Berikut ini adalah salah satu diskusi tentang “Batu Karang” di Mat 16:16. Seorang pembaca menuliskan komentar sebagai berikut:
Kristus berkata kepada Petrus “Di atas batu karang ini saya akan dirikan GerejaKu”, dan “Dia akan selalu beserta kita/GerejaNya sampai akhir” (Mat 16:18) Pertanyaan saya apakah yang diajarkan oleh rasul Petrus sama dengan yang diajarkan oleh gereja Katholik saat ini? Jika ya… berarti penghapusan dosa melalui surat penghapus dosa juga diajarkan oleh rasul Petrus? Jika ya… berarti rasul Petrus tidak konsisten dengan ajarannya mengenai keselamatan. Saya rasa tidak. Mungkin sdr Maria harus membaca ayat ini dengan seksama. Kenapa Tuhan Yesus menyebutkan memberikan nama Petrus kepada Simon? Apakah dia karena dia akan mendirikan gereja? TIDAK melainkan karena pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”. Jika Simon tidak mempunyai pengakuan ini tentu dia tidak akan mendapatkan nama Petrus. Tuhan mungkin akan memberikan nama ini kepada Yohanes atau rasul yang lain yang memberikan pengakuan tsb. Jadi menurut saya, jemaat yang dibangun di atas batu karang dalam ayat tsb adalah jemaat yang didirikan di atas dasar pengakuan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Perhatikan juga pada ayat2 berikutnya, yaitu pada ayat 23 dimana Yesus menyebut dia sebagai iblis. Jika kembali kepada pengertian sdr. Maria, bagaimana mungkin Yesus mendirikan jemaatNya di atas iblis?! Apakah semua persatuan berasal dari Allah, kita lihat agama-agama lain seperti Islam, Budha, Hindu.. mereka juga memiliki ajaran yang sama. Apakah kemudian anda mengatakan itu dari Allah? Persatuan memang penting karena itu tujuan akhir dari gereja Tuhan yaitu pembentukan tubuh Kristus tetapi itu bukan oleh Katholik, bukan oleh Protestan tetapi semata-mata pekerjaan Firman Allah dan Roh Kudus. Gereja memang harus dibangun di atas dasar batu karang, yaitu batu karang rohani yang adalah Kristus (I Kor 10:4)
Salam – Samuel.
Dan berikut ini adalah jawaban yang diberikan oleh katolisitas.
I. Ajaran Kristus, Rasul Petrus, dan Gereja Katolik.
Samuel mempertanyakan apakah ajaran Gereja Katolik yang ada sekarang adalah sama seperti yang diajarkan oleh Rasul Petrus yang menerima mandat dari Kristus, dimana di atas Rasul Petrus, Kristus mendirikan Gereja-Nya.
Saya telah menjelaskan tentang indulgensi yang bersumber pada Alkitab di diskusi sebelumnya. Bahkan saya berani mengatakan bahwa semua doktrin Gereja Katolik bersumber pada Alkitab, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, dan ketiganya tidaklah bertentangan.Cardinal Newman, dalam bukunya “The Development of Christian Doctrines”, meneliti bahwa Gereja yang mempunyai pengajaran yang benar adalah Gereja yang perkembangan ajarannya dapat ditelusuri sampai kepada jaman awal kekristenan, yang bersumber pada Yesus sendiri. Ini berarti harus ada konsistensi dalam pengajaran, sama seperti perkembangan pohon kecil ke pohon yang besar. Yang dimaksudkan dari kecil ke besar adalah ajaran yang sama, namun perkembangannya hanya untuk memperjelas pengertian bukan mengubah ajaran. Hal inilah yang ditemukan oleh Kardinal Newmann dalam Gereja Katolik, sehingga untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, dia berpindah dari Anglikan ke Gereja Katolik.
