Ada sebagian orang mengatakan bahwa  Yudas Iskariot berjasa dalam terjadinya karya penyelamatan Tuhan Yesus. Menurut mereka, tanpa Yudas tak ada karya penyelamatan, sehingga dengan demikian, Yudas tidak berdosa. Mari kita lihat pertanyaan pertama yang mengatakan bahwa Yudas Iskariot berjasa dalam terjadinya karya penyelamatan Tuhan, dan tanpa dia tidak ada keselamatan, bahkan lebih lanjut menegaskan bahwa Yudas tidak berdosa.

Untuk mengatakan bahwa Yudas Iskariot berjasa dalam terjadinya penyelamatan Tuhan, hampir sama saja dengan mengatakan bahwa Setan yang membuat Adam dan Hawa berdosa juga berjasa, karena dengan itu Yesus turun ke dunia dan menunjukkan kepada umat manusia tentang kasih Allah yang tak terbatas. Tentu saja kita tidak bisa berkata bahwa tanpa Yudas tidak ada keselamatan, karena Tuhan juga dapat menggunakan cara yang lain. Dalam artian, tanpa pengkhianatan Yudas, orang Farisi juga tetap dapat menangkap Yesus dan berusaha untuk membunuhnya, seperti yang diceritakan dalam beberapa kejadian di Injil (Yoh 5:18; Yoh 7:1).

Mungkin pernyataan yang lebih baik adalah “Tuhan dapat mendatangkan sesuatu yang baik dari sesuatu yang buruk untuk menyatakan kemuliaan-Nya“. Keburukan dosa yang terekspresi lewat setan yang menggoda Adam dan Hawa, mendatangkan rencana Tuhan yang paling indah, yaitu misteri Inkarnasi. Keburukan dosa Petrus yang menyangkal Yesus tiga kali (Mat 26:69-75) mendatangkan kekuatan bagi Petrus untuk mengemban amanat yang diberikan oleh Yesus untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21:15-17). Dan keburukan dosa yang dilakukan oleh Yudas membuka mata hati manusia akan suatu bahaya dosa keputusasa-an, yang adalah dosa yang tidak terampuni, karena yang bersangkutan menolak kemungkinan untuk diampuni.

Dosa keputusasa-an (despair) adalah salah satu dosa yang melawan Roh Kudus, yang tidak dapat diampuni di kehidupan ini dan kehidupan mendatang (Lk 12:10). Dosa pengkhianatan Yudas tidaklah sebesar dosanya untuk mengakhiri hidupnya. Andaikata Yudas bertobat dan kembali kepada Yesus, mungkin dia akan menjadi seorang rasul yang luar biasa, seperti Rasul Petrus yang bertobat dan menjadi Paus yang pertama. Jadi apakah Yudas berdosa? Ya, terutama karena dia mengakhiri hidupnya, dikarenakan keputusasaan. Dosa ini adalah dosa melawan 2 theological virtue atau kebajikan ilahi: pengharapan dan iman. Pengharapan dihilangkan oleh keputusasa-an, dengan cara melihat bahwa tidak ada harapan lagi untuk memperoleh surga. Iman dihilangkan oleh keputusasa-an karena melihat dosanya lebih besar dari kasih dan belas kasih Tuhan. Dan Yesus secara jelas mengatakan, “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (Mat 26:23-24). Dari pernyataan Yesus ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Yudas mengalami penderitaan di neraka, kecuali jika pada saat-saat akhir sebelum kematiannya, dia benar-benar bertobat dan menyesali semua dosanya. Namun Kitab Suci tidak menceritakan hal ini.

Bagaimana dengan peristiwa penyaliban? Apakah Tuhan pro dengan kekerasan? Sesungguhnya ini adalah suatu pernyataan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pernyataan ini akan benar, kalau seandainya manusia dilahirkan sebagai robot, sehingga semuanya diatur oleh Tuhan tanpa ada kerjasama dari manusia. Namun manusia mempunyai keinginan bebas sehingga manusia dapat memilih untuk mengikuti Yesus dengan ajaran kasih-Nya, atau melawan Yesus dengan perbuatan dosa. Memang Tuhan mengizinkan hal ini terjadi, karena Tuhan dapat membawa kebaikan yang lebih besar. Dalam hal ini penderitaan dan kematian Yesus menjadi sumber keselamatan umat manusia.

