Belakangan ini ada klaim ditemukannya potongan papyrus yang menyatakan bahwa kemungkinan Yesus menikah (mempunyai istri). Namun Vatikan mengatakan bahwa klaim ini tidak benar, karena tulisan dalam potongan papyrus tersebut adalah palsu. Surat kabat Vatikan, L’Osservatore Romano tersebut memaparkan studi analisa yang panjang oleh ahli pengamat manuskrip kuno Alberto Camplani, dari universitas La Sapienza, Roma, yang memaparkan mengapa keaslian fragmen papyrus itu layak diragukan.
Potongan papyrus itu dibawa oleh seorang pengajar di Harvard yang bernama Karen King, sebagai teks yang konon berasal dari abad ke-4, ke konggres tentang studi Koptik di Roma. Salah seorang ahli Kitab Suci yang sebelumnya juga telah mengungkapkan injil-injil yang palsu, Prof. Francis Watson dari University of Durham, meragukan keaslian fragmen tersebut. Kemungkinan besar, hal itu adalah penulisan yang dilakukan di abad 20-21 di atas fragmen papyrus kuno. Hal ini akan nampak dari hasil test laboratorium secara seksama yang dapat membuktikan umur dari tinta yang digunakan, yang pada saat berita dikeluarkan nampaknya belum dilakukan. Selain itu, menurut Watson, kata-kata yang tertulis di fragmen tersebut tidak cocok tata bahasa (grammarnya) dengan keseluruhan teks. Maka sepertinya ada seseorang yang menemukan potongan papyrus kuno, kemudian menuliskan sesuatu yang baru di atasnya -menurut Watson, mungkin motivasinya untuk mendapatkan keuntungan finansial. Para ahli manuskrip yang melihat tulisan tersebut dapat melihat bahwa dari tulisannya terlihat berantakan seperti ditulis oleh seorang yang tidak fasih menulis dalam bahasa Koptik.
Peneliti tulisan jemaat perdana, Christian Askeland mengatakan para ahli terbagi dalam hal ini, bukan untuk menyatakan adanya sekelompok ahli yang percaya bahwa fragmen itu otentik, dan ada sekelompok yang lain yang tidak percaya; sebab secara umum semua tidak mempercayainya. Terbaginya dalam hal ini adalah: dua pertiga dari para ahli itu secara ekstrim benar-benar skeptis, sedangkan sepertiga yang lainnya yakin bahwa fragmen itu palsu.
Ide tentang kemungkinan Yesus menikah ini sesungguhnya mencuat di tahun 2003 lewat novel Dan Brown, Da Vinci Code, karya fiksi yang sepertinya memasukkan data sejarah, namun data yang dikutip tidak benar, sehingga dapat mengarahkan orang mempunyai persepsi yang keliru. Selanjutnya tentang berita ini, silakan klik di link ini.
Dengan demikian, tak ada yang perlu diragukan tentang ajaran para rasul bahwa Kristus tidak menikah; dan bahwa tradisi ini sampai sekarang dilestarikan oleh Gereja Katolik; di mana imam-imamnya tidak menikah, karena mereka secara total mengikuti teladan Kristus, untuk memberikan hidup mereka sepenuhnya kepada Allah dan kepada Gereja-Nya.
Sejujurnya, klaim senada kini banyak ditulis di buku-buku yang mendiskreditkan iman Kristiani ataupun Gereja Katolik. Mereka yang mengarangnya ataupun yang menerbitkannya tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan. Biarkanlah Allah saja yang menghakimi mereka pada saat Penghakiman Terakhir. Namun ada bagian yang harus kita lakukan dalam hal ini, yaitu kita harus semakin mendalami iman kita sendiri, supaya jika diperlukan, kita dapat memberi pertanggungan jawab akan iman kita, walaupun harus tetap kita lakukan dengan sopan dan hormat, dengan lemah lembut namun juga dengan keyakinan yang teguh. Dengan demikian, kita melaksanakan ajaran Rasul Petrus, “Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.” (1Pet 3:15).
Maka, marilah kita melihat bersama, mengapa Yesus tidak mungkin menikah.
Apakah seorang Yahudi dan Rabbi harus menikah?
1. Kita tahu dari beberapa tulisan pakar sejarah, bahwa ada banyak orang yang tidak menikah pada jaman Yesus, sebagai contoh:
– Menurut Philo (filsuf Yahudi yang tinggal di Alexandria, Mesir) dalam bukunya Hypothetica 11.14-17, dikatakan bahwa suku Essenes tidak memiliki istri.
– Menurut Josephus (sejarahwan Yahudi) dalam bukunya Jewish War, 2.8.2 dan juga Antiquities 18.1.5 mengatakan bahwa banyak orang dari suku Essenes yang mempraktekkan kaul kemurnian seumur hidup, yang berarti tidak menikah.
2. Jadi, tidaklah aneh kalau orang-orang seperti Yohanes Pembaptis, Rasul Yohanes atau Rasul Paulus tidak menikah. Dan tentu saja tidaklah aneh kalau Yesus sendiri tidak menikah.
Jadi, kenapa Yesus tidak menikah?
