Salah satu diskusi agama yang terpenting adalah tentang keselamatan. Gereja Katolik mengajarkan prinsip Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS), yaitu, Tidak ada keselamatan di luar Gereja Katolik. Namun, hal ini harus dimengerti dengan benar. Dogma ini bukanlah mengatakan “Yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka”. Pernyataan ekstrim seperti ini pernah dikatakan oleh seorang Pastor di Amerika yang bernama Fr. Leonard Feeney. Namun kemudian ia mendapat teguran keras dari Vatikan, melalui Uskupnya yaitu Uskup Boston, Richard J. Cushing. Berikut ini silakan melihat link-nya di sini, http://www.ewtn.com/library/CURIA/CDFFEENY.HTM, tentang pernyataan dari Vatikan (dari Kongregasi Kepausan) untuk meluruskan pengertian yang salah tersebut.
Bapa Paus Pius XII memang, mengulangi pengajaran yang telah berakar dari para Bapa Gereja, yaitu sejak jaman St. Cyprian dan St. Agustinus. (Lihat De Bapt. IV, 17, 24) di abad ke 4 dan ke 5 mengajarkan bahwa tidak ada keselamatan di luar Gereja Katolik. Namun ajaran ini harus dimengerti berdasarkan interpretasi Gereja Katolik yang mengeluarkannya, dan bukan untuk di-interpretasikan secara pribadi. Nah, menurut pernyataan Gereja Katolik, seperti yang dituliskan dalam link di atas, maksudnya adalah demikian:
1. Tuhan Yesus memerintahkan kepada para rasul untuk membaptis dan mengajar semua bangsa segala perintah-Nya (Mat 28:19-20). Segala perintah-Nya di sini adalah termasuk untuk menggabungkan diri melalui Pembaptisan dengan Tubuh Mistik Kristus, yaitu Gereja yang didirikan-Nya di atas Petrus (Mat 16: 18) dan penerusnya, yang melaluinya Kristus memimpin umat-Nya.
2. Maka seperti diajarkan dalam Lumen Gentium 14, “…andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” [Namun tentu untuk parameter ‘benar-benar tahu’ itu hanya Tuhan yang tahu]
3. Maka Tuhan Yesus memerintahkan seluruh bangsa untuk bergabung dengan Gereja-Nya, dan menetapkan Gereja sebagai sarana bagi seseorang untuk memperoleh keselamatan.
4. Namun, di dalam belas kasihan-Nya yang tak terbatas, Tuhan berkehendak bahwa efek-efek yang diperlukan agar seseorang dapat diselamatkan, yang adalah bantuan untuk mengarahkan seseorang kepada keselamatan yang menjadi tujuan hidupnya, tidak dengan keharusan yang mutlak, namun dengan institusi ilahi, dapat juga diperoleh di dalam keadaan- keadaan tertentu di mana bantuan tersebut digunakan hanya melalui keinginan dan kerinduan. Hal ini jelas diajarkan di dalam Konsili Trente, berkaitan dengan sakramen Pembaptisan dan Pengakuan dosa.
Demikianlah dengan derajat yang sama, harus diajarkan bahwa Gereja adalah bantuan umum untuk keselamatan. Maka, bahwa untuk dapat mencapai keselamatan, seseorang tidak harus selalu tergabung di dalam Gereja sebagai anggota secara nyata, tetapi setidak-tidaknya, tergabung dengannya (Gereja) melalui keinginan dan kerinduan.” Silakan membaca apa itu “Implicit desire for Baptism“, silakan klik di sini.
5. Keinginan ini tak harus selalu eksplisit, seperti dalam diri katekumen, tetapi, ketika seseorang mempunyai “invincible ignorance” (ketidaktahuan yang tak dapat dihindari) Tuhan tetap dapat menerima keinginan yang implisit, yang termasuk dalam sikap batin yang baik yang selalu ingin melaksanakan kehendak Tuhan.
6. Pengertian di atas dijelaskan sendiri oleh Paus Pius XII pada tgl 29 Juni 1943, menjelaskan surat Ensikliknya, Tentang Tubuh Mistik Yesus Kristus (Mistici Corporis), AAS, Vol.35, an. 1943, p. 193 ff.). Maka Paus membedakan mereka yang secara nyata menjadi anggota Gereja dan mereka yang bersatu dengan Gereja hanya dalam keinginan.
7. Menjelaskan tentang keanggotaan Tubuh Mistik Kristus ini Paus Pius XII mengatakan, “Yang menjadi anggota Gereja adalah mereka yang telah dibaptis dan menyatakan iman yang benar, dan yang belum pernah memisahkan diri mereka sendiri dari kesatuan Tubuh, atau yang dikeluarkan oleh otoritas yang legitim karena kesalahan-kesalahan yang sangat berat.”
8. Paus Pius XII juga mengundang kepada kesatuan mereka yang tidak tergabung dalam Gereja Katolik. Paus menyebutnya mereka sebagai “yang berhubungan dengan Tubuh Mistik Kristus dengan kerinduan dan keinginan tertentu yang tidak disadari” dan mereka ini bukannya tidak termasuk dalam keselamatan kekal, tetapi, “…mereka tetap kurang dapat memperoleh bermacam karunia surgawi dan bantuan-bantuan yang hanya dapat diberikan di dalam Gereja Katolik” (AAS, 1.c., p 243). Maka dengan perkataan yang bijaksana ini, Paus mengkoreksi 1) mereka yang mengatakan bahwa keselamatan tidak mencakup orang-orang yang bersatu dengan Gereja secara implisit, dan 2) mereka yang mengatakan bahwa orang-orang dapat sama saja diselamatkan dengan baik di setiap agama manapun.
9. Tidak boleh hanya diajarkan bahwa segala keinginan untuk memasuki Gereja sudah cukup sehingga seseorang dapat diselamatkan. Adalah perlu bahwa keinginan yang menggabungkan seseorang dengan Gereja harus dijiwai oleh kasih yang sempurna. Juga keinginan implisit ini tak akan berdaya guna, kecuali jika orang itu mempunyai iman yang supernatural: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr 11:6). Konsili Trente mengajarkan (Ses.VI, ch.8), “Iman adalah awal dari keselamatan manusia dan pondasi dan akar dari pembenaran, yang tanpanya seseorang tidak mungkin menyenangkan Tuhan dan memperoleh persahabatan sebagai anak-anak Allah.” (Denz, n.801)
10. Maka pengajaran Paus Pius XII ini tidak bertentangan dengan pengajaran Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 16, “Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal [33]. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, Gereja pandang sebagai persiapan Injil [34], dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.”
Sebab keselamatan tidak tertutup bagi orang-orang yang bukan karena kesalahan sendiri tidak mengenal Kristus dan Gereja-Nya. Namun tentu saja, bantuan yang mereka perlukan tidak sama bentuknya dengan bantuan yang diperoleh melalui sakramen- sakramen Gereja. Dalam hal ini, kita perlu dengan rendah hati menyerahkan kepada kebijaksanaan Tuhan mengenai bagaimana Tuhan akan memberikan bantuan ilahi kepada mereka yang di luar Gereja Katolik, yang bukan karena kesalahan sendiri, namun selalu berusaha dengan tulus hati mencari Allah. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa ada keselamatan di luar Gereja ataupun di luar Kristus. Sebab seandainya mereka diselamatkan, hal itu tetap tercapai hanya melalui jasa Kristus yang dalam kesatuan dengan Gereja-Nya, senantiasa menyampaikan rahmat keselamatan kepada umat manusia sampai akhir zaman.
Akhirnya, kita harus melihat juga dengan obyektif, sebab berada di Gereja Katolik saja bukan jaminan bahwa seseorang pasti selamat, sebab masih ada bagian yang harus dilakukan orang itu, yaitu bertumbuh dalam iman dan kasih. Lumen Gentium 14 mengatakan, “Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya” [26]. Pun hendaklah semua Putera Gereja menyadari, bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras [27].”
Pada akhirnya, memang hanya Tuhan saja yang dapat menentukan seseorang diselamatkan atau tidak. Di atas semua itu memang kita perlu meyakini bersama bahwa pada dasarnya, Allah “menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (1 Tim 2:4), namun memang akhirnya tergantung bagaimana setiap dari kita menanggapinya. Bagi orang Katolik memang kebenaran tak hanya diperoleh dari Kitab Suci, namun juga dari Tradisi Suci Gereja. Sebab, Alkitab sendiri mengatakan tonggak dan dasar kebenaran adalah Gereja (1 Tim 3:15), dan bukannya Kitab Suci. Maka sangatlah penting bagi kita untuk melihat kebenaran yang diajarkan oleh Gereja baik melalui Kitab Suci namun juga melalui para Bapa Gereja dalam Tradisi Suci. Namun demikian, maksud utama dari mempelajari ajaran Gereja adalah untuk mengetahui bagaimana supaya kita dapat diselamatkan dan bukannya untuk mencari siapa yang masuk neraka, karena Gereja sendiri tidak mengajarkan demikian. Akhirnya, daripada berpayah-payah menduga siapa-siapa yang masuk neraka, lebih baik berjuang untuk hidup dalam kekudusan, supaya kita bisa didapati-Nya siap sedia untuk masuk dalam Kerajaan Surga.
Shalom
Saya ingin menanyakan jika semua orang non kristen dapat diselamatkan maka apa yang membedakan umat beriman dengan orang yang orang yang tidak beriman( apakahmenjadi kristen mendapat nilai plus)? Saya pernah mendengar kotbah seorang pendeta bernama erastus sabdono ajaran beliau tentang keselamatan mirip seperti ajaran gereja katolik yaitu semua orang non kristen dapat diselamatkan kecuali jika orang tersebut menghina Tuhan Yesus , dan Allah Tritunggal maka orang tersebut tidak akan diselamatkan. Beliau mengatakan yang membedakan orang percaya dengan yang tidak percaya adalah kita akan menjadi anggota kerajaan Allah , memerintah bersama Kristus dan dimuliakan dengan Tuhan Yesus sedangkan orang yang tidak percaya namun diselamatkan hanya menjadi warga kerajaan Allah
Dan beliau sangat sering mengatakan kita harus menjadi corpus delikti di dunia ini karena dunia bukan rumah kita. saya tidak tahu arti corpus delikti itu , apakah yang dimaksud dengan corpus delikti itu ? Terus terang saya menjadi mulai tertarik dan mengenal katolik adalah melalui pendeta tersebut. Yang terakhir adalah apakah saya harus dibaptis ulang jika saya kembali lagi ke gereja yang sejati yang didirikan ileh Kristus sendiri (gereja katolik)? Terima kasih Tuhan memberkati
Shalom Didimus 12,
Saya mengundang Anda untuk membaca kembali artikel di atas, silakan klik. Di sana tidak dikatakan bahwa semua orang non Kristen dapat diselamatkan. Sebab walaupun Allah menghendaki semua orang diselamatkan (1Tim 2:4), namun hal perwujudannya, itu melibatkan kerja sama dengan orang yang bersangkutan.
Gereja mengajarkan bahwa agar orang dapat diselamatkan, diperlukan iman. Sebab Sabda Allah mengatakan bahwa “tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah … ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibr 11:6)
Selanjutnya mengenai topik keselamatan menurut Gereja Katolik, silakan Anda membaca artikel-artikel berikut ini:
Apakah arti EENS?
Apakah Konsili Vatikan II mengubah ajaran tentang EENS?
Sola Fide menurut Paus Benediktus XVI
Keselamatan dan hubungannya dengan Baptisan
Dominus Iesus
Penjelasan tentang Deklarasi Dominus Iesus
Terus terang, saya tidak paham dengan apa yang Anda katakan, bahwa ‘kita harus menjadi corpus delicti di dunia ini’. Sebab arti corpus delicti (sebagaimana dapat dibaca di Wikipedia) adalah ‘the principle that a crime must have been proven to have occurred before a person can be convicted of committing that crime.‘ Mengapakah kita itu harus menjadi ‘prinsip tentang pembuktian sebuah kejahatan’?
Akhirnya, jika Anda sudah pernah dibaptis secara sah dalam salah satu gereja anggota PGI, maka jika Anda mau menjadi Katolik, Anda tidak perlu dibaptis ulang. Anda hanya perlu diteguhkan/ diterima menjadi Katolik. Namun sebelum itu, umumnya Anda perlu mengikuti proses katekumenat (masa persiapan menjadi Katolik & pelajaran tentang ajaran iman Katolik), yang lamanya sekitar satu tahun. Silakan menghubungi paroki terdekat di mana Anda berdomisili.
Jika Anda terpanggil untuk menjadi Katolik, maka kami turut bersuka cita bersama Anda. Selamat mengalami perjalanan iman menuju persekutuan penuh dengan Gereja Katolik, Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri di atas Rasul Petrus.
Salam kasih dalam Kristus Than,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
saya juga percaya kalau diluar gereja juga ada keselamatan.*no offense* :)
[dari katolisitas: Coba silakan membaca lagi dengan lebih teliti, terutama pada bagian “bagi yang bukan karena kesalahan sendiri tidak mengenal Kristus dan Gereja-Nya….”]
Apakah menurut katolik, pengikut lutheran, Orthodox, Anglikan dll. tidak termasuk golongan yang selamat? setahu saya mereka juga mengimani Allah, Jesus dan Holy Spirit.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca kembali artikel di atas. Gereja Katolik tidak mengajarkan demikian. Sebab terdapat kemungkinan bagi mereka yang tidak mengenal Gereja Katolik (sebagai Gereja yang didirikan Kristus) dan bahkan bagi mereka yang belum sempat mengenal Kristus, untuk diselamatkan, jika ketidaktahuan mereka itu bukan karena kesalahan mereka sendiri (istilahnya “invincible ignorance”), dan mereka menanggapi rahmat Allah selama hidupnya, dengan mencari Allah menurut tuntunan hati nuraninya, bertobat, mempunyai iman akan Allah (yang dinyatakan dengan Baptisan, pada umat Kristen non- Katolik) dan melaksanakan kasih. Orang-orang sedemikian tergabung Gereja Katolik, walau tidak dengan sempurna. Selanjutnya tentang ajaran EENS, silakan membaca di sini, silakan klik]
Pak Stef, Bu Ingrid dan Rm Santo Ytk,
Di poin 9 menjelaskan : Tidak boleh hanya diajarkan bahwa segala keinginan untuk memasuki Gereja sudah cukup sehingga seseorang dapat diselamatkan. Adalah perlu bahwa keinginan yang menggabungkan seseorang dengan Gereja harus dijiwai oleh kasih yang sempurna. Juga keinginan implisit ini tak akan berdaya guna, kecuali jika orang itu mempunyai iman yang supernatural: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr 11:6).
