tuhan Yesus Kristus dalam berbagai bidang sebagai awam, dengan tetap berusaha hidup kudus dan menerima sakramen-sakramen khususnya Sakramen Tobat dan Ekaristi.
Orientasi atau dorongan atau kecenderungan homoseksual memang bukan perilaku yang menyerang orang lain sebelum terbukti terjadi, namun homoseksualitas ini menurut pengalaman akan menimbulkan masalah dalam diri si penderita homoseksualitas itu sendiri. Tindakan homoseksual disebut “secara intrinsik buruk” (seri dokumen Gerejawi no 69 “Homoseksualitas”, depdokpen KWI, 2005, # 3), hal yang sama ditegaskan juga KGK # 2357-2359. Meskipun kecenderungan khusus orang homoseksual bukanlah dosa, namun hal ini tetap merupakan kecondongan kuat menuju ke keburukan moral intrinsik, dan dengan demikian kecenderungan itu sendiri merupakan suatu keburukan objektif. Ajaran Gereja ini merupakan sikap konsisten Kitab Suci sejak Perjanjian lama sampai Perjanjian Baru terhadap para homoseksual. Lihatlah pada kisah penciptaan dalam Kej 1, kejatuhan manusia dalam dosa pada Kej 3, dan kemerosotan manusia yang dicatat dalam Kej 19: 1-11. Lihatlah Imamat 18:22 dan 20:3 bagaimana bangsa terpilih memperlakukan kaum homoseksual. Sikap ini dilanjutkan dalam 1 Kor 6:9; Rom 1:18-32; 1 Tim 1 nasehat mengenai ajaran sesat khususnya ayat 10.
Sikap Gereja itu justru menolong Anda untuk menyelamatkan atau menghindarkan Anda dari kesulitan lebih lanjut karena kecenderungan Anda ini.
Gereja meminta kaum homoseksual yang mau mengikuti Tuhan, agar dengan rendah hati menggabungkan penderitaan mereka dengan misteri korban salib Yesus Kristus. “Umat Kristen yang homoseksual dipanggil, sama seperti kita semua, untuk hidup murni” (ibid. # 12). Kaum homoseksual tetaplah ciptaan Allah, citra Allah, ahli waris hidup abadi. Agar dapat sampai kepada hidup bahagia yang abadi itulah justru Gereja menetapkan ketegasannya dalam hal ini.
Menurut pengalaman, sulitlah bagi seorang pria homoseksual untuk hidup dalam komunitas seminari maupun biara. Dari dalam dirinya sendiri, kesulitan itu muncul terus menerus dan mengganggu. Kesulitan intrinsik ini akan makin mengguncang tatkala menimbulkan kesulitan bagi rekan sekomunitas. Gereja dengan lembut namun tegas mengarahkan Anda ke hidup murni namun tidak di seminari atau biara. Berkonsultasilah dengan beberapa imam paroki atau komunitas yang Anda percayai dan bisa dipercaya, untuk membantu Anda menjadi pelayan Tuhan sebagai awam yang baik. Ada beberapa awam homoseksual yang suci dan bersemangat melayani Tuhan dan bersukacita. Justru jika mereka masuk seminari, saya yakin suasana hati mereka tentu tidak bahagia seperti sekarang. Semoga membantu.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Salam sahabat ku Bram
Aku rasa penjelasan Romo Yohanes Dwi Harsanto sudah jelas akan semuanya itu. ijinkan aku berbagi apa yang dapat aku bagikan, pada dasarnya Tuhan tidak melarang semua umat/anak2-Nya melayani, akan tetapi janganlah kita melayani Tuhan hanya sekedar dari pelarian atau malah menjadi batu sandungan utk semua.
Sewaktu saya masih kecil (remaja, smp) saya giat melayani sebuah gereja protestan (saat itu Bethany successful family) karena saat itu saya adalah seorang yang beragama Kristen Protestan. didalam pelayanan tersebut saya adalah pemain keyboard . satu saat kami retreat, entah gimana aku sekamar dengan para team, nah diantara team itu (dia adalah signger) ada yang (maaf) sakit atau berprilaku homoseksual, pada saat kami tidur malam entah gimana terjadilah yang tidak diinginkan di mana aku adalah seorang yang hetero dan tidak mengerti akan hal tersebut, karena dgn alasan semua itu adalah didasari kasih syg. tapi aku tau bahwa itu salah dan bertolak belakang dengan kasih Kristus yang abadi. saat itu aku melaporkan kejadian tersebut kepada gembala dan kami disidang, ia dikeluarkan dari team bahkan jemaat. terkadang aku juga kasihan melihat dia akan tetapi aku sadar bahwa gelap tidaklah bisa bersatu dengan terang, di mana hal tersebut adalah kekejian buat Allah, akhirnya pada satu saat aku tau bahwa orang tersebut sedang dilayani dan dilayani dan akhirnya dia melayani Tuhan kembali sebagai seorang singer, akan tetapi dia terjatuh lagi malah dengan anak seorang jemaat dan gegerlah gereja tersebut.