1. Kita melihat dari percakapan Yesus dengan murid-muridnya di Mat 19:3-12, bahwa Yesus mengajarkan akan kesucian akan pernikahan dan tidak mengijinkan akan perceraian. Namun di ayat 11-12, dikatakan bahwa ada orang-orang yang tidak menikah karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Nah dari sini, kalau ada orang-orang yang untuk kerajaan surga tidak menikah, apalagi Yesus, yang datang dari Sorga, yang adalah Allah sendiri, sungguh menjadi layak untuk tidak menikah di dunia ini. Bukan karena Yesus merendahkan perkawinan, namun menjadi layak (fitting) bahwa Dia tidak menikah, sehingga Dia dapat menyebarkan Kerajaan Allah secara total. Dan ini juga ditegaskan oleh Rasul Paulus yang mengatakan bahwa orang-orang yang tidak menikah lebih memusatkan perhatiannya kepada perkara Tuhan (1 Kor 7:32-33). Dan inilah yang dilakukan oleh para pastor dan suster, yang mau meneladani secara penuh apa yang dicontohkan oleh Yesus.
2. Akan menjadi fitting kalau Yesus tidak menikah, karena kedatangan-Nya adalah untuk menebus dosa manusia. Dimana karya penebusan ini jauh lebih tinggi/ infinite (tak terbatas) jika dibandingkan dengan pernikahan. Sebagai contoh, seorang penjual yang mempunyai proyek 900 triliun US$ tidak akan tergoda dengan proyek yang bernilai 100 rupiah. Ini adalah contoh yang sungguh tidak sempurna untuk membandingkan nilai dari karya penebusan (yang sifatnya supernatural/grace) dibandingkan dengan kodrat yang bersifat natural. Perbedaan antara kodrat/nature dan rahmat/grace/supernatural level adalah tidak terbatas, sehingga contoh di atas sesungguhnya tidak dapat menggambarkan perbedaan tersebut.
3. Sebenarnya pernikahan adalah suatu gambaran yang sekilas akan Kerajaan Allah yang abadi, dimana sepasang suami istri dapat memberikan diri masing-masing dalam kasih yang tulus. Di sinilah inti dari kasih yang sebenarnya terwujud dalam kesucian perkawinan, dimana suami istri mengatakan satu-sama lain: saya memberikan diriku, dan saya adalah milikmu. Pernikahan adalah suatu cara untuk mengekpresikan kasih seperti ini. Namun di dalam diri Yesus, ada kepenuhan kasih yang paling sempurna, yaitu kasih di dalam kehidupan Tritunggal Maha Kudus, sehingga dalam kesatuan dengan Allah ini (karena memang Yesus adalah Allah) tidak diperlukan pernikahan kodrati dengan manusia.
4. Pernikahan yang kita kenal di dunia ini bersifat sementara sampai maut memisahkan suami istri. Inilah yang diajarkan oleh Yesus sendiri, bahwa di Surga tidak ada hubungan pernikahan seperti yang kita kenal di dunia ini (Mat 22:23-32). Jadi, kalau Yesus sendiri senantiasa mengalami Kerajaan Surga (karena Yesus mempunyai Beatific Vision secara terus-menerus), maka adalah fitting bahwa Yesus tidak memilih pernikahan seperti yang ada di dunia ini.
5. Karya penebusan ini menempatkan Yesus sebagai mempelai laki-laki, dengan Gereja sebagai mempelai perempuan yang dikuduskan-Nya dengan air dan firman, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus (Ef 5:25-32). Akan tidak fitting kalau Yesus menikah, karena ini berarti ada dua mempelai perempuan. Sedangkan Yesus sendiri mengatakan bahwa perkawinan hanya untuk 1 laki-laki dan 1 perempuan (Mat 19:3-12). Di sini, Gereja sebagai Mempelai Yesus memiliki arti Ilahi, sehingga makna Perkawinan Kristus dengan Gereja jauh melampaui makna perkawinan antar manusia di dunia. Gambaran kasih antara Yesus dan Gereja inilah yang menjadi acuan/ teladan kasih suami istri dalam Sakramen Perkawinan Katolik, yaitu kasih mempelai laki-laki yang sampai menyerahkan nyawa bagi mempelai perempuan-nya dan kasih mempelai perempuan yang tunduk menghormati suaminya. Persatuan antara Yesus dengan GerejaNya di akhir zaman digambarkan sebagai Perjamuan Kawin Anak Domba dalam kitab Wahyu 19:6-10.
Dalam hati kecil saya yang paling dalam..apapun yang dikatakan orang…hanya ada 1 hal yang aku sangat percaya kalau Yesus adalah juru selamatku dan tidak akan pena berubah..amin
Salam sejahtera, katolisitas.org
Saya seorang Katolik yang terbiasa dengan lingkungan sekolah Katolik sejak kecil. Begitu lulus, saya kaget bertemu dengan teman-teman Muslim yang tidak menerima konsep Trinitas. Mereka umumnya percaya dengan novel Da Vinci Code karya Dan Brown, saya sudah menjawabnya bahwa itu hanya fiksi. Namun bahwa Yesus hanya Nabi/manusia yang memiliki keturunan [katanya] sudah ada faktanya.
Saya cari di Google dan menemukan link ini: http://kisahislami.com/siapa-bilang-yesus-hidup-membujang-oleh-hj-irena-handono-pakar-kristologi-dan-pendiri-irena-center/
Mohon penjelasan ilmiahnya dari sudut pandang Katolik.
Terima kasih.
Shalom Florentina,
Sejujurnya, artikel pada link yang Anda sertakan tidak merupakan bukti ataupun fakta, bahwa Yesus menikah. Pertama-tama, artikel itu banyak mengutip ‘teori baru’ dari Prof. DR. Barbara Tiering, yang di kalangan akademis/para scholar sendiri tidak diterima, karena dipandang tidak kredibel karena kurangnya bukti. Sejak penelitian Tiering ditayangkan oleh Australian Broadcasting Corporation di tahun 1990, tak ada reaksi dari kalangan para sholar yang serius untuk mendukung teori Tiering ini. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tersebut tidak mempunyai dasar yang kuat untuk dapat diperhitungkan sebagai suatu teori yang dapat dipercaya.
