Pertanyaan:
Salam Damai,
Saya seorang yang cepat marah(panas baran),ada ketikanya saya tidak perlu marah (khasnya dengan isteri) apabila kami diskusi berkenaan dengan sesuatu-tetapi akhirnya marah.Pertanyaan saya adalah:
a) bagaimanakah pengajaran gereja melihat perasaan marah(cepat marah/panas baran) ini? adakah ia satu dosa?dan bila marah saya suka mengeluarkan kata-kata negatif(seperti menghina)
b) bagaimana untuk kawal perasaan marah ini berdasarkan kepada pengalaman dan pengajaran gereja Katolik dan berdasarkan kepada pengalaman peribadi anda berdua?
saya sebenarnya kasihan dengan isteri saya-apabila saya dalam keadaan marah-dia sepatutnya tidak menerima rasa marah saya-dia terlalu baik bagi saya.
Terima Kasih, Semang
Jawaban:
Shalom Semang,
1. Kemarahan termasuk sebagai salah satu dari kecenderungan-kecenderungan (passion) yang ada dalam diri manusia. Jenis kecenderungan tersebut menurut St. Thomas Aquinas adalah cinta, keinginan/ kerinduan, kegembiraan, kebencian, keengganan, kesedihan, harapan, keputus-asaan, ketakutan, keberanian, dan kemarahan. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1765 Kecenderungan itu banyak jumlahnya. Kecenderungan yang paling mendasar adalah cinta, diakibatkan oleh daya tarik dari yang baik. Cinta menyebabkan kerinduan kepada kebaikan yang sekarang belum ada dengan harapan akan memperolehnya. Perasaan itu berakhir dalam kepuasan dan kegembiraan terhadap kebaikan yang dimiliki. Melihat sesuatu yang buruk menimbulkan kebencian, keengganan, dan ketakutan terhadap kejahatan yang mengancam. Emosi itu berakhir dengan kesedihan akan kejahatan yang dihadapi atau dengan kemarahan yang memberontak terhadapnya.
KGK 1767 Kecenderungan-kecenderungan itu dengan sendirinya bukan baik, bukan juga buruk. Mereka hanya ditentukan secara moral sejauh dikendalikan oleh akal budi dan kehendak. Dikatakan, kecenderungan itu dikehendaki “sebab ia digerakkan oleh kehendak atau tidak dihalang-halangi oleh kehendak” (Tomas Aqu., Summa Theology. 1-2, 24,1). Termasuk dalam kesempurnaan dari sesuatu yang baik secara moral atau manusiawi, bahwa kecenderungan itu diatur oleh akal budi (Bdk. Tomas Aqu., Summa Theology. 1-2,24,3)
KGK 1768 …. Kecenderungan itu baik secara moral, kalau ia menyumbang kepada sesuatu yang baik; buruk” kalau terjadi sebaliknya, Kehendak yang baik mengarahkan dorongan-dorongan inderawi, yang diangkatnya itu, kepada kebaikan dan kebahagiaan; kehendak yang buruk mengalah terhadap kecenderungan yang tidak teratur dan meningkatkannya. Emosi dan perasaan dapat diangkat ke dalam kebajikan atau dapat dirusakkan oleh kebiasaan buruk.
Dengan demikian, kemarahan sebenarnya tidak dapat langsung dikatakan sebagai dosa, namun jika itu tidak dikendalikan oleh akal budi dan menjadi kebiasaan buruk, itu dapat dikatakan dosa/ buruk secara moral. Contoh kemarahan yang masih dapat diterima secara moral adalah kemarahan orang tua dalam mendidik anaknya, jika anak berbuat kesalahan yang disengaja. Dalam hal ini, orang tua berhak marah, namun tidak boleh sampai kehilangan kendali, sebab jika demikian maka orang tua juga melakukan kesalahan/ dosa.
Namun jika kemarahan diikuti dengan kata-kata yang menghina, maka ini sudah melanggar perintah ke- sepuluh perintah Allah, yaitu perintah ke 5, yaitu “Jangan membunuh”. Sebab dengan perkataan kita sesungguhnya “menusuk hati” orang yang sedang kita marahi. Yesus sendiri mengajarkan kepada kita demikian, “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” (Mat 5:21-22)
2. Adalah sangat berguna untuk mengetahui jenis temperamen kita, sebab dengan demikian kita akan dapat berjuang untuk memperoleh/ menerapkan kebajikan-kebajikan yang berlawanan dengan temperamen kita tersebut.
Hippocrates (460-377 BC) telah membagi manusia dalam 4 katagori temperamen utama, yaitu: choleric, sanguine, melancholic dan phlegmatic. Tipe choleric adalah orang yang mudah marah, energetik dan emosional, mempunyai jiwa kepemimpinan, namun mempunyai kecenderungan sombong. Lawannya, phlegmatic, tidak emosi, easy-going, sabar, rational dan peng-analisa, namun cenderung malas. Type sanguine adalah yang cenderung gembira, antusias, optimis, namun cenderung jatuh ke dosa sensualitas, dan type melancholic, cenderung murung, merenung, perfeksionis, kurang percaya diri dan cenderung skrupel (scrupulous). Memang ada kemungkinan seseorang mempunyai gabungan dari dua atau tiga temperamen di atas, namun umumnya ada satu yang lebih dominan. Melihat dari ciri- ciri yang anda sebutkan maka tipe yang dominan dalam diri anda adalah tipe choleric.
