[Berikut ini adalah kelanjutan dari tanya jawab yang ada di sini, silakan klik. Namun karena pertanyaan ini menyebutkan topik baru yaitu pengertian “berhala”, maka kami memutuskan untuk memisahkannya menjadi artikel tersendiri. Pertanyaan ini ditulis oleh Hamba Tuhan, dan jawaban yang menyampaikan ajaran Gereja Katolik, disampaikan oleh Ingrid]

Pertanyaan:

[dari Katolisitas Feb 14, 2010: Sebenarnya beberapa kalimat dari Hamba Tuhan awalnya tidak kami tampilkan, karena kami menghormati keinginannya bahwa dia ingin berdiskusi dengan tidak ingin diketahui berasal dari agama lain/non-Katolik. Namun, karena Hamba Tuhan menyatakan keberatannya, maka kami memutuskan untuk menampilkan seluruh pesannya sebagai berikut, yang berwarna biru.  Kembali saya ingin menekankan, bahwa tidak ada orang yang menganggap bahwa anda sedang merusak iman Katolik.]

Untuk berikutnya saya berharap anda tidak mengidentifikasikan saya sebagai salah satu umat agama tertentu (walaupun sebenarnya memang saya adalah penganut satu agama yg taat) agar tidak membuat orang2 yg tidak mengerti dengan diskusi kita malah menyangka saya yg dari luar katolik berusaha untuk merusak iman katolik. anggap saja saya adalah orang yg sedang mencari kebenaran ajaran katolik, atau domba tersesat yg harus anda selamatkan. jadi anda harus bisa menyelamatkan saya dengan membuat saya mengerti dengan argumen2 anda tentang ajaran katolik. ok kita mulai dengan keluaran dulu, yaitu dengan nama apa Tuhan Musa memperkenalkan diri. ok kita mulai dengan keluaran dulu, yaitu dengan nama apa Tuhan Musa memperkenalkan diri.
keluaran 3:
(13) Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? –apakah yang harus kujawab kepada mereka?”
(14) Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”
(15) Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.

Jadi bisa dikatakan bahwa Tuhan Musa mempunyai nama dan identitas yg sama seperti dengan Tuhannya Abraham, Ishak dan Ya’kub. jadi Allah adalah nama Tuhan. jadi Allah adalah Tuhan yg Maha Esa sama dengan Allah Abraham, Ishak Yakub, dan Allah tidak mempunyai nama dan identitas lain untuk selama2nya. jadi kalau berbicara Allah, maka itulah nama dan identitas satu2nya Tuhan yg disembah oleh Musa, Abraham, Ishak dan Yakub.
Allah Musa hanya menampakkan diri kepada Musa dan tidak kepada umat Israel, maka ada kekhawatiran dari Musa bahwa bangsa Israel tidak akan mempercayainya, maka Allah memberikan Mukjizat2 untuk membuktikan kenabian musa kepada bangsa Israel. lihat kel 4: 1-9
lalu kemudian berikutnya pada kel 32 dijelaskan bahwa Musa pergi kegunung sinai dalam waktu yg lama sehingga bangsa Israel kehilangan pengajaran Allah, maka mereka menginginkan adanya bentuk Allah secara langsung, karena Musa yg selama ini menjadi penghubung mereka dengan Allah tidak diketahui rimbanya. kel 32
1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: “Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir–kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.”

lalu harun membuatkan sebuah perwujudan Allah yg berbentuk lembu dan dikatakan bahwa inilah Allah Musa yg telah menyelamatkan mereka dari mesir, kel 32:
(2) Lalu berkatalah Harun kepada mereka: “Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku.”
3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun
(4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!”

Dalam menyembah patung lembu tersebut, bangsa Israel tetap memiliki kesadaran bahwa Tuhan mereka adalah Allah, yg telah menyelamatkan mereka dari Mesir. jadi yg mereka sembah bukan patung lembunya, melainkan Allah dalam bentuk/wujud patung lembu.
Jadi sampai disini bisa dikatakan bahwa Tidak ada manusia yg menyembah patung. yg mereka sembah adalah patung lembu sebagai Simbol/Perwujudan Allah dan dijadikan sarana beribadah kepada Allah. Maka yg dikatakan Allah2 yg lain dalam kel 20:3 adalah perwujudan2 Allah yg dibuat oleh manusia dalam bentuk ciptaanNya, baik itu patung maupun manusia. Allah sangat mencemburui bentuk2 yg dibuat manusia itu karena bentuk2 Allah tidaklah seperti itu. yg diketahui bahwa Allah adalah Roh, bukan seperti bentuk2 yg dibuat oleh manusia.
Maka kembali kepada kesimpulan semula bahwa Berhala adalah “perwujudan/simbolisasi wujud Allah dalam bentuk2 ciptaanNya baik itu patung maupun bentuk manusia” dan sungguh sangat lugu kalo memang benar2 ada orang yg menyembah benda tak bergerak seperti patung yg mereka buat sendiri. yg mereka sembah adalah berhala/perwujudan Allah yg dibuat patung yg kemudian disembah2.
bila ada yg salah silahkan dikoreksi, dan sengaja saya tidak membahas yg lain dulu biar kita bisa fokus dengan masalah “berhala”.

[dari Katolisitas: Pertanyaan berikut ini disatukan karena masih satu topik]
————————————————————————————————————————–
Mohon maaf saya tidak sependapat dengan ini karena tidak ada agama manapun yg mengajarkan penyembahan kepada Uang, Kekuasaan, pestapora, kenikmatan seksual, bahkan TV sebagai Tuhan, dan dengan membuat ritual2 penyembahan kepada hal2 tersebut diatas. manusia hanya memiliki kesadaran bahwa yg patut disembah adalah Tuhan/Allah. sedangkan hal2 diatas hanyalah bentuk2 yg membuat kita lalai dalam menyembah atau mengingat Tuhan/Allah. orang yg gila harta, kekuasaan, pesta pora tidak mungkin menyatakan bahwa harta, kekuasaan, pestapora adalah Tuhan/Allah yg menciptakan mereka sebagai manusia. silahkan anda pahami kembali arti “berhala” dalam alkitab. bila saya salah silahkan anda koreksi… Hamba Tuhan

Jawaban:

Shalom Hamba Tuhan,

1. Ya benar, Allah Musa adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Yakub, yaitu Allah yang satu, yang dikenal sebagai Allah (YHWH/ Yahweh). Istilah “Aku adalah Aku” (I am who am) (Kel 3:14) itu menunjukkan kebesaran Allah, di mana Ia tidak tergantung oleh sesuatu yang lain; Ia adalah Diri-Nya sendiri, permulaan dan akhir segala sesuatu, kekal, sumber segala sesuatu. Perkataan ini “I am” (diterjemahkan sebagai: “Aku ada”) ini juga diucapkan oleh Yesus ketika Ia menjelaskan siapa Diri-Nya kepada orang-orang Yahudi, “….sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (Yoh 8:58). Dengan perkataan-Nya ini, Yesus menyatakan Dia sudah ada sebelum Abraham. Untuk topik ini mungkin dapat kita bahas lebih lanjut di waktu yang akan datang.

2. Kita mengetahui bahwa Allah Abraham, Ishak,Yakub, Musa ini mensyaratkan penyembahan hanya kepada-Nya saja, sebab Ia adalah Allah yang Esa. Hal memang merupakan pengajaran yang menjadi pergumulan bagi bangsa Israel yang pada saat itu hidup dikelilingi oleh banyak bangsa yang mempunyai banyak allah. Penemuan arkeologis tahun 1929 yang ditemukan di Ugarit, Siria, mencatat bahwa pada zaman Perjanjian Lama (mulai 1550 BC), terdapat banyak “allah” yang dikenal pada bangsa-bangsa Kanaan pada masa itu (El, allah tertinggi; Baal, allah hujan; Asyera, dewi laut dan istri El; Anat, istri dan adik Baal; Astarte, allah/ dewi kesuburan). Penemuan ini cukup penting untuk mempelajari kisah Perjanjian Lama, dan mengapa bangsa Israel berkali-kali jatuh dalam dosa penyembahan berhala.

Kitab para nabi menjabarkan kepada kita bahwa Allah mensyaratkan bangsa Israel untuk menyembah Allah saja, dengan tidak menyembah allah- allah lain. Namun kita mengetahui betapa bangsa Israel jatuh berkali-kali dalam penyembahan kepada allah- allah lain ini, seperti yang dilakukan oleh bangsa- bangsa di sekitar tanah Kanaan ini. Dengan perkataan lain, bangsa Israel melihat bangsa-bangsa lain yang menyembah allah- allah ini, [umumnya digambarkan dengan patung]; dan ingin juga mempunyai allah seperti ini. Maka inilah yang dikisahkan pada kitab Kel 32 tersebut. Sayang memang Kitab Suci terjemahan bahasa Indonesia tidak memberikan terjemahan yang se- akurat bahasa aslinya, sehingga kemungkinan ada orang- orang berkesimpulan bahwa pada saat itu orang Israel ‘hanya’ membuat patung anak lembu untuk melambangkan Allah. Tetapi sebenarnya, jika kita melihat ke bahasa aslinya, maka kita mengetahui bahwa kisahnya tidak demikian.

Ketika Musa lama berada di atas gunung, bangsa Israel menjadi tidak sabar, dan mereka ingin membuat bagi mereka allah mereka sendiri, yang berbeda dari Allah Musa. Harun tak kuasa menahan keinginan mereka, dan ia akhirnya menuruti kemauan bangsa Israel. Jadi pada saat mereka melebur semua perhiasan emas, mereka sudah mempunyai niatan untuk membuat bagi mereka allah emas dan yang bukan Allah Israel. Inilah yang membuat Allah marah besar. Teks aslinya seperti pada Kitab Suci Vulgate, yang diterjemahkan ke bahasa Inggris dalam Douay Rheims ataupun RSV, adalah demikian:

Exodus 32:1-11

1. When the people saw that Moses delayed to come down from the mountain, the people gathered themselves together to Aaron, and said to him, “Up, make us gods, who shall go before us; as for this Moses, the man who brought us up out of the land of Egypt, we do not know what has become of him.”
2. And Aaron said to them, “Take off the rings of gold which are in the ears of your wives, your sons, and your daughters, and bring them to me.”
3. So all the people took off the rings of gold which were in their ears, and brought them to Aaron.
4. And he received the gold at their hand, and fashioned it with a graving tool, and made a molten calf; and they said, “These are your gods, O Israel, who brought you up out of the land of Egypt!”
5.  When Aaron saw this, he built an altar before it; and Aaron made proclamation and said, “Tomorrow shall be a feast to the LORD.”
6. And they rose up early on the morrow, and offered burnt offerings and brought peace offerings; and the people sat down to eat and drink, and rose up to play.
7. And the LORD said to Moses, “Go down; for your people, whom you brought up out of the land of Egypt, have corrupted themselves;
8.  they have turned aside quickly out of the way which I commanded them; they have made for themselves a molten calf, and have worshiped it and sacrificed to it, and said, ‘These are your gods, O Israel, who brought you up out of the land of Egypt!'”
9.  And the LORD said to Moses, “I have seen this people, and behold, it is a stiff-necked people;
10.  now therefore let me alone, that my wrath may burn hot against them and I may consume them; but of you I will make a great nation.”
11.  But Moses besought the LORD his God, and said, “O LORD, why does thy wrath burn hot against thy people, whom thou hast brought forth out of the land of Egypt with great power and with a mighty hand?

Perhatikan ayat ke- 1 di mana bangsa Israel menyatakan ketidak-sabaran mereka dan keinginan mereka untuk membuat allah- allah yang lain (gods, dalam bentuk jamak) seperti allah-allah pada bangsa-bangsa lain. Maka sejak awal mereka mempunyai maksud untuk membuat patung, untuk disembah sebagai allah lain itu. Sayangnya Harun tak meluruskan pandangan yang sesat itu, tapi malah mengikuti kehendak mereka, dengan melebur perhiasan emas mereka dan membuat patung anak lembu tuangan, seperti lambang Baal. Harun terlihat jadi “rancu” sendiri saat mengatakan “inilah allah- allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir.” (ay. 4). Sebab ia sendiri tentu mengetahui bahwa bukan allah- allah lain yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, tetapi Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Harun memang mengatakan bahwa esoknya adalah Hari Tuhan (ay. 5), tetapi ini tidak mengubah kenyataan bahwa maksud awal dari bangsa Israel adalah membuat bagi mereka allah emas, yang lain dari Allah (Yahwe), dan inilah yang membuat Allah marah. Sebab dengan membuat patung emas itu, bangsa Israel melanggar perintah Allah yang pertama dalam ke 10 perintah Allah, yaitu, “Akulah Tuhan (dalam bentuk tunggal), Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir….Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” (Kel 20:2-3) Jangan kamu membuat di samping-Ku allah perak, juga allah emas janganlah kamu buat bagimu.” (Kel 20:23)

Perintah Allah inilah yang jelas- jelas dilanggar oleh bangsa Yahudi. Mereka sudah tahu bahwa hanya Allah (bentuk tunggal) yang membawa mereka keluar dari Mesir dan yang menyembuhkan mereka (lih. Kel 15:26). Namun mereka masih menginginkan untuk membuat bagi diri mereka allah emas, seperti yang mereka lihat pada bangsa-bangsa lain. Maka  di jawaban saya sebelumnya saya mengatakan bahwa penyembahan berhala mereka terletak pada kenyataan bahwa mereka membuat patung untuk disembah sebagai allah. Maka Allah berkata kepada Musa, “Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah allah-allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.” (ay. 8)

Jadi jelas di sini Allah marah kepada bangsa Israel karena : 1) mereka mempunyai allah lain di hadapan-Nya; 2) mereka membuat patung dan menyembah patung itu sebagai allah lain itu. Maka di sini kita dapat menangkap esensi penyembahan berhala, yaitu menyembah sesuatu ciptaan sebagai allah lain, sehingga menggeserkan kedudukan Allah yang seharusnya menempati tempat terutama di dalam hidup kita. Memang benar kata anda bahwa patung umumnya dibuat untuk menggambarkan sesuatu, dan justru itulah maka tidak bisa dilepaskan dari maksud pembuatannya. Dalam hal ini, mungkin kita perlu melihat, bahwa menyembah patungnya atau allah lain yang digambarkan oleh patung itu, keduanya merupakan kesatuan dalam kasus Kel 32. Karena dari awal mereka sudah bermaksud membuat patung untuk disembah sebagai allah lain. Dengan demikian mereka menggantikan Allah dengan allah lain itu, dan inilah yang tidak berkenan kepada Allah.