Kesimpulan dari saya sebenernya bukan ga boleh, akan tetapi ditakutkan bahwa hal tersebut akan dan bakal terjadi lagi dan malah merusak semua yang baik. pertobatan manusia dan kuatnya kita melawan kedagingan hanya diri kita dan Tuhan yang tau. kita merasa kuat tapi ingat roh kita lemah. bila kita tidak disokong dengan perisai dan pagar Allah maka tidak menutup kemungkinan kita bisa jatuh lagi.
Sekarang saya adalah seorang pelayan Tuhan yang melayani kecenderungan hal tersebut, sejak menjadi seorang Khatolik saya akhirnya mengerti dan sejak belajar keimanan dan belajar menjadi seorang hambaNya, aku baru tahu bahwa, kita diminta kudus dalam hal melayani Tuhan, kudus pikiran, hati dan perbuatan. Karena Tuhan tidak mau kita kotor di hadapanNya dalam melayani.
Sebenarnya kami tidak melarang seorang yang berkecenderungan atau seorang homoseks yang bertobat utk melayani, akan tetapi, sekali lagi, kuatkah kita menahan godaan dan nafsu? Kita dapat berkata “IYA” tapi banyak yang jatuh bangun dalam hal tersebut saudaraku, Imam, Pendeta dan para Hamba Allah pun bisa terjerat masalah tersebut bila tidak menjaga diri dan tidak mempunyai pelindung yang sejati, yaitu Roh Kudus. aku tanya, siapakah diantara kita yang suci??? Adakah? Tentunya tidak ada. akan tetapi kita mau belajar utk menuju ke arah sana utk menjadi kudus di hadapan Tuhan karena Tuhan itu suci dan kudus. jadi hendaknya kita coba melihat diri kita? Layak kah kita melayani Tuhan? bersih kah kita? jangan sampai pelayanan kita menjadi batu sandungan dan kita malah menjadi biang malapetaka dalam pelayanan kita nantinya. Saya pernah melayani beberapa orang anak panti asuhan dari sebuah panti di salah satu daerah di Jawa Barat dan tidak perlu kusabut namanya. Banyak dari mereka bercerita tentang hal tersebut. Mereka malah jadi korban para pembina mereka, padahal si pembina adalah orang yang melayani Tuhan. Jadi…. apakah kita malah harus merusak orang yang tidak berdosa di dalam pelayanan kita? Kita berbicara kasih Kristus akan tetapi kasih yang salah. Sehingga seorang yang tidak mengetahui dalam mengenai apa itu kasih yang sebenarnya bisa terjerat dalam hal ini, terutama anak2 dan pemuda.
Jangan lah panaskan hatimu, bukan gereja menolak para homoseks yang bertobat utk melayani, akan tetapi, janganlah sampai kita jatuh kembali dan membawa orang yang tidak bersalah masuk ke dalam dunia kita dan menjadi korban kita sendiri, semua itu cukuplah kita.
Kecenderungan homoseks dapat diobati dengan cara kasih yang murni, Kasih Bapa mengalahkan semua, dan ingat… doa tanpa niat kita melawan dan melepas kedagingan kita adalah sia2. Berjuta orang mendoakan kita tapi kita tidak mau berusaha melawan kedagingan kita itu maka hambarlah doa itu, yang Tuhan lihat adalah keseriusan kita dalam melawan kedagingan kita dan melepaskannya? Bisa? Tentu tidak kalo kita pake kekuatan diri sendiri. Pakailah kekuatan Allah dengan mengundang Roh Kudus utk membantu kita dan mintalah para pendoa utk mendoakan ktia setiap saat diiringi dengan niat yang kuat utk melepaskan kedagingan kita itu
Kenapa orang bisa jatuh bangun? Karena dia membiarkan dirinya lemah dan selalu berkata “aku ga sanggup, aku ga kuat” maka terjadilah sesuai dengan perkataan kita, dan kita selalu membuka celah dengan cara atau berkata “yahh aku emang sudah tidak berbuat dengan orang, akan tetapi utk melampiaskannya aku hanya berpikir sendiri dalam hayalan dan melakukannya sendiri” walaupun tidak dengan orang lain, kita tetap sudah membuka celah utk roh kedagingan itu utk masuk kembali ke dalam diri kita dan bersemayam di dalamnya.
