Pertanyaan:
Damai KRISTUS. Topik ajaran Katolik mengenai MANUSIA terdiri TUBUH dan JIWA adalah Sungguh sangat menarik dan bahkan sangat berarti untuk Pengetahuan iMAN terlebih untuk Pemantapan IMAN. JiKa seandainya boleh ajaran Katolik ttg hal ini, mulai diterapkan di dunia pendidikan KATOLIK, krn hal ini sangat penting. Sbb pd kenyataanya kaum awam Katolik bhkan yg sudah dewasa tidak tahu akan hal ini. Atau sedikit demi sedikitlah di sentiL di saat2 kotbah pd acara, ibadah,misa KATOLIK.
Oh yah saya mau brtanya pd ROMO ttg MANUSIA adalah GAMBARAN DIRI ALLAH. Seperti Yg Kita Imani ttg ALLAH TRITUNGGAL: ALLAH BAPA, ALLAH PUTERA dan ALLAH ROH KUDUS. Nah kalu manusia kira2 bgmana? Maaf kalu sudah lebih jauh.
Kembali ke topik tdi, bhw manusia trdiri Tubuh & Jiwa Spiritual(Rohani). Ulasan ini mohon diperjelas lagi secara sderhana. Trus bgamaina dgn Jiwa orang brdosa yg tak ada Tobatnya hingga meninggal. Apakah jiwanya tetap disebut JIWA SPIRITUAL (ROHANI). Ataukah saya salah memahami ttg JIWA SPIRITUAL? yg mungkin diartikan sbg JIWA YG MEMANG BRSIFAT ROH. Maaf kalau saya salah. Mohon dibetulkan, ROMO. Trimakasih bnyk. DEO GRATIAS
Anthonius
Jawaban:
Shalom Anthonius,
1. Arti manusia diciptakan ‘menurut gambaran Allah’
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan, maksud manusia diciptakan menurut gambaran Allah (lih. Kej 1:26-27), adalah sebagai berikut:
KGK 355 “Allah menciptakan manusia itu menurut citra-Nya, menurut citra Allah diciptakan-Nya dia: laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej 1:27). Manusia menduduki tempat khusus dalam ciptaan: ia diciptakan “menurut citra Allah” (I); dalam kodratnya bersatulah dunia rohani dan dunia jasmani (II); ia diciptakan “sebagai laki-laki dan perempuan” (III); Allah menjadikan dia sahabat-Nya (IV).
“Menurut gambaran Allah”
KGK 356 Dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia yang “mampu mengenal dan mencintai Penciptanya” (Gaudium et Spes/GS 12,3): ialah “yang di dunia merupakan satu-satunya makhluk, yang Allah kehendaki demi dirinya sendiri” (GS 24,3): hanya dialah yang dipanggil, supaya dalam pengertian dan cinta mengambil bagian dalam kehidupan Allah. Ia diciptakan untuk tujuan ini, dan itulah dasar utama bagi martabatnya…”
KGK 357 Karena ia diciptakan menurut citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seorang. Ia mampu mengenal diri sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain, dan karena rahmat ia sudah dipanggil ke dalam perjanjian dengan Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta, yang tidak dapat diberikan suatu makhluk lain sebagai penggantinya.
KGK 358 Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk manusia (Bdk. GS 12,1; 24,2; 39,1), tetapi manusia itu sendiri diciptakan untuk melayani Allah, untuk mencintai-Nya dan untuk mempersembahkan seluruh ciptaan kepada-Nya:
“Makhluk manakah yang diciptakan dengan martabat yang demikian itu? Itulah manusia, sosok yang agung, yang hidup dan patut dikagumi, yang dalam mata Allah lebih bernilai daripada segala makhluk. Itulah manusia; untuk dialah langit dan bumi dan lautan dan seluruh ciptaan. Allah sebegitu prihatin dengan keselamatannya, sehingga Ia tidak menyayangkan Putera-Nya yang tunggal untuk dia. Allah malahan tidak ragu-ragu, melakukan segala sesuatu, supaya menaikkan manusia kepada diri-Nya dan memperkenankan ia duduk di sebelah kanan-Nya” (Yohanes Krisostomus, Serm. in Gen. 2,1).
KGK 359 “Sesungguhnya hanya dalam misteri Sabda yang menjelmalah misteri manusia benar-benar menjadi jelas” (GS 22,1).