Kita tidak dapat dikatakan bertanggungjawab atas temperamen kita, tetapi kita bertanggungjawab untuk segala karakter kita. Berkaitan dengan karakter ini adalah pengetahuan kita akan temperamen kita dan bagaimana kita mengendalikannya dengan kebajikan atau sebaliknya bagaimana kita “menyerah”-kannya kepada kecenderungan buruk. Maka, adalah sangat berguna untuk mengetahui jenis temperamen kita, sebab dengan demikian kita akan dapat berjuang untuk memperoleh/ menerapkan kebajikan-kebajikan yang berlawanan dengan temperamen kita tersebut. Dengan kata lain, temperamen itu tidak dapat diubah, namun kita mempunyai tanggungjawab moral untuk memperbaiki karakter kita; dengan usaha kita bersama dengan pertolongan rahmat Tuhan yang kita peroleh lewat doa-doa. Dengan demikian temperamen kita diarahkan kepada karakter yang baik.
Salah satu cara yang penting untuk mengatasi kelemahan karena temperamen kita, adalah praktek pemeriksaan batin (examination of conscience) sebanyak sekali atau dua kali sehari, dengan memusatkan perhatian kepada usaha memperbaiki kelemahan akibat temperamen, dan usaha untuk memperoleh kebajikan yang melawan kelemahan tersebut. Jika kita mempunyai kecenderungan tidak sabar, malas, dan pesimistis, maka setiap hari kita dapat memeriksa batin sejauh mana kita telah melakukan dosa ketidaksabaran, kemalasan, dan pesimistik yang berlebihan tersebut.
Sebagai contoh nyata, St. Francis de Sales (1567- 1622) yang mempunyai temperamen choleric, namun setelah rajin melakukan examination of conscience ini, dengan berkat rahmat Tuhan, ia malah dikenal sebagai seorang santo yang merupakan teladan kelemahlembutan. Temperamen choleric-nya tetap ada, namun di atasnya telah dibangun bangunan rohani kelemahlembutan, kesabaran dan kasih. Artinya, walaupun dalam diri St. Francis tetap ada kecenderungan natural akan sifat-sifat choleric tersebut, namun dia dapat bekerjasama dengan rahmat Allah untuk bertindak sebaliknya, yaitu dengan kelemahlembutan, kesabaran dan kasih. Untuk ini memang kita harus memohon pertolongan Tuhan, sebab kita tidak dapat mengandalkan diri sendiri untuk melakukan hal ini.
Maka, kembali kepada masalah anda, mungkin anda dapat meniru teladan St. Francis de Sales:
1. Dengan melakukan pemeriksaan batin sekurang-kurangnya sekali sehari, atau jika anda inginkan kemajuan yang lebih baik, adakan lebih sering, yaitu sebanyak dua atau tiga kali sehari. Pemeriksaan batin ini akan meningkatkan kesadaran anda, sehingga anda dapat “berhenti sejenak” secara refleks sebelum anda marah, dan umumnya jika anda sempat “berhenti sejenak” dalam pikiran anda sebelum anda marah, maka anda dapat berdoa secara singkat, memohon pertolongan Tuhan, agar jangan sampai anda mengatakan kata-kata yang kasar; ataupun anda dapat mengendalikan diri anda dan dapat bersikap sebaliknya: tidak jadi marah.
2. Renungkanlah beberapa ayat Kitab Suci tentang kemarahan dan kelemahlembutan, misalnya:
“Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.” (Mzm 37:8)
“Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.” (Pkh 7:9)
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Ef 4:26)
“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” (Mat 5:5)
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat 11:29)
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23)
3. Lekas-lekaslah memohon maaf kepada istri atau kepada orang yang anda marahi, apalagi jika anda telah sempat mengatakan kata-kata kasar kepadanya.
4. Mengaku dosa dalam Sakramen Tobat secara teratur, sedikitnya sebulan sekali. Atau jika anda baru saja marah, maka silakan menerima sakramen Tobat ini lebih sering. Dengan demikian, Tuhan sendiri akan membantu anda untuk mengatasi kecenderungan marah ini dengan melakukan hal-hal yang sebaliknya, dengan kebajikan kelemahlembutan yang dari Tuhan.
5. Bertekunlah dalam doa, baik doa pribadi, maupun doa bersama dengan istri anda. Semoga istri andapun dapat mendukung anda dalam pergumulan anda mengendalikan temperamen anda, dengan bantuan rahmat Allah.
