Ada banyak orang yang salah paham dengan mengatakan bahwa Galileo dihukum mati oleh Gereja Katolik, karena ia mengajarkan tentang teori heliosentris dan menolak paham geosentris yang saat itu diterima oleh masyarakat luas, termasuk Gereja. Namun hal ini tidaklah benar. Mari kita melihatnya satu persatu faktanya:
- Ada banyak teori/ paham berkaitan dengan kasus Galileo. Namun secara obyektif, kita melihat ada kesalahan yang dilakukan oleh pihak Galileo dan juga oleh Gereja.
- Sebelum Galileo, Nicolaus Copernicus (1473-1543) telah mempresentasikannya kepada Gereja Katolik tentang teori “heliocentric”. Bahkan Vatikan sendiri membantu untuk mempublikasikannya, setelah melalui proses editing, dan membantu publikasinya dengan bantuan Cardinal Schonberg dan Tiedemann Giese, uskup dari Culm dengan persetujuan Paus Paul III. Hanya dalam publikasi tersebut dikatakan bahwa teori itu masih berupa ” hipotesa“. Tidak ada yang menentang hipotesa ini, termasuk Paus. Malah reaksi keras tentang teori ini datang dari teolog Protestan. Untuk lengkapnya, dapat dilihat di: New Advent – Nicolaus Copernicus. Jadi dari sini kita melihat bahwa Gereja Katolik tidak anti science, namun malah mendorong kemajuan science, yang diteruskan sampai sekarang. Sungguh sangat disayangkan bahwa banyak orang beranggapan bahwa Gereja menentang science dan menyembunyikan science dari manusia untuk mempertahankan kekuasaan.
- Galileo Galilei (1564-1642) yang tertarik dan mendukung teori heliocentric dari Copernicus, mencoba membuktikan bahwa teori heliocentric adalah benar, dengan beberapa argumentasi yang tidak memenuhi standard science pada waktu itu. Namun dengan keadaan tersebut, Galileo tetap berkeras bahwa teori yang dikemukakannya adalah benar. Hal inilah yang menjadikan pertentangan dengan Gereja Katolik pada saat itu. Dan hal ini menimbulkan kebingungan di kalangan umat. Kemudian Galileo menghadap tim investigasi di Roma dan dari penyelidikan tim tersebut, dinyatakan bahwa teori heliocentric tidak dapat dibuktikan sesuai dengan standard science pada waktu itu, sehingga dinyatakan salah, juga bidaah dan anti Kitab Suci. Galileo harus mencabut pernyataannya, dan Galileo berjanji tidak akan mengajarkan teori ini lagi.
- Galileo benar ketika dia mengatakan bahwa Kitab Suci ditujukan untuk mengajarkan manusia bagaimana untuk mencapai surga. Bahkan Kardinal Bellarminus yang mempunyai pengaruh besar pada waktu itu mengatakan, “Saya katakan bahwa jika sebuah bukti yang konkrit ditemukan bahwa matahari tetap dan tidak berputar mengelilingi bumi, tetapi bumi mengelilingi matahari, maka menjadi sangat penting, secara hati-hati, untuk melakukan penjelasan dari beberapa ayat di Kitab Suci yang terlihat bertentangan, dan kita lebih baik mengatakan bahwa kita telah salah menginterpretasikan semua ini daripada mengumumkan bahwa hal itu adalah salah seperti yang telah dibuktikan”. Hal ini berarti bahwa Gereja Katolik mempunyai sikap bahwa kalau teori tersebut dapat dibuktikan sesuai dengan standard pembuktian science pada waktu itu, dan terbukti benar, maka Gereja akan berfikir bagaimana menginterpretasikan Kitab Suci, sehingga tidak bertentangan dengan kebenaran tersebut. Di sinilah Galileo benar, bahwa Alkitab bukanlah buku science, namun mengajarkan orang untuk mencapai surga.
- Walaupun Galileo telah berjanji mentaati untuk tidak mengajarkan teori tersebut, namun Galileo mengingkarinya dengan menerbitkan buku di tahun 1632. Dan kemudian Galileo dihadapkan pada tim investigasi dan kemudian Galileo menjalani tahanan rumah sambil melakukan penitensi. Namun sungguh sangat salah kalau dikatakan seolah-olah Galileo tidak diperlakukan tidak manusiawi, karena baik selama proses investigasi dan tahanan rumah, Galileo mendapatkan fasilitas yang sangat baik. Pada tahun 1642, dia meninggal dan 5 tahun sebelum meninggal dia mengalami kebutaan. Paus Urban VIII memberikan berkat khusus buat Galileo, dan jenasahnya dikuburkan di dalam Gereja Santa Croce di Florence. Hal ini dapat dibaca di New Advent – Galileo Galilei.
- Dari hal ini, sejarah membuktikan bahwa Gereja Katolik tidak membunuh Galileo. Apakah ada kesalahan yang dibuat oleh Gereja Katolik? Ya, terutama adalah tim investigasi pada waktu itu, yang mungkin kurang bijaksana menyikapi kasus ini. Di sisi yang lain, Galileo sendiri tidak dapat membuktikan kebenaran teorinya sesuai dengan standard science pada waktu itu dan tetap memaksakan sesuatu yang belum terbukti sebagai suatu kebenaran. Dari sinilah Cardinal Ratzinger mengutip Paul Feyerabend, seorang filsuf dari Austria yang mengatakan ” Pada jaman Galileo, Gereja lebih setia terhadap akal budi dibandingkan dengan Galileo sendiri“. Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa “Pada akhir dari milenium ke dua, kita harus mengadakan pemeriksaan batin bagaimana kita sekarang, bagaimana Kristus telah membawa kita, dan bagaimana kita telah menyimpang dari Injil”. Dan memang Gereja yang masih mengembara harus terus memurnikan diri, karena walaupun Gereja itu Kudus (karena Kepala dari Gereja, Kristus, adalah kudus), namun mempunyai anggota yang berdosa (KGK, 827).
Berikut ini adalah sekilas kisahnya tentang Galileo dan mengapa ia dihadapkan pada tim investigasi Gereja:
Hal ini akan lebih dapat dipahami jika kita berusaha memahami keadaan masyarakat pada zaman abad pertengahan sampai pada abad 17, di mana peran Gereja sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sebab para imam/ biarawan terutama kaum Jesuit pada saat itu banyak yang menjadi ahli dalam ilmu pengetahuan, seperti matematika, biologi, kedokteran, metalurgi, dst, termasuk astronomi. Pada saat itu sikap para ilmuwan adalah mengembangkan ataupun menyelaraskan apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka ketahui sebagai Wahyu Ilahi yang dinyatakan dalam Kitab Suci.
Berikut ini kami menyarikan informasi yang netral dari Wikipedia, dan juga dari sumber- sumber lainnya:
Dalam hal astronomi khususnya prinsip heliosentris (matahari sebagai pusat yang statis, sedangkan bumi, bulan dan planet-planet yang berputar mengelilinginya) yang diajarkan oleh Galileo Galilei, menjadi sangat menarik, karena seolah- olah, hal ini berlainan dengan apa yang tertulis dalam Kitab Suci dan yang diyakini masyarakat umum dan Gereja pada saat itu, yang menyatakan bahwa sepertinya bumi-lah yang menjadi pusatnya (geosentris), seperti tertulis dalam Mzm 93:1, 96:10 dan 1 Taw 16:30 yang mengatakan, “Sungguh tegak dunia (bumi), tidak bergoyang” (lihat juga ayat Mzm 104:5, Pkh 1:5). Galileo berargumen, bahwa sesungguhnya ayat- ayat ini harus dianggap sebagai puisi, dan tidak harus diinterpretasikan secara literal. Nah untuk inilah pihak Gereja membutuhkan pembuktian dari Galileo, sebelum dapat menyetujui interpretasi ayat- ayat tersebut, karena pada umumnya, cara interpretasi Kitab Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah, pertama- tama harus diterima arti literalnya terlebih dahulu; baru kemudian arti spiritualnya; kecuali jika pengartian secara literal itu sama sekali tidak mungkin/ tidak masuk akal.
Pada saat teleskop ditemukan sekitar 1608, sehingga Galileo menggunakannya (1610) untuk mengamati tata surya, maka ia melihat adanya 4 satelit/ bulan yang mengitari planet Yupiter, dan ini membuktikan bahwa tidak semua planet bergerak mengitari bumi. Namun penemuan teleskop itu tidak bisa secara meyakinkan menjelaskan secara empiris bahwa semua planet, termasuk bumi bergerak mengitari matahari. Inilah permasalahannya. Sebab ada juga teori lain saat itu- yang dipelopori oleh Tycho de Brahe, yang mengatakan bahwa semua planet bergerak mengitari matahari, dan bersama-sama dengan matahari, semuanya mengitari bumi.
Selanjutnya, pada tahun 1616, Galileo menyampaikan bukti teori heliosentris kepada Kardinal Orsini, yaitu adanya pasang air laut, yang menurut Galileo disebabkan oleh perputaran bumi pada porosnya dan perputaran bumi terhadap matahari. Memang teori ini memberikan dasar pemikiran akan pentingnya bentuk dasar lautan dalam hal ukuran dan waktu terjadinya pasang. Namun sebagai alasan terjadinya pasang, teorinya ini keliru. Sebab jika teori ini benar, maka akan hanya terjadi satu kali saja pasang yang tinggi setiap harinya, padahal kenyataannya di Venesia, contohnya, terdapat dua kali pasang, dengan jeda sekitar 12 jam. Terhadap pernyataan Galileo ini ilmuwan Albert Einstein mengatakan, bahwa Galileo mengembangkan “argumen yang mengagumkan” ini tanpa dikritisi, karena keinginannya menemukan bukti fisik tentang pergerakan bumi.
Pada tahun yang sama, Galileo bertemu dengan Kardinal Bellarminus, dan ia menyampaikan teori heliosentris tersebut. Awalnya Kardinal Bellarminus tidak menolak hipotesa tersebut, namun setelah beliau mengetahui bahwa bukti- bukti yang disampaikan Galileo tidak memadai, maka ia kemudian mengeluarkan dekrit yang melarang publikasi teori tersebut.
Ilmuwan yang pertama-tama menentang Galileo dengan menggunakan Kitab Suci adalah seorang bernama Lodovico delle Colombe, yang kemudian mendapat dukungan dari imam Dominikan, Tommaso Caccini (1614), walaupun pada saat itu banyak tokoh Gereja Katolik malah sebenarnya mendukung percobaan Galileo, terutama kaum Jesuit. Pandangan Gereja Katolik yang resmi akhirnya disampaikan oleh Kardinal Robertus Bellarminus, yang mengatakan demikian:
“I say that if there were a true demonstration that the sun was in the center of the universe and the earth in the third sphere, and that the sun did not go around the earth but the earth went around the sun, then it would be necessary to use careful consideration in explaining the Scriptures that seemed contrary, and we should rather have to say that we do not understand them than to say that something is false which had been proven.” (Letter of Cardinal Bellarmine to Foscarini.)
terjemahannya:
“Saya berkata jika ada pembuktian yang benar bahwa matahari berada di pusat jagad raya, dan bumi di lingkaran ke tiga, dan bahwa matahari tidak berputar mengelilingi bumi tetapi bumi mengitari matahari, maka adalah penting untuk menggunakan pertimbangan yang hati- hati dalam menjelaskan Kitab Suci yang kelihatannya sebaliknya, dan kita seharusnya mengatakan bahwa kita tidak mengetahuinya daripada mengatakan sesuatu yang salah, seperti yang telah dibuktikan.” (Surat Kardinal Belarminus kepada Foscarini).
Karena bukti yang dapat mendukung teori ini tidak cukup memadai, maka Gereja tidak dapat mendukung teorinya. Maka pada tahun 1616, pihak Gereja Katolik mengeluarkan dekrit bahwa teori heliosentris tersebut adalah teori yang salah dan bertentangan dengan Kitab Suci. Perlu kita ketahui bahwa bukan hanya Gereja Katolik yang menolak teori Copernicus yang dipegang oleh Galileo, tetapi gereja Protestan juga menolaknya. Bahkan Martin Luther termasuk barisan pertama yang menentang teori heliosentris, bersama-sama dengan muridnya Melancthon dan para teolog Protestan lainnya. Mereka mengecam karya Copernicus. Luther memanggil Copernicus sebagai “keledai/ orang bodoh yang mencari perhatian”, lengkapnya demikian “an ass who wants to pervert the whole of astronomy and deny what is said in the book of Joshua, only to make a show of ingenuity and attract attention”. ((Herbert Butterfield, The Origins of Modern Science (New York: the Free Press, 1957), p. 69)) Atau Melancthon yang menyebut semua pengikut Copernicus (termasuk Galileo) sebagai ‘tidak jujur dan merusak’. ((P. Melancthon, “Initia doctrinae physicae,” Corpus Reformatorum, ed. Bretschneider, XIII, p. 216.)) Maka tidak benar bahwa pada saat itu yang menentang Galileo hanya Gereja Katolik, sebab Luther dan para tokoh gereja Protestan juga menentang teori heliosentris yang diyakininya.
Galileopun untuk sementara waktu tunduk pada larangan ini, sampai pada tahun 1623 saat Kardinal Maffeo Barberini, seorang pengagumnya, menjadi Paus, dengan nama Paus Urban VIII. Pada tahun ini, Galileo diijinkan oleh Paus untuk melanjutkan penelitian atas hipotesanya, asalkan 1) memberi argumen- argumen tentang hal- hal yang mendukung dan menentang teori heliosentrism, 2) agar pandangannya tentang hal ini dimasukkan dalam buku tersebut. Galileo hanya memenuhi permintaan yang kedua dalam bukunya yang diberi judul Dialogue Concerning the Two Chief World Systems. Namun, sengaja atau tidak, Galileo memasukkan pandangan Paus itu dalam tokoh Simplicio, sebagai pendukung teori geosentris-nya Aristoteles, yang dibuatnya menjadi tokoh yang bodoh/ pandir. Maka Galileo bukannya menampilkan hal pro dan kontra secara netral, tetapi cenderung untuk membela pandangannya yang pro terhadap heliosentris ini- walaupun ia belum dapat memberikan bukti yang meyakinkan secara ilmiah untuk mendukung teorinya. Oleh karena itu, Galileo kehilangan dukungan dari Paus yang merasa dilecehkan olehnya, dan juga oleh para astronom Jesuit. Akhirnya Galileo dikenakan tahanan rumah sampai ia diadili oleh Pengadilan Inkuisisi tahun 1633, atas tuduhan mengajarkan teori yang bertentangan Kitab Suci, yaitu bahwa matahari tidak bergerak sebagai pusat jagad raya. Namun atas kebaikan Uskup Agung Siena, akhirnya Galileo diperbolehkan pulang ke villanya di dekat Florence tahun 1634 sampai wafatnya di tahun 1642, setelah menderita demam dan serangan jantung, di usia yang ke 77.
Maka sebenarnya kita ketahui bahwa pihak otoritas Gereja Katolik mempunyai pikiran yang terbuka terhadap teori Galileo, seandainya ia dapat membuktikannya. Namun sayangnya Galelio tidak dapat membuktikannya, tapi ia berkeras agar Gereja memperhitungkan cara baru untuk menginterpretasikan Kitab Suci. Sebenarnya, jika Galileo hanya mendiskusikan mengenai pergerakan planet, maka ia dapat terus mengajarkan konsep heliosentris ini sebagai proposal teori dengan aman, tetapi rupanya Galileo berkeras untuk mengatakan hal ini sebagai kebenaran, walaupun ia tidak mempunyai bukti yang mendukung pada saat itu. Bukti yang diperlukan, yaitu data/ informasi mengenai jalur pergeseran paralel dari bintang-bintang karena pergeseran orbit bumi mengelilingi matahari, tidak dapat diamati dengan teknologi pada saat itu. Konfirmasi stellar parallax ini baru ditemukan di tahun 1838 oleh Friedrich Wilhelm Bessel.
Seperti telah diuraikan di point 1, teori heliosentris yang diajarkan oleh Galileo berhubungan dengan cara menginterpretasikan Kitab Suci. Magisterium Gereja Katolik berpegang kepada Tradisi Suci mengajarkan bahwa Kitab Suci pertama- tama harus diartikan secara literal, dan baru kemudian secara spiritual. Dengan kata lain, hanya jika suatu ayat tidak mungkin diartikan secara literal, baru dapat dinyatakan bahwa ayat itu hanya untuk diinterpretasikan secara spiritual. Untuk mengubah interpretasi menjadi arti spiritual saja pada ayat- ayat tersebut (Mzm 93:1, 96:10 dan 1 Taw 16:30), nampaknya masih merupakan perdebatan saat itu, karena pihak Gereja menghendaki buktinya terlebih dahulu. Penjelasan ini diperlukan, sebab jika tidak, orang dapat menyangka bahwa apa yang ditulis dalam Kitab Suci adalah salah, padahal sebenarnya yang salah adalah interpretasinya. Tetapi untuk sampai pada kesimpulan ini, Gereja membutuhkan kepastian terlebih dahulu, bahwa ayat itu memang tidak dapat diartikan secara literal.
Maka urusan Galileo ini tidak ada hubungannya dengan Infalibilitas Bapa Paus. Sebab karisma Infalibilitas Bapa Paus (Paus yang tidak dapat sesat) ini hanya dapat berlaku dalam 3 syarat ((lih. Lumen Gentium, 25, KHK Kan. 748, 1)): 1) Bapa Paus harus berbicara dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus; 2) pada saat Bapa Paus mengajarkan secara definitif tentang iman dan moral; 3) Ketika Bapa Paus mendefinisikan doktrin yang harus dipegang oleh Gereja secara universal. Dalam kasus Galileo ini, ketiga syarat ini tidak terpenuhi. Klaim yang dapat dikatakan dalam hal ini adalah bahwa Gereja pada saat itu mengeluarkan disiplin yang non-infallible terhadap seorang scientist yang mengajarkan teori yang belum bisa dibuktikan, dan yang menuntut Gereja mengubah interpretasi Kitab Suci untuk dapat menerima teorinya ini.
Adalah baik bahwa Gereja Katolik tidak terburu-buru untuk menyetujui teori Galileo ini, sebab sekarang kita ketahui bahwa teori Galileo ini tidak sepenuhnya benar. Galileo berpegang bahwa matahari tidak hanya pusat tata surya tetapi pusat seluruh jagad raya. Sekarang kita ketahui bahwa matahari bukan pusat dari seluruh jagad raya, dan matahari juga sebenarnya bergerak mengitari galaksi Milky Way. Maka Galileo ‘benar’ dengan menyatakan bahwa bumi bergerak, tetapi ‘salah’ dengan menyatakan matahari tidak bergerak. Sebaliknya para opponent Galileo ‘benar’ dalam mengatakan bahwa matahari bergerak, namun ‘salah’ dengan menyatakan bumi tidak bergerak.
Terlepas dari bermacam kontroversi Galileo ini, kenyataannya, Gereja Katolik juga telah berusaha mengembalikan nama baik Galileo. Paus Yohanes Paulus II pernah membuat permintaan maaf secara formal pada tahun 1992. Sekarang malah direncanakan Vatikan akan meletakkan patung Galileo di kompleks Vatikan, yaitu kebun di dekat apartemen tempat Galileo ditahan ketika menunggu pengadilan tahun 1633. Namun jauh sebelumnya melalui surat ensikliknya Providentissimus Deus (1893), Paus Leo XIII telah mendorong pendekatan/ approach Galileo untuk menyelaraskan antara iman dan ilmu pengetahuan, sebab keduanya sebenarnya tak mungkin bertentangan. Alkitab memang bukan buku science/ ilmu pengetahuan. Jika ada ayat-ayat yang kelihatannya bertentangan dengan science, itu adalah karena penyampaiannya dengan gaya bahasa fenomenologis, dan yang termasuk dalam salah satu gaya bahasa yang harus diperhatikan dalam menginterpretasikan Kitab Suci, yang diajarkan oleh Gereja Katolik, seperti yang pernah disampaikan di artikel ini, silakan klik.
Pertanyaan saya sederhana disini. Saya mengutip dari jawaban anda terkait pertanyaan saudara Rohan .. “Kitab Suci adalah kitab yang mengisahkan perjalanan iman, sehingga bukan merupakan kitab ilmu pengetahuan. Maka apa yang disampaikan oleh Kitab Suci, tidak harus disamakan ataupun dianggap sebagai patokan ilmu pengetahuan ..” Berdasarkan pernyataan anda tersebut, timbul pertanyaan dalam diri saya, Apakah pihak-pihak gereja saat itu, termasuk Paus Urban VIII sendiri telah melakukan suatu kesalahan dengan menyelaraskan ilmu pengetahuan mereka dengan kitab suci ? padahal jelas kitab suci bukan kitab ilmu pengetahuan dan tidak bisa dijadikan patokan, dan mungkin bahkan sulit untuk diselaraskan dengan ilmu pengetahuan. Terbukti teori “ilmu pengetahuan” Galileo ini menimbulkan pertentangan dan kebingungan di kalangan gereja dan umat, pada saat itu, karena bertentangan dengan isi alkitab.
[Dari Katolisitas: Kita tidak bisa menghakimi tokoh-tokoh di zaman dahulu dengan standar pengetahuan zaman sekarang. Sebab kemajuan ilmu pengetahuan zaman sekarang dibangun dari dasar-dasar rumusan yang telah diperoleh di zaman sebelumnya. Demikianlah dalam hal astronomi, kita mengetahui soal tata surya dengan lebih rinci dan presisi, baik dari alat pengamat seperti teleskop dan heliometer, dan juga penemuan dalil-dalil perhitungannya, seperti stellar paralax yang ditemukan oleh Friedrich Bessel di tahun 1838. Nah, maka menjadi tidak pas jika kita menilai zaman Galileo dengan standar pengetahuan kita sekarang, karena menjadi tidak kontekstual. Sebab pada saat itu penemuan kuncinya belum ditemukan. Seorang ilmuwan yang hidup pada masa itu akan bergulat dengan hal-hal yang belum diketahui dan belum menjadi patokan. Maka iapun akan mempertanyakan, sejauh mana apa yang tertulis dalam Kitab Suci dapat dijadikan sebagai patokan dalam ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Dan inilah yang nampaknya menjadi pertanyaan bagi baik tokoh ilmu pengetahuan maupun tokoh kalangan religius tertentu yang saat itu juga mayoritas menekuni berbagai bidang ilmu pengetahuan.]
Dalam pernyataan anda sebelumnya pun bisa jadi mendukung hal tersebut : “para imam/ biarawan terutama kaum Jesuit pada saat itu banyak yang menjadi ahli dalam ilmu pengetahuan, seperti matematika, biologi, kedokteran, metalurgi, dst, termasuk astronomi. Pada saat itu sikap para ilmuwan adalah mengembangkan ataupun menyelaraskan apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka ketahui sebagai Wahyu Ilahi yang dinyatakan dalam Kitab Suci.” Tentu dengan keterbatasan alat saat itu, bukti- bukti yang disampaikan oleh Galileo menjadi tidak memadai bagi pihak gereja, termasuk bagi Kardinal Bellanimus, yang kemudian mengeluarkan dekrit untuk melarang publikasi teori tersebut. Tapi anehnya, saat Paus Urban VIII menjabat, dimana masa itu teropong telah ditemukan dan Galileo kembali mengemukakan teorinya tsb. Galileo malah dihukum penjara dan kemudian berubah menjadi tahanan rumah, seumur hidup. Bukankah .. (Saya kembali mengutip tulisan anda) : “para imam/ biarawan terutama kaum Jesuit pada saat itu banyak yang menjadi ahli dalam ilmu pengetahuan, seperti matematika, biologi, kedokteran, metalurgi, dst, termasuk astronomi. ?” Jika mereka ada yang ahli dalam astronomi, lalu mengapa mereka kurang bisa memahami pemikiran Galileo sehingga timbul pertentangan dan kebingungan di kalangan gereja dan umat, pada saat itu?
[Dari Katolisitas: Sejujurnya para ilmuwan dari kalangan Gereja- pun berusaha memahami jalan pikiran Galileo, dan karena itu mereka tertarik untuk mendengarkan pengajarannya. Jika mereka tidak terbuka terhadap panjelasan Galileo, tentu sejak awal Galileo tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan ajarannya. Hanya saja, menurut standar pembuktian secara ilmiah yang berlaku pada masa itu, Galileo belum dapat menunjukkan bukti yang cukup kuat untuk mendukung teorinya. Oleh karena itu, sementara bukti itu belum ditemukan, mereka meminta agar Galileo menghentikan dulu pengajaran/ teorinya, mengingat bahwa kesimpulannya berpengaruh terhadap cara mengartikan Kitab Suci. Bukankah demikian kurang lebih yang dikatakan oleh Kardinal Bellarminus. Karena sebelum teori Galileo, masyarakat umum saat itu menganggap bahwa semua hal yang tertulis dalam Kitab Suci, termasuk yang menyangkut ilmu pengetahuan (dalam hal ini astronomi) adalah suatu yang harus diterima secara literal. Namun Gereja juga tidak berkeras dalam pemahaman ini, jika ternyata ilmu pengetahuan dengan meyakinkan dapat membuktikan sebaliknya. Sebab bahkan pada saat itupun Gereja sudah mengetahui bahwa Kitab Suci utamanya adalah buku tentang iman dan moral, dan bukan ilmu pengetahuan.]
Padahal meski tidak dapat dibuktikan sesuai dengan standard science pada waktu itu, Galileo bisa mengemukakan teori itu, dengan teropong dari Belanda yang disempurnakannya , maka tentu suatu kewajaran bila terdapat teorinya yang salah, tapi apakah tidak ada beberapa orang dari para ahli astronom dari pihak gereja maupun lainnya, di masa itu, di daerah itu, yang tertarik untuk melakukan hal yang sama dengan apa yg dilakukan oleh Galileo (Misalnya mungkin dengan menggunakan teropong milik Galileo) untuk membuktikan teori tsb. Jika mengutip tulisan anda :
[Dari Katolisitas: Di zaman itu ada juga para astronom dari kaum SJ. Christoph Grienberger adalah salah seorang dari kalangan Jesuit yang tertarik dengan teori Galileo (yaitu heliosentris). Memang harus diakui, bahwa saat itu sejumlah astronom lainnya cenderung lebih ingin membuktikan teori geosentris, mengingat teori tersebut yang lebih umum dikenal pada masa itu. Hal ini adalah sesuatu yang wajar, ketika kedua teori tersebut sama-sama masih menantikan pembuktian yang lebih kuat untuk diterima oleh dunia ilmu pengetahuan sebagai kebenaran.]
Jika mengutip tulisan anda :“para imam/ biarawan terutama kaum Jesuit pada saat itu banyak yang menjadi ahli dalam ilmu pengetahuan, seperti matematika, biologi, kedokteran, metalurgi, dst, termasuk astronomi. Pada saat itu sikap para ilmuwan adalah mengembangkan ataupun menyelaraskan apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka ketahui sebagai Wahyu Ilahi yang dinyatakan dalam Kitab Suci.” Atau mungkin mereka terlalu menyelaraskannya dengan kitab suci, sehingga (Maaf) agak terbutakan untuk menyadari hal yang disadari oleh Galileo? Atau mungkin (Maaf) standar otak mereka yang tak sampai, sehingga bisa dikatakan Galileo Astronom terjenius pada masa itu, di daerah itu?
[Dari Katolisitas: Kalau kita menempatkan diri dengan konteks pada saat itu, kita akan mengetahui bahwa Galileo memang adalah salah seorang ilmuwan ternama pada zamannya, namun juga kita mengetahui bahwa tidak semua dari apa yang ditemukannya ternyata benar. Seseorang dikatakan jenius, umumnya jika apa yang ditemukannya terbukti benar dan dapat dipegang sebagai patokan, bahkan di abad-abad sesudahnya. Dan nampaknya, hal ini tidak sepenuhnya dipenuhi oleh Galileo. Galileo berpegang bahwa matahari tidak hanya pusat tata surya tetapi pusat seluruh jagad raya. Sekarang kita ketahui bahwa matahari bukan pusat dari seluruh jagad raya, dan matahari juga sebenarnya bergerak mengitari galaksi Milky Way. Maka Galileo ‘benar’ dengan menyatakan bahwa bumi bergerak, tetapi ‘salah’ dengan menyatakan matahari tidak bergerak. Sebaliknya para opponent Galileo ‘benar’ dalam mengatakan bahwa matahari bergerak, namun ‘salah’ dengan menyatakan bumi tidak bergerak. Galileo juga salah ketika mengatakan bahwa bentuk orbit semua planet mengitari matahari adalah lingkaran. Sebaliknya para opponent Galileo ‘benar’ dalam mengatakan bahwa bentuk orbit tersebut adalah elips. Sesungguhnya, Galileo dikenal pada saat itu juga karena sikapnya yang terlalu dominan memaksakan pandangannya, agar Gereja menerima heliosentris sebagai kebenaran/fakta, walaupun buktinya belum kuat, dan lalu mengubah interpretasi Kitab Suci sesuai dengan konsep tersebut. Galileo menolak prinsip ketiga yang saat itu dipegang oleh Gereja, yaitu menganggap teori heliosentris sebagai hipotesa (walaupun hipotesa ini boleh saja dikatakan lebih baik daripada geosentris), sampai dapat ditemukan bukti-bukti yang dapat menunjukkannya sebagai fakta dan bukan sekedar hipotesa.]
Sampai pada pertanyaan kesimpulan, jadi mungkinkah umat pada masa itu, termasuk pihak gereja serta Paus itu sendiri benar-benar seorang katolik yang taat dan tidak berada dalam kesesatan atau sebaliknya ??
[Dari Katolisitas: Magisterium Gereja (Paus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya) tidak mungkin sesat dalam hal mengajarkan ajaran iman dan moral, namun tidak dalam hal-hal yang lain di luar iman dan moral.]
Karena ini menjadi salah satu bukti mereka telah tersesatkan oleh pemikiran mereka yang salah dalam menerjemahkan ayat-ayat tsb. dalam alkitab. Dan tidak menutup kemungkinan juga salah dalam menerjemahkan ayat-ayat lainnya kan ? (Karena tidak mungkin, kitab suci yang menjadi pedoman bagi umat di seluruh dunia berkata salah, manusia sendirilah yang salah dalam menerjemahkannya)
[Dari Katolisitas: Dalam hal ini, yang salah adalah interpretasi mereka dalam mengartikan sejumlah ayat dalam Kitab Suci, namun ayat-ayat tersebut lebih berhubungan dengan suatu penjelasan akan fenomena alam yang terjadi dalam suatu keadaan tertentu yang dijabarkan dalam Kitab Suci, namun bukan merupakan hal yang berhubungan dengan ajaran iman dan moral. Oleh karena itu, sekalipun ada kesalahan interpretasi, hal itu tidak mempengaruhi kebenaran ajaran iman dan moral secara keseluruhan yang diajarkan oleh Kitab Suci.]
Atau jika menurut anda mereka tidak salah dalam menerjemahkan ayat-ayat itu dalam alkitab. Lalu apa yang sesungguhnya, menurut pemikiran anda, yang bisa diterjemahkan dari ayat-ayat tersebut?