“Rasul Paulus berbicara mengenai dua manusia, yang merupakan asal-usul umat manusia: Adam dan Kristus… Paulus mengatakan: ‘Adam, manusia pertama, menjadi makhluk hidup duniawi. Adam terakhir menjadi Roh yang menghidupkan’. Yang pertama diciptakan oleh Yang terakhir, dan juga mendapat jiwa dari Dia, supaya ia menjadi hidup… Adam terakhir inilah, yang mengukir citra-Nya atas yang pertama waktu pembentukan. Karena itulah, maka ia menerima sosok tubuhnya dan menerimanya, supaya Ia tidak kehilangan, apa yang Ia jadikan menurut citra-Nya. Adam pertama, Adam terakhir: Yang pertama mempunyai awal, yang terakhir tidak mempunyai akhir, karena yang terakhir ini sebenarnya yang pertama. Dialah yang mengatakan ‘Aku adalah Alfa dan Omega'” (Petrus Krisologus, sermo 117).
KGK 360 Umat manusia merupakan satu kesatuan karena asal yang sama. Karena Allah “menjadikan dari satu orang saja semua bangsa dan umat manusia” (Kis 17:26) Bdk. Tob 8:6..
Pandangan yang menakjubkan, yang memperlihatkan kepada kita umat manusia dalam kesatuan asal yang sama dalam Allah… dalam kesatuan kodrat, bagi semua disusun sama dari badan jasmani dan jiwa rohani yang tidak dapat mati dalam kesatuan tujuan yang langsung dan tugasnya di dunia; dalam kesatuan pemukiman di bumi, dan menurut hukum kodrat semua manusia berhak menggunakan hasil-hasilnya, supaya dengan demikian bertahan dalam kehidupan dan berkembang; dalam kesatuan tujuan adikodrati: Allah sendiri, dan semua orang berkewajiban untuk mengusahakannya: dalam kesatuan daya upaya, untuk mencapai tujuan ini;… dalam kesatuan tebusan, yang telah dilaksanakan Kristus untuk semua orang” (Pius XII Ens. “Summi Pontificatus”) Bdk. NA 1.
KGK 361 “Hukum solidaritas dan cinta ini” (ibid.) menegaskan bagi kita, bahwa kendati keaneka-ragaman pribadi, kebudayaan dan bangsa, semua manusia adalah benar-benar saudara dan saudari.
KGK 362 Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah adalah wujud jasmani sekaligus rohani. Teks Kitab Suci mengungkapkan itu dalam bahasa kiasan, apabila ia mengatakan: “Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7). Manusia seutuhnya dikehendaki Allah.
KGK 380 “Engkau menjadikan manusia menurut gambaran-Mu, Engkau menyerahkan kepadanya tugas menguasai alam raya; agar dengan demikian dapat mengabdi kepada-Mu, satu-satunya Pencipta” (MR, Doa Syukur Agung IV 118).
KGK 1702 Citra Allah hadir dalam setiap manusia. Ia menjadi tampak dalam persekutuan manusia yang menyerupai kesatuan Pribadi-pribadi ilahi.
Jadi Gereja Katolik mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut gambaran Allah, yang artinya adalah: 1) manusia dapat mengenal dan mengasihi Penciptanya; 2) manusia adalah seorang pribadi, bukan hanya ‘sesuatu’, 3) manusia diciptakan untuk menguasai alam dan melayani Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu untuknya, 4) misteri tentang manusia hanya dapat dipahami dengan mengacu kepada misteri Sang Sabda yang menjelma menjadi manusia, 5) umat manusia merupakan satu kesatuan, karena mempunyai asal yang sama yaitu Allah, 6) maka semua manusia adalah saudara dan saudari di dalam Tuhan; 7) manusia merupakan mahluk rohani, walaupun ia mempunyai tubuh jasmani.
Nah, selanjutnya manusia dipanggil Allah untuk mengambil bagian di dalam misteri Trinitas, yaitu dengan memberikan diri secara total atas dasar kasih, entah melalui kehidupan perkawinan ataupun selibat untuk Kerajaan Allah. Silakan anda klik di sini untuk membaca tentang hal ini.