6. Anda dapat pula membiasakan diri untuk berpantang atau berpuasa, untuk membiasakan diri menahan diri, misalnya seminggu sekali, atau dapat dibuat lebih sering, sesuai dengan kemampuan anda. Mengenai pantang dan puasa sudah pernah ditulis di sini, silakan klik.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan untuk pertanyaan anda, semoga berguna, ya. Semoga St. Francis de Sales dapat mendoakan kita semua dan oleh dukungan doa-doanya, kitapun dapat diubah Tuhan menjadi seperti St. Francis, menjadi lemah lembut, sabar dan penuh kasih.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Saya adalah seorang pemimpin organisasi Omk di gereja katolik, saya mungkin mempunyai sifat choleric seperti yang dijabarkan diatas, saya sering marah ke anggota saya apabila sedikit yang ikut kegiatan di gereja baik itu pelayanan, paduan suara, dll. Kemarahan saya terjwfi karena saya peduli dan sayang terhadap organisasi tersebut, seperti marahnya seorang ibu kepada anaknya. Namun kemarahan saya ditanggapin dengan sisi yang lain oleh anggota saya, saya di anggap seperti pemimpin yang diktator dan hobbynya marah saja, padahal semua kemarahan yang saya ucapkan demi kebaikan bersama, contohnya seperti (sudah dimana teman teman? udah jam berapa ini?) tapi kalau sudah kelewat batas mungkin agak lebih ngeri marahnya tapii tidak sampai mengeluarkan kata-kata kotor. Apakah saya salah seperti itu? dan apa yang harusnya saya perbuat?
Shalom Ivan,
Syukur kepada Tuhan Anda terpanggil untuk melayani dalam kegiatan gerejawi. Tentu Anda melakukannya karena dorongan dari Tuhan sendiri, dan untuk itu mari kita memuji Tuhan untuk karya-Nya dalam hidup Anda. Namun bahwa dalam pelaksanaannya tidak mudah, mari juga diakui bersama. Adanya kecenderungan sifat pemarah, itu memang dapat menjadi hambatan dalam tugas pelayanan kepada sesama, baik itu di keluarga, gereja maupun dalam masyarakat luas. Apalagi sebagai pemimpin, memang yang diharapkan adalah teladan sebagai pelayan sebagaimana diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri (lih. Yoh 13:12-15).
Maka memang, baik jika Anda menilik ke dalam diri sendiri, untuk berusaha mengatasi sifat pemarah itu. Juga baik, jika Anda mulai menerapkan apa yang diajarkan oleh St. Fransiskus dari Sales, sebagaimana telah diuraikan di atas. Sebab ia dulunya juga adalah seorang yang memiliki sifat koleris seperti Anda, namun ia berjuang untuk mengalahkan kecenderungan itu dengan kebajikan lawannya, yaitu kesabaran dan kelemahlembutan, sehingga di akhir hidupnya St. Fransiskus dari Sales dikenal sebagai seorang Santo yang lemah lembut dan sabar, sangat bertentangan dengan sifat aslinya. Tentu hal ini hanya mungkin terjadi karena rahmat Tuhan, yang dibarengi dengan usaha dari St, Fransiskus sendiri, untuk semakin mengurangi bahkan menghapuskan kecenderungan sifat pemarahnya itu.
Jika memang kemarahan Anda sudah terlanjur menyinggung teman/ anggota OMK, mungkin ada baiknya Anda meminta maaf kepadanya/ mereka. Sebab keinginan untuk disiplin terhadap waktu latihan atau rapat itu baik, tapi kalau disampaikan dengan nada yang kurang sabar atau mendesak, maka itu berpotensi menyinggung perasaan orang lain, sebab kita pun tak tahu, situasi orang lain yang kita hubungi itu. Silakan jika Anda mau mengingatkan, ingatkan di hari sebelumnya, supaya tidak berkesan “memaksa”. Lalu, iringi saja dengan doa, semoga pesan Anda itu mengetuk hati para anggota Anda. Jika yang datang sedikit, tak usah patah semangat. Sehabis latihan, silakan ciptakan suasana yang “cair” dan akrab, bisa diikuti dengan doa bersama atau sharing iman, sehingga bisa saling mendoakan dan berbagi pengalaman iman, yang mudah-mudahan saling menguatkan. Jika sudah ada suasana keakraban, mudah-mudahan besok-besok Anda tak perlu repot-repot memaksa orang untuk hadir, tetapi mereka sendiri akan rindu untuk bertemu dan berkumpul bersama. Ada baiknya diusahakan untuk makan/ minum bersama (cukup sederhana saja), sebab biasanya suasana bisa berkembang menjadi lebih akrab dengan acara semacam itu.