Buang jauh2 kepikiran itu, dan tolak, sewaktu pikiran dan gambaran visual itu datang langsung tolak dan langsung pikirkan Yesus sedang melihat dirimu, Dia berdiri di depanmu. Jangan ijinkan kepikiran itu bersemayam walau sejenak, karena dengan pikiran itu yang selalu menghantui, kita dapat melakukannya kembali perbuatan tersebut
Dan utk kata2 sahabat ku Bram bahwa seorang Imam harus mempunyai birahi dengan lawan jenis juga bukan itu masalahnya saudara ku. Seorang imam diharuskan menghilangkan semua kemauan duniawi, kedagingan dan lain2 yang tidak diijinkan oleh Allah, bisa? Ya harus bisa karena ada pengikatan sumpah dalam hal tersebut. Trus mereka bisa jatuh dalam doa? Yang pasti kalo tidak kuat ya bisa, karena seorang imam juga adalah manusia sama seperti kita orang awam yang mempunyai nafsu dan pemikiran. Oleh sebab itu kami dilatih utk selalu membuang jauh2 perasaan tersebut saudaraku dengan tidak henti2nya berdoa bahkan berpuasa supaya Roh Kudus selalu memberi kekuatan.
Seorang yang sakit membutuhkan tabib, oleh sebab itu, para kecenderungan kelainan seks tersebut haruslah dilayani dengan baik, bijak dan dengan kasih, sampai kapan? Sampai dia sembuh dan bukan hanya sampai sembuh tapi selamanya (bisa didoakan orang tua, saudara seiman, keluarga dll), karena penyakit itu bisa kambuh lagi, dan sewaktu kambuh akan lebih parah dari sebelumnya.
Homoseks bukanlah turunan bukan bawaan namun kelainan otak bawah sadar yang membuat seseorang keluar dari kodratnya karena satu dan lain hal, karena kecendrungan menyukai sesama jenis itu sudah ada di dalam diri setiap orang yang lahir, tinggal nantinya dia mau ke arah mana yang lebih kuat? Hetero atau apa.
Hal tersebut disebabkan banyak hal, oleh sebab itu cari dulu akar permasalahannya di mana, patahkan/putuskan akar tersebut supaya dia tidak bertunas kembali dan kita dapat mematikan pohonnya. Bila Tuhan campur tangan, tidak lah mustahil saudara ku dapat sembuh total dan melayani dengan cara memberi kesaksian kesaksian dan membagi ilmu dengan yang sakit, dan dapat mengobatinya dengan kasih Allah, sahabatku tidaklah harus menjadi Imam, dengan cara membagi pengalaman saja saudara ku sudah melayani Tuhan namanya, artinya saudara dapat membawa orang kepada kesembuhan ILahi, kesembuhan yang sempurna.
Jadi menurutku, berkeluargalah supaya ada orang yang selalu menopang, mendoakan dan memagari pelayananmu. Karenaaaa….. banyak pelayan dalam hal keterikatan hal ini malah jatuh ke dalam dosa, malah dianya sendiri yang harus dilayani, karena apa? Karena roh tersebut menyerang dia dan dia tidak ada pagar yang kuat dalam pelayanan. Jangan anggap enteng pelayanan kelepasan dari kedagingan.
Sekali lagi sahabatku, bukan tidak boleh, karena kecenderungan utk bisa balik kepada penyakit lama lah yang ditakutkan, mengingat sudah banyak hal tersebut terjadi, bila dibandingkan dengan membunuh memang dosa, karena mengambil nyawa mahluk ciptaan Tuhan, karena ada tertulis nyawa kita adalah milikNya jadi tidak ada yang boleh mengganggu gugat hal tersebut.
Akan tetapi homoseks adalah hal yang menyalahi kodrat, di mana dosa sodom dan gomorah itu dibumihanguskan oleh Allah tanpa terkecuali, siapa bilang homoseks tidak berdosa? Semua itu adalah kekejian di mata Allah, awas jangan membuka celah dosa sekecil apapun. Ingat dosa pikiran, kita menyukai sesama jenis sah sah aja, tapi memikirkannya melebihi batas ambang dan memacu hasrat nafsu birahi kita nahhh itu udah dosa pikiran, “wahh klo orang itu sama aku bisa ku peluk cium dan ya ya ya sama aku enak kali ya wahhhh jadi nep nihhhh” hahaha itu udah dosa pikiran jeeekkkkkkk.
Walaupun kita tidak dan belum berbuat dgn orang tersebut namun pemikiran kita telah dihantui oleh rasa yang membuat syahwat kita terbangun atau pada akhirnya bila tidak kuat kita melakukan halo halo bandung di kamar mandi, melakukan masturbasi/onani (ingat cerita onan dalam Kitab kejadian 38)!!