2. Bagaimana dengan jiwa orang yang berdosa dan tidak bertobat sampai pada waktu meninggal?
Manusia yang berdosa, tetap mempunyai jiwa spiritual, sebab jiwa yang diciptakan oleh Tuhan itu sifatnya kekal. Katekismus mengajarkan demikian tentang jiwa spiritual ini:
KGK 33 Manusia. Dengan keterbukaannya kepada kebenaran dan keindahan, dengan pengertiannya akan kebaikan moral, dengan kebebasannya dan dengan suara hati nuraninya, dengan kerinduannya akan ketidak-terbatasan dan akan kebahagiaan, manusia bertanya-tanya tentang adanya Allah. Dalam semuanya itu ia menemukan tanda-tanda adanya jiwa rohani padanya. “Karena benih keabadian yang ia bawa dalam dirinya tidak dapat dijelaskan hanya dengan asal dalam materi saja” (GS 18,1) BA. GS 14,2., maka jiwanya hanya dapat mempunyai Tuhan sebagai sumber.
KGK 366 Gereja mengajarkan bahwa setiap jiwa rohani langsung diciptakan Allah (Bdk. Pius XII. Ens. “Humani generis” 1950: DS 3896; SPF 8) – ia tidak dihasilkan oleh orang-tua – dan bahwa ia tidak dapat mati (Bdk. Konsili Lateran V 1513: DS 1440); ia [jiwa] tidak binasa, apabila pada saat kematian ia berpisah dari badan, dan ia akan bersatu lagi dengan badan baru pada hari kebangkitan.
Jika seseorang berdosa berat, namun sebelum sempat bertobat ia wafat, maka jiwanya akan masuk ke dalam neraka. Katekismus mengajarkan:
KGK 1861 Dosa berat, sama seperti kasih, adalah satu kemungkinan radikal yang dapat dipilih manusia dalam kebebasan penuh. Ia mengakibatkan kehilangan kebajikan ilahi, kasih, dan rahmat pengudusan, artinya status rahmat. Kalau ia [dosa berat] tidak diperbaiki lagi melalui penyesalan dan pengampunan ilahi, ia mengakibatkan pengucilan dari Kerajaan Kristus dan menyebabkan kematian abadi di dalam neraka karena kebebasan kita mempunyai kekuasaan untuk menjatuhkan keputusan yang definitif dan tidak dapat ditarik kembali. Tetapi meskipun kita dapat menilai bahwa satu perbuatan dari dirinya sendiri merupakan pelanggaran berat, namun kita harus menyerahkan penilaian mengenai manusia kepada keadilan dan kerahiman Allah.
Selanjutnya, jika anda tertarik untuk mengetahui apakah yang terjadi setelah kematian, silakan klik di judul- judul berikut ini:
Apa yang terjadi setelah kematian
Pengadilan khusus dan pengadilan umum
Makna kematian bagi kita orang percaya
Kebangkitan Badan
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Ingrid,
apakah boleh memaknai manusia sebagai citra Allah, sedikit keluar dari penjelasan di atas?
Misalnya, saya punya konsep begini:
Karena Allah itu, antara lain, penuh cinta/kasih, maha rahim, maha adil, maha bijaksana, dan kekal…maka manusia yang segambar dengan Allah itu harusnya bisa seperti Allah (tapi bukan sama dengan Allah) yaitu: harus bisa mengasihi/mencintai, bisa memaafkan, bisa bersikap adil, bisa bersikap bijaksana, dan bisa memperoleh hidup yang kekal. Sementara makluk lain, yang tidak secitra dengan Allah, tidak bisa seperti itu.
menurut saya konsep saya itu akan lebih mudah dipahami oleh anak anak SMP (karena saya mengajar agama Katolik). mohon penjelasan. terima kasih.
[Dari Katolisitas: Ya, silakan saja menggunakan penjelasan semacam itu, sebab sesungguhnya itu bukannya penjelasan yang “keluar” dari penjelasan KGK, tetapi menjelaskan dengan lebih sederhana maksud KGK 356, 358 dan 360. Namun ada baiknya, silakan disampaikan juga apa yang diajarkan dalam KGK itu. Sebab yang Anda ajarkan nampaknya adalah penekanan “apakah artinya manusia diciptakan menurut gambaran Allah”, sedangkan dalam KGK juga disampaikan, “mengapa manusia diciptakan menurut gambaran Allah”.]
dear katolisitas,
kita tahu bahwa sengsara , penyaliban / darah Kristus lah yang menghapus dosa-dosa kita.
namun dalam buku agama Katolik SMP dikatakan bahwa jika Yesus tidak bangkit maka manusia tetap ada dalam dosanya.
Benarkah pernyataan dalam buku itu? Jika betul apa alasannya?