[Dari Katolisitas: Ayat-ayat tersebut yang seolah mengacu kepada prinsip geosentris Mzm 93:1, 96:10, 1 Taw 16:30, Mzm 104:5, Pkh 1:5, adalah ayat-ayat yang disampaikan dengan gaya bahasa fenomenologis, artinya gaya bahasa yang ditulis berdasarkan apa yang nampak menurut pengamatan manusia pada saat itu. Sebab apa yang benar menurut pengamatan mata menurut pemahaman masyarakat saat kitab itu ditulis, belum tentu sama dengan apa yang benar menurut ilmu pengetahuan sains sekarang. Demikianlah kita memahami kebenaran perkataan Yesus yang mengatakan bahwa biji sesawi adalah biji yang terkecil dari antara semua biji (lih. Mat 13:32). Kita ketahui bahwa menurut ilmu botani, ada lagi biji-biji yang lebih kecil dari biji sesawi, namun Yesus menggunakan perumpamaan tentang biji sesawi yang umum dikenal oleh masyarakat petani di zamannya, untuk menyampaikan kebenaran ajaran iman, bahwa meskipun awalnya kecil, Kerajaan Allah yang hadir di tengah manusia akan dapat berkembang menjadi besar dan dapat menjadi rumah/ tempat kediaman bagi banyak orang.
Selanjutnya tentang apa itu gaya bahasa fenomenologis dan bagaimana menginterpretasikan Kitab Suci menurut ajaran Gereja Katolik, silakan klik di sini dan di sini.]
Ketidaksesatan Magisterium Yang Ternyata Sesat
Sekalipun Paus dianggap tidak dapat salah, ternyata dalam sejarah, Paus pernah salah dalam kasus menghukum Galileo Galilei.
Mengapa infallibilitas Paus tetap dipertahankan, sedangkan dalam perjalanan sejarah Paus dapat saja tergelincir dalam kesalahan yang lain?
[Dari Katolisitas: Silakan untuk membaca terlebih dahulu artikel di atas, silakan klik.
Maka urusan Galileo ini tidak ada hubungannya dengan Infalibilitas Bapa Paus. Sebab karisma Infalibilitas Bapa Paus (Paus yang tidak dapat sesat) ini hanya dapat berlaku dalam 3 syarat: 1) Bapa Paus harus berbicara dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus; 2) pada saat Bapa Paus mengajarkan secara definitif tentang iman dan moral; 3) Ketika Bapa Paus mendefinisikan doktrin yang harus dipegang oleh Gereja secara universal. Dalam kasus Galileo ini, ketiga syarat ini tidak terpenuhi. Selanjutnya tentang apa itu infalibilitas Paus, silakan klik di sini.]
Herman Jay, saya menyarankan jika anda tidak tahu tentang Infallibilitas atau Rahmat Nirsesat sebaiknya anda mempelajarinya lebih dulu sehingga tak membuat diri anda pada posisi yang memalukan.
Infallibilitas tidak melekat pada pribadi seorang manusia yang menjadi Paus. Infallibilitas terjadi JIKA DAN HANYA JIKA seorang Uskup Roma mengajarkan hal yang berkaitan dengan POKOK IMAN DAN MORAL yang DITERIMA GEREJA DALAM KESETIAAN TERHADAP TRADISI RASULI SEJAK DIDIRIKANNYA GEREJA DI ATAS PETRUS OLEH TUHAN YESUS DAN DIJAMIN OLEH SEGEL KEKAL (MAT.16: 18) dan MANAKALA PENGAJARAN ITU DILAKUKAN SECARA RESMI (EX CATHEDRA/DARI TAHTA) DALAM KAPASITAS SEBAGAI GEMBALA GEREJA UNIVERSAL.
Dan semua uskup yang berhimpun dalam kesatuan dengan Uskup Roma juga ikut berpartisipasi dalam Rahmat Nirsesat itu manakala juga mengajarkan dalam kapasitas sebagai pengajar Gereja dalam Dioses/keuskupannya dan manakala yang bersangkutan tetap dalam kebersatuan yang layak (in good standing) dengan Uskup Kota Roma (Paus).
Jadi saya menyarankan dengan amat sangat kepada saudara Herman untuk mau berendah hati belajar lebih lengkap agar mampu menyajikan argumentasi secara layak dan terhormat seturut standar logika yang sehat.
Setiap pertanyaan pada dasarnya menunjukkan ketidaktahuan penanya ketika dia bergulat dengan dirinya sendiri mengenai hal yang belum mampu dijawabnya sendiri.
Oleh karena itu pertanyaan selayaknya diterima sebagai upaya untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat dari persoalan yang dihadapinya.
Tidak layak menganggap seseorang yang bertanya tentang hal yang tidak dipahaminya dengan jelas dan sempurna, sebagai sesuatu yang memalukan.
Bahkan komentar anda justru menunjukkan keangkuhan rohani anda terhadap seorang yang justru belum menguasai sesuatu masalah.
Ruang katolisitas merupakan ruang diskusi dan bukan ruang untuk menganggap diri lebih hebat dalam hal pengetahuan kegerejaan.
Submitted on 2014/04/05 at 12:01 am.
Sebagai tambahan , kiranya moderator Katolisitas menyortir kata-kata peserta yang tidak layak, khususnya yang berisi “argumentum ad hominem”. Kata-kata demikian hanya mengajak orang untuk berantem dan tidak mendidik .
HJK dan Herman Jay kan tidak saling mengenal. Apa untungnya HJK menyerang pribadi orang yang anda tidak kenal?
Kalau tidak salah di negara-negara barat, para siswa sangat dihargai dan didorong untuk bertanya, sekali pun suatu pertanyaan mungkin bagi pihak lain dianggap bodoh.
Memberi kesempatan kepada orang untuk bertanya merupakan peluang bagi penjawab untuk lebih kreatif dan berkembang / mengembangkan pedalaman atas apa yang diketahuinya.
Justru dalam tanya jawab, maka penjawab ( cq Katolisitas dan peserta) mengalami “pengasahan”. Daya nalar mereka terus diasah sehingga jawaban makin tajam . Pendalaman pengetahuan penjawab makin bertambah, karena setiap “kasus” bersifat spesifik dan membutuhkan pendekatan penjelasan yang berbeda-beda.
Demikian pula tanya jawab dapat memberi inspirasi kepada para peserta lainnya untuk mendapatkan wawasan baru.
Pertanyaan yang diajukan walaupun dianggap oleh HJK sebagai memalukan, tidak otomatis dapat dijawab dengan mantap oleh peserta lain. Bahkan peserta lain kemungkinan besar tidak terpikir akan munculnya pertanyaan semacam itu.
Penanya yakin banyak peserta lain yang merasa dibantu dengan diskusi tentang infalibilitas, sekalipun pertanyaan yang diajukan dianggap pertanyaan memalukan oleh HJK.
Bukankah pertanyaan bodoh tetap menantang penjawab untuk lebih kreatif dalam menjawab. Bukankah jawaban yang diberikan bukan merupakan rumus baku yang sudah ada sebelumnya dan tinggal ditayangkan?
Dari sekian ribu pertanyaan yang diajukan ke katolisitas selama hampir enam tahun, tentu banyak pertanyaan mengagetkan yang tidak otomatis dapat dijawab langsung oleh pengasuh katolisitas.
Yth Herman Jay,
Dengan gaya yang sepertinya cerdas, namun ceroboh, anda memosisikan diri sebagai victim terhadap tanggapan saya.
Seolah-olah anda menempatkan diri anda sebagai orang yang tak tahu menahu dalam persoalan yang anda tangkap sehingga seolah-olah anda layak mendapat jawaban.
Namun demikian, ternyata sesungguhnya anda makin meyakinkan saya bahwa anda bukanlah orang yang tak tahu menahu akan persoalan itu namun terlalu sok tau.
Anda menyatakan:
[Setiap pertanyaan pada dasarnya menunjukkan ketidaktahuan penanya ketika dia bergulat dengan dirinya sendiri mengenai hal yang belum mampu dijawabnya sendiri.
Oleh karena itu pertanyaan selayaknya diterima sebagai upaya untuk mendapatkan jawaban yang lebih tepat dari persoalan yang dihadapinya.
Tidak layak menganggap seseorang yang bertanya tentang hal yang tidak dipahaminya dengan jelas dan sempurna, sebagai sesuatu yang memalukan.
Bahkan komentar anda justru menunjukkan keangkuhan rohani anda terhadap seorang yang justru belum menguasai sesuatu masalah.]
Persoalannya adalah, JIKA anda memang BERTANYA, tentu anda tak akan menuliskan kalimat bernada MENYIMPULKAN seperti yang anda tulis:
[Ketidaksesatan Magisterium Yang Ternyata Sesat
Sekalipun Paus dianggap tidak dapat salah, ternyata dalam sejarah, Paus pernah salah dalam kasus menghukum Galileo Galilei.]
Apakah redaksional kalimat semacam itu dapat diposisikan sebagai sebuah PERTANYAAN?
Bukankah kalimat anda itu justru merupakan PERNYATAAN/STATEMENT yang cenderung berbau insinuatif dan tendensius menyerang Lembaga Kepausan?
Jika anda memang bertanya dengan ketulusan, tentu anda akan lebih memilih kalimat yang tidak bernada accusation atau tuduhan. Dan dengan fakta bahwa anda memilih kalimat bernada tuduhan seperti itu, maka terbukti bahwa justru andalah yang lebih dulu memakai metoda AD HOMINEM terhadap figur Paus ataupun lembaga Kepausan.
Jadi saya harap anda juga berlega hati menerima tanggapan saya seperti di atas.
Jika anda tidak siap menuai tanggapan ad hominem, jangan menyemai PERNYATAAN ad hominem.
Buah yang akan anda tuai tentu tidak berbeda dari benih yang anda tabur lebih dulu.
Semoga anda lebih dapat berdamai dengan Gereja Kristus dan para pekerja yang dipilih-Nya (yaitu Sri Paus dan para Uskup yang bersatu dengannya).
Shalom Herman Jay dan HJK,
Saya ingin menyarankan agar Anda berdua tidak lagi memperpanjang masalah ini. Saya tahu bahwa Herman Jay memang sering bertanya di katolisitas. Saya tidak tahu apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut Anda yang menyusun sendiri atau mungkin ada yang bertanya kepada Anda. Kalau ada yang bertanya kepada Anda, mungkin ada baiknya Anda dapat menyusun kembali pertanyaan-pertanyaan tersebut, sehingga tidak berkesan konfrontatif, padahal Anda juga seorang Katolik dan Anda juga berusaha taat kepada pengajaran Magisterium Gereja. Di satu sisi, mari kita juga tidak perlu menilai motif dibelakang orang yang bertanya atau menilainya sok tahu. Mari, kita berfokus pada diskusi yang sehat, yang dapat membawa kita pada diskusi yang membangun. Mohon maaf, komentar lanjutan terhadap diskusi ini tidak dapat saya masukkan ke dalam website. Semoga dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
tuhan itu apa?
tuhan itu berapa?
ajaran benar itu apa?
adakah tuhan di atas tuhan?
[dari katolisitas: Jawaban singkatnya: Tuhan itu Roh yang kekal, asal dari segala sesuatu dan segala sesuatu diciptakan oleh-Nya; Tuhan itu satu; Ajaran yang benar adalah yang sesuai dengan Firman Allah, karena Allah adalah kebenaran itu sendiri; Tidak ada Tuhan selain Tuhan]
– kenapa isi dari alkitab bisa bertentangan dengan kebenaran fenomena alam semesta? seperti dikatakan bahwa ‘bumi sebagai pusat tata surya, matahari mengelilingi bumi’ padahal sebaliknya mataharilah pusat tata surya kita.
– setahu saya memang pada mulanya saat pertama kali menyampaikan kebenaran pada gereja galileo memang kurang bukti, terus pihak gereja membuat perjanjian yang isinya bahwa galileo tidak boleh mengajarkan ajarannya kepada siapapun karena ajaran tersebut dinilai sesat karena bertentangan dengan kepercayaan mereka yang didukung oleh paham aristoteles yang waktu itu dianggap benar dan dengan terpaksa galileo menanda tanganinya. namun beberapa tahun kemudian setelah ditemukannya teropong di belanda dan kemudian disempurnakan oleh galileo akhirnya bukti-bukti yang falid sudah ditangan galileo melalui pengamatannya dengan teropong tsb. kemudian galileo ke roma dengan bukti tersebut dan berharap paus yang baru (yang telah ia kenal sejak masih jadi kardinal karena galileo juga orang yg taat ke gereja), dan disitu galileo boleh menuliskan pemikirannya kedalam sebuah buku namun dengan konsekuensi bahwa buku tersebut harus melihat 2 sudut pandang (gereja dan sains karena gereja juga tidak mau disalahkan)namun karena galileo seorang ilmuan kebenaran sains secara gamblang diceritakan (membuktikan bahwa gereja keliru), hal inilah yang membuat pihak gereja menyidangnya karena dianggap terlalu ekstrim (pada waktu itu). semula pihak gereja menjatuhinya hukuman penjara seumur hidup karena terbukti sesat namun karena kebaikan dari paus yang mengenalnya dan umur galileo yang sudah tua maka hukumannya diubah menjadi tahanan rumah. waktu dalam tahanan rumah sebelum dia meninggal dia mewariskan beberapa lembar buah karyanya yang belum dibukukan (karena dilarang) kepada asistennya yang sekaligus muridnya sejak awal. galileo meminta agar dibukukan namun asistennya menolak karena hal tsb ilegal waktu itu. galileo pun menyuruhnya agar dibukukan di negara lain dengan harapan bisa dibukukan. akhirnya asistennya berhasil menyelinap dan membawa salinan kertas2 tsb sampai ke belanda disana dia mengunjungi ilmuan lain dan disana akhirnya buku itu bisa dibukukan dan menjadi cikal bakal lahirnya ilmu pengetahuan tentang astronomi yang akhirnya digunakan sebagai pedoman oleh newton,dan albert einstein. disinilah kesalahan terbesar pihak gereja, padahal menurut galileo ilmu pengetahuan tidak bertentangan dengan agama. untuk membayar kesalahannya akhirnya gereja mencabut setatusnya dari orang sesat menjadi ilmuan dan bukunya boleh diterbitkan dan makam galileo saat ini berada disalah satu gereja di roma
Shalom Rohan,
1. Kitab Suci adalah kitab yang mengisahkan perjalanan iman, sehingga bukan merupakan kitab ilmu pengetahuan. Maka apa yang disampaikan oleh Kitab Suci, tidak harus disamakan ataupun dianggap sebagai patokan ilmu pengetahuan. Walaupun ditulis atas ilham Roh Kudus, namun Kitab Suci itu disampaikan/ dituliskan dalam bahasa manusia, sehingga berperan di sini hal gaya bahasa dan cara pikir/ cara pandang manusia pengarangnya pada saat itu. Maka untuk menginterpretasikan dengan benar, diperlukan pengetahuan akan beberapa prinsipnya, secara khusus gaya bahasa penulis, dan tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik, lihat sub point 4. gaya bahasa fenomenologi.
2. Sejujurnya, memang ada banyak kisah Galileo, dan jika kita dapat menemukan berbagai versi yang berbeda-beda. Versi Anda salah satunya. Namun apa yang kami sampaikan di atas, itu kami pandang lebih koheren dengan data-data lainnya. Sebab penemuan teropong, itu sama sekali bukan bukti yang cukup untuk membuktikan bahwa matahari adalah pusat tata surya. Sebab dengan teropong/ teleskop yang Galielo hanya dapat membuktikan adanya 4 satelit yang mengitari planet Yupiter. Nah maka yang dibuktiklan dari teleskop itu adalah tidak semua planet bergerak mengitari bumi, tapi ini belum dapat membuktikan bahwa semua planet bergerak mengitari matahari. Bukti yang diperlukan untuk menyimpulkan bahwa semua planet mengitari matahari (matahari adalah pusat tata surya) adalah adanya jalur pergeseran stellar parallax (jalur pergeseran paralel dari bintang-bintang karena pergesaran orbit bumi mengelilingi matahari); dan ini baru ditemukan oleh Friedrich Wilhelm Bessel di tahun 1838. Bessel sendiri adalah seorang ahli matematika Jerman, dan bukan seorang Belanda, seperti jika teori/ skenario yang Anda pegang itu benar.
Demikianlah tanggapan saya. Terlepas dari seputar kisah Galileo, namun pihak Gereja Katolik sendiri berusaha untuk menghargai penemuannya, yang memang secara obyektif membuka jalan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Menurut hemat kami tidak ada manfaatnya untuk menuding siapakah yang bersalah dalam hal ini, karena kejadiannyapun sudah berlalu, dan pihak-pihak yang terlibatpun sudah meninggal dunia. Yang lebih penting adalah dengan melihat fakta sejarah, seperti dalam kasus Galileo, kita dapat belajar lebih bijak menyikapi kehidupan, untuk menyelaraskan iman dan akal budi, faith and reason, karena keduanya berasal dari Allah.
Kami di Katolisitas sudah berusaha menyampaikan apa yang kami ketahui tentang Galileo, dan selanjutnya memang terpulang kepada para pembaca bagaimana menyikapinya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
PS: Menurut pengetahuan kami, kubur Galileo ada di Basilika Santa Croce, Florence, bukan di Roma.
Menurut saya, jika salah satu ayat dlm kitab suci suatu agama (ayat yg terkait dg keberadaan jagat raya seisinya) bertentangan dengan sains maka ayat itu yg salah, karena eksistensi alam semesta seisinya melalui proses yg amat panjang (menurut ukuran manusia) yg terkait dengan SEBAB-AKIBAT (SAINS).
Shalom Raden,
Dua hal disebut kontradiksi, kalau yang satu “menjadi” dan yang lain “tidak menjadi” dengan cara yang sama dan dalam waktu yang sama. Jadi, tidak ada pertentangan kalau ilmu pengetahuan menuliskan bahwa karena bumi mengelilingi matahari dan perputaran pada porosnya, maka ada bagian dari bumi yang mengalami siang dan bagian lain mengalami malam. Sedangkan dalam bahasa sehari-hari, maka kita mengalami bahwa matahari terbit dari sebelah Timur. Yang satu memberikan bukti secara ilmu pengetahuan dan yang lain memberikan bukti dari apa yang dialami oleh manusia. Jadi, dalam mengartikan Kitab Suci, maka kita harus melihat gaya bahasa yang digunakan, menggali arti (literal, spiritual) yang ingin disampaikan. Sekali lagi, yang ingin disampaikan adalah Kitab Suci bukanlah buku ilmu pengetahuan, namun dituliskan agar manusia dapat sampai ke Sorga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Ytk. Pak Raden.
Kitab Suci diberikan kepada manusia untuk dan demi Keselamatan manusia.
Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci merupakan sebuah permenungan bagaimana manusia begitu dikasihi Allah yang Maha Kuasa pencipta langit dan bumi.
Kitab Suci bukan Kitab Sekuler.
Bahwa terjadi pertentangan di dalamnya, tergantung sudut pandang kita di dalam menginterpretasikannya.
Salam dan terbuka untuk dikoreksi.
Bila sebuah Firman yang murni isinya tidak akan berbenturan yang satu dengan yang lainnya.Jika kita Nasrani sejati,kaji injil lebih dalam dan bandingkan dengan AL-quran.Tentang teori ini…
[Dari Katolisitas: Anda benar, bahwa dalam Firman yang adalah Kebenaran, tidak akan ada pertentangan. Hal inilah yang kami yakini ada dalam ajaran iman kami. Bukan fokus kami di Katolisitas untuk memperbandingkan agama-agama, namun yang kami sampaikan di sini adalah ajaran iman Katolik. Kami menghormati iman Anda, dan semoga Anda dapat juga menghormati ajaran iman kami.]
Bila sebuah Firman yang murni isinya tidak akan berbenturan yang satu dengan yang lainnya.Jika kita Nasrani sejati,kaji injil lebih dalam dan bandingkan dengan AL-quran.Tentang teori ini…
Ijinkan Celinne mengomentari…
Firman yang murni mengajarkan tuntunan Jalan menuju Keselamatan BUKAN mengajarkan bagaimana bumi itu terbentuk.
Mohon direnungkan.
Kunci Iman itu adalah jujur dan mengungkapkan kebenaran meskipun itu pahit rasanya…Galileo galilei di bunuh karena teorinya tidak sesuai dengan ajaran injil.Karena menerangkan Bumi itu bulat sedangakan injil menerangakan bumi itu datar.Karena Firman Tuhan itu tidak bisa berubah-ubah.Kalo kita tidak ingin tersesat kajilah kitab-kitab suci yang ada di dunia ini = injil,Al-quran,weda,dan tripitaka..dimanakah agama Tuhan yang murni dan sebenarnya…,yakinlah..kita pasti akan mendapatkan kebenaran itu…
[dari katolisitas: Kalau Anda ingin benar-benar jujur, silakan mempelajari fakta tentang kematian Galileo Galilei, apakah sungguh dibunuh oleh Gereja Katolik atau tidak. Kalau Anda ingin benar-benar mengungkapkan kebenaran, silakan mempelajari topik yang didiskusikan oleh Galileo Galilei, apakah tentang bumi bulat/datar atau heliosentris / geosentris. Setelah itu, mungkin Anda bisa memberikan kesimpulan yang lain.]
tapi katanya Feyerabend juga menolak nilai-nilai kemapanan agama, semua yang dianggap menjamin kebenaran absolut bagi Feyerabend adalah bentuk penyelewengan akal budi, dan Gereja hari itu juga termasuk di antaranya…. coba baca lagi buku “Against Methods” Feyerabend, beberapa di antaranya dia mengeritik Gereja yang terlalu naif selama berabad-abad zaman Dark Age, naif karena mengatas-namakan Tuhan sementara umat Gereja tidak mengenal Tuhan itu sendiri, kecuali Gereja (extra ecclesiam nulla salus)…. dengan judul yang menggemparkan dunia ilmiah (Against Methods), kritiknya tidak hanya dihadapkan pada agama pada umumnya, tapi juga tesis-tesis ilmiah yang dinilai semuanya subyektif, karena walaupun penelitian sebuah hipotesis dilakukan secara obyektif, tetap definisi-definisi subyektif telah dipakai (seperti misalnya telaah teori sebelumnya, penelitian sebelumnya, obyek data, uji-uji asumsi, dll, didasarkan pada suatu bentuk metodologi yang status quo sifatnya)….
[Dari Katolisitas: Kami tidak mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Feyerabend semuanya benar. Namun apa yang dikatakannya tentang fakta Galileo itu masuk akal. Tentang pandangannya yang lain, seperti tentang Dark Age, EENS dan sebagainya, tentu itu adalah pandangannya secara pribadi, dan karenanya tidak dapat dibandingkan dengan ajaran Gereja]
Terlalu banyak gagasan yg ku baca,
Tak sedikitpun memberi kejelasan dasar.
” Apabila tidak ada galileo dengan teorinya, lalu apa kalian sampai saat ini akan percaya kalau bumi ini datar ? ”
– Lalu jika gereja mendukung galileo kenapa sampai ada sejarah yang tersebar lebih kuat tentang pembunuhan oleh gereja pada galileo ?
– Jika paus utusan tuhan, dia bakal tau donk kalo bumi ini bulat, tapi kok dia TIDAK tahu ? lebih tahu galileo ?
– Kontroversi Teori GG ini hanya sebagian kecil dari contoh KESALAHAN Dalam mempercayai sesuatu…Komentar2 kalian seolah2 hanya bersifat SELF DEFENCE , menyalahkan gereja tanpa mau mengambil pelajaran>
lalu .. apa pernah terbesit di hati&pikiran kalian …
BEGITU BANYAK BUKTI YANG KALIAN SANGKAL DAN GANTI
Shalom Nico,
Untuk pertanyaan pertama, teori yang dikemukakan Galileo Galilei bukan mengenai apakah bumi datar atau bulat, tetapi apakah bumi itu adalah pusat tata surya (geosentris) atau bukan. Silakan membaca kembali penjelasan kami di artikel di atas, khususnya silakan Anda baca di link tanya jawab ini, silakan klik.
Untuk pertanyaan Anda yang kedua, yang menyalahkan Gereja Katolik adalah orang-orang yang gencar menyebarkan berita yang tidak benar tentang Galileo dengan memojokkan Gereja Katolik. Adalah kewajiban moral bagi setiap orang beriman yang sungguh mengasihi kebenaran, untuk meluruskan berita ini, dan itulah yang sedang kami lakukan di Katolisitas. Kami tidak dapat dan tidak perlu mengomentari perbuatan sejumlah orang yang entah sengaja atau tidak sengaja menuliskan berita yang tidak benar sehubungan dengan kasus Galileo. Biarlah nanti mereka sendiri yang mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan.
Untuk pertanyaan ketiga dari Anda, kuasa yang diberikan oleh Kristus kepada Rasul Petrus dan para penerusnya (yaitu Paus) tidak dalam kapasitas mengajar sains tetapi hal iman dan moral. Maka jika itu berkenaan dengan iman dan moral, sifatnya adalah infallible (tidak dapat salah). Kami telah menuliskan uraian mengenai infalibilitas itu dalam artikel “Ajaran Bapa Gereja dapat salah tapi ajaran Magisterium tidak dapat salah”
Nah, maka memang bukan bagian Paus untuk mengajarkan tentang hal ilmu pengetahuan. Dalam kasus Galileo, pihak Gereja hanya mensyaratkan pembuktian yang memadai agar dapat menerima teori Galileo (yaitu teori heliosentris) yang sepertinya bertentangan dengan apa yang tertulis dalam Kitab Suci. Bahwa ternyata dalam prosesnya hal ini tidak berjalan mulus, bahkan sampai melibatkan pemeriksaan ataupun penahanan, sehingga seolah Gereja terlalu jauh mencampuri urusan sains, ini memang yang patut disayangkan. Maka Paus Yohanes Paulus II-pun telah meminta maaf karena hal ini. Namun sejujurnya, kesalahan tidak hanya ada pada pihak Gereja, namun juga pada pihak Galileo. Maka penjabaran kisah Galileo di artikel di atas tidak dimaksudkan sebagai self-defense, namun sebagai penyampaian suatu fakta agar kita dapat menilai segala sesuatunya dengan kacamata yang obyektif. Dalam dialog yang jujur, kita perlu melihat permasalahan dari sudut pandang masing-masing pihak, baru kita dapat saling memahami. Kami percaya, upaya melihat dari sisi Galileo, itulah yang telah dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II, sehingga ia mewakili Gereja, mau dengan tulus hati meminta maaf atas kekurangan Gereja dalam penanganan kasus Galileo.
Selanjutnya tentang tuduhan Anda bahwa kami menyangkal bukti atau mengganti bukti, silakan Anda tunjukkan, jika memang Anda mengetahuinya, dan mohon sebutkan dari mana sumbernya, sehingga dapat kami periksa. Dalam dialog yang saling menghormati, mari menggunakan azas saling menghargai, dan tidak mengeluarkan tuduhan tanpa dasar. Semoga dapat diterima. Mari berdialog atas dasar kasih, sebagaimana layaknya bagi orang beriman.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – katolisitas.org
Dear Nico.
Semakin banyak kamu membaca dengan semangat yang tidak bijaksana, di sanalah kegalauan akan terjadi.
Semakin banyak kamu membaca dengan semangat yang bijaksana, di sanalah kenyamanan dan kedamaian sejati akan kamu terima.
Salam.
Baru pada tahun 1992 Paus Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi bahwa keputusan penghukuman itu adalah salah, dan dalam pidato 21 Desember 2008 Paus Benediktus XVI menyatakan bahwa Gereja Katolik Roma merehabilitasi namanya sebagai ilmuwan. Sumber Wikipedia
Shalom Timotius,
Menjelang tahun Yubelium 2000, memang Paus Yohanes Paulus II membuat banyak pernyataan permohonan maaf atas nama putera puteri Gereja yang di masa lalu membuat kesalahan dalam sejarah umat manusia. Harus diakui, bahwa banyak peristiwa negatif yang terjadi di masa lalu yang antara lain disebabkan karena keterlibatan para anggota Gereja. Untuk hal inilah Paus, selaku pemimpin tertinggi Gereja meminta maaf atas nama mereka, demi mengusahakan proses rekonsiliasi menjelang tahun rahmat Tuhan (Yubelium) 2000. Dalam rangka mengusahakan rekonsiliasi inilah, antara lain, Paus Yohanes Paulus II di tanggal 4 November 1992, mengeluarkan pernyataan tentang kasus Galileo yang dimaksudkan agar terdapat saling pengertian yang lebih baik antara para ilmuwan dan teolog, yang di abad ke-17 telah pernah secara tragis bertentangan dan yang menyisakan luka yang dalam di kultur Barat sampai saat ini. Paus ingin menyatakan bahwa ilmu pengetahuan mempunyai ranahnya sendiri, yang mempunyai kebebasan yang sah, yang pada zaman Galileo, dicampuri oleh pihak otoritas Gereja.
Secara obyektif, memang terdapat kesalahan yang dilakukan oleh pihak tribunal Gereja yang menjatuhkan sangsi tahanan kepada Galileo atas tuduhan menyebarkan ajaran sesat (heresi) yang menentang ajaran Kitab Suci. Heresi yang dimaksud di sini adalah teori Galileo bahwa matahari adalah pusat jagad raya dan tidak bergerak (bumilah yang bergerak). Terlepas dari bahwa Galileo tidak dapat memberikan bukti yang memenuhi standar ilmu saat itu dan bahwa akhirnyapun teori Galileo ini tidak sepenuhnya benar (untuk membaca penjelasannya, silakan di sini), namun fakta bahwa sikap para hakim tribunal yang dengan kukuh mengambil patokan interpretasi literal Kitab Suci untuk mengadili Galileo, adalah sikap yang keliru (lih. Pope John Paul II, L’Osservatore Romano N. 44, November 4, 1992, “The error of the theologians of the time, when they maintained the centrality of the Earth, was to think that our understanding of the physical world’s structure was, in some way, imposed by the literal sense of Sacred Scripture….“). Paus Yohanes Paulus II mengemukakan bahwa dalam kasus Galileo, terdapat hal-hal tragis di kedua belah pihak yang melampaui pemahaman kita (“tragic mutual incomprehension“). Hal ini memang tidak seharusnya terjadi sebab jika dipahami dengan benar, tidak mungkin ada pertentangan antara iman dan ilmu pengetahuan/ akal budi, sebab baik iman maupun akal budi sama-sama berasal dari Tuhan. Teks lengkap pernyataan Paus Yohanes Paulus II tentang hal ini, silakan klik di link ini.
Sekitar dua tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 1990, Cardinal Ratzinger (sekarang menjadi Paus Benediktus XVI) memberikan konferensi di universitas La Sapienza, dan ia mengutip frasa dari ilmuwan Paul Feyerabend dengan mengatakan, “At the time of Galileo, the Church remained more faithful to reason than Galileo himself. The trial of Galileo was reasonable and just…” Ada banyak orang yang salah paham dengan pernyataan ini, dan menyangka Paus Benediktus XVI seakan hanya mau membela posisi Gereja. Namun yang mau dikatakan di sini adalah bahwa pada masa Galileo, ilmu pengetahuan seperti kehilangan jati diri, sebab dari sejarah kita ketahui bahwa saat itu para ilmuwan sendiri saling berbeda pendapat, sehingga terjadi pendapat yang berganti-ganti terhadap kasus Galileo. Dalam krisis ini, masing-masing ilmuwan tentu mempunyai dasar teori/pemikirannya sendiri, namun kekerasan Galileo untuk mengemukakan pandangannya, tanpa melengkapinya dengan bukti-bukti yang memadai (sebab bukti yang memadai -yaitu pola stellar paralax- baru dapat diketahui di abad ke 19) menunjukkan kelemahan Galileo sendiri.