Namun inilah yang menjadi masalah dari gereja-gereja yang lain, yang ajarannya sulit untuk ditelusuri sumbernya. Mungkin bagi pemeluk denominasi-denominasi akan mengatakan semuanya bersumber pada Alkitab. Namun mari kita melihat contoh doktrin tentang Perawan Maria. Kalau ditanya umat Kristen sekarang, yang mengatakan bahwa semuanya bersumber pada Alkitab, maka mereka akan mengatakan bahwa Maria tidak lagi perawan setelah melahirkan Yesus.Mari kita melihat apa yang dikatakan oleh Martin Luther dan John Calvin dan para pendiri denominasi Kristen tentang keperawanan Maria:
Martin Luther
(1483-1546): “Sudah menjadi iman kita bahwa Maria adalah Ibu Tuhan dan tetap perawan…. Kristus, kita percaya, lahir dari rahim yang tetap sempurna (‘a womb left perfectly intact’)”[13]
John Calvin (1509-1564):
“Ada orang-orang yang ingin mengartikan dari perikop Mat 1:25 bahwa Perawan Maria mempunyai anak-anak selain dari Kristus, Putera Allah, dan bahwa Yusuf berhubungan dengannya kemudian, tetapi, betapa bodohnya pemikiran seperti ini! Sebab penulis Injil tidak bermaksud merekam apa yang terjadi sesudahnya; ia hanya mau menyampaikan dengan jelas hal ketaatan Yusuf dan untuk menyatakan bahwa Yusuf telah diyakinkan bahwa Tuhanlah yang mengirimkan malaikatNya kepada Maria. Yusuf tidak pernah berhubungan dengan Maria …(He had therefore never dwelt with her nor had he shared her company)…Dan selanjutnya Tuhan kita Yesus Kristus dikatakan sebagai yang sulung. Hal ini bukan berarti bahwa ada anak yang kedua dan ketiga, tetapi karena penulis Injil ingin menyampaikan hak-hak yang lebih tinggi (precedence). Alkitab menyebutkan hal ’sulung’ (firstborn), baik ada atau tidaknya anak yang kedua.”[14] John Calvin bahkan mengecam Helvidius, yang mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak.[15]
Ulrich Zwingli (1484-1531):
“Saya yakin dan percaya bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil, sebagai Perawan murni melahirkan Putera Allah dan pada saat melahirkan dan sesudahnya selalu tetap murni dan tetap perawan (’forever remained a pure, intact Virgin’).”[16]
John Wesley
(1703-1791)menulis: “Saya percaya bahwa Dia (Tuhan Yesus) telah menjadi manusia, menyatukan kemanusiaan dengan keilahian dalam satu Pribadi; dikandung oleh satu kuasa Roh-Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria yang terberkati, yang setelah melahirkan-Nya tetap murni dan tetap perawan tak bernoda.”[17]
Pertanyaan saya adalah, mengapa para pendiri Kristen denominasi, yang mendasarkan ajarannya dari Kitab Suci dan mengajarkan Maria tetap perawan, namun umat Kristen pada saat ini, sebagian besar mengajarkan bahwa Maria tidak lagi perawan? Alkitab yang dipakai sama, namun kenapa ajarannya berbeda?Untuk topik Maria tetap perawan, silakan membaca artikel lengkapnya disini (silakan klik).Hal inilah yang menjadi perhatian Cardinal Newman. Suatu ajaran tidak dapat berubah dari ada menjadi tidak ada, atau sebaliknya. Namun doktrin yang benar adalah hanya memperjelas, bukan membuat sesuatu yang baru. Dalam teologi, kita tidak dapat membuat suatu inovasi yang baru, namun bersumber pada teologi sebelumnya, sehingga dari pohon kecil menjadi pohon yang besar, dan bukan menjadi pohon yang berbeda sama sekali dan keluar dari pohon yang ada.
II. Petrus, sang batu karang.
Samuel mengatakan bahwa di Mat 16:18, Batu karang mengacu kepada pengakuan Petrus. Dan lebih lanjut dikatakan bahwa Yesus memberikan nama Petrus, karena Petrus mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan. Mari kita melihat tentang hal ini, dimana ayat ini juga merupakan dasar dari kepausan dan salah satunya dari ayat ini, Gereja Katolik mengatakan bahwa Yesus membangun Gereja Katolik. Nanti kalau ada waktu, maka saya akan menulis tentang hal ini secara tersendiri.
