[Minggu Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran: Yeh 47:1-2,8-9,12; Mzm 46:2-9;1Kor 3:9-17; Yoh 2:13-22]
Basilika St. Yohanes Lateran adalah salah satu gereja pertama yang dibangun oleh jemaat di tengah-tengah penganiayaan di abad-abad awal. Basilika tersebut didedikasikan oleh Paus Sylvester di tahun 324. Awalnya perayaan ini dirayakan hanya di Roma, namun kini dirayakan di seluruh Gereja, sebagai tanda kesatuan dengan Tahta suci. Gereja ini disebut sebagai ‘ibu semua gereja di Roma dan di seluruh dunia’. Peringatan pemberkatan gedung gereja adalah suatu tradisi yang telah dicatat dalam Kitab Suci, sebagaimana dilakukan oleh bangsa Yahudi, yang memperingati Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem, setelah kemenangan Yudas Makabe atas Raja Antiokhus (lih. Yoh 10:22, 1Mak 4:36-59). Demikian pula-lah, setiap tahun seluruh Gereja merayakan pemberkatan gereja Basilika Lateran. Di samping perayaan ini, setiap keuskupan merayakan pemberkatan katedralnya, dan setiap paroki juga memperingati saat pemberkatan gerejanya secara istimewa.
Kitab Suci menjabarkan Bait Allah sebagai tempat kediaman Allah, di mana Allah hadir di tengah umat-Nya. Kita melihat di bait Allah-lah nabi Musa bertemu dengan Allah bagaikan dengan seorang sahabat, dan Allah hadir ditandai dengan tiang awan (lih. Kel 33:7-11). Raja Salomo-pun sujud di hadapan mezbah, saat pentahbisan bait suci, dan Allah menerima segala doa dan kurban persembahan umat-Nya dan menyatakan kehadiran-Nya di sana (lih 1Raj 8:27- 9:3). St. Paus Yohanes Paulus II juga mengajarkan demikian, “Bangunan gereja manapun adalah rumahmu dan rumah Tuhan. Hargailah tempat itu sebagai tempat di mana kita dapat berjumpa dengan Bapa kita bersama” (Homily, 3 Nov 1982). Maka bangunan gereja merupakan simbol bagi Gereja yang dibangun dari batu-batu yang hidup, dengan Kristus sebagai batu penjurunya. Dalam gedung gerejalah, kita berkumpul, mendengarkan sabda Tuhan, mengangkat doa-doa kita, dan merayakan misteri iman kita. Sakramen Mahakudus yang tersimpan di dalamnya, menjadi tanda kehadiran Kristus di tengah umat-Nya. Altar, imam, hosti dan umat yang merayakan perjamuan surgawi juga menandakan kurban Kristus yang satu dan sama itu yang dihadirkan kembali mengatasi ruang dan waktu, untuk menyertai umat-Nya sampai akhir zaman.
Maka marilah kita memasuki rumah Tuhan dengan penuh khidmat dan hormat, sebab tak ada tempat di dunia ini yang lebih layak untuk dihormati, daripada rumah Tuhan. Tiada tempat lain di dunia ini, di mana peristiwa surgawi dapat dihadirkan, di mana Tuhan kita yang mengatasi segala sesuatu memilih untuk mengambil rupa hosti yang kecil dan sangat sederhana, untuk menjadi satu dengan kita. Maka, jika kita memandang gedung gereja kita yang indah ini, semoga rasa kagum kita tidak berhenti hanya sampai di mata atau di mulut, tetapi sampai ke hati. Biarlah kekaguman ini tercermin juga dalam sikap kita. Biarlah penghormatan kita menjadi nyata, saat kita memasuki rumah-Nya, seraya mengambil air suci dan membuat Tanda Salib yang mengingatkan kita akan rahmat Baptisan kita. Biarlah ini menjadi tindakan iman yang memancar keluar dari hati kita, yaitu: saat kita berlutut menghormati tabernakel-Nya, saat kita ikut serta secara aktif dalam perayaan ibadah, mendengarkan firman Tuhan yang dibacakan, turut mengucapkan doa dan nyanyian pujian kepada Tuhan dengan sungguh- sungguh, dan saat kita turut serta mempersembahkan segenap pikiran dan hati kita kepada Allah dalam kesatuan dengan kurban Kristus yang sedang kita rayakan. Semoga kitapun bersegera membuat Tanda Salib dengan penuh syukur, setiap kali kita melewati gedung-gedung gereja Katolik di manapun, sebab di sanalah Kristus hadir dalam sakramen Mahakudus-Nya. Semoga kita memasuki gereja dengan sikap hormat, berpakaian yang layak dan sopan, tidak ngobrol sendiri, tidak makan dan minum, tidak memainkan Hp, dst… sebab kita sadar sepenuhnya bahwa kita sedang berada di rumah Allah, dan menghadap-Nya di hadapan tahta kudus-Nya.