> Kasih yang sempurna harus ada dan tanpa iman supernatural tidak berdaya guna kalau hanya sekedar keinginan saja. Dan syarat yang lain ya ada di Ibr (11 : 6)
Dengan begitu banyak teman-teman non Katolik yang tentu tidak sesempurna Katolik ajarannya, lantas seperti apa kasih sempurna dan iman supernatural yang harus mereka penuhi untuk bisa sesuai dengan poin 9 di atas ? Bisa diberi contohnya yang Invincible dan vincible Ignorance-nya ?
Terima kasih.
Shalom Gentur,
1. Kasih yang sempurna dan iman yang supernatural/ adikodrati
Kasih yang sempurna ini mengacu kepada yang diajarkan oleh Kristus, yaitu mengasihi tanpa pamrih, mengampuni tanpa batas, bahkan sampai mengasihi musuh (lih. Mat 5:44) yaitu orang yang berbuat jahat kepadanya. Dengan melaksanakan kasih sedemikian, ia mengasihi tanpa motivasi cinta diri (ingin memperoleh balasan, ingin dianggap sebagai orang baik, dst).
Iman yang supernatural/ adikodrati, adalah iman yang mempercayai bahwa Allah itu sungguh ada, dan akan ada upah/ ganjaran bagi orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (lih. Ibr 11:6), dan sebaliknya, hukuman bagi mereka yang menolak Dia. Dengan iman semacam ini maka seseorang dapat terdorong untuk mencari Tuhan dengan segenap hatinya, berusaha menaati suara Tuhan dalam hati nuraninya, sebab percaya bahwa Allah akan memperhitungkan semuanya ini di akhir hidupnya. Iman semacam ini akan mendorongnya untuk berbuat baik/ berbuat kasih.
Maka memang sejujurnya memang sulit, jika seseorang belum mengenal Kristus tetapi dapat memiliki kasih yang sempurna ini. Namun demikian, karena rahmat Tuhan dapat bekerja kepada setiap orang, maka tetap saja terdapat kemungkinan, bahwa ada orang sedemikian.
2. Invincible ignorance dan culpable ignorance
Dari segi artinya, invincible ignorance adalah ketidaktahuan yang tidak terhindarkan, sedangkan culpable ignorance adalah ketidaktahuan yang disebabkan karena kesalahan sendiri. Memang tak mudah untuk menentukan contohnya, karena penilaian itu tergantung dari isi hati orang yang bersangkutan, yang tidak dapat diketahui dengan pasti oleh orang lain.
Contoh invincible ignorance, adalah ketidaktahuan dari mereka yang hidup di daerah terpencil yang tak pernah tersentuh oleh pewartaan Injil. Maka kesalahan mereka tidak mengenal Kristus dan Gereja, tidak disebabkan karena kesalahan sendiri. Namun invincible ignorance ini juga bisa mencakup orang-orang yang dibesarkan dalam lingkungan agama tertentu seumur hidupnya, dan yang tidak mempunyai kapasitas untuk mencari tahu sendiri tentang Kristus dan Gereja-Nya, entah karena keadaan sekitarnya, atau juga karena kesaksian hidup umat Kristiani/ Katolik di sekitarnya yang tidak dapat menunjang agar ia mencari tahu tentang Kristus dan Gereja-Nya. Namun sejujurnya keadaan ini juga tak dapat sepenuhnya kita ketahui, sebab menyangkut isi hati orang tersebut apakah benar keadaannya benar-benar tidak memungkinkan untuk mencari tahu tentang kebenaran Kristus dan Gereja-Nya. Sebab kalau keadaan sebenarnya adalah ia tidak mau mencari tahu, enggan, atau sengaja tidak mau tahu, maka keadaannya menjadi culpable ignorance. Tentang hal ini, hanya Tuhan saja yang mengetahuinya, maka bukan bagian kita untuk menilai ataupun menghakiminya.
Sekilas tentang Invincible ignorance, pernah ditulis di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Misalnya ada orang yang hidupnya rukun,baik, toleran, dermawan, taat beribadah,pokoknya perfect menurut kacamata Katolik. Tapi kemungkinan besar dia akan menolak secara tegas jika diwartakan Injil. Bukankah lebih baik tidak mewartakan supaya dia tetap invincible ignorance ?
[Dari Katolisitas: Mari kita sadari bersama, bahwa pewartaan Injil tidak harus selalu dilakukan dengan kata-kata apalagi dengan bersifat memaksa. Maka dalam hubungan kita di tengah masyarakat, dengan perbuatan kita selalu dapat menjadi saksi Kristus dan mewartakan Injil. Namun kita perlu dengan bijaksana menilai, kapankah saatnya kita dapat mewartakan Injil dengan kata-kata, kepada mereka yang belum mengenal Kristus, agar pewartaan itu menjadi lebih berdaya guna dan bukan malah menimbulkan anti pati. Untuk ini memang kita perlu memohon bimbingan Roh Kudus.]
Minta tolong diberikan contoh perbuatan tsb.
Begitu banyak pembela HAM dan dermawan di luar Katolik bahkan ada yang atheist, lalu bagaimana orang tahu tentang Kabar Baik ?
Apa yang dimaksud dengan ayat ini: “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” ? Mohon dijelaskan.
Saya lagi cari-cari di Kitab suci ayat yang mengatakan, “iman timbul dari melihat perbuatan orang” tapi belum ketemu, bisa dibantu.
Pada waktu melihat “perbuatan” pengorbanan Yesus, para rasul pun belum mengerti.
Antipati? bukankah dari sejak jaman para rasul dan para martir kita sudah menimbulkan antipati?
“I didn’t go to religion to make me happy. I always knew a bottle of Port would do that. If you want a religion to make you feel really comfortable, I certainly don’t recommend Christianity.” (C.S. Lewis)
Shalom Tonny,
Kunci dalam pewartaan adalah menerapkan kebijaksanaan, agar kita dapat melakukan pewartaan dengan cara yang tepat, baik dengan kata-kata, tulisan (atau dalam bentuk media yang lain), maupun tingkah laku kita. Bukan berarti kita tidak boleh mewartakan Injil dengan kata-kata kepada orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus, namun diperlukan kebijaksanaan, sehingga pewartaan kita dapat menjadi lebih efektif. Keefektifan pewartaan senantiasa berkaitan dengan kehidupan orang yang mewartakan. Kita dapat melihat contoh bahwa ada begitu banyak orang yang tidak mengenal Kristus terinspirasi akan kehidupan dan pelayanan bunda Teresa dari Kalkuta. Mungkin dia telah menarik orang yang tidak percaya Kristus lebih banyak dari begitu banyak pengkotbah. Pada saat orang mulai tertarik akan kehidupan kekristenan, maka orang tersebut telah membuka hatinya, sehingga pewartaan akan Kristus (dalam bentuk kata-kata) akan lebih mudah diterima. Namun, tentu saja, tidak ada standar prosedur yang kaku dalam pewartaan. Ada orang yang memang terbuka akan kebenaran dari awal, sehingga pada waktu berdiskusi dengan lisan dan tertulis, orang tersebut dapat menerima kebenaran. Itulah sebabnya, kita meminta karunia kebijaksanaan dalam pewartaan dan mohon agar kita dapat mempertanggungjawabkan iman kita dengan hormat dan lemah lembut (lih. 1 Pet 3:15).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Menurut iman Katolik ketika kita meninggal dunia apakah kita langsung ke surga? Dan apakah orang yang tidak beriman kepada Kristus juga langsung masuk neraka ketika ia meninggal dunia?
[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel di atas, silakan klik Pada akhirnya hanya Tuhan yang memutuskan tentang apakah seseorang dapat langsung masuk surga, ataukah masih perlu dimurnikan terlebih dahulu dalam Api Penyucian sebelum dapat masuk surga, ataukah masuk neraka, karena ia sendiri menolak Allah. Tentang Api Penyucian, silakan klik di sini. ]
Dear “Katolisitas” : Bentuk 2 Teori Kepercayaan akan membawa umat (yang umumnya sederhana dan terikat dengan keinginan duniawi nya )kepada kehidupan beragama yang menyedihkan karena hanyalah mengutamakan mengejar Keuntungan .Menjadi Katolik karena ingin mendapatkan “keselamatan” ; dan masuk kedalam surga. Lihatlah hasilnya apakah umat pada umumnya mampu hidup sesuai kehendak Allah ; memberikan hidupnya untuk orang lain , menyangkal dirinya dan memanggul salibnya ; bukankah sebenarnya yang di kehendaki Tuhan terasa bertentangan dengan kehendak umat pada umumnya ? . Mampukah Katolisitas lebih mengedepankan kehendak Tuhan dan melihat situasi zaman ( mengapa begitu banyak umat pintar di negara 2 maju keluar dari gereja ? ; apakah mereka tidak membutuhkan keselamatan ? ; atau jangan 2 merekalah yang sadar akan adanya jalan keselamatan yang benar / dan itu bukanlah Gereja / agama ?)
Shalom Paulus Sutikno,
Sebenarnya kalau kita menganalisa lebih lanjut, adalah wajar untuk masuk Katolik demi mendapatkan keselamatan. Kalau kita mengasihi Tuhan, maka yang menjadi tujuan akhir kita adalah bersatu dengan orang yang kita kasihi. Kalau keselamatan adalah persatuan abadi dengan Tuhan yang kita kasihi, maka apakah salahnya kita menginginkannya? Justru menjadi aneh kalau kita tidak menginginkannya. Tujuan akan menentukan cara. Dengan demikian, kalau seseorang menjadikan persatuan dengan Allah (hidup kekal) sebagai tujuan dari kehidupannya, maka sudah seharusnya cara hidupnya harus disesuaikan agar dapat mencapai tujuan akhir. Dengan demikian, sebagian umat Katolik yang tidak mencerminkan kasih menjadi satu refleksi kaburnya tujuan utama dalam kehidupannya. Seperti apakah orang-orang yang berfokus pada tujuan akhir sehingga benar-benar dapat mengasihi sesama di dunia ini, menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus? Santo santa telah memberikan teladan kepada kita.
Di negara-negara maju memang ada yang keluar dari Gereja, namun sama benarnya ada umat yang keluar dari Gereja di negara-negara miskin. Dan sama benarnya ada yang masuk ke dalam Gereja dan sebagian dari mereka bahkan memberikan dirinya untuk masuk menjadi imam dan kaum religius. Memang Gereja harus menjawab tantangan zaman, seperti berkembangnya materialisme, sekularisme dan modernisme. Dan itulah tugas kita semua sebagai umat Allah, yaitu agar kita dapat semakin memancarkan terang Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Alkitab adalah dasar dan sumber dari segala sumber hukum orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Diluar Alkitab saudara bukan pengikut Kristus.
Tidak ada satu ayat pun di Alkitab yang menyatakan Gereja Khatolik ataupun Khatolik yang masuk surga atau neraka.
1 Kor 15:2 Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu — kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.
(Pegang teguh kepada Firman Tuhan bukan pada ajaran gereja yang bisa saja bertentangan dengan firman Tuhan)
Efesus 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah
(keselamatan itu adalah kasih karunia/hadiah/pemberian cuma-cuma dari Tuhan, dan itu ada di Alkitab bukan pemberian gereja/manusia.
Yohanes 14:15 “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
(Jika saudara mengasihi Yesus, turuti saja perintah-perintahNya yang ada di Alkitab. Mungkin ada banyak tapi praktekan dulu 10 perintah yang ada dalam Keluaran 20:3-17.) Ini baru akan bisa kita lihat mana yang mengikut Tuhan dan mana yang tidak. Karena hanya ada dua pilihan yaitu Tuhan atau Setan.
Tidak usah berteologi atau berfilsafat yang buat bingung, tapi kembalilah kepada Firman Tuhan/Alkitab, maka semuanya akan jelas dan terang.
Kalau manusia yang menjawab akan ada perdebatan, tapi kalau Alkitab yang menjawab pasti tidak ada perdebatan. Amin
Shalom Rafael Raya,
Tidak ada yang mengklaim di sini bahwa yang masuk surga hanya umat Katolik. Dalam hal ini Anda benar.
Nah tentang 1 Kor 15:2 dikatakan oleh Injil kita diselamatkan, itu memang benar, tetapi Injil yang dimaksud di sini bukan hanya ke-empat kitab Injil, tetapi Injil dalam arti keseluruhan Kabar Gembira yang disampaikan oleh Kristus, baik yang ditulis dalam Kitab Suci maupun yang disampaikan secara lisan oleh para Rasul (lih. 2 Tes 2:15) yang disebut Tradisi Suci para Rasul, yang sampai sekarang dilestarikan oleh Gereja Katolik. Karena baik Kabar Gembira yang disampaikan secara lisan maupun tertulis, keduanya berasal dari Kristus, maka keduanya tidak bertentangan. Sebab Kabar Gembira yang tertulis dalam Kitab Suci juga dulunya adalah Kabar Gembira yang secara lisan diajarkan oleh Kristus dan para Rasul. (Rasul Matius dan Yohanes menuliskan Kabar Gembira yang mereka terima dari pengajaran lisan oleh Kristus, dan Markus menuliskan Injilnya dari khotbah/ ajaran lisan Rasul Petrus, dan Lukas menuliskan Injilnya dari khotbah Paulus).
Tentang Ef 2:8, itu memang benar, sebab kita semua diselamatkan oleh kasih karunia Allah. Namun jangan lupa bahwa Allah bekerja juga melalui Gereja, yang asal mulanya dimulai dari perutusan para rasul yang menerima amanat dari Kristus untuk membaptis dan mengajar seluruh perintah-Nya kepada seluruh dunia (lih. Mat 28:19-20). Hal amanat agung inilah yang dilakukan Gereja. Maka jika Gereja membaptis, itu adalah Kristus sendiri yang membaptis dan memberikan Roh Kudus-Nya.
Yoh 14:5, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Tidak dikatakan di sini bahwa perintah-perintah Tuhan adalah hanya yang tertulis di Kitab Suci. Sepuluh perintah Allah memang adalah sesuatu yang baik yang dapat dipegang sebagai perintah Tuhan, namun segala perintah Tuhan itu juga nampak dalam pengajaran Kristus kepada para Rasul yang menjadi penggenapan perintah Allah dalam Perjanjian Lama tersebut, seperti contoh bahwa peringatan akan kurban Kristus yang menjadi perintah yang dikehendaki oleh-Nya (lih. Luk 22:19) kini dilakukan dalam perayaan Ekaristi.