Dalam peristiwa penyaliban kita melihat dua hal yang bertolak belakang: 1) Kekejaman dan keburukan dosa dan 2) Keindahan dan kedalaman kasih Allah. Kekejaman dosa dapat terlihat dari penderitaan Kristus. Dan kedalaman kasih Allah dibuktikan dengan kematian-Nya di kayu salib. Kristus dapat saja menyelamatkan dunia dengan setetes darah-Nya, namun Dia memilih untuk ‘minum dari piala yang diberikan oleh Bapa’ dengan mencurahkan darah-Nya di kayu salib. Penderitaan-Nya yang begitu besar untuk membayar dosa-dosa kita, seharusnya semakin memacu kita untuk hidup kudus. Di kayu salib Kristus seolah-olah berkata kepada kita masing-masing, “Ini adalah tanda kasih-Ku kepadamu, apakah tanda kasihmu kepada-Ku?

Kalau Tuhan pro dengan kekerasan, Yesus tidak akan mengajarkan ajaran cinta kasih.  Tentu saja ini tidak benar, sebab dari pengajaran Yesus di “Kotbah di bukit” (lih Mat 5:1-12) kita melihat ajaran cinta kasih yang begitu sempurna.

Mari kita bersama-sama belajar dari kisah Yudas,  kasih dan belas kasihan Allah selalu lebih besar dari dosa kita, asalkan kita mau bertobat dan kembali kepada-Nya. Mari kita berbangga dengan Salib Kristus, karena kita melihat Allah yang begitu mengasihi setiap kita, sehingga kita juga terus berusaha berjuang untuk hidup kudus, menjalankan semua perintah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

30 COMMENTS

  1. Jesus sudah mengetahui sejak awal bahwa Judas akan menghianatinya?
    Dalam pertemuan APP (2014) keempat dibahas tentang Lukas 6, 12-19.
    Dalam teks tersebut disebutkan bahwa Jesus berdoa lebih dahulu sebelum memilih para rasul.
    Ternyata walau sudah berdoa Jesus toh kecolongan karena Judas yang dipilihNYa akhirnya berkhianat.
    Peserta APP mengatakan karena Jesus adalah Tuhan maka sejak awal pemilihan, Jesus sudah tahu bahwa Judas akan menghianatiNya.
    Mengapa Jesus tetap memilih dia sejak awal?
    Apakah karena Dia sebagai manusia, pengetahuanNYa terbatas tentang kemungkinan Judas menghianat kemudian hari?
    Peserta bingung antara kemanusiaan dan ketuhanan Jesus.

    • Shalom Herman Jay,

      Karena walaupun dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, Yesus itu tetap adalah sungguh Allah, maka tidak benar, bahwa Ia ‘kecolongan’ dan tidak tahu bahwa Yudas yang ditunjuk-Nya sebagai salah satu rasul-Nya itu kelak akan mengkhianati Dia. Sebab sebagai Putera Allah, Tuhan Yesus mengetahui segala sesuatu, dan tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.

      Mengapa Yesus tetap memilih Yudas sejak awal? Karena adalah rencana Allah sendiri bahwa kedatangan Yesus adalah untuk menebus dosa manusia dengan cara menyerahkan nyawa-Nya sebagai Korban yang sempurna di kayu salib, dan bangkit pada hari ketiga. Kitab Suci, tepatnya di surat kepada jemaat Ibrani, telah tertulis, bahwa sejak Yesus masuk ke dunia, artinya sejak Ia masuk ke dalam rahim Bunda Maria, Ia telah mengetahui bahwa Ia akan menjadi Korban penebus dosa manusia yang menyempurnakan segala korban menurut hukum Taurat Perjanjian Lama (lih. Ibr 10:1-18, terutama ayat 5-7). Selanjutnya, bahkan jauh-jauh hari sebelum sengsara dan wafat-Nya, Yesus telah memberitahukan kepada para murid-Nya -bahkan sampai tiga kali- bahwa Ia akan menderita sengsara dan akan dibunuh, namun akan bangkit pada hari ketiga. Maka hal pengorbanan-Nya, wafat dan kebangkitan-Nya itu sudah diketahui oleh Tuhan Yesus sejak awal, dan Ia tidak ‘kecolongan’ apapun dalam hal ini.

      Yesus tetap memilih Yudas sebagai Rasul-Nya, namun bukan Yesus yang membuat Yudas mengkhianati-Nya dan menyerahkan Dia ke tangan para imam kepala dan orang-orang Yahudi yang kemudian menyerahkan-Nya untuk disalibkan. Pengkhianatan Yudas melibatkan kehendak bebas Yudas, dan karena itu tidak bisa dikatakan bahwa Allah-lah yang merekayasa semua ini dan hanya menjadikan Yudas sebagai boneka. Silakan membaca pembahasan tentang hal ini di artikel di atas, silakan klik.

      Memang tak mudah untuk memahami adanya dua kodrat dalam diri manusia, yaitu kodrat Allah dan kodrat manusia. Sepanjang sejarah Gereja, ada banyak orang yang berusaha menyederhanakannya, dengan hanya menekankan salah satu kodrat, sehingga malah mengajarkan ajaran sesat.