Semoga Tuhan Yesus memberikan rahmat-Nya kepada Anda, dan semoga dengan bantuan rahmat Tuhan Anda dapat mengusahakan pelayanan yang lebih murah hati dan sabar, demi kemuliaan nama Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati-katolisitas.org
Shalom tim katolisitas,
saya ingin bertanya, jika kita ingin berdoa atau ke gereja atau ke pengakuan tetapi kita ingat ada orang yang masih marah kepada kita (seperti kata Tuhan Yesus), apakah kita harus meminta maaf dahulu kepada orang itu?bagaimana jika dia tidak atau belum bisa memaafkan kita? jika saya mengalami pengalaman seperti ini, saya cenderung tidak mau berdoa atau mengikuti misa dsb. sebab saya pikir pasti Tuhan tidak suka karena saya belum memperoleh maaf dan masih ada yang mengganjal dalam hati. apakah pemikiran seperti ini benar?
Terima kasih sebelumnya..
[Dari Katolisitas: Yang perlu dipertanyakan bukanlah sikap orang lain terhadap Anda tetapi sikap Anda sendiri. Jika Anda pernah berbuat salah terhadap orang itu, sudahkah Anda meminta maaf kepadanya? Jika Anda sudah mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan dan Anda juga sudah meminta maaf kepada orang tersebut, namun orang itu masih marah dan tidak memaafkan Anda, maka permasalahannya ada pada orang itu, bukan pada Anda. Dalam keadaan ini Anda tidak terhalang untuk mempersembahkan kurban kepada Tuhan dan bersekutu dengan-Nya dalam Komuni kudus.]
Terima kasih tim katolisitas..
kemudian bagaimana jika seseorang berbuat kasar terhadap teman?seperti memukul (tidak sampai berdarah) dan membuatnya menangis?apakah ini termasuk dosa berat?dia sudah meminta maaf tapi masih merasa berbuat dosa berat karena mengabaikan perintah Tuhan Yesus untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. apakah ini termasuk dosa berat sehingga tidak boleh menyambut Tubuh Kristus?
shalom,..
[Dari Katolisitas: Silakan memahami terlebih dahulu, apakah itu dosa berat dan dosa ringan, silakan klik di sini. Maka pertanyaannya, apakah orang yang memukul itu sengaja memukul? Jika ya, maka ya, benar itu adalah dosa berat, sebab ia telah menyakiti sesamanya. Sebab akar dari memukul itu adalah kemarahan, kegagalan mengendalikan diri, dan dapat juga mengarah kepada kebencian kepada orang yang dipukul. Hal inilah yang bertentangan dengan kasih. Walaupun sudah meminta maaf kepada yang bersangkutan, orang tersebut tetap perlu mengaku dosa terlebih dahulu dalam sakramen Pengakuan Tobat, sebelum mengikuti perayaan Ekaristi. Sebab selain berdosa terhadap sesama, ia juga berdosa terhadap Tuhan, karena dengan dosa tersebut ia mencemarkan citra Allah dan rahmat kekudusan yang seharusnya ia pertahankan. Ia gagal mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan, jika terhadap sesamanya yang kelihatan saja, ia berlaku demikian.]
Salom sya anggella
saya punya pacar dia sangat pemarah sekali, tidak mau disalahkan, egoisnya tinggi sekali…..saya orangnya pelupa….stiap x dia suruh saya dan saya lupa dia pasti marah….entah itu di dpan teman saya, tman dia ato orang lain…….saya tidak suka dimarahin di dpan orang lain…menurut anda saya hrus bersikap sperti apa ? terimakasih
Shalom Anggella,
Saya cukup memahami perasaan Anda, memang umumnya kita tidak senang jika dimarahi, apalagi di hadapan orang lain. Kemarahan yang tidak dikendalikan dan tidak tepat waktu dan tempatnya akan melukai orang lain, dan tidak jarang akan membuat rasa sesal juga pada diri orang yang marah itu. Kemarahan sangat erat kaitannya dengan pengendalian diri, sebagaimana telah dituliskan Ibu Ingrid dalam artikel di atas. Semakin trampil kita mengendalikan diri, semakin bijaksana kita dalam mengungkapkan kemarahan kita, (kalaupun memang kita harus marah karena situasi yang ada).
Ketrampilan pengendalian diri yang penuh, kita dapatkan dari kedekatan relasi kita dengan Tuhan, yang telah memberikan contoh pengendalian diri yang demikian indah dan kuat dalam seluruh hidup-Nya di dunia khususnya dalam derita-Nya di kayu salib karena kasih-Nya kepada kita. Karena itu pengendalian diri yang sejati bersumber dari kasih, dari bagaimana kita menerima kasih Tuhan dan merespon kasih-Nya itu, dengan selalu berusaha menerapkan kasih yang tulus kepada sesama.
Kecenderungan marah yang tinggi pada pacar Anda, bisa dipengaruhi banyak faktor, selain karena karakter pribadinya, bisa juga dipengaruhi budaya, latar belakang keluarga, atau pengalaman hidupnya. Sebagai pacarnya, Anda mempunyai kesempatan untuk saling membangun dalam kebiasaan-kebiasaan yang baik dan sama-sama bertumbuh untuk menjadi lebih baik. Bersama rahmat dan kasih Tuhan, mohonlah dalam doa-doa Anda, agar kesedihan dan kejengkelan Anda karena kemarahan yang sering dialamatkannya pada Anda diubahkan Tuhan menjadi sebuah kesempatan untuk memahami pacar Anda lebib baik dan membawanya lebih dekat mengenal kasih Tuhan dalam hidupnya. Kita semua masih terus perlu menghayati dengan lebih dalam, kasih setia Tuhan yang selalu ingin dinyatakanNya pada kita. Maka kesempatan untuk memahaminya dan memberinya teladan nyata untuk mengasihi dengan lebih tulus juga merupakan kesempatan bagi Anda untuk membangun relasi yang lebih dekat lagi dengan Tuhan.
