Pertanyaan:
syalom ibu/bpk pengasuh katolisitas
Pandangan awam seperti saya mengenai indulgensi adalah bagaimana menghapus rasa bersalah dalam diri seseorang.
Semua orang adalah berdosa dan mewarisi dosa asal dari adam. Oleh karena itu ada adam kedua. Statement ini sudah sering di bahas dalam media ini.
Kalau boleh saya ingin tau dari ibu/bpk pengasuh, mungkin ada dari sejarah gereja atau tulisan bersejarah lainnya, bagaimanakah caranya Rasul Paulus mengatasi rasa bersalahnya, ketika dahulu dia membunuh banyak pengikut Kristen, sebelum ia menjadi Rasul Kristus.
Terimakasih atas perhatiannya.
Pardohar
Jawaban:
Shalom Pardohar,
Rasa bersalah (guilty) pada saat setelah kita melakukan dosa/ perbuatan yang salah di hadapan Tuhan, adalah sesuatu yang positif, sebab rasa bersalah tersebut dapat menghantar kepada pertobatan. Namun setelah dosa kita diampuni oleh Tuhan, maka kita tidak selayaknya membiarkan rasa bersalah itu menghantui kita, sebab hal itu malah dapat menghalangi kita untuk bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih. Seseorang yang membiarkan dirinya dipenuhi rasa bersalah, harus berhati-hati agar jangan sampai ia terjebak kepada perasaan putus asa dan berpandangan bahwa Tuhan tidak berkuasa mengampuni dosanya yang telah sedemikian besar. Ini malah menjadi dosa yang jauh lebih serius dari dosa yang telah dilakukannya, sebab termasuk dalam katagori dosa menghujat Roh Kudus, yang tidak dapat diampuni, karena ia sendiri tidak percaya bahwa Tuhan dapat mengampuni, bahkan dosa yang terberat sekalipun, asalkan ia yang melakukannya sungguh-sungguh bertobat.
Selanjutnya tentang apa itu dosa menghujat Roh Kudus, silakan klik di sini.
Pengalaman pertobatan Rasul Paulus merupakan pengalaman rohani yang istimewa, saat Kristus sendiri menghampirinya dalam rupa cahaya dalam perjalanannya ke Damsyik, dan menyapanya dengan perkataan, “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” (Kis 9:4); sebab pada saat ia belum mengenal Kristus, Rasul Paulus bahkan menganiaya para pengikut Kristus. Pengalaman rohani perjumpaan dengan Kristus membawa perubahan total/ pertobatan yang luar biasa dalam hidup Saulus. Ia kemudian bertobat, dibaptis, dan kemudian bahkan menjadi salah satu Rasul Kristus yang banyak menulis surat-surat pengajarannya kepada jemaat/ Gereja.
Sepanjang pengetahuan saya, Kitab Suci tidak menyebutkan secara spesifik bagaimana cara Rasul Paulus menghilangkan rasa bersalahnya setelah pertobatannya. Hanya, kita mengetahui bahwa pertobatannya tersebut membawa pengaruh yang besar dalam kehidupannya selanjutnya: 1) Rasul Paulus begitu berapi-api mewartakan kasih Kristus yang telah menyerahkan nyawa-Nya untuk mengampuninya (lih. Gal 2:20; 1Kor1:23; 2:2); 2) Rasul Paulus dengan rendah hati mengakui kesalahannya yang dulu di hadapan jemaat (lih. 1Kor 15:9); 3) Rasul Paulus menyadari sepenuhnya akan kelemahan dan ketergantungannya atas rahmat Allah dan terus mendisiplinkan dirinya untuk mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar (1Kor 2:3; Flp 2:12); 4) Rasul Paulus tidak takut menghadapi tantangan dan penderitaan yang menyertainya sebagai seorang Rasul (2Kor 11:23-29). 5) Rasul Paulus melupakan apa yang telah terjadi di belakangnya, dan mengarahkan pandangannya kepada apa yang ada di hadapannya (Flp 3:13).
Jika mengikuti teladan Rasul Paulus, maka yang perlu kita lakukan jika jatuh ke dalam dosa adalah, bertobat dengan tulus di hadapan Tuhan. Perjumpaan dengan Kristus yang mengampuni itu terjadi dalam Sakramen Tobat, yang melaluinya kita menerima rahmat pengampunan Allah yang memperbaharui kita menjadi manusia yang baru. Maka pertobatan ini harus terjadi secara terus menerus dalam kehidupan kita, bukan hanya satu kali saja, agar kita senantiasa mengalami rahmat pengampunan Allah yang memerdekakan kita dari keterikatan dosa dan perasaan bersalah.
Semoga setelah menerima pengampunan Allah, kita tidak terus merasa bersalah. Sebaliknya kita malah harus menumbuhkan dalam diri kita rasa syukur yang tanpa henti atas kebaikan-Nya yang tak terbatas, atas pengampunan yang kita terima; dan berjuang semampu kita untuk membalas kebaikan-Nya itu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
syalom ibu/bpk pengasuh katolisitas
Pandangan awam seperti saya mengenai indulgensi ini adalah bagaimana menghapus rasa bersalah dalam diri seseorang.
Semua orang adalah berdosa dan mewarisi dosa asal dari adam. Oleh karena itu ada adam kedua. Statment ini sudah sering di bahas dalam media ini.
Kalau boleh saya ingin tau dari ibu/bpk pengasuh, mungkin ada dari sejarah gereja atau tulisan bersejarah lainnya, bagaimanakah caranya Rasul Paulus mengatasi rasa bersalahnya, ketika dahulu dia membunuh banyak pengikut Kristen, sebelum ia menjadi Rasul Kristus.
Terimakasih atas perhatiannya.
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Syalom ibu Inggrid
Terimakasih atas jawaban ibu Inggrid. Saya semakin mengerti akan kebaikan Tuhan yang mau bertanggungjawab atas kehidupan manusia yang dikasihinya.
Semoga semangat Rasul Paulus juga dapat di jumpai pada murid-murid Kristus di sepanjang masa.
Saya yakin setiap pergumulan ada hikmatnya, dan gereja sebagai persekutuan orang percaya juga ikut bertanggung jawab atas kehidupan rohani anggota-anggotanya.
Sebagai gereja yang telah menerima pendelegasian tugas illahi, saya yakin kuasa Tuhan menyertai gereja.
Sekali lagi terimakasih atas tanggapannya.