      Silakan membaca uraian tentang kedua kodrat Yesus dari Paus Leo Agung, yang dikenal dengan The Tome of Leo, silakan klik. Semoga penjelasan Paus Leo ini membawa pencerahan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Shalom
    Adakah Imam Yahudi dan tentera Rom berdosa kerna menyalibkan Yesus? bukankah mereka hanya melaksakan apa yang tertulis di Alkitab? Yesus hadir kedunia utk dikorbankan… lalu apakah mereka Berdosa?

    • Shalom Laizenly,

      Dalam setiap perbuatan dosa manusia, ada andil kehendak bebas manusia. Pada saat itu, manusia sesungguhnya diberi rahmat yang cukup oleh Tuhan untuk menghindari dosa, namun manusia dengan kehendak bebasnya memutuskan hal yang sebaliknya. Demikian juga dalam setiap perbuatan baik manusia, juga ada andil kehendak bebas manusia. Pada saat itu orang itu diberi rahmat oleh Tuhan untuk mendorongnya berbuat baik, dan ia bekerja sama dengan rahmat Tuhan itu. Nah di atas segala yang terjadi pada setiap manusia, di saat ia berbuat baik atau berbuat dosa, Allah yang Maha Tahu telah mengetahui segala sesuatunya sejak awal. Namun dalam setiap perbuatan dosa itu, Allah tidak berinisiatif mendorong manusia untuk berbuat dosa. “Allah yang mengetahui” itu tidak untuk diartikan identik dengan “Allah yang menyebabkan” manusia jatuh dalam dosa. Sebab kejatuhan manusia dalam dosa itu adalah karena kehendak bebas manusia yang ada karena manusia diciptakan memiliki kehendak bebas oleh Tuhan.

      Silakan untuk membaca artikel yang baru kami tayangkan yang juga berhubungan juga dengan topik yang Anda tanyakan ini, silakan klik.

      Nah, tentang para imam Yahudi dan tentara Romawi, mereka tetap menanggung kesalahan karena menyalibkan Tuhan Yesus, dapat saja dengan kadar yang berbeda, hanya Tuhan tahu. Sebab para imam Yahudi itu mengeraskan hatinya, entah didorong oleh rasa iri hati atau kesombongan rohani, sehingga tidak mau menerima Kristus yang sudah dinubuatkan para nabi. Demikian juga dengan tentara Roma, yang demikian kejamnya menyiksa Kristus, walau mungkin mereka melaksanakannya karena perintah penguasa Romawi. Maka memang dalam hal ini, para penguasa Romawi, juga turut andil dalam perbuatan dosa menyalibkan Yesus. Namun sejauh mana mereka bersalah, biarlah Tuhan sendiri yang menilainya.

      Namun di samping para imam Yahudi, atau tentara Romawi, yang turut bersalah sehingga Yesus harus menanggung sengsara dan wafat di kayu salib adalah kita semua. Sebab oleh karena dosa kitalah, Tuhan Yesus menderita, dan wafat untuk menjadi tebusan bagi dosa-dosa kita. Dengan pengorbanan Kristus inilah dosa-dosa kita dapat dihapuskan oleh Tuhan, jika kita bertobat.

      Maka, perihal bahwa Tuhan sudah mengetahui sejak awal mula bahwa kita manusia (termasuk para imam Yahudi, para tentara Romawi, dan semua orang lainnya, juga Anda dan saya), akan jatuh dalam dosa, itu tidak sama dengan bahwa Allah-lah yang membuat kita berdosa. Sebab dalam setiap perbuatan dosa itu melibatkan manusianya itu sendiri. Nah, Injil memang menuliskan demikian, yaitu bahwa Kristus telah menubuatkan bahwa Ia akan menanggung penderitaan dan ditolak oleh para imam kepala itu untuk dibunuh, namun kemudian Ia akan bangkit pada hari ketiga (lih. Luk 9:22). Yesus mengatakan hal ini kepada para murid-Nya, untuk mempersiapkan batin mereka akan peristiwa yang tak terbayangkan tersebut. Sebagai Allah, Yesus memang sudah tahu segala sesuatunya, namun Ia tidak secara aktif mendorong para imam kepala itu untuk menyalibkan Dia seolah mereka hanya robot saja. Tuhan Yesus memang melihat kekerasan hati orang-orang yang menyerahkan Dia, mengizinkan itu terjadi, sebab Ia dapat mengubah segala sesuatunya untuk menghasilkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (lih. Rom 8:28). Maka, Ia menyerahkan diri-Nya ke tangan imam kepala dan para ahli taurat, untuk disesah, didera, disalibkan, wafat, supaya oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh (1Ptr 2:4). Supaya setelah wafat-Nya, Kristus dapat bangkit, dan memberikan kepada kita hidup yang kekal, setelah Ia sendiri mengalahkan maut dan memberikan hidup-Nya, yaitu Roh-Nya, kepada kita semua yang percaya kepada-Nya (lih. Rom 8:10-11).