Prinsip ini menyampaikan kepada kita pengertian selanjutnya, yaitu bahwa membuat patung saja tidak langsung dapat dikatagorikan sebagai menyembah berhala, sebab jika tidak disembah sebagai allah, itu bukanlah penyembahan berhala. Kita melihat contohnya dalam keadaan sehari- hari, bahwa patung- patung dibuat untuk pelajaran biologi, atau untuk obyek seni rupa, atau dalam rupa mainan anak- anak, ‘patung’ dibuat dengan bahan plastik, karet atau busa. Namun sepanjang patung tidak disembah, misalnya dengan korban-korban bakaran, maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai penyembahan berhala.

Dari Kitab Suci kita mengetahui bahwa penyembahan berhala dapat dilakukan dalam bentuk penyembahan kepada matahari, bulan dan bintang (Ul 4:19, Yer 8:2, Yeh 8:16) patung berhala/ patung tuangan (Kel 34:17, Im 19:4; Bil 33:52), allah emas (Kel 32:31; 2 Taw 13:8), allah buatan tangan manusia (Ul 4:28, Mzm 115:4-7), Baal, Asyera (Bil 33:52; 2 Raj 17:16; 21:3; 2 Taw 33:3), atau disebut sebagai dewa-dewa asing/ allah lain (Kej 35:2,4; Yos 24:20; Hak 2:12,17; 1Raj 14:9) dengan mengorbankan anak- anak manusia (Yer 7: 17-20, 2Raj 3: 26-27; 16:3; 17:17-18) dan melakukan ramalan dengan memanggil roh arwah (2 Raj 21:5-6; 1 Sam 28:14-15).

Jika kita membaca seluruh Kitab Perjanjian Lama, kita akan menemukan betapa Allah membenci “penyembahan berhala” ini dalam kehidupan bangsa Israel. Sebab penyembahan berhala ini melanggar perintah Tuhan yang utama dan pertama. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian:

KGK 2112    Perintah pertama mengecam keberhalaan. Diminta dari manusia supaya hanya beriman kepada Allah, dan bukan kepada allah-allah lain, dan supaya tidak menghormati allah-allah lain di samping Allah yang Esa. Kitab Suci mendesak terus-menerus untuk menolak berhala-berhala. Berhala-berhala ini “hanyalah emas dan perak, buatan tangan manusia. “Mereka mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berbicara, mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat”. Berhala-berhala yang tidak bertenaga ini membuat orang menjadi tidak bertenaga: “Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya” (Mzm 115:4-5, 8) Bdk. Yes 44:9-10; Yer 10:1-16; UI 14,1-30; Bar 6; Keb 13:1-15:19.. Sebaliknya Allah adalah “Allah yang hidup” (umpamanya Yos 3: 10 dan Mzm 42:3), yang memberi hidup dan yang campur tangan di dalam sejarah.

KGK 2114     Dalam penyembahan kepada Allah yang Esa, kehidupan manusia menjadi satu keutuhan. Perintah supaya menyembah hanya satu Tuhan, menjadikan manusia itu sederhana dan menyelamatkan dia dari kehancuran berkeping-keping yang tidak ada akhirnya. Pemujaan berhala adalah satu penyelewengan perasaan religius yang dimiliki manusia. Siapa yang mengabdi kepada dewa-dewa, “mengarahkan kerinduan yang tak terhapus akan Allah kepada sesuatu yang lain dari Allah” (Origenes, Cels. 2,40).

3. Selanjutnya Gereja Katolik, berdasarkan pengajaran Kitab Suci, tidak membatasi “penyembahan berhala” hanya kepada penyembahan kepada patung-patung tuangan dan dewa dewi. Tetapi juga kenyataan bahwa manusia dapat menempatkan sesuatu/ seseorang di tempat Allah dan ini adalah bentuk ‘berhala’ masa kini.

KGK 2113     Pemujaan berhala tidak hanya ditemukan dalam upacara palsu di dunia kafir. Ia juga merupakan satu godaan yang terus-menerus bagi umat beriman. Pemujaan berhala itu ada, apabila manusia menghormati dan menyembah suatu hal tercipta sebagai pengganti Allah, apakah itu dewa-dewa atau setan-setan (umpamanya satanisme) atau kekuasaan kenikmatan, bangsa, nenek moyang, negara, uang, atau hal-hal semacam itu. “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” demikian kata Yesus (Mat 6:34). Banyak martir yang meninggal karena mereka tidak menyembah “binatang” (Bdk Why l3-l4).; malahan mereka juga menolak menyembahnya, walaupun hanya dengan berpura-pura saja. Pemujaan berhala tidak menghargai Allah sebagai Tuhan yang satu-satunya; dengan demikian ia mengeluarkan orang dari persekutuan dengan Allah (Bdk Gal 5:20; Ef 5:5).

Dari tanggapan anda, saya mengetahui bahwa anda tidak setuju dengan prinsip ini (bahwa menggantikan Allah dengan sesuatu ciptaan adalah berhala), namun sesungguhnya prinsip ini sangatlah sederhana, dan bahkan ada dalam kamus/ dictionary. Jika anda ketik “worship” di dictionary.com, dikatakan demikian pada point 3: “adoring reverence or regard: excessive worship of business success.” pengertian yang demikian, mempunyai sinonim “idolatry“/ berhala, seperti juga tertulis demikian di sana :honor, homage, adoration, idolatry. Maka jika seseorang mengisi pikiran dan hati hanya untuk mencari uang saja, dari bangun tidur sampai malam, sepanjang hari yang dipikir hanya bagaimana supaya mendapat uang banyak; ia mengarahkan segenap tenaga, pikiran dan hati hanya kepada uang. Di sini, sebenarnya ia bukan saja “lalai” dalam mengingat/ menyembah Allah, tetapi ia telah menempatkan uang di tempat utama dalam kehidupannya, dan menggeserkan tempat Tuhan. Maka, ia “mengabdi kepada Mamon”/ dewa uang, walaupun tidak melakukan korban bakaran. Maka Rasul Paulus mengajarkan,

“Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.” (Ef 5:5)

Di sini jelas dikatakan bahwa orang yang menomorsatukan uang/ serakah dan kecemaran/ kenikmatan seksual di atas segala- galanya, adalah penyembah berhala, yang tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Sebab perintah Allah yang utama seperti diajarkan oleh Kristus adalah, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Mrk 12:30, lih. Mat 22:37, Luk 10:27). Maka jika seseorang mengarahkan segenap hati, jiwa, akal budi, kekuatan, hanya untuk mengejar ‘ciptaan’ saja (uang, kekuasaan, kenikmatan duniawi), maka ia dapat dikatakan “menyembah berhala” karena menggantikan kedudukan Tuhan dengan ciptaan itu. Ia memang tidak usah mengakui bahwa uang, kekuasaan, atau kenikmatan itu adalah Sang Pencipta, atau memberikan korban bakaran kepada uang, kekuasaan, kenikmatan itu; namun dengan sikap hidupnya yang menggantikan tempat Tuhan dengan hal- hal itu, itu sudah merupakan penyembahan berhala. Demikianlah yang diajarkan oleh Kitab Suci, dan oleh Gereja Katolik.

4. Namun demikian mengenai penyembahan dan penghormatan ini, Gereja Katolik menegaskan ada dua macam pengertian yaitu:

1. Latria (penyembahan) yang hanya ditujukan kepada Allah Tritunggal (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus)
2. Dulia (penghormatan) yang ditujukan kepada:
– Para orang Kudus, termasuk Bunda Maria (kadang kepada Maria, disebut hyper-dulia)
– Penghormatan kepada benda tertentu yang melambangkan Allah ataupun Para Kudus dan Maria. Contohnya yaitu salib (crucifix), patung Bunda Maria, Patung santa-santo, dll. Penghormatan ini kadang disebut sebagai dulia- relatif.

Kata ‘latria’ dan ‘dulia’ ini memang tidak secara eksplisit tertera di dalam Kitab Suci, tetapi, kita dapat melihat penerapannya dengan jelas. Misalnya:
1. Perintah Tuhan yang pertama pada kesepuluh Perintah Allah adalah perintah untuk menyembah Allah saja dan jangan sampai ada allah lain yang kita sembah selain Dia. Di sini maksudnya adalah ‘latria’ (Kel 20: 1-6).
2. Penghormatan Yusuf kepada ayahnya Yakub. Yusuf sujud sampai ke tanah untuk menghormati ayahnya Yakub (Kej 48:12), itu ‘dulia’.

Penghormatan ‘dulia’ ini tidak dapat dikatakan sebagai menyembah berhala, sebab prinsip penghormatan ini tidak untuk menjadikan obyeknya sebagai saingan Allah. Prinsip penghornatan “dulia” hanya seperti menghormati seorang juara kelas di sekolah, atlet yang menang olimpiade, ataupun seorang pahlawan negara, yang dihormati karena kesempurnaan yang dicapai oleh mereka. Dalam hal rohani, kita menghormati Bunda Maria dan para santo/ santa atas kesempurnaan kerjasama mereka dengan rahmat Allah dalam kehidupan mereka. Jadi mereka bukan “saingan” Allah seperti Baal dan Asyerah, tetapi mereka adalah rekan sekerja Allah, sehingga penghormatan kepada mereka merupakan juga penghormatan kepada Allah yang telah menciptakan mereka.

5. Tentang definisi anda bahwa penyembahan berhala adalah juga penyembahan Allah yang berinkarnasi (Allah yang menjelma menjadi manusia), itu tidak dalam konteks yang sedang dibicarakan di sini, karena jika anda membaca ayat-ayat Kel 32 tersebut, yang ada adalah penyembahan terhadap patung lembu emas, yang kemungkinan besar melambangkan Baal [walau tidak disebutkan di sini secara eksplisit], namun yang jelas bukan Allah Israel, sehingga Allah marah besar melihatnya.

Demikian yang dapat saya tanggapi dari pertanyaan dan pernyataan anda. Semoga tulisan ini dapat menjadi masukan buat anda, tentang “berhala” ini, menurut ajaran Gereja Katolik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

64 COMMENTS

  1. Dalam Yesaya 42 ayat 8 : Aku ini Tuhan, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaanku kepada yang lain atau kemasyhuranku kepada patung.
    Apa maksud ayat tersebut ?

    • Shalom Tomy,

      Untuk menginterpretasikan Yes 42:8 kita harus membacanya dalam kaitannya dengan keseluruhan perikop itu, yang berbicara perihal nubuat tentang sang Mesias, yang digambarkan sebagai ‘Hamba Tuhan’ yang atasnya Allah akan menaruh Roh-Nya. Dalam perikop ini, di bab 42 ayat 1 sampai 7, Nabi Yesaya menjabarkan nubuat tentang rencana penyelamatan Allah kepada manusia, yang akan dilakukan oleh ‘Hamba-Nya’ itu. Maka ayat Yes 42:8 adalah ayat untuk menyatakan bahwa ‘Hamba-Nya’ itu adalah sungguh seorang pilihan-Nya dan bukan dalam wujud yang lain, atau dalam wujud patung.

      1. Nubuat di Yes 42:1-4, digenapi oleh Yesus, saat Ia mengajarkan hukum/ perintah Allah kepada para pendengar-Nya. Yesus mengajar dengan kelemahlembutan dan tidak berteriak-teriak di jalan-jalan. Ia tidak pernah berbantahan kepada orang-orang Farisi yang kerap mencari kesempatan untuk menjatuhkan Dia. Yesus yang mengetahui maksud hati semua orang, tidak membalas kekejian hati mereka, Ia hanya menyingkir dari mereka. Walaupun Ia menyembuhkan semua orang yang dibawa kepada-Nya, Yesus tidak memegahkan diri, dan menyuruh orang tidak memberitahukan siapa Dia yang menyembuhkan mereka. Maka Yesus menggenapi apa yang dikatakan oleh Nabi Yesaya (Yes 42:1-4) ini dalam Mat 12:15-21:

      “Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”

      2. Perkataan sabda Allah di Yes 42:5, juga dikutip dalam Kis 17:24-25, “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah Ia kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang…”

      Perkataan ini diucapkan oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Athena yang menyatakan ibadah mereka kepada dewa-dewa yang digambarkan dengan patung-patung ciptaan kesenian yang terbuat dari emas, perak atau batu (lih. Kis 17:29). Rasul Paulus mengajarkan kepada mereka bahwa Allah yang sesungguhnya adalah Allah yang akan menghakimi dunia dengan adil, “oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.” (Kis 17:29) Nah, “seorang yang telah ditentukan Allah ini, dan yang telah bangkit dari antara orang mati ini, adalah Yesus Kristus.

      3. Sedangkan sabda Allah dalam Yes 42:6, yang berbicara tentang Mesias sebagai terang bagi bangsa-bangsa, dikutip dalam Luk 2:32, yaitu yang diucapkan oleh Simeon ketika melihat Yesus Sang Mesias, dan menatang-Nya, saat Ia dipersembahkan di bait Allah. Kis 13:47, 26:23. Rasul Paulus (dan Barnabas) juga berkata mengacu kepada nubuat Nabi Yesaya ini, untuk menegaskan bahwa rencana keselamatan Allah ditujukan juga kepada bangsa-bangsa lain, tidak hanya kepada bangsa Yahudi.  Sedangkan nubuat yang disebutkan dalam Yes 42:7, yang menyerupai Yes 61:1-2, juga digenapi saat Yesus membacakan teks tersebut (lih. Luk 4:16-19).

