1. Apakah Kitab Kejadian ditulis oleh Musa seorang?
Pertanyaan ini berhubungan dengan pertanyaan tetang keotentikan Pentateuch (kelima Kitab Musa). Pontifical Biblical Commission pernah mengeluarkan pernyataan tentang hal ini demikian:
On the Mosaic Authorship of the Pentateuch
[From the Response of the Commission on Biblical Studies, June 27, 1906]
First Question: Whether the arguments amassed by critics [as of 1906] to impugn the Mosaic authenticity of the sacred books designated by the name Pentateuch are of sufficient weight, notwithstanding the collective testimony of witnesses to the contrary found in both Testaments, the persistent agreement of the Jewish people, the constant tradition of the Church, and the internal evidence derived from the text itself, to justify the statement that these books do not have Moses as their author but were compiled from sources for the most part posterior to the time of Moses?
Response: Negative.
(Pontifical Bible Commission, Responsum de Mosaica authentia Pentateuchi, June 27, 1906; ASS 39 (1906) 377-78; translated by Dean P. Bechard, The Scripture Documents – An Anthology of Official Catholic Teachings, 188)
Maksudnya di sini adalah: Pada tahun 1906, Gereja, berdasarkan banyaknya indikasi dari Kitab- kitab PL dan PB, keyakinan yang terus berlanjut di bangsa Israel dan tradisi yang tak terputus dari Gereja, dan bukti internal dari teks tersebut, menolak argumen yang mengatakan bahwa Kitab Musa bukan dikarang oleh Musa, tetapi disusun oleh sumber- sumber lain di jaman setelah Musa. Namun demikian Gereja mengakui adanya kemungkinan penyesuaian redaksional pada teks biblis setelah Musa wafat. Ini dijelaskan dalam tanggapan terhadap pertanyaan kedua:
Second Question: [First part:] Whether the Mosaic authenticity of the Pentateuch necessarily postulates such a redaction of the whole work that requires us absolutely to maintain that Moses wrote with his own hand or dictated to amanuenses all and everything contained in it; [Second part:] or whether it is possible to admit the hypothesis of those who think that he entrusted the composition of the work itself, which he himself conceived under the influence of divine inspiration, to some other person or persons, but in such a way that they faithfully rendered his own thought, wrote nothing contrary to his will, and omitted nothing; and that the work thus produced, being approved by Moses as the principal and inspired author, was made public under his name.
Response: Negative to the first part; affirmative to the second part.
Maksudnya: (1) Apakah berarti Musalah yang menuliskan semua kitab Pentateuch atau mendiktekan keseluruhannya kepada para penyalin? Tidak. (2) Apakah mungkin untuk menerima dugaan bahwa Musa menitipkan penyusunan karyanya yang di bawah pengaruh Roh Kudus, kepada orang lain atau beberapa orang lain, namun mereka dengan setia mempertahankan pemikiran Musa dan tidak menuliskan apapun yang bertentangan dengan kehendak Musa, dan tidak menghapus apapun; dan bahwa karya itu lalu dihasilkan dan disetujui oleh Musa sebagai pengarang utama dan pengarang yang diinsirasikan Roh Kudus dan dipublikasikan di bawah namanya? Ya.
Third Question: Whether it may be granted without prejudice to the Mosaic authenticity of the Pentateuch that Moses in the production of his work made use of sources, whether written documents or oral traditions, and from these, in accordance with his special purposes and under the influence of divine inspiration, he selected some things, either verbatim or in substance, summarized or amplified, and inserted them into his work.
Response: Affirmative.
Maksudnya: Apakah dapat dikatakan bahwa dalam menyusun karyanya Musa menggunakan sumber- sumber lain, baik dokumen- dokumen tertulis maupun tradisi-tradisi lisan, dan dari sini, sesuai dengan maksudnya yang istimewa, dan di bawah pengaruh Roh Kudus, ia memilih beberapa hal, entah kata demi kata atau di dalam substansi, meringkasnya atau menekankan [beberapa hal] dan menyisipkan ke dalam karyanya? Ya.