Seks diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan yang baik dan untuk dinikmati oleh sepasang suami istri (Kejadian 1:27,31 dan Kejadian 2:24).
Jadi sebenarnya bukan masturbasi itu sendiri yang menyebabkan dosa [dari katolisitas: secara intrisik, masturbasi adalah dosa], tetapi mengapa seseorang melakukannya:
Jika seseorang melakukannya karena nafsu birahi yang dibangkitkan dari orang lain yang bukan istri (atau suaminya), melalui gambar-gambar maupun hanya imajinasi, menurut Matius 5:28, ini merupakan perbuatan dosa
Sekali lagi Tuhan tidak menginginkan kita hangat2 kuku, mau bertobat, mau tidak ya tidak usah sama sekali. Bertobatlah total. Pengajaran langsung dari Yesus sendiri: “jika ada orang yang memandang perempuan dengan pikiran penuh hawa nafsu, orang itu sudah berbuat zina dengan perempuan itu dalam pikirannya” Matius 5:28 (sama aja dengan memikirkan laki2 jekkk :) hehehe)
Tuhan itu kudus, oleh sebab itu layani Tuhan dalam kekudusan, cek diri kita, layakkah kita menerima Tubuh dan Darah Yesus?? Jangan sampai berkat menjadi kutuk karena kita tidak melayakkan diri di mata Tuhan
semoga obrolan ini ada manfaatnya bagi kita semua.
Salam Sahabatku Bram
Tuhan beserta mu
Baik sekali ulasan dari Romo Yohanes dan Pendidik pembidik, di mana aku sekarang baru tahu bahwa onani itu dosa. Jadi bukan onani aja yang berdosa, bila aku berpikir negatif pun pasti sudah menjadi dosa.
Terima kasih Katolisitas, terima kasih para Admin yang sudah setia memberikan pencerahan serta terima kasih kepada sahabat Katolisitas juga yang sudah banyak memberi masukan.
Aku juga pernah menjadi seorang korban yang sama dengan cerita dari pendidik pembidik. Hal itu terjadi sewaktu aku tinggal di salah satu boarding house sebuah Gereja dan tidak harus kusebutkan tepatnya. Akan tetapi, memang benar, sayang sekali bila ada seorang pelayan Tuhan yang merusak anak yang tidak berdosa. Saat itu terjadi aku mengundurkan diri dari sana dan bercerita dengan orang tua ku sehingga mereka bisa mengambil jalan keluarnya, akan tetapi kasihan juga dengan semua sahabatku yang pernah menjadi korban juga.
Semoga kita bisa lebih menjadi bersih di hadapan Tuhan
Sekali lagi terima kasih Katolisitas
Salam Kristus
Daniel
Bro Bram,
Sya juga mengalami pergumulan yang sama seperti yang anda alami. Tegar dan jangan menyerah ya, saya mengerti sekali, menghadapi permasalahan unwanted homosexuality itu sulit sekali. Majulan terus jangan menyerah kepada keadaan seberapa berat keadaan itu. Tuhan memberkati
romo adik suami saya adalah lesbi dan mereka tinggal bersama di rumah orang tuanya, perilaku tersbt didukung oleh ibunya seluruh orang semua sdh tahu perilaku tsb,tapi krn masih memandang ibunya maka orang-orang sekeliling & gerejapun sungkan,jika pergi ke gereja mereka berdua dan ibunya memperlihatkan spt keluarga bahagia. Yang saya mau tanyakan apakah gereja bisa menegur tindakan demikian di dalam gereja? Apakah mereka dalam menerima perjamuan kudus tidak dilarang?
Salam Fani,
Bagi mereka yang mengalami ketertarikan kepada sesama jenis, Gereja menyatakan:”Kaum homoseksual dipanggil untuk hidup murni menahan nafsu. Dengan kemampuan untuk mampu mengendalikan diri sendiri yang mengajarkan mereka kebebasan dalam diri mereka sendiri, dengan kadang-kadang didukung oleh persahabatan yang tanpa pamrih, oleh doa dan karunia ilahi, mereka bisa dan seharusnya secara bertahap dan pasti mendekati menjadi sebagai seorang Kristiani yang sempurna” (Statement by the Catholic bishops of CA dalam WorldNetDaily, May 22, 2008)
Hubungan seksual dengan pasangan yang sejenis, menyalahi kehendak Allah, karena:
1. Yang dikehendaki Allah “menjadi satu daging” adalah laki-laki dan perempuan,
2. Hubungan seksual dengan sesama jenis adalah suatu penyimpangan dari hukum alam dan penuh dosa (Katekismus Gereja Katolik 2357): “Tindak-tanduk homoseksual bertentangan dengan hukum alam. Tindakan-tindakan ini menutup unsur pemberian kehidupan dalam perilaku seksual. Mereka tidak berasal dari sebuah tindakan saling mengisi secara seksual dan secara penuh kesih sayang yang tulus. Di dalam situasi apapun tindakan-tindakan ini tidak bisa disahkan.”