      Nah dengan dipahaminya bahwa semua ayat yang mendahului ayat ke-8 ini mengacu kepada penggenapannya di dalam Kristus, maka maksud Yes 42:8 adalah: bahwa tiada yang lain, selain Sang Mesias yang digambarkan sebagai “Hamba Tuhan”, yang akan menyampaikan rahmat keselamatan kepada bangsa-bangsa. Sang Penyelamat itu adalah Yesus Kristus, Sang Mesias, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Flp 2:6-11).

      Hanya dalam kesatuan dengan Yesus Kristus, yang mengambil rupa hamba inilah, Allah dimuliakan; bukan dengan allah- allah yang lain, atau dewa-dewa yang lain, yang disembah oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dalam rupa patung-patung.

      Demikianlah makna ayat Yes 42:8.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. shalom tim katolisitas,
    saya sering melihat di gereja, sehabis perayaan ekaristi banyak orang membakar lilin di depan patung bunda maria dan Tuhan Yesus kemudian berlutut dan berdoa di hadapan patung2 tersebut..saya ingin bertanya apakah ini bentuk pujian atau sudah masuk ke penyembahan? di manakah letak perbedaan antara memuji atau menghormati seperti yang diajarkan gereja dan penyembahan yang dilarang dalam Alkitab terhadap patung-patung tersebut?
    Terima kasih sebelumnya atas penjelasannya…

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel ini terlebih dahulu, silakan klik. Yang dihormati adalah pribadi yang digambarkan oleh patung itu, dan bukan patungnya itu sendiri.]

  3. Shalom Alecheim Katholisitas.org

    Saya mohon sekali bimbingan keagamaan untuk saya tentang berhala menurut Kaum kita yaitu Kaum Katholik/Nasrani secara singkat.

    Terima kasih.

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca sekali lagi artikel di atas. Secara prinsip berhala adalah menempatkan ciptaan di tempat Allah Pencipta. Maka menyembah berhala artinya menyembah suatu ciptaan sebagai allah, dan bukan menyembah Allah Pencipta, dan dengan demikian melanggar perintah pertama dari kesepuluh perintah Allah (lih. Kel 20:3-5).]

  4. Salam Damai…untukmu saudaraku.
    saya mencoba untuk membantu memberikan sedikit gambaran tentang pertanyaan saudaraku.
    1.apa agama kita Katholik ini bisa dibilang menyembah berhala dengan adanya patung patung buatan tangan manusia?
    jawabannya tidak, patung patung itu adalah suatu bentuk apresiasi manusia kepada Tuhan ataupun Bunda Maria sehingga seseorang itu dapat melukiskan atau mengukirkan Tuhan itu dengan Gaya seninya sendiri walaupun sebenarnya rupa ALLAH itu adalah ROH dan rupa Allah itu ada pada Tuhan Yesus sendiri…..kembali ke topiknya dan sebenarnya tergantung bagaimana umat menilainya, dan saya memberikan kembali pertanyaan kepada saudara, apa tujuan saudara pergi ke gereja ?
    Sebenarnya di pertanyaan itu sudah ada jawaban yang kongkrit.

    Menurut saya apakah berhala itu?
    Berhala itu adalah suatu benda mati atau pun benda hidup sperti pohon atau sejenisnya baik buatan tangan manusia atau benda lainnya ciptaan TUHAN baik itu yang ada di bawah laut ataupun yang ada di atas bumi atau yang ada atas langit (matahari/bulan) yang diagung-agungkan melebih kecintaannya kepada TUHAN.

    Orang Katolik Tidak menyembah patung?
    saya jawab TIDAK dan itu tergantung bagaimana saudara menyikapinya dan menilainya. jika saudara tidak nyaman berdoa di depan patung jangan lakukan ikuti kata hatimu.
    “permudahlah dirimu atas tangan dan pikiran mu untuk TUHAN”
    semoga dengan ini saudara mendapatkan paling tidak sedikit gambaran dan pencerahan dari pertanyaan yang saudara lakukan. ini menurut saya dan saya tidak tahu bagaimana menurut gambaran dan pandangan saudara seiman lainnya.

    Terima kasih TUHAN YESUS Memberkati.

  5. ada sedikit pertanyaaan soal berhala yg menggangu saya karena belum memperoleh jawabannya.
    1. kenapa di perjanjian lama Allah menentang keras tentang penyembahan berhala itu? apa karena manusia yg menyembah berhala ga ada yg baik atau kenapa?

    kalau berdasarkan perkiraan saya karena injil Keluaran 20: 5
    5)Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci aku.

    2. berdasarkan konsili vatican 2 agama katolik mempercayai ada wujud keselamatan lain diluar kristen.
    kalau begitu agama2 yg menyembah patung disetujui bahwa ada keselamatan disana dan hal itu jelas bertentangan dengan injil keluaran

    • Shalom Charles,

      1. Allah menentang keras penyembahan berhala karena perbuatan itu menentang perintah utama, yaitu agar kita mengasihi Allah dengan segenap hati dan kekuatan (Mrk 12:30; Luk 10:27). Berhala artinya menjadikan suatu ciptaan sebagai allah lain, dan dengan demikian menggeserkan tempat Allah Pencipta. Atau bahasa gaulnya mungkin adalah, dengan berhala, maka manusia “pindah ke lain hati”. Allah tidak berkenan akan hal ini, sebab tujuan Allah menciptakan manusia adalah agar manusia dapat bersatu dalam Kasih-Nya di surga, dan hal ini sungguh tidak dapat tercapai jika di dalam hati manusia ada allah lain yang mengambil tempat Allah. Maka dalam Kitab Suci digambarkan bahwa kasih Allah kepada umat-Nya adalah seperti kasih seorang suami kepada istrinya, tentu bukan untuk diartikan secara lahiriah, tetapi secara rohaniah, sebab kasih yang dikehendaki Allah adalah kasih yang total dan eksklusif, tidak terbagi dengan allah-allah lain.

      Dalam Perjanjian Lama, allah-allah lain ini adalah dewa-dewa bangsa-bangsa non-Yahudi (Kej 35:2,4; Yos 24:20; Hak 2:12,17; 1Raj 14:9), dan patung-patung mereka (Kel 34:17, Im 19:4; Bil 33:52), seperti Baal dan Asyera (Bil 33:52; 2 Raj 17:16; 21:3; 2 Taw 33:3), sebagaimana telah diuraikan di artikel di atas. Dalam Perjanjian Baru, berhala ini diartikan lebih luas, yaitu: “segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala” (Kol 3:5). Rasul Yohanes menyebutkan bahwa hal-hal duniawi ini menyangkut tiga hal, “yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.” (1 Yoh 2:16).

      Dengan demikian untuk memahami perintah, “Jangan menyembah berhala”, maka perlu dilihat perintah Allah secara keseluruhan yang tercatat dalam Kel 20:3-5, terutama ayat yang ke-3, yaitu kalimat perintah yang pertama, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”, dan ayat-ayat berikutnya (ay. 4 dan 5) adalah untuk menjelaskan ayat yang ke-3.

      2. Konsili Vatikan II tidak mengubah ajaran Gereja tentang keselamatan. Silakan membaca tentang ajaran Gereja tentang keselamatan ini, di artikel ini, silakan klik.

      Maka Gereja tidak menyetujui ajaran penyembahan berhala yang diajarkan oleh ajaran agama/ keperayaan yang belum mengenal Allah yang satu. Namun Gereja mengakui bahwa dari agama/ kepercayaan tersebut, tetap terdapat berkas-berkas kebenaran (dalam hal ini bahwa mereka tetap mengakui adanya Allah/ Sang Pencipta/ atau Dia yang mengatasi manusia, walaupun mereka tidak mengenalinya sebagai Allah Tritunggal). Gereja menganggap hal ini sebagai persiapan Injil. Tentang hal ini, jelas diajarkan dalam Konsili Vatikan II, Pernyataan tentang Hubungan Gereja dengan Agama-agama bukan Kristiani, Nostra Aetate, 2, silakan klik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  6. saya mau tanya, kalo tinggal di dalam rumah yg ada altar penyembahan berhala ada pengaruhnya tidak dengan kehidupan kekristenan seseorang, soalnya saya dan suami masih tinggal di rumah orang tua suami yg belum percaya Tuhan dan di dalam rumah ada altar penyembahan berhala, saya dan suami sudah percaya Tuhan, tp ada teman yg bilang ada dampaknya buat kami baik rohani maupun jasmani misalnya berkat Tuhan enggak turun kepada kami dan memang benar yg saya alami selama pernikahan kami, suami punya usaha sendiri tp enggak berkembang/jalan di tempat

    • Shalom Lian,

      Nampaknya ada dua hal yang terjadi di sini, yang belum tentu berhubungan. Hal pertama adalah Anda dan suami tinggal di rumah mertua yang tidak mengimani Kristus, dan hal yang kedua adalah usaha suami Anda belum maju. Lalu ada teman Anda yang menghubungkan kedua fakta tersebut dengan mengatakan bahwa hal kedua (usaha suami yang macet) itu disebabkan karena meja sembahyang orang tua.

      Menurut hemat saya, sesungguhnya pertama-tama kita perlu memohon kepada Tuhan agar diberi rahmat kebijaksanaan untuk melihat permasalahan dengan jelas, dan tidak membuatnya tambah kusut. Dalam hal ini ada baiknya kita mendoakan doa memohon ketenangan hati (the serenity prayer), demikian:

      Lord, grant me the strength to change the things I can, the serenity to deal with the things I cannot change, and the wisdom to know the difference.

      “Tuhan, berikanlah kepadaku kekuatan untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah, ketenangan hati untuk menangani hal-hal yang tak dapat kuubah, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaan antara kedua hal tersebut.”

      Mari kita melihat kepada kasus Anda: Anda dan suami masih tinggal di rumah orang tua suami Anda. Maka sesungguhnya adalah hak mereka untuk menempatkan apapun yang mereka pandang baik dan suci bagi kehidupan mereka. Karena mereka belum mengenal Kristus, mereka masih mempunyai meja sembahyang (yang Anda sebut sebagai meja penyembahan berhala), yang mungkin mereka pandang sebagai tempat mereka berdoa kepada Tuhan yang mereka kenal sepanjang pengetahuan mereka.

      Maka sebelum bersikap negatif terhadap ‘meja sembahyang’ mereka tersebut, terlebih dahulu tanyakanlah kepada diri sendiri (Anda dan suami Anda) sudahkah Anda berdua berusaha untuk memperkenalkan Kristus kepada mereka (dengan perbuatan dan perkataan)? Jika belum, mungkin hal inilah yang perlu dilakukan, walaupun tentu dengan sikap lemah lembut dan tidak memaksa. Sebab mereka adalah orang tua Anda, yang menurut Sabda Tuhan, tetap harus dihormati, walau tidak se-keyakinan dengan Anda.

      Jika hal ini sudah sering dilakukan, dan orang tua tetap berkeras dengan kepercayaan mereka sendiri, maka selayaknya Anda menghormati keputusan mereka. Anda dapat saja tidak setuju dengan cara mereka menyembah Tuhan, tetapi janganlah berucap bahwa mereka menyembah berhala atau menuduh bahwa karena meja sembahyangan itu maka usaha suami Anda macet. Sebab tuduhan macam ini belum tentu benar, karena 1) dapat saja mereka sudah mencari Tuhan yang Esa dengan hati tulus, dan hanya saja belum sampai mengenal Kristus, maka cara sembahyangan mereka tidak termasuk berhala (yang artinya menduakan Tuhan) 2) dapat terjadi usaha suami Anda macet karena ia (ataupun bersama dengan Anda) belum dengan maksimal menjalankan usaha itu.

      Tentang hal yang kedua ini silakan Anda refleksikan, hal apakah kiranya yang dapat ditingkatkan secara rohani dan jasmani? Secara rohani: Sudahkah Anda berdoa bersama setiap hari dengan suami, antara lain untuk mengucap syukur atas kesempatan membuka usaha ini, dan memohon pertolongan Tuhan untuk memajukannya? Pernahkah Anda mengajukan intensi Misa Kudus untuk mendoakan usaha Anda ini? Seberapa jauh Anda “mencari Kerajaan Allah” dalam kehidupan sehari-hari? (Mat 6:33). Seberapa setia Anda berderma, baik bagi Gereja ataupun sesama yang membutuhkan? dst. Secara jasmani: Sudahkah suami Anda menjalankan usaha ini dengan rajin (dimulai sejak bangun pagi-pagi) dan tekun (tak mudah putus asa)? Sudahkah meminta saran/ belajar dari orang yang lebih berpengalaman? Sudahkah rajin membaca buku yang relevan agar dapat mengambil manfaat bagi kemajuan usaha/ bisnis suami Anda? Dapatkah ditemukan cara-cara yang lebih kreatif untuk memajukan bisnis suami Anda (entah dari segi marketing, memperbaiki jasa, meningkatkan kualitas produk dengan harga terjangkau, efisiensi proses produksi, etc.)? Sudahkah suami Anda mempunyai staf yang baik yang dapat mendukungnya? dst.

      Jadi sepertinya ada banyak cara yang dapat dilakukan, dan jangan terlalu cepat menyalahkan sikap orang tua atau bersikap negatif terhadap meja sembahyang mereka. Silakan melakukan terlebih dahulu bagian yang dapat Anda ubah demi kebaikan, dan bukannya tenggelam dalam sikap negatif dan menyalahkan orang lain atau sesuatu yang lain. Pepatah mengatakan, “Kegagalan adalah sukses yang tertunda”, maka anggaplah bahwa keadaan usaha yang belum maju selayaknya mendorong suami dan Anda untuk memperbaiki diri, untuk mencapai kesuksesan, dalam arti kemajuan, baik rohani maupun jasmani, sebab seringkali sikap batin/ rohani yang baik meningkatkan semangat dan kemampuan bekerja, yang pada akhirnya dapat juga membawa hasil yang baik secara jasmani. Jika hal itu tercapai, jangan lupa bahwa Tuhanlah yang memberikan semua berkat itu, dan karena itu berikanlah pula yang menjadi hak Tuhan, yang sudah terlebih dahulu bermurah hati kepada Anda berdua.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  7. Selamat malam
    Saya mau tanya apakah maksud dari pemberkatan patung2, rosario, salib dan barang2 rohani oleh Romo?
    Terimakasih sebelumnya untuk jawabannya

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban di sini, silakan klik]

  8. Dalil haramnya foto dan patung dan serupaan dalam agama kristen protestan dan katholik dan nasrani keseluruhan ,tanpa tawar menawar dan dalil haramnya menghias kuburan dan memuja orang shaleh berlebihan….

