Ketika saya berkunjung ke kota Bangkok, saya melihat di setiap hari kelahiran Raja Thailand, yaitu hari Senin, hampir seluruh masyarakat, dan tidak hanya pegawai pemerintah, menggunakan pakaian berwarna kuning, yaitu warna kelahiran untuk hari Senin menurut tradisi umat Buddha. Mereka menggunakan pakaian berwarna kuning dengan penuh semangat dan kebanggaan, sebagai tanda cinta dan penghormatan kepada raja yang sangat mereka kasihi. Masih cukup banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan dalamnya rasa cinta dan hormat masyarakat Thailand kepada raja mereka, Raja Bhumibol Adulyadej, yang mempunyai sejarah masa pemerintahan terlama di dunia dan memang dikenal arif dan banyak membawa perdamaian di dalam berbagai gejolak politik yang terjadi sepanjang sejarah bangsaThailand.
Rasa hormat dan kagum kepada seorang raja, disertai cinta yang besar, pasti akan membuat seseorang memberikan lebih banyak lagi dedikasi yang dipersembahkan bagi sang raja, mungkin bahkan sampai pada titik menyerahkan hidupnya demi kesetiaan dan pengabdian kepada sang raja, yang pada masyarakat tertentu, sudah dianggap penjelmaan dari dewa atau utusan Tuhan. Saya berpikir, pengabdian apakah yang telah saya curahkan bagi Raja Segala Raja, yang kita peringati pada minggu terakhir tahun liturgi sebelum masa Adven dimulai ini?
Apakah Raja Yang Satu ini sudah begitu menempati hati saya dan menjadi raja atas segala keputusan saya, pikiran saya, perkataan saya, dan perbuatan saya? Apakah saya bahkan sudah sungguh-sungguh mengenal Dia sebagai Raja Semesta Alam, Seorang Raja yang begitu mencintai umat-Nya, sehingga rela meninggalkan segala hak dan atribut-Nya sebagai Raja, untuk hidup di tengah umat-Nya yang lemah dan serba terbatas, demi mengajarkan cinta, pengorbanan, kepedulian, kerendahan hati, kelembutan, sembari terus menawarkan pengampunan, sukacita, dan kelepasan sejati dalam hidup ini, bahkan akhirnya rela memberikan nyawa-Nya dengan sengsara yang begitu dalam, demi umat yang amat dikasihi-Nya, supaya umat-Nya bahagia dan selamat? Di manakah di seluruh dunia ini ada Raja sedemikian? Begitu besar kuasa dan kekuatan-Nya, bahkan seluruh alam semesta ini adalah milik-Nya, dapat diubah atau dilenyapkan-Nya semudah membalikkan telapak tangan kalau Dia mau, tetapi semua kebesaran itu rupanya masih kalah oleh rasa cinta yang tak terhingga kepada umat-Nya. Manusia ciptaan-Nya ini yang terus menerus menjadi buah pikiran-Nya, sampai Ia memilih menjadi sama dengan mereka. Penderitaan umat-Nya karena dosa-dosa mereka itu telah menjadi sumber keteguhan hati-Nya, sehingga Ia bertahan hingga akhir di kayu salib kesengsaraan penuh kehinaan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah (Yesaya 53:4)
Pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam ini, saya memandangi gambar-gambar Diri-Nya di seluruh penjuru rumah, di berbagai penjuru bangunan gereja dan tempat aktivitas umat beriman. Saya teringat akan begitu banyak manusia di dunia ini, yang menyembah dan menghormati Dia, menyebut diri pengikut-Nya, menganggap Dia pahlawan tanpa tandingan, Juruselamat yang mengatasi segala kelemahan dan dosa, tetapi…..apakah sebanyak itu juga gambar Diri-Nya memenuhi hati saya? Apakah teladan cinta-Nya, pengurbanan-Nya, kerendahan hati-Nya, kepedulian dan kasih-Nya, memang sudah sungguh-sungguh menjadi patokan bagi setiap langkah hidup saya, tercermin mulai dari hal yang terkecil hingga hal-hal yang besar dalam hidup saya ? Apakah saya telah meluangkan