Ya, karena Tuhan Yesuspun mengajarkan demikian (lih. Mat 4:1-11; 12:22-30; Mrk 1:34; Luk 10:18;22:31; Yoh 8:44). Maka Gereja Katolik selalu mengajarkan bahwa iblis itu ada, dan bukan hanya mitos.

Konsili Lateran yang ke-empat (1215), dalam dekritnya yang mengecam ajaran sesat Manichaeism yang mengajarkan dualisme, dan Catharist. Konsili tersebut mengajarkan bahwa “iblis dan roh-roh jahat lainnya diciptakan baik pada awalnya, hanya mereka menjadi jahat oleh karena tindakan mereka sendiri”. Ini adalah pernyataan Gereja untuk meluruskan ajaran sesat yang mengajarkan dualisme yang mengajarkan keberadaan dua Tuhan: yaitu Tuhan yang baik dan Tuhan yang jahat (iblis) sejak awal mula.

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian:

KGK 391   Di balik keputusan nenek moyang kita untuk membangkang terdengar satu suara penggoda yang bertentangan dengan Allah (Bdk. Kej 3:1-5)., yang memasukkan mereka ke dalam maut karena iri hati (Bdk. Keb 2:24). Kitab Suci dan tradisi melihat dalam wujud ini seorang malaikat yang jatuh, yang dinamakan setan atau iblis (Bdk. Yoh 8:44; Why 12:9). Gereja mengajar bahwa ia pada mulanya adalah malaikat baik yang diciptakan Allah. “Setan dan roh-roh jahat lain menurut kodrat memang diciptakan baik oleh Allah, tetapi mereka menjadi jahat karena kesalahan sendiri” (Konsili Lateran IV, 1215: DS 800).

KGK 2851 … kejahatan bukanlah hanya satu pikiran, melainkan menunjukkan satu pribadi, setan, si jahat, malaikat yang berontak terhadap Allah. “Iblis” [diabolos] melawan keputusan ilahi dan karya keselamatan yang dikedakan di dalam Kristus.

Ajaran Gereja Katolik tentang keberadaan iblis/ setan sangat jelas terlihat dalam liturgi. Pada perayaan Baptisan, mereka yang dibaptis diminta untuk menyatakan penolakan terhadap setan, dan perbuatan-perbuatannya, dan janji-janjinya yang kosong. Gereja Katolik juga menyediakan ritus resmi pengusiran setan (eksorsisme), sehingga ini menunjukkan bahwa Gereja percaya bahwa setan itu ada.

St. Thomas Aquinas yang dianggap sebagai guru besar dalam sistematika Teologi Katolik dalam bukunya Summa Theology, juga menjabarkan tentang keberadaan iblis/ setan ini. Mereka disebut sebagai para malaikat yang jatuh dalam dosa, dan St. Thomas menjelaskan artinya (lih. Summa Theology Part I, q.63, a.1-9).

Tahun 1975, Kongregasi Suci untuk Penyembahan Ilahi mengeluarkan dokumen yang disebut Christian Faith and Demonology. Dokumen ini mengutip ajaran Paus Paulus VI tentang setan:

“Adalah suatu penyimpangan dari gambaran yang diberikan oleh Kitab Suci dan ajaran Gereja, [suatu paham] yang menolak untuk mengenali keberadaan setan; untuk menganggapnya sebagai…. sebuah konsep dan personifikasi imajiner (tak nyata) dari sebab-sebab yang tak diketahui dari kemalangan kita…. Para ahli Kitab Suci dan Teologi harus tidak menjadi tuli untuk mendengar peringatan ini.”

St. Paus Yohanes Paulus II, dalam General Audience tanggal 13 Agustus 1986, menjelaskan tentang asal usul setan, demikian:

“Ketika, oleh sebuah tindakan kehendak bebasnya, ia menolak kebenaran bahwa ia mengenal tentang Allah, setan menjadi “pembohong dan bapa segala kebohongan” (lih. Jn 8:44) melampaui ruang dan waktu. Karena alasan ini, ia hidup dalam penyangkalan radikal dan tak dapat dibalikkan lagi, terhadap Allah, dan berusaha untuk memaksakan pengaruh kepada ciptaan – kepada semua mahluk yang diciptakan menurut gambar Allah dan secara khusus manusia- kebohongan dirinya sendiri yang tragis tentang apa yang baik yaitu Tuhan.”