      Dengan demikian Allah yang Mahatahu itu memang telah mengetahui segala sesuatunya sejak awal mula, tentang mereka yang mengasihi Dia, dan juga tentang mereka yang menolak Dia; siapa yang baik, siapa yang jahat. Namun Ia juga telah mengetahui bahwa pada akhirnya, Ia akan mengalahkan segala kejahatan dan setelah itu Ia akan meraja di dalam segala ciptaan yang telah dijadikan baru (1Kor 15:25-28).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati -katolisitas.org

      PS: Selanjutnyan tentang Allah Tuhan yang Maha Tahu, silakan klik.

  3. salam tim katolisitas
    membaca artikel di atas, saya mendapati pemikiran bahwa kita berdosa atau tidak berdosa, itu bergantung pada kita sendiri. Dari diri-Nya, Allah telah memberikan rahmat yang cukup untuk kita agar berjuang menjadi kudus. Pertanyaan yang mengganggu saya adalah bagaimana bentuk konkrit dari rahmat tersebut? apakah melalui rasa bersalah atau pengetahuan moral?Seandainya pada saat Yudas mempertimbangkan untuk mengkhianati Yesus kemudian dia mendapatkan mimpi seperti St. Yoseph, mungkin dia tidak akan menjadi pengkhianat, bukan?

    • Shalom FX Karolus,

      Prinsip yang harus dipegang adalah: semua yang berdosa adalah dari kita, dan semua yang baik adalah dari Tuhan. Dengan prinsip ini, maka Tuhan tidak akan pernah secara aktif membuat kita berdosa. Di satu sisi, Tuhan justru secara aktif mencoba menyelamatkan kita dari dosa, entah dengan rahmat pembantu (actual grace) maupun dengan rahmat yang menetap (habitual grace), yang kita terima pada saat kita dibaptis. Kita harus meyakini bahwa rahmat yang diberikan oleh Tuhan adalah cukup (lih. 2Kor 12:9). Jadi, kalau kita menolak rahmat Allah, maka itu adalah kesalahan kita. Demikian juga dengan Yudas, kalau dia menolak rahmat Allah, maka kesalahan ada di Yudas dan bukan pada Tuhan, karena Tuhan telah memberikan rahmat yang cukup. Tuhan memberikan sesuatu yang lebih daripada sekedar mimpi, namun memberikan kesempatan kepada Yudas untuk hidup bersama-Nya selama 3 tahun, siang dan malam. Sebaliknya, kalau kita dimampukan untuk dapat beriman, berpengharapan dan berbuat kasih, maka senantiasa digerakkan oleh rahmat Allah.

      Rahmat Allah ini bekerja dengan berbagai cara. Pada waktu kita berdosa, rahmat pembantu akan mencoba membawa kita kepada pertobatan. Pada saat kita berjuang dalam kekudusan, maka rahmat pembantu juga memberikan kita kekuatan untuk terus berjuang dalam kekudusan, sehingga ada peningkatan dalam kehidupan spiritual kita. Kita juga jangan melupakan rahmat yang kita terima melalui sakramen-sakramen. Semoga keterangan ini dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  4. syalom katolista..utk para romo, pak stefan & bu ingrid

    Maaf sblmnya kl prtnyaan sy OOT, ini lbh krna rasa keingintahuan sy pribadi sbgai slh 1 bagian umat katolik yg ingin mendapat jawaban ats apa yg sering kali msh mengusik rasa penasaran sy yg berhubungan erat dg keimanan sy sbgai pengikut Kristus..

    Prtanyaan sy adlh sbb :

    1. Apakah Barnabas [dari katolisitas: mungkin maksudnya Yudas] ( slh 1 murid Yesus yg brkhianat ) adlh org yg sungguh – sungguh berdosa ? sdgkan dia sdri sbnrnya melakukan pengkhianatan thdp Yesus karena “sdh dinubuatkan dlm Kitab Prjanjian Lama”, dlm persepsi sy dia melakukan hal itu bkn atas kehendak pribadinya sdri (kesadaran mutlak) tetapi lbh cenderung terdorong melakukanya dkarenakan menjalankan ats apa yg sdh mnjadi “KetetapanNya” atau “RancanganNya”…(maaf jk sy slh)
    Bagaimanakah mnrt pandangan gereja..