Belajar teologi ataupun filsafat adalah salah satu cara untuk semakin mengenal Tuhan agar kita dapat semakin mencintai-Nya, dan bukan sebaliknya. Jika Anda tidak tertarik mempelajari Teologi ataupun filsafat, tidak apa-apa, namun tidak ada salahnya jika ada orang yang terdorong untuk mempelajarinya karena lebih ingin mengenal Allah dan mengasihi Dia.
Ya, kepada Firman Allah kita musti kembali, namun sebagaimana dikatakan oleh Firman Allah itu sendiri, Firman itu oleh para rasul disampaikan dengan dua cara, yaitu secara lisan dan tertulis (lih 2 Tes 2:15), dan atas keduanya itu Gereja Katolik mendasarkan ajarannya. Gereja tidak hanya berpegang pada ajaran tertulis dalam Kitab Suci, karena hal itu sendiri tidak diajarkan oleh Kitab Suci. Berpegang hanya pada Kitab Suci (Sola Scriptura) malah menghasilkan perpecahan berbagai denominasi Kristen, yang membuktikan sendiri, bahwa ajaran tersebut keliru. Hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, Apakah Sola Scriptura (Kitab Suci saja) cukup? silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Lalu, kalo diluar gereja ada keselamatan, kenapa harus jadi Katolik?
Toh semua agama mengandung keselamatan…Dengan demikian semua pewartaan tentang Gereja Sejati tidak ada gunanya bukan??
Shalom Robby,
Terima kasih atas komentarnya. Kalau Anda membaca tanya jawab di atas – silakan klik, maka sebenarnya tidak ada pernyataan bahwa di luar Gereja Katolik ada keselamatan. Mungkin link tentang EENS ini akan memberikan kejelasan tentang topik ini – silakan klik. Walaupun agama-agama yang lain mengandung kebenaran, namun kepenuhan kebenaran hanya didapatkan di dalam Gereja Katolik. Hal ini disebabkan karena Kristus sendiri yang mendirikan-Nya, sehingga Gereja Katolik menjadi mempelai wanita dan tubuh mistik Kristus. Dengan masuk ke dalam Gereja Katolik, maka anggotanya diberi kekuatan melalui sakramen-sakramen, pengajaran dan komunitas, sehingga memungkinkan seluruh anggota dapat berjuang dalam kekudusan. Contoh dari orang-orang yang benar-benar menjalankan apa yang diajarkan oleh Gereja serta menimba kekuatan dari sakramen-sakramen adalah para kudus yang hidup dan memberikan teladan sepanjang sejarah Gereja. Karena Tuhan sendiri menginginkan agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 2:4), maka sudah selayaknya kita harus terus mewartakan Kristus seperti yang diperintahkan oleh Kristus (lih. Mat 28:19-20). Dan menjadi kewajiban kita semua untuk dapat menjadi saksi Kristus yang baik, sehingga semakin banyak orang datang kepada Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
KGK 838 “Gereja tahu, bahwa karena banyak alasan ia berhubungan dengan mereka, yang karena dibaptis mengemban nama Kristen, tetapi tidak mengakui ajaran iman seutuhnya atau tidak memelihara kesatuan persekutuan di bawah pengganti Petrus” (LG 15). “Siapa yang percaya kepada Kristus, dan menerima Pembaptisan dengan baik, berada dalam semacam persekutuan dengan Gereja Katolik, walaupun tidak sempurna” (UR 3). Persekutuan dengan Gereja-gereja Ortodoks begitu mendalam “bahwa mereka hanya kekurangan sedikit saja untuk sampai kepada kepenuhan yang membenarkan satu perayaan bersama Ekaristi Tuhan” (Paulus VI, Wejangan 14 Desember 1975 Bdk. UR 13-18).
pertanyaan saya:
Saya punya saudara sepupu yang dari lahir sampai kuliah Katolik. namun etelah menikah dia pindah ke kristen ikut suami. apakah saudara sepupu saya ini masuk dalam kategori “mengemban nama kristen”? dan apakah ia akan diselamatkan? terima kasih atas tanggapan katolisitas
Shalom Yusuf Sumarno,
Memang, kita sering menemui bahwa ada sebagian umat Katolik yang mengorbankan iman Katolik dan berpindah ke gereja lain karena pernikahan. Kalau ditelusuri, maka kita melihat bahwa mereka sesungguhnya tidak benar-benar mengerti apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik. Kalau mereka benar-benar mengerti dan menghayati apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, maka mereka tidak mungkin mau menukar iman Katolik dengan apapun, karena tidak ada orang yang mau menukar kebenaran dengan yang lain.
Untuk umat Katolik yang berpindah ke gereja lain, maka yang berlaku adalah Lumen Gentium 14, yang menuliskan sebagai berikut:
Bagi umat Katolik yang tinggal dalam Gereja Katolik, namun tidak bertumbuh dalam kasih tidak dapat diselamatkan. Dan bagi seseorang yang meninggalkan Gereja Katolik secara sadar dan mengetahui bahwa Gereja Katolik adalah perlu untuk keselamatan, maka dia tidak dapat diselamatkan. Dalam LG 14 di atas ditegaskan “Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” Menjadi tantangan bagi umat Katolik agar dapat mendalami imannya dan dapat bertumbuh dalam kasih. Kita mohon rahmat Tuhan agar semakin dimampukan untuk bertumbuh dalam kekudusan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef,
Banyak terima kasih atas tanggapan / jawaban Bapak.
Terhadap orang Katolik yang pindah (dalam hal ini pindah ke kristen), Bapak menulis: “Kalau ditelusuri, maka kita melihat bahwa mereka sesungguhnya tidak benar-benar mengerti apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik.”
Apakah yang Bapak tulis dengan “tidak benar benar mengerti apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik” di atas sama artinya dengan tidak “benar benar tahu bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu”?
jika artinya sama, berarti saudara sepupu saya itu tetap dapat diselamatkan dong, karena dia, memakai istilah Bapak, “benar benar tidak mengerti apa yang sebenarnya diajarkan Gereja Katolik”. dengan kata lain, memakai LG 14 dia “benar-benar (tidak) tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu”.
Ketidaktahuannnya bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus sebagai upaya yang perlu, tampak pada jawabannya. Ia menjawab, “Saya tidak merasa pergi, jadi saya tidak perlu harus kembali”, setelah saya berkata padanya: ” “saya hanya berharap suatu saat adik kembali ke pangkuan Gereja Katolik.”
mohon tanggapan Bapak kembali. terima kasih. Berkah Dalem Gusti
Shalom Yusuf,
Dalam hal ini, istilah “benar-benar tahu” mengacu apakah bukan karena kesalahan sendiri maka orang tersebut tidak tahu bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Kristus sebagai upaya yang perlu untuk keselamatan. Orang seperti ini masuk dalam golongan “invincible ignorance”. Diskusi tentang hal ini dapat dilihat di sini – silakan klik. Yang menjadi masalah adalah hanya Tuhan saja yang tahu apakah seseorang masuk dalam kategori invincible ignorance atau tidak. Namun, satu hal yang jelas, bahwa mereka yang meninggalkan Gereja Katolik sebenarnya telah mengambil resiko akan keselamatannya. Jadi, dalam kasus Anda, dalam beberapa kesempatan, cobalah untuk berdiskusi dengan saudara sepupu Anda dan tentu saja tetap mendoakannya. Yang terpenting adalah Anda sendiri dapat memancarkan kasih Kristus, sehingga orang-orang di sekitar Anda juga dapat mengenal Kristus dan Gereja-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
urgent katolisitas
selamat malam saya baru mendarat di situs katolik n
saya sempat membaca beberapa artikel di forum ini dan sifatnya cukup membantu karena forum ini berisi berbagai pandangan dari setiap umat katolik sekalian, saat ini saya punya beberapa pertanyaan.
1. saya mempunyai seorang ayah, 1 kakek dan 2 nenek yang sudah tua.
2 dari kakek dan nenek saya sudah tua dan sakit-sakitan dan beragama budhis, sementara itu saya khawatir dgn berakhirnya hidup mereka yang sehari2 hanya duduk, makan dan menyembah sesuatu (saya tidak masalah karena mereka beragama budhis).
a. apakah mereka yang beragama selain kristen dan katolik akan masuk neraka ketika hidupnya di dunia berakhir?
b. apa yang harus saya lakukan bila saya tidak mengetahui berapa dalam iman orang tua saya?
c. oma saya beragama katolik dan saat ini ia sudah berumur 80 tahun lbh, dan saat ini seorang pastor rutin mengunjunginya, ia adalah oma yg baik namun saya tidak tahu berapa lama ia akan hidup dan apakah ia sudah memiliki iman yg sejati.
maafkan bahasa saya blepotan, terima kasih atas perhatiannya, mohon dijawab:)
Shalom Matius,
Terima kasih atas pertanyaan Anda. Pertama Anda dapat melihat tanya jawab ini – silakan klik dan klik ini. Kedua, kita juga harus menyadari, karena Gereja menjadi sakramen keselamatan, maka menjadi tugas kita semua – yang telah menerima baptisan – agar dapat terus mewartakan Kristus dan Gereja-Nya, mulai dari keluarga kita dan juga komunitas di sekitar kita. Namun, dalam mewartakan diperlukan kebijaksanaan. Jadi, menjadi tugas Anda dan kita semua untuk dapat mewartakan Kristus dan Gereja-Nya kepada anggota keluarga. Sebagai contoh, kepada kakek dan nenek, Anda dapat menawarkan kepada mereka apakah mereka mau dibaptis secara Katolik? Kalau mereka tertarik, maka undanglah pastor untuk memberikan pelajaran agama secara singkat dan kemudian membaptis mereka.
Namun, pewartaan akan menjadi lebih efektif kalau Anda dapat meluangkan waktu untuk memperhatikan kakek dan nenek Anda, sehingga ketika Anda mewartakan kabar keselamatan, maka mereka dapat menerimanya dengan hati lebih terbuka. Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah berdoa setiap hari untuk mereka. Jangan lupa, bahwa Tuhanlah yang terlebih dahulu menghendaki agar semua orang dapat diselamatkan dan mengetahui kebenaran (lih. 1Tim 2:4). Akhirnya, hanya Tuhan saja yang tahu, apakah seseorang sungguh-sungguh telah mencari kebenaran. Jadi, dengan tetap menaruh pengharapan di dalam Tuhan, maka wartakanlah Kristus dengan bijaksana. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Mohon tanya, apakah ada didalam konsili vatikan 1 dikatakan bahwa, diluar Gereja Katolik tidak ada keselamatan, apakah ada perkataan seperti dalam konsili vatikan 1 ?, dihalaman manakah saya bisa menemukan fatwa itu dalam konsili vatikan 1, ??
Lalu di dalam konsili vatikan ke 2 dikatakan bahwa, diluar gereja ada keselamatan, diluar Kristus tdk ada keselamatan. apakah benar ada isi perkataan itu di dalam konsili vatikan 2 ??
Terima kasih sebelumnya untuk penjelasannya.
Shalom Yohanes,
Ajaran tentang EENS (Extra Ecclesiam Nulla Salus/ Di luar Gereja tidak ada keselamatan) merupakan ajaran Gereja Katolik yang tidak pernah berubah. Ajaran itu bukan baru berasal dari Konsili Vatikan I, tetapi sudah berabad-abad sebelumnya. Prinsipnya ada dalam Kitab Suci dan sudah diajarkan oleh St. Ignatius Martir di abad pertama, sedang rumusan EENS itu sendiri pertama kali disebutkan oleh St. Cyprian dari Carthage/ Kartago di abad ke 3. Sepanjang sejarah Gereja, para Paus mempertahankan ajaran itu, sambil terus menjelaskan apakah maksudnya. Konsili Vatikan II juga menjelaskan maksud ajaran tersebut, dengan mengubah rumusannya menjadi kalimat positif, menjadi “Seluruh keselamatan datang dari Kristus sebagai Kepala melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya” atau ringkasnya, Di dalam Gereja-lah ada keselamatan. Dan Gereja yang dimaksud di sini adalah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik, yaitu Gereja Katolik.
Penjelasan yang lebih rinci tentang hal ini, kami tuliskan di sini, silakan klik.
Agaknya kita tidak dapat menyederhanakan ataupun meringkas ajaran ini menurut pemahaman kita sendiri, tetapi mari dengan keterbukaan dan kesabaran kita membaca apa sesungguhnya yang telah diajarkan oleh Gereja sejak zaman para rasul, sehingga kita dapat memahami makna dari ajaran EENS ini, sebagaimana yang dihayati oleh Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Yohanes,
Ada sedikit kekeliruan tentang memahami antara kata “kebenaran” dan “keselamatan”. Gereja mengakui kebenaran diluar GK (bdk. Dokumen Konsili Vatikan II, Nostra Aetate), tapi tidak pernah dituliskan ada keselamatan diluar GK.
Seperti Ibu Inggrid jelaskan, pemahaman dogma EENS perlu dipahami sesuai dengan Magisterium Gereja. Sehingga kita dapat mengerti bahwa dogma EENS sebagai tanggung jawab sebagai seorang Katolik untuk selalu hidup sesuai kehendak Kristus, yang telah mendirikan Gereja Katolik sebagai bahtera keselamatan.
Terakhir, ada satu link referensi dari saya untuk Anda baca
http://indonesian-papist.blogspot.com/2011/07/apakah-konsili-vatikan-ii-menganulir.html
Terima Kasih
Banyak hal dalam ajaran Islam yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan ajaran Yesus, bahkan mereka menyangkal Yesus sebagai Putera Allah.
Mengapa dogma “Tidak ada keselamatan di luar Gereja” dicabut?
Apakah dalam Alkitab ada pembahasan tentang kemungkinan matahari akan terbit dari barat?
[dari katolisitas: Gereja tidak pernah mencabut EENS. Silakan baca artikel di atas – silakan klik]
dear katolisitas,
saya mau membandingkan “apel” dengan “apel”. apa yang membuat kedua “apel” itu beda?
maksud saya begini: jika orang katolik (100% katolik) diselamatkan dan orang kristen nonkatolik (100% kristen) juga diselamatkan, lalu apa yang membuat saya harus bangga menjadi katolik?