Mari kita lihat sendiri beberapa argumen yang dijadikan dasar kesimpulannya:
1. Tiering berpandangan bahwa Injil Markus 14:3, Yoh 12:3 dan Luk 7:37, menuliskan tentang perkawinan Yesus.
Ini adalah argumen yang disimpulkan sendiri oleh Tiering, tetapi teks Injil Markus (dan kisah paralelnya dalam Injil Matius), Injil Yohanes dan Lukas tersebut tidak mengatakan demikian. Yang dikatakan di sana adalah bahwa Yesus sedang berada di rumah Simon si kusta dan ketika Yesus sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan yang kemudian mengurapi Yesus dengan minyak wangi. Karena dikatakan bahwa perempuan itu mengurapi Yesus (Mrk 14:3), meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya (Yoh 12:3) maka Tiering menyimpulkan bahwa wanita itu adalah istri Yesus. Tapi kan ini adalah kesimpulannya sendiri, yang tidak didukung oleh teks. Sebab kalau itu pesta perkawinan Yesus, maka Yesuslah yang mengundang para tamu tetapi di teks tidak dikatakan demikian. Yang dikatakan adalah Simon yang menjadi tuan rumahnya. Lalu kalau perempuan yang mengurapi Yesus dengan minyak wangi itu adalah mempelai wanita, maka tidak pada tempatnya jika tamu menjadi gusar melihat perbuatannya menuangkan minyak wangi (lih. Mrk 14:4), menganggap bahwa itu adalah pemborosan, (lih. Mrk 14:5) dan kemudian memarahi perempuan itu. Logiskah bahwa tamu pesta perkawinan memarahi mempelai wanita yang mengundangnya?
Memang perbuatan wanita yang mencium kaki seorang lelaki adalah perbuatan yang tidak umum bagi adat Yahudi, namun saya tidak menemukan bahwa jika itu dilakukan hukumnya adalah hukuman mati. Perbuatan yang jelas diganjar oleh hukuman mati adalah perbuatan zinah (lih. Im 20:10,13), namun mencium kaki tidak sama dengan berbuat zinah. Benar bahwa itu bukan perbuatan yang biasa dilakukan oleh wanita di hadapan umum, oleh sebab itu, Simon orang Farisi yang mengundang Yesus itu berkata, “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.”(Luk 7:39). Perkataan Simon ini juga melemahkan argumen bahwa perempuan itu adalah ‘istri’ Yesus, sebab jika ya, maka Simon tidak akan berpikir demikian.
2. Tiering berargumen Yesus pasti menikah karena semua orang harus menikah?
Iman Kristiani mengajarkan bahwa dalam Perjanjian Baru, Yesus menggenapi hukum Taurat Musa dalam Perjanjian Lama. Nah, walau dalam Perjanjian Lama, secara umum dipahami bahwa panggilan manusia adalah menikah dan membentuk keluarga, namun ada pula sejumlah orang dalam PL (suku Essenes) yang sudah mengkhususkan diri dalam hidup asketis dan mati raga, termasuk hidup selibat bagi Allah. Dalam Perjanjian Baru, Kristus sendiri menyatakan bahwa memang ada orang-orang sedemikian, “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.” (Mat 19:12). Jadi hal tidak kawin tidak otomatis melanggar perintah Tuhan, dan tidak ada persyaratan bahwa untuk mempelajari hukum Taurat Musa, syaratnya adalah menikah.
3. Tentang teks Nag Hammadi
Selanjutnya argumen yang dipakai sebagai dasar, yaitu tulisan yang dikutip dari teks yang disebut injil Philip di Nag Hammadi (yang ditemukan tahun 1945), juga bukan dasar yang kuat. Keaslian teks itu sendiri dipertanyakan, sebagaimana pernah dibahas di sini, silakan klik.
4. Yesus punya anak, 4 tahun setelah penyaliban-Nya?
Lalu argumen tentang bahwa ada anak Yesus yang dilahirkan 4 tahun setelah penyaliban, ini juga tidak masuk akal. Setelah Yesus wafat, bangkit, Ia naik ke surga pada tahun yang sama, maka tak mungkin 4 tahun kemudian (dan 11 tahun kemudian) Ia mempunyai anak-anak di dunia. Diskusi tentang apakah Yesus tidak sungguh-sungguh wafat di salib, sudah panjang lebar dibahas di sini, silakan klik. Selanjutnya apakah Yesus mempunyai istri, klik di sini.
Akhirnya, Florentina, mari kita pahami, bahwa memang banyak orang yang entah karena kesengajaan atau tidak, yang menolak untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka membaca Kitab Suci namun sudah dengan prakonsepsi tertentu, dan kemudian mencari ayat-ayat yang sepertinya mendukung prakonsepsi mereka, dan bukannya membaca teks dengan sungguh untuk memahami apa yang disampaikannya, dan dalam kaitannya dengan ayat-ayat yang lain. Dengan cara membaca Kitab Suci yang sedemikian, mereka yang tidak percaya ini dapat saja memberikan pandangan beragam yang menentang Kristus. Bahkan belakangan ini ada banyak sejumlah kalangan yang menulis kisah fiksi dengan mengutip beberapa tulisan kuno, sehingga terlihat ilmiah, untuk menentang ajaran iman Kristiani. Tapi semua ini tak perlu membuat iman kita goyah, sebab tulisan-tulisan yang dijadikan patokan argumen, seringnya adalah tulisan-tulisan yang tidak otentik, artinya tidak sungguh-sungguh berasal dari abad-abad pertama, tidak ada kaitannya dengan para Rasul. ‘Injil’ Philip sendiri adalah salah satu dari injil Gnostik yang menurut klaim penemuan teks Nag Hammadi berasal dari abad ke-3. Seandainya klaim ini benar sekalipun, injil ini tidak otentik, sebab tidak ditulis oleh Rasul Philipus, yang sudah wafat di abad pertama. Maka jika kita mendengar klaim-klaim seperti ini, sebaiknya kita mendoakan saja mereka yang membuatnya, semoga suatu saat nanti Tuhan sendiri yang menyatakan kebenaran-Nya kepada mereka.