Akhirnya, mari kita meresapkan makna bacaan Injil hari ini. Yaitu bahwa bait Allah yang sejati, sesungguhnya bukanlah sekedar bangunan yang dibuat oleh tangan manusia. Injil menyatakan bahwa Tubuh Yesus adalah Bait Allah yang baru. “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”. Sang Pengarang Injil menjelaskan, “Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri” (Yoh 2:20-21). Maka jika Tubuh Yesus adalah Bait Allah, demikian jugalah Gereja, yang adalah Tubuh Mistik-Nya. Ya, kita semua, anggota-anggota Gereja, adalah Bait Allah. Ke manapun kita pergi, dan di manapun kita berada, marilah kita selalu mengingat bahwa tubuh kita ini adalah bait kediaman Allah Tritunggal yang Mahakudus. Semoga dengan demikian kita dapat menjalani hidup ini dengan kehendak yang kuat untuk selalu hidup dalam keadaan rahmat, dan lebih bersungguh- sungguh menghindari dosa yang merusak bait Allah ini dan melukai persahabatan kita dengan Allah.
“Ya, Tuhan, biarlah kehadiran-Mu di jiwaku menjadi undangan bagiku untuk terus menerus bertumbuh dalam keeratan kasih dengan Engkau. Engkau, yang mencariku di kedalaman jiwaku setiap saat, mari, terimalah sembah sujud dan kasihku yang tidak sempurna ini, dan dalam belas kasihan-Mu, kumohon, sempurnakanlah, ya Tuhan!”
Terimakasih kembali Steff&Ingrid untuk artikel hebatnya. Karena artikel ini sya jadi wirawiri sumber internet tentang basilika ini. Menarik sekai. Yang paling menarik adalah Basilika ini adalah benteng Konstantin, mungkin sampai sekarang juga masih jug a disimbolkan sebagai benteng? correctmeifi’mwrong “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” kalimat penuh kuasa ini selalu mengingatkan saya akan perlunya keseimbangan antara kekayaan fisik dan kekayaan rohani, Gereja yang terlihat dan tidak. Tanpa saya menyangkal permaksudan akan Wafat dan Kebangkitan Tuhan Yesus. Ada semacam kejengkelan bahkan kemarahan yang saya rasakan dalam kalimat ini. Mungkin juga berkaitan dengan pembangunan oleh Herodes kala itu. Kalimat ini pula yang selalu saya ingat setiap membaca berita tentang perebutan wilayah Yerusalem yang tidak pernah berakhir. Konflik Israel-Palestina menurut saya bahkan sebenarnya masih berputar2 di Kota Suci ini. Usulan untuk kota ini agar menjadi kota internasional dibawah PBB begitu alot diterima kedua negara. Vatikan juga sepertinya juga sudah tidak terlalu memusingkan kota ini diwenangi negara yang mana. Bisa jadi karena sejarah Perang Salib yang memang sangat menghantui kewibawaan Gereja. Biarkanlah saja Islam dan Yahudi berebut Yerusalem, Katolik smentara absen dulu, mungkin semacam itu hmmm? Apakan ada informasi terkini bagaimana Vatikan/Paus Gereja bersikap tentang Kota Bait Allah ini, recently? Sebab yang saya akhir2 ini bisa dapat masih aktvitas kunjungan-kunjungan. Oh Yerusalem lihatlah Rajamu… Terimakasih
[Dari Katolisitas: Untuk membaca kisah sejarah gereja/ basilika St. John Lateran, silakan klik di link ini. Menurut catatan sejarah, memang dahulu basilika tersebut adalah bangunan milik Raja Konstantin I yang kemudian disumbangkan kepada Gereja di sekitar tahun 311-312 dan lalu diubah menjadi katedral, dan diresmikan oleh Paus Sylvester I. Mengenai hal perdamaian di Holy Land/ Yerusalem, memang nampaknya merupakan hal yang relatif sangat pelik. Paus berkali-kali menyerukan dan mengusahakan perdamaian dengan memfasilitasi pertemuan antara pihak-pihak yang bertikai, namun memang sepertinya belum terwujud. Namun Paus tetap menyerukan agar kita tidak berhenti berdoa bagi perdamaian di sana, sebagaimana dikatakannya bulan Juli yang lalu, silakan klik di link ini.]
Sungguh indah Bait-Mu, Tuhan..
Semoga kami menjadi batu batu kecil yang Kau susun rapi menjadi tempat yang layak untuk kediaman-Mu.
Comments are closed.