    Yer. 51:17§
    Setiap manusia ternyata bodoh, tidak berpengetahuan, dan setiap pandai emas akan menjadi malu karena patung buatannya. Sebab patung tuangannya itu adalah tipu, tidak ada nyawa di dalamnya,
    Dan. 2:34§
    Sementara tuanku melihatnya, terungkit lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia, lalu menimpa patung itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga remuk.
    Hos. 13:2§
    Sekarangpun mereka terus berdosa, dan membuat baginya patung tuangan dari perak dan berhala-berhala sesuai dengan kecakapan mereka; semuanya itu buatan tukang-tukang. Persembahkanlah korban kepadanya!, kata mereka. Baiklah manusia mencium anak-anak lembu!

    ULAR TEMBAGA ,DIHANCURKAN….

    18:4§
    dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan.

    Anti Kristus dan Televisi

    Why. 13:15§
    Dan kepadanya diberikan kuasa (seolah) untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.

    Dibunuh disini ialah ketinggalan informasi
    Dan tidak di akui dunia…..
    Dianggap orang miskin ,lemah ,dsb.

    Alat tukar bergambar kaisar/fir’aun ,atau pahlawan yang mati terbunuh
    Dan nilai nominal….Yang menyebabkan hampir seluruh dunia sibuk….

    13:16§
    Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya,
    13:17§
    dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.
    13:18§
    Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.

    44:17§
    Dan sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: “Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!”
    44:18§
    Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami.
    44:19§
    Tidak ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk mengatakan: “Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa kekejian? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?”
    44:20§
    Orang yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: “Bukankah dusta yang menjadi peganganku?”

    Kel. 23:1§
    “Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar.

    Kel. 20:4§
    Janganmembuatbagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
    Ul. 4:16§
    supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan;
    Ul. 4:23§
    Hati-hatilah, supaya jangan kamu melupakan perjanjian TUHAN, Allahmu, yang telah diikat-Nya dengan kamu dan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang oleh TUHAN, Allahmu, dilarang kauperbuat.
    Ul. 5:8§
    Janganmembuatbagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.

    [dari katolisitas: komentar dihapus sebagian. Kalau anda sungguh ingin mengetahui dasar tentang patung dan berhala, silakan untuk membaca tanya jawab dan diskusi ini – silakan klik terlebih dahulu.]

  9. orang2 protestan tdk akan mengerti tentang katolik sesuai dgn namanya protestan,krn itu protesta n paling gampang terpecah belah,

    [Dari Katolisitas: Nampaknya gereja-gereja non- Katolik terpecah- pecah bukan karena tidak mengerti tentang Katolik ataupun karena namanya Protestan, tetapi karena mereka tidak mempunyai otoritas kepemimpinan yang dipatuhi, jika sampai terjadi suatu perbedaan pandangan di antara mereka. Para pendiri gereja-gereja non Katolik menentang Bapa Paus karena otoritas Paus, namun kemudian fakta membuktikan bahwa tanpa otoritas kepemimpinan maka kesatuan jemaat menjadi taruhannya]

  10. Shalom Bu Ingrid, Pak Stef & Segenap dewan redaksi Katolisitas.org

    Pertama-tama saya sampaikan rasa bangga & salut saya yang sebesar-besarnya atas luas & kayanya pengetahuan Bu Inggrid & Pak Stef mengenai iman Katolik Roma…

    saya senang sekali bahwa situs ini dikunjungi bukan hanya oleh para penganut Katolik saja namun juga para penganut agama & keyakinan lain yang ingin mengetahui & menggali betapa kayanya harta karun dalam Gereja Katolik.

    saya hanyalah seorang mahasiswa yang ingin menanggapi diskusi ini meskipun dengan pemahaman/pengetahuan agama saya yang cethek, semisal nih: saya punya pacar, pacar saya sedang menempuh studi di luar negeri..,satu ketika saya rindu dia setengah mati padanya namun tidak bisa menyentuhnya, menciumnya, membelainya, dsb. Tapi saya punya fotonya, nah cara saya untuk membunuh rasa rindu saya itu ya dengan memandangi fotonya. Dengan memandangi fotonya, saya bisa menciumnya bahkan menangisinya.

    barangkali demikianlah kita, umat Katolik memaknai gambar maupun patung2 yang kita beli & kemudian di berkati oleh Para Imam untuk kemudian kita menaruhnya di rumah, kos, ruang kerja, mobil dsb…dan sungguh (pengalaman saya pribadi) setiap kali saya berdoa sebelum berangkat kuliah, sehabis menerima uang hasil berdagang, maupun menerima transferan dr ortu saya selalu meletakkannya di bawah patung Salib Yesus..,dan selama itu pula pasti ada aja rahmat & berkat Tuhan yang datang di waktu yang tak diduga, semisal, disaat uang bulanan hampir habis pernah di dompet hanya ada Rp7.500-, Tuhan tidak pernah biarkan saya mati kelaparan.

    oya, ada pula kesaksian dari seseorang yang bernama Bernadetta dalam buku Kuasa Doa vol.6, No.1, Maret 2011 (yang tadinya seorang Kristen Protestan akhirnya menjadi Katolik), kutipan doanya pada Tuhan begini: “Tuhan, bolehkah aku tahu, apa yang terjadi setelah patung atau benda kudus lainnya diberkati oleh Romo(dikuduskan)?” Tuhan tidak langsung menjawab pertanyaan Bernadetta. tetapi dilain waktu, disaat Bernadetta meminta seorang Imam untuk memberkati medali St. Benedictus yang baru dibelinya di toko buku rohani, setelah Imam selesai memberkati medali tersebut yang ada di telapak tangan Bernadetta & Imam mengangkat tangannya di atas medali tsb, Bernadetta melihat medali tersebut terang bercahaya. Saat itulah baru Bernadetta percaya dan yakin atas penjelasan sekaligus menjawab segala keraguan yang ada di dalam hati Bernadetta selama ini.

    Saya juga punya berita bahagia, besok pada hari Raya Sabtu Malam Paskah tgl.23 April 2011, teman lama saya yang bernama Christina Agustine (SMP Domenico Savio Semarang 1995-1998, S1 Akuntansi Unika Soegipranata Semarang 2001) akan dibaptis secara Katolik setelah sebelumnya adalah penganut Kristen Protestan yang taat. Alleluia.., Welcome Home Tin, ROME SWEET HOME..,Kembali kepada kebenaran = kembali ke ROMA..

    Demikian yang bisa saya sampaikan Bu Inggrid & Pak Stef, Tuhan Memberkati Karya & Pelayanan Ibu & Bapak sekalian, aminn……

  11. dear Bu Inggrit

    ada pertanyaan dari saya, harap ibu memberikan petunjuk.
    Seperti yang sudah diketahui semua bangsa2 dan umat beragama, ketika Yesus memikul salibnya ke Golgota, di sana dia bertemu Veronika yang mengusap wajah Yesus. Sebagai hadia dia mendapatkan figur wajah Yesus. Lalu Bu Inggrit apakah bukti itu sudah musnah???

    Dan saya mohon ijin untuk meletakkan artikel ini di facebook say. Saya tidak akan lupa untuk menyertakan sumber.
    Terima Kasih

    • Shalom Selvia,

      Dewasa ini memang ada klaim dari seorang pastor Jesuit yang konon setelah mempelajari selama 13 tahun, menyatakan bahwa sepotong kain yang ditelitinya merupakan kain pengusap wajah Yesus, di jalan salib-Nya ke Kalvari. Hal ini dapat dibaca di situs ini, silakan klik

      Namun setahu saya, klaim tersebut belum disetujui oleh Vatikan untuk dinyatakan sebagai otentik. Jika memang itu otentik maka kain itulah buktinya, namun jika tidak, kita tidak/ belum dapat tahu apakah memang kain Veronika itu masih ada atau sudah musnah.

      Akhirnya, silakan meletakkan artikel/ tulisan- tulisan di facebook anda, hanya kami mohon anda menuliskan sumbernya yaitu http://www.katolisitas.org

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  12. Shallom semuanya… bila rekan2 umat katolik menempatkan patung Maria hanya sebagai simbol, kenapa ada ritual pemberkatan patung Maria? menurut sy itu membuka celah bagi kuasa gelap?

    • Shalom Kirmadi,

      Patung, lukisan, salib, rosario dan benda- benda religius lainnya, memang hanya merupakan simbol/ alat bantu bagi umat Katolik untuk berdoa. Justru karena gunanya sebagai alat bantu, maka imam memberkatinya, agar benda- benda itu dapat sungguh berguna dalam mengarahkan hati dan pikiran para pemakainya kepada Tuhan.

      Doa pemberkatan tersebut juga kurang lebih bunyinya demikian,

      “Semoga ini (sebutkan, apakah patung, salib atau rosario) dan semua yang menggunakannya diberkati, dalam nama Allah Bapa, dan Putera dan Roh Kudus”. Dan dijawab, “Amin” (diterjemahkan dari Book of Blessings, Liturgical Press, Minnesota, 1989, ISBN 0-8146-1875-8, page 549.)

      Jadi tidak ada celah bagi kuasa gelap ataupun membuka celah bagi kuasa gelap, sebab Tuhan sendiri yang telah memberkati.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Bagaimana jika patung-patung Bunda Maria dan Yesus dihancurkan ? apakah orang Katolik akan marah ? Jika ya, berarti patung-patung itu sudah jadi berhala. Berdoa kepada Tuhan sebenarnya tidak perlu alat bantu, cukup ketulusan hati dan kepasrahan. Jadi jelas bahwa doa dan ibadah yang diterima bukan tergantung pada alat-alat bantu. Yesus dan para rasul tidak pernah membuat patung-patung untuk berdoa. Buat apa juga pastur memberkati patung ? bukankah lebih baik memberkati manusia yang hidup ? Beruntunglah saya yang tidak diajarkan berdoa menghadap patung, sehingga saya bisa belajar untuk secara tulus berdoa tanpa alat bantu patung atau sejenisnya.
        Yesus adalah Tuhan itu jelas, tak perlu alat bantu atau bantuan dari orang mati (santo dan santa) untuk mendengarkan doa-doa yang kita panjatkan. Dia bekerja menciptakan dunia tanpa bantuan orang-orang mati yang dianggap suci oleh manusia. Kenapa juga kita harus minta tolong kepada orang-orang mati agar menyampaikan doa kita kepadaNya, ini jelas menunjukkan keraguan Katolik akan kemahakuasaanTuhan Yesus.

        • Shalom Yohanes S,

          1. Tentang Patung

          Nampaknya anda keliru bertanya, jika pertanyaan anda berbunyi, “Bagaimana jika patung-patung Bunda Maria dan Yesus dihancurkan ? apakah orang Katolik akan marah ?” Sebab hal marah atau tidak marah, itu menjadi hal yang subyektif, karena mungkin ada yang marah ada yang tidak. Tetapi kita dapat melihat hal yang mendasar di sini, bahwa tindakan membakar patung Yesus dan Bunda Maria itu adalah perbuatan yang tidak wajar, sama seperti jika ada orang masuk ke rumah anda dan membakar foto- foto anda dan foto keluarga anda. Anda bisa saja tidak marah, tetapi kemungkinan besar anda merasa perbuatan itu tidak wajar.

          Foto, gambar atau patung Yesus dan Bunda Maria bagi orang Katolik hanya simbol saja, sama seperti bendera Merah Putih adalah simbol/ lambang negara Indonesia. Jika ada orang dari negara lain membakar bendera kita, maka tentu ini tidak sepantasnya, dan sesungguhnya ini tindakan yang anarkis.

          Jika anda tidak memerlukan gambar atau patung Yesus untuk mengarahkan hati kepada Tuhan, itu tentu baik, tidak apa- apa. Tetapi silakan anda menghormati juga pandangan yang lain yang tidak bertentangan dengan firman Tuhan, bahwa Allah memperbolehkan dibuatnya patung untuk kepentingan religius; yaitu untuk mengarahkan hati umat-Nya kepada-Nya (lih. Kel 25:1,18-20; 1 Taw 28:18-19; Bil 21:8). Selanjutnya, Allah-lah yang terlebih dahulu memperbaharui ketentuan ini, dengan menggambarkan Diri-Nya dalam diri Yesus Kristus (Kol 1:15), ketika Ia mengutus Putera tunggal-Nya menjadi manusia. Dengan demikian, kita dapat mengetahui seperti apakah Allah itu; dan kemudian penggambaranNya dalam bentuk lukisan maupun patung yang dilakukan oleh manusia mengacu kepada Kristus yang merupakan gambaran Allahnitu. Selanjutnya tentang topik ini silakan klik di sini.

          Anda keliru kalau menyangka patung- patung hanya ada di dalam gedung- gedung gereja Katolik. Patung- patung juga ada di gereja- gereja Lutheran (Protestan), dan ini dapat anda lihat cuplikan video di jawaban ini, silakan klik. Saya percaya, seperti halnya umat Katolik, umat Lutheran juga tidak menyembah patung, mereka hanya menganggap patung- patung itu sebagai simbol saja.

          2. Tentang peran orang kudus (Santa/ Santo).

          Nampaknya perbedaanya di sini adalah, anda menganggap mereka (Santa- Santo) adalah saingan Tuhan Yesus, sedangkan kami umat Katolik, berpegang pada ajaran para rasul, percaya bahwa mereka itu adalah para pendukung Tuhan Yesus, dan bukan saingan-Nya. Oleh sebab itu pengantaraan mereka itu mendukung Pengantaraan Yesus yang satu- satunya (1 Tim 2:5), dan bukannya terpisah berdiri sendiri menyaingi Tuhan Yesus. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik; dan tentang bahwa ajaran tentang para kudus telah diajarkan sejak jemaat perdana/ mula- mula, silakan klik.