[dari katolisitas: Silakan melihat link ini terlebih dahulu: silakan klik dan klik ini]
syalom . . bapak / ibu penulis. Semakin saya pelajari iman katolik terus terang banyak hal yang baru bagi saya. Tampak logika dan kesadaran saya seolah-olah beda tipis. contohnya : api penyucian, sepertinya dapat diartikan begini, Kematian Yesus Kristus di kayu salib adalah untuk menebus dosa seluruh umat manusia. Terlepas pikiran manusia itu menerima atau menolak keberadaan Tuhan di dalam dirinya. Toh nanti setelah dia mati, Tuhan Yesus akan menginjili dia lagi, walaupun dia ada dalam kekuasaan iblis. Gimana bu/pak soalnya saya pernah baca buku okultisme karangan pdt. Mukendi yang mengatakan arwah pengikut iblis dan keturunannya ada di bawah kuasa iblis.
Shalom Pardohar,
Topik tentang Api penyucian, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci mengajarkan bahwa setelah kematian, manusia dihakimi (lih. Ibr 9:27) sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi manusia untuk bertobat setelah kematian.
Sedangkan untuk penjelasan ayat 1 Pet 3:19, yang mengatakan, “…dan di dalam Roh itu juga Ia [Kristus] pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara…. “; roh-roh yang di dalam penjara itu mengacu kepada ayat berikutnya, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.” (1 Pet 3:20).
Demikianlah penjelasan dari The Navarre Bible akan ayat 1 Pet 3:19 tersebut:
“Menurut para bapa Gereja ayat 1 Pet 3:19 mengacu kepada saat di mana Kristus turun ke tempat penantian (lih. Mat 12:38-41; Kis 2:24-36; Rom 10:6-7; Ef 4:8-9; Why 1:18). Setelah wafat di salib, Yesus Kristus pergi untuk membawa pesan keselamatan “kepada roh-roh di dalam penjara”; banyak bapa Gereja dan komentator menghubungkan ayat ini dengan jiwa-jiwa orang benar di dalam Perjanjian Lama, yang sebelum dapat masuk ke Surga sebelum penebusan Kristus terjadi, ditempatkan di pangkuan Abraham, yang dikatakan juga sebagai “limbo” orang-orang benar (lih. St. Pius V Catechism I, 6, 1-6)….
Dengan memberikan referensi kepada orang-orang yang hidup zaman nabi Nuh tersebut Rasul Petrus mengajarkan bahwa Penebusan Kristus mencakup semua umat manusia….”
Maka ayat tersebut tidak untuk diartikan bahwa semua orang mati (termasuk yang di neraka, yang dalam kekuasaan Iblis) akan diinjili. Sebab terdapat jurang yang tak terseberangi antara surga dan neraka, dan mereka yang di neraka tidak lagi dapat diinjili, karena mereka sudah memilih sendiri untuk berada dalam keadaan keterpisahan dengan Tuhan selama-lamanya.
Mari kita berdoa, agar kita dapat setia beriman kepada Tuhan Yesus sampai akhir hidup kita, agar Tuhan mendapatkan kita dapat digabungkan dengan para orang pilihan-Nya dalam Kerajaan Surga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
sya mau brtaya kak..
Bgmana sya harus memandang agama lain, yg mengimani Kristus namun tdk seperti iman katolik & juga agama yg tdk mengimani Yesus Kristus?. Kadang saya bertanya bahwa agama katoliklah yg menurut saya sempurna. Namun kadang sya mjumpai bahwa Kristus jg hadir di tngah mereka (baik lewat mujizat, penampakan, kasih, dll). Lalu sy kadang mulai berpikir apakah Kristus jg mghendaki smuax trjadi, yakni bahwa Kristus mghendaki agama lain hadir ( trutama Protestan & agama lain yg mengimani Kristus)?? Lalu mengapa mereka menolak ajaran kita yg sungguh nyata ajaran Kristus?. Saya percaya Katolik adalah gereja Kristus & diluar greja kita tidak ada kbenaran sejati. Lalu apakah saya harus mengakui bahwa agama lain tidak mengenal Kristus yg kita kenal?. Lalu apakah mujizat-mujizat, penampakan Kristus di agama lain tidak usah dipercaya ( meskipun sya kadang melihat dri sisi iman katolik akan mujizat yg trjadi trsebut). Atau mungkin inilah zaman nabi2 palsu yg muncul dngan menganggap diri merekalah “yesus sang mesias”. Lalu kenapa msh bnyak jiwa2 penuh kebaikan yg ada di agama lain. Sya sering menemui orang2 di agama lain yg bg2 tulus, iklas,& pnuh kebaikan sejati. Apakah Allah tdk menghendaki mereka untuk diselamatkan bersama kita yg terpilih ini?. Itu smua mungkin mistery Allah yg tdk mungkn saya tahu. Namun ada kerinduan saya & tentux kta smua agar smua umat manusia bisa diselmatkan oleh-NYA. Apakah karena dunia yg bg2 dikuasai iblis menghalangi banyak jiwa2 untuk masuk agama katolik & bsa diselamatkan olehNYA?.
Maaf jika terlalu banyak. Kegalauan sy begitu ingin mengetahui jawaban atas pertyaan yg bg2 banyak ini.
TUHAN Yesus mberkati.
[dari katolisitas: Coba mulai dari artikel di atas – silakan klik]
Dear Katolisitas,
Puji Tuhan, forum ini menarik sekali..kalau boleh saya bertanya, apakah kebaikan dan amal baik kita di dunia bisa ditransfer ke orang lain ya?, ..saya sempat berfikir untuk tetap dan selalu berbuat baik tapi bukan karena ingin masuk surga..saya seh gak masalah masuk neraka, sudah mengalami ribuan ejekan , cemoohan, penghinaan , penderitaan di dunia utk selalu berusaha tetap di jalan Tuhan semoga cukup untuk bertahan di api neraka besok, ..cuma saya ingin mendonasikan segala amal kebaikan saya yang sudah akan saya coba untuk selalu taat pada Tuhan Yesus untuk menyelamatkan semua keluarga yang saya cintai..bisa gak ya…kalau bisa, ada gak doa2 yang bisa membuat saya selalu kuat dan tetap menjalankan perintah Tuhan Yesus dalam kehidupan sehari2 dan menabung kuasa utk menyelamatkan orang lain utk terbebas dari api neraka…sungguh bahagia sekali bila ini bisa dilakukan, melihat orang yang dicintai bisa bahagia di dunia dan di surga…surga.buat diri saya sendiri..sepertinya gak pantas deh..
Shalom Anton,
Tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan kekal. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengorbankan apapun demi keselamatan kekal kita. Dengan kata lain, tidak dapat kita mengatakan “saya sih tidak masalah masuk neraka“, karena neraka adalah bukan hanya menerima ejekan dan siksaan badan, namun juga keterpisahan abadi dengan Tuhan. Namun, keinginan anda untuk juga mau berkorban demi keselamatan kekal orang lain tentu saja adalah sungguh baik, karena ini adalah ungkapan kasih yang tulus. Yang dapat anda lakukan adalah mendapatkan indulgensi dan intensi indulgensi ini ditujukan kepada orang lain. Silakan melihat artikel tentang indulgensi di sini – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam,
Saya bersyukur pada Allah karena Ia berkenan memberikan ketulusan hati pada Anton. Semoga Allah senantiasa menuntun kita semakin mendekat padaNya.
Saya percaya dan tertarik bahwa apa yang menjadi jiwa ajaran Kristus dalam Gereja Katolik adalah kasih keluarga. Kristus senantiasa mengajak kita untuk mencintai Allah dan sesama sebagai keluarga sendiri. Allah sendiri berkenan mengangkat kita menjadi anakNya dan memberikan kita Bunda Maria sebagai ibu dan para kudus sebagai saudara. Bahkan, menurut Kisah Para Rasul, para jemaat perdana betul-betul menghayati kekeluargaan dalam Gereja hingga tingkat literal dimana apa yang mereka miliki adalah milik bersama. Inilah tantangan kita untuk berjuang mewujudkan jiwa ini dalam Gereja karena semangat kekeluargaan ini mulai menjadi dingin.
Altruisme Ilahi inilah yang menggambarkan kasih Allah pada kita dan selanjutnya saling kita bagikan pada sesama. Jadi, karya amal, kebaikan, cinta kasih yang kita miliki akan lebih indah bila dipandang dalam sudut sebagaimana relasi dengan keluarga dan kekasih daripada sebagai “saldo kuasa” atau “tabungan pahala” untuk berjual beli sesuatu.
Untuk bisa berkorban bagi seseorang, tentulah diperlukan hati yang tulus dan jiwa yang baik. Dengan mendekatkan diri pada Allah, hati dan jiwa kita akan selalu dimurnikan dan semakin mencintai Allah. Dengan jiwa seperti inilah kita akan benar-benar mampu berkorban sebagaimana Yesus berkorban : pengorbanan yang tidak menahan sesuatu apapun untuk kepentingan diri. Seseorang yang masih menikmati hidup jauh dari Allah tidak mungkin dapat berkorban secara sempurna.
Oleh sebab itu, apabila kita ingin mempersembahkan korban dan penderitaan kita demi keselamatan orang lain, kita akan berusaha memastikan bahwa persembahan kita sesempurna yang kita bisa. Hal ini hanya dapat diusahakan dengan selalu memurnikan jiwa dan mendekat pada Allah. Lebih dari sekedar diangkat dari bumi, keselamatan berarti berkumpul bersama Allah yang kita cintai dan semua orang yang kita cintai dalam kebahagiaan kekal dan definitif. Kita serahkan keputusan keselamatan jiwa pada Allah sambil melakukan yang terbaik untuk memperjuangkan keselamatan bagi diri orang banyak dan diri kita sendiri. Semoga Allah berkenan pada persembahan kita.
Pacem,
Wirawan
setelah membaca diatas, maka saya mengambil kesimpulan bawah
karena seperti yang saya tahu Gereja tidak mengenal cara lain utk keselamatan kecuali baptisan (air,keinginan, darah) maka di surga hanya ada umat Katolik (meskipun tidak semua umat katolik masuk surga)
Jikalau seandainya saya nanti meninggal terus ke Surga dan bertemu dengan mahatma Gandhi, maka saya dapat dengan pasti mengatakan bawah dia adalah katolik (tetapi bukan dengan baptisan air, tetapi dengan keinginan), jadi jika seseorang selama hidupnya kita kenal sebagai bukan katolik tetapi saat mati masuk surga maka dia sudah dibaptis secara ajaib (keinginan atau darah)
apakah kesimpulan saya ini benar ?
Shalom Manns,
Kesimpulan yang diambil adalah berdasarkan definisi dari Gereja itu sendiri. Dengan melihat Gereja sebagai means (cara: hirarki, sakramen) dan end (kekudusan, persatuan dengan Allah), maka kesimpulan yang anda ambil adalah benar, yaitu memang Gereja yang satu mempunyai tiga stasus: yang mengembara di dunia ini, yang menderita di Api Penyucian dan yang dimuliakan di Sorga. Dengan demikian, semua orang yang berada di dunia, di Api Penyucian dan di Sorga terikat dalam satu kepala, yaitu Kristus. Silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai,
Topik mengenai EENS ini bukan sesuatu yang mudah untuk dipahami, saya sendiri butuh waktu hampir satu tahun untuk belajar dan mengaku dosa karena tak bisa mengimani dogma ini…. lucunya bapa pengakuan tsb malah mengatakan, siapa bilang dogma itu masih berlaku… he he …. tapi akhirnya saya paham, berkat baca2 dari internet dan tekun mengikuti Misa Kudus… Sering didoakan dalam Misa agar Tuhan menyelamatkan mereka yang tertipu ajaran salah dan agar Tuhan memanggil semua orang agar mengenal Kristus dan Gereja-Nya.
Menurut pengertian saya, kitalah yang sudah dibaptis ini wajib 1) menjaga diri dalam keadaan rahmat utk menerima Ekaristi dan diutus untuk menyelamatkan orang2 lain dengan menjadi teladan dan bersikap murah hati, 2) dengan tindakan sederhana yang terus menerus akan memancarkan rahmat bagi orang lain, misalnya bersikap ramah, suka menolong, jujur dan setia, dst. Dengan melakukan no 1dan 2 itu secara sederhana kita sudah mengimani EENS.
Mengenai keselamatan, ada yang menarik dalam Markus 16: 15-16, siapa yang tidak percaya akan dihukum, bukan ditulis siapa yang tidak percaya akan binasa. Maka apakah boleh kita menyimpulkan bahwa orang2 yang semasa hidupnya tertipu ajaran salah, menolak untuk percaya akan Kristus dan GK akan diadili saat ajal dan akan diberikan pencerahan tentang siapa Allah yang menyelamatkan itu, jika mereka memilih untuk percaya maka akan masuk ke dalam api penyucian atau dihukum, dan mereka yang tetap menolak akan dihukum secara kekal ? Mohon penjelasannya,
Terimakasih, Tuhan beserta kita
Maria
Shalom Maria Linda,
Prinsip EENS (Extram Ecclesiam Nulla Salus/ Di luar Gereja tidak ada Keselamatan) jika dirumuskan secara positif adalah keselamatan datang dari Kristus Sang Kepala melalui Gereja-Nya yang adalah Tubuh-Nya (lih. KGK 846). Silakan membaca beberapa artikel yang berkaitan dengan topik EENS di situs ini, silakan klik.
Selanjutnya, perlu dipahami bahwa pilihan untuk percaya kepada Kristus atau menolak Dia, itu hanya diberikan di sepanjang kehidupan kita di dunia; sebab setelah kita beralih dari dunia ini, sudah tidak ada kesempatan lagi. Silakan membaca di sini tentang bagaimana kita akan diadili setelah kehidupan kita di dunia ini berakhir, silakan klik. Maka penting kita mengisi hidup kita sekarang ini dengan bijak, mencari kehendak Tuhan seturut tuntunan hati nurani kita, dengan sikap keterbukaan dan ketaatan terhadap Wahyu Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Bu Ingrid, atau Pak Stef,
maaf, bertanya di halaman yg salah, hehe..
Apakah ada artikel di katolisitas tentang Extra Ecclessiam Nula Salus?
Saya membutuhkan penjelasan lengkap mengenai hal tersebut.
Terima Kasih.
Tuhan Memberkati.
Shalom Verry,
Kami memang bermaksud menulis artikel khusus tentang topik ini secara terpisah, namun sementara belum ter-realisasi, silakan membaca terlebih dahulu beberapa jawaban kami tentang topik EENS ini, sbb:
Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka?
Prinsip EENS (lihat jawaban point 1)
Siapa saja yang dapat diselamatkan?