Kini, ilmu pengetahuan membuktikan bahwa matahari adalah pusat tata surya, dan dengan demikian teori heliosentrism yang dianut oleh Galileo terbukti mengandung kebenaran. Paus Benediktuspun mengakui hal ini. Menjelang peringatan 400 tahun penggunaan teleskop oleh Galileo, Paus Benediktus XVI turut merayakannya di Vatikan, bertepatan dengan perayaan tahun astronomi internasional. Paus Benediktus XVI mengatakan, “I take this occasion to express my gratitude not only for the careful studies which have clarified the precise historical context of Galileo’s condemnation, but also for the efforts of all those committed to ongoing dialogue and reflection on the complementarity of faith and reason in the service of an integral understanding of man and his place in the universe.” (Teks selengkapnya, klik di sini)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear katolisitas,
Upaya mempertahankan pendapat yang dikemukakan Galileo akan berdampak pada kredibilitas Gereja Katolik saat itu. Tokoh gereja katolik berupaya mempertahankan pendapatnya walaupun pada akhirnya salah< seperti pepatah "Intan yang keluar dari mulut anjing adalah tetap intan".
Bagaimana bila hal ini terjadi pada ayat-ayat yang ada pada alkitab. Pada jaman dahulu bisa saja dapat diterima begitu saja, sementara perubahan alkitab sendiri dirubah oleh manusia yang kemungkinan mempunyai maksud dan tujuan lain.
Sebagai gambaran, Yesus dilahirkan di Betlehem, yang daerah itu merupakan padang pasir (panas). Tetapi mengapa perayaan keagamaan Katolik diidentifikasikan dengan salju, pohon pinus yang merupakan habitat daerah dingin. Apakah ini bentuk opini tokoh Gereja untuk menjadikan umat kristiani berorientasi ke negara barat? Atau dikarenakan para tokoh gerejanya didominasi orang-orang barat.??
Shalom Antony,
1. Kitab Suci diubah manusia?
Kitab Suci tidak diubah oleh manusia. Gereja menerima Kitab Suci apa adanya, tanpa pernah distandarisasi. Oleh karena itu dalam pencetakannyapun terdapat bagian ayat-ayat yang diberi tanda kurung, yang maksudnya teks tersebut ada di beberapa manuskrip asli tertentu yang tidak ada pada manuskrip asli yang lain. Namun jumlah ayat-ayat sedemikian ini tidak banyak, dan justru itu membuktikan otentisitas Kitab Suci. Manuskrip Injil ditemukan sekitar 30 tahun setelah kejadian, dan bahwa terdapat 5000 manuskrip asli dalam bahasa Yunani (dan sekitar 20,000 non-Yunani) yang eksis. Kitab Injil dan Perjanjian Baru yang asli seluruhnya dituliskan dalam bahasa Yunani, karena bahasa Yunani pada saat itu merupakan bahasa yang umum dipakai, bahkan oleh kaum Yahudi. Dari banyaknya manuskrip asli tersebut, maka memang banyak orang menyangka bahwa akan terdapat banyak perbedaan-perbedaan teks. Namun ternyata, fakta menunjukkan tidak demikian. Tingkat kesesuaian manuskrip Perjanjian Baru adalah 99.5 %. Kebanyakan perbedaan adalah dari segi ejaan dan urutan kata. Tidak ada perbedaan yang menyangkut doktrin yang penting yang dapat mengubah doktrin Kristiani. Selanjutnya tentang hal ini, sudah pernah ditulis di sini, silakan klik.
2. Betlehem daerah gurun, tidak mungkin terjadi turunnya salju?
Silakan Anda google tentang iklim/ musim di daerah Yerusalem. Menurut perhitungan musim tersebut, pada bulan Desember sampai Februari/ Maret adalah musim dingin di Yerusalem dan sekitarnya (termasuk Betlehem yang berjarak kira- kira 6 mil/ 9.6 km dari Yerusalem). Yerusalem dan sekitarnya termasuk salah satu kota di Israel yang terdingin, kemungkinan disebabkan karena letaknya yang menempati dataran tinggi. Suhu musim dingin di Yerusalem adalah 6- 19 derajat Celsius, namun dapat juga mencapai -3 derajat Celsius dan sewaktu-waktu terjadi turunnya salju.
Sedangkan kisah tentang pohon cemara yang digunakan sebagai pohon Natal, sudah pernah ditulis di sini, silakan klik.
Hal pohon cemara sebagai pohon Natal memang tidak disebutkan dalam Kitab Suci, tetapi jika pohon itu digunakan sebagai pohon Natal juga tidak menentang ajaran Kitab Suci. Hal penggunaan pohon cemara tersebut hanya merupakan salah satu cara orang memperingati makna Natal, yaitu memperingati kelahiran Sang Raja Damai yang turun dari Surga, sehingga dipergunakan pohon yang senantiasa hijau dengan bentuk meruncing ke atas, yang melambangkan damai, kekekalan dan surga. Hal ini serupa dengan penggunaan telur pada hari Raya Paskah, yang mengingatkan akan makna Paska, sebagai hari kebangkitan Kristus yang membuka pintu keselamatan kekal bagi manusia melalui pengampunan dosa dan hidup yang baru di dalam Kristus. Kelahiran/ hidup yang baru di dalam Kristus itulah yang dilambangkan dengan telur. Hal telur Paska ini juga tidak disebutkan dalam Kitab Suci, namun tidak melanggar ajaran Kitab Suci.
Salam kasih dalam Kristus,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam, Antony
Saya percaya Allah mendorong Antony untuk mulai berdiskusi dalam Katolisitas untuk memperoleh kebenaran. Saya berdoa semoga Antony mendapatkan apa yang anda butuhkan.
Tentu saja, saya percaya Antony mengutarakan pendapat bukan tanpa dasar. Tim Katolisitas sangat terbuka untuk diskusi yang memiliki dasar argumen jelas. Silahkan Antony berikan sumber yang menunjukkan perubahan pada Kitab Suci yang dilakukan manusia dengan maksud dan tujuan yang tidak baik, tidak jelas, atau mengaburkan makna aslinya. Tentu kita dapat membandingkannya terjemahan zaman mmodern dengan naskah kuno yang otentik, seperti berbagai codex (codex sinaiticus, codex vaticanus, dll), Dead Sea Scroll, septuaginta, dan sebagainya.
Untuk menanggapi mengenai pohon pinus dan perayaan natal, saya menganjurkan terlebih dahulu untuk Antony membedakan apa yang disebut 3 Pillar Kebenaran Gereja (Tradisi Suci, Kitab Suci, dan Magisterium) dari tradisi gerejawi atau tradisi kesalehan. Kelahiran Yesus dan Inkarnasi jelas diajarkan ketiga Pillar dan merupakan salah satu artikel iman pokok Gereja. Perayaan Natal dengan pinus merupakan tradisi gerejawi (tradisi dgn huruf kecil, bermakna kebiasaan saleh untuk memperingati peristiwa/orang kudus atau kebiasaan dan tindak tanduk hormat). Sedangkan Tradisi Suci -dengan huruf T besar- bukan bermakna kebiasaan turun-temurun, namun adalah ajaran Kristus pada murid-murid secara lisan (yang mungkin hanya sebagian ada secara tersurat dalam Kitab Suci) yang menyatu dengan kehidupan Gereja. Pembedaan ini akan membantu Antony untuk menghindari kesalahpahaman serupa di kesempatan berikutnya.
Dengan semakin mengenal Gereja, paling tidak saya berharap Antony tidak sampai memiliki prasangka akibat kesalahpahaman dan ketidaktahuan terhadap Gereja Katolik. Semoga Allah menerangi kita dengan kebenaranNya. Amin.
Pacem,
Ioannes
Salam damai sejahtera bagi kita semua..
Bagi saya seorang katolik, kisah tentang galileo ini merupakan salah satu kisah yang membuat saya merasa malu ketika berdiskusi tentang ilmu pengetahuan dengan saudara-saudari kita yang berbeda agama. kisah ini tersmasuk salah satu kisah yang menjadi alasan saya cukup meragukan otoritas gereja sebagai otoritas yang terinspirasi oleh roh kudus, namun disisi lain saya tetap berusaha menjaga iman saya dengan berpikir bahwa Tuhan punya rencana lain bagi umatnya yang sulit untuk dipahami oleh manusia. untuk menemukan sumber penguatan yang lebih saya mencoba membaca artikel yang ditulis saudara diatas. namun ada kritik yang ingin saya tambahkan bahwa penjelasan sekaligus pembelaan yang ditulis dalam artikel di atas cenderung politis. pembelaan yang anda tawarkan adalah:
“Gereja Katolik tidak anti science, namun malah mendorong kemajuan science, yang diteruskan sampai sekarang”
dalam hal ini ada 2 tindakan gereja dalam statement anda yang dalam hubungannya dengan kalimat diatas saling bertentangan satu sama lain dengan pernyataan tersebut.
sperti dalam kalimat:
1. “Bahkan Vatikan sendiri membantu untuk mempublikasikannya, setelah melalui proses editing, dan membantu publikasinya dengan bantuan Cardinal Schonberg dan Tiedemann Giese, uskup dari Culm dengan persetujuan Paus Paul III. Hanya dalam publikasi tersebut dikatakan bahwa teori itu masih berupa ” hipotesa“.”
2. “Kemudian Galileo menghadap tim investigasi di Roma dan dari penyelidikan tim tersebut, dinyatakan bahwa teori heliocentric tidak dapat dibuktikan sesuai dengan standard science pada waktu itu, sehingga dinyatakan salah, juga bidaah dan anti Kitab Suci. Galileo harus mencabut pernyataannya, dan Galileo berjanji tidak akan mengajarkan teori ini lagi.”
dari kalimat tersebut saya menyimpulkan bahwa sikap gereja terhadap hipotesa galileo pada masa itu lebih bersifat politis yang diperkuat dengan pernyataan anda yang menggunakan kalimat nomor satu sebagai pembelaan terhadap kalimat nomor dua yang memperlihatkan bagaimana gereja berusaha membungkam galileo dengan melarangnya untuk menyebarluaskan hipotesa tersebut bahkan “mengharamkan” teorinya sebagai anti kitab suci padahal galileo hanya memperlihatkan sudut pandang yang lain tentang cara mnyikapi kitab suci.(dan sikap membungkam seorang ilmuan bukan sikap yang memperlihatkan “mendukung perkembangan ilmu pengetahuan”)
intinya adalah adanya dualitas dalam sikap gereja seperti yang diceritakan diatas membuatnya terlihat sebagai suatu sikap yang politis(dalam pendapat saya “bermuka dua”) dan sikap gereja tersebut justru saudara angkat menjadi pembelaan terhadap sikap gereja tersebut yang membuat hal tersebut menjadi antiklimaks bagi saya yang berusaha mendapatkan sumber penguatan yang lebih.
demikian pendapat saya. semoga masukan dari saya dapat ditanggapi dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Shalom Umat,
Selain dari artikel di atas, silakan juga membaca penjelasan tentang kasus Galileo di situs Catholic Answers, silakan klik.
Adalah hak Anda untuk tidak merasa puas terhadap penjelasan apapun tentang Galileo, namun adalah hak kami juga di Katolisitas untuk menyampaikan apa yang kami pandang cukup memadai untuk menjelaskan tentang kasus Galileo berdasarkan fakta yang dapat diketahui dari sumber yang netral, yaitu yang disampaikan oleh ensiklopedia maupun wikipedia ataupun situs netral lainnya.
Sejarah mencatat bahwa Gereja Katolik tidak anti science. Gereja terbukti mendukung penemuan-penemuan ilmu pengetahuan selama berabad-abad. Ordo Benediktin (abad 6- 10) terbukti sebagai ordo yang berperan dalam melestarikan budaya, sastra dan ilmu pengetahuan di Eropa, dengan menyalin banyak teks/ manuskrip kuno yang menjadi pedoman ilmu bahkan sampai sekarang. Demikian pula di zaman Galileo, banyak dari para Jesuit adalah para astronomi dan ilmuwan. Banyak penelitian mendapat dukungan dana dari Gereja pada saat itu. Sejarah mencatat banyak penemuan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para imam. Silakan Anda klik di Wikipedia dengan kata kunci Catholic scientists, dan Anda akan memperoleh daftar nama-namanya, dan ini diakui secara universal.
Sebenarnya, Galileo bukan orang yang pertama yang mengajarkan teori heliosentris. Nicolaus Copernicus telah pernah mengajukan teori heliosentris tersebut kepada Paus Paulus III melalui karyanya, On the Revolution of the Celestial Orbs. Selanjutnya Copernicus mempercayakan kepada Andreas Osiander, seorang klerik Lutheran. Namun karena Osiander mengetahui bahwa teori ini ditentang oleh Luther, maka di kata pendahuluan yang ditulisnya di awal buku tersebut, Osiander hanya mempresentasikan teori tersebut sebagai teori pergeseran planet.
Sepuluh tahun sebelum Galileo, Johannes Kepler meluaskan teori heliosentris yang telah dimulai oleh Copernicus. Kepler juga menghadapi oposisi/ perlawanan dari jemaat Protestan karena mengajukan teori ini. Teori heliosentris ini malah memperoleh sambutan dari beberapa imam Jesuit. Ketika Galileo datang ke Roma, ia disambut oleh para kardinal, prelates dan dignitari Gereja, termasuk Paus Paulus V.
Maka kita perlu melihat fakta secara obyektif, bahwa Gereja Katolik sesungguhnya lebih terbuka pada saat itu untuk meneliti suatu teori yang baru. Fakta selanjutnya yang perlu diterima juga adalah bahwa pada masa Galileo, pandangan umum para ilmuwan adalah geosentris. Jadi jika Copernicus tidak mempublikasikan teori heliosentrisnya, sebenarnya bukan karena takut diberi sangsi oleh Gereja, tetapi karena tekanan dari sesama kolega para ilmuwan yang pada masa itu sebagian besar memegang teori geosentris.
Sekarang mari kita melihat ke masa yang lebih lampau. Dua ribu tahun sebelumnya, Aristoteles pernah menolak teori heliosentris, karena menurutnya, jika teori heliosentris itu benar, maka akan dapat diamati pergeseran paralaks pada posisi-posisi bintang-bintang karena pergeseran orbit bumi mengelilingi matahari. Namun demikian, berdasarkan teknologi di zaman Galileo, pergeseran posisi bintang-bintang ini, belum bisa diamati. Diperlukan alat yang lebih sensitif untuk mengamati dan mengukur pergeseran jalur ini, yang belum ditemukan di zaman Galileo (sebab penemuan alat untuk mengamati pergeseran paralaks bintang-bintang baru ditemukan di abad 19 oleh Friedrich Wilhelm Bessel). Sampai pada zaman Galileo, bukti yang ada menunjukkan bahwa bintang-bintang tetap pada posisinya secara relatif terhadap bumi, dan karena itu, bumi dan bintang-bintang (sepertinya) tidak bergerak, dan hanya matahari, bulan dan planet-planet-lah yang bergerak.
Bukti adanya pergeseran paralaks inilah -yang pernah disyaratkan oleh Aristoteles dua ribu tahun sebelumnya- yang tidak bisa dibuktikan oleh Galileo. Sebagian besar astronom pada masa Galileo tidak yakin akan teori Copernicus yang mengatakan bahwa jarak bintang-bintang begitu jauh sehingga pergeseran paralaks bintang-bintang tidak dapat diamati. Itulah sebabnya astronom yang terpandang pada zaman itu, Tycho Brahe, menolak untuk menerima teori Copernicus.
Maka, jika Galileo hanya mengajukan teorinya sebagai teori pergeseran planet, tentu tidaklah menjadi masalah. Namun masalahnya, Galileo tidak berhenti sampai pada hal pergeseran planet (yang waktu itu sudah bisa diamati), tetapi mengajukan teori heliosentris yang buktinya belum ada/ belum bisa diamati pada saat itu, sebagai kebenaran. Selanjutnya, kalau saja Galileo tetap mengajukan teorinya dari sisi ilmu pengetahuan namun tidak masuk ke ranah teologi, tentu Gereja tidak berkeberatan; namun masalahnya, ia berkeras untuk masuk dalam perdebatan teologis. Ia berkeras menganggap teorinya yang belum dapat dibuktikan tersebut sebagai kebenaran. Dan atas dasar keyakinan ini, ia meminta supaya Gereja menginterpretasikan kembali ayat-ayat Kitab Suci yang seolah mengatakan bahwa bumi itu diam dan planet/ bintang yang lain bergerak mengitarinya (lih. Mzm 93:1, 96:10, 1 Taw 16:30, Mzm 104:5, Pkh 1:5).
Nah, sampai pada saat itu, Gereja menginterpretasikan secara literal akan semua yang tertulis di dalam Kitab Suci. Untuk mengubah interpretasi ini dengan mengacu kepada gaya bahasa fenomenologis, tentu mensyaratkan dasar yang kuat, yaitu bahwa kalau ayat-ayat tersebut diinterpretasikan literal, menjadi tidak mungkin benar. Sedangkan untuk mencapai kepastian bahwa interpretasi literal tidak mungkin pada ayat-ayat itu, mensyaratkan bukti terlebih dahulu, dan bukti inilah yang tidak dapat diberikan oleh Galileo. Itulah sebabnya, Gereja meminta Galileo menyediakan buktinya terlebih dahulu, sesuai dengan standar ilmu pada saat itu, sebelum mengklaim teorinya sebagai kebenaran. Paus Urban VIII tadinya mendukung Galileo dan memperbolehkan dia menyusun buku, asalkan di bukunya itu ia menyampaikan hal pro dan kontra tentang teori heliosentris ini. Namun hal ini tidak dipenuhi oleh Galileo, malah Galileo mengarang buku yang memasukkan pandangan Paus Urban VIII sebagai tokoh yang pandir/ bodoh dalam bukunya itu. Gaya bicara Galileo yang dikenal tajam dan masam itu, mengubah banyak pendukungnya menjadi musuhnya.
Maka sesungguhnya ada alasannya bahwa Galileo sehingga diadili oleh Pengadilan Inkuisisi di tahun 1633. Sebab memang ada kesalahan juga di pihak Galileo, yang terlalu memaksakan pandangan pribadinya sebagai kebenaran, walaupun saat itu ia belum dapat membuktikannya menurut standar ilmu pengetahuan. Walaupun akhirnya hal matahari sebagai pusat tata surya itu terbukti benar, namun sesungguhnya teori Galileo juga tidak sepenuhnya benar. Sebab Galileo mengatakan matahari bukan hanya pusat tata surya tapi pusat seluruh jagad raya/ alam semesta, dan sebagai pusat, matahari tidak bergerak, sedangkan kita ketahui menurut bukti sains saat ini, bahwa matahari juga bergerak terhadap pusat galaksi alam semesta. Tentang hal ini pernah dibahas di jawaban ini, silakan klik.
Setelah bukti sains yang meyakinkan diperoleh, maka Gereja juga akhirnya menerima adanya intepretasi Kitab Suci dengan memperhitungkan gaya bahwa fenomenologis. Namun tentu kita harus menghormati keputusan Gereja yang tidak terburu-buru mengacu kepada gaya bahasa fenomenologis tanpa dasar yang kuat, karena memang secara prinsip, interpretasi Kitab Suci sebagai Sabda Kebenaran, mengacu kepada arti literal terlebih dahulu.
Maka, walaupun hal penahanan Galileo ini memang tidak ideal, namun secara obyektif kita dapat melihat bahwa hal itu tidak terjadi semena-mena dan tanpa alasan. Selama menjadi tahanan rumahpun, Galileo diperlakukan dengan baik, dan ia tidak pernah mengalami penyiksaan. Selama penyelidikan, ia tinggal di apartemen berkamar lima yang mempunyai pandangan ke kebun Vatikan. Ia wafat pada tahun 1642 karena sakit, setelah sebelumnya mengalami kebutaan selama lima tahun.
Dari fakta ini saya tidak melihat adanya sikap Gereja yang menurut Anda “bermuka dua”. Gereja Katolik konsisten dalam mendukung ilmu pengetahuan, yaitu jika memang ada buktinya, silakan disampaikan, maka Gereja akan memperhitungkannya. Masalahnya, bukti yang diberikan Galileo tidak cukup, tidak memenuhi standar sains, tetapi sudah demikian yakin pandangannya pasti benar, sampai meminta Gereja mengubah interpretasi ayat-ayat tertentu dalam Kitab Suci. Jika Gereja menerima begitu saja suatu teori tanpa bukti yang kuat sebagai kebenaran, malah sesungguhnya Gereja yang tidak setia terhadap prinsip ilmu pengetahuan. Jadi adalah wajar permintaan Gereja saat itu kepada Galileo, untuk memberikan buktinya. Seandainya saja waktu itu Galileo berhasil memberikan bukti pergeseran paralax bintang-bintang sebagaimana yang ditemukan oleh Friedrich Wilhelm Bessel di tahun 1838, tentu ceritanya akan lain. Gereja Katolik akan menerima teori Galileo, sebagaimana dikatakan oleh Kardinal Bellarminus, “… jika ada pembuktian yang benar bahwa matahari berada di pusat jagad raya, dan bumi di lingkaran ke tiga, dan bahwa matahari tidak berputar mengelilingi bumi tetapi bumi mengitari matahari, maka adalah penting untuk menggunakan pertimbangan yang hati- hati dalam menjelaskan Kitab Suci yang kelihatannya sebaliknya…” (Surat Kardinal Belarminus kepada Foscarini).
Namun fakta bahwa bukti itu tidak ada/ tidak dapat diberikan oleh Galileo, maka wajarlah jika saat itu Gereja tidak menyetujui pandangan Galileo. Hanya jika kita melihat fakta ini dengan ‘kacamata’ di zaman Galileo (bukan dengan kacamata zaman sekarang di mana modern science memang sudah dengan gamblang menyediakan buktinya), kita dapat memahami perkataan Cardinal Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) yang mengutip Paul Feyerabend, seorang filsuf dari Austria yang menyatakan, “Pada zaman Galileo, Gereja lebih setia terhadap akal budi dibandingkan dengan Galileo sendiri.”
Demikianlah yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan pernyataan Anda. Semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam, Umat
Syukur pada Allah karena Ia mendorong anda untuk mencari informasi dan sumber untuk menguatkan iman anda pada Kristus dan GerejaNya. Saya berdoa semoga Allah membukakan jalan menuju jawaban yang anda butuhkan.
Jika boleh, ijinkan saya berbagi sedikit pengalaman dan sharing. Institusi Gereja, terus terang, adalah salah satu penghalang ketika saya dulu dalam masa pencarian apakah Yesus memanggil saya menuju Gereja Katolik. Dulu bagi saya, institusi kuno ini penuh dengan segala intrik, penipuan, keangkuhan, dan konspirasi besar. Namun, sama seperti melihat ketika melihat Tembok Besar Cina, saya ternyata hanya terfokus pada retakan kecil di beberapa titik. Saya belum paham bahwa konsep “Gereja Katolik” dalam benak saya dulu ternyata bukan Gereja Katolik yang seutuhnya.
Memang ada beberapa kesalahan yang secara objektif dilakukan beberapa oknum Gereja bahkan hingga hari ini, mulai dari Paus hingga awam. Sedangkan, beberapa kesalahan yang lain ternyata hanya legenda yang dibumbui perspektif personal sehingga memojokkan Gereja. Salah satunya kasus Galileo Galilei. Dokumen surat Kardinal Bellarnimus, Biografi oleh Von Gebler, surat dari Luther dan Melanchton, dan bukti sejarah lainnya dapat dibaca bila kita ingin menggali hingga tahap ekstrim.
Namun,terlepas dari kesalahan-kesalahannya, Gereja memiliki dua dimensi, sama seperti pendirinya, Yesus : dimensi manusiawi dan dimensi Ilahi. Bedanya dari Yesus, dimensi manusiawi Gereja tersusun oleh para pendosa yang dapat salah. Kumpulan ilalang dan gandum, gabungan ikan dan sampah. Dimensi inilah yang paling tampak dan paling mudah disorot, karena manusia lebih mudah menyoroti satu tetes noda tinta pada kertas daripada permukaan kertas lainnya yang masih putih.
Dimensi Ilahi dari Gereja, sebaliknya, berasal dari Kristus dan tidak terpisahkan dari dimensi manusia, walaupun sering tidak terlihat oleh kita. Kegagalan untuk menemukan dimensi Ilahi ini menyebabkan umat Katolik hanya memandang sebagian kecil dari wajah Gereja. Akibatnya, kekecewaan, kesalahpahaman, hilangnya kepercayaan, dan mungkin berujung memisahkan diri dari Gereja muncul pada umat Katolik.
Pada akhirnya, saya mengajak anda bersama menyelami hari ketika Yesus ditolak di kampung halamannya. Saya merasa mungkin Ia ditolak karena mereka terlalu sering melihat keseharian Yesus yang manusiawi di Galilea (bertumbuh, bekerja, makan, dsb), hingga tidak mampu melihat dimensi Ilahi yang Ia miliki. Sama seperti Gereja, mungkin kita terlalu terlarut dalam formalitas dan kebiasaan sehingga kita menjadi rabun terhadap sinar Ilahi Allah dalam Bunda Gereja. Teguhnya Gereja Katolik berdiri sampai hari ini adalah salah satu bukti yang paling kentara. Setelah sekian banyak konflik dan kesalahan, Allah masih terus membuktikan janjiNya untuk menyertai Gereja hingga akhir zaman. Janji ini yang menjamin aku akan tetap aman dalam Gereja yang Ia dirikan sendiri.
Kesalahan dalam Gereja memang selalu mungkin terjadi. Membebat dan memperbaiki luka tersebut adalah bagian dari tanggung jawab kita, bukan lari dari tanggung jawab itu. Pada akhirnya nanti, seturut penampakan pada St. Yohanes, segala kerut, cacat, cela, dan apapun serupa itu akan dihapus dari Gereja, Yerusalem Surgawi, yang disempurnakan di hari Yesus nanti. Semoga Allah membakar kita dengan kasihNya. Amin.
Pacem,
Ioannes
walaupun teman2 kristen mempunyai pembelaan terhadap Gereja dimasa Galileo… tapi apa pembelaan teman2 kristen tentang Bible yg bertentangan dengan sains yg telah terbukti sekarang ini… 1 contoh teori yg di kemukakan oleh Galileo tsb Tentang Bumi itu bulat sedangkan Alkitab mengatakan Bumi lingkaran datar. Yesaya [40:22]dan [Daniel 4:20]
#maaf saya hanya ingin tahu sudut pandang anda, tidak bermaksud mnkukai perasaan… karena saya tau banyak kristen yg baik di Dunia ini.
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Salam, Teman
Tidak masalah dalam mengutarakan pendapat dalam diskusi selama kita berniat untuk berdiskusi dengan lemah lembut dan sopan (1 Pet 3.15). Berikut adalah pemahaman saya mengenai ajaran bagaimana cara membaca dan menafsirkan Kitab Suci. Mohon Katolisitas memperbaiki bila terdapat kekeliruan.
Salah satu sudut pandang yang keliru mengenai Kitab Suci adalah cara penafsiran. Umat Katolik tidak menafsirkan Kitab Suci secara melulu harafiah atau melulu spiritual, melainkan memperhatikan konteks dan budaya zaman tersebut. Apabila penafsiran harafiah terbukti tidak mungkin atau tidak masuk akal, Roh Kudus akan menunjukkan pada Gereja apa yang sebenarnya ingin Allah sampaikan melalui ayat-ayat tertentu itu.
Oleh sebab itu, apa yang dituliskan dalam Kitab Yesaya dan Daniel adalah sesuai dengan pemahaman manusia zaman dahulu yang mengira bumi adalah datar. Namun, itu tidak mengurangi makna bahwa penulis bermaksud mengungkapkan “seluruh dunia” melalu kata “ujung bumi”. Seandainya pada masa itu mereka mengetahui bumi itu bulat, mereka pasti menggunakan istilah yang berbeda.
Selain itu, Gereja juga memiliki Magisterium yang diserahi tugas menjadi penanggung jawab untuk kebenaran iman dan penafsiran Kitab Suci oleh Kristus. Ketika secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa bumi bulat, Gereja akan mengkaji lebih dalam bahwa berarti ada hal lebih dalam yang ingin diungkapkan oleh ayat tersebut. Keterbukaan Gereja dapat dilihat dari surat Kardinal Bellarminus :
“I say that if there were a true demonstration that the sun was in the center of the universe and the earth in the third sphere, and that the sun did not go around the earth but the earth went around the sun, then it would be necessary to use careful consideration in explaining the Scriptures that seemed contrary, and we should rather have to say that we do not understand them than to say that something is false which had been proven.” (Letter of Cardinal Bellarmine to Foscarini.)
Namun, sayangnya Galileo belum mampu membuktikan bahwa bumi mengintari matahari karena keterbatasan teknologi masa itu. Ketika teknologi telah mampu membuktikan kebenaran ilmiah tersebut, Gereja menyesuaikan kebenaran ilmiah tersebut dengan mencari pesan apa yang sebenarnya tersirat dalam ayat-ayat tersebut.
Pada akhirnya, dasar kebenaran Gereja Katolik terletak pada Tradisi Suci para Rasul, Kitab Suci, dan Kuasa Mengajar Gereja. Penafsiran pribadi tidak pernah menjadi pegangan kebenaran, apalagi bila bertentangan dengan ketiga pillar kebenaran tersebut. Dengan demikian, Kitab Suci dibaca bersama Bunda Gereja dalam terang Kristus, bukan dengan pengertian pribadi.
Pacem,
Ioannes
Salam, Teman
Maaf, saya baru menyadari kekeliruan saya. Galileo tidak berusaha membuktikan bahwa bumi bulat, namun bahwa bumi mengitari matahari. Dengan ini, saya juga ingin menyampaikan informasi ini pada Teman, bahwa Galileo mengajukan teori Heliosentris, bukan mengenai datar atau bulatnya bumi.
Pacem,
Ioannes
[Dari Katolisitas: Ya, teori Galileo saat itu bukan mau membuktikan bahwa bumi itu bulat, tetapi teori heliosentris, yaitu bahwa matahari adalah pusat yang tetap sedangkan bumi bergerak mengitarinya. Sayangnya, ia tidak berhasil memberikan bukti-bukti yang memenuhi standar ilmu pada saat itu. Karena itulah Gereja Katolik menganjurkan agar ia menghentikan ajarannya. Kami pernah menanggapi juga hal serupa di jawaban ini, silakan klik]
Terimakasih atas penjelasannya. Penjelasan ini semakin membuat saya mersa yakin bahwa gereja katolik adalah gereja yang beriman dan selalu mengedepankan rasionalitas dalam menghadapi berbagai masalah yang terus menerus merongrong gereja sebagai persekutuan umat Allah. Gereja mengajarkan umatnya bukan untuk beriman dengan emosinal tapi selalu rasional.
Dikutip dari Artikel diatas:
“Adalah baik bahwa Gereja Katolik tidak terburu-buru untuk menyetujui teori Galileo ini, sebab sekarang kita ketahui bahwa teori Galileo ini tidak sepenuhnya benar. Galileo berpegang bahwa matahari tidak hanya pusat tata surya tetapi pusat seluruh jagad raya. Sekarang kita ketahui bahwa matahari bukan pusat dari seluruh jagad raya, dan matahari juga sebenarnya bergerak mengitari galaksi Milky Way. Maka Galileo ‘benar’ dengan menyatakan bahwa bumi bergerak, tetapi ‘salah’ dengan menyatakan matahari tidak bergerak. Sebaliknya para opponent Galileo ‘benar’ dalam mengatakan bahwa matahari bergerak, namun ‘salah’ dengan menyatakan bumi tidak bergerak.”