Demikian tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Memang perbuatan wanita yang mencium kaki seorang lelaki adalah perbuatan yang tidak umum bagi adat Yahudi, namun saya tidak menemukan bahwa jika itu dilakukan hukumnya adalah hukuman mati. Perbuatan yang jelas diganjar oleh hukuman mati adalah perbuatan zinah (lih. Im 20:10,13), namun mencium kaki tidak sama dengan berbuat zinah. Benar bahwa itu bukan perbuatan yang biasa dilakukan oleh wanita di hadapan umum, oleh sebab itu, Simon orang Farisi yang mengundang Yesus itu berkata, “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.”(Luk 7:39). Perkataan Simon ini juga melemahkan argumen bahwa perempuan itu adalah ‘istri’ Yesus, sebab jika ya, maka Simon tidak akan berpikir demikian.
boleh saya bertanya? menurut anda apakah yang dimaksud dengan zina itu sendiri?
Shalom Rezzz,
Ya, memang perempuan tersebut disebut ‘perempuan berdosa’, bukan karena ia mencium kaki Yesus, tetapi karena perbuatan zinah yang dilakukan olehnya.
Katekismus Gereja Katolik, berdasarkan Kitab Suci mendefinisikan perbuatan zinah sebagai berikut:
KGK 2380 Perzinaan, artinya ketidaksetiaan suami isteri. Kalau dua orang, yang paling kurang seorang darinya telah kawin, mengadakan bersama hubungan seksual, walaupun hanya bersifat sementara, mereka melakukan perzinaan. Kristus malah mencela perzinaan di dalam roh (Bdk. Mat 5:27-28). Perintah keenam dan Perjanjian Baru secara absolut melarang perzinaan (Bdk. Mat 5:32; 19:6; Mrk 10:11; 1 Kor 6:9-10). Para nabi mengritiknya sebagai pelanggaran yang berat. Mereka memandang perzinaan sebagai gambaran penyembahan berhala yang berdosa (Bdk.Hos 2:7;Yer 5:7; 13:27).
KGK 2381 Perzinaan adalah satu ketidakadilan. Siapa yang berzina, ia tidak setia kepada kewajiban-kewajibannya. Ia menodai ikatan perkawinan yang adalah tanda perjanjian; ia juga menodai hak dari pihak yang menikah dengannya dan merusakkan lembaga perkawinan, dengan tidak memenuhi perjanjian, yang adalah dasarnya. Ia membahayakan martabat pembiakan manusiawi, serta kesejahteraan anak-anak, yang membutuhkan ikatan yang langgeng dari orang-tuanya.
Sedangkan definisi percabulan:
KGK 2353 Percabulan adalah hubungan badan antara seorang pria dan seorang wanita yang tidak menikah satu dengan yang lain. Ini adalah satu pelanggaran besar terhadap martabat orang-orang ini dan terhadap seksualitas manusia itu sendiri, yang dari kodratnya diarahkan kepada kebahagiaan suami isteri serta kepada turunan dan pendidikan anak-anak. Selain itu ia juga merupakan skandal berat, karena dengan demikian moral anak-anak muda dirusakkan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Yang menikah itu Yesus yg mana yaa.. di Philipna, Timor Leste atau Porto.. juga banyak yg pake nama de Yesus… hehehe, yg jelas menurut pemahaman saya pasti semua juga setuju bahwa Tuhan pasti gak nikah… masalahnya Tuhan (Yesus) itu Tuhan-nya siapa kan gitu.., kalo manusia sesuai keinginannya maunya sih nikah.. (apapun agamanya) tapi ada juga dgn berbagai alasan memilih tetap sendiri… nah semua juga pasti bakalan setuju bahwa nikah itu peristiwa suci yang banyak saksinya, diberitakan dimana-mana.. dan terutama soal silsilah seorang tokoh (agama)… banyak kitab akan menuliskan kesaksian orang2 sezamannya.. contoh nabi2 yang menikah lebih dari satu atau lebih dari itu.. ada juga tertulis dalam kitab suci.. contoh lain bahkan Yesus-Tuhan Krsitiani – Isa Almasih As.. dikisahkan sebagai seorang yang terkemuka didunia dan diakherat(satu2nya).. ini ada tertulis dalam kitab suci lain, jadi sebagai yang terkemuka didunia dan diakherat.. tanpa sejarah pernikahan suci.., maksudnya silsilah pernikahan, keberadaan dan anak-isteri serta mertua menurut kesaksian kitab suci dan referensi kitab suci umat lainnya, maka dia tetap suci adanya dari rahim perempuan yang suci… seperti kesaksian/diakui kitab suci lain juga.., masa’ sih masih gak percaya sama kitab suci..?? kalau ceritera tentang peristiwa pernikahan manusia yesus (jika itu benar) maka itu mungkin2 saja dan sangat manusiawi serta masuk akal sepanjang tidak sekedar akal-akalan manusia membuat sensasi sebagai bagian dari tanda2 datangnya akhir zaman yaitu munculnya banyak kepalsuan.. dan pemalsuan…
[dari Katolisitas: mungkin maksudnya yang menikah adalah seseorang lain yang mengambil nama Yesus, tetapi bukan Tuhan Yesus? Ya, memang hal ini terjadi, seperti beberapa orang di Amerika Latin yang mengambil nama Yesus, namun sebenarnya adalah orang biasa, yang menikah dan punya keluarga. Namun tentu mereka ini bukan Tuhan Yesus]
salam damai..