Ajaklah pacar Anda sering-sering berdoa bersama, mengikuti acara-acara kerohanian bersama kaum muda di mana kita bisa belajar menerima karakter berbagai tipe sesama kita dan belajar untuk menjadi lebih baik dalam teladan ajaran Kristus, juga merayakan Ekaristi dan merenungkan Sabda Tuhan. Semoga perlahan-lahan, ia bisa mengalami banyak masukan akan teladan kasih Tuhan. Doa-doa Anda juga akan sangat membantunya agar hatinya terbuka oleh sapaan kasih-Nya dan membantu Anda sendiri untuk bisa mengampuninya sambil terus dimampukan memberikan teladan kasih dan kesabaran. Berupayalah untuk juga mengintrospeksi diri, mohon bantuan Tuhan memperbaiki apa yang masih perlu ditingkatkan dalam pengembangan pribadi Anda sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam kesempatan yang santai dan suasana yang baik, Anda bisa mengungkapkan kepada pacar, perasaan Anda kalau ia sering marah kepada Anda, apa yang membuatnya begitu marah, bagaimana perasaannya jika ia sering marah, dan apa yang bisa dilakukan bersama untuk memperbaiki kebiasaan yang melelahkan itu, baik bagi dirinya sendiri, bagi Anda, dan orang lain. Libatkan Tuhan terus dalam komunikasi Anda dengan pacar Anda.
Akhirnya, penting juga untuk menilai dengan hati nurani yang jujur, kalau Anda sudah melaksanakan bagian Anda sedapat mungkin, dan ternyata pacar Anda tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan, maka tidak menjadi keharusan bagi Anda untuk terus berkomitmen menjadi pacarnya. Perbedaan karakter yang terlalu drastis, layak untuk dipertimbangkan, akankah hubungan dapat dilanjutkan sampai ke pernikahan atau tidak. Demikian sharing yang dapat kami berikan, semoga bermanfaat bagi Anda.
Teriring salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti dan Ingrid Listiati – katolisitas.org
Shaloom,
Sifat saya yg pemarah menurut saya sudah sangat berlebihan. Saya mudah sekali marah. Saat berkendara di jalan, lingkungan kerja, sama teman, keluarga, bahkan sama tetangga saya bisaperang mulut. Dan saya selalu merasa yg saya lakukan sudah benar. Di waktu malam dan pagi hari saya selalu minta pengampunan dan bantuan Tuhan. Tapi selalu saja saya sepertinya ‘lupa’ dgn doa saya di detik berikutnya.
Adakah hal” yg berbentuk kegiatan/rurtinitas yg bisa saya lakukan?
Apa yg harus saya lakukan segera saat emosi saya naik? Saya ingin walaupun saya marah tapi saya bisa menyampaikan dengan baik bukan dengan kata” kasar atau merusak benda”.
Saya ingin sekali merubah karakter saya.
Terimakasih ^^
Shalom Lely,
Sesungguhnya keinginan kita untuk berubah menjadi orang yang lebih baik, itu adalah karya Roh Kudus, dan selayaknya kita syukuri. Sebab menerima kesalahan/ dosa kita itu adalah langkah pertama pertobatan. Dengan demikian, kehendak anda untuk meninggalkan sifat pemarah adalah sesuatu yang baik. Untuk merealisasikannya, anda perlu mengandalkan rahmat Tuhan, sebab jika mengandalkan kekuatan sendiri, akan sulit anda melaksanakannya. Nah, sekarang bagaimana caranya agar anda dapat mengandalkan Tuhan?
Pertama- tama tentu dengan doa, namun karena anda ingin mengalahkan ketidaksabaran dan kecenderungan untuk marah; maka sedapat mungkin anda temukan bentuk devosi/ doa yang melatih kesabaran anda. Contoh devosi yang baik dalam hal ini adalah doa rosario. Silakan anda mulai dari sekarang, berdoa rosario dan merenungkan peristiwa- peristiwa hidup Yesus setiap hari. Semoga dengan kesetiaan berdoa rosario, anda sedikit demi sedikit dibentuk oleh Tuhan untuk menjadi pribadi yang sabar, tidak tergesa- gesa, dan pribadi yang mendahulukan kehendak Yesus di atas kehendak sendiri. Mulailah bangun setengah jam lebih pagi, dan mengawali hari anda dengan ucapan syukur dan berdoalah bersama dengan Bunda Maria, untuk membawa ujud permohonan anda agar menjadi lebih sabar dan pemaaf ini kehadirat Tuhan. Terimalah didikan Tuhan melalui doa rosario, saat anda diarahkan untuk memandang Kristus dengan cara pandang Bunda Maria. Sekilas makna doa rosario, dapat anda baca di sini, silakan klik.