Komentar:
1.
“Maka Galileo ‘benar’ dengan menyatakan bahwa bumi bergerak, tetapi ‘salah’ dengan menyatakan matahari tidak bergerak.”
— Saya setuju dengan pernyataan: “Maka Galileo ‘benar’ dengan menyatakan bahwa bumi bergerak,”
— Bagaimana dengan yang ini: “tetapi ‘salah’ dengan menyatakan matahari tidak bergerak.”
— Loh, bukannya Galileo ‘benar’ karena mengatakan bahwa matahari TIDAK BERGERAK MENGELILINGI BUMI? Kenapa Anda mengatakan Galileo ‘salah’ dengan mengatakan: “tetapi ‘salah’ dengan menyatakan matahari TIDAK BERGERAK.”
2.
“Sebaliknya para opponent Galileo ‘benar’ dalam mengatakan bahwa matahari bergerak, namun ‘salah’ dengan menyatakan bumi tidak bergerak.”
— Saya setuju dengan pernyataan: “namun ‘salah’ dengan menyatakan bumi tidak bergerak.”
— Bagaimana dengan yang ini: “Sebaliknya para opponent Galileo ‘benar’ dalam mengatakan bahwa matahari bergerak,”
— Loh, bukannya opponent Galileo ‘salah’ karena Galileo mengatakan bahwa matahari TIDAK BERGERAK MENGELILINGI BUMI dan bukan berarti benar-benar tidak bergerak sama sekali? Kenapa Anda mengatakan opponent Galileo ‘benar’ dengan mengatakan: “Sebaliknya para opponent Galileo ‘benar’ dalam mengatakan bahwa matahari BERGERAK,”
Saya menyimpulkan bahwa Anda tidak mau mengakui sepenuhnya bahwa Anda sedang keliru pada saat itu dan menyatakan Galileo seolah-olah dimasing-masing sisi(Anda dan Galileo) dengan ada yang ‘benar’ dan ‘salah’ seperti yang Anda katakan pada Artikel diatas atau kutipan yang saya kutip di kolom komentar ini.
Mohon pejelasannya, karena dapat saja saya yang kurang berpengetahuan atau Anda yang kurang baik menulis untuk membuat sebuah Artikel sehingga menyamarkan makna dengan kata-kata, dan mohon maaf jika kata-kata saya menyinggung.
Mohon pejelasannya, terimakasih.
Shalom MG,
1. Galileo: Matahari tidak bergerak?
Sebagaimana telah dituliskan di atas, Galileo memang benar dalam mengatakan bahwa matahari tidak bergerak mengelilingi bumi. Tetapi dia keliru, dengan mengatakan bahwa matahari sama sekali tidak bergerak. Sebab Galileo meyakini bahwa matahari tidak saja sebagai pusat tata surya, tetapi juga pusat alam semesta, dan sebagai pusat ini, matahari tidak bergerak.
Dewasa ini dengan pembuktian yang ilmiah dari modern science, kita ketahui bahwa matahari-pun bergerak dan mempunyai orbit terhadap pusat galaksi alam semesta.
2. Para penentang Galileo: Matahari yang bergerak?
Maka walaupun para penentang Galileo salah sewaktu mengatakan bahwa bumi tidak bergerak dan sebaliknya matahari yang bergerak; namun mereka ‘benar’ dalam mengatakan bahwa matahari itu secara objektif bergerak (walaupun oleh modern science dibuktikan bahwa gerakan matahari adalah terhadap pusat galaksi alam semesta, dan bukannya terhadap bumi seperti klaim mereka).
Dari kedua pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa pernyataan Galileo maupun para penentang Galileo, mengandung kebenaran, walaupun karena keterbatasan pembuktian ilmu pengetahuan di masa itu, tidak dapat mengungkapkan kebenaran yang lebih lengkap, seperti yang kita ketahui sekarang.
Seandainya dahulu Gereja “terburu-buru” menyetujui teori Galileo, maka malah terjadi bahwa Gereja menerima kebenaran yang sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Maka walaupun memang keadaan tidak ideal dalam kasus Galileo, namun faktanya adalah, kedua belah pihak, yaitu baik Galileo maupun para penentangnya, menemukan kebenaran tentang hal tata surya, namun kebenaran yang lebih lengkap dan jelas, baru dapat diketahui berabad kemudian (abad ke-19 s/d sekarang).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Para pendeta protestan & semua org yg memutarbalikkan fakta ttg Galileo Galilei, segeralah bertobat dgn sungguh2!
Bagi yg ingin mendalami kisah GG, ilmuwan keblinger ini, sebaiknya anda harus memahami posisi Gereja Katolik & negara Italia saat itu. Jika anda menggunakan ukuran2 skrg sehingga anda dgn pragmatis melakukan penilaian/justifikasi, maka anda bukanlah seorg penilai sejarah yg baik.
Singkat kata, terlalu banyak dusta yg dijejali oleh pelopor gereja2 protestan ttg Gereja Katolik & tetap diteruskan oleh para pengikutnya hingga saat: kisah ttg GG, Perang Salib, mitos Abad Kegelapan, sejarah munculnya protestanisme “dgn damai/baik2 saja”, dll, membuat saya semakin yakin bhw gereja2 di luar Gereja Katolik adalah penyimpangan/kesesatan!
[dari katolisitas: Memang dewasa ini beredar banyak buku yang mendiskreditkan Gereja Katolik. Menjadi tugas kita adalah untuk memilah-milah, apa yang memang terjadi dan apa yang sebenarnya hanyalah mitos]
Ikutan komen ya..
Ada DUA sisi yang hendak saya komentari:
1. Mengapa saya sampai hari ini masih & semakin teguh beriman Catholicism, antara lain krn:
– Saya merasa nyaman dan semakin percaya, dari sejarah positif dan sejarah negatif yang begitu kaya dari institusi ini.
– Sejarah positif sudah jelas manfaatnya
– Sejarah negatif bagi saya semakin menguatkan betapa manusia memang harus belajar dari masa lalu & kesalahannya untuk semakin mendekati ke arah yg lebih baik..
– Saya pribadi kalau milih pacar / istri, pasti akan NGERI dan BERTANYA-TANYA kalau calon saya itu BEGITU PERFECT-nya, tidak ada salahnya sama sekali…. wah…. there must be something going on hehe…
– Jadi sejarah negatif itu, bukan saja perlu di-aku-i, tetapi harus dijadikan landasan untuk never-ending improvement of our life.
2. Tidak perlu bersikap DEFENSIF atas suatu fakta di masa lampau:
– Saya amat yakin bahwa TIDAK ADA SATU BERITA SEJARAHpun yang BENAR-BENAR OBJEKTIF, melainkan pasti ada muatan politis & subjektifitas tergantung sikon pada saat itu
– Dalam contoh Galileo ini, mungkin saja & kemungkinan besar, memang terdapat banyak behind the news yang belum diketahui publik.
– Saya sepakat, hal-hal hidden tsb (baik pro & kontra) perlu di publikasikan
– Tetapi, jangan sampai hal itu menggiring pada arah defensif / denial, yang kalau mnrt saya, dampaknya kontraproduktif thd institusi itu sendiri.
– Percayalah, the silent majorities mostly do not give a s**t whether Vatican guillotined or poisoned Galileo or whoever, SIX HUNDRED years ago.
– Yang ribut & noisy, itu kan yang Jualan dengan mengekspose suatu hal yang dianggap lemah & enak dibikin dagangan, sehingga mudah mempengaruhi orang biar pindah..
Cuma gitu aja sih..
Salam,
Shalom Paulus Prana,
Apa yang salah kita akui, seperti yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II. Dan apa yang tidak benar namun dituduhkan kepada kita, maka kita mencoba membuktikan kebalikannya. Namun, kalau dengan bukti-bukti tersebut ternyata orang tidak mempercayai, maka hal tersebut bukan menjadi masalah kita lagi. Anda memberikan analogi bahwa gereja tidak sempurna, sama seperti istri kita tidak sempurna. Namun, jangan lupa bahwa Gereja adalah mempelai wanita dari mempelai pria yang sempurna, yaitu Kristus. Itulah sebabnya, dalam doa Aku Percaya kita mempercayai Gereja yang kudus, di mana kekudusannya mengalir dari kepalanya, yaitu Kristus sendiri. Untuk mengerti tentang hal ini, maka kita harus melihat dualitas gereja: sebagai sarana (means) dan tujuan (end). Sebaga sarana – institusi, manajemen, – maka gereja harus senantiasa memperbaiki diri, namun sebagai tujuan (end), Gereja adalah merupakan persatuan dengan Kristus. Silakan melihat artikel tentang Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda kasih Tuhan bagian 2 ini – silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
semua argumen bantahan hanya bersifat BERMAIN KATA ATAU SILAT LIDAH,
fakta yang tidak bisa dibantah adalah ajaran agama pada waktu itu telah keliru mengenai TEORI BUMI ADALAH PUSAT TATA SURYA. PADAHAL TUHAN TIDAK MUNGKIN PUNYA SIFAT BODOH.
PERADABAN BARAT DIBANGUN DENGAN SISTEM SEKULERISME DAN ATHEISME, SERTA MENEMPATKAN AGAMA PADA TEMPAT YG SESEMPIT MUNGKIN.
Di zaman sebelum renaisence di eropa telah terjadi pula RENAISENCE DI TIMUR TENGAH,AFRIKA UTARA HINGGA KE SPANYOL pd abad ke 7 hingga abad 12 tapi tidak pernah ada satupun ilmuan yang dihukum oleh otoritas keagamaan waktu itu karna agama yang berkembang pada waktu itu MEWAJIBKAN ORANG UNTUK MENCARI ILMU AKHIRAT DAN ILMU DUNIAWI.
NAMPAKNYA ILMUWAN BESAR SEPERTI IBNU SINNA,AL KWARIJMI,IBN AL HAITHAM LEBIH BERUNTUNG DARIPADA GALILEO DAN COPERNICUS KARENA WALAUPUN ILMUWAN DUNIAWI MEREKA TDK DIMUSUHI AGAMA.
Shalom Danie,
1. Geocentrism?
Saya setuju dengan Anda bahwa Tuhan tidak bodoh.
Pandangan bahwa bumi adalah pusat tata surya merupakan pandangan umum masyarakat sampai pada saat Abad Pertengahan, yaitu bahwa bumi tidak bergerak, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci (lih. 1Taw 16:30; Ayb 38:4, 9:6; Mzm 93:1, 96:10, 104:5, 119:90), dan bahwa mataharilah yang bergerak, terbit dan tenggelam (Yos 10:12-14; Ayb 9:7; Pkh 1:5, Mzm 19:5-6; Mal 1:11; Yak 1:11, Mrk 16:2, Mat. 5:45; 13:6; Mrk 1:32; 4:6; 16:2; Luk 4:40; Ef 4:26). Tak mengherankan, bahwa karena ditulis demikian dalam Kitab Suci, lalu orang-orang pada saat itu berpandangan bahwa bumi-lah yang statis, dan matahari, bulan dan planet lainnya yang bergerak mengitari bumi. Dalam hal ini bukannya Allah yang bodoh ataupun salah menuliskan wahyu, tetapi manusia yang gagal menangkap apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh Allah dalam ungkapan ungkapan ‘bumi/ dunia yang tegak dan tidak bergoyang’ ataupun Allah yang ‘meletakkan dasar bumi’ sehingga tak bergoyang selamanya.
Perlu diketahui di sini bahwa penulisan Kitab Suci melibatkan juga gaya bahasa sang penulis/ pengarang kitab; dan hal ini memungkinkan bahwa ia menuliskannya berdasarkan pengamatannya sebagai manusia secara kasat mata (dalam hal ini, tidak dengan teleskop). Ini disebut gaya bahasa fenomenologis. Hal ini tidak bertentangan dengan maksud Kitab Suci ditulis, yang memang bukan sebagai buku ilmu pengetahuan, tetapi sebagai buku ajaran iman dan moral. Apakah yang menjadi pesan iman dan moral bahwa ‘bumi teguh tidak bergerak/ bergoyang?’ Para ahli Kitab Suci mengajarkan bahwa keteguhan bumi yang bahkan dianggap sebagai pusat alam semesta, disebabkan karena keteguhan rencana keselamatan Allah yang dinyatakan di bumi, melalui peristiwa Inkarnasi, di mana Kristus Putera-Nya wafat dan bangkit demi menebus dosa umat manusia. Di bumi-lah kurban Kristus selamanya dirayakan sampai akhir zaman, dari terbitnya matahari sampai terbenamnya (lih. Mal 1:11) di mana Kristus hadir dalam rupa roti dan anggur, di tengah umat pilihan-Nya. Sebab Kristus yang menjelma sebagai manusia di bumi itulah yang memperdamaikan segala ciptaan di sorga dan di bumi di dalam Diri-Nya (lih. Kol 1:20).
2. Peradaban Barat dibangun dengan sistem sekularisme dan atheisme?
Silakan klik di sini untuk membaca asal usul kebudayaan Eropa.
Bahwa kini di Eropa dan negara-negara Barat berkembang paham atheisme, bukan merupakan fakta bahwa budaya Barat identik dengan atheisme. Silakan Anda klik di Wikipedia (jika Anda pandang bahwa di sana disampaikan deskripsi yang netral) tentang Atheisme, dan Anda akan melihat bahwa Atheisme bukan merupakan kebudayaan yang telah berakar lama dalam kebudayaan Eropa. Istilah ‘atheis’ baru dikenal di abad ke-17 dan 18, yang berkaitan dengan paham skeptis bahwa segala sesuatunya harus dapat dibuktikan secara empiris. Karena Tuhan tidak dapat dibuktikan secara empiris (dapat dialami melalui eksperimen) maka para skeptik ini menolak adanya Tuhan. David Hume (1711-1776) adalah seorang filsuf Skotlandia yang berpandangan demikian, yang juga mendapat dukungan Immanuel Kant (1724-1804), yang menolak argumen klasik pembuktian secara metafisik tentang keberadaan Tuhan -sebagaimana diajarkan oleh St. Thomas Aquinas. Prinsip ajaran Hume dan Kant ini memang tidak tiba-tiba muncul. Paham mereka merupakan akibat dari prinsip pemikiran nominalistik-rationalisme oleh William Ockham (1288-1348) yang menganggap bahwa manusia dengan akal budinya tak dapat memahami Allah. Akibat dari paham ini adalah dipisahkannya iman dan akal budi, sebagaimana diyakini juga John Wycliffe, Jan Hus dan Martin Luther.
Pemisahan iman dan akal budi ini kemudian membawa pengaruh terhadap banyak filsuf modern di abad 19-21, yang membuka jalan terhadap berkembangnya paham atheisme. Maka atheisme timbul sebagai akibat terlalu besarnya penekanan kepada pengalaman dan pemikiran bebas manusia, yang menempatkan pemikiran/ pemahaman pribadi sebagai yang terutama di atas segalanya, bahkan sampai pada titik mencoret keberadaan Tuhan. Hal ini adalah tantangan yang besar bagi Gereja di masa ini, yaitu untuk menunjukkan bahwa iman tidak mungkin bertentangan dengan akal budi, dan inilah selalu yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Dengan demikian, tidak benar pandangan yang menganggap bahwa Gereja “menempatkan agama pada tempat yang sesempit mungkin“. Silakan Anda melihat dahulu, apakah dasarnya sampai Anda berpandangan demikian.
3. Renaissance di Timur Tengah abad ke-7 s/d 12 tak pernah menghukum ilmuwan?
Jika maksud Anda renaissance di Timur Tengah adalah suatu gerakan budaya, memang ada, walaupun tentu tidak sama dengan budaya di Eropa. Di Timur Tengah memang muncul tokoh-tokoh ilmuwan, dan jika mereka tidak mendapat perlawanan dari pihak pemimpin agama, adalah karena mereka tidak mengeluarkan teori yang menentang ajaran kitab suci/ agama mereka (dalam hal ini agama Islam). Ibn Sinna (Avicenna) adalah seorang filsuf yang juga dikenal sebagai ahli kedokteran. Di bidang astronomi ia tidak menyatakan apapun sehubungan geocentrism ataupun heliocentrism. Ibn Al-Haytham (Alhazen) adalah seorang ilmuwan ahli fisika, matematika dan astronomi, namun yang diajarkannya adalah geocentrism (bumi statik tidak bergerak, sebagai pusat tata surya). Ibn Musa al-Khwarizmi adalah seorang ahli matematika; sedangkan di bidang astronomi, yang diamatinya adalah justru pergerakan matahari, bulan dan lima planet yang diketahui pada saat itu. Jadi reaksi terhadap ajaran ketiga ilmuwan tersebut memang tidak dapat dibandingkan dengan reaksi terhadap ajaran Galileo/ Copernicus, yang memang mengajarkan suatu teori yang benar-benar baru dan berlainan dengan tanggapan umum pada zaman itu.
Perlu diketahui di sini, bahwa jika Galileo hanya mengajarkan matematika saja, fisika, ilmu kedokteran tentu Gereja tidak akan menentangnya. Juga jika ia sebagai astronom hanya mengamati bulan, bintang dan matahari, tentu Gereja tidak akan melarang atau mempunyai keberatan apapun. Namun, justru karena ia mengeluarkan pernyataan yang sepertinya berlainan dengan apa yang tertulis dalam Kitab Suci dan yang menjadi pandangan umum saat itu, maka Gereja mempertanyakannya, dan meminta pembuktian ilmiah lebih lanjut. Bukti-bukti ilmiah inilah yang tidak dapat diberikan oleh Galileo saat itu, sehingga Gereja memintanya untuk tidak menyebar luaskan hipotesanya. (Sebab bukti ilmah yang memenuhi syarat tentang teori heliosentris itu sebenarnya baru ditemukan di abad 19 oleh Friedrich Wilhelm Bessel, yaitu penemuan stellar parallax yang menunjukkan jalur pergeseran paralel dari bintang-bintang karena pergesaran orbit bumi mengelilingi matahari). Namun Galileo tidak mengindahkan permintaan Gereja dan terus menyebarkan ajarannya, sehingga menimbulkan kebingungan umat, akankah mereka berpegang pada pernyataan Kitab Suci, atau kepada pernyataan Galileo. Karena hal inilah maka Galelio dibawa ke hadapan tim penyelidikan Gereja, namun dalam prosesnya Gereja tidak memusuhi Galileo. Selama proses investigasi dan tahanan rumah, Galileo mendapatkan fasilitas yang sangat baik. Pada tahun 1642, dia meninggal dan 5 tahun sebelum meninggal dia mengalami kebutaan. Paus Urban VIII memberikan berkat khusus buat Galileo, dan jenazahnya dikuburkan di dalam Gereja Santa Croce di Florence.
Silakan jika Anda tertarik akan topik ini, silakan membaca lebih lanjut: Mengapa Galileo dihadapkan kepada tim investigasi Gereja, silakan klik, dan juga di sini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
kenapa yg dibahas Galileo dihukum mati oleh gereja? Bahaslah kok bisa Gereja mengatakan “bumi pusat alam semesta” bukti pembodohan dan bodohnya gereja di jaman, karena itulah muncul sekular di Europa, jadi Gereja dinnyatakan gagal memimpin Europa dikala itu. Yahh…cuman dijaman pimpinan Gereja lah ada namanya “Dark Ages”.
Syukur, agamaku gak mengajarkan pembodohan, dan aku pengikut sebenar Yesus karena aku disunat, tidak makan babi, menyembah Tuhan yang satu, aku gak mengenal trinitas…karena Jesus juga disunat, melarang makan babi, menyembah Tuhan yg Esa, Jesus gak mengenal Trinitas, bahkan Jesus gak pernah menyebut dia beragama Kristen lebih2 Katolik.
[dari katolisitas: Tentang diskusi Galileo, silakan juga melihat link ini – silakan klik; sunat – silakan klik; makan babi – silakan klik; Trinitas – silakan klik; dark ages – silakan klik. Setelah Anda membaca link-link tersebut, silakan memberikan komentar disertai dengan argumentasinya, sehingga terjadi dialog yang membangun.]
kalimaat “…Di sinilah Galileo benar, bahwa Alkitab bukanlah buku science, namun mengajarkan orang untuk mencapai surga…?”
Kalimat ini membuat sy bingung…kalau mmg alkitab diturunkan dari Surga oleh Allah, apakh mngkn Allah membuat kesalahan shg menjadi bertentangan dengan Science ? atau bukti science justru lbh benar dari alkitab ? Nampak jelas bhw alkitab ditulis oleh seseorang sbgmnan yg sering dijelaskan oleh sarjana2 kristen dlm menganalisa bibble yang mana kesimpulan mereka bhw hanya 18% saja yg benar2 asli dari Wahyu Allah…lantas siapa yg menulisnya..? Terlihat mmg bibble ini ditulihs/dikarang oleh oknum2 tertentu yg mmg tdk memiliki kompetensi yg memadai shg dlm bidang science, shg menjadi bertentangan sprti ini.
Jikalau ditulis oleh seseorang, kita mgk perlu bertanya latar belakang penulisnya, apakah ia seseorang tokoh yg jujur dan tdk cacat perilakunya
slama ia hidup ? ataukah ia benar2 dibimbing oleh roh kudus dlm menulis kitabnya ? lalu bagaimana kt membuktikan bhw mmg ia dibimbing oleh roh kudus ?
kalau alkitab ini ditulis oleh seseorang manusia ? bagaimana mngk kt bs katakan sbg kitab suci ? apalgi terdpt byk kesalahan,kontradiksi serta catatan2 yg tdk terbukti kebenarannya?
Terutama menyagkut ttg konsep ketuhanan yg membingungkan tsb…apakh ini juga karangan/teori sesesorang/sekelompok orng saja ? bgmana kt bs menguji kebenaran konsep trinitas ini ?
[dari katolisitas: Kitab Suci memang bukan buku science yang menjelaskan dan memberikan pembuktian secara empiris. Namun, Kitab Suci ditulis agar manusia tahu jalan ke Sorga – dengan kata lain Kitab Suci bukanlah buku untuk menjadikan seseorang sebagai ilmuwan, namun agar seseorang dapat menjadi orang kudus. Silakan juga membaca link ini- silakan klik dan ini – silakan klik]
salam
Galileo prnh dikucilkan Gereja krn mendukung teori Copernicus yg menyatakan matahari sbg pusat tata surya. Pandangan tsb dianggap bertentangan dg keyakinan Gereja bahwa bumi adl pusat semesta alam. Ia dikucilkn/dihukum tahanan rumah smp meninggal. Baru pd thn 1992 Paus Yohanes Paulus II menyatakan scr resmi bahwa keputusan penghukuman itu salah dan dlm pidato 21 Des 2008 Paus Benedictus XVI menyatakan bahwa Gereja Katolik Roma merehabilitasi namanya sbg ilmuwan. Jika Gereja prnh salah, apakah ada kemungkinan ada pandangan maupun keyakinan Gereja yg salah pd saat ini? Ttg kontrasepsi yg kontroversi misalnya ato yg lainnya? Klo bumi bukan pusat semesta alam, apakah mungkin ada bumi lain? Klo sekarang Gereja menganggap hal tsb msh teori, bagaimana jika hal tsb bnr2 terbukti ada bumi lain sprti halnya teori Copernicus yg ternyata benar terbukti, bumi mana yg dimaksud di Alkitab? Bagaimana posisi Gereja dg science? Apakah mendukung, menolak ato netral?
terima kasih
Shalom Maria,
Pertama- tama silakan Anda membaca terlebih dahulu artikel di situs ini yang sudah pernah membahas tentang topik Galileo, silakan klik.
Jika Paus Yohanes Paulus II pernah meminta maaf sehubungan dengan kasus Galileo, ini bukan disebabkan karena Gereja pernah salah mengajar, tetapi bahwa Gereja pernah salah dalam hal perlakuan terhadap Galileo, yang mungkin kurang menampakkan kasih.
Dengan demikian kasus Galileo tidak dapat dijadikan dasar argumen bahwa karena Gereja pernah salah pada masalah Galileo, berarti dapat terjadi Gereja salah mengajar dalam hal- hal lainnya. Sebenarnya yang diminta oleh Gereja pada Galileo saat itu sederhana saja, yaitu agar Galileo dapat membuktikan teorinya secara ilmiah terlebih dahulu, sebelum ia mengatakan bahwa apa yang disampaikan dalam Kitab Suci (tentang bumi, yang saat itu dianggap sebagai pusat tata surya) itu keliru. Bukti-bukti ilmiah inilah yang tidak dapat diberikan oleh Galileo saat itu, sehingga Gereja memintanya untuk tidak menyebar luaskan hipotesanya. (Sebab bukti ilmah yang memenuhi syarat tentang teori heliosentris itu sebenarnya baru ditemukan di abad 19 oleh Friedrich Wilhelm Bessel, yaitu penemuan stellar parallax yang menunjukkan jalur pergeseran paralel dari bintang-bintang karena pergesaran orbit bumi mengelilingi matahari). Namun Galileo tidak mengindahkan permintaan Gereja dan terus menyebarkan ajarannya, sehingga menimbulkan kebingungan umat.
Silakan Anda membaca lebih lanjut tentang topik ini, klik di sini dan untuk topik Mengapa Galileo dihadapkan pada tim investigasi Gereja, klik di sini. Fakta bahwa ilmu pengetahuan membuktikan bahwa bumi bukan pusat tata surya, tidak menjadikan Kitab Suci keliru pada saat menyampaikan ayat-ayat yang seolah menyatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya. Yang harus dipahami adalah, bahwa dalam menginterpretasikan Kitab Suci, kita harus memahami bahwa para pengarang Kitab Suci dapat menggunakan gaya bahasa fenomenologi, yaitu penggambaran sesuatu sebagaimana yang nampak menurut pengamatan manusia (yang mungkin tidak sama dengan apa adanya secara ilmiah). Tentang hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik.- lihat subjudul: Peran gaya bahasa dalam Alkitab.
Jika telah dipahami bahwa sikap Gereja sehubungan dengan kasus Galileo ini tidak secara langsung berkaitan dengan masalah doktrin iman (sejujurnya ini lebih kepada teori ilmiah), maka tidaklah relevan menghubungkan kasus Galileo dengan ajaran- ajaran Gereja, seperti larangan kontrasepsi ataupun aborsi yang jelas-jelas berhubungan dengan doktrin iman dan moral.
Maka posisi Gereja terhadap science, tentu saja mendukung, sepanjang tujuannya adalah untuk melayani kesejahteraan umat manusia seutuhnya. Gereja Katolik yakin bahwa ilmu pengetahuan yang diketahui melalui akal budi manusia tidak akan bertentangan dengan Wahyu Allah yang diketahui melalui iman, karena baik akal budi maupun iman keduanya berasal dari Tuhan dan dapat membawa manusia kepada pemahaman akan Kebenaran. Hanya saja, harus pula dipahami bahwa akal budi ataupun ilmu pengetahuan tidak dapat secara tuntas mengungkapkan tentang Tuhan dan kehendak-Nya; dan oleh karena itu, peran iman menjadi penting dan mengatasi akal budi manusia, terutama pada titik di mana akal budi tidak dapat lagi menjelaskan tentang misteri Allah itu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
PS: Untuk lain kali, jika Anda mempunyai pertanyaan tentang topik tertentu, silakan menggunakan fasilitas pencarian di sisi kanan homepage, dan ketiklah kata kunci topik tersebut, lalu enter. Jika topik tersebut sudah pernah dibahas, mohon membaca terlebih dahulu artikel-artikel yang ada, sehingga tidak diulangi pertanyaan yang sudah pernah ditanyakan dan sudah pernah ditanggapi. Semoga dapat diterima.
Shalom Pak Stef,
Maaf. Saya belum mengerti. Jadi, mengapa Galileo Galilei dihadapkan pada tim investigasi Gereja?
Apakah akibatnya pada perkembangan iman umat abad pertengahan waktu itu, saat Galileo mengatakan bahwa bumi bulat dan mengelilingi matahari?
Lalu, bagaimana Galileo memaksakan teorinya? Maksud saya, pada uraian di atas dikatakan bahwa dia mempublikasikan buku walaupun belum dapat dibuktikan secara prinsip science. Saya kurang mengerti, prinsip science bagaimana yang tidak diikutinya?
Apa pandangan Gereja tentang science? Sejak KV II, kita tidak lagi memusuhi dunia, tetapi bagaimana cara agar kita justru terjebak dalam pandangan relativisme akibat science? Contoh, Stephen Hawking yang mengatakan bahwa tidak ada kehidupan setelah mati.
Terima Kasih
Shalom,
Monica…
Shalom Monica,
1. Mengapa Galileo Galilei dihadapkan pada tim investigasi Gereja?
Hal ini akan lebih dapat dipahami jika kita berusaha memahami keadaan masyarakat pada jaman abad pertengahan sampai pada abad 17, di mana peran Gereja sangat besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sebab para imam/ biarawan terutama kaum Jesuit pada saat itu banyak yang menjadi ahli dalam ilmu pengetahuan, seperti matematika, biologi, kedokteran, metalurgi, dst, termasuk astronomi. Pada saat itu sikap para ilmuwan adalah mengembangkan ataupun menyelaraskan apa yang mereka pelajari dengan apa yang mereka ketahui sebagai Wahyu Ilahi yang dinyatakan dalam Kitab Suci.
Berikut ini saya menyarikan informasi yang netral dari Wikipedia, dan juga dari sumber- sumber lainnya:
Dalam hal astronomi khususnya prinsip heliosentris (matahari sebagai pusat jagad raya) yang diajarkan oleh Galileo Galilei, hal ini menjadi sangat menarik, karena seolah- olah, hal ini berlainan dengan apa yang tertulis dalam Kitab Suci, yang menyatakan sepertinya bumi-lah yang menjadi pusatnya (geosentris), seperti tertulis dalam Mzm 93:1, 96:10 dan 1 Taw 16:30 yang mengatakan, “Sungguh tegak dunia (bumi), tidak bergoyang” (lihat juga ayat Mzm 104:5, Pkh 1:5). Galileo berargumen, bahwa sesungguhnya ayat- ayat ini harus dianggap sebagai puisi, dan tidak harus diinterpretasikan secara literal. Nah untuk inilah pihak Gereja membutuhkan pembuktian dari Galileo, sebelum dapat menyetujui interpretasi ayat- ayat tersebut, karena pada umumnya, cara interpretasi Kitab Suci yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah, pertama- tama harus diterima arti literalnya terlebih dahulu; baru kemudian arti spiritualnya; kecuali jika pengartian secara literal itu sama sekali tidak mungkin/ tidak masuk akal.
Pada tahun 1616, Galileo menyampaikan bukti teori heliosentris kepada Kardinal Orsini, yaitu adanya pasang air laut, yang menurut Galileo disebabkan oleh perputaran bumi pada porosnya dan perputaran bumi terhadap matahari. Memang teori ini memberikan dasar pemikiran akan pentingnya bentuk dasar lautan dalam hal ukuran dan waktu terjadinya pasang. Namun sebagai alasan terjadinya pasang, teorinya ini keliru. Sebab jika teori ini benar, maka akan hanya terjadi satu kali saja pasang yang tinggi setiap harinya, padahal kenyataannya di Venesia, contohnya, terdapat dua kali pasang, dengan jeda sekitar 12 jam. Terhadap pernyataan Galileo ini ilmuwan Albert Einstein mengatakan, bahwa Galileo mengembangkan “argumen yang mengagumkan” ini tanpa dikritisi, karena keinginannya menemukan bukti fisik tentang pergerakan bumi.