          Anda menganggap orang- orang tersebut orang- orang mati, tetapi Sabda Tuhan dalam Kitab Suci jelas menyebutkan bahwa mereka (para Santa/santo) sebagai orang- orang kudus yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah orang- orang yang memperoleh hidup yang kekal (lih. Yoh 3:16;1 Yoh 5:11); mereka tetap hidup selama- lamanya, meskipun tubuh mereka sudah mati (lih. Yoh 6:51,54,58). Jadi jika umat Katolik memohon dukungan doa dari para orang kudus itu bukan karena kami meragukan kemahakuasaan Tuhan, tetapi malah menaati kehendak Tuhan yang menginginkan agar sebagai kesatuan Tubuh Kristus kita bersatu, yang kuat mendoakan yang lemah, kita saling tolong menolong dan bahu membahu dalam menanggung beban (Gal 6:2); dan percaya bahwa kuasa doa para orang kudus yang sudah dibenarkan oleh Tuhan itu, sangat besar kuasanya (Yak 5:16). Justru dengan melihat bahwa Tuhan Yesus melibatkan juga anggota- anggota Tubuh-Nya (yaitu para kudus) untuk mendekatkan umat-Nya kepada-Nya, kita dapat melihat kemahakuasaan Allah dan kebesaran-Nya, yang memampukan manusia yang lemah serba terbatas untuk turut mengambil bagian di dalam karya keselamatan-Nya.

          Semoga hal- hal ini dapat juga menjadi masukan bagi anda.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

        • sdr yohanes:
          Kalau anda beranggapan bahwa orang kudus itu mati; maka sebenarnya anda mengabaikan ajaran dasar Kristus: bahwa setiap orang yang mengikuti Dia dengan benar akan memperoleh hidup kekal..Hidup kekal jauh lebih bernilai dibandingkan dengan hidup sdr saat ini. [dari Katolisitas: kami edit]…… untuk memahami orang orang kudus yang “hidup kekal” meskipun mereka sudah mati perlu dilihat dari kacamata pengajaran Kristus, jangan melihat dari kaca mata dunia dan nalar [semata- mata,] [dari katolisitas: kami edit]. Semoga Tuhan membimbing sdr.amin

          • Orang suci atau orang yang dipilih Tuhan untuk hidup di surga bersamaNya, bukan berarti mereka memiliki kewenangan Ilahiah sehingga kita bisa berdoa kepada mereka, tidak. Mereka tetap manusia, kita yang masih hidup didunia berstatus sama dengan mereka yang telah bersama Allah, yakni umat manusia yang diselamatkan karena Yesus, bukan karena berbuat baik. Jadi jelas status manusia pilihan Allah di bumi tidak lebih rendah dari mereka yang telah masuk di Rumah Bapa. Peranan mereka hanya pada waktu hidup di dunia, kita hanya perlu belajar dari mereka bukan berdoa kepada mereka.
            Kita berbuat baik bukan untuk memperoleh hidup kekal, tetapi berbuat baik sebagai tanda kita telah dipilih Allah dan sebagai tanda terima kasih kita kepada Allah karena telah diselamatkan melalui pengorbanan Yesus. Penebusan Yesus itu tuntas dan lunas, jangan ragu mengenai itu. Ini yang disebuat Sola Gratia, anugerah Tuhan.
            Silahkan baca juga tanggapan saya kepada Ibu Ingrid diatas.

            Terima kasih

          • Shalom Yohanes,

            Terima kasih atas tanggapannya. Sebenarnya tentang persekutuan para kudus ini telah dibahas secara panjang lebar dengan beberapa saudara/i Kristen non-Katolik. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa para kudus mempunyai kewenangan ilahi, namun mereka berpartisipasi dalam tugas perantaraan Kristus. Manusia di bumi lebih rendah dibandingkan dengan yang telah berkumpul di rumah Bapa di Sorga, dalam pengertian para Santa/o telah pasti mendapatkan keselamatan kekal, namun kita yang hidup di dunia ini yang telah mengenal Kristus belum pasti masuk ke Sorga, walaupun kita terus menaruh pengharapan akan belas kasih Allah. Mereka adalah orang-orang yang telah mencapai garis akhir, melihat Tuhan muka dengan muka, sedangkan kita yang masih di dalam pengembaraan di dunia ini masih terus berjuang dalam mencapai garis akhir.

            Kita tidak berdoa kepada mereka, namun meminta agar mereka mendoakan kita, sama seperti anda mungkin meminta doa kepada pendeta anda. Saya tidak ingin memulai diskusi dari awal. Oleh karena itu, kalau anda memang serius ingin berdiskusi dan mempunyai argumentasi yang baru, yang belum pernah diungkapkan dalam diskusi-diskusi yang ada, silakan menyampaikannya di link-link tanya jawab ini – silakan klik, diskusi dengan Anton di sini – silakan klik, diskusi dengan Esther dapat dilihat di sini – silakan klik dan diskusi dengan Machmud dapat dilihat di sini – silakan klik. Mohon pengertiannya, karena keterbatasan waktu, mohon agar tidak memulai diskusi topik ini dari awal. Secara sekilas, topik ini juga telah dituliskan di FAQ ini – silakan klik.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

    • Kirmadi yth.

      Ini sebuah contoh doa pemberkatan patung Santa Maria:

      Imam: Terpujilah nama Tuhan
      U: Mulai sekarang sampai selama-lamanya
      I: Marilah berdoa (hening sejenak)
      Allah yang mahakuasa kami memuliakan Dikau
      karena Engkau telah berbuat yang besar kepada Santa Maria.
      Di dalam dia kami melihat betapa kaya belaskasihan-Mu untuk kami.
      Sudilah memberkati + patung ini yang akan tetap mengingatkan kami
      bahwa Maria, Bunda Kristus adalah juga Bunda kami,
      dan bahwa kami boleh memohon bantuannya dalam tiap kesusahan kami.
      Semoga kami seperti Maria
      mengikuti Yesus dan kelak mencapai persekutuan dengan dia untuk selama-lamanya.
      U: Amin.

      Dari isi doa pemberkatan ini menjadi jelas bahwa secara tekstual dan ritual, Gereja Katolik tidak membuka peluang untuk kuasa gelap tetapi justru melawan atau menentang kuasa itu dengan memohon berkat dari Tuhan lewat Kristus dan Bunda Maria yang kehadirannya hendak dialami dalam tanda patung. Dalam hal ini patung itu bukan lagi batu atau kayu atau pahatan biasa tetapi sudah “diberkati” sebagai benda yang khusus mengingatkan manusia beriman akan peran serta Maria yang istimewa dalam karya Allah menyelamatkan makluk ciptaan.

      Salam dan doa. Gbu.
      Pst. Bernardus Boli Ujan, SVD.

  13. shalom semua….saya dari gereja evangelical sabah sangat tertarik dgan page ini. bagi sya scara peribadi, sbagai org kristian yg percaya,apa pun cara seseorang itu berdoa adalah terserah kepadanya kerana itu mengikut keselesaan sendiri. asal kita jangan tersesat. kalu senang berdoa d depan patung bunda dan yesus, berdoa saja begitu kerana kita beriman dan percaya itu akan lebih meneguhkan da membuka mata rohani kita.itu kita tak boleh pertikaikan.berdoa ikut keselesaan masing2.. berdoa dengan cara yg tersendiri. kerana kita manusia biasa sangat terbatas untuk mengatahui hati Bapa dan menjangkau pemikiran Allah kita d syurga…

    Harap saling la kita mendoakan di antara satu dengan yang lain. saling mendoakan gereja2 Tuhan dari pelbagai aliran kerna hanya satu tujuan kita iaitu menyenangkan Hati Allah Bapa kita yang ada dalam kerajaan NYa sampai marantha Tuhan dtg. Amin….

  14. Salam Damai Kristus.

    Ibu Inggrid,
    Banyak orang non Katolik mempersoalkan masalah pernak-pernik yang ada didalam Gereja Katolik, termasuk patung-patung yang ada. Menurut saya wajar jika mereka berbeda pendapat dengan Gereja Katolik mengenai hal ini, karena dasar pengertian dan dasar pendalaman iman kepada Yesus Kristus yang berbeda pula, mereka tidak pernah mengakui dan mungkin mereka tidak pernah tahu bahwa selain Kitab Suci Gereja Katolik memiliki Tradisi Suci sebagai dasar ajaran Gereja kepada umat Katolik.

    MOHON PENCERAHAN :
    # Namun demikian, saya sebagai umat Katolik juga ingin tahu, kira-kira dari mana umat perdana mendapat inspirasi wajah Yesus, Maria, Yosep, para Rasul dan wajah tokoh-tokoh Kristen saat itu ?? apakah saat itu ada orang yang sudah melukis wajah mereka atau ada yang sudah membuatkan patung mereka sebagai kenangan, sehingga umat sesudahnya (sampai sekarang) tinggal melanjutkan seni tersebut ?
    # Dan hal yang sama yang juga sering digambarkan dari tokoh-tokoh dalam Kitab Perjanjian Lama, apakah ada sumber inspirasi dari wajah para tokoh tersebut, atau hanya rekaan sebagai ilustrasi gambar untuk buku-buku rohani bagi sekolah minggu, atau ilustrasi agar yang orang dapat berimajinasi mengenai kejadian saat itu dari gambar tersebut ?
    # Kalau saya perhatikan wajah Yesus baik lukisan maupun patung, persis seperti gambar Yesus pada kain kafan Turin, apakah gambar pada kain kafan itu sumber inspirasi seniman untuk menggambarkan wajah Yesus ? lalu bagaimana dengan wajah Maria, Yosep, para Rasul, Paulus, dan tokoh-tokoh Kristen awal dari Gereja Perdana ?

    Terimakasih bu Inggrid, semoga penjelasan ibu dapat menambah wawasan penetahuan kami.
    Semoga Damai Kristus beserta kita.

    • Shalom Anton Gunar,

      1. Tentang bagaimana orang mendapat inspirasi wajah Yesus dan makna lukisan Yesus, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

      Sedangkan tentang wajah Maria dalam lukisan, saya kira banyak mengambil inspirasi dari keterangan para visioner yang melihat wajah Maria dalam wahyu pribadi mereka. Pada abad- abad awal, memang lukisan wajah belum sepopuler sekarang, dan seni lukis pada abad- abad awal memang lebih merupakan gambar daripada lukisan, karena masih sangat sederhana. Seni lukis mengalami banyak perkembangan menjelang abad pertengahan dan mencapai puncaknya di jaman Renaissance di mana wajah manusia digambarkan dengan lebih detail menyerupai foto.

      Tentang wajah St. Yusuf, terdapat banyak variasinya, tergantung dari mana sumber sang pelukis mengambil inspirasinya. Memang sering kita jumpai pelukis mengambil inspirasi dari apa yang disebutkan dalam the Protoevangelium of James yang menjabarkan bahwa St. Yusuf adalah seorang yang sudah tua renta ketika mengambil Maria sebagai istrinya. Tulisan ini dikecam oleh St. Thomas Aquinas dan para mistik lainnya. St. Padre Pio, Maria Agreda yang terberkati, Catherine Anne Emmerich yang terberkati, yang hidup di tempat dan jaman yang berbeda- beda. Mereka memperoleh vision/ penglihatan yang hampir sama, bahwa St. Yusuf adalah seorang yang muda saat mengambil Maria sebagai istrinya (Menurut Maria Agreda yang terberkati, St. Yusuf berusia 33 tahun dan Maria 14 tahun ketika menikah). Maka, jika sang pelukis mengambil inspirasi dari tulisan para mistik ini, lukisan mereka memperlihatkan wajah St. Yusuf sebagai seorang yang muda pada saat tampil bersama Tuhan Yesus dan Bunda Maria.

      Sedangkan untuk wajah para rasul, para pelukis mengambil inspirasi dari ciri khas peran sang rasul dan tradisi tentang bagaimana mereka mati, walaupun berkenaan dengan wajahnya kemungkinan bisa merupakan inspirasi dari pelukisnya. Menarik misalnya untuk menyimak bagaimana para pelukis/ perupa menggambarkan St. Bartolomeus, yang mati karena dikuliti. Di gereja Basilika St. Petrus di Roma misalnya, patung St. Bartolomeus digambarkan berdiri dengan kulit keseluruhan tubuhnya yang tersampir di lengannya.

      2. Saya rasa demikian pula dengan gambar tokoh- tokoh dalam Perjanjian Lama. Peran imajinasi pelukis/ perupa cukup berpengaruh, sehingga tidak ada keseragaman wajah tokoh tertentu di semua lukisan.

      3. Kisah kain kafan Turin sekilas pernah ditulis di sini, silakan klik, lihat point. d.

      Pada abad- abad awal belum umum digunakan lukisan sebagai alat bantu yang menggambarkan tokoh dalam Alkitab. Gambar ikon Yesus yang tertua, yang survive diperkirakan berasal dari abad ke-6.

      Karena belum adanya teknologi fotografi di abad- abad pertama, maka memang bagaimana persisnya wajah para tokoh- tokoh Kristen awal (Bunda Maria, St. Yusuf, para rasul) tidak dapat diketahui dengan pasti. Maka besarlah peran imajinasi para pelukis dan perupa pada saat menggambarkan tokoh- tokoh tersebut. Hal ini tidaklah penting, karena yang terpenting adalah sang tokoh yang digambarkan dalam lukisan tersebut dan teladan imannya, yang umumnya digambarkan secara simbolis dalam sebuah ikon/ lukisan/ patung tersebut.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Salam Damai Kristus,

        Secara pribadi saya tidak mempersoalkan wajah/rupa para tokoh suci kita, karena walaupun lukisan maupun patung yg menggambar para tokoh tersebut keliru, yg membuat saya yakin akan kehadiran mereka adalah damai dan suka-cita yg saya alami saat berdoa pribadi, litani maupun devosi kepada mereka, dan memang mereka hadir dan berdoa bersama saya.