Maka hubungan seksual yang dilakukan dengan sesama jenis membuat mereka tidak pantas menyambut Komuni Kudus, tentu perlu ditegur oleh Gereja. Tapi harus diingat bahwa Gereja itu adalah semua umat beriman kepada Allah dalam Kristus. Itu artinya semua orang Katolik, termasuk anda, yang mengetahui pelanggaran itu, mempunyai kewajiban menegur atau mengingatkan dia. Jangan berpikir bahwa Gereja hanya pastor paroki saja.
Dalam menegur atau mengingatkan mereka yang mempunyai hubungan sesama jenis ini prinsip menghormati mereka sebagai pribadi dan tetap menerimanya sebagai saudara tidak boleh dilupakan. Jadi peringatan atau teguran itu harus dilakukan dengan sikap bersaudara dan bertujuan demi kebaikan mereka, dan kebaikan hidup keluarga.
In amore Sacrae Familiae
Agung P. MSF
Hendrik, saya kagum dengan kemauan kuat untuk terbebas dari kecenderungan homo seksual.
Hal itu tidak mudah, atau bahka tidak mungkin. Ini juga saya alami.
Kalau saya melihatnya sebagai salib yang harus saya pikul dan salib ini akan memurnikan dan mengembangkan iman saya.
Shalom Ancol dan Hendrik,
Dari yang saya ketahui baik dari buku maupun dari sharing pengalaman hidup orang- orang yang bergumul dengan kecenderungan homoseksual, maka kemungkinan memang benar bahwa orang- orang yang sedemikian memang harus bergumul terus untuk mengendalikan kecenderungan tersebut, agar tidak menghantar mereka kepada dosa. Hal ini hampir menyerupai orang yang mempunyai kecenderungan/ ketagihan akan obat- obatan, rokok atau minuman keras, atau dengan keterikatan dengan hal lainnya seperti kecenderungan marah, tidak sabar, malas, dst. Kecenderungan ini memang dapat saja tetap ada, namun jika kita melihatnya dengan kacamata positif, kita dapat menganggapnya sebagai kesempatan bagi kita untuk berjuang bertumbuh di dalam kekudusan. Sebab perjuangan untuk hidup kudus itu selalu melibatkan perjuangan kita untuk “mati terhadap dosa dan untuk hidup bagi Allah dalam Kristus” (Rom 6:11). Dan setiap orang mempunyai kesulitannya (‘salibnya’) sendiri- sendiri untuk ‘mati terhadap dosa’. Namun di dalam Kristus dan oleh karena rahmat-Nya, tidak ada yang mustahil, sebab kita percaya akan Sabda-Nya:
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saudaraku Hendrik, kami mendoakan anda dan teman-teman anda dengan kondisi serupa dengan anda. Berjuanglah dan bertarunglah untuk melawannya, karena iblis selalu berusaha untuk mempengaruhi otak seseorang untuk menghinakan Tuhan, baik melalui tubuh, pikiran, perkataan kita. Ayo semangat, jangan menyerah !
Dear Admin
Saya seorang lelaki gay, sepertinya semenjak saya ingat bahwa saya ada didunia ini saya sudah merasakan ketidak normalan saya.
Saat ini saya berusia 46 thn dan sudah berkeluarga serta memiliki seorang putri berusia 13 thn.
Istri saya juga tahu kalau saya mempunyai kelainan sexual. Tetapi dia berusaha untuk tetap tegar menghadapi saya yang memang kadang kambuh. berikut pemaparan saya:
Semenjak kecil memang saya merasa ada kelainan pada diri saya.
saua suka bergaul dengan anak perempuan dan suka mengenakan apa yang dikenakan oleh perempuan. segala permainan juga perampuan.
Saya bertumbuh sebangai mana seorang pria yang tegap , atletis, ( orang bilang saya Ganteng ) dan banyak gadis yang jatuh hati kepada saya. namun saya tetap tertarik sesama jenis.
Saya di baptis pada unur 19 tahun sebelumnya non Katolik, didalam kehidupan menggereja saya sangat aktif, pada masa itu, Ketua MUDIKA, mengikuti Rekoleksi dan Retret. kelompok Koor, pemazmur, Lekor, bahkan melatih Koor.