waktu-waktu saya yang sangat berharga, khusus untuk bertemu dengan Dia supaya saya bisa mendengarkan Dia berbicara dalam hati saya, melalui Firman-Firman-Nya, melalui teladan orang-orang Kudus-Nya? Dan apakah segenap pujian dan penyembahan yang pantas Dia terima sebagai Raja, sudah sepenuhnya saya curahkan melalui Perayaan Ekaristi, untuk mengenang dan mensyukuri kurban dan sengsara-Nya bagi saya? Ataukah….sesungguhnya Dia hanya sekedar menjadi lambang bagi iman saya? Ataukah…saya hanya mengingat Dia dalam saat-saat sulit dalam hidup, atau… Dia hanya menjadi semacam Pelayan tempat saya mengajukan berbagai permintaan supaya Ia berikan sesuai dengan keinginan saya? Sungguhkah Ia seorang Raja bagiku, jika hanya sedikit saja sisa waktu dalam satu hariku, yang kuberikan untuk menyapa dan memuji-Nya? Sungguhkah ia seorang Raja bagiku, bila kehendak dan kemauanku saja yang terus menerus aku upayakan supaya terlaksana, tanpa hendak menanyakan lebih dulu, meneliti dan belajar, apa yang sebetulnya Dia inginkan bagiku? Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu (Yak 4:3)
Di awal dan akhir hari ini, di saat doa Bapa Kami kudaraskan dengan bibirku, “Datanglah Kerajaan-Mu…” sesungguhnya aku sedang mendambakan Kerajaan-Nya menjadi segala yang terpenting di dalam seluruh aspek hidupku. Tetapi sayangnya, segala yang ditawarkan oleh kerajaan dunia ini nyatanya lebih sering menarik perhatianku dan menyedot segenap energi dan aspirasiku. Walau Tuhan sudah berkata,“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33). Semuanya itu adalah kedamaian sejati yang dunia ini tak akan bisa memberi.
Akhirnya, dengan hati penuh penyesalan, saya memberanikan diri datang kepada-Nya, Kristus Raja Semesta Alam, yang memberi saya hidup dan semua yang baik oleh karena kasih-Nya:
Tuhan Yesus Kristus, Raja Semesta Alam yang penuh belas kasihan dan kerendahan hati,
Engkau adalah Raja di atas segalanya, Engkau adalah Rajaku, Juruselamatku, sumber hidupku.
Tetapi, ampunilah aku, karena aku seringkali menempatkan Engkau, bukan sebagai seorang Raja, bukan sebagai segala-galanya bagiku
Engkau layak atas segala pujian dan persembahan, tetapi aku lebih suka memuja kesenangan pribadiku
Engkau yang memberiku hidup dan waktu yang berlimpah, tetapi aku sibuk dengan berbagai kepentinganku sendiri, dan hanya menyisakan sedikit sekali waktu bagi-Mu
Engkau yang selalu menghendaki segala yang terbaik bagiku, tetapi aku lebih sering merusaknya dengan memilih jalanku sendiri
Engkau berhak atas seluruh hidupku, kemauanku, aspirasiku, segala citaku…tetapi aku lebih sering tidak taat dan tidak patuh kepada-Mu
Engkau adalah sumber segala kebaikan, keselamatan, kesejahteraan, ….tetapi aku begitu bimbang dan lebih mempercayai kuasa-kuasa dunia untuk mengatasi berbagai kesukaranku
Engkau memiliki seluruh hidupku, …tetapi aku hanya datang kepada-Mu bila aku berada dalam kesulitan
Engkau adalah penguasa jiwa dan ragaku, tetapi ternyata aku lebih sering memberontak melawan Engkau
Ya Tuhan Yesus Kristus Juruselamatku, junjungan jiwaku, aku ingin kembali menjadi abdi-Mu yang setia. Nyatakanlah kepadaku apa yang tidak kupahami, bukalah hatiku dan selidikilah jalan-jalanku, supaya aku hanya menghendaki dan mengusahakan apa yang menyenangkan hati-Mu. Kuakkanlah segala kelemahan dan kealpaanku yang tidak kusadari selama ini, yang telah mengganggu aliran cinta-Mu kepadaku, biarlah aku mengakukan dosa-dosaku di hadapan-Mu, dan kembali berjalan di dalam terang bersama teladan cinta-Mu.