        Paling tidak kita juga mengakui secara jujur keterbatasan kita sebagai manusia biasa bahwa kita cenderung mengharapkan kehadiran figur seseorang yg dekat dengan kita, dapat kita lihat maupun kita raba, sehingga kedekatan kita semakin terasa dan kita bisa menumpahkan segala sesuatunya dari pikiran kita karena kita merasa tidak sendiri. Dan foto, lukisan maupun patung figur orang yang kita cintai dapat mewakili mereka dalam kerinduan kita.

        Semoga Kristus beserta kita.

        Anton Gunar

  15. Shalom untuk semua,

    inilah jawabannya……
    Saya akan mencoba menambahkan jawaban ibu atas pertanyaan Sherly mengenai Patung-Patung Tuhan.

    Jawaban ibu diatas sudah baik dan saya akan melengkapinya.
    Logikanya sederhana saja. Pada perjanjian lama dengan apakah Tuhan itu dapat digambarkan ?
    ada suara2,ada api, ada gemuruh……atau karena sulitnya orang2 yg percaya akhirnya mengambarkannya dengan dewa2 ,benda2 langit, pohon,batu dsb.

    Jadi sangat sulit untuk menggambarkan rupa dan bentuk Tuhan Allah kita……..bukan.
    Nah dengan datangnya Yesus , maka sekarang kita dapat mengenal dan menggambarkan Tuhan secara utuh siapa Tuhan kita itu. Jadi saya kira inilah dasar kerangka logika kita.
    [link yang diberikan salah – sehinggga dihapus]

    coba kamu lihat di web tersebut…..pasti nalar dan logika kamu jadi terang benderang
    Warm regards

  16. Syalom,
    Istri saya rindu pengen beli patung maria dan yesus utk di rumah karena kami ada rencana utk membangun satu ruangan utk khusus ruang doa dan patung itu kan di taruh di ruang doa saya sebagai anak Tuhan pembelian patung ini ini terlalu berlebihan dan saya katakan tidak seteju kenapa harus ada patung baru bisa berdoa? yang herannya ketika kami keliling iseng ke toko2 rohani saya mendapati setiap patung berbeda dari toko yang satu dengan toko yang lain? ya berbeda harga ya berbeda wajah. Istri saya selalu menjawab biar mudah bagi saya utk berdoa jawaban yg sama utk setiap oran katolik yang di tanya mengapa berdoa di depan patung maria dan yesus. Saya berdoa dalam hati memang kasian ya orang katolik hari ini berdoa di depan patung maria yang matanya agak bulet nanti ketika berdoa di rumah berdoa di depan patung maria dengan mata yang sipit..
    Bukankah ini yang namanya penyembahan berhala? si pembuat patung dapet uang yang berdoa di depan patung kena dosanya hmm…

    • Shalom Adri,

      Tidak benar bahwa jika tidak ada patung maka orang Katolik tidak dapat berdoa. Tetapi bahwa ada sebagian orang merasa lebih ‘terbantu’ dalam memusatkan pikiran untuk berdoa dengan adanya patung, itu benar. Dan nampaknya, inilah yang terjadi pada istri anda, seperti pada Martin Luther. Apakah ini berhala? Tentu tidak!

      Ijinkan saya mengutip apa yang diajarkan oleh Martin Luther tentang patung, demikian:

      One cannot grasp spiritual things unless images are made of them / Seseorang tidak dapat memahami hal- hal spiritual kecuali jika gambar- gambar dibuat tentang mereka.” (Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works, (translation by William J Cole) 46, p. 308)

      Nothing else can be drawn from the words: ‘Thou shalt have no strange gods before me’ except what relates to idolatry. But pictures or sculptures are made without idolatry, the making of such things is not forbidden./ Tidak ada yang lain yang dapat disimpulkan dari perkataan: “Jangan kamu mempunyai allah- allah lain di hadapan-Ku”, kecuali apa yang berkaitan dengan berhala. Tetapi gambar- gambar ataupun patung-patung dibuat tanpa berhala, pembuatan benda- benda tersebut tidak dilarang.” (Martin Luther, ibid., 18, p. 69)

      If I have painted picture on the wall and I look upon it without idolatry, that is not forbidden to me and should not be taken away from me./ Kalau saya telah melukis gambar di dinding dan saya melihatnya tanpa berhala, maka hal itu tidak dilarang bagi saya, dan seharusnya tidak diambil dari saya.” (Martin Luther, ibid., 28, p. 677)

      Kenyataannya, Luther dimakamkan dalam kubur yang dihiasi oleh patung (sculpture) yang menggambarkan Bunda Maria dimahkotai di Surga oleh Allah Trinitas. Tentu saja hal ini tidak menunjukkan bahwa Luther menyembah berhala-demikian juga pemahat patung itu, sebab sepanjang seseorang tidak menanggap patung itu sendiri sebagai allah, maka ia tidak menyembah berhala.

      Dengan demikian, silakan anda mendiskusikannya dengan istri anda tentang apakah anda akan memasang patung atau tidak pada ruang doa anda. Tetapi seandainya anda memasangnya, tidak usah kuatir, itu bukan berhala. Kenyataan bahwa patung Yesus dan Bunda Maria yang dijual di toko- toko mempunyai wajah yang berbeda-beda justru menunjukkan bahwa patung itu murni sifatnya hanya simbol saja, maka tidak penting wajahnya harus sama. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik, lihat point 3, d)

      Demikian yang dapat saya sampaikan menanggapi komentar anda. Semoga berguna bagi anda dan juga pembaca yang lainnya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  17. Saya pikir, diskusi tidak dapat ketemu, karena dari pihak yang menayakan tentang penyembahan patung yang dilakukan oleh umat Katolik, adalah karena mereka berprespektif yang negatif terhadap gereja Katolik, sehingga biar bagaimanapun, mereka tidak akan menerima penjelasan dari kita.

    Pada prinsipnya gereja Katolik atau umat katolik tidak menyembah patung baik patung bunda maria maupun patung Yesus. kami menghormati dan patung itu sebagai alat bantu untuk lebih mencintai mengarahkan hati kepada Allah (Trinitas itu). Kita tidak bisa mendeskripsi Allah, secara langsung, tetapi karena Firman Allah telah menjadi manusia, maka setelah Yesus tidak ada di dunia/tidak nampak secara fisik, maka umat katolik membuat patung agar lebih fokus mengarahkan iman kita kepada Yesus yang tidak kelihatan secara fisik itu.

    Jadi, saya pikir anda dari Non-Katolik tidak boleh memaksi dari pihak katolik untuk mengikuti naluri berfikir anda yang anda sendiri anggap benar, Karena apa yang kami percaya, itu bukan buah hasil karya satu orang, tetapi itu ditetapkan oleh para rasul dan dilanjutkan oleh magisterium, karena mereka yang berkumpul dan berdoa secara bersama-sama itu akan di karunia Roh kudus, dan mereka telah dimbing, diarahkan untuk mengajarkan hal-hal yang pantas, karena Yesus sendiri mengatakan sebelum Ia naik ke Surga, “Aku menyertaimu sampai pada akhir Zaman”.

    Amin
    salam bagi para pembaca,
    Smoga rahmat Tuhan Yesus menerangi hati para kaum non-Katolik untuk saling mengasihi.

  18. BERHALA……apa?????… Salib itu berhala…betul ke….
    Biarlah apa yang u nak kata. Bagi saya sebagai manusia yang merayakan Misa di gereja Katolik (walaupun tak hadir sekali sekala), saya tetap akan sentiasa berusaha untuk memperoleh iman di dalam suasana Gereja Katolik. Ini adalah kerana saya yakin bahawa saya menyembah Tuhan yang dimaksudkan oleh Bibble melalui Tuhan Yesus Kristus dan menghormati Salib yang kamu sifatkan berhala itu sebagai objek tanda kenangan kematian Tuhan Yesus semasa menyerahkan tubuhnya demi untuk menyelamatkan saya. Tidak lebih dari itu.

    Ya, memang betul dalam Bibble yang saya baca, saya belum jumpa ayat ayat yang mengatakan supaya manusia membuat Salib dan menghormatinya. Tapi kan, saya juga belum jumpa ayat ayat dalam Bibble secara terus terang agar mesti manusia pergi ke sekolah, ke universiti dan jadi doktor, engineer dan sebagainya. Walaupun tak ada tapi kamu buat kan. Oleh yang demikian, bagi diri saya sendiri apa yang dituliskan oleh Tuhan melalui pemikiran penulisnya di dalam Bibble adalah menyatakan bahawa Tuhan, syurga dan neraka itu benar benar wujud. Ayat ayat dalam Bibble itu adalah satu panduan agar manusia tidak melakukan perkara perkara yang tidak baik dan berfikir secara bijaksana untuk kebaikan. Kalaulah saya harus hidup exactly seperti setiap ayat dalam Bibble (100%). Sudah tentu saya tidak berus gigi, tak mandi dan tak buang air besar. Sebab tak dituliskan dalam Bibble. Mestikah saya berbalik pada zaman sebelum Tuhan Yesus dilahirkan sebagai manusia.

    Walau apapun tanggapan kamu terhadap saya sebagai umat Katolik, terserahlah…Yang penting kalian bahagia. Kalau anda sudi (Non Catholic atau Catholic) berdoalah untuk saya agar diampuni oleh Allah Bapa kerana saya orang berdosa.
    (kalau anda terbaca tulisan ini, jangan respon, saya tak perlukanya)
    Haleluya………

    • Maaf saya merespon mr.Nicks, kerana saya 100% setuju dengan anda. Kalau pinjam istilah dari Bang Napi yang ada di televisi, yang penting ada niat dan kesempatan, Nah, Tim Katolisitas sudah memberikan kesempatan (dan penjelasan) kepada mereka (yang berpikir bahwa Katholik menyembah patung) untuk mengerti dengan sejelas-jelasnya bahwa Katholik tidak sebodoh itu (menyembah patung). Tapi sepertinya mereka memang tidak berniat untuk mengerti, maka dari itu tak akan pernah bisa mengerti [dari Katolisitas: ….diedit].

  19. Selamat Malam Pak Stef & Bu Inggrid

    saya cuma penasan saja tentang pemakaian lambang/simbol dalam gereja katolik?
    siapakah yang menetapkan dan kapan ditetapkan lambang 4 penagarang injil kita sebagai malaikat, singa, lembu dan rajawali dan apa maknanya?
    apakah pemakaian lambang seperti hal2 di atas, burung pelikan dalam tabernakel (yang tidak ada dalam alkitab) tidak menjadi kontroversi bagi saudara kita?

    terima kasih

    • Shalom Benedict,

      Penggunaan simbolisasi untuk menggambarkan keempat pengarang Injil itu sesuai dengan simbolisasi keempat mahluk surgawi menurut penglihatan Nabi Yehezkiel pada Yeh 1:1-14. Keempat simbol ini dikaitkan dengan keempat pengarang Injil oleh St. Irenaeus, St. Agustinus dan St. Jerome; walaupun imterpretasi ketiganya tidak sama. Umumnya yang kita kenal sekarang adalah simbolisasi yang diajarkan oleh St. Jerome: yaitu Matius dilambangkan oleh mahluk yang menyerupai manusia/ malaikat (angel); Markus menyerupai singa (lion), Lukas menyerupai lembu (ox) dan Yohanes menyerupai rajawali (eagle).

      Mengenai burung pelikan memang tidak tertulis di Kitab Suci, tetapi makna pengorbanan burung pelikan tersebut, yang bahkan rela memberikan darahnya sendiri demi memberi makan anak- anaknya, itu diangkat menjadi simbol yang melambangkan Kristus sejak jemaat abad ke- 2, menurut Physiologus, sebuah tulisan tentang makna simbolisasi pada jemaat Kristen awal, demikian:

      “The little pelicans strike their parents, and the parents, striking back, kill them. But on the third day the mother pelican strikes and opens her side and pours blood over her dead young. In this way they are revivified and made well.

      So Our Lord Jesus Christ says also through the prophet Isaiah: ‘I have brought up children and exalted them, but they have despised me’ (Is 1:2). We struck God by serving the creature rather than the Creator. Therefore He deigned to ascend the cross, and when His side was pierced, blood and water gushed forth unto our salvation and eternal life.”

      Ini sesuai dengan perkataan Yesus sendiri bahwa Ia mencurahkan darah-Nya sebagai darah Perjanjian Baru (Mat 26:28) atau seperti yang dicatat dalam Injil Yohanes, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.”

      Maka walau tidak tertulis di dalam Kitab Suci namun sebenarnya simbol pelikan ini tidak bertentangan dengan ajaran Kitab Suci tentang pengorbanan Yesus. Saya tidak menemukan ketentuan tertulis tentang bagaimana/ simbolisasi bagi tabernakel, maka bagi saya pribadi, idealnya pada tabernakel digunakan lambang yang jelas melambangkan Kristus, misalnya dengan gambar hosti, crucifix atau gambar perjamuan terakhir. Namun jika tidak dapat dibuat gambar- gambar ini, dan diputuskan untuk mempergunakan simbol pelikan; sebenarnya juga tidaklah menjadi masalah, karena bagi kita umat Katolik, simbol- simbol tersebut hanya tanda/ alat bantu saja, dan bukan inti dari ibadah kita. Yang penting itu hanya tanda/ gambar yang membantu mengarahkan hati kita kepada Kristus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  20. Salam buat teman-teman dalam dialog itu,

    Saya pikir untuk memahami konteks “berhala” tertulis dalam PL, sangat jelas, dan hal itu tidak kaitannya dengan patung-patung yang dibuat oleh Gereja katolik dalam untuk mengingat dan menghormati para rasul saat mereka masih hidup bersama Yesus yang memang adalah Allah dan Manusia. Umat katolik yang beriman kepada Trinitas (Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus) tidak mendewakan patung apapun di dunia ini. Konsep pemahaman inilah telah diajarkan oleh Yesus sendiri saat sebelum Ia naik ke Surga.