Apakah orang Katolik dijamin pasti selamat?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
saya mau tanya,, langsung saja pertanyaannya:
“ADAKAH KESELAMATAN DI LUAR GEREJA??”
menurut konsili Vatikan II gereja memang lebih terbuka dengan mengakui keselamatan di luar gereja.. hal itu tercantum dalam dokumen Konsili Vatikan Lumen Gentium No. 16 mengatakan “bahwa “Mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan tulus hati mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal.”
tapi yang buat saya bingung
dalam Audiensi Umum 31 Mei 1995 “Yohanes Paulus II mengatakan: Semua Keselamatan datang melalui Kristus” (mohon di cek)
sine ecclesia nulla salus — “Tanpa Gereja TIDAK ADA keselamatan.”
Berada dalam Gereja, Tubuh Mistik Kristus, bagaimanapun implisit dan misteriusnya, adalah syarat esensial untuk keselamatan.
mohon penjelasannya..???
[dari katolisitas: silakan melihat tanya jawab di atas – silakan klik]
Maaf, saya repost pertanyaan saya.. sebelumnya saya pernah mengirimkan beberapa pertanyaan. Mungkin saya kurang cermat mencari atau tidak teliti mencari jawaban yang sudah dipost. Tapi, apabila memang belum dijawab, mohon tim katolisitas bersedia membantu saya. Saya menambahkan sedikit pertanyaan tambahan disini. Terima kasih :)
salam katolisitas,
Saya baru saja menjawab panggilan dari Bapa yang sebenarnya sudah lama disampaikan berulang kali. Saat ini, saya sedang menjalani katekumenat di paroki saya. Saya memiliki beberapa hal yang ingin saya tanyakan untuk memperkaya pengetahuan iman, usaha mencari kebenaran, sekaligus usaha untuk mempertanggungjawabkan iman saya. Mohon bantuan dan bimbingannya :
1. Saya kurang mengerti mengenai konsep extra ecclesiam nulla salus (EENS). Konsep ini sudah hadir sejak jaman Bapa Gereja Awal hingga saat ini. Akan tetapi, saya agak kesulitan menemukan sinkronisasi antara konsep ini dengan konsep (saya lupa di dokumen gereja yang mana) yang menyatakan ada kebenaran dan keselamatan diluar gereja. Dalam konsep saya saat ini, EENS terdengar sangat arogan dan sulit bagi saya mengerti sifat katholikos gereja secara utuh dengan pengertian saya mengenai EENS saat ini.
2. Saya mempelajari bahwa Tubuh Mistik Kristus terdiri dari 3 anggota : Gereja Jaya, Gereja Mengembara, dan Gereja Juang. Saya ingin mengetahui referensi (baik dari Kitab Suci, Bapa Gereja, dan Dokumen Gereja) dan inferensi hingga pengertian iman tersebut muncul.
3. Saya agak kesulitan mencari dasar alkitabiah dan inferensi mengenai Doktrin Maria Diangkat Ke Surga. Saya berusaha mencari sumber (yang mungkin) membahas secara komprehesif mengenai topik ini dalam buku “Ascencion of Mary” karangan seorang imam yang dikutip dalam buku “Hail, Holy Queen” oleh Scott Hahn. Akan tetapi, saya kesulitan menemukan buku tersebut di daerah saya maupun di internet (yang bisa diunduh secara gratis. Maklum, kantong mahasiswa :p). Adakah sumber lain yang dapat menjabarkan Doktrin ini secara lengkap?
4. Saya menemukan bahwa Kitab Suci pernah ditranslasi ke dalam bahasa latin, yaitu Vulgate. Apakah Kitab Suci versi latin ini yang digunakan selama berabad-abad di dunia sebelum reformasi? Kapan Kitab Suci pertama kali mulai diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa? Saya saat ini mempunyai pengertian bahwa sebelum reformasi umat hanya bergantung pada Gereja untuk menerjemahkan Kitab Suci karena kendala bahasa. Jikalau benar hal ini yang terjadi, tentu saja ini menghambat manifestasi Doktrin Kitab Suci sebagai salah satu Pilar Kebenaran. Banyak orang pada zaman itu akan terhambat dalam mendekatkan diri pada Kitab Suci.
5. Saya pernah membaca suatu artikel yang menyatakan bahwa LXX adalah versi kitab suci yang digunakan pada saat Yesus mengajar. Benarkah hal tersebut?
6. Dalam pelajaran katekumenat, saya mengetahui bahwa dalam suksesi para paus, posisi paus sempat diduduki oleh kaisar dan kepala negara romawi. Benarkah itu?
7. Dalam pelajaran sejarah, saya sempat mempelajari sekilas bahwa Gereja Katolik sempat mengalami masa kelam mulai dari abad ke 13 (kalau tidak salah) hingga masa reformasi pada abad ke 16 oleh Martin Luther. Hal apa saja yang membuat masa ini disebut masa kelam dan apa pengaruhnya terhadap posisi Gereja sebagai salah satu Pilar Kebenaran. Akan mengkhawatirkan bila ternyata salah satu Pilar pernah goyah.
Sekian dulu pertanyaan saya. Saya tertarik untuk mempelajari Apologetik Kristiani, terutama mengenai Katolik, karena lingkungan saya mendukung demikian. Terima kasih untuk penjelasannya. Terima kasih. Deo Gratias :)
Shalom Death4life,
1. Prinsip EENS (extra ecclesiam nulla salus) sudah pernah dibahas di sini:
Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya masuk neraka?
Prinsip utamanya:
Kristus mengajarkan perlunya iman dan Pembaptisan untuk keselamatan (lih. Mrk 16:16, Yoh 3:5, Mat 28:19), maka Kristus menegaskan perlunya Gereja -yaitu Gereja yang didirikan oleh-Nya di atas Rasul Petrus- yang melaluinya kita dapat dibaptis dan mengambil bagian dalam kehidupan-Nya, dan menjadi anggota-anggota Tubuh-Nya. Namun ajaran ini tidak untuk dipertentangkan dengan kehendak Allah untuk menyelamatkan semua umat manusia (lih. 1 Tim 2:4). Maka Gereja melihat ajaran ini untuk mencakup dua hal: 1) kemungkinan yang nyata akan keselamatan di dalam Kristus untuk semua umat manusia; dan 2) pentingnya Gereja untuk keselamatan manusia (lih. Dominus Iesus 20). Selengkapnya tentang Deklarasi Dominus Iesus, silakan klik di sini, dan ringkasan serta penjelasannya, silakan klik di sini.
Katekismus mengajarkan tentang hal ini:
2. Tiga tingkatan/ status Gereja diajarkan dalam Katekismus:
Gereja Katolik mengajarkan ada tiga status Gereja: yaitu Gereja yang masih mengembara di dunia, Gereja yang masih dimurnikan di Api Penyucian, dan Gereja yang sudah jaya di surga:
3. Doktrin Bunda Maria diangkat ke surga
Doktrin Bunda Maria diangkat ke surga tidak dapat dilihat sebagai ajaran terpisah dari ajaran lainnya tentang Maria. Prinsipnya adalah karena Maria Bunda Allah, maka ia dikuduskan Allah, dibebaskan dari noda dosa. Karena ia tidak berdosa, maka kuasa maut tidak menghancurkan tubuhnya; dan oleh jasa Kristus, Maria diangkat ke surga, tubuh dan jiwanya. Silakan membaca lebih lanjut di artikel ini:
Apa dasarnya Gereja Katolik mengajarkan bahwa Maria diangkat ke surga
Maria dikandung tanpa noda: Apa maksudnya?
4. Tentang Septuagint
Septuagint adalah Kitab Suci yang dipakai Kristus dan para rasul? Kapan Kitab Suci diterjemahkan dalam berbagai bahasa?
Kitab Suci Septuagint adalah versi Kitab Suci Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, yang disusun di abad 3 sampai abad 2 sebelum Masehi. Para ahli Kitab suci memperkirakan bahwa versi inilah yang dipakai oleh Yesus dan para rasul-Nya.
Selanjutnya untuk gabungan dengan Perjanjian Baru, versi Latin pertama yang digunakan oleh Gereja adalah Vulgate/ Vulgata (tahun 390-405). Istilah “Vulgate” mengindikasikan penggunaan secara umum di Gereja. Edisi Vulgate ini sedikit demi sedikit menggantikan versi Latin kuno. Vulgate mulai digunakan di abad ke-5, umum digunakan di abad ke-6, dan dinyatakan sebagai pegangan di abad ke-13. Di abad ke- 16 Konsili Trente menyatakannya sebagai versi yang otentik bagi Gereja.
Setelah pencetakan pertama Vulgate oleh Gutenberg di tahun 1456, edisi- edisi lainnya bermunculan. Demikian juga dengan timbulnya bermacam versi Latin, sehingga para Bapa Gereja menegaskan dalam Konsili Trente bahwa edisi yang otentik adalah hanya Vulgate, untuk dibacakan di hadapan publik, pengajaran dan diskusi, dan agar tak seorangpun dapat menolaknya untuk alasan apapun (lih. Sess. IV, decr. de editione et usu sacrorum librorum).
Sejak ditemukannya teknik percetakan di abad ke 14-15 inilah mulai terdapat banyak versi Kitab Suci dalam bahasa- bahasa vernakular, seperti bahasa Jerman (beberapa bagian Kitab Suci sudah mulai diterjemahkan sejak abad 8-9, versi lengkapnya sebelum tahun 1477, sebelum Perjanjian Baru-nya Luther di tahun 1522), versi Perancis, Spanyol (abad ke 14-15), bahasa Belanda, Skandinavia (abad 15), Portugis (abad ke 18), dst. Silakan anda klik di link ini untuk mengetahui sejarah adanya banyak versi Kitab Suci.
Sebelum abad- 14, masyarakat dunia secara umum tidak banyak yang mengenal baca tulis. Pendidikan baca tulis baru dimulai sekitar abad 12-13. Baru pada abad ke 18 setengah penduduk Inggris terbebas dari buta huruf, dan baru pada akhir abad ke-18 dunia Eropa hampir seluruhnya dapat membaca. Selanjutnya, kemudahan terjadi setelah abad ke- 19, setelah revolusi industri, di mana industri kertas dan buku menjadi semakin terjangkau sehingga ini juga berpengaruh terhadap distribusi Kitab Suci di seluruh dunia.
Jika kita mengetahui sejarah, maka kita akan semakin menghargai peran Tradisi Suci (pengajaran lisan Sabda Tuhan) yang disampaikan melalui khotbah, tetapi juga melalui gambar dan patung- patung; seperti misalnya kita lihat di gedung- gedung gereja abad- abad awal sampai abad 15 [bahkan selanjutnya], karena pada masa itu tak banyak umat yang dapat membaca Kitab Suci, karena banyak dari mereka masih buta huruf.
5. Septuagint: Kitab Suci yang digunakan oleh Yesus dan para rasul?
Ya, menurut perkiraan para ahli Kitab Suci, versi Septuagint adalah yang digunakan oleh Tuhan Yesus dan para rasul-Nya.
6. Adakah kaisar yang jadi Paus?
Sepanjang pengetahuan saya tidak ada kaisar yang menjadi Paus. Silakan klik di sini untuk melihat daftar Paus dari St. Petrus sampai Paus Benediktus XVI. Terus terang, saya prihatin sekali jika di masa katekumenat anda diajarkan bahwa ada kaisar yang menjadi paus/ mengambil tempat kedudukan paus, sebab itu sungguh keliru. Dapatkah anda menyebutkan sumbernya, supaya saya dapat memeriksanya?
7. Abad Pertengahan adalah masa kelam Gereja Katolik?
Sebenarnya, jika kita mempelajari sejarah Gereja, maka kita akan melihat bahwa memang terjadi masa ‘jatuh bangun’ Gereja Katolik yang tidak terlepas dengan kondisi sejarah dunia, secara khusus di Eropa. Di sekitar abad Pertengahan, memang hal keagamaan tidak terpisahkan dari sendi- sendi kehidupan masyarakat. Ini mengakibatkan hal- hal negatif dan positif:
a) Hal-hal negatif terlihat dari besarnya pengaruh kekuasaan pemerintah dalam kehidupan para pemimpin Gereja, termasuk Paus. Namun demikian, hal itu tidak mempengaruhi doktrin/ ajaran Gereja Katolik, sehingga tidak menyebabkan salah satu pilar Gereja (Magisterium) menjadi goyah karenanya. Hal ini sudah pernah dibahas pada topik tentang beberapa Paus yang kontroversial di sini, silakan klik.
Hal negatif lainnya yang terjadi di abad Pertengahan adalah lahirnya ajaran sesat Albigenses, yang diikuti oleh inkuisisi di- abad ke 13. Inkuisisi ini dimulai atas perintah Paus Gregorius IX tahun 1231, untuk memerangi ajaran sesat Albigensian juga dikenal sebagai Cathars. Ajaran sesat Albigensian ini, sepertihalnya heresi Manichaeisme di abad ke-3, mengajarkan konsep dualisme, roh dan tubuh; roh itu baik, namun “matter“/ tubuh adalah asal dari segala kejahatan, dan karenanya, menentang Inkarnasi dan Keselamatan. [Sebab di dalam Kristus, Sang Sabda menjelma menjadi ‘daging’/ tubuh manusia]. Dengan demikian, heresi ini tidak saja menentang inti iman Kristiani tetapi juga inti basis kemasyarakatan, sebab mereka 1) menentang perkawinan legal sebab perkawinan dikatakan dapat menghasilkan kehidupan fisik/ tubuh yang baru; 2) mengajarkan bahwa bunuh diri adalah sesuatu yang baik, karena mengakhiri kehidupan tubuh; 3) homoseksualitas adalah lebih baik daripada heteroseksualitas, karena tidak ‘menghasilkan’ tubuh/ fisik yang baru; 4) menganggap bahwa kitab Perjanjian Lama termasuk ke 10 perintah Allah sebagai pekerjaan setan. Nah, tak mengherankan, heresi ini berakibat menghasilkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan bermasyarakat.
Jadi maksud inkuisisi/ inquisition adalah untuk mempertahankan kemurnian iman Kristiani dan memberikan hukuman eks-komunikasi pada orang-orang yang tidak mau bertobat. Cara inkusisi diambil karena pendekatan persuasif melalui khotbah pengajaran iman yang benar yang dilakukan oleh St. Dominikus dan para biarawan Dominikan tidak sepenuhnya efektif. Order Dominikan kemudian mendapat tugas untuk menangani inkusisi yang didahului oleh semacam pengadilan di hadapan juri yang terdiri dari sedikitnya 20 orang, yang menjadi permulaan dari sistem juri dalam pengadilan modern.