Dalam Mat 16:18 dikatakanLAI: “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”NASB: “I also say to you that you are Peter, and upon this rock I will build My church; and the gates of Hades will not overpower it.
RSV: And I tell you, you are Peter, and on this rock I will build my church, and the powers of death shall not prevail against it.
Dari kalangan Protestan banyak yang mengartikan bahwa dalam bahasa Yunani, dikatakan bahwa Petrus adalah “Petros” dan batu karang adalah “petra“. Dan ini berarti bahwa Petros dan Petro tidak sama, sehingga tidak mungkin Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Petrus, melainkan di atas pengakuan Petrus.
Dari tata bahasa Yunani: Penggunaan Petros dan Petra adalah karena tata bahasa Yunani, yang mengenal masculin dan feminim, yang diterapkan bukan hanya terhadap manusia, namun juga terhadap benda-benda. Jadi, dalam hal ini diterjemahkan “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petros dan di atas Petra ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”Jadi kata Petra tidak dapat digunakan untuk menggantikan nama Petrus, karena kalau demikian sama saja dengan memakai nama Michelle untuk Michael atau Fransiska untuk Fransiskus.Namun pada jaman Yesus, bahasa yang dipakai adalah bahasa Aram, sehingga menjadi “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Kefas dan di atas Kefas ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” Yesus memberikan nama Kefas (Petrus) kepada Simon jauh sebelum pengakuan ini, yaitu pada waktu Yesus bertemu dengan Petrus, dimana Yesus berkata “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).” (Yoh 1:42).
Dari segi kelogisan kalimat: Kalau kita menafsirkan bahwa Petros adalah Petrus dan kemudian Petra adalah pengakuan Petrus, maka akan terlihat tidak logis dan kira-kira seperti berikut ini:Yesus berkata kepada Petrus: engkau adalah Petrus dan di atas pengakuanmu aku akan mendirikan Gereja-Ku…Dua kalimat tersebut tidak berhubungan. Dan kalau kita melihat dari bahasa Greek, dikatakan “Engkau adalah Petrus, dan (memakai “kai“) di “taute” (this very) batu karang ini, Aku akan mendirikan Gereja-Ku”. Kai (dan) mengindikasikan bahwa kata benda yang dipakai harus merujuk kepada kata benda sebelumnya.
Dari Bapa Gereja, kita tahu bahwa Petrus menjadi pondasi dari Gereja.
St. Clement kepada Yakobus.”Be it known to you, my lord, that Simon [Peter],who, for the sake of the true faith, and the most sure foundation of his doctrine, was set apart to be the foundation of the Church, and for this end was by Jesus himself, with his truthful mouth, named Peter, the first fruits of our Lord, the first of the apostles; to whom first the Father revealed the Son; whom the Christ, with good reason, blessed; the called, and elect” (Letter of Clement to James 2 [A.D. 221]).
St. Jerome mengatakan “‘But,’ you [Jovinian] will say, ‘it was on Peter that the Church was founded’ [Matt. 16:18]. Well . . . one among the twelve is chosen to be their head in order to remove any occasion for division“(Against Jovinian 1:26 [A.D. 393]).
Dan masih begitu banyak kutipan dari Bapa Gereja yang lain, yang mempertegas posisi ini.