Sampai saat ini disamping kegiatan tersebut saya lebih aktif lagi di bidang pembinaan OMK, Bahkan mengisi siaran Radio untuk acara Pencerahan Iman Katolik, bahkan doa saya dikabulkan oleh Yesus untuk menjadi pemimpin Doa Lingkungan ( Kring ) Intinya seperti itu, namun yang menjadi pergumulan saya adalah:
1. Semenjak remaja sampai sekarang saya sudah tak terhitung melakukan masturbasi juga hubungan homoseksual dengan berganti ganti pasangan walaupun kadang pasangan sama jenis saya iklas adajuga yang saya paksakan sehingga pasangan saya pasrah. saat ini saya memiliki pasangan sejenis ( dia orang NORMAL ) yang sangat memahami kelainan saya sehingga kapanpun saya mau dia siap mengikuti keinginanku.
2. Mengenai mengaku dosa saya ada beberapa kali untuk ngaku dosa, pada saat itu memang sepertinya menerima kenyataan dan ada keriduan untuk hidup suci, namun lagilagi perasaan itu datang dan ada kesempatan untuk melakukan, semakin ingin meninggal kan perasaan itu semakin gundah dan tersiksa.
3. Saya pernah berdoa Rosario 2 periode ( 2 x 9 hari ) mohon bimbingan kepada Bunda Maria 1x doa kerahiman Kepada Hati Kudus Yesus( kok malah saya mendapatkan orang yang memahami saya ) sebelumya tidak ada orang yang saya cintai mau mengerti tentang saya, untuk kali ini dia sangan memahami sehingga saya merasa nyaman. ( hubungan keluarga saya baik baik saja karena tidak mengetahui perbuatan saya. Apakah ini jawaban dari doa saya. dia adalah teman lama dan saya memang tertarik padanya ttp saya berpikir hal ini tidak mungkin terjadi sehingga saya berusaha mengubur harapan saya. setelah beberapa hari setelah berdoa noven tersebut dia main kerumah itulah awal jalinan saya.
yang ingin saya curahkan dari dalam hati adalah:
1. Bagaimana dengan pelayanan saya apakah membawa rahmat buat orang lain sementara yang memberi pelayanan seorang yang berdosa berat. ( saya tetap menerima komuni )
2. apakah yang saya anggap jawaban dari doa novena tersebut betul betul merupakan jawaban atas doa saya.
3. Tidak bisakah perbuatan dosa saya, saya tebus dengan pelayanan yang begitu banyak, karena hampir setiap malam saya melakukan pelayanan dengan berbagai jenis kegiatan, apalagi kalau minggu sampai hampir full time untuk pelayanan. Dengan harapan Tuhan mengampuni dosa saya.
Mohon pencerahan apa yang harus saya lakukan, haruskah tetap melakukan pelayanan bgaimana tanggungjawab secara moral. sekali lagi saya sangat kesulitan untuk lepas dari kalainan ini.
Saya juga telah membaca permasalahan saudara saudara kita yang mengeluhkan hal ini nan penjelasan dari admin yang begitu jelas dan panjang lebar
Terima kasih
Best Regard
Susilo (nama samaran)
Shalom Susilo,
Pertama- tama mohon maaf atas keterlambatan jawaban kami.
Kami menyadari bahwa mungkin sulit bagi anda untuk keluar dari keterikatan kecenderungan homoseksual ini, namun kami tetap percaya bahwa tiada yang mustahil bagi Tuhan (lih. Mrk 9:23; Luk 1:37). Sejujurnya, membaca penuturan anda, saya menangkap bahwa andapun sebenarnya ingin untuk lepas dari kecenderungan yang tidak sehat ini. Untuk itu, bersyukurlah, sebab kejujuran hati untuk melihat keselahan dan dosa yang kita lakukan, itu selalu terjadi berkat dorongan Roh Kudus. Sebab memang tugas Roh Kudus adalah untuk “menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman” (Yoh 16:8).
Nah, jika Roh Kudus sudah menyatakan kepada anda tentang dosa/ kesalahan anda, maka selanjutnya adalah, apakah anda mau bekerjasama dengan rahmat Allah untuk meninggalkan dosa, atau tidak. Ini membutuhkan kemauan yang keras dari diri anda sendiri, didorong atas kasih anda kepada Tuhan. Di sinilah anda diuji oleh Tuhan, manakah yang lebih besar/penting bagi anda: kasih anda kepada diri sendiri sehingga anda mengutamakan kehendak sendiri, ataukah kasih kepada Tuhan, sehingga anda mau mengikuti kehendak-Nya?