Dalam bukunya yang berjudul Characters of the Inquisition, William Thomas Walsh mengisahkan beberapa Chief Inquisitors, di antaranya Bernard of Gui. Dikatakan bahwa mereka adalah “far from being inhuman, …men of spotless character and sometimes of truly admirable sanctity….”(cf. Joseph Blotzer, Catholic Encyclopedia, 1914, “Inquisition” online at http://www.newadvent.org/cathen/080261.htm ) Setelah itu, mereka yang tidak juga mau bertobat diserahkan kepada pemerintah. Selanjutnya, memang ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh oknum-oknum di dalam inkuisisi, terutama dengan melakukan kekerasan, walaupun pada awalnya hal ini dilarang.
Selanjutnya, ada banyak anggapan bahwa seolah- olah terjadi penyimpangan ajaran Gereja di Abad Pertengahan, namun sebenarnya tidak demikian. Silakan jika anda tertarik untuk membaca lebih lanjut di sini:
Katolik menyalahgunakan indulgensi atau surat pengampunan dosa?
Copernicus pernah dikutuk Gereja Katolik?
Apakah Galileo Galilei dibunuh Gereja Katolik?
b) Hal-hal positif yang terjadi di Abad Pertengahan misalnya terlihat dari: menyatunya kehidupan religius dengan kehidupan sehari- hari dan peran para religius dalam memajukan peradaban manusia. Contoh yang jelas ditunjukkan oleh ordo Benediktin di Eropa. Sejak jatuhnya Kerajaan Roma dan kaum barbar (abad ke- 6 s/d 10) biara-biara Benediktin yang berjumlah sekitar 30,000 itu menjadi: 1) tempat perhentian bagi mereka yang berpergian dan rumah- rumah sakit; 2) tempat pembelajaran bagi teks- teks kuno tentang ilmu pengetahuan, terutama ilmu kedokteran, agraria (ilmu bercocok tanam), biologi, metalurgi, dst; 3) tempat penyalinan manuskrip kuno yang berpengaruh bagi kelangsungan kebudayaan klasik; 4) seluruh kehidupan sehari- hari diarahkan kepada pelayanan dan liturgi; dengan semboyan “Ora et Labora”; 5) Ordo Benediktin telah menghasilkan 24 Paus, 200 kardinal, 7000 uskup agung, 15,000 uskup dan 1500 Santo/santa. Sampai tahun 1400, terdapat 37,000 biara, dan masing- masing menjadi pusat dari peradaban Katolik; 6) Ordo Benediktin meletakkan dasar pendidikan bagi kaum muda di Eropa. Di setiap gereja katedral dan biara dibangun sekolah untuk memberikan bantuan pendidikan cuma- cuma kepada kaum miskin, atas dana dari Gereja.
Sedangkan pada abad 13, peran dari para biarawan juga cukup besar: 1) Mereka mendirikan universitas dan menjadi pengajar yang menjadi para guru besar di Abad Pertengahan, seperti St. Alexander Hales dan St. Bonaventura (dari ordo Fransiskan), St. Thomas Aquinas dan St. Albert Agung (ordo Dominikan); 2) Mereka mendirikan gerakan scholasticism yang menyatukan iman dan akal budi. 3) Doktrin Teologi dijabarkan dengan sistematis, seperti dalam Summa Theology oleh St. Thomas Aquinas.
Dengan demikian, tanggapan yang menyatakan bahwa Abad Pertengahan merupakan abad kegelapan bagi Gereja, sebenarnya merupakan anggapan yang berat sebelah; sebab di samping terjadi hal- hal negatif, terjadi juga terjadi hal- hal positif dalam Gereja. Bahkan gedung- gedung gereja di Eropa menjadi saksinya, yang dapat kita kagumi sampai sekarang. Teknik arsitektur, seni rupa dan seni musik dan seni suara semua diarahkan untuk memuliakan Tuhan. Bangunan- bangunan terindah pada saat itu adalah gereja, dan segala bentuk seni yang tertinggi dipersembahkan kepada Tuhan.
Demikianlah, Death4life, yang dapat saya sampaikan untuk menanggapi pertanyaan anda. Untuk lain kali, jika anda ingin bertanya, tuliskanlah satu pertanyaan dengan satu topik saja, agar jawaban tidak ‘loncat ke kiri dan ke kanan’. Mohon pengertiannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam dalam nama Yesus bu inggrid,
1.Apa maksud ” iman yang supernatural”?
2. Sejauh mana pandangan gereja terhadap kesaksian dari beberapa umat/ suster/biarawan bahwa mereka pernah melihat sorga/neraka.Apakah memang ada karunia2 demikian ?
3. Saya pernah mengalami , ketika setelah berdoa di depan patung bunda maria. Tengah malam ktika sy tidur ada tangan menjangkau /menyentuh saya. Saya jadi takut ,sampai sekarang gk ada patung atau sejenisnya di kamar saya..Apakah mungkin peristiwa patung menyentuh saya itu kuasa gelap bu inggrid?
Saya tinggal di Blimbing Malang, mimpi yg paling mengerikan ,sy pernah bermimpi ( maaf tahun lupa}seluruh daerah Blimbing gelap total kayak kiamat , (yang buat saya senang bu) di greja ST Albertus Masih ada lilin nyala tepat di menara dekat lonceng. Demikian pertanyaan saya dan sedikit kesaksian mimpi. trima kasih atas penjelasan bu inggrid. GBU
Shalom Sugeng Pratiknyo,
Iman yang bersifat supernatural (supernatural faith) adalah berbeda dengan human faith, berdasarkan otoritas dari saksi yang kita percayai. Kalau otoritas yang kita percayai adalah Tuhan, maka kita mempunyai iman yang bersifat supernatural. Roman Catechism, I, c.1 mengatakan bahwa iman yang bersifat supernatural adalah kebajikan supernatural yang mana kita mempercayai secara teguh pada kebenaran yang diwahyukan oleh Tuhan kepada kita.
Tentang kesaksian-kesaksian dari umat, suster maupun biarawati, maka semuanya bersifat wahyu pribadi. Dan umat beriman tidak terikat oleh wahyu pribadi. Katekismus Gereja Katolik menerangkan sebagai berikut:
Agar jangan sampai salah, maka sebagai umat beriman, kita perlu menunggu sampai pihak otoritas Gereja memberikan kesimpulan apakah wahyu pribadi tersebut adalah otentik atau tidak. Dan tentang pengalaman anda, kita tidak dapat menyimpulkan apapun dari kejadian tersebut. Yang terpenting adalah kita semua harus terus bertekun dalam doa-doa kita dan terus bertumbuh secara spiritual dengan mendalami Sabda Allah dan terutama bertekun dalam sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Bu Inggrid,
berbicara mengenai invincible ignorance…apakah menurut bu Inggrid dijaman yang sudah serba internet dan informasi dapat diperoleh dimana saja, belum lagi para missionaris baik Katolik maupun Protestan…apakah masih ada orang yang belum pernah mendengarkan Injil / invincible ignorance ?
JMJLU,
CaesarAndra
Shalom Caesandra,
Menurut perkiraan saya, tetap ada. Mereka yang ada di pedalaman Cina, atau pedalaman Irian Jaya, India ataupun Afrika, misalnya. Atau mereka yang hidup sangat miskin di kolong jembatan dan pedusunan di manapun, termasuk di negara kita. Mereka yang tidak sempat berpikir terlalu jauh kecuali bagaimana caranya agar mereka dapat bertahan hidup dan memperoleh sedikit rejeki untuk mengisi perut mereka. Atau, jika mereka dibesarkan di lingkungan keluarga dengan agama tertentu yang sangat kuat, maka keadaan seperti ini juga dapat membuat hati nurani mereka tidak pernah ‘terpikir’ untuk mencari kebenaran Injil, walaupun mungkin pernah mendengar sekilas tentang Injil.
Namun di atas semua itu, yang paling dapat mengetahui keadaan persisnya dalam setiap hati manusia adalah Tuhan sendiri. Itulah sebabnya bukan bagian kita untuk menghakimi orang lain tentang apakah ia mempunyai ‘invincible ignorance’ atau tidak (culpable ignorance). Bagian kita adalah memberi kesaksian hidup Kristiani yang baik, membagikan apa yang kita ketahui tentang iman Kristiani seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik, dan hal ini kita lakukan tanpa pemaksaan. Jika yang mendengarnya ingin mengetahui lebih lanjut, maka dengan senang hati kita menjelaskan, namun jika mereka menolak ataupun tidak menanggapinya, kita tidak dapat memaksakan. Sebab Tuhan Yesus sendiri tidak pernah memaksa agar semua orang percaya kepada-Nya, walaupun Ia mengundang semua orang untuk percaya kepada-Nya untuk menerima keselamatan kekal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dalam Gereja katolik ada orang kudus yang dikanonisasi, bagaimana nasib orang yang tidak dikanonisasi, apakah mereka juga disebut kudus dan diselamatkan???
Shalom Eman Zebua,
Tentu orang yang yang hidupnya kudus di hadapan Tuhan sampai akhir hayatnya (walau tidak dikanonisasi), akan diselamatkan.
Kanonisasi hanya merupakan suatu pengukuhan pihak Gereja, berdasarkan atas bukti- bukti yang nyata akan kekudusan dan kuasa doa orang yang bersangkutan, sebagai suatu tanda bahwa Allah telah membenarkan mereka dalam kerajaan Sorga; dan karenanya demi kebaikan seluruh Tubuh Kristus, kita dapat memohon dukungan doa mereka, agar kita yang masih berziarah di dunia dapat meneladani teladan hidup mereka.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom bu Inggrid,
Bu…bagaimana dengan orang umat muslim yang mengimani Yesus hanya sebagai nabi, tetapi dia menjalani kehidupannya dengan baik seperti apa yg ibu jelaskan diatas ( dengan tulus mencari Allah ), dia berdoa menghadap ka’bah, menjalani ke 5 pilar utama agama islam, dan mereka sebenarnya tau bahwa menurut ajaran Kristen bahwa Yesus itu adalah Tuhan yg menjelma menjadi manusia tapi mereka tidak mempercayainya, apakah menurut bu Inggrid dia dapat diselamatkan masuk surga ?
Karena dalam keluarga besar saya masih banyak yg beragama islam, saya hanya penasaran dengan nasib mereka…
Shalom Caesandra,
Yang saya sampaikan di atas adalah prinsip pengajaran Gereja Katolik, yang mengatakan:
1. “Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal[33]. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, Gereja dipandang sebagai persiapan Injil[34], dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.” (Lumen Gentium 16)
Di sini, kita tidak tahu sejauh mana seseorang dapat dikatakan “tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya”, karena di jaman sekarang ini, secara umum memang Injil Kristus dan Gereja Katolik bukanlah merupakan sesuatu yang “rahasia” ataupun yang tidak dapat diketahui. Walaupun, tidak dapat dipungkiri, bahwa masih ada daerah-daerah tertentu yang masih belum terjangkau akan pemberitaan Injil Kristus. Maka ajaran Gereja ini sesungguhnya ingin menyampaikan bahwa dalam hal keselamatan, Allah akan berlaku adil: keselamatan akan diberikan bagi yang terus bekerjasama dengan-Nya dalam menanggapi tawaran keselamatan-Nya. Jangan lupa bahwa agar seseorang dapat diselamatkan, ia tidak hanya harus mencari Allah namun juga harus melaksanakan kehendak-Nya secara terus menerus. Sesungguhnya, pencarian akan Allah secara terus menerus inilah yang pada suatu saat akan membawa seseorang kepada Kristus dan Gereja Katolik.
2. “…andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” (Lumen Gentium 14).
Dalam hal ini, hanya Tuhanlah yang paling mengetahui apakah seseorang benar- benar tahu bahwa Yesus adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Selanjutnya, hanya orang yang bersangkutan itu sendiri yang mengetahui, apakah alasannya, jika ia sudah tahu, namun ia tidak mau bergabung ke dalam Gereja Katolik. Alasannya memang dapat bermacam- macam: entah mengandalkan pemikiran sendiri, entah karena lingkungan atau tekanan keluarga, atau alasan lainnya. Jika orang tersebut benar-benar telah tahu akan Injil Kristus dan Gereja Katolik sebagai sarana keselamatan, namun atas alasan tertentu berkeras menolaknya, maka ia tidak dapat diselamatkan. Namun, sekali lagi, hanya Tuhan-lah yang dapat mengetahui sejauh mana seseorang dapat dikatakan “benar- benar tahu” akan hal tersebut di atas.
Saya ingin mengajak anda untuk mendoakan keluarga besar anda. Pada akhirnya, kita percaya akan belas kasihan Tuhan yang tak terbatas. Tuhan yang menilik ke dalam hati setiap orang, pasti dengan adil akan memberikan kepada kita sesuai dengan yang seharusnya. Kenyataan bahwa anda hidup di lingkungan keluarga yang banyak di antaranya non- Katolik, harus memberi motivasi kepada anda untuk hidup sesuai dengan iman Katolik anda. Sebab dengan teladan hidup anda, anda mewartakan Injil Kristus, bahkan lebih baik daripada berkhotbah. Jika para kerabat anda melihat dan mengalami kasih yang tulus dari anda, maka dengan sendirinya itu akan mendorong mereka untuk mengenal iman anda. Dan semoga dengan demikian mereka akan sampai kepada pemahaman yang lebih baik tentang iman Katolik, yang tidak hanya mereka ketahui di “kepala”, tetapi semoga bisa juga sampai di “hati”. Dengan demikian, semoga pada saatnya nanti, Tuhan menggerakkan hati mereka untuk menanggapi kasih Allah yang tercurah dalam Kristus dan Gereja-Nya, melalui anda. Dan, berbahagialah anda yang dipakai oleh Allah sebagai alat-Nya untuk menyampaikan rahmat keselamatan kepada keluarga besar anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Terima kasih atas jawabannya bu Inggrid, sekali lagi Selamat Natal dan Tahun Baru bu….semoga di tahun 2010 Tuhan Yesus selalu memberkati keluarga bu Inggrid.
Dalam buku yang berjudul Iman, Ilmu dan Budaya yang diterbitkan oleh Bhumiksara pada halaman 11 paragraf 2 ditulis..”.Ada pandangan yang terkenal Extra Eccletiam Nulla Salus ( di luar gereja tidak ada keselamatan). Kemudian pandangan itu dikoreksi oleh gereja.”
Yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah benar gereja mengoreksi paham itu? Setahu saya memang benar bahwa di luar gereja tidak ada keselamatan. Bukankah Yesus telah mengatakan bahwa barangsiapa tidak melalui Ia maka tidak akan sampai pada Bapa? Memang dalam dokumen Nostra Aetate gereja Katolik mengakui adanya kebenaran dan keselamatan TETAPI yang sempurna ada dalam Kristus. Berarti memang benar keselamatan yang penuh hanya ada dalam gereja Katolik? Bagaimana penjelasan Romo? Terima kasih atas jawaban yang diberikan pada pertanyaan saya terdahulu. Itu sungguh membantu saya dalam memahami hidup kekatolikan saya.