 

12 COMMENTS

  1. Shalom
    Terkait artikel diatas sy percaya bahkan sebelum membaca artikel tersebut “bahwa iblis and the gank, tadinya adalah malaikat,mahluk ciptaan Allah yang baik (Allah tidak pernah menciptakan yang jahat di dunia ini), tapi karena pilihan malaikat (iblis) sendiri yg tidak mau menyembah Allah, maka mereka menjadi jahat.

    Terkait hal ini maka apakah ayat didalam Markus 16:15 tentang pengajaran injil kepada segala mahluk(maaf klu salah) juga ada hubungannya Dengan ini, bahwa Tuhan Yesus ingin kabar keselamatan juga diberitakan pada malaikat2 yang jatuh atau beberapa orang menyebutnya dunia roh , perkara apakah setelah kabar injil ini diterima atau tidak,balik pada pilihan yang mereka ambil, karena pada dasarnya Allah itu baik Dia tidak pernah menciptakan sesuatu yang jahat.

    Trims

    • Shalom Sonya,

      ‘Mahluk’ di ayat Mrk 16:15 tidak mengacu kepada malaikat, karena malaikat (baik yang baik maupun jahat) telah memiliki pemahaman yang sempurna tentang Allah sebagaimana ada dalam Injil. Keputusan yang mereka ambil (baik menerima/ taat atau menolak/ tidak taat kepada Allah) itu sudah final, sebab mereka telah memutuskannya di dalam kekekalan.

      Nah, maka pengertian tentang ‘mahluk’ dalam Mrk 16:15, menurut catatan St. Thomas Aquinas dalam Catena Aurea tentang ayat tersebut:

      Menurut St. Gregorius: Dengan istilah ‘setiap mahluk’, dimaksudkan setiap bangsa dari segala bangsa (bangsa-bangsa non-Yahudi). Sebab telah dikatakan sebelumnya, “Janganlah menyimpang ke jalan bangsa lain” (Mat 5:10). Tetapi kini dikatakan, “Wartakanlah Injil kepada segala mahluk”…

      Menurut Theophylact: ‘kepada segala mahluk’ adalah orang-orang yang percaya, maupun yang tidak percaya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Shalom
    Saya ingin menanyakan apa benar roh manusia yang meninggal masih ada di dunia selama 40 hari? dan bukannya orang yang sudah meninggal rohnya langsung pergi ke alam lain dan tidak bisa menghantui manusia, dalam artian yang menghantui adalah setan yang merubah wujudnya menjadi orang yang sudah meninggal ? Dan yang terakhir apa ciri ciri roh seseorang yang belum sampai ke hadirat Tuhan Yesus? Apakah jika kematian seseorang disebabkan oleh kecelakaan berarti roh orang tersebut tidak sampai ke hadirat Tuhan ? Terimakasih sebelumnya, saya adalah seorang protestan yang tertarik dengan katolik dan tentang bunda maria .

    • Salam Didimus 12,

      Tidak ada ukuran yang bisa kita ketahui mengenai waktu-waktu dan tempat-tempat bagi roh, karena roh mengatasi tempat dan waktu. Tugas kita ialah mendoakan selalu para arwah orang yang meninggal, baik yang meninggal alamiah dan siap, maupun yang meninggal mendadak oleh berbagai alasan.

      Frasa “Roh pergi” yang Anda sebut itu pun problematik: pergi ke mana? Ke tatasurya lain? Atau di planet bumi saja?  Sebagai orang Katolik, kita mempercayai ajaran Gereja saja, bahwa surga dan neraka pertama-tama bukanlah tempat, melainkan keadaan. Surga ialah keadaan bersatu sepenuhnya dengan Allah, sedangkan neraka ialah keadaan terpisah definitif dari Allah. [Baru di akhir zaman nanti Allah menjadikan langit dan bumi yang baru, di mana semua jiwa manusia yang dibenarkan Allah akan bersatu dengan badannya dan berbahagia dalam kesatuan dengan Allah di Langit dan Bumi yang baru ini, selanjutnya silakan klik di sini]

      Namun sebelum akhir zaman, di antara Surga dan neraka, ada suatu keadaan yang lain, yang disebut Api Penyucian (Purgatorium), yang tentangnya telah dibahas di sini, silakan klik. Manusia wafat dalam keadaan beriman, bertobat namun masih belum sempurna dalam kasih, akan berproses dalam Purgatorium, sebelum masuk dalam kebersatuan sepenuhnya dengan Allah di Surga. Untuk itulah kita mendukung jiwa-jiwa mereka dengan doa-doa kita kepada Tuhan. Maka bisa saja, ada kemungkinan, jika roh/ jiwa manusia ‎menampakkan diri, tentu atas seizin Tuhan. Umumnya jiwa-jiwa tersebut minta didoakan.