Di dalam artikel “Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan (Bagian 2)“, dikatakan:
Yesus mendirikan GerejaNya di atas Rasul Petrus (Kepha, Petros) -yang artinya batu karang- (Mat 16:18) dan memberikan kuasa yang khusus kepadanya di atas para rasul yang lain, untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yoh 21:5-7). Walaupun Kristus juga memberikan kuasa kepada rasul-rasul yang lain (Mat 18:18), hanya kepada Petruslah Ia memberikan kunci- kunci Kerajaan Surga (Mat 16:19) yang melambangkan kuasa untuk memimpin GerejaNya di dunia.Yesus sang Gembala yang Baik mempercayakan domba-dombaNya kepada Petrus dan mempercayakan tugas untuk meneguhkan iman para rasul yang lain, agar iman Gereja jangan sampai sesat (Luk 22:3-32). Petruslah yang kemudian menjadi pemimpin para rasul setelah hari Pentakosta, mengabarkan Injil, membuat keputusan dan pengarahan (Kis 2:1-41, 15:7-12). Para penerus Rasul Petrus ini dikenal sebagai uskup Roma, yang dipanggil sebagai ‘Paus’ yang artinya Papa/ Bapa.Jelaslah bahwa secara struktural, Paus (penerus Rasul Petrus)
memegang kepemimpinan tertinggi, diikuti oleh para uskup (penerus para rasul lainnya) di dalam persekutuan dengan Paus. Para uskup ini dibantu oleh para imam dan diakon. Dalam hal ini, para Paus memegang kuasa Rasul Petrus, yang menerima perintah dari Yesus sendiri, dan karenanya tidak mungkin sesat. Perlu diketahui, bahwa kepemimpinan Paus -dan para uskup di dalam persekutuan dengannya- yang tidak mungkin sesat (‘infallible’) ini- hanya berlaku di dalam hal pengajaran iman dan moral.[7]
Hal ini sungguh membuktikan kemurnian pengajaran Gereja, karena ajarannya bukan merupakan hasil demokrasi manusia, melainkan diturunkan dari Yesus sendiri, dan Bapa Paus tidak punya kuasa untuk mengubahnya.
III. Kenapa Yesus menghardik Petrus dengan sebutan Setan (Mat 16:23)?
Perkataan Yesus di Mat 16:23 tidak merubah kenyataan bahwa Yesus mendirikan Gereja di atas Petrus (Mat 16:18). Sama seperti kita telah menjadi anak Allah melalui Sakramen Baptis, namun kemudian kita berbuat dosa lagi. Yang terpenting adalah Petrus berbalik kepada Allah, dan kemudian setelah Pentekosta, Petrus yang berbicara kepada banyak orang, sehingga banyak orang diselamatkan (Kis 2).
Kalau demikian apakah Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Iblis (karena Yesus berkata “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Mat 16:23)? Tentu saja tidak demikian, dengan beberapa alasan sebagai berikut:
Perhatikan ayat 22, dimana dikatakan “Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” (Mat 16:23).Disini Petrus berbicara kepada Yesus secara pribadi dan sungguh berbeda dengan pernyataan Petrus yang dibuat secara terbuka di ayat 15-16 “Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
Mat 16:16 Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” .Dan Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa semua yang dikatakan oleh Petrus dan penerusnya, para Paus tidak mungkin salah (infallible). Infallibility atau tidak mungkin salah bagi Paus harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Seorang Paus berbicara di atas kursi Petrus, atau dalam kapasitasnya sebagai seorang Paus. Jadi kalau seorang Paus berbicara dalam kapasitas pribadi, dia tidak berbicara ex cathedra. 2) Kalau Paus berbicara dalam masalah iman dan moral. Jadi seorang Paus dapat salah kalau dia berbicara tentang science, art, dll. 3) Kalau Paus memberikan doktrin yang berlaku universal atau untuk umat Katolik di seluruh dunia.
Untuk keterangan lebih lanjut tentang hal ini, silakan membaca jawaban ini (silakan klik).
Para rasul pada saat itu tidak ada yang benar-benar mengerti apa yang dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Kristus dan hubungannya dengan sengsara dan kematian Kristus. Dan para murid mulai mengerti pada waktu Yesus bangkit dan pada waktu Yesus sendiri mengirimkan Roh-Nya pada Pentekosta, dimana secara berani Petrus berbicara kepada orang banyak mengenai misteri Paskah.