Pada tahun yang sama, Galileo bertemu dengan Kardinal Bellarminus, dan ia menyampaikan teori heliosentris tersebut. Awalnya Kardinal Bellarminus tidak menolak hipotesa tersebut, namun setelah beliau mengetahui bahwa bukti- bukti yang disampaikan Galileo tidak memadai, maka ia kemudian mengeluarkan dekrit yang melarang publikasi teori tersebut. [Larangan ini sesungguhnya masuk akal, karena sebetulnya, bukti yang memadai yang bisa membuktikan teori heliosentris adalah, jika dapat dihasilkan suatu pemetaan jalur pergeseran paralel dari bintang-bintang karena pergesaran orbit bumi mengelilingi matahari. Namun hal tersebut tidak dapat diamati dengan teknologi pada saat itu, sebab konfirmasi stellar parallax yang dapat mengamati jalur pergeseran tersebut baru ditemukan oleh Friedrich Wilhelm Bessel ditahun 1838].
Galileopun untuk sementara waktu tunduk pada larangan ini, sampai pada tahun 1623 saat Kardinal Maffeo Barberini, seorang pengagumnya, menjadi Paus, dengan nama Paus Urban VIII. Pada tahun ini, Galileo diijinkan oleh Paus untuk melanjutkan penelitian atas hipotesanya, asalkan 1) memberi argumen- argumen tentang hal- hal yang mendukung dan menentang teori heliosentrism, 2) agar pandangannya tentang hal ini dimasukkan dalam buku tersebut. Galileo hanya memenuhi permintaan yang kedua dalam bukunya yang diberi judul Dialogue Concerning the Two Chief World Systems. Namun, sengaja atau tidak, Galileo memasukkan pandangan Paus itu dalam tokoh Simplicio, sebagai pendukung teori geosentris-nya Aristoteles, yang dibuatnya menjadi tokoh yang bodoh/ pandir. Maka Galileo bukannya menampilkan hal pro dan kontra secara netral, tetapi cenderung untuk membela pandangannya yang pro terhadap heliosentris ini- walaupun ia belum dapat memberikan bukti yang meyakinkan secara ilmiah untuk mendukung teorinya. Oleh karena itu, Galileo kehilangan dukungan dari Paus yang merasa dilecehkan olehnya, dan juga oleh para astronom Jesuit. Akhirnya Galileo dikenakan tahanan rumah sampai ia diadili oleh Pengadilan Inkuisisi tahun 1633, atas tuduhan mengajarkan teori yang bertentangan Kitab Suci, yaitu bahwa matahari tidak bergerak sebagai pusat jagad raya. Namun atas kebaikan Uskup Agung Siena, akhirnya Galileo diperbolehkan pulang ke villanya di dekat Florence tahun 1634 sampai wafatnya di tahun 1642, setelah menderita demam dan serangan jantung, di usia yang ke 77.
2. Apakah akibatnya pada perkembangan iman umat saat Galileo mengatakan teorinya?
Seperti telah diuraikan di point 1, teori heliosentris yang diajarkan oleh Galileo berhubungan dengan cara menginterpretasikan Kitab Suci. Magisterium Gereja Katolik berpegang kepada Tradisi Suci mengajarkan bahwa Kitab Suci pertama- tama harus diartikan secara literal, dan baru kemudian secara spiritual. Dengan kata lain, hanya jika suatu ayat tidak mungkin diartikan secara literal, baru dapat dinyatakan bahwa ayat itu hanya untuk diinterpretasikan secara spiritual. Untuk mengubah interpretasi menjadi arti spiritual saja pada ayat- ayat tersebut (Mzm 93:1, 96:10 dan 1 Taw 16:30), nampaknya masih merupakan perdebatan saat itu, karena pihak Gereja menghendaki buktinya terlebih dahulu. Penjelasan ini diperlukan, sebab jika tidak orang dapat menyangka bahwa apa yang ditulis dalam Kitab Suci adalah salah, padahal sebenarnya yang salah adalah interpretasinya. Tetapi untuk sampai pada kesimpulan ini, Gereja membutuhkan kepastian terlebih dahulu, bahwa ayat itu memang tidak dapat diartikan secara literal.
3. Prinsip science apa yang belum dapat dibuktikan oleh Galileo?
Ini sekilas sudah dijawab di point 1, dan secara lebih mendetail sudah pernah dijawab di sini, silakan klik.
4. Pandangan Gereja tentang Science?
Gereja tidak memusuhi science/ ilmu pengetahuan. Beato Paus Yohanes Paulus II pernah menyimpulkannya dalam pendahuluan surat ensikliknya yang berjudul Fides et Ratio: “Iman dan akal budi adalah seperti dua sayap yang dengannya roh manusia akan naik merenungkan kebenaran; dan Tuhan telah menempatkan di dalam hati manusia keinginan untuk mengetahui kebenaran – dengan perkataan lain, untuk mengetahui dirinya sendiri- sehingga, dengan mengetahui dan mengasihi Tuhan, para laki-laki dan perempuan dapat juga sampai kepada kepenuhan kebenaran tentang diri mereka sendiri (lih. Kej 33:18; Mz 27:8-9; 63:2-3; Yoh 14:8; 1 Yoh 3:2).
Dengan kata lain kerjasama antara akal budi dan iman ini penting untuk mencapai pemahaman akan Kebenaran, sebab jika hanya salah satu saja yang dipegang, maka hasilnya menjadi tidak relevan: menekankan iman saja, tanpa memperhatikan korelasinya dengan akal budi, mengakibatkan fanatisme yang ekstrim, yang memerosotkan moral, karena sampai dapat membunuh orang lain yang berbeda pandangan; dan sebaliknya orang yang menekankan akal budi saja, dapat terjebak pandangan rationalisme dan relativisme, dan ini juga akan memerosotkan moral manusia di sisi yang lain, karena yang menjadi tolok ukur adalah diri sendiri dan apa yang bisa diterima oleh akalnya sendiri saja; tanpa mengindahkan tentang kebenaran obyektif yang sudah diwahyukan Allah.
Nampaknya ini yang terjadi pada Stephen Hawking. Ia adalah seorang ilmuwan, yang hanya mau berpegang kepada pembuktian empiris sehingga ia sampai pada kesimpulan yang keliru, yaitu bahwa tidak ada Tuhan, dan segala sesuatu di jagad raya itu tercipta dengan sendirinya. Sesungguhnya prinsip ini sendiri bertentangan dengan self-evident principle (prinsip yang sudah pasti benar/ tidak perlu dibuktikan), bahwa ‘seseorang tidak dapat memberi jika ia sendiri tidak memilikinya terlebih dahulu’, atau bahwa ‘sesuatu hanya dapat diciptakan oleh sesuatu yang lebih tinggi tingkatannya’. Sebab apapun yang diciptakan manusia, tidak pernah lebih tinggi martabatnya daripada manusia; dan karena itu, pasti ada “Sang Pencipta” yang lebih tinggi tingkatannya dari manusia, yang dapat menciptakan manusia; dan “Sang Pencipta” ini bukannya ‘ketiadaan’ (nothingness) yang tingkatannya lebih rendah dari manusia, dan juga lebih rendah dari hewan maupun tumbuhan. Pengingkaran tentang prinsip ini sendiri menjadikan teori Hawking menjadi tidak cocok dengan akal sehat, justru karena berlawanan dengan prinsip akal sehat, dan bukan berlawanan dengan dogma atau iman.
Selanjutnya, silakan membaca di artikel- artikel ini, Bagaimana Membuktikan bahwa Tuhan itu Ada?, silakan klik; dan juga Bagaimana hubungan Teori Evolusi dengan Iman, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
syalom,
sy mau tanya, dari website yg saya baca katanya Gereja pernah dikecam karena memerintahkan pemenggalan Kepala Galileo Galilei.. apa itu benar..??
saya baca mengenai hal itu di sebuah situs, berikut alamat situsnya : http://www.mirifica.net/artDetail.php?aid=2879
mohon penjelasannya, karena sepertinya itu adalah situs resmi Gereja Katolik Indonesia..
Trima Kasih
Shalom Lian,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang Galileo Galilee. Saya telah mencoba menjawabnya di artikel di atas – silakan klik. Kalau ada orang yang mengatakan bahwa Gereja Katolik memerintahkan untuk memenggal kepala Galileo Galilee, silakan memberikan referensi dan bukti sejarah. Kalau dalam artikel tersebut dikatakan “Takhta Suci juga pernah dikecam habis karena memerintahkan pemenggalan kepala Galileo Galilei, yang mempunyai pikiran bahwa Bumi bulat dan bukan datar dengan jurang di tepinya. ” adalah sungguh tidak tepat dalam dua hal. Pertama, karena Gereja tidak pernah memerintahkan untuk memenggal kepala Galileo Galilee dan kedua, permasalahan dengan Galileo adalah bukan masalah dunia bulat atau datar, namun masalah heliosentrik atau geosentrik. Semoga penjelasan singkat ini dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Sejahtera,
saya percaya agama ajaran yg dibawakan oleh Yesus adl ajaran penuh kasih dan perdamaian. namun sebagai manusia, baik paus maupun uskup bisa melakukan dosa-dosa, seperti yang dilakukan oleh para pendahulu kita di abad pertengahan.
Terkadang dosa-dosa tersebut muncul karena mereka kurang memahami Alkitab, terkadang muncul akibat kemiskinan, keserakahan, kedengkian, dll. Saya acapkali mendengar kritikan dan kecaman dari non-katolik yg menganggap Gereja Katolik pd zaman Kaisar Constance melakukan fitnah dan penyiksaan terhadap orang2x non-katolik dari desa yg disebut kaum Pagan.
kala itu kaum Pagan memang cerdas dan mengerti banyak hal yg tdk dimengerti oleh Gereja dan hal itulah yg membuat para uskup berpikir kalau mereka adl tukang sihir dan akhirnya memelintir simbol2x mereka sebagai simbol2x kejahatan. Ternyata mereka sudah lupa bahwa ajaran Yesus yg penuh kasih itu tdk pernah membenarkan fitnah terhadap orang meskipun berbeda keyakinan.
Kini para penganut katolik telah mengerti tentang kesalahan2x pendahulu mereka yg disebabkan oleh hal2x yg saya barusan katakan. kurangnya pemahaman akan pengetahuan maupun alkitab dapat menyebabkan kita menyimpang dari ajaranNYa, spt yg dilakukan Gereja Katolik terhadap Galileo dan kaum Pagan.
saya tdk pernah mengingkari bahwa Yesus mengajarkan kasih sayang kepd umat namun saya ingin kebenaran terungkap seperti kasus Galileo maupun pemelintiran ajaran Paganisme. dengan begitu umat katolik akan dipandang sbg umat yg bertanggung-jawab dan toleran antar sesama.
~Anna
Shalom Anna,
Terima kasih atas komentarnya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Anda mengatakan “saya percaya agama ajaran yg dibawakan oleh Yesus adl ajaran penuh kasih dan perdamaian. namun sebagai manusia, baik paus maupun uskup bisa melakukan dosa-dosa, seperti yang dilakukan oleh para pendahulu kita di abad pertengahan.” Memang ajaran Yesus adalah ajaran cinta kasih. Namun, Yesus juga menuntut agar umat-Nya mengikuti-Nya secara total, yang berarti kita harus menjalankan semua perintah-perintah-Nya sebagai tanda bahwa kita mengasihi Kristus (lih. 1 Yoh 5:2). Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa Paus dan para uskup tidak dapat berbuat salah. Pada waktu seorang Paus bertindak ex-catedra (lihat keterangan ini – silakan klik dan juga ini – klik ini), maka umat Katolik percaya bahwa dogma yang dikeluarkan tidak dapat salah. Dan hal ini bukan karena kehebatan dari Paus tersebut, namun karena janji Kristus sendiri yang akan melindungi Gereja-Nya sampai akhir zaman (lih. Mt 16:16-19). Ada beberapa Paus dan uskup pada periode tertentu tidak memberikan contoh yang baik. Namun, silakan memberikan dogma yang dikeluarkan oleh Paus-paus yang anda pandang tidak baik. Dogma apakah yang dikeluarkan oleh Paus-paus tersebut? Anda mungkin mendapatkan informasi bahwa abad pertengahan adalah abad kegelapan. Namun, cobalah melihat dari sisi perkembangan teknologi, kesenian, akademik, dll. yang terjadi pada abad pertengahan. Cobalah melihat bagaimana ordo Benediktus membentuk Eropa, lihat juga perkembangan universitas pada waktu itu.
2. Anda mengatakan “Terkadang dosa-dosa tersebut muncul karena mereka kurang memahami Alkitab, terkadang muncul akibat kemiskinan, keserakahan, kedengkian, dll. Saya acapkali mendengar kritikan dan kecaman dari non-katolik yg menganggap Gereja Katolik pd zaman Kaisar Constance melakukan fitnah dan penyiksaan terhadap orang2x non-katolik dari desa yg disebut kaum Pagan.” Saya tidak tahu persis apa yang ingin anda sampaikan pada point ini. Namun, kalau anda ingin berdiskusi tentang inquisition, silakan membaca diskusi ini – silakan klik.
3. Anda mengatakan “kala itu kaum Pagan memang cerdas dan mengerti banyak hal yg tdk dimengerti oleh Gereja dan hal itulah yg membuat para uskup berpikir kalau mereka adl tukang sihir dan akhirnya memelintir simbol2x mereka sebagai simbol2x kejahatan. Ternyata mereka sudah lupa bahwa ajaran Yesus yg penuh kasih itu tdk pernah membenarkan fitnah terhadap orang meskipun berbeda keyakinan.” Dapatkah anda memberikan referensi bahwa kaum pagan lebih cerdas dan mengerti hal-hal yang tidak dimengerti oleh Gereja, sehingga menimbulkan pemikiran bahwa mereka telah melakukan sihir dan pemelintiran simbol-simbol? Dapatkah anda memberikan bukti bahwa Gereja telah memberikan fitnah kepada mereka?
4. Anda mengatakan “Kini para penganut katolik telah mengerti tentang kesalahan2x pendahulu mereka yg disebabkan oleh hal2x yg saya barusan katakan. kurangnya pemahaman akan pengetahuan maupun alkitab dapat menyebabkan kita menyimpang dari ajaranNYa, spt yg dilakukan Gereja Katolik terhadap Galileo dan kaum Pagan.“
a) Mari sekarang kita melihat bagaimana sikap Gereja Katolik. Paus Yohanes Paulus II, telah meminta maaf kepada dunia akan sikap dari sebagian putera dan puteri Gereja Katolik dalam sejarah Gereja Katolik yang menyebabkan penderitaan. Saya menganjurkan agar anda dapat membaca buku “Luigi Accattoli, and Jordan Aumann, When a Pope Asks Forgiveness, 1st ed. (Alba House, 1998)”, dimana Luigi mencatat ada sekitar 94 kali, Paus Yohanes Paulus II meminta maaf dalam berbagai kesempatan, dan yang memuncak pada tanggal 12 Maret 2000, Minggu Pertama Prapaskah. Keterangan lengkap dapat dibaca disini ( silakan klik) dan juga di sini (silakan klik).
b) Ini adalah suatu sikap, dimana walaupun Gereja Katolik adalah kudus, karena Kristus adalah Kepala-Nya, namun terdiri dari para pendosa, sehingga Gereja harus senantiasa memeriksa batin dan mengadakan pertobatan yang terus menerus.
c) Permintaan maaf dan memaafkan adalah suatu tindakan kasih yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Cobalah melihat dari sisi yang lain, apakah ada tindakan serupa yang dilakukan oleh agama lain?
Untuk mengerti kasus Galileo Galilee, silakan membaca keterangan yang telah saya paparkan di atas – silakan klik. Silakan memberikan argumentasi kesalahan Gereja Katolik pada waktu itu. Mungkin ada baiknya anda juga membandingkan beberapa pendapat dari Martin Luther dan John Calvin tentang teori geosentris.
5. Anda mengatakan “saya tdk pernah mengingkari bahwa Yesus mengajarkan kasih sayang kepd umat namun saya ingin kebenaran terungkap seperti kasus Galileo maupun pemelintiran ajaran Paganisme. dengan begitu umat katolik akan dipandang sbg umat yg bertanggung-jawab dan toleran antar sesama.” Silakan anda memberikan bukti-bukti tentang kebenaran kasus Galileo. Saya telah memaparkan kasus Galileo di atas – silakan klik , dan kalau anda tidak setuju dengan pemaparan di atas, silakan untuk memberikan argumentasi, sehingga kita dapat membahasnya secara lebih mendalam. Dapatkah anda memberikan bukti bahwa Gereja Katolik telah memelintir ajaran paganisme? Marilah kita bersama-sama berdiskusi dengan memberikan argumentasi yang didasari fakta-fakta yang jelas, sehingga diskusi dapat berkembang dengan baik. Semoga hal ini dapat diterima dengan baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
aya he ghe he jadi nimbrung lagi begini saudara supaya pembicaran tidak melebar kemana-mana kita pakai frame referensi fokus satu hal dan tuntas1.saya menanyakan kasus galelio pointnya ke pernyataan bumi adalah bulat gereja pernyataanya lempeng,saya pikir itu pernyataan berdasarkan firman ternyata saya sering kan dengan romo paroki dia beri pernyataan bukan tapi berdasarkan oPini masyarakat Dunia pada waktu itu LHO??? (TEMUKAN DIYESAYA42;22. DARI SITU KITA TAHU FIRMAN SUDAH KATAKAN BUMI BULAT kenapa?BELAJAR MENDENGAR KEBENARAN GEREJA LAIN.) GEREJA KOK TIDAK BERPATHOKAN FIRMAN TUHAN TIDAK BERPATHOKAN -BERDASARKAN SUMBER KEBENARAN DARI FIRMAN? piye kuwi?( terus begini saudara logikanya SEDERHANA SAJA kenapa kemudian yang disosialisasikan ke umat tidak lengkap dar kasus diatas jadi bahaya begini saudara,UMAT jadi berkesimpulan pernyataan firman bisa salah dan firman bukan pernyataan yang benar wah GAWAT DONG MALAH BISA menggiring kesimpulan pernyataan gereja katholik yang benar wah wah saudara itu yang ingin saya luruskan dengan mengatakan UMAT BUTUH INFORASI YANG BENAR.dititik point ini ogika sederhananya begini ketika pada waktu itubanyak kesalahan kesalahan sudah diakui dengan mengundang simpatik MUNCULLAH martin luher mencoba mengingatkan karena kesalahan cukup parah pengakuan dosa diperjua lbelikan sudah ter kenal kasus ini yang mem buat saya makin gerah umatnya tetap ber kesimmpulan hebat sebuah kesimpulan yang mem babi buta bahkan tidak pernah salah dan lebih prihatin lagi hanya di gereja khatholik saja roh kudus bekerja di titik point ini martin luher mencoba meluruskan DENGAN PROTES UNTUK KEMBALI BER DASAR KAN FIRMAN TUHAN (APAKAH AJAKAN INI BUKAN DARI ROH KUDUS)kemudian martin luher diancam hukuman kursi listrik lari ke jerman kemudianDIEKSKOMUNIKASIKAN dinyatakan keluar dari gereja khatolik kemudian bertahun kemudian dituduh memecah belah(memecah belah atau memulihkan??? (ini yang saya maksud jangan berat sebelah!!!– .UNTUK KEMULIAAN TUHAN DEMI KESATUAN TUBUH KRISTUS BIAR TUHAN SENDIRI YANG PIMPIN-SAMPAI MARANATHA–AMIN
[Dari Admin Katolisitas: 2 pesan ini dijadikan satu karena masih satu topik dengan tulisan di atas]
sebenarnya yang dipermasalahkan galelio itu apa?apakah bukan masalah bumi adalah bulat ??dan itu berkaitan dengan kebeNaran firman tuhan yang ternyata firman tuhan seslalu terbuk ti benar PUJI TUHAN ALLAH KITA DASHYAT.JADI BUKAN MALAH BERKUTAT PADA PERSOALAN SCIENCE KARENA SAYA FOKUS MASALAH ROHANI DAN KEBENARAN DAN FIRMAN TUHAN SEJAK DIKANONNISASI OLEH BAPA BAPA GEREJA KITA BERSAMA SELAU MEMBUKTIKAN BENAR DAN SEJAK DITULIS OLEH NABI NABI YANG KUDUS . JADI LEBIH VALID KALAU KITA BERPATHOKAN KEPADA FIRAN TUHAN LEWAT TERANG ROH KUDUS. HATI HATI SITUS INI DIBACA BANYAK ORANG JANGAN SAMPAI MEMANDU KEARAH YANG SALAH TANGGUNG JAWABNYA BERAT.ya makasih maju terus dalam tuhan.TUHAN YESUS DASHAT UNTUK KEMULIAAN TUHAN DEMI PERSATUAN DAN KESATUAN TUBUH KRISTUS BIAR TUHAN SENDIRI YANG PIMPIN SAMPAI MARANATHA AMIN.
BAGAIMANA KALAU PENJELASANYA DIPERTEGAS JANGAN DIPLINTIR KEMANA-MANA SOALNYA INI PERSOALAN KEBENARAN DAN DUNIA ROHANI BUKAN POLITIK POIN UTAMA YANG DIPERSOALKAN GALELIO ITU APA? ATAU APA SAJA? SAYA MEMILIH SATU TOPIK SAJA YAITU;PERNYATAAN APAKAH BUMI ITU BULAT ATAU DATAR?? FOKUS PADA ITU SAJA JANGAN DISIMPANG SIURKAN DENGAN YANG LAIN DAN INI BER KAITAN DENGAN KEBENARAN FIRMAN TIHAN YANG SUDAH MENYATAKAN BUMI ADALAH BULAT LIHAT YESAYA42;22 KENAPA GEREJA TIDAK BERPATHOK PADA FIRMAN TUHAN YANG TERBUKTI SELALU BENAR( INI YANG PERNAH DIINGATKAN MARTIN LUTHER TAPI MALAH DIPOLITISISASI SEBAGAI PEMECAH BELAH. PERTANYANYA PEMECAH BELAH ATAU DIEKSKOMUNIKASIKAN?.jangan menutupi sejarah) DAN GAWATNYA MALAH NENGAKU DIJAGAI TUHAN SENDIRI YANG JAGAI GEREJA. GIMANA ITU? WONG TIDAK TAAT FIRMAN. DEMI KEMULIAAN TUHAN YESUS DAN KESATUAN TUBUH KRISTUS BIAR TUHAN SENDIRI YANG PIMPIN SAMPAI MARANATHA
Shalom Johannes Yus,
Pertama- tama kami mohon untuk lain kali jangan menulis dengan huruf besar semua, karena di dalam bahasa internet, itu artinya berteriak. Kami percaya, anda berniat berdiskusi, dan sebagai sesama umat beriman, selayaknya kita tidak berteriak satu sama lain.
1. Mengenai kasus Galileo. Sebenarnya anda keliru jika mengatakan bahwa kasus Galileo adalah mempermasalahkan bahwa bumi itu rata atau bulat, dengan mengatakan Galileo mengatakan bumi itu bulat, sedangkan Gereja Katolik mengatakan bumi itu rata. Silakan anda klik di situs-situs yang netral seperti Wikipedia, anda akan mengetahui, bahwa masalahnya bukan itu. Jadi bukannya kami di Katolisitas mau menjadikan hal ini ‘simpang siur’ atau menyembunyikan informasi, seperti anggapan anda. Karena soal bumi itu bulat sebenarnya sudah diketahui oleh banyak orang sejak lama, bahkan ilmu astronomi kuno sudah mengetahuinya, yang mungkin juga dipengaruhi oleh filsuf Yunani Pythagoras 570 BC, dan Aristoteles 427-247 BC yang mengajarkan bahwa: "Every portion of the earth tends toward the center until by compression and convergence they form a sphere. (De caelo, 297a9-21)."
Orang cukup mendaki gunung yang tinggi dan melihat busur cakrawala, dan mengetahui bahwa bumi itu seperti busur/ bulat. Dengan ditemukannya benua Amerika oleh Christopher Colombus (1492), maka juga sudah dibuktikan bahwa bumi itu bulat di abad ke 15, sekitar seabad sebelum kasus Galileo. Maka Gereja Katolik, yang tidak pernah menentang ilmu pengetahuan, juga tidak mengajarkan bahwa bumi itu rata. Walaupun memang jika kita membaca di Alkitab, terdapat ayat-ayat yang seolah- oleh mengatakan bahwa bumi itu rata, contohnya Yes 11:12 dan Why 7:1 yang menyebutkan ke empat sudut bumi, atau Ayb 38:13, Yer 16:19, Dan 4:11 yang menyebutkan ‘ujung bumi’. Namun Gereja Katolik tidak pernah mengeluarkan dokumen pengajaran apapun yang mengajarkan bahwa bumi itu rata. Yes 40:22 (bukan Yes 42:22, seperti yang anda tulis) yang menyatakan ‘bulatan bumi’ itu juga diterima oleh Gereja Katolik. Jadi jika ini topik yang ingin anda permasalahkan, maka sebenarnya tidak ada perbedaan antara pandangan anda dan Gereja Katolik.
Namun yang dipermasalahkan oleh Galileo adalah bahwa ia mendukung teori Copernicus, yaitu konsep heliosentris (matahari sebagai pusat yang statis, sedangkan bumi, bulan dan planet-planet yang berputar mengelilingi matahari), dan bukannya geo-sentris (bumi sebagai pusat dan bahwa semua planet, bulan dan matahari-lah yang mengitari bumi) yang pada saat itu (abad ke- 17) memang merupakan pandangan umum masyarakat. Kemungkinan besar, pandangan geo-sentris ini didasari juga oleh beberapa ayat Alkitab yang menyatakan bahwa seolah- olah mataharilah yang bergerak mengitari bumi, sedangkan bumi itu sendiri diam, seperti yang dikisahkan dalam kitab Yosua (lih. Yos 10:12-13), Mazmur (lih. Mz 93:1; 104:1-5), dan Pengkhotbah (Pkh 1:5).
Pada saat teleskop ditemukan sekitar 1608, sehingga Galileo menggunakannya (1610) untuk mengamati tata surya, maka ia melihat adanya 4 satelit/ bulan yang mengitari planet Yupiter, dan ini membuktikan bahwa tidak semua planet bergerak mengitari bumi. Namun penemuan teleskop itu tidak bisa secara meyakinkan menjelaskan secara empiris bahwa semua planet, termasuk bumi bergerak mengitari matahari. Inilah permasalahannya. Sebab ada juga teori lain saat itu- yang dipelopori oleh Tycho de Brahe, yang mengatakan bahwa semua planet bergerak mengitari matahari, dan bersama-sama dengan matahari, semuanya mengitari bumi.
Maka yang pertama-tama menentang Galileo dengan menggunakan Alkitab adalah seorang bernama Lodovico delle Colombe, yang kemudian mendapat dukungan dari imam Dominikan, Tommaso Caccini (1614), walaupun pada saat itu banyak tokoh Gereja Katolik malah sebenarnya mendukung percobaan Galileo, terutama kaum Jesuit. Pandangan Gereja Katolik yang resmi akhirnya disampaikan oleh Kardinal Robertus Bellarminus, yang mengatakan demikian:
"I say that if there were a true demonstration that the sun was in the center of the universe and the earth in the third sphere, and that the sun did not go around the earth but the earth went around the sun, then it would be necessary to use careful consideration in explaining the Scriptures that seemed contrary, and we should rather have to say that we do not understand them than to say that something is false which had been proven." (Letter of Cardinal Bellarmine to Foscarini.)
terjemahannya:
"Saya berkata jika ada pembuktian yang benar bahwa matahari berada di pusat jagad raya, dan bumi di lingkaran ke tiga, dan bahwa matahari tidak berputar mengelilingi bumi tetapi bumi mengitari matahari, maka adalah penting untuk menggunakan pertimbangan yang hati- hati dalam menjelaskan Kitab Suci yang kelihatannya sebaliknya, dan kita seharusnya mengatakan bahwa kita tidak mengetahuinya daripada mengatakan sesuatu yang salah, seperti yang telah dibuktikan." (Surat Kardinal Belarminus kepada Foscarini).
Maka di sini saja sebenarnya kita ketahui bahwa pihak otoritas Gereja Katolik mempunyai pikiran yang terbuka terhadap teori Galileo, seandainya ia dapat membuktikannya. Namun sayangnya Galelio tidak dapat membuktikannya, tapi ia berkeras agar Gereja memperhitungkan cara baru untuk menginterpretasikan Kitab Suci. Sebenarnya, jika Galileo hanya mendiskusikan mengenai pergerakan planet, maka ia dapat terus mengajarkan konsep heliosentris ini sebagai proposal teori dengan aman, tetapi rupanya Galileo berkeras untuk mengatakan hal ini sebagai kebenaran, walaupun ia tidak mempunyai bukti yang mendukung pada saat itu. [Karena bukti yang diperlukan, yaitu jalur pergeseran paralel dari bintang-bintang karena pergesaran orbit bumi mengelilingi matahari, tidak dapat diamati dengan teknologi pada saat itu. Konfirmasi stellar parallax ini baru ditemukan di abad ke 19 oleh Friedrich Wilhelm Bessel].
Karena bukti yang dapat mendukung teori ini tidak cukup memadai, maka Gereja tidak dapat mendukung teorinya. Maka pada tahun 1616, pihak Gereja Katolik mengeluarkan dekrit bahwa teori heliosentris tersebut adalah teori yang salah dan bertentangan dengan Alkitab. Perlu kita ketahui bahwa bukan hanya Gereja Katolik yang menolak teori Copernicus yang dipegang oleh Galileo, tetapi gereja Protestan juga menolaknya. Bahkan Martin Luther termasuk barisan pertama yang menentang teori heliosentris, bersama-sama dengan muridnya Melancthon dan para teolog Protestan lainnya. Mereka mengecam karya Copernicus. Luther memanggil Copernicus sebagai "keledai/ orang bodoh yang mencari perhatian", lengkapnya demikian "an ass who wants to pervert the whole of astronomy and deny what is said in the book of Joshua, only to make a show of ingenuity and attract attention". ((Herbert Butterfield, The Origins of Modern Science (New York: the Free Press, 1957), p. 69)) Atau Melancthon yang menyebut semua pengikut Copernicus (termasuk Galileo) sebagai ‘tidak jujur dan merusak’. ((P. Melancthon, "Initia doctrinae physicae," Corpus Reformatorum, ed. Bretschneider, XIII, p. 216.)) Maka tidak benar bahwa pada saat itu yang menentang Galileo hanya Gereja Katolik, sebab Luther dan para tokoh gereja Protestan juga menentang teori heliosentris yang diyakininya.
Pada tahun 1623 Galileo bertemu dengan Paus Urban VIII yang memperbolehkan ia mempresentasikan argumen (pro dan kontra) tentang teori heliosentrism ini. Galileo membukukannya dalam bukunya Dialogue on the Two World Systems, namun ia menaruh argumen- argumen yang dikatakan oleh Paus untuk diucapkan oleh karakter Simplicio, seorang tokoh dalam buku itu yang digambarkan sebagai orang bodoh. Maka ia bukannya menampilkan hal pro dan kontra secara netral, tetapi cenderung untuk membela pandangannya yang pro terhadap heliosentris ini. Karena inilah maka akhirnya, Galileo kehilangan dukungan dari Paus yang merasa dilecehkan olehnya, dan juga oleh para Jesuit yang juga mempunyai seorang astronom yang juga mengklaim telah menemukan sunspots seperti yang telah ditemukan oleh Galileo. Galileo memang akhirnya dikenakan tahanan tumah sampai ia diadili oleh Pengadilan Inkuisisi tahun 1633, namun tidak benar jika dikatakan bahwa Galileo dibunuh oleh Gereja Katolik. Selanjutnya tentang hal ini, sudah dibahas di sini, silakan klik.