    Seperti yang telah diskusikan tadi, memang ada patung di buat oleh gereja seperti para rasul dan orang Kudus, itu hanya semata-mata untuk menghormati dan sekaligus agar mereka bisa mengantarkan doa kepada Tuhan Yesus atau mendoakan kita, karena mereka saat masih hidup lebih dekat dengan Yesus. Sehingga, kita yang masih hidup didunia, dapat mengikuti teladan saat mereka masih hidup bersama Kristus Tuhan.

    Patung Bunda Maria, yang ada di Gereja itu merupakan simbol penghormatan kepada Bunda, dimana Yesus juga menghormati Maria sebagai ibuNya. kitapun tidak salah kalau kita turut menghormati Nya.

    Makasih, semoga komentar ku ini dapat diterima oleh kalangan yang beridiskusi.

    Salam Yesus!!!
    Aquilino Amaral

    dari Timor-Leste

  21. @ Sdr Stef & Inggrid

    Kalo bikin patung kuda, trus dipersonifikasikan sebagai Allah / Yesus lalu bernyanyi2 / berdoa / berlutut / menyembah di hadapannya, itu termasuk penyembahan berhala atau bukan?

    atau saya tambahkan sedikit derivatifnya…

    Kalo bikin patung orang / manusia (ga meniru wajah/sosok siapapun), trus dipersonifikasikan sebagai Allah / Yesus lalu bernyanyi2 / berdoa / berlutut / menyembah di hadapannya, itu termasuk penyembahan berhala atau bukan?

    tolong dijawab kedua pertanyaan diatas…
    terimakasih.

    • Shalom Kevin,

      Pertama- tama perlu saya luruskan dahulu di sini bahwa umat Katolik tidak pernah mem- personifikasikan patung sebagai Allah, sama seperti anda (jika anda Muslim) tidak pernah mem-personifikasikan batu hitam Kaabah sebagai Allah. Silakan membaca diskusi saya dengan Hamba Tuhan, di sini, silakan klik; dan saya tidak ingin memulai diskusi yang sama di sini. Mohon pengertian anda. Sehubungan dengan pertanyaan anda, inilah tanggapan saya:

      1. Jika ada orang membuat patung kuda, lalu mengatakan bahwa patung itu adalah Allah, dan menyembahnya; maka orang itu menyembah berhala. Kalau orang itu mengatakan bahwa patung kuda itu adalah lambang Allah, maka orang itu sebenarnya juga melecehkan Allah, karena Allah tidak pernah menyatakan Diri-Nya sebagai kuda.

      2. Demikian pula, jika ada orang yang membuat patung manusia, lalu menganggap patung itu sendiri sebagai Allah dan menyembahnya, maka ia menyembah berhala.

      Namun yang dilakukan oleh umat Katolik tidak sama dengan kedua kejadian di atas. Patung Yesus bagi umat Katolik, adalah sesuatu yang dibuat untuk menggambarkan Tuhan Yesus, yang memang pernah menyatakan Diri sebagai manusia 2000 tahun yang lalu. Maka pembuatan patung Yesus adalah untuk menggambarkan Allah yang telah terlebih dahulu menggambarkan diri-Nya dalam diri Yesus. “Yesus adalah gambaran Allah yang tidak kelihatan” (Kol 1:15). Allah- lah yang telah lebih dahulu menggambarkan dirinya, sehingga setelah itu manusia dapat memperoleh gambaran tentang Allah. Maka selanjutnya, penggambaran Allah yang sesuai dengan gambaran Yesus tersebut tidaklah merupakan penghinaan bagi Allah.

      Dan dengan menyadari bahwa maksud patung itu hanyalah penggambaran (bukan personifikasi dalam arti penjelmaan) maka menyanyi ataupun berdoa bagi Allah yang dilambangkan oleh patung itu, tidaklah merupakan tindakan berhala. Sebab patung itu hanya alat bantu saja, tanpa patung-pun, umat Katolik tetap dapat berdoa kepada Allah. Umat Katolik menyadari sepenuhnya bahwa patung itu bukan Allah dan bukan personifikasi Allah, sehingga bukan “saingan Allah”/ atau “allah lain”. Patung itu hanya gambaran saja seperti foto atau lukisan; hanya lambang, seperti makna bendera yang melambangkan suatu negara.

      Demikian semoga keterangan ini berguna bagi anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

      • Shalom Sdri Inggrid,

        Saya menangkap kesimpulan anda, bahwa bila orang yang percaya kepada Kristus (Nasrani) merasa perlu sarana visualisasi dalam ibadahnya, maka dia boleh membuat / membeli patung berbentuk manusia berkumis & berjenggot dng pakaian jubah ala timur tengah, lalu dia menamai patung itu patung Yesus, dan dalam hatinya dia tidak menganggap bahwa patung itu adalah Yesus, namun patung itu HANYALAH GAMBARAN Yesus, lalu dia berdoa kepada / di hadapan / berlutut di depan patung itu (dng tetap meyakini di hati bahwa dia tidak berdoa kepada patung itu, tapi berdoa kepada Tuhan Yesus), dan akhirnya anda menyebut itu sebagai bukan berhala.

        Sesuai ayat yg anda kutip, Kol 1:15, yaitu bahwa Allah menggambarkan diriNya dalam Yesus, itu benar, dan saya aminkan…..masalahnya adalah: dng ayat mana anda bisa menjelaskan bahwa Yesus menggambarkan diriNya dalam sebuah patung? Tolong agar anda bisa berikan ayatnya, agar saya bisa belajar lebih banyak dari anda tentang metode berdoa melalui visualisasi materi.

        Bila saya memiliki kekasih namun kekasih saya tidak berbicara kepada saya, namun berbicara kepada foto saya sekalipun saya ada di hadapannya, maka saat itu saya akan langsung menyimpulkan bahwa kekasih saya itu gila.

        Demikianlah pengertian saya, semoga Sdri Inggrid bisa memberikan pengertian yang lebih baik kepada saya.

        Salam kasih dalam Tuhan Yesus Kristus

        • Shalom Kevin,

          1. Memang tidak ada ayat KS yang menyatakan bahwa Yesus menggambarkan diri-Nya dalam sebuah patung. Sebab yang membuat patung itu bukan Yesus tetapi manusia yang berusaha menggambarkan-Nya, sesuai dengan yang diketahuinya tentang Allah yang telah terlebih dahulu menggambarkan diri-Nya dalam diri Yesus (Kol 1:15). Penggambaran dalam bentuk materi tersebut adalah kodrat manusia yang memang membutuhkan tanda/ lambang (yang berhubungan dengan panca indra) untuk sesuatu yang bersifat rohani.

          Dalam hubungan sehari- sehari, tandapun dibutuhkan, seperti foto, gambar, bendera, cincin perkawinan, dst, yang mengandung makna tertentu. Alat bantu ini sendiri bukan hakekat maknanya, misalnya cincin perkawinan itu tanda kasih suami istri, tetapi cincinnya sendiri tidak sama dengan kasih suami istri tersebut. Serupa dengan prinsip ini maka patung atau gambar Yesus itu hanya alat bantu saja untuk mengingatkan kita kepada Yesus, dan bukannya Yesus itu sendiri.

          2. Tentang bagaimana kita mengetahui gambar/ rupa Tuhan Yesus

          a) Manusia mempunyai keinginan untuk menggambarkan apa yang dia percayai, karena manusia mempunyai senses/ indera. Di dalam Perjanjian Lama, umat Tuhan tidak dapat mempresentasikan Tuhan dengan benda-benda atau gambaran apapun, namun di dalam Perjanjian Baru, Tuhan telah menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus, seperti yang dikatakan bahwa Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15). Dengan ini, maka manusia mempunyai kesempatan untuk menggambarkan Yesus dalam rupa gambar atau seni yang lain.

          b) Sebenarnya, setiap orang, dapat menangkap universality dari sesuatu yang digambarkan dalam imaginasinya. Sebagai contoh, kalau kita bilang kata kucing, maka secara otomatis, kita menggambarkan kucing yang ada di dalam imaginasi kita. Kemampuan untuk menangkap universalitas, membuat manusia dapat menangkap esensi kucing, walaupun kucing itu kecil, besar, berbeda warna, dll. Contoh ini juga dapat diterapkan di semua agama. Pada waktu seseorang ditanya, apa yang tergambar pada waktu seseorang berdoa? Mungkin umat dari agama lain dapat mengatakan bahwa yang tergambar dalam pemikirannya adalah cahaya, atau huruf, atau yang lain. Namun bagi umat Kristen sebagian besar tergambar wajah Yesus, karena umat Kristen mempercayai bahwa Yesus, adalah Tuhan yang datang menjadi manusia. Itu adalah latar belakang dari seni atau gambar yang mempresentasikan Yesus.

          c) Nah, permasalahannya adalah bagaimana kita tahu bahwa Yesus yang ada sekarang adalah Yesus seperti yang ada pada gambar-gambar yang kita kenal? Namun sebelum kita melihat hal ini, kita perlu menganalisa bahwa ada hal-hal yang bersifat accidental dan essensi. Accidental dari manusia adalah berkumis, berjenggot, tinggi/pendek, kulit hitam atau putih, rambut panjang atau pendek, dll. Namun essensi dari manusia adalah mempunyai tubuh dan juga jiwa, dimana jiwanya adalah bersifat kekal dan juga spiritual. Spiritualnya karena manusia mempunyai akal budi (intellect) dan juga keinginan (will). Dan kesempurnaan manusia ditunjukkan dengan bagaimana manusia dapat bersikap sebagaimana layaknya manusia, di mana tujuan akhirnya adalah Tuhan. Di sinilah, Yesus sebagai Tuhan datang ke dunia ini untuk memberikan jalan kepada manusia dan menunjukkan bagaimana seharusnya manusia bersikap sebagaimana layaknya manusia menurut gambaran Allah (yaitu dengan kasih, baik terhadap Allah dan sesama), sehingga manusia pada akhirnya akan memperoleh persatuan dengan Allah. Jadi dari sini, tidaklah terlalu penting apakah Yesus berjenggot atau tidak, karena jenggot, warna kulit, dll adalah accidental, yang tidak menentukan kualitas dari orang tersebut. Yang menentukan kualitas dari orang adalah esensi, bagaimana seseorang menjadi gambaran Allah. Dan Yesus, bukan hanya kepenuhan dari gambaran Allah, namun Dia sendiri adalah Allah. Jadi dalam seni, yang paling penting adalah mempresentasikan dan mengekspresikan tentang sosok tersebut, misalkan Yesus akan terlihat: lemah lembut, penuh kasih, dll.

          4) Nah, kenapa kita sampai kepada gambar Yesus seperti yang digambarkan saat ini adalah melalui perkembangan yang panjang. Sumber-sumber yang paling penting adalah “shroud of Turin” dan gambar-gambar dari katakombe, yang menjadi tempat penguburan jemaat Kristen pada sekitar abad ke 2. Ditemukan gambar Yesus, seperti yang kita lihat saat ini di Katakombe Domitilla. Beberapa galeri dari katombe bisa dilihat di website ini. Beberapa dokumen bisa dibaca di website ini, dimana dikatakan bahwa Yesus yang kita lihat sekarang adalah perkembangan dari Gereja Kristen Timur sekitar abad ke 6.

            3. Anda menggunakan contoh, “Bila saya memiliki kekasih namun kekasih saya tidak berbicara kepada saya, namun berbicara kepada foto saya sekalipun saya ada di hadapannya, maka saat itu saya akan langsung menyimpulkan bahwa kekasih saya itu gila.”

            Tanggapan saya:

            Masalahnya berbeda di sini. Pada saat anda ada di sebelah kekasih anda, maka jika kekasih anda normal, maka ia akan tahu dan dapat merasakan dengan panca indera yang dimilikinya, bahwa anda ada di dekatnya. Sehingga memang menjadi tidak masuk akal jika kekasih anda itu berbicara kepada foto anda dan bukannya kepada anda yang ada di hadapannya. Namun pada saat kita berdoa, keadaannya berbeda. Kita manusia tidak dapat merasakan kehadiran Allah dengan panca indera kita. Maka di sinilah peran alat bantu (patung atau gambar). Namun karena patung/ gambar hanya merupakan alat bantu/ lambang saja, maka akibatnya: 1) tanpa patung itu kita tetap dapat berdoa; 2) jika kita berdoa di hadapan patung itu, bukan berarti kita berdoa kepada patung itu, tetapi kepada Tuhan Yesus yang dilambangkannya.

            Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga berguna.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

            • Shalom Sdri Inggrid,

              Saya benar-benar heran membaca pemahaman anda sebagai seorang Katolik yang tentunya sudah seringkali membaca Alkitab. Bukankah kita seharusnya faham bahwa Allah itu bukan saja Transenden, tapi juga Imanen. Bila umat Katolik berdoa kepada Allah namun memerlukan lambang seperti patung atau gambar, artinya yang bersangkutan benar-benar tidak memahami bahwa Allah Maha Hadir. Bila anda berdoa mengandalkan panca indera / membuat visualisasi inderawi hanya untuk membenarkan alasan manusia tidak dapat merasakan kehadiran Allah, maka saya simpulkan bahwa anda sedang membuat dogma baru yang sangat bertentangan dengan kebenaran Alkitab.

              Hampir semua tokoh-tokoh di PL tidak pernah melihat Allah (kecuali Adam, Musa, Henokh), bahkan Abraham pun ketika bertemu Imam Melkisedek dalam posisi sudah disebut sebagai orang beriman karena interaksinya dengan Tuhan yang tidak kelihatan. Daud, Nuh, dan para nabi PL tidak pernah melihat Allah dengan pancaindera mereka, namun mereka berdoa dan percaya bahwa Allah mendengar mereka. Mereka tidak membuat patung untuk memvisualisasikan Allah yang tidak mereka lihat.

              Generasi PB, murid-muridNya pernah mengenal & melihat Dia secara langsung, namun langkah berikutnya mereka berdoa begitu saja dan tidak memerlukan visualisasi materi seperti gambar atau patung.