Salam Damai Kristus, Kristus adalah jalan, kebenaran dan hidup. Itu iman saya dan ini harga mati! Polemik atau pengkajian untuk sebuah pembuktian sejarah itu baik, tetapi satu hal kalau yang mau di cari mengenai dunia saya salut, tetapi ketika kita berusaha untuk membuktikan secara pengetahuan tentang iman seseorang saya harap ini suatu kekeliruan. Iman bukan sesuatu harus di pahami secara akal budi manusia, bicara soal iman kita sedang bicara soal penghayatan hidup. Saya sebagai orang Katolik tidak peduli dan pengaruh sedikit soal Tuhan ku pernah menikah atau tidak menikah, silah anda berdebat, silahkan dengan segala argumenmu, teori apapun untuk pembuktian itu keyakinan saya… Yesus adalah Tuhan dan Jutu selamatku, Yesus adalah Jalan, kebenaran dan hidup, ini harga mati! Saya harap marilah kita saling menghargai sebab soal iman banyak orang telah menjadi martir… Saya bangga memiliki pasangan suami istri pa Stef dan bu Inggrid.. Salam kenal dari bumi NTT- Kupang
Bu Inggrid dan Pa Stef yang terhormat, trima kasih banyak atas info yang yang termuat dalam situs ini,…
Ibu Ingrid..
Baru-baru ini telah diterbitkan mengenai penemuan cebisan papirus berkaitan dengan isteri yesus..Di fahamkan bahawa cebisan papirus itu ditulis dalam bahasa koptik mesir .
apa pandangan Ibu mengenai perkara ini
adrain
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
dear Pak Stef dan Bu Inggrid
baru2 ini di kompas ada diketemukan semacam dokumen yang menyatakan kalau Yesus menikah walaupun masi ada perdebatan ttg hal ini.
berikut di bawah ini ada link yang saya berikan.
http://internasional.kompas.com/read/2012/09/19/09572440/Apakah.Yesus.Dulu.Menikah
apakah pihak vatican telah merespon ttg dokumen tsb. Dan jg claim yang menyatakan jemaat perdana percaya Yesus menikah (ada di artikel itu)
mohon jawabannya.
terima kasih
Shalom Richard,
Sebenarnya, penemuan seperti ini tidaklah membuktikan bahwa Yesus menikah, mengingat bahwa papyrus tersebut diperkirakan dari abad ke-4 dan dalam bahasa coptic, yang sampai saat ini para ahli juga masih memperdebatkan keasliannya. Ke-empat Injil, yang ditulis dalam bahwa Yunani dan Ibrani tidak menuliskan bahwa Yesus pernah menikah, termasuk juga dokumen-dokumen awal tidak menyebutkannya. Tidak ada yang salah dengan pernikahan dan kalau ke-empat Injil serta dokumen dari abad-abad awal tidak menyebutkan bahwa Yesus menikah, maka itu karena memang Yesus tidak menikah. Dan hal ini memang adalah sungguh sesuai dengan misi yang harus diemban-Nya. Kalau para pastor dengan misi menyebarkan kabar gembira memilih untuk tidak menikah, maka tidaklah aneh kalau Yesus yang mempunyai misi menyelamatkan manusia dengan memberikan nyawanya, tidak menikah. Jadi, kita tidak perlu terpengaruh dengan penemuan seperti ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya membaca buku berjudul istri Pilatus. Di situ disebutkan klo yang menikah di Kana adalah Yesus dan Maria Magdalena, apakah benar? Mohon penjelasan, apakah buku tersebut menceritakan yang sebenarnya mengenai kehidupan Yesus?
thanks
GBU
[dari katolisitas: silakan membaca tanya jawab ini – silakan klik.]
Beatific Vision, apakah itu?