Maka urusan Galileo ini tidak ada hubungannya dengan Infalibilitas Bapa Paus. Sebab karisma Infalibilitas Bapa Paus (Paus yang tidak dapat sesat) ini hanya dapat berlaku dalam 3 syarat: 1) Bapa Paus harus berbicara dalam kapasitasnya sebagai penerus Rasul Petrus; 2) pada saat Bapa Paus mengajarkan secara definitif tentang iman dan moral; 3) Ketika Bapa Paus mendefinisikan doktrin yang harus dipegang oleh semua orang beriman. Dalam kasus Galileo ini, ketiga syarat tidak terpenuhi. Klaim yang dapat dikatakan dalam hal ini adalah bahwa Gereja pada saat itu mengeluarkan disiplin yang non-infallible terhadap seorang scientist yang mengajarkan teori yang belum bisa dibuktikan, dan yang menuntut Gereja mengubah interpretasi Kitab Suci untuk dapat menerima teorinya ini.
Adalah baik bahwa Gereja Katolik tidak terburu-buru untuk menyetujui teori Galileo ini, sebab sekarang kita ketahui bahwa teori Galileo ini tidak sepenuhnya benar. Galileo berpegang bahwa matahari tidak hanya pusat tata surya tetapi pusat seluruh jagad raya. Sekarang kita ketahui bahwa matahari bukan pusat dari seluruh jagad raya, dan matahari juga sebenarnya bergerak mengitari galaksi Milky Way. Maka Galileo ‘benar’ dengan menyatakan bahwa bumi bergerak, tetapi ‘salah’ dengan menyatakan matahari tidak bergerak. Sebaliknya para opponent Galileo ‘benar’ dalam mengatakan bahwa matahari bergerak, namun ‘salah’ dengan menyatakan bumi tidak bergerak.
Terlepas dari bermacam kontroversi Galileo ini, kenyataannya, Gereja Katolik juga telah berusaha mengembalikan nama baik Galileo. Paus Yohanes Paulus II pernah membuat permintaan maaf secara formal pada tahun 1992. Sekarang malah direncanakan Vatikan akan meletakkan patung Galileo di kompleks Vatikan, yaitu kebun di dekat apartemen tempat Galileo ditahan ketika menunggu pengadilan tahun 1633. Namun jauh sebelumnya melalui surat ensikliknya Providentissimus Deus (1893), Paus Leo XIII telah mendorong pendekatan/ approach Galileo untuk menyelaraskan antara iman dan ilmu pengetahuan, sebab keduanya sebenarnya tak mungkin bertentangan. Alkitab memang bukan buku science/ ilmu pengetahuan. Jika ada ayat-ayat yang kelihatannya bertentangan dengan science, itu adalah karena penyampaiannya dengan gaya bahasa fenomenologis, dan inilah yang diajarkan oleh Gereja Katolik, seperti yang pernah disampaikan di artikel ini, silakan klik.
2. Mengenai tuduhan bahwa Gereja Katolik menyalahgunakan indulgensi atau surat pengampunan dosa, telah dibahas di sini, silakan klik. Jika anda ingin mengetahui ajaran tentang Indulgensi, silakan klik di sini. Pada dasarnya kita dapat melihat dengan obyektif bahwa sebenarnya Luther tidak menolak pengajaran tentang Indulgensi, karena ia sendiri mengatakan indulgensi adalah sesuatu yang berguna. Demikian pula tentang praktek pengakuan dosa di depan imam, ini juga tidak ditentangnya. Yang ditentang oleh Luther pada saat itu adalah pelaksanaannya, yang melibatkan oknum-oknum yang salah menginterpretasikan ajaran ini, sehingga terkesan ada ‘jual beli’. Padahal kalau anda membaca kembali, juga tentang 95 thesesnya, Luther tidak menolak prinsip Indulgensi ini. Maka untuk kembali kepada Firman Tuhan, tentu itu adalah ajakan yang baik, namun yang patut disayangkan adalah mengapa sampai memisahkan diri dari kesatuan Gereja. Karena sesungguhnya kita dapat mengetahui bahwa banyak tokoh-tokoh Gereja yang memperbaiki dan membangun Gereja dari dalam, tanpa memisahkan diri. Pemulihan yang seharusnya terjadi sebenarnya adalah jika Gereja itu bersatu dan tetap bersatu, dan bukannya terpecah-pecah seperti sekarang, yang mengajarkan ajaran yang berbeda-beda.
Kalau Martin Luther itu di ekskomunikasi- kan oleh Gereja Katolik itu adalah hak Gereja Katolik, karena memang Luther sudah diperingatkan, namun tidak menaati. Makna eks-komunikasi itu sebenarnya adalah memperingatkan, dan agar yang bersangkutan dapat merenungkan perbuatannya, dan semoga dapat kembali ke dalam kesatuan Gereja (Selanjutnya tentang makna eks-komunikasi, klik di sini). Namun sayangnya bukan ini yang dipilih oleh Luther. Nah bahwa kemudian sehabis Luther memisahkan diri, lalu para pengikutnya dan kemudian juga ada tokoh- tokoh Protestan lain yang kemudian juga memisahkan diri dari Luther, itu adalah suatu realita. Maka sampai ada 28.000 denominasi yang ada sekarang ini, semua mengklaim atas inspirasi Roh Kudus. Maka kami di sini tidak ingin menuduh siapa-siapa, hanya saja ingin menyampaikan fakta.
Anda tidak dapat menuduh bahwa Gereja Katolik tidak taat kepada Firman Tuhan. Silakan anda mempelajari pengajaran Gereja Katolik dan anda akan melihat bahwa semuanya didasari atas Firman Tuhan. Terima kasih bahwa anda mengingatkan kami untuk menyampaikan kebenaran. Memang itulah yang kami usahakan. Selanjutnya kami mohon agar anda juga dapat menyatakan pandangan anda dengan obyektif, tidak menuduh tanpa bukti, dan jika anda menyatakan suatu pandangan, harap disertakan dari mana sumbernya, supaya tidak hanya berdasarkan sebuah asumsi atau anggapan. Seperti dalam hal ini, dari mana anda mendapat keterangan bahwa masalah Galileo adalah masalah bumi itu bulat atau rata; karena sebanarnya masalahnya sama sekali bukan itu. Atau jika ada tuduhan-tuduhan lain atas Gereja Katolik, silakan sebutkan sumbernya untuk dapat kami memeriksa kebenarannya. Meskipun anda telah meninggalkan Gereja Katolik, saya berharap anda tidak berpandangan negatif terhadap Gereja Katolik sedemikian rupa, seperti yang saya tangkap dari komentar- komentar anda. Janganlah anda lupa bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus dan sudah selayaknya jika anda menghormati Kristus, anda menghormati juga Gereja yang didirikan-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid,
Jawaban yang Ibu berikan di “Apakah Galileo Galilei dibunuh Gereja Katolik?” pada November 23, 2009 at 5:52 pm memang terlihat sangat beradab; berisi, logis, berdasar, detil, mencerahkan, terstruktur, bahasa yang santun, dan ditambah bahasa yang mudah dimengerti.
Semakin jelas buat saya bahwa pendapat-pendapat negatif terhadap Gereja Katolik yang selama ini berkumandang, belum tentu berdasar yang benar – malah tidak berdasar sama sekali.
Sangat menarik, Bu Ingrid menulis point ini: “Bahkan Martin Luther termasuk barisan pertama yang menentang teori heliosentris, bersama-sama dengan muridnya Melancthon dan para teolog Protestan lainnya. Mereka mengecam karya Copernicus. Luther memanggil Copernicus sebagai “keledai/ orang bodoh yang mencari perhatian””.
Saya percaya, point ini pasti berdasar. Baguslah kalau begitu…
Rupanya, Martin Luther dianggap laksana dewa saja. Ada pendukung-pendukung setianya yang berpikir: tak masalah kalau Martin Luther menolak teori heliosentris, tetapi kalau Gereja Katolik juga menolak, itu baru masalah.
Diskusi di atas memang sangat berguna untuk dibaca. Saya jadi ngerti; ini pihak yang begini, sedangkan itu pihak yang begitu.
Doaku untuk http://www.katolisitas.org
Lukas Cung
@yohanes Yus:
Tolong pakai bahasa Indonesia yang benar dalam tulisannya….sangat membingungkan untuk dibaca.thanks
@yohannes yus:
1. Kalau pun Martin Luther dikenakan ekskomunikasi oleh para bapa gereja waktu itu saya sangat setuju.Kenapa? Mari kita lihat dari sisi yang lain….Gereja Katolik teguh berpegang pada kesatuan iman yang Kristus kehendaki sendiri………Dari bibit yang dia (luther) tanam yakni sola scriptura,sola fide dan sola gratia kini sudah berbuah lebat yakni 28.000 jenis gereja protestan yang saling terpecah dan dalam kenyataan dasarnya…masing2 gereja berlomba2 mencari jemaat dengan menghalalkan segala cara, termasuk mencuri domba dari gereja lain (mencuri domba dari gereja Katolik sudah bukan rahasia umum lagi), saling menjelekkan, saling menjatuhkan dalam kothbah2, saling mengklaim paling benar , dlll…..sungguh ironi…….Gereja sudah menyadari dan melihat dari awal suatu yang sangat membahayakan kesatuan iman akan terjadi dan keputusan ekskomunikasi itu benar.Lebih baik masuk surga dengan mata buta satu, dari pada masuk surga dengan mata utuh tetapi menyesatkan banyak orang…..kira2 seperti itukan gambaran kothbah Yesus kepada murid2Nya……..
2. Tolong kalau hendak bertanya, dikuasai dahulu pertanyaan dan pernyataannya. jangan sampai kita menembak dengan peluru yang salah, karena akan kelihatan konyol sekali……dan juga, tolong pakai bahasa Indonesia dan gaya bahasa yang baku.
3. Mengenai bumi bulat.
Anda dan saya pada jaman sekarang bisa mengatakan dengan mudah bahwa bumi itu bulat. Tapi coba anda hidup di jaman alkitab, bagaimana kita tahu bumi bulat?Karena tidak ada alat dan tekhnologi secanggih jaman kita sekarang ini…. Jangan mengatakan bahwa ayat alkitab menyatakan bahwa “bulatan bumi”(Yesaya 42:22) langsung berarti bumi bulat seperti bulatan tiga dimensi bulatan bumi yang kita ketahui sekarang, karna ini gaya bahasa dan pengertian bulatan menurut konsep orang Yahudi. Sampai jaman Yesus belum ada yang mengajarkan bumi itu bulat tiga dimensi. Konsep bulatan bumi pada jaman itu harus disesuaikan dengan gambaran orang Yahudi sendiri tentang bumi itu seperti apa….(mungkin Steff dan Inggrid bisa memuat tentang konsep bumi pada jaman Yesus dan ajaran Yahudi) .Yang saya tahu ajaran Yahudi jaman itu mengajarkan bumi seperti lempengan bulat dengan langit berbentuk cembung, kira kira kalau digambarkan dengan alat adalah seperti setengah kubah dan dasarnya adalah bumi dan kubah bulat adalah langit. Itulah gambaran bumi pada jaman alkitab (Yahudi)dan jaman Yesus dan jaman sebelum alat canggih untuk melihat luar angkasa ditemukan.
Gereja tidak pernah menutupi atau membodohi umatnya. cuma beberapa umatnya saja yang salah belajar sejarah dari sumber yang salah. Karna bertanya kepada sumber yang salah maka keputusannya pun salah…
Saya ada pertanyaan PR yang harus dijawab dengan JUJUR oleh sdr. Yohannes Yus:
“Apakah Yesaya 42:22 menurut anda tidak melek dilihat oleh Gereja jaman itu? Apakah ayat itu hilang dari Alkitab? Atau apakah para paus dan uskup waktu itu tidak menguasai kitab Yesaya?Kitab Yesaya adalah kitab yang sangat terkenal karena banyak menubuatkan kedatangan Yesus. Apakah Gereja tidak mengajarkan kitab Yesaya kepada umatnya? SATU HAL YANG SAYA MAU KATAKAN KEPADA ANDA: sebelum anda melek alkitab, Gereja sudah mengerti seluruh isi kitab Yesaya bahkan sudah diterjemahkan maksud dan interpretasi ayat per ayatnya, sebelum alkitab sampai di tangan anda yang berbahasa Indonesia, kitab Yesaya sudah dibaca dan dimengerti oleh jemaat gereja pada waktu itu. Alkitab yang anda baca sekarang adalah juga hasil dari kanon dari Gereja Katolik. Jadi please jangan salah menilai sesuatu secara sepotong-sepotong. Akibatnya sangat fatal. Anda menghakimi Steff mengabarkan sesuatu yang salah untuk dibaca banyak orang(meskipun tidak demikian menurut saya) , saya berkata kepada anda sebaiknya anda juga berbuat demikian dengan pendapat saudara yang tidak jelas dan sepotong2.
marilah kita dengan rendah hati belajar kebenaran itu. Belajar dari sumber yang bisa kita percaya bukan bertanya ke sumber yang salah atau pihak yang mempunyai kepentingan lain……….Kalau mau bertanya tentang isi suatu buku, kalau bukan bertanya ke pemiliknya, tanyalah orang yang memiliki buku itu. Kalau mau bertanya tentang Alkitab dan artinya, tanyalah kepada Gereja Katolik yang mengkanonnya (sebagai pemiliknya) bukan kepada yang menyadurnya………
Saudara Yohanes Yus yang dikasihi oleh Tuhan Yesus
Ibu Inggrid Listiati yang kami kasihi
hari ini saya melihat-lihat arsip katolisitas dan menemukan komentar cukup emosional ini. ada beebrapa hal yang saudara Yohanes harus sadari:
1. Mohon tulis dengan huruf kecil
2. Gereja Katolik itu selalu adil loh. Ada sejarawan agnostik, saya lupa namanya, yang menyatakan bahwa di dunia ini cuma ada dua institusi yang sangat berhati-hati dan dilengkapi auto-critic yaitu Gereja Katolik dan kedokteran.
3. Marthin Luther jelas memecah belah. [Dari Katolisitas: mungkin pada awalnya Luther sendiri tidak bermaksud memecah belah, namun setelah sekian tahun dan abad berlalu, memang fakta menunjukkan keputusnannya memisahkan diri mengakibatkan perpecahan di dalam tubuh Gereja, bahkan di kalangan non- Katolik sendiri] Kalo mau memerbaharui bisa kok dilakukan dalam Gereja Katolik, buktinya Serikat Jesuit, Fransiskan dll. Counter Reformation ternyata salah nama karena Counter Reformation dimulai duluan daripada Reformation, mencakup membaharuan yang lebih menyeluruh, tidak memecah belah tetapi berhasil. tapi ini topik lain, bukan di sini tempatnya, jadi saya tidak ingin meng-elaborasi.
4. Kanon Kitab Suci ditetapkan oleh Gereja Katolik, tidak ditetapkan bersama dengan denominasi Protestan. Buktinya Kanon Protestan berbeda dengan kanon Katolik. tapi ini topik lain.
5. Sekarang topik utama:
a. Perlu saudara ketahui bahwa perdebatan Galileo bukanlah tentang apakah bumi itu bulat atau rata. Bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah siapa yang menjadi pusat alam semesta? Siapa yang bergerak?
b. Pendapat Galileo bukan pendapat baru. Teori Heliosentris adalah temuan “pastor” katolik, Nicolaus Copernicus, yang wafat 20 tahun sebelum Galileo lahir.
c. Sepuluh tahun sebelum Galileo lahir, Johannes Kepler menjelaskan lebih lanjut pandangan Copernicus. karyanya malah dikecam habis-habisan sama teman-teman Protestannya. Karya Kepler malah dilirik oleh Jesuit.
d. Saat Galileo remaja, Paus Gregorius Agung memperkenalkan penanggalan Masehi, yang awalnya ditentang oleh Protestan dan seluruh Eropa tetapi diikuti juga. Ini tanda bahwa Gereja Katolik merangkul ilmu pengetahuan
e. Apa sih heliosentris itu? Heliosentris menyatakan bahwa matahari adalah pusat alam semesta, matahari tidak bergerak, seluruh alam semesta bergerak mengelilingi matahari. teori ini merupakan lawan dari geosentris. Teori geosentris sendiri meski “didukung” oleh Kitab Suci, pertama-tama bukan hasil temuan Gereja Katolik. ini adalah pandangan Aristoteles. Dan pada zaman Galileo, bukan hanya Gereja Katolik yang mendukung geosentris. Semua orang dan semua ilmuan yakin akan geosentris
f. Bila demikian, apa masalah Galileo? Masalah Galileo ada beberapa, yaitu
– Galileo tidak dapat memberikan bukti kuat akan heliosentris.Memang Galileo “menemukan” teleskop, tetapi untk dapat membuktikan heliosentris dengan meyakinkan, butuh hukum Kepler (sudah ada tapi belum diakui saat itu) dan Hukum Newton (belum lahir)
– Galileo tidak daapt membantah argumen Aristoteles yaitu : bila ternyata heliosentris benar, harusnya manusia dapat mendeteksi kesalahan paralaks posisi bintang saat bumi mengelilingi matahari. Karena kesalahan paralaks ini tidak didapatkan, tentulah bumi tetap, bintang dan matahari yang berputar.
– Meski Galileo tidak dapat menyediakan bukti kuat dan tidak dapat membantah argumen aristotels, ia tetap bersikeras bahwa pandangan Copernicus yang benar. Copernicus saja tidak pernah menyatakan pandangannya benar mutlak.
– Lebih lanjut, Galileo mengangkat masalah ini ke teologi dengan menyatakan bahwa Gereja salah menerjemahkan Kitab Suci
– Paus Urban VIII adalah sahabat Galileo, Paus ini telah mengizinkan Galileo menulis ulang mengenai teorinya tetapi Galileo harus menyatakan bahwa itu hanya hipotesis dengan menyediakan fakta yang mendukung dan menolak. yang dilakukan Galileo adalah menerbitkan Dialogue, menyatakan teorinya sebagai kebenaran mutlak meski tidak bisa menyediakan bukti (buktinya adalah pasang surut laut,yang telah dijelaskan oleh bu Inggrid sebagai sesuatu yang salah), bahkan Galileo mengejek (mocking) Paus Urban VIII dalam karakter bukunya, Simplicio
g. Pengadilan Galileo 1633 tidak dihadiri oleh Paus, bukan Konsili Ekumenis dan tidak bisa dijadikan alasan menentang infallibilitas Paus. Ini topik lain. jadi tidak akan dielaborasi
h. Ternyata Galileo salah. Matahari bukanlah pusat alam semesta. Matahari tidak diam. matahari pun bergerak mengelilingi pusat Galaksi Bima Sakti. Coba google “Milky Way+sun” di sana akan terlihat bahwa pusat Milky Way bukanlah matahari. Matahari terletak di lengan Milky way. Matahari mengelilingi pusat Milky way. Milky Way sendiri mengelilingi central of universe.
i. Perlakuan Gereja Katolik cukup baik lo….Galileo diperkenankan memiliki pelayan, ditahanan rumah, tidak disiksa, dan tidak dipenggal (ini igauan dari mana lagii???) Gereja Katolik dengan terbuka mengakui kesalahannya. Mana ada institusi keagamaan seperti ini? Pembunuhan tukang Sihir di New England oleh denominasi Protestan, Thomas Beckett oleh Anglican, 9/11 oleh Islam? mana ada yang gentleman spt Gereja Katolik?
Saran saya:
Mohon saudara Yohannes Yus meneliti dahulu sejarah sebelum berucap karena bila tidak anda menembak kaki sendiri. Heliosentris/geosentri bukanlah mengenai bumi bulat atau tidak. dari imbuhan “-sentris” seharusnya anda sudah dapat menebak bahwa ini berkaitan dengan “central”. Kalau anda terus seperti ini, anda mempermalukan diri sendiri
saya membahas lebih lengkap di http://ipsaconteretcaputtuum.blogspot.com/2012/01/mitos-2-galileo.html (bila Bu Inggrid berkenan menampilkan alamat sitenya)
Terpujilah Tuhan Yesus, sungguh Allah sungguh manusia.Terpujilah BundaNya yang Tak Bercela. Terberkatilah PengantinNya
Tdk pakai shalom ( krn bukan orang yahudi )
Kulo nuwun,
Menyangkut Galileo, yg menjadi pertanyaan saya adalah mengapa Paus Urbanus sampai menjatuhkan tahanan rumah, kan tdk manusiawi, tidakkah cukup di breidel saja karyanya kalau dianggap sesat.
selain itu ada beberapa pertanyaan sehubungan dg “buku rahasia2 Vatikan” karya CYRUS SHAHRAD sbb:
1.Benarkah Paus Yohanes XII (Octavius) dari Tusculum (955-964) berjudi, menyembah dewa pagan dan memasukan pelacur ke istana?
2.Pada th.984 apakah memang ada dua Paus yg bertahta yaitu Bonifasius VII dan Yohanes XV ?
3.Apakah benar Paus Innocentius III (Lotario dei Conti di Segni) dari Anagni (1198-1216) membantai kelompok Kataris dengan dalih penyembah berhala?
4.Apakah benar Paus Urbanus VI (Bartolomeo Prignano) dari Naples (1378-1389) menyiksa dan memenjarakan 6 Kardinal?
5.Apakah benar Paus Alexander VI (Rodrigo Borgia) dari Jativa (Valencia) (1492-1503) berkuasa dengan terror, Roma menjadi karnaval korupsi, pelacur memenuhi sidang kepausan, pembunuhan terjadi hampir setiap hari?
6.Mengapa Paus Clement XIV (Giovanni Vincenzo Antonio-Lorenzo-Ganganelli) dari Rimini (1769-1774) membubarkan ordo Jesuit meskipun SJ ujung tombak kontra reformasi?
7.Apakah benar Paus Gregorius XVI (Bartolomeo Alberto-Mauro-Cappelari) dari Belluno (1831-1846) melarang teknologi kereta api? betapa picik dan fanatiknya beliau!
8.Apakah benar Paus Pius XI (Achille Ratti) dari Desio, Milan, Italia (1922-1939) anti komunis tapi pro NAZI
9.Apakah benar Paus Pius XII (Eugenio Pacelli) dari Roma (1939-1958) membiarkan holokaus di laksanakan di Roma? sungguh tdk mencintai sesamu manusia kalau begitu.
Pertanyaan2 diatas saya ajukan, krn saya tdk yakin semuanya yg ditulis di buku tsb benar, rasanya kok di lebih2kan.
terima kasih,
JJ.Kuswanto.
Shalom J.J.H Kuswanto (tak apa pakai shalom ya, singkatan dari ‘salam damai’. Pinjam istilah Yahudi, karena dulu toh Tuhan Yesus lahir sebagai seorang Yahudi)
Jika kita membaca kisah Galileo, maka kita mengetahui bahwa ia berkeras untuk menyebarkan teori heliosentris tanpa didukung bukti scientifik menurut standar pada saat itu, meskipun sudah diperingatkan oleh Bapa Paus (Urban VIII). Dengan sikapnya ini, maka ia menimbulkan kekacauan dan kebingungan pada masyarakat pada saat itu. Kemungkinan pihak kepausan menilai bahwa pembredelan saja tidak cukup, mengingat walaupun sudah diperingatkan, Galileo masih tetap melanggar kesepakatan. Terlepas bahwa pada akhirnya pandangan Galileo-lah yang benar dan sesuai dengan science, tidak juga mengubah kenyataan bahwa pada waktu itu ia tidak dapat membuktikan teorinya dengan standar science pada saat itu. Seandainya, dia dapat membuktikannya, mungkin ceritanya akan jauh berbeda.
Sekarang tentang beberapa point isi buku Rahasia- rahasia Vatikan karya Cyrus Shahrad, yang anda tanyakan. Gereja Katolik tidak menyembunyikan dan menutup-nutupi bahwa pada masa silam memang terjadi fakta yang menyedihkan bahkan memalukan dilakukan oleh beberapa Bapa Paus. Dalam hal ini kita memang harus dapat membedakan faktor ‘orang’nya dan ‘jabatan’ yang diembannya. Karena, kita dapat melihat secara obyektif, para Paus yang tidak baik tersebut melakukan dosa dalam kapasitasnya sebagai manusia, namun mereka tidak mengeluarkan pengajaran doktrinal tentang iman dan moral yang salah. Kita mengetahui bahwa "Papal infallibility" atau Paus yang tidak dapat sesat tersebut hanya terbatas pada saat 1) ia menjalankan perannya sebagai penerus St. Petrus 2) pada saat mengajarkan doktrin iman dan moral; 3) memberikan doktrin yang berlaku untuk umat Katolik di seluruh dunia. (lihat KGK 891, Lumen Gentium 25). Selanjutnya tentang Paus yang tidak dapat salah/ "Papal Infallibility" ini, silakan klik di sini.
Maka, kenyataan sejarah bahwa pernah ada Paus- paus yang secara pribadi hidupnya ‘menyimpang’ menurut saya pribadi, itu malah semakin membuktikan bahwa kuasa Kristus terhadap Gereja yang didirikan-Nya begitu besar, sehingga Gereja-Nya tidak hancur walaupun sempat dipimpin oleh orang-orang yang tidak baik, bahkan melakukan dosa yang parah. Ini malah memperkuat janji Kristus, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Mat 16:18)
Sekarang mari kita melihat satu persatu point yang anda sampaikan:
1. Paus Yohanes XII (955-964). Silakan anda membaca di sini, silakan klik, dan melihat bahwa Paus ini memang pernah dituduh oleh sinode para uskup (50 uskup Italia dan Jerman) bahwa ia melakukan sakrilegi, simoni, dusta, pembunuhan, percabulan dan incest. Paus Yohanes XII memang menolak mengakui sinode itu, namun kemudian timbullah kekacauan sampai terdapat penunjukan penggantinya yang mengambil nama Leo VIII, pada saat ia sendiri masih menjabat sebagai Paus.
2. Ya, urutannya menurut New Catholic Encyclopedia, The Catholic University of America, maka memang terdapat beberapa periode di mana terdapat dua orang Paus, salah satunya naik dengan tidak sah, disebut "anti-pope"/ Paus tandingan.
Paus: Benediktus VI (19 Jan – 973- Juni 974)
………….anti Paus/ Paus tandingan: Bonifasius VII (Juni 974-Juli 974 lalu Agust 984- Juli 985)
Paus: Benediktus VII (Okt 974- 10 Juli 983)
Paus: Yohanes XIV (Des 983- Agust 20 984)
Paus: Yohanes XV (Agust 985- Mar 996)
Jika kita mempelajari sejarah Gereja, maka kita menjumpai beberapa periode yang seperti ini, dapat terjadi terdapat dua orang atau bahkan lebih paus (‘anti-pope’)yang masing-masing didukung oleh beberapa kardinal yang bertentangan dengan Paus yang sedang menjabat; atau didukung oleh pemerintah negara tertentu.
3. Paus Innocentius III (1198-1216) membantai kelompok Kataris?
Di sini, saya rasa kita perlu melihatnya secara obyektif. Paus Innocentius III dikenal sebagai pembela dan pelindung Iman yang sejati dari ajaran sesat. Kelompok Kataris (yang mengaku sebagai kelompok puritan- yang murni), yang juga terkenal sebagai Albigenses (aliran Kataris dari Albi) memang pada saat itu menyebarkan ajaran yang sesat dengan begitu agresif dan menyebarkannya dengan paksa. Ajaran sesat itu adalah prinsip Dualisme, yang merupakan prinsip pengajaran ajaran sesat Manichaeism yang berakar pada ajaran Gnosticism pada abad pertama. Prinsip Dualisme ini sangat bertentangan dengan ajaran Kristiani. Dualisme percaya akan adanya dua kekuatan, yaitu kekuatan baik dan jahat. Kekuatan baik ini dikatakan sebagai pencipta alam spiritual yang tak kelihatan; sedangkan kekuatan jahat sebagai pencipta dunia material. Dengan demikian, mereka melihat bahwa tubuh/ materi adalah sesuatu yang jahat. Beberapa konsep yang keliru itu misalnya: 1) konsep keselamatan bagi mereka adalah ‘pembebasan dari tubuh’; 2) mereka membenci perkawinan, karena perkawinan memungkinkan terciptanya ‘tubuh’ yang baru 3) mereka mendukung homoseksualitas/ perkawinan sesama jenis; 4) mereka mentolerir/ mendorong tindakan bunuh diri, karena menyebabkan seseorang terlepas dari ‘tubuh’. Di atas semua itu, dengan konsep ‘merendahkan tubuh, mereka tidak menghargai Inkarnasi (Penjelmaan Tuhan Yesus menjadi manusia, dan mengambil ‘tubuh’ manusia). Dan karena Penjelmaan Kristus merupakan salah satu inti Iman Kristiani, maka dapat dimengerti bahwa ajaran Kataris ini sungguh sangat menentang kebenaran iman Kristiani. Semoga kita semua bisa menilai dengan obyektif, bahwa ajaran Kataris ini sungguh menyimpang!
Maka demi menjaga kemurnian ajaran iman Kristiani, Paus Innocentius mengirimkan dua orang pertapa Cisterian, yaitu Rainer dan Guido kepada kaum Albigenses di Perancis, untuk mengajarkan kepada kaum Albigensian itu ajaran Iman yang benar. Kedua pertapa itu kemudian diikuti oleh Diego, Uskup Osma, dan St. Dominikus, dan dua utusan kepausan, Peter Castelnau dan Raoul. Namun misi ini ditolak dan dihina oleh pihak Albigenses. Maka ketika utusan kepausan, Peter Castelnau dibunuh tahun 1208, Paus Innocentius memutuskan untuk menghadapi mereka dengan kekerasan. Dalam moral teologi, ini disebut sebagai ‘just war’, karena sudah didahului cara-cara perdamaian, namun tidak berhasil, sedangkan kebenaran iman-lah yang menjadi taruhannya. Suatu keputusan yang sangat sulit harus dilakukan oleh Paus Innocentius III untuk menjaga kemurnian ajaran iman. Silakan membaca di link ini lebih lanjut tentang Paus Innocentius III, silakan klik.
4. Paus Urbanus VI (1378- 1389) menyiksa dan memenjarakan 6 kardinal?
Kisah tentang Paus Urbanus VI ini berkaitan dengan kondisi skisma yang dihasilkan setelah Tahta Kepausan dikembalikan dari Avignon ke Roma oleh Paus Gregorius XI (1378) yang mengakhiri Kepausan Avignon. Setelah Paus Gregorius XI wafat, orang-orang Roma mendesak agar Paus dipilih dari Italia, maka para kardinal memilih Paus Urban VI. Di awal kepemimpinannya terjadi pergolakan yang berkaitan dengan pemerintahan Naples, dan ia tidak mendengarkan advis dari para kardinalnya. Akhirnya para kardinal memberontak, dan kemudian 6 kardinal ini ditahan, dan disiksa, 5 di antara mereka dihukum mati. Ini memang adalah suatu perbuatan yang tidak bijaksana. Silakan membaca kelanjutannya di link ini, silakan klik.