Shalom Johan,
Anda benar, bahwa pengajaran EENS itu tidak pernah dikoreksi oleh Gereja Katolik. Yang dikoreksi adalah penjelasannya, karena sering diartikan keliru oleh orang yang membacanya. Hal itu telah ditulis secara panjang lebar di artikel di atas, berikut tanya jawab di bawahnya, silakan klik. Silakan anda membacanya terlebih dahulu, dan jika ada yang masih belum jelas, silakan bertanya kembali.
Jadi benar bahwa keselamatan dan kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
dear inggrid
berbicara tentang keselamatan..sangat menarik. yang menyelamatkan kita sebenarnya bukan gereja atau oranisasi manapun, tetapi yang menyelamatkan kita adalah IMAN KITA KEPADA YESUS KRISTUS.. saya yakin apabila dia percaya Yesus dia akan melakukan semua perintah2 Tuhan didalam hidupnya. tetapi sekalipun dia percaya Yesus tetapi tidak taat pada Firman Tuhan, dia tidak akan selamat.
terus terang saya sangat sedih, karena saya sering melihat beberapa pastor selesai memimpin misa, mereka kemudian minum minuman keras dengan beberapa umat katolik. bahkan ada juga umat katolik, apabila keluarganya di kunjungi kerumah oleh pastor, yang disuguhi bukannya teh tapi minuman keras..
apakah menurut Anda ini benar? padahal alkitab dengan jelas dan tegas melarang umatnya melakukan itu. tapi koq malah pastornya yang seperti itu.
Tuhan berkati
Shalom Natalia,
1. Ya benar, kita diselamatkan karena kasih karunia Allah melalui iman kepada Yesus Kristus. Sebelum naik ke surga, Yesus berpesan kepada para murid-Nya: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:19-20)
Perintah Yesus inilah yang dipegang oleh Gereja Katolik sampai sekarang, sebab Gereja Katolik yang dipimpin oleh para penerus rasul tersebut menurunkan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Yesus, baik yang lisan maupun tertulis. Ajaran Yesus yang lisan inilah yang kemudian menjadi Tradisi Suci, yang diteruskan secara turun temurun oleh Gereja Katolik sampai sekarang, sehingga memang Gereja Katolik tidak hanya berpegang pada Kitab Suci, namun juga Tradisi Suci. Dari Kitab Suci kita mengetahui bahwa Yesus mendirikan Gereja-Nya atas dasar Petrus dan Ia akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman (Mat 16:18). Maka ayat inilah yang menjadikan umat Katolik percaya bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Yesus sendiri, yang sekarang masih berdiri dipimpin oleh para penerus Rasul Petrus, oleh karena Yesus menggenapi janji-Nya bahwa Ia akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman.
Fakta bahwa Yesus sendiri mendirikan Gereja-Nya dan sampai sekarang masih eksis dalam Gereja Katolik, inilah yang harusnya menjadi motivasi bagi pengikut Kristus untuk menjadi anggotanya, agar mengalami kepenuhan kebenaran yang dijanjikan oleh Kristus sendiri sebagai Kepala-Nya. Tradisi suci dari abad- abad awal-pun menceritakan peran Gereja Kristus sebagai sakramen keselamatan, sebab oleh Gereja-lah kita menerima sakramen-sakramen dan mendapatkan kanon Kitab Suci (pada abad ke-4). Jadi Gereja sudah ada sebelum Alkitab. Oleh karena itu kita tidak bisa menganggap rendah Gereja. Gereja bukan hanya merupakan organisasi atau agama yang dibuat oleh manusia. Gereja lahir dan berasal dari Tuhan Yesus, dan Ia menentukan Gereja sebagai Tubuh-Nya sendiri yang disucikan-Nya dengan air dan firman (Ef 5: 22-26).
Maka jika kita ingin bersatu sepenuhnya dengan Kristus, sudah selayaknya kita menjadi anggota dari Tubuh-Nya yang didirikan oleh-Nya sendiri. Namun sama seperti Yesus tidak pernah memaksa seorang-pun untuk mengikuti Dia, maka umat Katolik-pun tak bisa memaksa seorangpun untuk menjadi seorang Katolik. Yang bisa kami lakukan sebagai umat Katolik adalah memberitakan kepenuhan kebenaran yang kami yakini dalam Gereja Katolik; dan menyerahkan kepada hati nurani orang yang mendengarkannya untuk menanggapinya.
2. Mengenai imam yang minum anggur.
Sebenarnya, jika kita melihat secara obyektif pengajaran Tuhan Yesus di Alkitab dan contoh dari Diri-Nya sendiri, maka kita melihat Yesus tidak melarang seseorang untuk minum anggur. Yang dilarang oleh Alkitab adalah kalau seorang minum anggur namun menjadi mabuk (sebagai ‘peminum’) dan kehilangan kendali. Sebab Yesus mengatakan, "bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang. Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Mat 15:11, 18-19). Kristus sendiri meminum anggur, tentu dalam batas yang wajar, dan pada Perjamuan Terakhir Ia mengubah anggur menjadi Darah-Nya, sebagai peringatan akan darah-Nya yang tercurah dalam kurban salib-Nya untuk menebus dosa manusia.
Maka kembali ke masalah imam yang minum anggur tersebut. Kuncinya adalah, mereka tidak selayaknya menjadi ketagihan atau menjadi mabuk. Namun jika meminum dalam batas yang wajar, itu tidak dilarang dalam Kitab Suci. Minuman anggur, jika berdiri sendiri, tidak dapat dikatakan haram/ barang ‘dosa’, namun jika seseorang sudah mabuk atau menjadi ketagihan, maka di sinilah dosa itu terjadi. Di sini kita bisa melihat prinsip yang digunakan adalah "prudence"/ kebijaksanaan, sama seperti dalam hal merokok. Silakan klik di sini untuk melihat pengajaran Gereja Katolik mengenai merokok ini, yang secara prinsip juga bisa digunakan dalam menyikapi hal minum anggur.
Saya menyadari mungkin saja Natalia memiliki pendapat yang berbeda dalam hal ini. Saya hanya menyampaikan apa yang saya ketahui menurut ajaran Gereja Katolik, dan semoga saja dapat menjadi masukan bagi anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – http://www.katolisitas.org
saudaraku Andreas…,
Kebingungan Saudara kemungkinan besarnya adalah selama ini saudara membaca dan merenungkan kitab suci dalam skop pribadi atau hanya dalam jemaat lokal (=gereja lokal tempat berbakti) saja. Tanpa melihat kepada penafsiran yang diterima secara universal oleh seluruh jemaat Tuhan .
Dalam hal ini, ingatlah apa yang dikatakan oleh alkitab sendiri bahwa “….jemaat Allah yang hidup adalah dasar dan tiang kebenaran….”. Sekarang pertanyaannya adalah jemaat Allah yang mana? Karna tampaknya semua jemaat Allah mengajarkan kebenaran…… Tapi kenyataannnya yang kita lihat sekarang gereja denominasi terus terpecah menjadi puluhan ribu denominasi yang masing 2 tentu mengajarkan doktrinnya sendiri……tapi pertanyaannya adalah kalau semua doktrin benar tentunya tidak ada perpecahan seperti itu. Hal yang bukan dikehendaki oleh Yesus dalam doanya”….supaya mereka satu….”
Mengenai doktrin, kita tidak perlu takut kepada doktrin, sejauh doktrin itu mengandung kebenaran dan semakin membawa kita dekat kepada SUMBER KEBENARAN doktrin itu sendiri yaitu ALLAH sendiri. Tapi doktrin yang benar-benar doktrin harus dibuktikan dengan cara: semua doktrin yang diajarkan tidak boleh ada yang saling bertentangan satu dengan lainnya…semuanya harus selaras dan sejalan……
Dalam hal ini saya sangat kagum kepada Gereja Katolik, yang mengajarkan doktrinnya dengan jelas,tidak saling bertentangan, dapat dipertanggungjawabkan dan selaras dengan pengajaran iman dari jaman para rasul sampai jemaat sekarang ini. Benarlah bahwa magisterium gereja menjaga dan mengajarkan kebenaran itu dari masa ke masa sampai Yesus datang menjemput mempelaiNya.
semoga bermanfaat dan semoga Tuhan memberkati
Salam Damai Sejahtera
Dear Ingrid
Ingrid menulis :
A. Gereja Katolik memang mengajarkan prinsip Extram Ecclesiam Nulla Salus, yaitu, Tidak ada keselamatan di luar Gereja Katolik, namun pengertiannya tidak seperti yang dikatakan oleh Pastor yang pernah anda dengar itu, yang berkata, “Yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka”. Pernyataan ekstrim seperti ini pernah dikatakan oleh seorang Pastor di Amerika yang bernama Fr. Leonard Feeney. Namun kemudian ia mendapat teguran keras dari Vatikan, melalui Uskupnya yaitu Uskup Boston, Richard J. Cushing.
B. Maka dengan perkataan yang bijaksana ini, Paus mengkoreksi 1) mereka yang mengatakan bahwa keselamatan tidak mencakup orang-orang yang bersatu dengan Gereja secara implisit, dan 2) mereka yang mengatakan bahwa orang-orang dapat sama saja diselamatkan dengan baik di setiap agama manapun.
Dari kedua pernyataan tersebut , yang mana yang harus dijadikan pedoman kepercayaan bagi setiap orang Katolik ?
Yang A atau yang B ?
Terima kasih
Mac
Shalom Machmud,
Yang harus dipegang oleh orang Katolik dalam hal pengajaran keselamatan adalah: Extra Ecclesiam Nulla Salus, yaitu: Tidak ada keselamatan di luar Gereja Katolik, namun pengertian dari pernyataan itu harus sesuai dengan pengertian Gereja Katolik, yaitu bahwa:
1. Keselamatan tersebut mencakup orang-orang yang bersatu dengan Gereja Katolik, baik eksplisit maupun implisit:
-yang eksplisit adalah umat Katolik, asalkan mereka sungguh beriman dan bertumbuh dalam kasih yang tak terpisahkan dari iman mereka (lih Lumen Gentium 14).
-yang implisit adalah mereka yang bukan Katolik, namun mempunyai keinginan dan kerinduan untuk bersatu dengan Gereja Katolik. Kerinduan ini dapat dinyatakan secara eksplisit, seperti menjadi katekumen, ataupun secara implisit, yaitu orang-orang yang mempunyai kerinduan untuk selalu melaksanakan kehendak Tuhan dan berjalan mengikuti hati nuraninya, dan yang bukan karena kesalahan sendiri belum mengenal Kristus maupun Gereja Katolik. Ketidaktahuan yang tak terhindari, yang bukan disebabkan karena kesalahan sendiri ini disebut "invincible ignorance."
Namun demikian, agar dapat diselamatkan, orang-orang yang mempunyai kerinduan untuk bersatu dengan Gereja Katolik ini, harus tetap mempunyai kasih yang sempurna dan iman yang supernatural akan Allah. Sebab tanpa iman dan kasih ini tak ada seorangpun yang dapat menyenangkan Tuhan dan dapat diselamatkan. (lih. Ibr 11:6, Trente, Ses VI, ch.8. Denz n.801).
2. Tidak berarti bahwa orang-orang dalam agama manapun mempunyai kemungkinan yang sama untuk diselamatkan. Walaupun orang-orang yang berada di luar Gereja Katolik tetap dapat memperoleh bantuan Allah untuk keselamatan (lih. Lumen Gentium 16), namun bantuan tersebut tetap tidak dapat disamakan dengan bantuan-bantuan karunia surgawi yang hanya dapat diberikan di dalam Gereja Katolik (lihat pernyataan Paus Pius XII dalam AAS, 1.c, p.243). Maka dengan sendirinya, mereka yang bergabung dengan Gereja Katolik, bertumbuh dalam iman dan kasih dan menerima sakramen-sakramen, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diselamatkan.
Demikian pengertian ajaran Extra Ecclesiam Nulla Salus (EENS) yang diajarkan oleh Gereja Katolik, yang seharusnya dipegang oleh semua umat Katolik. Silakan membaca link-link ini jika anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang ajaran Gereja Katolik tentang keselamatan: silakan klik di sini, di sini, di sini, atau tulisan-tulisan lain yang ada dalam kelompok Tanya Jawab: Keselamatan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Setahu saya….ajaran katolik mengakui bahwa “Ada keselamatan di luar Gereja Katolik” setelah konsili vatikan II.
Shalom Ongko,
Terima kasih atas tanggapannya. Gereja tidak pernah mengubah dogma, termasuk dogma “Tidak ada keselamatan di luar Gereja Katolik (EENS = Extra Ecclesiam Nulla Salus). Konsili Vatikan II adalah konsili yang bersifat pastoral dan memang tidak untuk mendefinisikan dogma baru apapun. Vatikan II mencoba menerangkan dogma dan doktrin dengan lebih pastoral sehingga dapat dimengerti secara lebih jelas dan dapat diterapkan di dunia modern ini.
Untuk dogma EENS, silakan untuk membaca beberapa link berikut ini: (silakan klik, dan klik ini). Silakan juga melihat arsip tanya jawab (silakan klik) di bagian “keselamatan”. Kalau masih ada pertanyaan yang lain sehubungan dengan hal ini, silakan bertanya kembali setelah membaca beberapa link di atas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear Ingrid
Tidak berarti bahwa orang-orang dalam agama manapun mempunyai kemungkinan yang sama untuk diselamatkan. Walaupun orang-orang yang berada di luar Gereja Katolik tetap dapat memperoleh bantuan Allah untuk keselamatan (lih. Lumen Gentium 16)
Jadi artinya KESELAMATAN itu dapat diperoleh bagi penganut agama – agama yang lain walaupun nilainya tidak sama dengan yang diterima oleh penganut Katolik.
Itu yang bisa saya tangkap dari penjelasan Ingrid diatas, atau bagaimana (mungkin) saya salah mengartikan uraian anda.
Terima kasih
Mac
Shalom Machmud,
Ijinkan saya mengutip pernyataan dari Konsili Vatikan II, Lumen Gentium 16: “Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal[33]. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, Gereja dipandang sebagai persiapan Injil[34], dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.”