Sekarang silakan anda teliti ke dalam batin anda, apakah anda sekarang sedang hidup dalam keadaan dosa berat atau tidak, sehubungan dengan layak atau tidaknya anda untuk menerima Komuni kudus. Pengertian akan dosa berat dan ringan, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Katekismus mengajarkan:
1. Jadi sesungguhnya, jika anda sedang dalam keadaan berdosa berat, terutama karena anda telah mengetahui bahwa tindakan anda yang mengikuti kecenderungan homoseksual itu keliru, namun anda tetap melakukannya, maka anda tidak dapat menyambut Komuni. Anda perlu mengaku dosa terlebih dahulu di hadapan imam dalam sakramen Pengakuan Dosa sebelum dapat menyambut Komuni kudus.
Jika anda tidak melakukan hal ini, maka cepat atau lambat, maka pengaruh dosa ini akan ‘melukai’ juga umat yang anda layani. Jika sampai mereka mengetahui bahwa perbuatan anda tidak selaras dengan perkataan anda; atau anda tidak hidup sesuai dengan iman Katolik yang anda wartakan, maka itu akan menjadi batu sandungan bagi umat. Dalam keadaan ini bukan rahmat yang anda salurkan tetapi malah skandal. Saya percaya, bukan itu yang menjadi kehendak hati nurani anda.
2. Nampaknya anda terlalu tergesa- gesa untuk menganggap bahwa bertemunya anda dengan teman lama anda itu merupakan jawaban doa anda; sehingga seolah anda dapat mengikuti kata hati anda untuk menjalin hubungan istimewa dengan dia. Mungkin anda perlu melihat ini dari kacamata yang berbeda. Adakalanya orang harus mengalami kejatuhan yang sungguh, sebelum ia dapat mempunyai kebulatan tekad untuk benar- benar bangkit, atau dalam istilah bahasa Inggrisnya, “learn the hard way“. Maka bisa jadi, Tuhan mengijinkan anda bertemu dengan teman lama ini, agar anda benar- benar dapat ‘terbangun dari tidur’, agar tidak terlena dalam perbuatan yang tidak berkenan bagi Tuhan ini. Apalagi anda katakan teman anda itu ‘normal’, sehingga sudah saatnya, atas dasar kasih anda yang tulus kepadanya, anda membiarkan ia menjalani kehidupannya sebagai seorang laki- laki yang normal.
Saya percaya, semakin anda membaca dan merenungkan Kitab Suci, anda akan semakin mengetahui bahwa tindakan seksual sesama jenis itu merupakan perbuatan yang tidak berkenan di mata Tuhan (lih. Gal 5:19-20; Rom 1:24-27); dan mereka yang melakukannya tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Saya percaya, anda pasti ingin sampai pada Kerjaan Surga. Oleh karena itu mohonlah kekuatan dari Tuhan Yesus untuk membantu anda mencapainya dengan memampukan anda melepaskan diri dari keterikatan dosa homoseksual ini.
3. Dosa tidak dapat ‘ditebus’ dengan dosa juga, namun oleh kasih yang tulus/ ‘agape‘ yang melibatkan pengorbanan. Itulah yang ditunjukkan kepada kita di dalam pengorbanan Kristus di kayu salib. Oleh kasih-Nya yang tak berbatas, Yesus menyerahkan Diri-Nya melalui wafat-Nya di kayu salib, untuk menebus dosa- dosa kita. Maka kita harus melihat hal ini sebagai teladan bagi kita. Kitapun dipanggil Allah untuk meninggalkan kehidupan kita yang lama untuk hidup baru bersama Tuhan. Sabda Tuhan mengatakan, “kamu telah mati terhadap dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah di dalam Kristus Yesus” (Rom 6:11). Anda harus mengandalkan Tuhan, sebab jika anda mengandalkan diri sendiri semata, akan sangat sulit atau bahkan mustahil anda melakukan niat baik anda. Dengan mengandalkan Tuhan, yaitu berakar dalam doa (barengilah dengan puasa), merenungkan Sabda Tuhan dan berakar dalam sakramen- sakramen terutama Ekaristi (sedapat mungkin setiap hari) dan Pengakuan dosa (sedikitnya sebulan sekali, atau lebih sering, terutama agar anda dapat benar- benar terbebas dari dosa berat yang sedang menjadi pergumulan anda). Ya, memang ini akan melibatkan pengorbanan dari pihak anda, namun jika anda terus menimba kekuatan dari Kristus, maka lama kelamaan, ‘salib’ ini tidak lagi seberat seperti sebelumnya.
Maka sekarang keputusan ada di tangan anda, apakah anda mau mengikuti kehendak Tuhan ini?