      Selain itu, Bunda Maria yang sudah berada di Surga pun dapat, atas izin Tuhan, menampakkan diri. Tentu maksud penampakan Bunda Maria yang tanpa dosa ini berbeda jika dibandingkan dengan penampakan roh manusia biasa yang berdosa. Bukankah Yesus pun menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya dari kematian? Tentu maksud penampakan diri Yesus pun berbeda sama sekali dengan penampakan roh manusia berdosa. Namun benar bahwa kita harusnya tidak usah berorientasi ke penampakan- penampakan para arwah yang demikian. Iman kita menyatakan, doakan saja para arwah orang yang meninggal. Setan lain lagi tujuan penampakannya. Mereka hanya ingin membuat manusia tidak percaya akan Allah Tritunggal Mahakudus dengan berbagai cara. Mereka menyerang dan menakuti serta membenci.

      Rekomendasi dari ibu Maria Shima, dalam bukunya “Rahasia Jiwa-jiwa di Api Penyucian” (terbitan Marian Centre Indonesia) menyatakan bahwa agar kita makin siap menghadap Tuhan dan menghindari Api Penyucian. Caranya ialah hidup dengan penuh kasih kepada Allah dan sesama, tiada dendam, memaafkan, rajin menerima sakramen ekaristi dan tobat.  Syukurlah jika pada sakit keras, kita sempat menerima sakramen pengurapan orang sakit, dan dalam sepanjang hidup kita sering mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal.‎ Maka, kita akan siap jika suatu saat kita wafat entah karena sakit tua / alamiah entah mendadak misalnya karena kecelakaan atau serangan jantung, atau dibunuh. Kita pun siap dipeluk Tuhan, tanpa risau lagi dengan “hutang” dendam kebencian dan dosa-dosa lain di masa lalu. Jadi tiada yang dapat memisahkan kita dari Kristus, kematian badan pun tidak.Semoga membantu.

      Salam,
      RD. Yohanes Dwi Harsanto

      Tambahan dari Ingrid Listiati:

      Shalom Didimus,

      Gereja Katolik mengajarkan bahwa sesaat setelah meninggal, jiwa manusia langsung diadili oleh Tuhan Yesus. Ini disebut Pengadilan Khusus, dan tentangnya, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
      Nah, bahwa ada kebiasaan mendoakan arwah setelah 40 hari, itu tidak ada hubungannya dengan di manakah sang arwah sebelum atau sesudahnya. Sebab arwah/ jiwa manusia itu sifatnya kekal, dan keadaan jiwa manusia tersebut setelah kematian, tergantung pula dari bagaimana orang tersebut semasa hidupnya di dunia (sebelum kematian). Atas izin Tuhan, roh tersebut dapat menampakkan diri -umumnya minta didoakan. Namun roh/jiwa tersebut tersebut tidak menghantui. Sedangkan roh yang menghantui dan berusaha menghancurkan manusia adalah setan.

      Kesaksian banyak orang kudus dalam sejarah Gereja, yang diberi karunia oleh Tuhan untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang telah wafat, namun yang masih dimurnikan dalam Api Penyucian, menunjukkan bahwa jiwa-jiwa yang belum bersatu dengan Tuhan itu awalnya menampakkan diri dalam keadaan sedang menderita. Namun setelah didoakan, terutama dengan ujud doa dalam Perayaan Ekaristi untuk jiwa tersebut, maka jiwa itu akan menampakkan diri lagi untuk mengucapkan terima kasih, kali ini dengan keadaan yang penuh suka cita dan kebahagiaan, umumnya nampak bersinar terang.

      Orang-orang yang meninggal mendadak, belum tentu otomatis tidak diterima oleh Tuhan. Namun memang dapat terjadi, mereka meninggal dalam keadaan tidak siap, sehingga mereka masih perlu dimunikan terlebih dahulu, sebelum dapat masuk Surga. Maka kita perlu mendukung jiwa-jiwa tersebut dengan doa-doa kita. Hal ini sesuai dengan firman Tuhan bahwa kita harus saling mendoakan, dan saling menanggung beban satu sama lain (Gal 6:2). Dan karena kita percaya bahwa jiwa orang beriman akan tetap hidup walaupun tubuhnya mati (lih. Yoh 11:25), maka kita wajib mendoakan jiwa-jiwa orang beriman yang telah mendahului kita. Sebab nanti ada saatnya, saat kita beralih dari dunia ini, kitapun membutuhkan dukungan doa-doa dari sesama kita.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Salam,

    Berkaitan dengan artikel di atas, ada sebuah novel yang mengklaim ditulis oleh Ralph Sarchie, seorang Katolik yang juga sering membantu exorcism.