Kemudian para kardinal memilih Paus tandingan bernama Clemens VII. Lalu konsili di Pisa diadakan tahun 1409, untuk menyelesaikan hal ini, tapi kemudian malah memilih Paus yang ketiga Alexander V, dan segera diikuti oleh Paus Yohanes XXIII. Akhirnya Konsili Konstance tahun 1417 menurunkan Paus Yohanes XXIII dan Paus Avignon, Benediktus XIII menerima pengunduran diri Paus Roma Gregorius XII, dan memilih Paus Martin V, dan dengan demikian mengakhiri skisma.
Sejak saat itu, didekritkan bahwa tidak akan ada lagi Konsili yang mempunyai kuasa di atas para Paus, dan tidak ada lagi jalan untuk membatalkan pemilihan Paus oleh seorangpun kecuali oleh Paus itu sendiri.
5. Kontroversi Paus Alexander VI (1492- 1503)
Paus Alexander VI memang merupakan salah seorang Paus yang paling kontroversial. Kepemimpinannya diwarnai banyak hal yang sangat negatif, misalnya mempunyai hubungan dengan wanita Roma sampai mempunyai empat orang anak. Oleh karena itu memang hidupnya tidak lurus, ia banyak berpihak melindungi anak-anaknya, terutama Cesare Borgia. Pada masa kepemimpinannya juga terjadi perang dan pembunuhan salah seorang anggota keluarganya, yaitu suami dari salah seorang anak perempuannya. Selanjutnya, silakan membaca di link ini, silakan klik.
6. Paus Clement XIV (1769- 1774) membubarkan ordo Jesuit?
Dalam hal ini memang kita tidak dapat mengetahui secara pasti mengapa Paus Clement XIV memutuskan demikian. Dikatakan di dalam Brief untuk membubarkan SJ tersebut tidak disebutkan secara jelas mengapa; namun jika kita melihat deskripsi sejarahnya, kemungkinan ini berkaitan dengan tekanan politik terhadap Paus. Maka St. Alphonsus Liguori mengatakan, "What could the poor pope do when all the Courts insisted on the suppresion [of the Jesuits]?" Atau Jesuit Cordara, ""I think we should not condemn the pontiff who, after so many hesitations, has judged it his duty to suppress the Society of Jesus I love my order as much as any man, yet, had I been in the pope’s place I should probably have acted as he did. … (SJ), founded and maintained for the good of the Church, perished for the same good; it could not have ended more gloriously." Silakan membaca selanjutnya di link ini, silakan klik
7. Paus Gregorius XVI (1831-1846) melarang teknologi kereta api?
Tanggapan ini kelihatannya terlalu berlebihan. Paus Gregorius XVI memang terkenal sangat konservatif dan tidak menyukai hal-hal yang baru. Namun bukan berarti ia melarang secara resmi teknologi kereta api, dan tidak ada dokumen yang menyatakan pandangannya yang demikian secara tertulis. Setahu saya yang mengungkapkan bahwa Paus Gregorius tidak menyukai kereta api adalah Charles Dickens, seorang novelis dari Inggris. Maka hal ini serupa dengan seseorang penulis yang merekam kesan/ pendapat seseorang akan sesuatu. Tentu rekaman komentar ini tidak bernilai mengikat, karena itu sifatnya hanya kesan pribadi.
8. Paus Pius XI (1922-1939) anti komunis tapi pro NAZI?
Tanggapan ini keliru. Bahkan di sumber yang netral di Wikipedia (silakan klik), kita dapat melihat bahwa faktanya tidak demikian. Paus XI terkenal sebagai Paus yang menjunjung tinggi martabat manusia, menentang komunisme, dan eksploitasi kapitalisme internasional. Surat ensikliknya yang terkenal adalah Quadragesimo Anno, yang merupakan salah satu sumber ajaran sosial Gereja yang penting.
Yang benar adalah memang Paus Pius XI dan Adolf Hitler menandatangai perjanjian Concordat 1933, yang dimaksudkan terutama agar negara yang bersangkutan (dalam hal ini Jerman) mengakui dan menjamin hak-hak umat Katolik di negara itu. Namun kenyataannya kemudian Hitler melanggar perjanjian itu, dan bahkan semakin menunjukkan kekerasan terhadap umat Kristiani. Maka pada tahun 1937 Paus Pius XI menulis ensiklik, Mit Brennender Sorge, yang ngecam ideologi Nazi yaitu racisme, totalitarianisme dan pelanggaran Nazi terhadap Concordat. Ensiklik ini mengecam ideologi nasional- sosialisme yang bersifat pagan, mitos rasis dan darah kebangsawanan, dan konsep yang salah tentang Tuhan.
"Whoever exalts race, or the people, or the State, or a particular form of State, or the depositories of power, or any other fundamental value of the human community—however necessary and honorable be their function in worldly things—whoever raises these notions above their standard value and divinizes them to an idolatrous level, distorts and perverts an order of the world planned and created by God; he is far from the true faith in God and from the concept of life which that faith upholds." (Mit Brennender Sorge 8)
Fakta selanjutnya adalah umat Katolik di Jerman yang mencetak dan menyebarkan surat ensiklik itu dipenjara atau dibuang ke kamp konsentrasi. Hanya sayangnya, hal ini tidak diberitakan oleh dunia Barat; maka Paus Pius XI mengatakan ini sebagai "a conspiracy of silence". Paus Pius XI tetap pada pendiriannya, dan ia mengajarkan, "Mark well that in the Catholic Mass, Abraham is our Patriarch and forefather. Anti-Semitism is incompatible with the lofty thought which that fact expresses. It is a movement with which we Christians can have nothing to do. No, no, I say to you it is impossible for a Christian to take part in anti-Semitism. It is inadmissible. Through Christ and in Christ we are the spiritual progeny of Abraham. Spiritually, we [Christians] are all Semites" ((Marchione 1997, p.53, as quoted by Wikipedia)).
Pada dasarnya Paus Pius XI mengatakan tidaklah mungkin bagi seorang Kristiani untuk menjadi anti Yahudi. Sebab melalui Kristus dan di dalam Kristus, kita semua adalah keturunan Abraham secara spiritual. Maka secara spiritual umat Kristiani adalah orang Yahudi. Dengan demikian, tidaklah benar bahwa Paus Pius XI pro-Nazi dan anti Yahudi.
9. Paus Pius XII membiarkan holokaus di Roma?
Gambaran yang menyatakan Paus Pius XII pro NAZI dan membiarkan holokaus adalah tuduhan yang keliru. Silakan membaca kesaksian bahkan dari kaum Yahudi sendiri bagaimana Paus malah melindungi mereka, dan berperan dalam menyelamatkan sedikitnya 700, 000 orang Yahudi atau malah 860, 000 orang, menurut Pinchas Lapide, seorang teologian Yahudi dan diplomat Israel dalam bukunya Three Popes and the Jews, seperti dikutip di Wikipedia. Bahwa ada yang mengatakan bahwa sebenarnya Paus XI mungkin dapat berbuat lebih banyak untuk melindungi orang Yahudi/ menyetop holokaus, itu mungkin masih dapat diperdebatkan (walau tetap tidak dapat memuaskan, karena tak seorangpun dari kita mengetahui secara persis keadaan yang dihadapi Paus pada saat itu), tetapi tuduhan yang mengatakan bahwa Paus Pius XII membiarkan holokaus dan tidak melakukan apa-apa untuk menyelamatkan orang Yahudi, itu adalah tuduhan yang sangat keliru. Silakan juga membaca di link ini untuk membaca bagaimana Paus Pius XII melindungi orang-orang Yahudi pada saat itu, silakan klik.
Demikianlah Kuswanto, saya sudah berusaha menyampaikan fakta yang sebenarnya tentang pertanyaan anda mengenai para paus di atas. Syukurlah, Paus di generasi sekarang maupun generasi sebelum kita adalah para Paus yang kudus. Bagi saya, mempelajari fakta sejarah yang tak selamanya mulus terjadi dalam sejarah Gereja Katolik, tidak menyurutkan hormat saya kepada Gereja Katolik. Malah saya semakin yakin akan campur tangan Roh Kudus di dalam Gereja Katolik. Sebab jika bukan Allah sendiri yang campur tangan dalam Gereja Katolik ini dan menjaganya dari kehancuran, mestinya Gereja ini sudah bubar dari dulu- dulu. Namun justru ajaibnya, syukur kepada Allah, walaupun ada suatu periode yang kelam dalam sejarah kepausan, namun kondisi itu tidak mengubah ajaran Gereja. Yang salah adalah pribadi Pausnya, tetapi ajaran iman dan moral Gereja tidak terganggu. Kepemimpinan Paus tetap berlangsung, dan Gereja tetap bersatu. Inilah menurut saya, bukti mukjizat yang terbesar kedua setelah kebangkitan Yesus Kristus. Sebab tak ada organisasi apapun di dunia, bahkan negara atau kerajaan manapun yang pernah bertahan sampai 2000 tahun seperti Gereja Katolik. Ini adalah bukti dari perkataan Yesus sendiri kepada Petrus, sang Paus pertama, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Mat 16:18).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Shalom Bu inggrid ,
saya salut dgn ibu dgn gamblang membeberkan dosa-dosa Gereja katolik yang pernah dilakukan pada masa lalu shg terjadi perpecahan spt yg ada sekarang ini.
Seperti kata ibu sendiri ; segala sesuatu tidak ada yang kebetulan , saya percaya itu semua bukan kebetulan , itu semua diizinkan oleh Tuhan boleh terjadi utk Tuhan membuat sesuatu yang lebih dahsyat . banyak kegerakan2 zaman ini yg membuat kekristenan menjadi begitu bergairah , apalagi dgn masuknya gerakan karismatik dgn berbagai macam karunia roh yang begitu dimanifestasikan. Walaupun banyakapara pastor yang anti bahkan meremehkan krn tidak sesuai dgn ajaran katolik . Tapi saya percaya itu semua boleh terjadi krn sesungguhnya para pastor itu sudah mengerti , mengamati tp berkeras hati untuk tidak mau mengakui bahwa karismatik adl bagian dari gereja katolik.
Akhirnya….iman itu bukan diperdebatkan tapi……untuk dilakukan.
Minta hati yang mengasihi Tuhan….sehingga sungguh hidup kita mencerminkan Kristus…
Shalom Budi,
Ralat sedikit ya, bahwa dosa dan kesalahan yang disebutkan di atas adalah yang dilakukan oleh oknum/ orang-orang dalam Gereja Katolik, karena memang selain mempunyai dimensi ilahi (dari Allah sendiri), Gereja mempunyai dimensi manusiawi, yang terdiri dari orang-orang yang lemah dan berdosa. Justru karena kedua dimensi (ilahi dan manusiawi) inilah kita dapat mengatakan bahwa walaupun Gereja ini kudus (karena dikepalai dan dikuduskan oleh Yesus) namun juga harus terus menerus bertobat (karena terdiri dari manusia- manusia yang berdosa).
Mengenai gerakan karismatik, memang harus diakui bahwa terdapat bermacam reaksi dan tanggapan, baik dari umat maupun para pastor. Kemungkinan disebabkan karena gerakan ini masih relatif baru di dalam sejarah Gereja Katolik, sehingga memang buah-buahnya masih perlu diuji. Memang iman harus diwujudkan dalam perbuatan kasih dalam kerendahan hati, dan inilah yang memang menjadi tantangan bagi setiap umat Katolik. Gerakan Karismatik yang diarahkan dengan benar, sesuai dengan ajaran Gereja, juga sangat berguna membangun Gereja dari dalam, dan membangun iman umat itu sendiri. Bagi saya, karismatik atau bukan, tidaklah menjadi terlalu penting, yang lebih penting adalah bagaimana menjadikan iman kita itu hidup dan nyata di dalam kehidupan sehari-hari; di dalam kesatuan dengan Gereja yang telah didirikan oleh Kristus, Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
BERKAITAN DENGAN PERNYATAAN TENTANG DIATAS BATU KARANG INI AKU MENDIRIKAN GEREJA-KU DAN ALAM MAUT TIDAK MENGUASAINYA.NAH YANG SAYA TANYAKAN BENAR MANA KESIMPULANYA?.1. PETRUS YANG KEMUDIAN DISIMPULKAN PAUS ARTINYA PEMIMPIN GEREJA KHATHOLIK ATAU?
2.DIATAS BATU KARANG YANG DISUMPULKAN PENGENALAN YANG BENAR AKAN TUHAN ALLAH KITA. TOLONG RENUNGKAN APALAGI ANDA SEDANG MEMBAWA ANYAK JIWA SAUDARI. TANGGUNG JAWABNYA BERAT PENGENALAN ALLAH YANG BENAR ARTINYA TENTU NYA BERPHATHOKAN PADA FIRMAN DAN TERANG ROH KUDUS.MATUR NUWUN
Shalom Johannes Yus,
Terima kasih atas pertanyaannya. Saya ingin menghimbau kepada Johannes agar tidak menuliskan pesan dalam huruf besar semua, karena di dalam internet, itu berarti berteriak. Saya percaya bahwa Johannes mempunyai niat baik untuk berdiskusi. Berkaitan dengan pernyataan tentang Petrus sebagai batu karang, saya telah menjawabnya di sini (silakan klik). Terima kasih telah mengingatkan Ingrid dan saya untuk berhati-hati dalam memberikan pendapat. Memang inilah yang kami coba lakukan, untuk senantiasa memberikan pengajaran berdasarkan Magisterium Gereja Katolik yang tidak mungkin bertentangan dengan Alkitab. Kalau setelah membaca link tersebut, Johannes tetap tidak setuju, silakan memberikan argumentasi, sehingga kita dapat berdialog secara lebih mendalam tentang topik ini. Mungkin ada baiknya, kalau di link tersebut, Johannes dapat memberikan pendapat mengapa batu karang merujuk kepada pengenalan yang benar akan Tuhan Allah. Dan pengenalan seperti apakah yang benar? Bagaimana pengenalan yang benar dapat menghasilkan 28,000 denominasi Kristen walaupun semuanya mengatakan dalam terang Roh Kudus?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
“Shalom J.J.H Kuswanto (tak apa pakai shalom ya, singkatan dari ‘salam damai’. Pinjam istilah Yahudi, karena dulu toh Tuhan Yesus lahir sebagai seorang Yahudi)”
Pembahasan ini hanya ingin membangun citra yang sia-sia..
Anda tidak BERPIKIR dengan ajaran yang menuhankan yesus sebagai tuhan? Tuhan itu Esa! bagaimana mungkin anda menyembah tuhan sedangkan anda mengatakan “dulu toh tuhan yesus lahir sebagai seorang yahudi”???
– Tuhan lahir???
– Tuhan lahir sebagai seorang Yahudi?
– Tuhan setara dengan orang ‘seorang’???
– Tuhan seorang Yahudi???
KESALAHAN KALIAN adalah: TIDAK BERPIKIR bahwa isa itu rasul yang diturunkan Allah untuk membimbing kaum Bani Israil yang udah sesat yakni ‘YAHUDI’ dari ajaran Nabi Musa, malah menuhankan juga!!!
tidakkah kalian BERPIKIR, keistimewaan nabi isa hanya mujizad sebagaimana nabi2 terdahulu..
tidakkah kalian BERPIKIR, doktrin-doktrin dari PAUS itu sesat!!!
jadi dari pada panjang lebar meluruskan kejadian masa lalu yang memang sudah sesat oleh ajaran PAUS yang menjadikan nabi isa sebagai tuhan, lebih baik meluruskan iman kalian yang dari menuhankan yesus cukup menuhankan Allah yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
APAKAH KALIAN TIDAK BERPIKIR? kecuali anda telah mengunci mati hati anda dari kebenaran yang nyata!
Shalom Fauzan,
Silakan untuk menanggapi argumentasi berikut ini: Tidak ada yang menyangkal bahwa Kitab Suci membuktikan bahwa Yesus adalah manusia, sehingga Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh manusia. Namun, Kitab Suci yang sama juga membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, sehingga Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa Kristus mempunyai kodrat Allah. Ke-Allahan-Nya dapat dibuktikan dengan kedatangan-Nya yang dinubuatkan oleh para nabi dari generasi ke generasi: Kelahiran-Nya (lih. Mik 5:2), kehidupan-Nya yang membuat banyak mukjizat (lih. Yes 29:18, 35:5-6, 61:1; bdk. Mat 11:5; Luk 4:18; Mat 15:30), penderitaan dan kematian-Nya (lih. Yes 42, 49, 50, 53). Yesus memberikan hukum dalam namanya sendiri, dengan berkata “Aku berkata kepadamu…” (lih. Mat 5-6), sehingga Dia dapat mengatakan kalau seseorang mau sempurna, maka dia harus mengikuti Yesus yang adalah Tuhan (lih. Mat 19:21). Hal ini juga ditunjang dengan begitu banyak mukjizat yang dilakukannya seperti: Yesus menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41), menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16, 9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19). Beberapa hal yang tidak dapat disangkal bahwa Yesus sungguh Allah karena Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa (lih. Mat 9:2-8; Mrk 2:3-12; Luk 5:24, Luk 7:48). Kristus juga mengatakan bahwa Dia mampu memberikan hidup yang kekal (lih. Yoh 10:28) dan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya, “Aku adalah Aku/ I am who am“, yang adalah sinonim/ arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Karena klaim ke-Allahan inilah, maka Yesus hendak dibunuh dan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (lih. Yoh 10:33). Lebih lanjut, Yesus sendiri tidak menolak ketika Rasul Tomas mengatakan “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28) dan tidak menolak ketika Dia disembah oleh para murid (lih. Mat 28:16-17). Dan akhirnya dalam Kitab Wahyu digambarkan bahwa Yesus bertahta dalam kemuliaan dan seluruh ciptaan menyembah-Nya (lih. Why 5:13-14).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom katolisitas,
Saya mau nanya nih… di kitab Yesaya 40:22 kan ada dinyatakan kalau bumi itu bulat… tapi kok pada zaman Galileo sepertinya Gereja masih berpandangan bahwa bumi itu datar, ya? Kenapa bisa terjadi hal seperti ini?
Terus ada yang pernah bilang kalau di alkitab ada tertulis mengenai 4 sudut bumi (saya nggak tahu ini kitab yang mana dan bab berapa ayat berapa). Bagaimana gereja katolik menafsirkan kedua ayat itu (yang sepertinya bertentangan, satu bilang bulat satu bilang bersudut)?
Kemudian apakah di surga itu benar-benar tidak ada kesedihan lagi? Kalau begitu, bagaimana dengan penampakan2 Yesus dan Bunda Maria (yang beberapa di antaranya sudah diakui oleh GK) di mana tampaknya mereka masih bersedih atas apa yang terjadi di dunia? Misalnya Margareta Maria Alacoque yang melihat hati kudus Yesus terluka. Bukankah itu tanda kesedihan?
Lalu satu lagi, apakah benar Gereja Katolik tak pernah mengubah dogma? Bagaimana pandangan Gereja terhadap agama-agama lain sebelum ada Konsili Vatikan II dengan Nostra Aetate-nya? Kok sepertinya tidak semoderat yang dinyatakan dalam Nostra Aetate ya? Hehehe…
Terima kasih dan salam damai sejahtera.
Shalom Irena,
Terima kasih atas beberapa pertanyaan yang diajukan.
1) Memang kitab Yesaya 40:22 mengatakan “Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!” Dan memang pada jaman Galileo, Gereja tidak mempertentangkan bahwa bumi bulat atau datar, namun lebih kepada geosentris (bumi sebagai pusat) atau heliosentris (matahari sebagai pusat). Sesuai dengan pendapat pada waktu itu, teori geosentris lebih banyak dipegang, walaupun akhirnya terbukti salah. Namun, Galileo yang mengatakan bahwa bumi tidak bergerak dan bumi mengelilingi matahari juga ada salahnya, karena kita tahu bahwa sebenarnya matahari tidak diam, namun juga bergerak dalam satu tatanan galaksi.
2) Mengenai empat sudut bumi disebutkan di beberapa kitab, dimana dikatakan “Ia melepaskannya ke seluruh kolong langit, dan juga kilat petir-Nya ke ujung-ujung bumi.” (Ay 37:3); “Ia akan menaikkan suatu panji-panji bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan orang-orang Israel yang terbuang, dan akan menghimpunkan orang-orang Yehuda yang terserak dari keempat penjuru bumi.” (Yes 11:12); “Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon.” (Why 7:1). Dari beberapa ayat tersebut orang-orang memberikan argumentasi bahwa Alkitab membenarkan bahwa bumi adalah segi empat. Namun beberapa ayat tersebut adalah bahasa dalam percakapan yang berarti ke seluruh penjuru dunia. Hal ini sama seperti kalau kita mengatakan bahwa matahari terbit dan tenggelam. Namun kita tahu, bahwa matahari bukan terbit maupun tenggelam namun bumi yang berputar pada porosnya dan mengelilingi matahari.
3) Di Sorga memang tidak ada kesedihan lagi, namun yang ada hanyalah kebahagiaan sejati. Pertanyaannya apakah ini bertentangan dengan beberapa penampakan yang menggambarkan bahwa Yesus maupun Maria bersedih dan terluka, karena banyaknya dosa yang terjadi di dunia ini? Ini adalah pertanyaan yang bagus. Penampakan-penampakan yang menceritakan kesedihan Yesus adalah suatu bahasa yang ingin mengungkapkan bahwa Yesus dan semua orang yang berpartisipasi dalam tugas pengantaraan Kristus menginginkan agar seluruh umat manusia dapat menjawab panggilan Kristus, yaitu menjadi anak-anak Allah, yang pada akhirnya akan menikmati kebahagiaan sejati di Sorga. Namun, kalau sebagian manusia tidak menjawab panggilan Kristus, maka kebahagiaan mereka tidak berkurang. Untuk mengatakan bahwa Yesus kurang bahagia karena ada sebagian umat manusia yang tidak menjawab panggilan-Nya, adalah sama saja dengan mengatakan bahwa Yesus bukanlah Tuhan. Di dalam Tuhan hanya ada kebagiaan sejati dan kesempurnaan. Kebahagiaan-Nya tidak bertambah kalau orang menjawab panggilan-Nya dan sebaliknya, kebahagiaan-Nya tidaklah berkurang kalau manusia tidak menjawab panggilan-Nya.
4) Tentang pandangan Gereja terhadap agama-agama lain bukanlah suatu dogma. Dogma menyangkut pengajaran. Oleh karena itu, kalau kita lihat daftar dogma yang termasuk de-fide (silakan klik), kita tidak melihat bagaimana sikap Gereja terhadap agama yang lain. Konsili Vatikan II memang tidak bertujuan untuk mengeluarkan dogma baru. Kalau kita lihat, di dalam Nostra Aetate, tidak ada dogma baru yang diajarkan. Oleh karena itu, Vatikan II lebih bersifat pastoral dan bukan dogmatis. Sifat pastoral ini lebih mementingkan bagaimana untuk menerangkan suatu dogma dan kebenaran tidak dengan “anathema“, namun lebih memperlihatkan keindahan dari kebenaran tersebut.
Kalau kita mau mengkaitkan hubungan Gereja Katolik dikaitkan dengan konsep keselamatan, maka kita dapat melihat di beberapa link berikut ini:
Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka? – Aug 4, 2009
Keselamatan: theosentris, kristosentris, eklesiosentris? – Jun 25, 2009
Apa itu “Implicit desire for Baptism?” – Jun 1, 2009
Apakah orang Katolik dijamin pasti selamat? – May 26, 2009
Baptisan rindu menurut St. Thomas – May 21, 2009
Tidak ada keselamatan kecuali melalui Yesus – Jan 5, 2009
Tidak cukup menerima Yesus di hati saja – Dec 27, 2008
Sekali selamat tetap selamat – tidak Alkitabiah – Dec 22, 2008
Siapa saja yang dapat diselamatkan? – Dec 17, 2008
Apakah agama membuat orang masuk Sorga? – Dec 15, 2008
Apakah orang yang tidak dibaptis masuk neraka? – Nov 24, 2008
Adakah Keselamatan di luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik? – Aug 20, 2008
Semoga uraian di atas dapat menjawab pertanyaan Irena.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Syalom………
Walaupun Gereja itu Kudus (karena Kepala dari Gereja, Kristus, adalah kudus), namun mempunyai anggota yang berdosa !!!! ……Tuhan….ampunilah kami…….Amin
1. “…….teori heliocentric tidak dapat dibuktikan sesuai dengan standard science pada waktu itu, sehingga dinyatakan salah, juga bidaah dan anti Alkitab. Galileo harus mencabut pernyataannya, dan Galileo berjanji tidak akan mengajarkan teori ini lagi.”
PERTANYAAN : Kenapa karena Galileo tidak dapat menjelaskan teori Heliosentric menurut standar ilmu pengetahuan pada waktu itu, kemudian ia di nyatakan sebagai BIDAAH dan ANTI ALKITAB??? Padahal teori heliosentrik ini kan tidak ada hubungannya dng unsur Bidaah ataupun Alkitab!!! Dng pernyataan keras seperti ini mengindikasikan bahwa teori sebelumnya yaitu Geosentric dianggap mendukung Alkitab…bahkan menjelaskan kejadian-2 di dalam alkitab….jadi melaui hal ini, bisa dicurigai bahwa gereja katolik terlibat dalam pembunuhan Galileo…..apalagi mengingat pada waktu kekuasaan gereja katolik bisa dikatakan hampir sama dng kekuasaan pemerintahan di tempat galileo berada….dan di seluruh dunia….pengaruh gereja katolik sangatlah kuat
2. “Dari hal ini, sejarah membuktikan bahwa Gereja Katolik tidak membunuh Galileo”.
PERTANYAAN Apakah hanya dng Paus Urban memberi berkat khusus buat Galileo dan jenasahnya dikuburkan di dlm Gereja Santa Croce, terus dunia akan percaya bahwa Gereja Katolik tidak membuhunnya??? Kedua hal ini tidak menjadi bukti yg kuat bahwa Gereja katolik tidak membunuhnya!!!
3. “Dan saya ingin menggarisbawahi bahwa pada waktu Paus memberikan suatu doktrin yang tidak mungkin salah, harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Lumen Gentium, 25; Code of Canon Law, 748. 1): 1) Dia berbicara dalam kapasitasnya sebagai Paus, bukan sebagai pribadi, 2) Pengajaran yang dilakukan adalah untuk seluruh dunia, bukan hanya untuk beberapa keuskupan, 3) Ajaran tersebut adalah dalam area iman dan moral – jadi bukan science. Dan kebenaran ini, dijanjikan oleh Yesus sendiri di Mat 16:16-19.”
COMPLAIN : Tetapi harus diingat juga bahwa waktu itu, Gereja Katolik mencoba memaksakan Alkitab sebagai acuan untuk science seperti yg anda tuliskan. Jadi pernyataan “Ajaran tersebut adalah dalam area iman dan moral – jadi bukan science” sangat kontradiksi dng aktualisasi ajaran itu di lapangan. Mau diakui atau tidak, gereja Katolik saat itu berusaha ingin menjadi yg terhebat..bahkan bisa dikatakan : Ilmu Science pun tunduk pada alkitab…….
Shalom Michael,
Terima kasih atas tanggapannya tentang kasus Galileo Galilei.
1) Mungkin kita akan sulit membayangkan keadaan pada masa itu. Namun, tujuan dari inquisition adalah untuk melindungi umat dari banyaknya bidaah pada masa itu, sebagai contoh bidaah Albigensian, yang menentang perkawinan legal dan memperbolehkan bunuh diri. Dalam kasus Galileo Galilei: karena dia tidak dapat membuktikan teorinya dengan standard ilmu pengetahuan yang dipakai pada waktu itu dan teorinya (heliocentric) dipandang bertentangan dengan Alkitab (lih. Yos 10:12-13; 1 Taw 16:30; Maz 93:1; Mz 96:10; Maz 104:5; Pkh 1:5), maka dikhawatirkan dapat menyesatkan umat. Pada waktu itu, teori ini bukan hanya dianggap bertentangan dengan Alkitab, namun juga bertentangan dengan natural science dan filosofi. Dan pada waktu itu, bukan hanya Gereja Katolik saja yang menentang teori ini, namun juga gereja-gereja Protestant. Karena Galileo tidak dapat membuktikan teorinya, di dalam proses interograsi, maka dia diharuskan untuk tidak mengajarkan teorinya sebagai suatu kebenaran, namun dapat dilihat sebagai suatu hipotesa.
2) Anggapan bahwa Gereja Katolik membunuh Galileo Galilei adalah sebuah legenda, yang tidak terbukti kebenarannya. Kalau sampai sekarang ada yang masih mengatakan bahwa Galileo Galilei mati dibunuh oleh Gereja rasanya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Bukti bahwa Gereja Katolik tidak membunuh Galileo bukan dari Paus Urban memberikan berkat khusus, namun karena faktanya Galileo Galilei menghabiskan sisa hidupnya di dalam tahanan rumah, yang diteruskan di vilanya di Arcetri dekat Florence, sampai dia meninggal.
3) Tentang ex-cathedra dan science: Pertama, kalau dikatakan bahwa Gereja Katolik anti science adalah tidak benar, karena begitu banyak putera Gereja pada jaman itu yang mendalami science, dan ini diteruskan sampai sekarang.
Kedua, dalam kasus Galileo, Paus Yohanes Paulus II pada 4 November 1992 (pada L’Osservatore Romano N, 44 (1264) menuliskan “12. Another lesson which we can draw is that the different branches of knowledge call for different methods. Thanks to his intuition as a brilliant physicist and by relying on different arguments, Galileo, who practically invented the experimental method, understood why only the sun could function as the centre of the world, as it was then known, that is to say, as a planetary system. The error of the theologians of the time, when they maintained the centrality of the earth, was to think that our understanding of the physical world’s structure was, in some way, imposed by the literal sense of Sacred Scripture. Let us recall the celebrated saying attributed to Baronius “Spiritui Sancto mentem fuisse nos docere quomodo ad coelum eatur, non quomodo coelum gradiatur”. In fact, the Bible does not concern itself with the details of the physical world, the understanding of which is the competence of human experience and reasoning. There exist two realms of knowledge, one which has its source in Revelation and one which reason can discover by its own power. To the latter belong especially the experimental sciences and philosophy. The distinction between the two realms of knowledge ought not to be understood as opposition. The two realms are not altogether foreign to each other, they have points of contact. The methodologies proper to each make it possible to bring out different aspects of reality.” (p. 12).
Dari sini, kita melihat adanya kesalahan masa lalu yang kurang dapat melihat Kitab Suci dari sisi arti non-literal.
Ketiga, kalau dikatakan bahwa pada waktu itu Gereja memaksakan Alkitab sebagai acuan science menurut saya kurang tepat, karena pada waktu itu science dan Alkitab menyetujui akan apa yang dikatakan di dalam Alkitab (dalam pengertian literal). Kalau saja Galileo Galilei dapat membuktikan teorinya sesuai dengan standar yang dipakai pada waktu itu, tentu saja Gereja dapat menerimanya. Inilah sebabnya Cardinal Ratzinger mengutip Paul Feyerabend, seorang filsuf dari Austria yang mengatakan ” Pada jaman Galileo, Gereja lebih setia terhadap akal budi dibandingkan dengan Galileo sendiri“.
Jauh sebelum kasus Galileo Galilei, St. Agustinus telah menuliskan “One does not read in the Gospel that the Lord said: ‘I will send you the Paraclete who will teach you about the course of the sun and moon.’ For he willed to make them Christians, not mathematicians.“
Keempat, Gereja tidak pernah membuat pengadilan Galilleo sebagai suatu hal yang infallible (tidak dapat salah). Kalau kita meneliti, tribunal Gereja adalah masalah disiplin dan hukum, yang dapat berubah. Sebagai contoh, dalam beberapa kasus, Paus dapat merubah status orang yang telah diekskomunikasi untuk dapat kembali ke pangkuan Gereja Katolik dengan mencabut ekskomunikasi tersebut. Oleh karena itu, sungguh jelas bahwa keputusan dalam kasus Galileo Galilee bukanlah suatu infallable teaching, karena bukan dalam area moral dan kasus seperti ini lebih menyangkut disiplin.