    2. Kemanakah perjalanan kehidupan Yesus saat usia remaja selepas Dia kanak – kanak..?

    Mohon maaf jika prtnyaan sy keluar dri topik artikel di atas, sy hnya ingin mencari terang & kebenaran mnrt pndangan gereja agar spy sy tdk beriman scr buta.

    trmksh, Salam Damai Kristus.

    [dari katolisitas: Tentang Yudas, silakan membaca ini – silakan klik, dan tentang kemanakah Yesus ketika Dia berumur 12-30 tahun, silakan membaca ini – silakan klik.]

  5. terima kasih atas ilmunya,,,
    sebenarnya saya sudah dari dulu berpikir dlm kebingungan, pantaskah seorang Yudas di beri gelar “Sang Penghianat”, sedang dlm PL sudah di nubuatkan bahwa salah 1 dari ke-12 murid Yesus akan menyerahkan Dia utk di salibkan, bahkan Yesus sendiripun sudah mengatakannya sebelum hal itu terjadi. pd’hal kalau menurut saya yudas atau siapapun yg akan menghianati Yesus itu hanya merupakan bagian rencana Allah dan penggenapan nubuatan para nabi. seakan2 dialah dalang dari penyaliban Yesus. tolong penjelasannya,,,

    • Shalom Bram,

      Sebenarnya kita tidak perlu bingung tentang apa yang terjadi pada Yudas. Walaupun benar bahwa rencana keselamatan Allah melibatkan Yudas, namun bukan berarti Allah secara aktif membuat Yudas berdosa. Apakah Allah tahu bahwa Yudas akan mengkhianatinya? Tentu saja, karena Allah adalah maha tahu. Namun, pengetahuan Tuhan tidaklah sama dengan Tuhan sebagai penyebab Yudas berdosa. Analogi yang sama dapat diberikan seperti seorang dokter yang tahu bahwa pasien yang terkena kanker akan meninggal bukanlah penyebab pasien tersebut meninggal. Kita harus mempercayai bahwa Tuhan telah memberikan rahmat yang cukup agar seseorang dapat bertobat, karena Tuhan menghendaki agar semua orang diselamatkan (lih. 1Tim 2:4). Namun, Tuhan juga menginginkan agar manusia dapat bekerjasama dengan rahmat Allah secara bebas. Jadi, manusia harus secara bebas menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’ terhadap panggilan Allah. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • Shalom Martinus,

      Pertanyaan Anda sudah pernah dibahas di dua artikel ini:

      Tentang The Lost Gospel, silakan klik
      Apakah Yudas Iskariot Berjasa dalam karya keselamatan Allah bagi manusia, silakan klik

      Injil Yudas adalah injil yang tidak otentik, sebab injil itu tidak ditulis oleh Rasul Yudas sendiri, tetapi oleh kaum sekte Gnostik di akhir abad ke-2. Injil tersebut dikecam oleh para Bapa Gereja di abad-abad awal, secara khusus oleh St. Irenaeus (180), karena yang dituliskan di sana tidak sesuai dengan ajaran Kristus dan para Rasul.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  6. “Tuhan dapat mendatangkan sesuatu yang baik dari sesuatu yang buruk untuk menyatakan kemuliaan-Nya“.
    saya sangat setuju dengan pernyataan itu.
    pengalaman saya sendiri membenarkan hal itu. Saat kuliah saya molor 2 tahun (sampai semester 12). Saat itu saya berpikir ini adalah sesuatu yang buruk. Namun dari situasi yang buruk itu Tuhan mendatangkan yang baik. Karena saya tertunda 2 tahun, saya jadi bisa bekerja di papua / freeport dengan gaji yang relatif besar. Selain itu saya bisa mendapatkan jodoh yang baik di papua. Kalau saya lulus cepat saya tidak kerja di papua dan tdk mendapatkan jodoh yang baik itu. Intinya Tuhan mempunyai banyak cara (tidak pernah kehabisan cara) untuk menyatakan kemuliaanNya.

  7. Yth. Ibu Inggrid/Pak Steff

    Dengan semakin mempelajari Iman Khatolik, saya semakin juga banyak pertanyaan yang terngiang dikepala saya, bahkan pertanyaan yang mungkin mendasar sekali tapi saya belum juga jelas, pertanyaan saya adalah :
    Sebenarnya dimana Korelasi antara Penderitaan, wafat dan Kebangkitan Kristus dengan Keselamtan umat Manusia?
    Bukankah dengan menyalibkan Yesus kita justru malah berdosa? karena telah menolak dan membunuh Yesus dengan keji. Dimana letak Keslamatan umat manusia? Bukankah Iblis yang menang karena berhasil mempengaruhi manusia untuk membunuhNya?
    Apakah letaknya Keslamatannya bahwa Yesus telah memberikan “Ajaran” yang seharusnya ditempuh manusia untuk dapat bersatu dengan Allah kelak?