Terima kasih atas kurban salib-Mu yang telah menyelamatkan hidupku. Melalui sengsara-Mu, Engkau telah mengambil alih semua kepedihanku, luka hatiku, ketakutanku, ketidakberdayaanku, supaya dari kaki salib-Mu, aku belajar menyalibkan dosa-dosaku, dan bangkit dalam kemenangan dan kebebasan sejati bersama-Mu.
Semoga rasa syukurku atas kurban salib-Mu dan rasa terima kasihku atas semua cinta dan pengurbanan-Mu, menetapkan langkahku untuk meninggalkan dosa-dosaku, dan menjadi abdi-Mu yang setia, seumur hidupku. Bantulah aku bila aku harus jatuh lagi karena kesombongan dan kekerasan hatiku. Ya Raja Semesta Alam, aku amat menghormati dan mencintai-Mu. Terimalah seluruh hati dan hidupku, karena semuanya itu milik-Mu. Amin.
Pada peringatan Hari Raya Kristus Raja, 19 November 2011 (triastuti)
Yth. Katolisitas beserta pengurusnya
Saya ingin bertanya, mengapa sering dikatakan bahwa Tuhan Yesus telah mengalami sengsara dan wafat demi menebus semua dosa-dosa manusia. Mungkin bisa dijelaskan tentang pengertian ini.
Demikian pertanyaan saya, mungkin bisa dikatakan pertanyaan yang kurang berbobot, dan untuk perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.
Semoga damai dan kasih Tuhan Yesus selalu menyertai kita semua
[dari katolisitas: silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik dan diskusi ini – silakan klik]
Kalau bicara tentang Tuhan Yesus memang tiada pernah ada habisnya, kuasaNya, kasihNya, SetiaNya, Janji-janjiNya yang membuat kita seakan-akan tidak pernah habis-habisnya memuji & memuliakan namaNya.
Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu, rasakan dan nikmati kasih setia Tuhan, sungguh indah Kau Tuhan. Bila saya harus menceritakan kasihNya , bila langit adalah kuasnya dan air laut adalah tintanya, tak akan pernah habis saya menceritakan kebaikan Tuhan dalam hidup ini.
Tapi seringkali kita menganggap Tuhan hanya sebagai mesin penjawab doa di mana jawabannya harus ya, sebagai guru dan sebagai sahabat bukan sebagai raja.
Tuhan harus menjawab segala doa kita, mendengar keluh kesah kita, menjadi obat nyamuk manakala kita curhat kepada Tuhan. Kita lupa bila Tuhan sebagai Raja maka haruslah titah Raja harus dan wajib dipatuhi, bila tidak melakukan maka ada hukuman menanti, sebab perkataan Raja adalah HUKUM.
Oleh karena itu harus lahir baru, menjadi manusia baru dan meninggalkan manusia lama. Seperti Nikodemus tidak mengerti perkataan Yesus tetapi sebab Dia belum lahir baru, tapi setelah lahir baru Dia percaya kepada Yesus dg bukti Nikodemus ikut mengurus jenazah Yesus, itu berat karena ia adalah seorang imam Yahudi.
Oleh karena itu undang Dia masuk dalam hidup kita maka sesungguhnya apa yang kita pinta ia sudah sediakan bagi kita, seperti dalam Yohanes 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Trims Ibu Tri, ada sesuatu yang baru setelah saya baca renungan anda.
Comments are closed.