Kalau Yesus menjanjikan sesuatu kepada Petrus untuk menjadi batu karang dimana Gereja didirikan, maka Dia akan memampukannya. Hal ini bukan karena Petrus yang paling kuat imamnya dari antara para rasul, namun kepercayaan ini adalah berdasarkan janji Kristus. Kristus yang menjanjikan untuk berdoa bagi Petrus, sehingga Petrus dapat memberi kekuatan bagi para rasul yang lain (Lk 22:31-32). Yesus juga yang memberikan kuasa kepada Petrus untuk menggembalakan kawanan domba-Nya (Yoh 21:15-17). Dan Yesus, melalui kuasa Roh Kudus, memilih Petrus untuk berkotbah tentang rencana keselamatan yang telah dirancang oleh Allah dan terpenuhi dalam diri Kristus (Kis 1:14-47). Dan dengan kuasa yang diberikan oleh Kristus, rasul Petrus berbicara dengan otoritas untuk menyelesaikan perselisihan di konsili Yerusalem (Kis 15:6-8). Dan Petrus akhirnya memenuhi nubuat Yesus yang dikatakannya di Yoh. 21:18-19, dengan meninggal di kayu salib secara terbalik di Roma.
Jadi, sama seperti kita yang dipilih oleh Allah menjadi anak-anak Allah, Petrus-pun dipilih Allah seturut dengan kebijaksanaan-Nya menjadi Paus yang pertama. Di dalam kelemahannya dan juga semua penggantinya, Kristus tetap setia untuk mendampingi Gereja sampai akhir jaman, sehingga alam maut tidak menguasainya. Cobalah pikirkan, dimana dan doktrin apa yang dikeluarkan oleh seorang Paus pada saat dia berbicara Ex-Cathedra (di tahta Petrus) yang tidak sesuai dengan Alkitab atau yang dulunya benar sekarang dianggap salah atau sebaliknya.
Demikian jawaban yang dapat saya berikan. Semoga kita sama-sama belajar bahwa Kristus memilih orang-orang yang sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Petrus memang lemah, namun dia dipilih oleh Kristus secara khusus untuk menjadi Paus pertama untuk menggembalakan domba-domba-Nya.
Pak Stef,
Di media sosial FB saya mempunyai teman dari SDA (yg juga pengarang novel kriminal yg cukup terkenal). Beberapa waktu yll mengtengahkan topik tentang Perubahan hari Sabat ke hari Minggu. Sekarang tentang Petrus (topik utama berdasarkan Mat 16:18). Sekarang sudah sampai pembahasan ke -5. Argumennya adalah, batu karang itu adalah Kristus, bukan Petrus. Adapun perikopnya bergeser ke 1 Kor 3:11 dan Efesus 2 : 20-22. Hal ini disebabkan karena dari beberapa teman katholik yang memberikan arguman cukup kuat bhw yg dimaksud di Mat 16:18 batu karang tsb adalah Simon Petrus/Kephas. Namun, karena dia tetap tidak bisa menerima argumen kami, maka dia geser ke 1 Kor 3:11 dan Efesus 2:20-22. Pertanyaan saya, adakah relasi antara Mat 16:18 dengan 1 Kor 3:11/Effesus 2:20-22 ? Terima kasih sebelumnya atas pencerah dari pak Stef. Tuhan membimbing kta semua.
Shalom Martinus,
Ada sebagian umat Kristen non Katolik yang mencoba memberikan argumentasi bahwa Batu Karang yang disebutkan dalam Mat 16:18 adalah Kristus dan bukan Petrus. Mereka memberikan argumentasi bahwa dasar dari bangunan yang telah diletakkan adalah Yesus Kristus (lih. 1Kor 3:11) dan Kristus adalah sebagai batu penjuru (lih. Ef 2:20). Masih ada ayat-ayat lain serupa, seperti: Tuhan-lah yang layak disebut sebagai ‘Gunung Batu/ batu karang’, seperti yang ditulis dalam Yes 44:8, “Adakah Allah selain dari pada-Ku? Tidak ada Gunung Batu yang lain, tidak ada Kukenal!” dan 1 Kor 10:4, “sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.”