    Mohon jawaban Mohon maaf kalau pertanyaannya mendasar sekali, sy benar-benar belum tahu. Berkah Dalem

    • Shalom Dominicus Endy,

      Korelasi antara misteri paskah – penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Sorga – dengan keselamatan manusia adalah sangat erat. Tuhan telah memilih cara yang paling sempurna untuk menyelamatkan manusia, yaitu dengan misteri paskah. Dalam misteri paskah terungkap bahwa Allah begitu mengasihi manusia, sehingga Dia merelakan Putera-Nya yang tunggal datang ke dunia ini untuk menebus dosa manusia. Pada saat yang bersamaan kita dapat juga melihat horor dari dosa, yang terungkap dengan penderitaan dan kematian Kristus. Keselamatan manusia terletak pada rahmat yang mengalir dari salib Kristus. Dikatakan, “dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.” (Rom 3:3-24-25)

      Orang-orang yang terlibat dalam penyaliban Kristus memang berdosa, sama berdosanya dengan kita semua yang menyalibkan Kristus dengan dosa-dosa kita. Namun, manusia yang berdosa dapat diampuni sejauh dia bertobat sebelum akhir hayatnya. Silakan juga melihat artikel ini – silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • syalom katolisitas,

        jadi, bagaimana sikap kita terhadap salib ini? apakah:
        1. bersuka cita karena denganya dosa kita ditebus? karena salib menyatakan kasih karunia Allah kepada kita?
        Tetapi itu artinya kita juga mendukung Yudas, yang telah menghianati Yesus, sebab (nyatanya) karena Yudas, penyaliban dapat terlaksana. Juga mendukung para ahli taurat (orang yahudi) waktu itu yang meminta Yesus untuk disalibkan, sebab mereka jugalah yang menyebabkan penyaliban Yesus terlaksana.
        Demikian juga kita secara tidak langsung menghendaki atau mendukung penyaliban Putera Allah yang tanpanya, dosa kita tidak ditebus.

        2. Membenci, karena salib menyebabkan penghinaan terhadap Allah bahkan menjadi kutuk? karena menyebabkan Allah menderita, didera, diludahi, dianggap penjahat dan diremehkan hingga saat ini?
        Dengan begitu kita juga menolak Yudas dan imam Yahudi saat itu yang menyebabkan terjadinya penyaliban.

        terima kasih

        • Shalom Xells,

          Sebenarnya ada alternatif ke-tiga, yaitu: mensyukuri dan membenci, karena salib membuktikan dua kenyataan, yaitu kenyataan dosa dan kenyataan kasih Allah. Jadi, kita mensyukuri kasih Allah dan membenci dosa. Dua hal tersebut tidaklah bertentangan.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • Terimakasih pak stef atas jawabannya,
            kalau boleh saya pertegas kembali, jadi salib itu menyatakan 2 hal:
            1. kenyataan dosa, ini yang harus dibenci, dan
            2. kenyataan kasih Allah yang harus kita syukuri

            [dari katolisitas: benar]

      • Yudas adalah pengkhianat bukan orang yang berjasa, tanpa Yudaspun Yesus tetap akan pergi sesuai yang sudah tetulis (takdir), (Markus 14:21) tetapi mungkin tidak dengan cara disalib dan disiksa sampai mati.

        [dari katolisitas: Yang jelas bagi Allah tidak ada istilah “KALAU”, karena Dia maha tahu. Oleh karena itu rencana-Nya adalah satu kepastian.]

  8. Hai tim katolisitas, saya adalah seorang yang masih mempertanyakan tentang sosok Yudas Iskariot. Banyak kontroversi tentang sosok Yudas, apakah dia benar-benar murni sebagai orang yang mengkhianati Yesus ataukah dia adalah salah satu sarana Allah untuk menyelamatkan umat-Nya?

    Saya dulu pernah mengikuti latihan rohani dan mohon dijawab dengan cepat ya.. karena ini sangat saya butuhkan
    terimakasih…..