Selanjutnya biasakanlah untuk mengucapkan doa- doa spontan yang pendek sepanjang hari, misalnya dengan berkata, “Tuhan, kasihani aku yang pemarah ini…” atau “Tuhan Yesus, jadikan hatiku selembut Hati-Mu” atau, “Tuhan Yesus, bantu aku supaya jangan marah…” dst. Anda juga dapat melanjutkannya dengan doa Salam Maria. Jika ini sudah menjadi kebiasaan anda setiap hari, maka Tuhan akan meningkatkan kesadaran dalam diri anda untuk mengendalikan diri anda sesaat sebelum anda marah. Jika anda pandang berguna, silakan anda gunakan kertas post- it di tempat- tempat tertentu untuk mengingatkan anda untuk berdoa spontan tersebut sepanjang hari. Misalnya di cermin, di kaca spion, di layar komputer, di pintu kamar, di meja kerja, di meja makan, di Hp dst. Pada saat anda melihat kertas post-it itu, sempatkan berdoa spontan, dan mohonlah pertolongan Tuhan untuk menjadi orang yang lebih sabar. Anda dapat menilai ‘kemajuan’ ada setiap malam, sebelum anda tidur, yaitu pada saat anda memeriksa batin pada waktu doa malam. Anda dapat klik di sini sebagai contohnya. Lalu kalau anda rasa perlu, anda dapat mendoakan doa mohon kelemahlembutan, klik di sini.
Jika memungkinkan, ikutilah Misa Kudus lebih dari sekali seminggu. Setiap kali anda menyambut Ekaristi, mohonlah kepada Tuhan agar Tuhan memberikan rahmat-Nya untuk membantu anda meninggalkan sifat pemarah. Lalu, rajinlah mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa, misal sebulan sekali, atau bahkan lebih sering, dan akuilah kelemahan anda ini dengan terus terang di hadapan imam, serta keinginan anda untuk terlepas dari keterikatan dosa kemarahan. Dengarkanlah nasihat pastor, dan lakukanlah.
Niscaya, jika anda sungguh telah melakukan hal- hal di atas, Tuhan akan dengan sedikit demi sedikit mengubah anda, agar anda dapat menjadi orang yang lebih sabar, dan tidak lagi pemarah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom pak stef & ibu inggrid
Saya terkadang susah mengendalikan amarah apalagi dalam pekerjaan yang penuh dengan tekanan, saya mohon di berikan contoh untuk berdoa di setiap kali saya menghadapi persoalan yang membuat saya marah agar saya diberikan kesabaran dalam menghadapi setiap permasalahan & kelemahan saya.
Terima kasih
Shalom Ria,
Silakan anda membaca artikel di atas terlebih dahulu, tentang bagaimana mengatasi sifat pemarah, silakan klik.
Sebenarnya, doa sesederhana apapun, jika keluar dari hati yang terarah kepada Tuhan, akan sangat besar kuasanya untuk mengubah sikap kita yang buruk. Contoh doa untuk memohon kelemahlembutan dan mengatasi sifat pemarah, ada di sini, silakan klik
Agaknya penting juga di sini, agar anda rajin memeriksa batin setiap hari, minimal sekali di malam hari, untuk memeriksa oleh sebab apa anda telah marah hari ini. Jika anda sudah mengenali sebabnya, maka harapannya anda dapat menjadi lebih ‘menyadari’ akan situasi- situasi tersebut, sehingga jika situasi tersebut terjadi lagi di lain kesempatan, anda akan dapat mengenalinya, dan menenangkan diri sebelum anda marah. Anda dapat menarik nafas panjang, dan doakanlah doa sederhana, seperti, “Tuhan, bantulah aku supaya tidak marah”, atau “Tuhan, bantu aku supaya sabar” dst.