Inilah yang dikatakan oleh Paus Pius XII, terhadap mereka yang tidak tergabung dalam Gereja Katolik oleh karena ketidaktahuan yang tidak dapat dihindari (invincible ignorance), namun yang selalu mencari kehendak Tuhan: Paus menyebutnya mereka ini sebagai “yang berhubungan dengan Tubuh Mistik Kristus dengan kerinduan dan keinginan tertentu yang tidak disadari” dan mereka ini bukannya tidak termasuk dalam keselamatan kekal, tetapi, “…mereka tetap kurang dapat memperoleh bermacam karunia surgawi dan bantuan-bantuan yang hanya dapat diberikan di dalam Gereja Katolik” (AAS, 1.c., p 243).
Selanjutnya Gereja Katolik mengajarkan, untuk diselamatkan tidak cukup bagi seseorang untuk keinginan memasuki Gereja Katolik [baik secara eksplisit maupun implisit], melainkan orang itu juga harus mempunyai kasih yang sempurna dan iman yang supernatural kepada Allah: "Karena tanpa iman, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah…. ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibr 11:6).
Maka, dari pernyataan di atas, Gereja menyatakan bahwa mereka yang berada di luar Gereja Katolik karena ketidaktahuan yang tidak bisa dihindari (invincible ignorance) sehingga bukan karena kesalahan mereka, dapat memperoleh kemungkinan diselamatkan, asalkan: 1) mereka selalu mencari kebenaran dan kehendak Tuhan dan melaksanakannya 2) mempunyai iman dan 3) hidupnya dijiwai oleh kasih. Sebab, orang-orang yang seperti ini, jika mengetahui kehendak Tuhan bahwa Pembaptisan itu diperlukan untuk keselamatan, mereka akan mau dibaptis. Hal ini diajarkan dalam Katekismus Gereja Katolik:
KGK 1260 "Sebab karena Kristus telah wafat bagi semua orang, dan panggilan terakhir manusia benar-benar hanya satu, yakni bersifat ilahi, kita harus berpegang teguh, bahwa Roh Kudus membuka kemungkinan bagi semua orang, untuk bergabung dengan cara yang diketahui oleh Allah dengan misteri Paska itu" (GS 22) Bdk. LG 16; AG 7. Setiap manusia yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, tetapi mencari kebenaran dan melakukan kehendak Allah sesuai dengan pemahamannya akan hal itu, dapat diselamatkan. Orang dapat mengandaikan bahwa orang-orang semacam itu memang menginginkan Pembaptisan, seandainya mereka sadar akan peranannya demi keselamatan.
Jadi dengan demikian, jika dibandingkan antara 1) umat Katolik yang hidup sesuai dengan ajaran Gereja, dengan 2) umat yang bukan Katolik yang bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenal Kristus dan GerejaNya, namun mencari dan melaksanakan kehendak Tuhan sesuai dengan pemahamannya, dan memiliki iman dan kasih, maka yang tidak sama adalah kemungkinan memperoleh keselamatannya. Umat Katolik (point ke 1), mempunyai lebih besar kemungkinan diselamatkan karena efek dari sakramen-sakramen yang diterimanya, yang memungkinkan mereka untuk bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih. Sedangkan umat non Katolik (point ke 2), yang tidak menerima sakramen-sakramen, tidak menerima kemudahan yang diterima oleh umat di point ke 1. Contoh umat di point ke-2 di sini adalah orang-orang di pedalaman Tibet, China, ataupun Arab, yang bukan karena kesalahan sendiri belum pernah mendengar tentang Kristus, namun hidup mencari dan melaksanakan kehendak Tuhan sesuai dengan pemahaman mereka. Jika oleh kebijaksanaan-Nya, Tuhan menilai umat non-Katolik tersebut itu memperoleh keselamatan, hal itu hanya dapat terjadi oleh karena jasa Kristus, oleh Misteri Paska-Nya (lih. KGK 1260), dan bukan karena usaha mereka sendiri. Dengan demikian tetap berlakulah firman yang mengatakan bahwa keselamatan hanya diperoleh melalui Kristus, sebab, Kristuslah "jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14:6)
Selanjutnya, kriteria point ke-2 tersebut tidak berlaku bagi mereka yang oleh kesalahan sendiri menolak untuk menjadi anggota Gereja Katolik, walaupun telah mengetahui bahwa Gereja Katolik adalah sarana untuk membawa manusia kepada keselamatan. Hal ini dikatakan dengan jelas pada Lumen Gentium 14,yaitu:
"Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis (lih. Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu [untuk keselamatan], namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan."
Walaupun memang, hanya Tuhan saja yang mengetahui, sejauh mana seseorang itu "benar-benar tahu". Oleh karena itu memang saya pribadi memilih untuk tidak berlarut-larut membahas mengenai siapa-siapa yang tidak termasuk dalam bilangan yang diselamatkan, karena memang pada akhirnya, hanya Tuhan saja yang tahu. Penjelasan mengenai hal keselamatan (EENS) ini memang lumayan panjang, sehingga akan kami tuliskan dalam artikel terpisah. Jika masih ada pertanyaan, silakan menunggu sampaiartikel tersebut ditulis. Demikian penjelasan saya atas pertanyaan anda, semoga bermanfaat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom Ibu Inggrid,
doktrin EENS sepertinya menyatakan bahwa keselamatan yang diberikan oleh Kristus secara cuma-cuma hanya berlaku bila tiket ke surga ada cap Katolik , kalau capnya Kristen , baptis , pantekosta , bethel tidak berlaku alias invalid….suatu pernyataan yang arogan, sombong dan angkuh .
Tapi itulah doktrin yang katanya adalah ilham yang diwahyukan oleh Allah melalui rasul2nya yaitu Paus, Uskup, Kardinal dll. Terima saja percaya saja .
Walaupun dalam hati saya ada pertentangan tapi sudahlah jangan ribet nggak karuan , yang paling penting adalah hidup didalam Tuhan harus nyata dalam kehidupan pribadi kita istilahnya “hidup berpengalaman dengan Tuhan , living in experience’s with God”.
mengalami kuasa dan kasih Tuhan , sehingga kita merasakan dan menikmati kalau Tuhan itu ada dan hadir dalam setiap saat dalam kehidupan kita . Dalam pekerjaan, dalam aktifitas, dalam belajar, dalam hidup berkeluarga, dalam hidup bersosial kita bisa merasakan ada kuasa Tuhan yang nyata, sukacita dan damai sejahtera kita rasakan sehingga kita bisa berkata : Tuhan itu baik . God is good .
Shalom Budi Yoga,
Jika anda membaca kembali artikel di atas, maka anda akan menangkap bahwa maksud pernyataan EENS itu tidak sama dengan pengertian anda. Justru pernah ada seorang Pastor yang namanya Fr. Leonard Feeney dari Boston, Amerika, yang mengartikan EENS secara sempit, yaitu bahwa semua umat Kristen lain (seperti Baptis, Pentakosta, Bethel, dst) tidak diselamatkan; dan ia mendapat teguran keras dari Vatikan. Silakan anda membaca kembali artikel di atas, silakan klik, atau klik langsung ke link yang saya sebutkan ini, silakan klik, untuk membaca sendiri bunyi surat dari Vatikan untuk meluruskan hal ini, yang ditujukan kepada Archbishop Boston, tempat beradanya St. Benedict Center yang dipimpin oleh Fr. Feeney ini.
Jadi EENS ini memang tidak dapat diartikan secara sempit, bahwa artinya hanya orang Katolik saja yang diselamatkan. Ini sungguh bukan maksud doktrin EENS ini. Doktrin EENS ini berasal ajaran dari para Bapa Gereja di abad ke-4 dan 5, yang diteruskan oleh Bapa Paus Pius XII. Bahwa di luar Gereja Katolik tidak ada keselamatan, itu berkaitan juga dengan pengajaran bahwa Yesus Sang Penyelamat kita mendirikan hanya satu Gereja, yaitu Gereja-Nya yang didirikan di atas Rasul Petrus, yang sampai sekarang berada di Gereja Katolik. Maka jika keselamatan diperoleh melalui jasa Kristus sang Kepala Gereja, maka Gereja yang melaluinya manusia dapat diselamatkan adalah Gereja Katolik.
Nah dalam kenyataannya, seseorang menjadi “anggota” Gereja Katolik dengan beberapa cara. Ada yang sempurna, seperti kita yang dibaptis sebagai umat Katolik, dan ada yang tidak secara sempurna, yaitu yang melalui keinginan/ desire. Jika demikian halnya, maka orang itu tergabung dengan Gereja Katolik melalui baptisan rindu (Baptism of desire). Saya mengundang anda membaca kembali artikel di atas, dan jika mau mengetahui secara lebih lanjut tentang Baptisan keinginan tersebut, dengan membaca penjelasan dari St. Thomas Aquinas, silakan klik.
Akhirnya, ditekankan juga oleh Magisterium Gereja Katolik, bahwa menjadi Katolik bukan jaminan bahwa seseorang bisa masuk surga/ diselamatkan, sebab masih ada bagian yang harus dilakukan orang itu, yaitu bertumbuh dalam iman dan kasih. Lumen Gentium 14 mengatakan:
“Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya”[26]. Pun hendaklah semua Putera Gereja menyadari, bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan, malahan akan diadili lebih keras[27].”
Maka saya berharap anda lebih memahami sekarang tentang makna pengajaran EENS itu, dan tidak mencap bahwa itu merupakan pengajaran yang bersifat arogan. Kita harus mendengarkan Magisterium Gereja tentang maksud kalimat “Extram Ecclesiam Nula Salus” (Di luar Gereja Katolik tidak ada keselamatan), dan bukan mengartikannya sesuai dengan keterbatasan pemikiran kita. Ajaran itu dikeluarkan oleh Magisterium Gereja Katolik, maka mari mendengarkan apa yang dimaksudkan dengan kalimat itu, menurut Magisterium Gereja Katolik, dan bukan dari pengertian pribadi.
Ya, saya juga sangat setuju bahwa Tuhan itu sungguh baik, dan Ia mengetahui isi hati semua orang. Maka mari kita serahkan kepada-Nya perihal keselamatan kita, sambil kita sendiri berjuang untuk mempertahankan rahmat keselamatan yang telah diberikan-Nya kepada kita melalui Pembaptisan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Maaf byk hal yg pengen saya tanyakan dengan hal keselamatan menurut gereja katolik pada artikel
“Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka” dan di akhir paragraf di katakan bahwa ” Pada akhirnya, memang hanya Tuhan saja yang dapat menentukan seseorang diselamatkan atau tidak” bukannya iman kristen suatu kepastian? berbeda dengan iman agama lain yg kalo kita tanya apakah kamu akan selamat dan mereka menjawab mudah2an” banyak orang kristen yg lahir baru mereka berani menyatakan bahwa mereka pasti selamat ( keselamatan bukan tergantung dari Tuhan, keselamatan dari Tuhan adalah anugrah sekarang apakah kita mau menerima mempertahankannya atao melepaskannya, mana yg benar?
Shalom Adri A,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang konsep keselamatan. Dalam Gereja Katolik, kita percaya bahwa keselamatan adalah: telah, sedang dan akan:
a) Telah diselamatkan (Rom 8:24; Ef 2:5,8; 2 Tim 1:9; Tit 3:5).
b) Sedang dalam proses (1 Kor 1:18; 2 Kor 2:15; Fil. 2:12; 1 Pet 1:9).
c) Akan diselamatkan (Mt 10:22, 24:13; Mk 13:13; Mk 16:16; Kis 15:11; Rm 5:9-10; Rm 13:11; 1 Kor 3:15; 2 Tim. 2:11-12; Ibr. 9:28).
Anda dapat melihat penjelasan lebih lanjut tentang hal ini di sini (silakan klik). Secara prinsip, percaya bahwa keselamatan adalah satu kali kejadian dan bukanlah suatu proses tidaklah Alkitabiah. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
:)) yah 100 % setuju
uraian diatas seluruhnya bisa saya pahami; tapi sayang banyak sekali yang pemahamannya sepotong2
tidak utuh seperti diatas; kemudian diajarkan ke yang lain;
yah jadi nya bisa timbul statement; “aku udah dibaptis kok pasti diselamatkan” wah sedih saya mendengar pernyataan seseorang seperti itu; dan akhirnya merembet ke perdebatan doktrin;
maka dari itu dari pengalaman yang sudah ada; saya enggan untuk mempelajari doktrin
lebih baik saya buka alkitab; saya cari tahu kebenarannya
karena saya rindu dan ingin bertemu Bapa di surga
terima kasih atas pencerahannya
salam
Andreas
Sdr Andreas,
Adalah bagus bagi setiap orang Kristen untuk membaca alkitab dan merenungi nya. tapi yang perlu saudara ingat, dalam menginpretasikan alkitab tidaklah boleh berdasarkan pemahaman pribadi saudara. pemahaman akan tafsir alkitab harus sejalan dengan Gereja, yaitu kuasa mengajar Gereja.
Sangat bagus dan adalah hal yang baik untuk mencari kebenaran dari alkitab, tapi kalau bisa dengan bimbingan romo
Sangat keliru, jika karena alasan bahwa doktrin itu membingungkan dan sulit di mengerti, lantas saudara mengambil keputusan untuk tidak mempelajarinya.
Semua doktrin dalam Gereja Katolik adalah sangat Alkitabiah – mempunyai dasar alkitab yang sangat kuat. dan sejalan dengan pengajaran Bapa Gereja perdana dan Tradisi Suci.
Ingat, Alkitab bukanlah satu2 nya pilar dalam Gereja Katolik. Selain Alkitab, Gereja juga mempunyai Tradisi Suci dan Kuasa mengajar Gereja.
jika ada kata yang masih kurang berkenan, mohon maaf.
GBU
Christian
Buat saudara Andreas…..
Salud buat anda yang punya kerinduan sangat besar untuk mendapatkan keselamatan…
dulunya saya mempunyai pendapat seperti saudara, dan sekarang saya ikuti saja doktrin dan segala sesuatu yang gereja tetapkan, saya yakin semuanya sudah diputuskan melalui pertimbangan yang sangat matang. Selebihnya saya mencoba mempelajari Kitab Suci dengan selalu memegang benang merahnya…. CINTA KASIH…. karena ini merupakan HUKUM yang UTAMA dan PALING UTAMA.
Setiap kali saya mengalami kesulitan dalam memahami ayat atau firman saya selalu kembalikan ke pengertian yang mengarah ke HUKUM CINTA KASIH tersebut. Semoga ini juga dapat membantu saudara Andreas untuk dapat memahami hakekat KESELAMATAN.
Salam kenal dan damai selalu buat saudara Andreas dan keluarga.
Comments are closed.