    • Shalom JB Endryan,

      Secara singkat dapat dikatakan bahwa Yudas Iskariot memang mengkhianati Yesus, sehingga Yesus mengatakan “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (Mat 26:24). Namun demikian, Allah dapat mendatangkan sesuatu yang baik dari kejadian yang tidak baik, sama seperti Allah dapat memberikan Putera-Nya untuk menyelamatkan manusia yang jatuh ke dalam dosa. Dengan kata lain, Allah tidak pernah secara aktif membuat seseorang berdosa, sebaliknya secara aktif Allah memberikan rahmat-Nya untuk menuntun seseorang kepada kebenaran dan mendapatkan keselamatan. Lihat juga jawaban lengkapnya di atas – silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  9. shalom kawankawan yg terkasih dalam KRISTUS sehububgan dengan PASKAH aku ingin bertanya ; MENGAPA sebagai murid YESUS yg pertama Yudas kecewa sama TUHAN YESUS ,sehingga dengan teganya menghianati TUHAN YESUS.

    • Shalom Samuel,

      Menurut pengetahuan saya, murid Yesus yang pertama adalah Andreas (lih. Yoh 1:40) yang kemudian memberitahukan tentang Yesus kepada Simon Petrus saudaranya (lih. Yoh 1:41). Namun dalam penyebutan urutan keduabelas rasul, Simon Petrus selalu menempati urutan yang pertama dan Yudas Iskariot yang terakhir (lih. Mat 10:1-4; Mrk 3:16-19; Luk 6:14-16; Acts 1:13)

      Nah tentang mengapa Yudas Iskariot sampai mengkhianati Yesus, itu sesungguhnya merupakan suatu misteri, dan tak akan mungkin dapat diperoleh jawabannya dengan pasti, sebab tidak ditulis secara eksplisit dalam Kitab Suci. Memang ada yang mengatakan kemungkinan karena alasan uang yang ditawarkan oleh imam- imam kepala (lih. Mat 26: 14-15; Luk 22:5) karena Yudas sendiri adalah bendahara yang mengurus keuangan kelompok para rasul. Atau, ada yang berspekulasi karena Yudas ingin melihat Yesus segera menyatakan diri-Nya sebagai Mesias yang berkuasa. Namun pandangan ini tidak didukung oleh ayat tertentu secara literal.

      Yesus memang mengatakan, “…celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan” (Mat 26:24); sehingga banyak orang berpendapat bahwa Yudas pasti ada di neraka. Namun demikian, sesungguhnya kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah sesaat sebelum wafatnya dia sungguh- sungguh bertobat, sehingga tidak dapat dikatakan dengan pasti bahwa Yudas Iskariot kini berada di neraka. Pada akhirnya, hanya Tuhan saja yang mengetahuinya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  10. Salam damai Kristus…
    Tiba2 sj trlintas dlm pikiran sy pertanyaan seperti ini.
    Yesus telah tahu dg PASTI bhw Yudas Iskariot kelak akan mengkhianatinya.Apakah dgn demikian dari awal Allah mmg MENUTUP adanya kemungkinan bhw Yudas I. akan menolak hasutan setan utk mengkhianati Yesus?dg kata lain,apakah Allah menutup hati nurani Yudas agar sm sekali tdk brdaya thd hasutan setan?

    • Shalom Yuditha,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Yudas Iskariot. Yesus memang tahu secara pasti bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya, namun bukan berarti bahwa Yesus tidak membuka ruang pertobatan bagi Yudas. Yesus tetap mengundang Yudas hadir dalam Perjamuan Suci (lih. Mt 26:20-29).

      Ketika Yesus berkata “21 Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
      23 Ia menjawab: “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. 24 Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.

      Seandainya Yudas tidak menjawab “Bukan aku, ya Rabi?” – yang merupakan ekspresi mengeraskan hati seperti Firaun – tetapi meminta pengampunan dari Yesus, maka Yesus akan mengampuninya. Seandainya Yudas tidak membunuh dirinya, namun datang kepada Yesus dan mohon pengampunan, maka Yesus pasti akan mengampuninya. Ah… seandainya Yudas tidak mengeraskan hatinya dan berputus asa, yang berakhir dengan kematiannya, maka Yudas dapat menjadi salah satu santo.