Saya percaya, jika anda sungguh mengandalkan Tuhan Yesus, maka anda akan dimampukan untuk melakukan hal- hal yang berkenan baginya. Sudah saatnya anda tidak hanya memikirkan kesenangan di dunia ini, tetapi pada kebahagiaan yang sejati, yang akan mencapai puncaknya di Surga kelak (lih. Kol 3:1). Silakan anda mencari seorang pembimbing rohani/ imam, dan semoga melaluinya anda memperoleh bantuan dan kekuatan untuk kembali ke jalan Tuhan. Silakan meneruskan juga devosi anda kepada Bunda Maria ataupun Santo Yusuf, karena keduanya merupakan teladan kemurnian, yang dapat membantu anda mengarahkan pandangan ke Surga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Sdr. Dionesius
Sebagai manusia, kita mempunyai kencederungan seksual. Tetapi kita adalah manusia yang diberi kelebihan oleh Allah, bahkan “dihembusi” Roh Kudus-Nya. Maka tentu saja kita dituntut untuk dapat mengendalikan diri (keinginan daging – istlah rasul Paulus), karena kita adalah anak-anak Allah. Seperti orang yang heteroseksual, tentu ada kecenderungan untuk melakukan hubungan seksual dengan yang bukan pasangannya. Tetapi karena imannya kuat, ia dapat mengalahkan kecenderungannya itu. Ia mau dan mampu mengendalikan diri. Caranya tentu dengan memaksa diri sendiri untuk tidak selalu mengikuti perasaan dan/atau keinginan nafsu.
Penebus kita adalah Kristus, siapakah kita ini sehingga kita bisa menebus seluruh dosa-dosa kita? Justru sangat disayangkan kebaikan-kebaikan yang sudah anda lakukan malah anda nodai dengan perbuatan yang tidak terpuji dan sangat menyakiti hati istri anda. Di satu pihak anda berbuat baik pada orang lain, tapi di lain pihak anda sangat melukai perasaan, hati, dan kesetiaan istri anda.
Anda bisa keluar dari belenggu ini hanya jika anda memaksa diri anda sendiri untuk tidak selalu hanyut dan mengikuti serta memenuhi keinginan anda.
Jika anda bisa meninggalkan keinginan buruk anda itu (walau kata anda, anda merasa tersiksa dan gundah) itulah bentuk konkret pemberian diri anda dan “pengorbanan” anda untuk kebahagiaan istri anda dan keselamatan keluarga anda. Jika anda mengatakan sulit dan berat, tidak kuasa dan sejenisnya, berarti anda tidak mau berkorban untuk membahagiakan istri yang tegar dan setia dan keselamatan keluarga anda.
In amore Sacrae Familiae
Agung P. MSF
Shalom Pak Stefanus,
Pertama saya ingin bercerita sedikit tentang masalah saya. Saya adalah seorang pria yang punya orientasi seksual berbeda dari orang kebanyakan. Melihat artikel yang ditulis di katolisitas bahwa setiap orang apapun orientasi seksualnya harus menjaga tubuhnya kudus, maka saya bertekad untuk melakukannya. Namun, ternyata pada prakteknya tidak semudah yang dibayangkan.
Sebelumnya, saya pernah mengakukan dosa saya dan bertobat ketika mengikuti retret di Cikanyere. Sungguh, retret tersebut mengubah hidup saya dan ketika saya mengakukan dosa saya lakukan dengan niatan yg murni dan sungguh-sungguh. Lalu ketika itu juga ada kesempatan untuk konseling dengan suster/frater di sana, karena satu dan lain hal saya memutuskan untuk tidak melakukannya. Sepulangnya dari sana saya merasakan damai sejahtera dan saya tidak lagi melakukan dosa berat seperti yg sebelumnya malahan menjadi giat membaca kitab suci dan berdoa.
Namun, belakangan ini karena segala kepenatan aktifitas dan lain hal frekuensi doa saya menjadi semakin berkurang, menjadi fluktuatif. Ketika sedang semangat maka saya sangat semangat untuk berdoa, ketika sedang lelah atau apa, saya menjadi tidak berdoa lagi.
Masalahnya adalah saya sangat menyesal sedalam-dalamnya karena saya terjatuh kembali dalam dosa berat. Bagaimana ini Pak Stef? Apakah ada yang salah dengan diri saya? Menurut Pak Stef bagaimana solusinya? Entah mengapa saya merasa sangat rapuh untuk berjuang dalam hal ini berapapun seringnya saya mengakukan dosa dalam sakramen tobat. Terakhir kali saya mengakukan dosa pada masa Adven.
Jika berkenan saya ingin meminta dukungan doa untuk dapat melawan godaan-godaan dosa ketidakkudusan ini. Saya sangat bingung apa yang harus saya lakukan, apalagi kita sedang dalam masa prapaskah, saya merasa tidak layak bahkan untuk datang ke gereja sekalipun. Apakah saya butuh konseling dengan romo/suster/frater?Tolong saya pak Stef.
Hendrik [nama diganti]
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Comments are closed.