Memang Tuhan disebut sebagai ‘Gunung Batu’/ ‘the Rock‘ di Yes 44:8, dan bahkan di banyak ayat lainnya. Namun juga di tujuh bab kemudian dalam kitab Yesaya, yaitu Yes 51: 1-2, dikatakan Abraham adalah gunung batu yang daripadanya bangsa Israel terpahat. Serupa dengan hal ini adalah: Yesus disebut sebagai dasar Gereja (1 Kor 3:11) tetapi dalam Why 21:14 dan Ef 2:20, dikatakan bahwa dasar Gereja adalah para rasul. Atau dikatakan bahwa Yesus adalah Terang Dunia (Yoh 9:5) tetapi Kitab Suci juga mengatakan bahwa kita sebagai murid- murid Kristus adalah terang dunia (Mat 5:14). Juga, Yesus adalah Sang Rabi/ guru pengajar, namun ada banyak pengajar di dalam Tubuh Kristus (Ef 4:11; Yak 3:1).
Maka bukanlah suatu kontradiksi untuk mengatakan jika dasar Gereja adalah para rasul, sebab mereka dapat menjadi dasar Gereja karena mereka ada di dalam Kristus, Sang Dasar/ Pondasi. Demikian juga, Gereja dapat menjadi terang dunia karena ia berada di dalam Kristus yang adalah Terang Dunia. Seorang guru pengajar dapat mengajar karena ia ada di dalam Kristus Sang Guru. Dengan pengertian ini kita mengartikan Petrus sebagai ‘batu karang’. Keberadaannya sebagai ‘batu karang’ tidak mengurangi makna Kristus sebagai ‘Batu Karang/ Gunung Batu’ sebab karakternya sebagai batu karang tersebut diperoleh dari Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima kasih atas penjelasan dari pak Stef. Tuhan memberkati.
Ijinkan saya bertanya,
Tersebut dalam sejarah gereja, Petrus adalah Paus pertama. Pertanyaan saya adalah
(1) apakah saat itu “Petrus saat itu adalah penguasa tunggal/monoepiskopal ?
(2) apakah saat itu Petrus menyadari bahwa dia seorang Paus?
(3) jika no 2 itu “Ya”apakah semua gereja yang ada tunduk padanya setiap kali Petrus mengeluarkan perintah?
Terima kasih atas tanggapannya
Shalom J A Lebert,
Silakan Anda membaca terlebih dahulu artikel seri tentang Keutamaan Petrus di situs ini:
Keutamaan Petrus (1): Menurut Kitab Suci
Keutamaan Petrus (2): Bukti Sejarah tentang Keberadaan Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (3): Tanggapan terhadap Mereka yang Menentang Keberadaan Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (4): Menurut Dokumen Awal Gereja
Keutamaan Petrus (5): Dalam Gereja di Lima Abad Pertama
Saya rasa istilah yang Anda gunakan untuk menggambarkan Petrus sebagai “penguasa tunggal” itu kurang tepat. Sebab kepemimpinan Rasul Petrus adalah pelayanan umat dan bukan penguasaan. Lalu tentang episkopal (keuskupan) di zaman gereja perdana memang tidak hanya satu, tetapi banyak. Hal ini sudah kita ketahui dari tulisan Rasul Paulus tentang syarat-syarat menjadi seorang penilik jemaat (uskup), dalam 1 Tim 3:2. Namun keutamaan Rasul Petrus sebagai pemimpin dari semua Rasul, sudah nyata sejak zaman Yesus masih hidup, saat Yesus sudah naik ke surga, dan seterusnya. Mohon membaca artikel seri di atas.
Petrus yang telah dipilih oleh Yesus untuk menjadi Batu Karang, yang atasnya Kristus mendirikan Gereja-Nya (Mat 16:18), tahu dan sadar akan tugas kepemimpinannya, sehingga di banyak kesempatan ia-lah yang tampil untuk mewakili kedua belas rasul.
Sejak awal mula catatan sejarah Gereja membuktikan bahwa kepemimpinan Rasul Petrus telah diakui oleh Gereja-gereja yang ada, baik yang ada di Barat maupun di Timur, dan kepemimpinan Rasul Petrus inilah yang kemudian dilanjutkan oleh Bapa Paus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.