      Dari penjelasan di atas, maka Tuhan tidak akan pernah menutup hati nurani Yudas agar berbuat dosa. Dia yang adalah Tuhan dan datang ke dunia untuk menebus dosa, tidak akan mungkin berbuat dosa dengan menutup hati nurani seseorang sehingga berpaling dari Tuhan. Yudas berbuat dosa karena secara bebas dia menggunakan kehendak bebasnya untuk mengkhianati Yesus dan secara bebas mempercayai bahwa dosanya lebih besar dari kasih Allah. Tuhan mengijinkan hal ini terjadi untuk mendatangkan kebaikan yang lebih tinggi, yaitu terlaksananya rencana Allah untuk menebus manusia, yang juga merupakan pemenuhan dari nubuat di Perjanjian Lama. Mari, kita mempercayai bahwa Allah adalah maha kasih – sehingga kita tidak terjebak pada keputusasaan (despair) – dan Allah juga maha adil – sehingga kita tidak terjebak pada dosa anggapan yang salah (presumption). Silakan melihat diskusi tentang dosa menghujat Roh Kudus di sini – silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  11. Shalom Pak stefanus & Bu Inggrid. Selamat Natal…
    saya seorang Katolik, namun ada hal yang mengusik saya.
    setelah saya pikir2, bila seorang Yudas Iskariot tidak mengkhianati Yesus pada waktu itu, maka rencana penyelamatan ALLAH pada umat manusia melalui kurban Yesus Kristus di kayu salibNYA tidak akan terjadi? kalau demikian, bagaimana Gereja Katolik menempatkan Yudas Iskariot (YI)? kalau YI ditempatkan sebagai “pengkhianat” dan “pendosa” maka kasihan sekali “nasib” YI, karena ia akan di”cap” demikian oleh umat manusia bukan saja pada masa sekarang, tetapi juga oleh umat manusia masa lalu dan masa akan datang. padahal seperti yang saya katakan di atas, bukankah tanpa pengkhianatan YI terhadap Yesus Kristus, maka rencana penyelamatan ALLAH pada umat manusia melalui kurban Yesus Kristus di kayu salibNYA tidak akan terjadi? kalau demikian bukankah YI seharusnya di tempatkan sebagai salah satu “tokoh” yg ber”peran” dalam karya penyelamatan ALLAH, walaupun antagonis sejajar dengan peran Santo Yosef (protagonis), misalnya, yang akhirnya mau menerima Bunda Maria setelah mendapat mimpi?
    mohon pencerahannya, karena saya saat ini sedang ingin mencoba menjadi seorang Katolik yang aktif, setelah beberapa saat saya cuek dengan keKatolikan saya….
    Terima kasih sebelumya, JBU

    • Shalom Himawan,
      Silakan anda membaca artikel di atas, silakan klik, semoga dapat menjawab pertanyaan anda.
      Karakter Yudas tidak sama dengan Santo Yosef. Santo Yosef memang awalnya bermaksud menceraikan Bunda Maria secara diam-diam, dan baru setelah mendapat mimpi, ia mengurungkan niatnya, dan bekerja sama dengan rencana keselamatan Allah. Sedangkan Yudas Iskariot memang tidak mendapat mimpi, namun ia sebenarnya telah mengalami sesuatu yang jauh lebih baik dan tak ternilai, yaitu dengan hidup bersama Tuhan Yesus sendiri selama 3 tahun. Maka seharusnya ia dapat lebih setia kepada Tuhan Yesus, dan bukan malah mengkhianatiNya.

      Mari kita berjuang untuk bekerjasama dengan rahmat Allah untuk membangun Gereja-Nya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  12. Yth Katolisitas
    Saya ingin bertanya, belum lama ada yang menyatakan pada saya bahwa yudas iskariot berjasa dalam terjadinya karya penyelamatan Tuhan Yesus. Tanpa dia tak ada karya penyelamatan dan dia tidak berdosa. Lalu orang tersebut menyatakan pada saya bahwa dengan terjadinya penyaliban Allah Bapa seolah-olah pro terhadap terjadinya kekejaman. Saya sebagai orang Katolik bingung mendengar ini. Mohon terang dan petunjuknya, tewrimkasih banyak. Tuhan memberkati.
    Kind regards
    Matthew

    [dari katolisitas: telah dijawab di atas – silakan klik]

    • Dear Katolisitas
      I feel great and so much in gratitude for your clear explanation. I am totally confident on what I belief in life because I know I have stepped on a solid ground of faith. You are blessed. There’s no such thing greater than “sacrifice” which make Faith-Hope-and Love do work in completeness and perfection. Thank you in a million Katolisitas and there are words from one of my best friend Padre, I would like to share with all of you in Katolisitas.Org. “People could complain about Jesus and say something bad even worst about Him. But one thing for sure, those people might have forgotten the basic and first step to know Jesus which are to enter a virtuous silence, Holy Bible reading, fasting, and be a man for others. Be assured that without this we couldn’t even know Him better”. Abundant grace to those who becomes the ambassador of Peace, Love and Hope!
      Matthew.

    • Salam damai,sdr.Matthew.
      Menurut saya,anda tidak usah bingung..karena,seseorang yg berjasa biasanya diberi penghargaan,kalau yudas berjasa,mengapa dia menyesali perbuatannya dgn mengembalikan uang yg diterima dari hasil “pekerjaan” menjual Gurunya??? dan malah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri??? saran saya,bacalah injil Matius,Markus,Lukas,Yohanes…..Semoga
      ROH KUDUS MENERANGI anda. Amin

Comments are closed.