Fourth Question: Whether, granted the substantial Mosaic authenticity of the Pentateuch, it may be admitted that in the long course of the centuries certain alterations have been introduced into the text, such as additions after the death of Moses either appended by an inspired author or inserted into the text as glosses or explanations; certain words or forms translated from the ancient into more current languages; or finally, faulty readings that can be attributed to the error of copyists, concerning which it is permissible to investigate and judge according to the norms of criticism.
Response: Affirmative, subject to the judgment of the Church.
Maksudnya: Apakah dapat diterima bahwa dalam jangka waktu berabad- abad yang panjang [sesudahnya], beberapa penyesuaian tertentu telah diadakan terhadap teks, seperti penambahan sesudah kematian Musa, baik ditambahkan oleh seorang pengarang yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, atau dimasukkan ke dalam teks sebagai daftar kata- kata atau penjelasan; beberapa kata atau bentuk diterjemahkan dari bahasa kuno ke dalam bahasa yang lebih dipahami pada jaman yang bersangkutan; atau akhirnya, adanya kesalahan ejaan dapat dianggap sebagai kesalahan kesalahan penyalin, dan tentang hal itu dapat dilakukan penyelidikan dan penilaian sesuai dengan norma- norma criticism? Ya, sesuai dengan penilaian Gereja.
Dengan demikian, Gereja mengajarkan melalui PBC, bahwa pengarang kitab Pentateuch (kelima Kitab Musa) adalah Musa tentu atas inspirasi Roh Kudus, walaupun kemungkinan dia dapat melibatkan orang (orang- orang lain) untuk menyusun dan menyalinnya.
2. Kalau Musa yang menulis, jadi sepuluh perintah Allah itu ‘hanya’ karangan Musa?
Tidak. Sebab tentang hal siapakah pengarang Kitab Suci, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 105 Allah adalah penyebab [auctor] Kitab Suci. “Yang diwahyukan oleh Allah dan yang termuat serta tersedia dalam Kitab Suci telah ditulis dengan ilham Roh Kudus”.”Bunda Gereja yang kudus, berdasarkan iman para Rasul, memandang kitab-kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru secara keseluruhan, beserta semua bagian-bagiannya, sebagai buku-buku yang suci dan kanonik, karena ditulis dengan ilham Roh Kudus (lih. Yoh 20:31; 2 Tim 3:16; 2 Ptr 1:19-21; 3:15-16), dan dengan Allah sebagai pengarangnya, serta dalam keadaannya demikian itu diserahkan kepada Gereja” (DV 11).
KGk 106 Allah memberi inspirasi kepada manusia penulis [auctor] Kitab Suci. “Tetapi dalam mengarang kitab-kitab suci itu Allah memilih orang-orang, yang digunakan-Nya sementara mereka memakai kecakapan dan kemampuan mereka sendiri, supaya – sementara Dia berkarya dalam dan melalui mereka – semua itu dan hanya itu yang dikehendaki-Nya sendiri dituliskan oleh mereka sebagai pengarang yang sungguh-sungguh” (DV 11).
Jadi jika dikatakan Musa sebagai pengarang kelima Kitab Musa, maka Musa menuliskannya atas ilham Roh Kudus, dan bukan menulis apa yang dari dirinya sendiri. Dengan demikian kesepuluh Perintah Allah yang dituliskan oleh Musa di Kitab Keluaran (bukan kitab Kejadian), itu adalah berasal dari Allah sendiri, bukan dari Musa. Allah hanya memakai Musa untuk menuliskannya.
Benarnya apa yg mau diajarkan di kitab kejadian? Boleh poligami? Kyok Yakub gt. Kenapa di kitab Kejadian banyak sekali tipu daya? Yang sepertinya dihalalkan / direstui oleh Tuhan. Seperti : Yakub yg mengambil hak kesulungan Esau dgn tipu daya. Yusuf yg sengaja menaruh piala dikantung gandum benyamin sehingga benyamin dianggap mencuri. [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di sini, silakan klik] Apa benar kitab Kejadian ditulis oleh Musa seorang? Jika Ya. Apa yg ingin disampaikan oleh kitab Kejadian? Apakah ingin menyampaikan kebobrokan manusia? Kejahatan manusia? Karena di kitab Kejadian ada begitu banyak kejahatan, kejahatan ini (karena di kitab Kejadian) terjadi… Read more »