Apa yang ditulis oleh para Bapa Gereja, terutama di zaman awal kekristenan menjadi salah satu dasar ajaran Gereja Katolik. Tulisan mereka yang menyebutkan adanya Purgatorium menjadi bukti nyata bahwa Purgatorium telah diajarkan Gereja sejak abad-abad awal. Di makam- makam jemaat awal sejak abad pertama, di berbagai monumen dan ukiran di katakomba, tertulis doa-doa bagi para arwah orang beriman. Di abad ke-2 sampai abad ke-4, Tertulianus, St. Sirilius dari Yerusalem, St. Yohanes Krisostomus mengajarkan agar kita membantu jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia dengan mendoakan mereka. St. Agustinus di abad ke-4 juga mengajarkan bahwa hukuman sementara akibat konsekuensi dosa dapat terjadi di dunia ini maupun setelah kematian, namun ini bukanlah penghukuman kekal. Hukuman sementara setelah kematian terjadi di Purgatorium. St. Gregorius Agung yang hidup di abad-6 mengajarkan adanya Purgatorium/ Api Penyucian sebelum Pengadilan Terakhir. Kita juga melihat praktek para rahib mendoakan jiwa rekan-rekan mereka yang meninggal dengan mendaraskan Mazmur dan mempersembahkan Misa kudus. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran untuk mendoakan mereka yang telah meninggal seperti yang diajarkan oleh para Bapa Gereja bukanlah hanya sekedar teori, namun juga telah dipraktekkan dalam kehidupan Gereja, sejak abad-abad awal.