Shalom Alexander,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang beatific vision. Kalau kita mau mengerti tentang ini, kita harus melihat beberapa tipe pengetahuan (knowledge) di dalam Kristus, yang terbagi menjadi tiga: 1) acquired knowledge, 2) infused knowledge, 3) beatific vision. Yang pertama adalah seperti yang kita alami, dimana kita belajar untuk melakukan abstraksi, memberikan kesimpulan, berfikir secara logis, dll. Kemudian yang kedua (infused knowledge) adalah Tuhan sendiri yang memberikan pengetahuan, seperti yang terjadi pada para nabi. Ini terjadi seperti juga pada St. Padre Pio, dimana Tuhan sendiri memberikan pengetahuan kepada santo ini untuk membaca dosa dari orang yang mengaku dosa kepadanya. Sedangkan yang ketiga, yaitu beatific vision, adalah di atas semua pengetahuan tersebut, yang memungkinkan seseorang melihat Tuhan muka dengan muka. Hal ini dicapai bukan dengan menggunakan intelektulitas kita maupun pengetahuan dari Tuhan yang dibatasi oleh ide-ide kita. Namun, beatific vision memungkinkan kita melihat Tuhan sebagaimana adanya Dia. Rasul Paulus dan rasul Yohanes mengatakan:
Melihat muka dengan muka tanpa penghalang hanya mungkin kalau kita melihat Tuhan bukan lewat pengetahuan kita namun lewat Kristus sendiri (the Word), sehingga kita dapat berpartisipasi dalam misteri Trinitas secara lebih dalam. Kita akan mendapatkan beatific vision kalau kita masuk dalam Kerajaan Sorga. Namun, beberapa orang mungkin dalam kadar terbatas diberikan oleh Tuhan beatific vision pada waktu masih hidup di dunia ini, seperti yang dialami oleh rasul Paulus (lih. 2 Kor 12:1-10). Dan tentu saja, Kristus mempunyai beatific vision selama hidup-Nya. Dan permenungan beatific vision ini menjadi sangat berat ketika Dia berdoa di taman Getsemani, dimana dengan beatific vision, Kristus melihat secara jelas semua perbuatan dosa dan perbuatan kasih dari seluruh umat manusia, dari mulai Adam sampai manusia terakhir di dunia ini. Tentang hal ini, silakan membaca renungan ini (silakan klik). Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – https://katolisitas.org
Hello, bukunya itu berjudul “PERNIKAHAN YESUS” di cover tertulis “membuktikan kemungkinan bahwa Yesus Beranak Istri” di tulis oleh MAGGY WHITEHOUSE buku ini terjemahan dari judul aslinya ‘THE MARRIAGE OF JESUS” aslinya diterbitkan di UK, harga buku Rp 45 Ribu. di Gramedia banyak……menarik isinya, pencerahan dari dunia luar…..sebaiknya di baca dan diketahui, jangan terus-terusan terperangkap dalam doktrinisasi baku yang seolah-olah benar secara mutlak……………aku sudah borong 25 buku dan dibagikan buat orang-orang yang ingin mencari kebenaran.
Shalom Yulfentri Munaf,
Terima kasih atas kunjungannya ke katolisitas.org dan juga terima kasih atas komentarnya. Memang ada banyak buku yang mencoba membuktikan bahwa Yesus menikah dan mempunyai keturunan. Untuk menjawab pertanyaan ini, silakan membaca jawaban saya disini (silakan klik).
Yulfentri mengatakan bahwa “jangan terus-terusan terperangkap dalam doktrinisasi baku yang seolah-olah benar secara mutlak“. Saya tidak mengerti secara persis pernyataan ini. Apakah salah kalau orang Katolik mendasarkan argumentasinya pada dasar imannya, yaitu Alkitab, Tradisi Suci, dan Magisterium? Bagaimana kalau ada orang yang bertanya hal yang sama kepada Yulfentri?
Kalau dikatakan bahwa Yulfentri membagikan buku tersebut kepada orang yang mau mencari kebenaran, dapatkah saya bertanya: “Apakah yang dimaksud dengan kebenaran? kebenaran yang mana? apa kriteria dari kebenaran?”
Semoga kita bersama-sama dapat menemukan kebenaran. Dan bagi umat Katolik kebenaran hanya dapat ditemukan di dalam Yesus, karena Dia yang adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Dan Dia yang akan mengadili seluruh umat manusia pada pengadilan terakhir.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Untuk Sdri.Yulfentry Munaf,
Saya hanya ingin menanggapi tindakan yg anda lakukan ” untuk mendapat kebenaran menurut versi anda ” yg sebenarnya anda sendiri hanya mencari dukungan untuk meyakinkan tulisan seseorang yg belum jelas kebenarannya?? Aneh memang, untuk seseorang yg merasa beriman kuat kpd suatu agama/keyakinan spt anda, masih mencari celah untuk menjatuhkan agama/keyakinan orang lain.
Cukup prihatin dan merasa kasihan saja, kenapa masih ada orang yang lebih senang menghakimi agama/kepercayaan pihak lain sementara dia sendiri belum tentu hidup dengan “benar” sesuai dengan yg diyakininya.
Semoga anda dan juga mereka2 yang selama ini dibutakan dalam keimanan yg sempit akan mendapat hidayah dan pencerahan dalam akal,budi, dan hati. Seperti pepatah umum mengatakan ” Janganlah engkau melakukan sesuatu yg tidak ingin orang lakukan kepadamu “.
Syalom,
Ade A.
syalomm
wah menarik memang.. dari kecil juga sudah sering bertanya-tanya, apakah Yesus (Tuhan) tidak menikah, tidak punya isteri apalagi anak? padahal kan waktu itu tiap lelaki gak susah menikah sekaliiii saja.. meskipun beberapa kali juga ndak masalah.. jawaban yang saya dapat dulu ya gitu.. apa Tuhan harus punya isteri dan anak, kalau Dia bisa menciptakan manusia menjadi sebanyak sekarang(waktu itu…/ apalagi sekarang)
tulisan ceritera dan fragmen tentang Yesus Menikah sudah berlangsung cukup lama rupanya, tapi baru beberapa pekan ini saya temui di situs internet… yang saya heran kok umat Kristen.. gak pada demo-demo peleceha kitab suci.. pelecehan kemuliaan Tuhan.. juga.. gak bakar bendera.. dan ndak menyerang kedutaan asing.. jawabannya sederhana rupanya.. orang Kristen itu ndak berhak membalas kejahatan orang lain.. karena itu hak-nya Tuhan Allah.. eh Tuhan Yesus…
doktrin tiap kitab suci sudah jelas untuk agamanya masing2.. bahkan khusus tentang Yesus sebagai yang terkemuka dunia dan akherat juga diakui kitab suci lain.. kelahirannya dari bunda (perawan) suci juga dipersaksikan oleh agama lain… dan silsilah keturunan Yesus tidak pernah diberitakan.. seolah semua kitab suci tahu kalau Dia memang tidak pernah menikah.. padahal nabi-nabi sebelum dan sesudah Dia konon menikah lebih dari satu kali bahkan berkali-kali.. lalu kedatanganNya diakhir zaman sebagai satu-satunya yang akan memusnahkan dajal juga yang ceritera kitab suci lain itu… ya heran juga kok masih ada oknum yang gak percaya sama kitab sucinya sendiri bahwa Yesus itu tokoh agama yang paling suci too..