    Di situ ditulis bahwa ada makhluk immaterial yang menolak Tuhan (setan) dan yang tidak menolak Tuhan (roh manusia).

    Seberapa benar kiranya pendapat ini?

    Terimakasih,
    Berkah Dalem

    Andi Sugiarta

    • Salam Andi,

      Seperti sudah tertulis dalam artikel di atas, malaikat ialah roh murni, ciptaan Allah.‎ Malaikat yang menolak Allah menjadi setan. Sedangkan manusia, ialah ciptaan Allah yang terdiri dari badan dan roh/jiwa. Jika manusia meninggal dunia, roh/jiwa-nya terpisah dari badannya. Manusia yang meninggal dalam keadaan beriman dan bertobat, rohnya akan bahagia bersama Allah. Manusia yang menolak Allah dan meninggal, rohnya akan tidak jelas masa depannya.

      Jadi selain setan, ada pula roh manusia yang menolak Allah sejak ia masih hidup di dunia. Kelak pada masa Yesus Kristus hadir kembali, roh/jiwa manusia dipersatukan kembali dengan badannya yang dibangkitkan, dan diadili dalam Pengadilan Umum (lihat syahadat iman Katolik).

      Salam,
      RD. Yohanes Dwi Harsanto

    • Salam Damai Kristus
      Apakah ada link download novel dlm format e booknya?saya tertarik untuk membaca….novel tsb kabarnya dari kisah nyata ya?mohon infonya
      trims….Berkah Dalem

  4. Shalom bapak/ibu Tay,

    Saya mempunyai beberapa pertanyaan tentang dunia gaib.
    1. Bagaimana pandangan gereja terhadap anak indigo?
    2. Jika memang anak indigo bisa melihat sesuatu yang tidak dilihat orang umumnya, sebenarnya makhluk apakah yang mereka lihat itu?
    3. Bagaimana seharusnya sikap kita pada anak indigo? Haruskah kita percaya apa yang mereka lihat?
    4. Seiring maraknya program televisi terkait dunia gaib di televisi swasta; seperti uji nyali, perburuan hantu, kesurupan, pembuktian penampakan dunia gaib dengan meletakkan banyak kamera infra merah di beberapa titik, ditemukannya benda-benda pusaka, dan sebagainya. Apa pandangan gereja terhadap program televisi diatas?
    5. Jika malaikat mempunyai kehendak bebas, kenapa (sekarang dan seterusnya) mereka tidak berbuat dosa? Padahal, bukankah kehendak bebas itu istilahnya ‘present continuous’ (maaf, bahasa inggris saya acak-acakan). Tidak memutuskan sekarang bukan berarti tidak memutuskan besok atau lusa, bukan? Apakah di surga kehendak bebas itu tidak sama dengan kehendak bebas di dunia (sebebas-bebasnya dengan segala resikonya).

    Semoga anda bisa menangkap argumen saya. Terima kasih sebelumnya, berkah dalem.

    • Shalom Bimomartens,

      1,2,3. Tentang anak indigo

      Tanggapan kami tentang fenomena indigo dapat dibaca di sini, silakan klik.

      4. Tanggapan terhadap tayangan terkait dunia gaib

      Silakan membaca tanggapan Rm. Santo tentang hal ini di sini, silakan klik.

      5. Jika malaikat mempunyai kehendak bebas, mengapa malaikat sekarang tidak berbuat dosa?

      Memang malaikat juga adalah mahluk ciptaan yang diciptakan Tuhan menurut gambaran-Nya, yaitu sebagai mahluk rohani yang murni, dan tidak bertubuh; mereka juga mempunyai akal budi dan kehendak bebas. Mereka tidak terbatas oleh materi/ tubuh, sehingga pemahaman akal budi mereka akan Tuhan tidak terbatas oleh organ otak. Maka malaikat tidak mengalami ‘pertumbuhan’ pengetahuan seperti yang terjadi pada manusia yang bertumbuh dari bayi sampai dewasa. Para malaikat telah memiliki pengetahuan sempurna akan Allah, sejak mereka diciptakan. Karena itu, menurut St. Thomas Aquinas, malaikat ada setingkat di atas manusia.