Namun pada tiap- tiap hari, baik pagi maupun malam hari, atau bahkan di tengah- tengah pekerjaan anda, silakan doakan doa mohon kelemahlembutan yang sudah ditayangkan di link di atas. Mohonlah kepada Bunda Maria untuk mendukung anda dengan doa- doanya, agar anda dapat mengikuti teladan kelemah- lembutan hatinya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
syaloom dan slm sejahtra…
Dsni sy mau crita tntng perlakuan pcr sy,kpd sy : sdh hmpir 1 thn kmi pcrn,dan d bln awl jalinan kasih kmi,sifat aslinya sdh mulai muncul,dia orgnya emosional,cpt mrh,cemburuan.dan stiap kali dia mrh,sy pasti d pukul,d tendang,d gampar,d injak kdg smpe brdarah dan muntah2,tp tdk sdikitpun dia kasihan melihat sy,sdh kucoba memafkn smua slhnya tp slalu d ulgi,sdh kucoba pergi dr dia tp tdk bs,slalu d dpt.sy betul2 tdk thn dgn smua ini,sdh kucoba bw k dlm doa tp smpe skrg sifatnya itu tdk bs dia rubah.tlg bantu sy dlm penyelesaian mslh in,dan solusinya.dan bntu dlm doa.Tuhan Yesus memberkati.thx
Shalom Saya Sherly,
Sifat pemarah ada kalanya memang sulit untuk berubah, walaupun bukan mustahil, dapat berubah, jika yang bersangkutan mau berubah dan mengandalkan rahmat Tuhan. Maka adalah penting pacar anda sendiri menerima bahwa dirinya adalah seorang yang pemarah, dan dia sendiri harus mau berubah terlebih dahulu, baru kemudian mohonlah kepada Tuhan untuk mengubahnya, dan percayalah bahwa Tuhan dapat mengubahnya.
St. Francis de Sales adalah salah seorang contohnya. Aslinya, dia adalah seorang yang mudah marah, lekas naik darah. Ini diakuinya sendiri sebagai kelemahannya. Namun ia terus memohon kepada Tuhan untuk mengubahnya dengan rahmat-Nya, dan tentu ia sendiri bekerja sama rahmat Tuhan itu, dengan mengusahakan pengendalian diri, latihan mati raga dan mengembangkan kebajikan kesabaran dan kelemahlembutan. Di akhir hidupnya, ia dikenal sebagai seorang kudus yang sangat lemah lembut, bertentangan dengan sifat aslinya sebagai pemarah.
Jadi kuncinya di sini adalah, pacar anda sendiri itu harus mau berubah. Jika ia mau berubah, maka anda dapat membantunya mendukung dalam doa. Anjurkan dia untuk mengaku dosa dalam Sakramen Pengakuan Dosa secara teratur, misalnya sebulan sekali, atau jika sifat kemarahan ini sering timbul, lakukan pengakuan dosa tersebut dua minggu atau seminggu sekali. Asalkan setiap mengaku dosa, ia mempunyai tobat yang tulus, maka ada saatnya ia dapat dilepaskan oleh Tuhan dari keterikatan dosa kemarahan ini.
Namun jika setelah anda ajak bicara baik- baik pacar anda tidak mau berubah, dan malah memarahi dan menyakiti/ menyiksa anda, maka ada baiknya anda mempertimbangkan hubungan anda dan pacar anda. Anda tetap dapat berteman, tetapi tidak harus menerimanya sebagai pacar. Jika anda mengenal keluarga/ orang tua pacar anda ini, anda dapat membicarakan hal ini dengan mereka, sebab kemungkinan pacar anda ini mempunyai kelainan psikologis, dan ia membutuhkan bantuan dari psikolog.
Demikian yang dapat saya sarankan. Kami mendukung anda dengan doa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Sherly,
Apa maksud anda ketika anda berkata “Saya ingin pergi dari dia, tapi tidak bisa”. Anda itu’kan masih pacaran, ya bilang aja anda mau berhenti berhubungan pacaran. TITIK. dan dia tidak bisa memaksa anda. Karena justru tindakan dia menganiaya itu bisa kategori tindak hukum pidana. Coba pikirkan baik – baik
TUHAN YESUS MEMBERKATI & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA
[Dari Katolisitas: Sherly, ini adalah salah satu masukan bagi anda dari salah satu pembaca. Mungkin terdengar saklek, tetapi ada benarnya. Silakan anda pertimbangkan]
ass.wr.wb nama sya ujang sya punya sifat mudah tersinggu+cepat naik darah+dan berujung pada kekerasan gmana mengatasinya. mkasich.
Shalom Ujang Sunan,
Terima kasih atas kunjungan anda kepada situs ini. Memang tidak mudah untuk mengatasi sifat lekas marah, tetapi selalu ada usaha yang dapat dilakukan untuk mengendalikan emosi ini. Sebenarnya, seperti telah dijabarkan di atas, emosi (sedih, gembira, marah, dst) bukan sesuatu yang otomatis dosa. Hanya saja, jika emosi ini tidak terkendali, maka dapat membuahkan dosa. Maka, dalam hal ini, adakalanya emosi marah juga dapat disebut sebagai sesuatu yang positif, misalnya jika seseorang marah karena melihat situasi ketidakadilan/ perlakuan semena- mena dari kaum yang kuat terhadap yang lemah, atau orang tua yang marah kepada anaknya dengan maksud mendidik tindakan anak yang salah, dst. Jadi masalahnya adalah, bagaimana menyalurkan kemarahan itu, agar bukan merupakan ekspresi lepas kontrol/ kegagalan pengendalian diri, apalagi kemudian menjurus kepada kekerasan; namun lebih kepada tanggapan tegas yang menunjukkan sikap positif demi kebaikan bersama.