kalau Yesus (Tuhan) itu pernah menikah.. dan menikah lagi.. dan menikah lagi.. lagi dan lagi.. dan lagi-lagi.. maka Dia tidak layak menjadi tokoh panutan apalagi sebagai Tuhan bahkan bagi umat Kristen sendiri..
yah semoga para pencari kebenaran segera menemukan semua yang dicarinya.. karena Yesus (Tuhan) itu memang menghendaki semua orang dapat mencapai hidup kekal dalam kebenaran.. karena Dia adalah jalan, kebenaran dan hidup.. tak seorangpun sampai kepada hidup kekal jika tidak melalui Dia.. selamat menjalani masa pencarian kebenaran itu..
wah Tuhan Yesus.., maafkan saya.. karena saya tau saat ini Tuhan tengah tersenyum melihat keluguan manusia dibawah kolong langit dan diatas muka bumi ini.. saya tau Tuhan Yesus tidak pernah marah.. dan Tuhan Yesus maha mengampuni.. maka ampunilah kami jika tulisan ini tidak menyenangkan hati Tuhan.. amin..
dari sisi lain- ini saya paste pandangan seorang Yahudi ttg seorang laki2 yang membujang hingga usia 30 tahun
[quote] It took me some years to realise that I was so convinced Jesus was married because it didn’t explicitly say he wasn’t. From my point of view, from the Jewish point of view, to get to 30 and not be married requires comment and explanation! [unquote]
dari : http://www.bbc.co.uk/religion/religions/judaism/beliefs/eyes_1.shtml
mungkin kita tidak akan pernah berjumpa dengan Yesus historis – yang kita temui melulu Yesus Kristologis
salam
Shalom Skywalker,
Gereja Katolik tidak pernah memisahkan Yesus secara historis dan Yesus Kristologis. Kristus yang kita imani adalah Yesus menurut sejarah (silakan baca artikel ini, silakan klik, jika anda belum membacanya).
Inilah prinsip yang diajarkan oleh Bapa Paus Benediktus XVI dalam bukunya, "Jesus of Nazareth" yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rm. Mardiatmadja SJ, yang juga adalah pembimbing website ini.
Pemisahan Yesus historis dan Kristus Kristologis bersumber dari ajaran the Jesus’ Seminar, yang memang dihadiri oleh golongan Kristen liberal yang pada dasarnya ingin menghapus adanya unsur supernatural/ mukjizat yang ada di kitab Injil. Gerakan ini sebenarnya telah ada pada akhir abad ke-19 di Jerman, yang melahirkan gerakan yang disebut Modernism. Gerakan ini dikecam oleh Bapa Paus Pius X dalam surat ensikliknya, Pascendi Dominici gregis.
Jadi pendapat bahwa Yesus menikah, dst, yang berasal dari kalangan Yahudi seperti yang anda sebutkan, bukanlah sumber yang selayaknya kita pegang. Karena pendapat tersebut mencoret kemungkinan supernatural, yang jelas-jelas ada pada diri Yesus, sebab Ia selain sungguh-sungguh manusia juga sungguh-sungguh Allah. Belum lagi karena fakta juga menunjukkan bahwa pada saat itu banyak pria dari suku Essenes yang juga tidak menikah, contohnya, Yohanes Pembaptis. Jadi pria yang tidak menikah bagi orang Yahudi pada saat itu bukannya tidak mungkin seperti yang dikatakan oleh mereka.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
terima kasih koreksinya –
saya memandang kitab injil sebagai buku teologi – unsur kesejarahan detail2 injil dapat diragukan diantaranya karena ke empat injil kerap tidak bersepakat ttg narasi Yesus (misal kisah kelahiran versi Luk vs. versi Mat, silsilah versi Luk ver versi Mat, hari kematian Yesus versi Yoh vs. versi sinoptis)
tidak hendak mengatakan bahwa yang supernatural itu mustahil – tetapi hanya mau berargumen bahwa Yesus historis sulit ditemukan lewat injil/perjanjian baru yang mungkin tidak terlalu berminat dengan soal-soal historisitas seperti orang yang hidup dizaman ini
bahwa pernah ada lelaki Yahudi bernama Yesus yang disalib dan kemudian ada sekumpulan orang yang beriman padaNya bisa dikonfirmasi oleh dokumen2 non kristen (historisitas soal ini terjamin), tetapi detail hidup Yesus (lahir dimana, bagaimana hidup, dsb) kiranya sudah hilang dalam sejarah
maka saya hendak mengutip anda :
[quote] Pada akhirnya, kita harus mengakui soal menerima ke-Tuhanan Yesus adalah soal iman. Bagi mereka yang percaya, memang bukti sejarah sampai sedetail-detail-nya tidak diperlukan. Tapi bagi mereka yang tidak percaya, bahkan bukti yang sudah nyata dan detail sekalipun tidak dirasa cukup. Akhirnya, kita meyakini bahwa iman adalah karunia. [unquote]
https://katolisitas.org/kristus-yang-kita-imani-yesus-menurut-sejarah/
saya teringat pada kisah tentang Rasul Didimus – kiranya selalu ada tempat bagi dia didalam gereja Kristus – dia bukan “tidak percaya”, dia hanya ingin melihat dengan cara “nya”, bukan cara “ke-10 rasul lain” – dan itu wajar saja IMHO