Jika itu benar berarti Yesus tidak perlu wafat di salib, karena sebagai manusia Ia pasti mati (tanpa disalib) dan kemudian sbagai Allah Dia akan bangkit. Jadi dengan kebangkitanNya (tanpa melalui salib) dosa manusia dihapus. Ini saya memakai logika bahwa jika Yesus tidak bangkit maka dosa manusia tidak dihapuskan. Mohon penjelasan. Bisa langsung ke alamat email pribadi saya karena ini sangat penting bagi anak didik saya. terima kasih. Salam damai Kristus
Shalom Ysumarno,
Kemungkinan yang Anda maksud adalah ayat ini:
Ayat ini adalah pengajaran Rasul Paulus yang kemudian tercatat dalam Kitab Suci; maka tentu saja ajaran ini benar. Dalam suratnya itu, Rasul Paulus mengatakan bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh telah bangkit. Rasul Paulus menyebutkan juga keberadaan para saksi kebangkitan Yesus, yang dapat ditanyakan konfirmasinya, sebab sebagian dari mereka masih hidup pada saat surat tersebut dituliskan. Nah, maka Rasul Paulus berkata, bahwa kebangkitan Yesus itu adalah bukti bahwa adanya kebangkitan dari kematian, dan Yesus itulah Yang pertama (sulung) yang telah bangkit dari mati. Kebangkitan ini menjadi tanda bahwa Yesus telah mengalahkan musuh-Nya yang terakhir, yaitu maut (lih. 1Kor 15:25). Dan karena sengat maut ini adalah dosa (1Kor 15:56), maka memang ada kaitan yang tak terpisahkan antara dosa dan maut. Namun dengan kebangkitan-Nya dari maut, Yesus telah mematahkan kuasa maut, dan artinya sekaligus mengalahkan kuasa dosa yang menjerat kita manusia. Itulah sebabnya Rasul mengatakan bahwa jika Yesus tidak bangkit dari mati, kita manusia masih hidup dalam dosa, karena kuasa dosa dan maut itu belum dipatahkan. Namun nyatanya, kan tidak demikian. Yesus sungguh bangkit, maka kuasa maut dan dosa telah dipatahkan oleh-Nya. Demikianlah, Rasul Paulus mengajarkan, bahwa kita semua jatuh dalam dosa dan maut, karena persekutuan dengan Adam (manusia pertama)- (lih. 1Kor 15:22), namun kita semua dapat dihidupkan kembali, dalam persekutuan dengan Kristus.
Maka untuk memahami maksud dari ayat 1 Kor 15:17 itu, kita perlu membaca keseluruhan perikop 1 Kor 15, yang menjabarkan akan makna kebangkitan Kristus, yang menjadi dasar dari adanya kebangkitan kita, yang mengimani Dia. Dan kebangkitan yang dimaksud ini adalah kebangkitan tubuh kita dari kuasa maut, yang akan terwujud kelak di akhir zaman.
Tentang apakah itu kebangkitan badan/ kebangkitan tubuh, silakan klik di sini.
Sejujurnya, saya tidak dapat menangkap, mengapa dari ayat 1Kor 15:17 itu, Anda dapat mengambil kesimpulan bahwa Yesus tidak perlu wafat di salib. Sebab memang tidak ada yang mengharuskan Yesus untuk wafat di salib, namun Ia melakukannya untuk menyatakan kasih dan keadilan Allah, sebagaimana pernah diulas di artikel ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Ingrid,
banyak terima kasih atas jawaban di atas.
sehat selalu untuk Ibu dan Bapak.
salam
Saya senang Listiani berani menulis di blog mu mengenai ANTRPOLOGI KATOLIK. Saya sendiri mempunyai materi yang saya susun untuk perkuliahan mahasiswa S1 untuk Pendidikan Agama Katolik. Masih selalu saya update sambil mencari bentuk yang lebih pas. Mengingat latbel pendidikan Anda, saya sangat ingin bisa bertukar pikiran dan bekerjasama dengan Anda. Terima kasih. Salam.
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas kunjungannya. Silakan, jika ada masukan ataupun saran, dapat disampaikan kepada kami di Katolisitas.]
Pertanyaan
mana sih cara berdoa yg baik dan benar menurut ALKITAB,,?
dan menurut anda apakah KKR (Kebaktian Kebangkitan Rohani) masuk dalam golongan org FARISI,?
dan yang menyembuhkan org dalam KKR itu masuk dlm golongan nabi-nabi palsu,,?