Nah, untuk mencapai hal ini, tidaklah mudah. Langkah pertama yang dapat dimulai adalah: pemeriksaan batin minimal sekali sehari, pada malam hari. Namun jika sifat pemarah itu sudah sedemikian parahnya, maka pemeriksaan batin ini harus dilakukan lebih sering dari sekali sehari. Maksud pemeriksaan batin ini adalah untuk menjadi jujur terhadap diri sendiri: “Apakah saya sudah marah hari ini? Mengapa saya marah? Apakah karena menginginkan kebaikan bagi orang lain, ataukah karena menginginkan kebaikan bagi diri sendiri, dan menginginkan orang lain tunduk kepada keinginan saya? Apakah kemarahan saya itu ada dasarnya, atau hanya karena emosi saya yang meledak- ledak saja? Apakah akibat yang ditimbulkan dengan kemarahan saya? Apakah saya telah menyakiti hati orang lain?….”
Langkah kedua adalah, berdoa memohon ampun kepada Tuhan. Sebab kita semua, baik dari agama apapun memegang aturan emas /’the golden rule‘ yaitu: ‘janganlah melakukan apapun yang tidak kuinginkan orang lain perbuat kepadaku’. Dengan prinsip ini, maka kita diingatkan untuk tidak marah- marah kepada orang lain, sebab tidak ada satu orangpun di dunia ini senang dimarahi.
Langkah ketiga adalah, berdoa memohon kemurahan Tuhan untuk memberikan kepada kita kemampuan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita, dan agar kita tidak mudah tersinggung. Hal mengampuni ini memang bukan hal mudah, dan hanya dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri manusia tidak akan mampu melakukannya, terutama jika yang menyakiti hati kita adalah orang yang paling kita sayangi. Karena itu, untuk mengampuni kita harus meminta kekuatan dari TuhanAllah sendiri. Yang harus kita ingat adalah karena kita sendiri membutuhkan pengampunan Allah, maka sudah selayaknya kita juga memberi ampun kepada orang lain yang bersalah kepada kita. Umat Kristiani setiap hari memohon tentang hal ini, setidaknya setiap kali mereka mengucapkan doa Bapa Kami. Kami mengimani Allah Trinitas, yaitu satu Allah dengan tiga Pribadi: Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Teladan pengampunan kami peroleh dari Allah sendiri, yang secara nyata kami lihat dengan kerelaan-Nya mengutus Putera-Nya, Yesus Kristus, untuk menjadi manusia; dan yang kemudian wafat di kayu salib untuk mengampuni dosa umat manusia. Sesaat sebelum wafat-Nya, Kristuspun mengampuni mereka yang telah menyalibkan Dia. Yesus mengatakan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34) Sikap Kristus ini layak untuk dijadikan contoh, bahwa dalam keadaan tersulit sekalipun, kita tetap dapat memutuskan untuk mangampuni orang yang bersalah kepada kita.
Langkah terakhir adalah mulailah setiap hari dengan ucapan syukur dan dengan kehendak yang kuat untuk mempersembahkan segala yang akan kita lakukan dan katakan kepada Tuhan. Harapannya adalah, dengan kesadaran seperti ini, maka kita akan lebih berhati- hati dalam bertindak dan berkata- kata sepanjang hari. Bagi umat Kristiani, hal ini dibarengi dengan kesadaran bahwa Tuhan hadir di dalam sesama kita, terutama yang terkecil dan terhina (lih. Mat 25:40). Itulah sebabnya, Gereja mempunyai perhatian khusus untuk membela kaum miskin dan para penderita, dan mengusahakan bantuan kepada mereka, sebab dengan demikian Gereja sebagai kesatuan umat, menunjukkan kasihnya kepada Allah yang terlebih dahulu sudah mengasihi umat manusia, dengan mengutus Kristus Putera-Nya.
Demikian yang dapat saya sampaikan untuk menanggapi pertanyaan anda. Semoga dapat menjadi berguna bagi anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai,
Saya seorang yang cepat marah (panas baran),ada ketikanya saya tidak perlu marah(khasnya dengan isteri) apabila kami diskusi berkenaan dengan sesuatu-tetapi akhirnya marah.Pertanyaan saya adalah:
a) bagaimanakah pengajaran gereja melihat perasaan marah(cepat marah/panas baran) ini? adakah ia satu dosa?dan bila marah saya suka mengeluarkan kata-kata negatif(seperti menghina)
b) bagaimana untuk kawal perasaan marah ini berdasarkan kepada pengalaman dan pengajaran gereja Katolik dan berdasarkan kepada pengalaman peribadi anda berdua?
saya sebenarnya kasihan dengan isteri saya-apabila saya dalam keadaan marah-dia sepatutnya tidak menerima rasa marah saya-dia terlalu baik bagi saya.
Terima Kasih, Semang
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Terima kasih buat artikel dan pengajaran tersebut di atas, saya juga seorang yang mudah marah, dan ada kerinduan untuk mencari jalan keluar dari “perangkap marah” ini. pencerahan dari St Francis Tersebut membantu saya. Terima kasih buat Katolitas.
Comments are closed.