Shalom Skywalker,
1) Memang Kitab Injil bukan buku ilmu pengetahuan sejarah, namun isinya tetap dapat dipertanggungjawabkan secara historis. Dalam hal ini kita berpandangan sama. Namun Gereja Katolik tidak pernah ‘memisahkan’ Yesus historis dan Yesus Kristologis seperti yang anda tuliskan. Hal ini ditegaskan kembali oleh Bapa Paus Benediktus XVI dalam buku karangannya, Jesus of Nazareth. Memang, ada periode dalam hidup Yesus yang tidak dituliskan di Injil yaitu antara umur 12-29 tahun, namun itu tidak menjadikannya kita dapat memisahkan Yesus historis dengan Yesus Kristologis. Perihal bahwa periode itu tidak dituliskan adalah karena pada tahun-tahun itu Yesus bekerja sebagai tukang kayu, mengikuti pekerjaan bapa angkatnyanya, St. Yusuf. Karena itulah, orang-orang mengenal Yesus sebagai anak tukang kayu (lih. Mt 13:55). Bapa Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Labor Exercens (On Human Work), 26, mengatakan: "Dan jika kita tidak menemukan dalam perkataan-Nya [Yesus] perintah khusus untuk bekerja…. pada saat yang sama kesaksian hidupnya menunjukkan sesuatu yang tidak diragukan lagi: Ia berasal dari "dunia pekerja". Ia mempunyai penghargaan dan hormat terhadap pekerjaan manusia. Dapat dikatakan bahwa Ia melihat dengan penuh kasih kepada pekerjaan manusia dan segala bentuknya, dan melihat di dalam setiap bentuknya, saluran khusus yang menunjukkan keserupaan manusia dengan Tuhan Sang Pencipta dan Bapa [yang terus berkarya]…"
2) Tentang Rasul Thomas atau Didimus, kita percaya bahwa memang ia mengambil bagian dalam bilangan ke-dua belas Para Rasul (lih. Why 21:14). . Kita pantas berterima kasih kepada Rasul Thomas ini (lih. Yoh 20:24-29), karena melalui kisahnya, kita malah semakin yakin bahwa Yesus memang sungguh-sungguh Tuhan. Sebab pada saat Yesus menampakkan diri lagi dan membiarkan Thomas mencucukkan jarinya ke dalam luka-luka-Nya, Thomas berkata, "Ya Tuhanku dan Allahku." Yesus tidak menyangkalnya, dan semua murid percaya kepada-Nya. Dengan demikian ayat ini merupakan salah satu ayat penting yang menunjukkan ke-Allahan Yesus; dan juga harusnya kita berkata sama setiap kali kita memandang Hosti yang sedang/ sudah dikonsekrasikan, sebab pada saat itu seharusnya kita dapat memandang Hosti itu dengan iman berkata, "Ya Tuhanku, dan Allahku." Maka, kita selayaknya berterima kasih kepada Rasul Thomas, dan seandainya ada di antara kita yang memang selalu ingin menyelidiki terlebih dahulu sebelum percaya, sesungguhnya itu tidaklah keliru. Hanya saja, jangan sampai dalam menyelidiki itu kita hanya membatasi diri kepada penggunaan akal semata-mata. Sebab jangan lupa, Rasul Thomas juga ada bersama-sama para rasul lainnya dalam doa menantikan Roh Kudus pada hari-hari menjelang Pentakosta (Kis 1:13). Suatu permenungan bagi semua orang yang senang mempelajari iman, sudahkah juga kita menyediakan waktu untuk berdoa untuk mengalami komunikasi dengan Tuhan, oleh kuasa Roh Kudus? Karena dengan bimbingan Roh Kudus, maka kita akan dibawa kepada pemahaman iman kita dengan lebih dalam lagi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
[quote] Dalam hal ini kita berpandangan sama. Namun Gereja Katolik tidak pernah ‘memisahkan’ Yesus historis dan Yesus Kristologis seperti yang anda tuliskan [unquote]
tentu saja iman kita bersumber pada tokoh historis – bukan tokoh mitologis alias khayal – akan tetapi buku sumber iman jelas bukan buku sejarah – karena itu buku iman hence teologis
dan saya menutup dengan berterima kasih satu kali lagi atas ulasan ttg Didimus
[quote] Karena dengan bimbingan Roh Kudus, maka kita akan dibawa kepada pemahaman iman kita dengan lebih dalam lagi.[unquote] – saya yakin Roh Kudus memberikan bimbingan yang unik – fit for purpose – bagi masing2 – sebab bukankah seorang pujangga gereja pernah menulis “aku ingin memahami apa yang aku imani”
terima kasih
[dari Admin: Pertanyaan ini kami pindahkan dari artikel Bunda Maria, tetap perawan, mungkinkah?]
Dear stefanus and Inggrid. Terima kasih atas jawabannya. Btw aku mau nanya lg, kemarin aku liat buku tapi lupa judulnya, tulisan di cover bukunya ttg pernikahan yesus dan keturunannya. liat tulisan di covernya jadi nga berani baca. Apa buku itu benar ato tidak ya?
Thanks
GBU
[dari Admin: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas oleh Stef dan Ingrid]
Comments are closed.