      Nah, karena pengetahuan yang sudah sempurna itu, maka penolakan mereka akan Allah mendatangkan konsekuensi yang juga sangat fatal -yaitu neraka, yang artinya adalah keterpisahan dengan Allah selamanya. Sebab mereka dengan pengetahuan penuh dan kesadaran penuh menolak Allah. Nah, karena penolakan Allah itu terjadinya dalam kekekalan saat mereka diciptakan -artinya tidak di dalam keterbatasan waktu- maka memang penolakan mereka bersifat kekal, berlangsung sampai sekarang dan sampai akhir zaman. Maka para malaikat yang jatuh dalam dosa itu, yaitu iblis/ setan, memang adalah mahluk rohani yang senantiasa menentang Allah.

      Semoga kita tidak mengikuti jejak para malaikat yang menolak Allah.

      Selanjutnya tentang adakah/ seperti apakah kehendak bebas di Surga, silakan membaca tulisan Fr. William Saunders di link EWTN, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  5. Salam Pak/Bu,
    Mengenai iblis/setan, banyak orang di sekitar saya mengatakan ada setan/hantu yang berbentuk mirip dengan orang yang sudah meninggal. (kadang menggantung di pohon, kadang berjalan-jalan dalam rumah yang kosong dan lain sebagainya)
    Ada juga beragam bentuk yang mengerikan.
    Bagaimana pandangan Gereja Katolik mengenai hal ini?
    Terimakasih.

    • Salam Nimrod,

      Dokumen Gereja khususnya Katekismus Gereja Katolik-lah yang secara jelas menenangkan mengenai para ciptaan yang tidak kelihatan, yaitu dalam penjelasan syahadat (credo). Namun demikian, tiada ajaran yang detil yang menyangkut hal-hal yang Anda maksud. Namun, tulisan seorang exorcist dari Roma, pater Gabriel Amorth (op.cit), dan seorang filsuf bernama Peter Kreeft (op.cit), menyebut fenomena-fenomena seperti yang Anda sebut. Dibedakan menurut mereka, ‎fenomena roh manusia atau hantu, dari fenomena setani. Setan ialah mantan malaikat yang menjadi setan karena memberontak melawan Allah. Setan selalu jahat, licik. Sedangkan roh manusia yang mengganggu manusia ialah manusia yang mati fisiknya, namun rohnya belum mencapai Allah. Bisa saja fenomenanya seperti yang Anda sebutkan. Mereka minta perhatian agar kita mendoakan mereka. Begitulah pandangan pribadi pater Gabriel Amorth. Berdasar pengalaman pribadi pula, ibu Maria Shima dalam tulisannya “Jiwa-jiwa di Api Penyucian” juga menjelaskan kesimpulan yang mirip.

      Salam
      RD. Yohanes Dwi Harsanto

  6. Salam kasih bu/pak,
    Saya mohon penjelasan untuk hal ini:
    Di Credo Panjang dirumuskan: Aku Percaya … akan segala sesuatu yang kelihatan dan yang tak kelihatan. Apa yang dimaksud dengan yang kelihatan dan tak kelihatan itu? Apakah yang tak kelihatan itu termasuk juga iblis atau hantu atau makhluk gaib lainnya? Terima kasih atas penjelasannya. Mohon maaf jika tidak tepat pertanyaan ini diajukan pada artikel ini. Sekali lagi terima kasih atas pencerahannya.

    [Dari Katolisitas: Ya, yang kelihatan, artinya ya segala alam semesta ini, yang material, yang dapat kita lihat. Yang tidak kelihatan adalah ciptaan yang tidak dapat kita lihat, yaitu mahluk rohani, yaitu para malaikat. Setan pada awalnya adalah malaikat, yang diciptakan baik adanya oleh Tuhan, namun yang kemudian dengan kehendak bebasnya menolak Tuhan. Silakan selanjutnya membaca artikel di atas, silakan klik. Selanjutnya, Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa manusia terdiri dari tubuh (kelihatan) dan jiwa (tidak kelihatan). Nah karena setelah kematian, tubuh terpisah dari jiwa, namun jiwa manusia ini sifatnya kekal, maka kita mengetahui adanya keberadaan jiwa-jiwa manusia, meskipun tubuhnya sudah wafat.]

Comments are closed.