Shalom Lorenzo,
Anda dapat membaca artikel rangkaian tentang doa sebagai berikut: Doa menjadi bagian yang terpisahkan dari kehidupan seorang Kristen. Namun ada tiga kesalahan persepsi tentang doa yang dinyatakan oleh St. Thomas Aquinas. Tiga kesalahan tersebut dapat dilihat pada tulisan berikut ini: 1) Tuhan tidak campur tangan, 2) Tuhan sudah menakdirkan segalanya sehingga doa tidak diperlukan, 3) Kita dapat merubah keputusan Tuhan dalam doa. Kemudian sebagai kesimpulan dijelaskan 4) konsep doa dengan mengambil definisi doa menurut St. Teresia kanak-kanak Yesus.
Romo Wanta juga pernah menulis artikel tentang doa ini – silakan klik. Kita tidak dapat menghakimi bahwa KKR adalah masuk dalam golongan Farisi. Tentang yang menyembuhkan, kita tidak akan tahu secara persis apakah mereka masuk dalam nabi palsu atau tidak. Yang jelas, Yesus dapat menyalurkan rahmat-Nya secara pasti dan biasa dalam setiap sakramen. Namun, Yesus juga dapat menyalurkan rahmat-Nya di luar sakramen yang kita tidak tahu. Di satu sisi, penyembuhan-penyembuhan juga bukan merupakan bukti kebenaran iman. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Aku mau tanya, contoh citra Allah itu yang seperti apa … ?
Shalom Khetrin,
Sebagaimana dijelaskan dalam Katekismus di atas, manusia yang diciptakan menurut citra/ gambaran Allah merupakan mahluk yang:
1. berakal budi dan berkehendak bebas, sebab dengan akalnya manusia dapat mengenal Penciptanya; dan dengan kehendaknya, ia dapat mengasihi Penciptanya. Dengan pengenalan akan Allah dan kasihnya kepada Allah, manusia dapat mengambil bagian di dalam kehidupan Allah sendiri. (lih. KGK 356)
2. bukan hanya ‘sesuatu’ tetapi ‘seseorang’, yaitu sebagai pribadi. (lih. KGK 357)
3. merupakan mahluk rohani, walaupun ia mempunyai tubuh jasmani. (lih. KGK 362).
4. diciptakan untuk menguasai alam raya dan melayani Allah (lih. KGK 358, 380).
5. mempunyai kesatuan dengan sesama manusia yang lain, sebab sama-sama berasal dari Allah (lih. KGK 356).
6. misterinya dijelaskan dalam penjelmaan Kristus Sang Putera Allah menjadi manusia (lih. KGK 359).
7. menampakkan citra Allah di dalam persekutuan dengan sesamanya atas dasar kasih (lih. KGK 360, 361, 1702).
Maka, contoh citra Allah yang paling nyata adalah: pribadi yang mau mengenal dan mengasihi. Dengan demikian, maka jika kita bersikap demikian, kita menampakkan citra Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Damai KRISTUS. Topik ajaran Katolik mengenai MANUSIA terdiri TUBUH dan JIWA adalah Sungguh sangat menarik dan bahkan sangat berarti untuk Pengetahuan iMAN terlebih untuk Pemantapan IMAN. JiKa seandainya boleh ajaran Katolik ttg hal ini, mulai diterapkan di dunia pendidikan KATOLIK, krn hal ini sangat penting. Sbb pd kenyataanya kaum awam Katolik bhkan yg sudah dewasa tidak tahu akan hal ini. Atau sedikit demi sedikitlah di sentiL di saat2 kotbah pd acara, ibadah,misa KATOLIK.
Oh yah saya mau brtanya pd ROMO ttg MANUSIA adalah GAMBARAN DIRI ALLAH. Seperti Yg Kita Imani ttg ALLAH TRITUNGGAL: ALLAH BAPA, ALLAH PUTERA dan ALLAH ROH KUDUS. Nah kalu manusia kira2 bgmana? Maaf kalu sudah lebih jauh.
Kembali ke topik tdi, bhw manusia trdiri Tubuh & Jiwa Spiritual(Rohani). Ulasan ini mohon diperjelas lagi secara sderhana. Trus bgamaina dgn Jiwa orang brdosa yg tak ada Tobatnya hingga meninggal. Apakah jiwanya tetap disebut JIWA SPIRITUAL (ROHANI). Ataukah saya salah memahami ttg JIWA SPIRITUAL? yg mungkin diartikan sbg JIWA YG MEMANG BRSIFAT ROH. Maaf kalau saya salah. Mohon dibetulkan, ROMO. Trimakasih bnyk. DEO GRATIAS
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
Comments are closed.