Semoga uraian di atas dapat menjawab pertanyaan Michael. Semoga kita semua dapat melihat bahwa ilmu pengetahuan dan iman tidaklah bertentangan, karena keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
1. Ya…jawabannya dapat diterima ….mengingat di masa itu Gereja mengalami berbagai macam tekanan sehingga Gereja harus mengambil tindakan tegas untuk kebaikan banyak orang. Juga ilmu pengetahuan saat itu belum berkembang spt sekarang ini…dan kebenaran akan teori heliosentrik juga tidak dapat dijelaskan oleh Galileosecara proporsional…..jadi bisa dimaklumi lah…
2. Ya…benar….argumentasi harus didukung dengan fakta dan bukti yg dapat dipertanggung jawabkan. Karena keterbatasan bukti-bukti maka isu yg mengatakan bahwa Gereja Katolik yg membunuh Galileo adalah hanya FITNAH BELAKA…MANA BUKTINYA???? Jadi ini hanya sebuah LEGENDA atau dengan kata lain TIDAK BENAR!!!!!!
3. Untuk poin ini…. hanya satu kata yg layak untuk Gereja Katolik….”HEBAT”…sungguh luar biasa…baru kali ini saya membaca pengakuan di depan publik secara SANGAT TERBUKA….akan kesalahan yg pernah dilakukan Gereja Katolik dimasa lampau. Kenapa luar biasa??? Karena hanya dengan KERENDAHAN HATILAH sehingga Gereja Katolik mampu membuat pengakuan seperti tsb. Dan kerendahan hati merupakan ANUGERAH ALLAH kepada Gereja-Nya yg BENAR-BENAR MAU MENCARI KEBENARAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH. Dan anugerah ini tidak hanya berlaku bagi Gereja Katolik saja tetapi bagi Gereja mana aja yang benar-benar ingin hidup seturut dengan Kehendak Allah
4. Special thanks to Mr.Stev…Praise the Lord…
1.” Gereja Katolik tidak anti science, namun malah mendorong kemajuan science, yang diteruskan sampai sekarang. “, jika tidak anti science lantas kenapa setiap malam paskah kita selalu mendengarkan proses penciptaan alam semesta versi alkitab yang jelas-jelas tidak berlandaskan science,.,.,,.?????
2. Memang benar Gereja katolik tidak membunuh galileo-galilei namun akibat dukungannya terhadap teori heliosentris Gereja katolik melakukan “ekskomunikasi” terhadapnya,.,.,logika dan hati saya mengatakan bahwa tidak mungkin seoratang tahanan akan diperlakukan layaknya raja,,,jelas2 sejak jaman mana saja setiap tahanan pasti dilakukan perampasan terhadap hak2 nya,.,.,.,
3.dan bertahun2 setelah teori heliosentrik terbukti benar pun Gereja katolik tidak pernah merehabilitasi nama Galileo -galilei Baru pada tahun 1992 Paus Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi bahwa keputusan penghukuman itu adalah salah, dan dalam pidato 21 Desember 2008 Paus Benediktus XVI menyatakan bahwa Gereja Katolik Roma merehabilitasi namanya sebagai ilmuwan.[2]
4. “Di sinilah Galileo benar, bahwa Alkitab bukanlah buku science, namun mengajarkan orang untuk mencapai surga.”,.,,.,.,.inilah yang menguatkan bahwa alkitab secara tidak langsung tidak bersahabat dengan science.,.
terima kasih mohon pendapatnya
Shalom Glenn,
Terima kasih atas tanggapannya tentang kasus Galileo Galilei. Berikut ini adalah tanggapan saya untuk menjawab komentar Glenn:
1) Proses penciptaan di dalam Alkitab yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Saya menungggu argumentasi tentang hal ini di diskusi ini (silakan klik).
2) Pada saat Gereja melakukan ekskomunikasi, ini berarti seseorang yang menjadi anggota Gereja Katolik, dan diperingati akan kesalahannya yang bertentangan dengan iman, tetapi orang tersebut tetap berkeras dengan pendapatnya. Pembahasan lebih lengkap tentang ekskomunikasi, dapat dibaca di sini (silakan klik). Oleh karena itu, ekskomunikasi adalah salah satu cara penyembuhan, dimana diharapkan orang tersebut sadar akan kesalahannya dan kembali kepada iman Katolik. Pada saat itu, Galileo Galilei tidak dapat melakukan pembuktian akan teorinya sesuai dengan standard pembuktian yang dipakai pada jaman tersebut. Tentang status tahanan Galileo Galilei, silakan untuk melihat link ini (silakan klik). Di artikel tersebut, Von Gebler (seorang protestan), mengatakan "One glance at the truest historical source for the famous trial, would convince any one that Galileo spent altogether twenty-two days in the buildings of the Holy Office (i.e. the Inquisition), and even then not in a prison cell with barred windows, but in the handsome and commodious apartment of an official of the Inquisition." Bahkan dapat dikatakan hidupnya cukup dan berlimpah. Pada saat meninggalnya, Paus Urban VIII mengirimkan berkat khusus kepada Galileo Galilei. Bukan hanya dia dikubur di tanah yang diberkati, namun dia dikuburkan di dalam Gereja Santa Croce, Florence.
3) Memang benar, Gereja Katolik telah merehabilitasi nama Galileo Galilei pada tahun 1992 oleh Paus Yohanes Paulus II dan diteguhkan kembali oleh Paus Benediktus XVI. Kita dapat mempertanyakan, mengapa dibutuhkan waktu begitu lama bagi Gereja Katolik untuk merehabilitasi nama Galileo. Namun di satu sisi, kita seharusnya melihat keberanian dari Gereja Katolik untuk mengakui kesalahan ini dan dengan berani meminta maaf. Silakan membandingkan dengan agama lain, apakah ada yang pernah melakukan hal yang sama, untuk meminta maaf atas kesalahan masa lalu?
4) Pada waktu Galileo mengatakan bahwa Alkitab bukanlah buku ilmu pengetahuan, namun mengajarkan orang untuk mencapai Sorga, maka tidak berarti bahwa Alkitab tidak bersahabat dengan ilmu pengetahuan. Ini juga tidak berarti bahwa Gereja Katolik anti ilmu pengetahuan. Kalau saya mengatakan "Buku sejarah kebangsaan Indonesia adalah anti ilmu pengetahuan (empiric science), karena tidak mengajarkan ilmu pengetahuan di dalamnya", maka tidaklah benar. Kalau buku sejarah kebangsaan Indonesia tidak mengajarkan ilmu pengetahuan, maka bukan berarti itu anti ilmu pengetahuan, namun memang buku tersebut bukan buku yang ditujukan untuk membahas ilmu pengetahuan. Kalau Gereja Katolik anti ilmu pengetahuan, mengapa Gereja Katolik memulai universitas yang mengajarkan ilmu pengetahuan. Lihat juga sejarah ordo Benediktus yang membangun kebudayaan Eropa, dimana anggota dari ordo Benediktus menyalin begitu banyak buku-buku ilmu pengetahuan, membantu pertanian, dll.
Semoga jawaban singkat ini dapat memperjelas bahwa Gereja Katolik tidak anti ilmu pengetahuan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Inilah tanggapan saya tentang Komentar kamu di atas
1. Di dunia yg beraneka ragam kebudayaannya seseorang tidak bisa mengatakan bahwa kisah penciptaan alam semesta seperti yg ditulis di alkitab adalah universal, karena yg ditulis dalam alkitab itu menurut pengertian saya hanyalah sejarahnya bangsa zionis Israel. Allah yg disebut dalam alkitab itu tidak lain hanyalah nenek moyang bangsa Israel, seperti alkitab sendiri menyebutnya. jika kita menginterpretasi denganseksama allah itu hanya mengakui Israel sebagai umatnya. Jika allah yg di alkitab adalah universal mengapa orang di belahan dunia lain tidak mengenalnya sebelum zaman penjelajahan samudra? Jika kita menanyai seorang aborigin dari australia yg belum dipengaruhi oran kristen mengenai tuhan pasti dia punya jawaban yg tidak ada kaitannya dengan alkitab.
2. Yang perlu saudara ketahui adalah bahwa Galileo bukan orang biasa karenanya gereja juga bertindak sangat berhati-hati, tapi munkin saudara perlu tahu bahwa pada zaman di mana Galileo hidup pengadilan inkisitor sangat marak, di mana banyak warga yahudi islam dan yg dianggap dibakar hidup2 sementara dalam alkitab tertulis” kasihilah musuhmu’ anda juga perlu tahu pada zaman penjelajahan samudra kolonialis portugis Spanyol dll membunuh rakyat pribumi Amerika demi nama Allah mereka.
Bisakah kita percaya kepada orang yg mengajarkan “jangan membunuh” sementara dia membunuh saudara saya di hadapan saya? o Ya sudahkah gereja meminta maaf atas yg satu ini, tanyakanlah kepada pau dan jika belum mintalah pada dia untuk melakukannya juga.
3. Pengikut kristus yg sejati jangat menjadi terlalu radikal, jangan terlalu katoliksentrik dengan membanding-bandingkannya dengan agama lain, anda jgn hanya mempromosi tulisan-2 alkitab sementara perbuatan org2 kristen sendiri adalah sesat, alkitab mengatakan jgn berbuat zina tapi pastor2 di Amerika memperkosa anak2 di bawah umur, anehnya Allah tidak menghukum mereka seperti menhukum bangsa Mesir, o ya berarti mereka itu buka keturunan allah alkitab tapi punya allah yg lain.
4. Yg ditulis dalam Alkitab hanyalah mitos bangsa Israel, orng cina munkin mempunyai kisah penciptaan alam semesta berbeda. kita tdk bisa membandingkan alkitab dengan sejarahnya bangsa indonesia karena sejarah mempunyai bukti lebih kuat ketimbang Alkitab, contohnya Alkitab mengatakan bahwa semua manusia adalah keturunan Adam dan hawa tapi kpk orang cina mempunya struktur dan warna kulita yg sangat jauh berbeda dengan orang cina. Mungkin Biologi dan Antropologi bisa menjelaskannya, tetapi alkitab tidak akan mungkin, sudah kadal warsa.
NB: kasihilah musuhmu!
Shalom Gilberto,
Terima kasih atas tanggapannya. Berikut ini adalah jawaban saya:
1) Memang budaya dan agama yang lain – selain Kristen – juga mempunyai kisah penciptaan sendiri-sendiri. Namun, satu hal yang dapat kita tarik dari kisah penciptaan seperti yang disebutkan di dalam Alkitab adalah "Allah menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada (ex-nihilo)".
a) Kita berbeda pendapat tentang pengertian dari Gilberto yang mengatakan "yg ditulis dalam alkitab itu menurut pengertian saya hanyalah sejarahnya bangsa zionis Israel". Mungkin pada waktu Gilberto menuliskan Alkitab, maka yang dimaksudkan adalah Perjanjian Lama. Namun, sebenarnya, Alkitab sendiri terdiri dari Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Bagi umat Katolik, PL menceritakan persiapkan rencana keselamatan Allah sebelum mendapatkan kepenuhannya di dalam PB, yaitu pada diri Yesus. Dikatakan di dalam Katekismus Gereja Katolik
"Jadi umat Kristen membaca Perjanjian Lama dalam terang Kristus yang telah wafat dan bangkit. Pembacaan tipologis ini menyingkapkan kekayaan Perjanjian Lama yang tidak terbatas. Tetapi tidak boleh dilupakan, bahwa Perjanjian Lama memiliki nilai wahyu tersendiri yang Tuhan kita sendiri telah nyatakan tentangnya. Selain itu Perjanjian Baru juga perlu dibaca dalam cahaya Perjanjian Lama. Katekese perdana Kristen selalu menggunakan Perjanjian Lama. Sesuai dengan sebuah semboyan lama Perjanjian Baru terselubung dalam Perjanjian Lama, sedangkan Perjanjian Lama tersingkap dalam Perjanjian Baru: "Novum in Vetere latet et in Novo Vetus patet" (Agustinus, Hept. 2,73)." (KGK, 129).
b) Gilberto mengatakan "Allah yg disebut dalam alkitab itu tidak lain hanyalah nenek moyang bangsa Israel, seperti alkitab sendiri menyebutnya. jika kita menginterpretasi dengan seksama allah itu hanya mengakui Israel sebagai umatnya." Seseorang Kristen tidak berpegang pada Perjanjian Lama saja, namun PL dan PB, dan terutama pada sosok Yesus sendiri, yang diimani sebagai Tuhan. Kalau Pada PL adalah perjanjian antara umat Israel dan Tuhan, maka dalam PB, Perjanjian ini diperbaharui dan tidak hanya pada bangsa Israel, namun juga untuk semua bangsa di luar bangsa Israel. Mungkin Gilberto dapat memberikan bukti pada kalimat "jika kita menginterpretasi dengan seksama allah itu hanya mengakui Israel sebagai umatnya."
c) Gilberto mengatakan "Jika allah yg di alkitab adalah universal mengapa orang di belahan dunia lain tidak mengenalnya sebelum zaman penjelajahan samudra? Jika kita menanyai seorang aborigin dari australia yg belum dipengaruhi oran kristen mengenai tuhan pasti dia punya jawaban yg tidak ada kaitannya dengan alkitab." Allah yang ada di Alkitab memang universal, karena Dia adalah Allah yang Satu, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Tahu, dll. Allah yang universal ini meraja dalam setiap hati manusia, baik dia telah mengenal keKristenan atau belum. Inilah sebabnya dalam setiap budaya, kita melihat adanya sistem korban yang dipersembahkan kepada sesuatu/seseorang yang berada di luar dirinya, yang melebihi kekuatan manusia (supreme being). Dan di dalam kebijaksanaan-Nya, Dia masuk di dalam sejarah manusia, yaitu dalam diri Yesus. Untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, silakan membaca beberapa artikel tentang Kristologi.
Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia.
Tentu saja kalau kita bertanya kepada orang yang belum mengenal kekristenan, seseorang akan mempunyai jawaban yang berbeda, karena iman bermula dari pendengaran atau dari pengetahuan. Iman adalah operasi akal budi, yang memerlukan pengetahuan. Tanpa pengetahuan akan sesuatu, maka seseorang tidak mungkin beriman. Oleh karena itu, bukan berarti bahwa kalau mereka memberikan jawaban yang berbeda, maka Allah di dalam Alkitab tidak universal. Bandingkan dengan situasi berikut ini: kita tahu bahwa 2+2=4. Apakah kalau ada suatu suku yang tidak dapat menjawab dengan benar – karena tidak pernah belajar berhitung – maka kita mengatakan bahwa 2 + 2 = 4 adalah tidak universal? Untuk tahu bahwa 2 + 2 = 4, diperlukan pengetahuan, sama seperti untuk beriman diperlukan pengetahuan. Kalau kebenaran 2+2=4 adalah dari ilmu pengetahuan, maka kebenaran akan Allah dan segala kebenaran-Nya diperoleh dari akal budi dan wahyu Ilahi.
Penekanan untuk menyebarkan Injil bukan hanya pada bangsa Israel, namun ke seluruh dunia, ditekankan oleh Yesus, dengan mengatakan "19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mt 28:19-20).
2) Gilberto mengatakan "Yang perlu saudara ketahui adalah bahwa Galileo bukan orang biasa karenanya gereja juga bertindak sangat berhati-hati, tapi munkin saudara perlu tahu bahwa pada zaman di mana Galileo hidup pengadilan inkisitor sangat marak, di mana banyak warga yahudi islam dan yg dianggap dibakar hidup2 sementara dalam alkitab tertulis” kasihilah musuhmu’ anda juga perlu tahu pada zaman penjelajahan samudra kolonialis portugis Spanyol dll membunuh rakyat pribumi Amerika demi nama Allah mereka."
a) Ada baiknya Gilberto melihat dalam sejarah sekali lagi tentang inquisition, mulai dari pengaruh dari Albigensian / Cathars, yang mengajarkan dualism – mendasarkan ajarannya pada Manichees, yang mengatakan bahwa material adalah jahat, menolak Inkarnasi, dll. Dan ini berpengaruh juga pada masyarakat, karena paham ini menolak perkawinan legal dan menerima konsep bunuh diri. Jadi tugas dari Inquisition adalah untuk mempertahankan iman yang murni, dan memberikan hukuman eks-komunikasi pada orang-orang yang tidak mau bertobat. Setelah itu, mereka yang tidak mau bertobat diserahkan kepada pemerintah. Namun, memang ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh oknum-oknum di dalam inquisition. Mari kita melihat apa yang terjadi dalam inkuisisi yang dilakukan oleh Gereja dan yang dilakukan oleh pemerintah sekular pada abad 13-14, dan jumlah korban umat manusia di abad- abad berikutnya.
Sebagai contohnya, di Touluose, dari 1308-1323 hanya 42 orang dari 930 yang diadili dinyatakan sebagai "umpenitent heretics" dan diserahkan kepada pihak pemerintah sekular.
Spanish Inquisition, dalam 30 tahun pemerintahan ratu Isabel, ada sekitar 100,000 orang yang dikirim ke inkuisisi, dan 80,000 dinyatakan tidak bersalah. 15,000 dinyatakan bersalah, namun setelah mereka menyatakan iman secara publik, maka mereka dibebaskan kembali. Hanya ada sekitar 2,000 orang yang meninggal karena keputusan inkuisisi sepanjang pemerintahan Ratu Isabella, dan 3000 orang kemudian dari tahun 1550 – 1800. Sedangkan, sebagai perbandingan, hanya dalam waktu 20 hari, Revolusi Perancis (1794), yang dimotori oleh gerakan "Enlightenment", meng-eksekusi pria dan wanita sebanyak 16,000- 40,000. Jumlah korban ini, jauh lebih banyak daripada korban inkuisisi dalam 30 tahun pemerintahan Ratu Isabella.
Menurut Raphael Molisend, seorang sejarahwan Protestan, Henry VIII membunuh 72,000 umat Katolik. Orang yang meninggal selama beberapa tahun pada masa pemerintahan Henry VIII dan anaknya Elizabeth I, jauh melebihi apa yang terjadi pada inkuisisi di Spanyol dan Roma selama 3 abad. (Bandingkan dengan Perang Dunia I dan II, yang membunuh 50 juta orang. 40 juta orang meninggal dalam masa pemerintahan Stalin di Rusia. 80 juta orang meninggal di Cina karena revolusi komunis dan 2 juta di Kamboja).
Tentu saja ada kesalahan yang dilakukan oleh putera/i Gereja yang tidak menerapkan hukum kasih selama dalam proses inkuisisi ini. Inilah sebabnya Paus Yohanes Paulus II meminta maaf, menjelang perayaan tahun Yubelium 2000. Di satu sisi, kita seharusnya melihat keberanian dari Gereja Katolik untuk mengakui kesalahan ini dan dengan berani meminta maaf. Silakan membandingkan dengan agama atau gereja lain, apakah ada yang pernah melakukan hal yang sama, untuk meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan oleh putera dan puteri mereka di masa yang lalu?
b) Mengenai penjajah Portugis yang membunuh pribumi Amerika demi nama Allah, mungkin Gilberto dapat memberikan sumbernya? Biasanya yang menjadi motif utama dalam suatu penjajahan adalah motif ekonomi dan kekuasaan. Sedangkan missionary akan ikut untuk memberitakan Injil.
c) Kalau kita mau jujur meneliti, kesalahan di dalam pelaksanaan dalam memberitakan kepercayaan agama, dilakukan hampir oleh seluruh agama, dan tentu saja di pemerintahan sekuler. Di semua agama, ada oknum yang baik dan ada oknum yang tidak baik. Inilah yang menjadi tantangan bagi seluruh umat beragama, untuk dapat menerapkan apa yang diajarkan oleh agamanya dalam menerapkan kasih.
3) Gilberto mengatakan "Pengikut kristus yg sejati jangat menjadi terlalu radikal, jangan terlalu katoliksentrik dengan membanding-bandingkannya dengan agama lain, anda jgn hanya mempromosi tulisan-2 alkitab sementara perbuatan org2 kristen sendiri adalah sesat, alkitab mengatakan jgn berbuat zina tapi pastor2 di Amerika memperkosa anak2 di bawah umur, anehnya Allah tidak menghukum mereka seperti menhukum bangsa Mesir, o ya berarti mereka itu buka keturunan allah alkitab tapi punya allah yg lain."
a) Saya ingin melurusan, bahwa katolisitas.org adalah website Katolik. Oleh sebab itu, apa yang ditulis di sini dan juga jawaban yang diberikan adalah berdasarkan ajaran Gereja Katolik. Hal ini adalah hal yang wajar, seperti kalau Gilberto masuk ke situs agama Islam, maka yang ditulis di situs tersebut adalah berdasarkan ajaran Islam. Cobalah melihat secara obyektif tulisan-tulisan di situs ini dan juga jawaban-jawaban yang diberikan. Bukankah perbandingan agama di situs ini terjadi karena seseorang mempertanyakan akan iman Katolik dan membandingkannya dengan agama orang yang bertanya? Dan karena saya beragama Katolik, maka saya mendasarkan jawaban saya pada Alkitab, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja.
b) Tentang oknum-oknum yang tidak mencerminkan ajaran Kristus memang perlu disesali dan sekaligus menjadi tantangan seluruh umat Allah, termasuk saya, untuk menerapkan apa yang diperintahkan oleh Kristus. Kalau Gilberto ingin melihat seperti apakah pengajaran Gereja Katolik, maka Gilberto dapat melihat orang-orang yang sungguh menerapkan ajaran Kristus. Lihatlah yang terberkati Bunda Teresa dari Kalkuta dengan pelayanannya.
c) Allah tentu saja menghukum orang yang berbuat kesalahan, namun tidak dengan cara yang sama seperti Allah menghukum bangsa Mesir, sama seperti Allah juga menghukum orang yang berdosa dengan cara yang berbeda-beda, seperti yang disebutkan di dalam PL dan PB. Oleh karena itu saya terus terang tidak mengerti kesimpulan yang Gilberto katakan "anehnya Allah tidak menghukum mereka seperti menhukum bangsa Mesir, o ya berarti mereka itu buka keturunan allah alkitab tapi punya allah yg lain."
4) Gilberto mengatakan "Yg ditulis dalam Alkitab hanyalah mitos bangsa Israel, orng cina munkin mempunyai kisah penciptaan alam semesta berbeda. kita tdk bisa membandingkan alkitab dengan sejarahnya bangsa indonesia karena sejarah mempunyai bukti lebih kuat ketimbang Alkitab, contohnya Alkitab mengatakan bahwa semua manusia adalah keturunan Adam dan hawa tapi kpk orang cina mempunya struktur dan warna kulita yg sangat jauh berbeda dengan orang cina. Mungkin Biologi dan Antropologi bisa menjelaskannya, tetapi alkitab tidak akan mungkin, sudah kadal warsa."
a) Kembali kita harus melihat kisah penciptaan dengan cara apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja. Kalau yang tidak disetujui oleh Gilberto adalah perbandingan kisah penciptaan antara yang disebutkan di Alkitab dan menurut ilmu pengetahuan, maka kita dapat mendiskusikannya secara tersendiri. Kalau Gilberto beranggapan bahwa yang ditulis oleh Alkitab hanyalah mitos belaka, maka kita mempunyai pandangan berbeda. Dan kita dapat mendiskusikannya dalam topik tersendiri.
b) Gereja Katolik memang mempercayai bahwa semua manusia berasal dari satu orang tua, yaitu Adam dan Hawa. Bahwa orang Cina mempunyai warna kulit yang bebeda dengan orang-orang Israel dan tidak dituliskan di Alkitab, maka adalah hal yang wajar, karena memang Alkitab bukanlah buku ilmu pengetahuan. Di dalam Kitab Kejadian di sebutkan bahwa setelah Nabi Nuh selamat dari banjir besar, maka mereka memenuhi muka bumi (lih Kej 9-11). Dan pada waktu mereka membangun menara babel, maka Tuhan menceraiberaikan mereka ke seluruh muka bumi (lih. Kej 11:9). Kalau orang-orang Cina mempunyai kulit berbeda, maka hal ini tidak berarti bahwa apa yang dikatakan di dalam Alkitab adalah salah. Dikatakan bahwa perbedaan DNA dari dua orang yang berbeda di muka bumi ini tidaklah terlalu besar, dimana seluruh manusia di dunia mempunyai karakteristik yang mirip.
Ilmu pengetahuan mempunyai porsinya sendiri dan iman mempunyai porsinya sendiri. Dan keduanya tidak bertentangan, karena akal budi dan iman berasal dari sumber yang sama, yaitu Tuhan. Oleh karena itu, bukannya Alkitab sudah kadalu warsa saperti yang dikatakan oleh Gilberto, namun Alkitab adalah bukan buku ilmu pengetahuan. Hal ini sama saja dengan mengatakan bahwa buku sejarah negara Indonesia adalah kadalu warsa, karena tidak memuat ilmu pengetahuan. Memang bukan maksud dari pengarang buku sejarah indonesia untuk menuliskan hal-hal ilmu pengetahuan secara terperinci.
Itulah jawaban yang dapat saya berikan. Terima kasih telah mengingatkan kita semua untuk "mengasihi musuh" seperti yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Namun perlu diluruskan di sini, bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, dan kalau kita berbeda pendapat bukanlah berarti tidak mengasihi. Bahkan orang yang berbeda pendapat tidak pernah kami anggap musuh. Kalau kami hanya sekedar menyetujui semua pendapat yang masuk di website ini, maka kami tidak menerapkan hukum kasih, karena kasih tidak terpisah dari kebenaran. Kasih yang mengaburkan kebenaran bukanlah kasih.
Semoga uraian di atas dapat menjawab keberatan Gilberto. Terima kasih atas partisipasinya. Mari kita bersama-sama berdialog atas dasar kasih dan kebenaran.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Buat saudara Gilberto Alves…..
Atas komentarnya…… damai sejahtera selalu…
Apa yang selama ini disampaikan oleh saudara Stefanus dan team sangatlah obyektif… Mereka sangat terbuka dengan segala permasalahan yang ditanyakan, dan jawabannyapun tidak tendensius…
Maaf, apakah saudara seorang Kristen atau bukan, seyogyanya masuk ke komunitas ini dalam suasana yang damai, pertanyaan didasarkan atas keingin-tahuan dan komentar didasarkan atas semangat untuk lebih memperdalam masalah.
Disini, kita belajar untuk MENCARI KEBENARAN dan BUKAN MENCARI PEMBENARAN (ini bagian dari iman Kristen). Banyak hal yang sudah disampaikan oleh saudara Stefanus bukan berdasar argumen KOSONG, semua ada dasar yang dapat dipertanggung jawabkan.
Saya sebagai orang awam, hanya mencoba berpikir praktis saja…(hehehehe, kayak yang sudah-sudah). Yang sangat saya pegang teguh di dalam iman saya sebagai orang Kristen adalah ajaran yang di firman kan dan diturunkan oleh Tuhan sendiri yaitu HUKUM CINTA KASIH. Yang berbunyi : “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Disini tidak disebutkan bahwa kasihilah agamamu…
Dan siapa itu sesama? ya semua manusia tanpa pandang bulu, malah Tuhan Yesus sendiri menjelaskan siapa itu sesama dengan sangat ekstrim seperti yang ada di Lukas 10:30-37(kebaikan orang Samaria).
Tuhan Yesus meminta kita untuk berlaku tegas… Jika YA katakan YA, jika tidak maka katakan TIDAK.
Maka demikian juga isi Alkitab INJIL, berlaku sepanjang masa dengan arti yang sama, maksudnya.. makna dan arti yang disampaikan didalam INJIL tidak akan berubah, jadi dalam hal ini tidak ada PENAFSIRAN. Sebab penafsiran dapat bersifat “sementara” dan bisa berubah.
Masalah “pengikut” Kristus yang radikal, atau Pastor yang mungkin berlaku tidak benar, Saya berharap saudara Gilberto dapat berlaku bijak, maaf, maksud saya mohon dibedakan antara ajaran Kristus dan OKNUM nya. Jika memang benar mereka adalah pengikut KRISTUS ya pasti tidak berlaku demikian, karena yang diajarkan oleh KRISTUS adalah HUKUM KASIH. Siapapun tahu, salah satu ajaran Tuhan Yesus.. Jika ditampar pipi kirimu, berikanlah pipi kananmu..
Tuhan tidak pernah mengijinkan kita, bila disakiti membalas menyakiti.. Seorang TUAN harus menjadi HAMBA bagi saudaranya… (siapa itu “saudara”… ya sesama..), hal ini dimaksudkan agar kita saling melayani.. dan mengasihi.
Perbuatan manusia didasari oleh hukum sebab akibat.. manusia dikaruniai, akal budi, hati nurani dan kehendak bebas. Dengan kehendak bebasnya, manusia lah yang menentukan apakah ia mau mengikuti kehendak Tuhan nya atau tidak, mau bertobat atau tidak, mau selamat atau tidak.
Sifat Tuhan adalah BAIK, dan itu adalah hakekat Tuhan. Seperti dikisahkan tentang DOMBA YANG HILANG atau ANAK YANG HILANG.
Dan firman Tuhan, seluruh isi surga bersorak sorai menyambut seorang anak manusia yang bertobat(bayangkan bagaimana kalau semua manusia bertobat??!!!).
Dan untuk itulah Tuhan sendiri turun menjadi “MANUSIA” untuk membebaskan “dosa” SELURUH UMAT MANUSIA, tanpa kecuali.
Masalah PENGHUKUMAN (seperti bangsa Mesir)… hal “penghukuman” dapat kita baca di Matius 13:24-30, perumpamaan tentang GANDUM DAN ILALANG.
Seperti Saudara Stefanus kemukakan, bahwa INJIL harus kita pahami tidak sepenuhnya sebagai “buku sejarah”. AMIN.
Demikian urun rembug saya, saya yakin semua yang teribat disini diterangi oleh ROH KUDUS.
Buat saudara Stef, jika ada kata saya yang salah atau pengertian yang membingungkan mohon direvisi atau dihapuskan. Terima kasih.
Buat saudaraku Gilberto… tetap semangat, semoga Tuhan Yesus memberkati saudara dan keluarga.
Salam dari saya, Georgius dan keluarga.
Dear katolisitas,
Saya sering mendengar dari orang2 bahwa Galileo dihukum mati oleh Gereja Katolik karena mengajukan teori heliosentris dan menolak geosentris. Apakah hal ini benar? Mohon penjelasannya. Terima kasih
Shalom Thomas,
Telah dijawab di artikel di atas (silakan klik)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef-www.katolisitas.org
Untung ada penjelasan – penjelasan yg mencerahkan seperti ini.
Karena Kasus Galileo ini sudah banyak diplintir baik secara sengaja maupun tidak (sekedar paste – copy, tanpa menyelidiki), bahkan dari pengarang – pengarang buku yg sudah ngetop. Sehingga Sebagian besar orang tidak tahu kebenaran yg sesungguhnya. Selain dari sudut pandang Katolik seperti penjelasan diatas, bagi yg ingin melihat dari sudut pandang sains bisa dilihat di http://jalakbali.wordpress.com
Terima kasih.GBU
Comments are closed.