              Pertanyaannya, kenapa para tokoh PL & PB tidak menggunakan media / lambang patung dalam berdoa / menyembah Tuhan? Jawabnya : ya karena mereka tahu bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan yang Maha Hadir, Maha Tahu, Maha Mendengar. Ini saya bicara dalam konteks dari sisi manusia maupun Allah. Ketika manusia menyadari bahwa Allah Maha Hadir dan Maha Tahu dan Maha Mendengar, maka sudah sepatutnya kita bisa berdoa dimana saja, kapan saja, dan tidak memerlukan media / lambang apapun.
              Itulah yang saya gambarkan seperti seorang kekasih yang berbicara kepada foto saya, dan bukan kepada saya sekalipun saya ada di hadapannya, maka saya sebut kekasih saya itu gila. Anda tidak dapat membelokkan fakta ini, dengan menyangkal analoginya yaitu korelasi manusia dng Allah hanya dng alasan bahwa manusia tidak dapat merasakan kehadiran Allah.
              Relasi manusia dng manusia sangat berbeda dengan relasi manusia dng Tuhan, jadi sangat tidak masuk akal jika anda menganalogikannya dengan cincin kawin. Manusia tidak dapat menganggap orang lain benar-benar hadir bersamanya setiap saat bila memang yang dirindukannya terpisah jarak. Ini fakta. Namun manusia dapat menganggap Tuhan benar-benar hadir bersamanya setiap saat dimana saja karena memang Tuhan Maha Hadir. Ini juga Fakta.
              Berurusan dengan Tuhan, Alkitab berkata dalam Yoh 4:24 “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”, bukan menyembahNya dng media patung sbg lambang / sarana visualisasi, bukan pula menyembahnya dalam roh dan patung. Bila anda meyakini dikotomi, tentunya anda paham bahwa roh & jiwa adalah satu, sehingga konteks Yoh 4:24 itu merujuk pada roh / jiwa manusia, dng demikian jiwa kita berdoa / menyembah Bapa, bukan pancaindera kita. Argumentasi anda diatas terkesan “memaksakan” suatu yang tidak berdasar agar seolah tampak berdasar.

              Jika anda menulis di point 1) tanpa patung itu kita tetap dapat berdoa; …. kenapa harus ada point 2?
              2) jika kita berdoa di hadapan patung itu, bukan berarti kita berdoa kepada patung itu, tetapi kepada Tuhan Yesus yang dilambangkannya.
              Jika kita bisa membeli sebuah barang, kenapa harus mencurinya?
              Jika kita bisa melihat tanpa kacamata, kenapa harus pakai kacamata?
              Jika tanpa patung kita tetap dapat berdoa, kenapa kita harus menggunakan patung dalam berdoa?

              Doa kita tidak tergantung pada perasaan / pancaindera kita, apakah kita bisa merasakan kehadiran Allah atau tidak, sebab faktanya Allah memang Maha Hadir, Allah Imanen. Jadi sungguh aneh bin ajaib bila Allah berada bersama kita, di hadapan kita, namun kita berbicara / berdoa di hadapan patung, itu sama dengan kekasih saya berbicara kepada foto saya sementara saya ada di hadapannya. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa ketika kita berdoa, harus menggunakan pancaindera kita untuk membuktikan (bukan merasakan) kehadiran Tuhan.

              Berikutnya tentang rupa Yesus…
              Di point 2c anda menyebutkan bahwa yang terpenting bukan Accidental, namun Essensi, namun di point 2d (yg anda tulis point 4) itu anda berusaha menjelaskan tentang makna Accidentalnya. Untuk apa lagi bicara soal katakombe panjang lebar hanya untuk mendeteksi kira2 seperti apa rupa Yesus, kalo toh yang penting adalah Essensinya?
              Kenapa ketika membuat patung-patung di Gereja Katolik itu tetap berusaha mengacu pada sisi Accidentalnya? Buktinya rupa patung Yesusnya kurang lebih seperti itu, kenapa tidak asal buat, mungkin kulitnya gelap, roman mukanya mirip Bill Crosby tanpa janggut dan kumis. Atau bikin yang mirip Tom Cruise, dengan senyum lembut menawan?
              Argumentasi anda soal Accidental dan Essensi itu jelas kontradiktif dengan fakta tradisi penampilan patung yang dianut oleh Gereja Katolik.

              Sdri Inggrid yang saya kasihi….
              Anda seorang yang berpengetahuan luas dalam hal rohani, namun sangat disayangkan jika anda dibutakan oleh doktrin / tradisi yang diciptakan oleh manusia, padahal anda seharusnya sudah bisa masuk ke level rohani yang lebih solid dan berpijak pada kebenaran sejati. Dengarkanlah suara hati anda yang terdalam, karena mungkin saja Roh Kudus sudah banyak kali mengingatkan anda. Sayang sekali jika anda menggunakan talenta yang Tuhan berikan kepada anda untuk mensupport pengajaran / tradisi buatan manusia. Seringkali manusia memang membela doktrinnya secara membabi buta, padahal hati kecilnya mungkin menyangkali apa yang dituangkannya dalam kata-kata atau tulisan.

            • Shalom Kevin,

              1. Benar bahwa Allah itu transenden dan imanen. Namun ini tidak berarti bahwa penggunaan materi/ tanda yang dapat dirasakan oleh panca indera manusia akan kehadiran Allah itu bertentangan dengan kebenaran Alkitab.

              Di Perjanjian Lama, Allah menyuruh Musa untuk membuat patung kerub/ malaikat di atas tabut perjanjian. Allah sendiri yang menentukan bentuknya, materialnya (dari emas, lih. Kel 25:18-20), dan bahkan nama artis/ pemahatnya (lihat Kel. 31:1-6). Maka benar bahwa Allah itu Maha hadir di mana- mana, dan kehadiran-Nya tidak ditentukan oleh patung kerub ini, [dan juga oleh dua loh batu dan roti manna dalam tabut perjanjian itu], tetapi toh Allah memerintahkan bangsa Israel untuk membuat patung tersebut. Allah tentu tidak dibatasi oleh benda- benda/ patung itu, tetapi benda- benda itu dipakai-Nya sebagai tanda penyertaan-Nya atas bangsa Israel (lih. Kel 25:21-22).

              Di Perjanjian Baru, Allah yang transenden itu kemudian menjadi imanen dengan penjelmaan-Nya dalam diri Yesus. Maka memang benar para murid Yesus tidak perlu menggunakan visualisasi atau patung apapun untuk menggambarkan Allah, sebab Yesus itu sendiri adalah gambaran Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15). Namun demikian setelah Yesus tidak lagi berada di tengah- tengah mereka secara fisik, maka Yesus memerintahkan digunakannya tanda yang menyangkut panca indera untuk menyampaikan rahmat Allah, yaitu pada saat Ia memerintahkan para rasul untuk membaptis dengan air (Mat 28:19-20; Kis 2:38-42; Kis 8:39) dan Ia memerintahkan para rasul untuk mengenang-Nya dalam perjamuan kudus, di mana Ia hadir di tengah umat-Nya dalam rupa roti dan anggur (lih. Mat 26:26:29; Mrk 14:22-25; Luk 22:15-20; Yoh 6; 1:11:23-25).

              Jadi kesimpulannya, penggunaan materi/ tanda yang dapat ditangkap oleh panca indera bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan prinsip Tuhan yang transenden dan imanen. Adanya patung dalam gereja Katolik itu hanya simbol saja, seperti halnya patung kerub/ malaikat pada PL. Pada masa PL Allah belum menyatakan Diri-Nya dalam diri Yesus, sehingga patung yang dibuat pada masa itu bukanlah patung Yesus. Namun setelah Allah menyatakan Diri-Nya dalam diri Yesus di PB, maka umat dapat membuat patung/ gambar Yesus sebagai gambaran Allah yang tidak kelihatan itu (Kol 1:15).

              2. Seperti halnya bangsa Israel tidak menyembah patung kerub/ malaikat pada tutup tabut perjanjian itu, maka umat Katolik juga tidak menyembah patung Yesus. Kami tetap menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran (Yoh 4:23-24). Patung itu hanya lambang saja, alat bantu untuk mengarahkan hati kepada Tuhan.

              Tentu hubungan kita dengan Allah berbeda dengan hubungan kita dengan manusia. Kalau manusia merasa perlu untuk menandai hubungannya dengan manusia yang kelihatan, apalagi untuk menandai hubungannya dengan Allah yang tidak kelihatan. Tanda ini bisa dalam bentuk apa saja, mungkin jika anda umat Protestan, maka tanda yang dibuat di gereja anda adalah tanda salib polos. Tetapi tetap saja itu adalah tanda yang dapat dilihat/ ditangkap oleh panca indera. Kenapa ada salib di gereja anda (kenapa salib itu tidak dibuang saja), jika tanpa salib itu anda dan seluruh jemaat tetap dapat berdoa? Tentu maksudnya, salib itu untuk menandai bahwa gereja anda adalah rumah ibadah, tempat yang dikhususkan untuk berdoa dan menyembah Tuhan. Hal ini serupa dengan yang terjadi dalam gereja Katolik. Hanya saja, salib itu disertai dengan patung Yesus yang tersalib, agar umat diingatkan akan besarnya kasih Allah yang telah menyerahkan nyawa-Nya demi menghapus dosa manusia.

              3. Anda mengatakan, “Jika anda menulis di point 1) tanpa patung itu kita tetap dapat berdoa; …. kenapa harus ada point 2? 2) jika kita berdoa di hadapan patung itu, bukan berarti kita berdoa kepada patung itu, tetapi kepada Tuhan Yesus yang dilambangkannya.
              Jika kita bisa membeli sebuah barang, kenapa harus mencurinya?
              Jika kita bisa melihat tanpa kacamata, kenapa harus pakai kacamata?
              Jika tanpa patung kita tetap dapat berdoa, kenapa kita harus menggunakan patung dalam berdoa?

              Anda bertanya demikian, karena anda sudah mempunyai pretensi bahwa membuat patung Yesus adalah sesuatu yang salah dan tidak perlu. Maka anda menganalogikan perbuatan membuat patung Yesus dengan perbuatan mencuri atau memakai kacamata yang tidak perlu. Namun jika kita kembali ke kitab Keluaran 25, maka kita mengetahui membuat patung itu tidak otomatis perbuatan dosa, karena kalau itu dosa, maka Allah tidak akan pernah memerintahkan orang Israel untuk membuat patung kerub seperti yang dikisahkan dalam perikop tersebut. Yang menjadi dosa adalah, kalau umat menyembah patung itu sebagai Allah, dan inilah yang disebut berhala. Oleh sebab itu perintah jangan membuat patung (Kel 20:4) itu terkait dengan ayat sebelumdan sesudahnya, yaitu ayat 3 dan 5: yaitu bahwa yang dilarang Tuhan adalah membuat patung untuk menjadikan patung itu sebagai allah lain dan disembah dengan penyembahan yang harusnya diberikan kepada Allah. Sedangkan jika patung itu dibuat hanya sebagai simbol saja, tidak disembah sebagai allah, melainkan dipergunakan untuk mengarahkan hati kepada Allah, maka ini tidak dilarang oleh Allah, dan bahkan Allah sendiri yang memerintahkan untuk membuatnya (lih. Kel 25). Karena Allah memerintahkannya, pastilah itu dipandang-Nya sebagai sesuatu yang baik bagi umat-Nya.

              4. Argumen tentang esensi dan accidental yang saya sampaikan dalam jawaban terdahulu tentang patung, itu sangat relevan dengan apa yang ada dalam gambar- gambar tentang Yesus dalam Gereja Katolik. Jika anda mengamati banyak gambar Yesus yang dibuat oleh banyak orang dari berbagai latar belakang budaya dan sejarah, anda akan mengetahui bahwa wajah Yesus yang digambarkan tidaklah sama ataupun mirip. Jika anda ke China, maka di sana ada gambar Yesus dan Maria versi China, dengan wajah menyerupai orang China demikian pula di Afrika. Namun itu tidaklah menjadi masalah, dengan prinsip esensi dan accidental tersebut, sebab yang dipentingkan di sini adalah esensinya. Gambar- gambar icon di jaman abad pertengahan juga sangat berbeda dengan gambar Yesus pada jaman sekarang. Namun itu tidak mengubah esensi karakter yang ingin disampaikan, yaitu Yesus yang berwajah lemah lembut dan murah hati.

              Akhirnya, Kevin, saya ingin menutup diskusi di thread ini sampai di sini. Anda sudah menyampaikan argumen anda, demikian pula saya. Saya berterima kasih atas perhatian anda sehingga anda prihatin dengan saya, yang menurut anda ‘telah dibutakan oleh tradisi manusia.‘ Namun saya rasa bahwa saya lebih mengenal hati nurani saya sendiri daripada anda mengenal hati nurani saya. Hati nurani saya menyakini bahwa ajaran yang saya pegang ini bukan tradisi manusia, melainkan bersumber pada Kitab Suci, yang adalah Sabda Allah. Hati kecil saya tidak pernah terguncang ataupun menyangkali ajaran ini, sehingga anda tidak perlu menjadi prihatin karenanya. Saya sudah yakin dan percaya bahwa apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik adalah kebenaran yang bersumber pada Sabda Tuhan, sebab semakin saya mempelajari, semakin saya menemukan ayat- ayat Kitab Suci yang mendukung ajaran Gereja Katolik.

              Mari kita kembali merenungkan apa yang sudah kita diskusikan di sini, dan mensyukuri bahwa kebenaran akan berbicara dengan sendirinya di dalam hal ini.

              Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
              Ingrid Listiati- katolisitas.org

            • Ikutan menanggapi Mas Kevin.

              Dalam pandangan saya, berhala atau bukan titik berat utamanya ada pada hati kita saat melakukan doa, BUKAN pada fenomena ada/tidaknya “pem-bentuk-nyataan-sesuatu-yang-tidak-mampu-kita-lihat” (atau “personifikasi” dalam terminologi Anda)

              Analogi sederhananya:
              Kalau kita berada di hadapan MONITOR KOMPUTER, sedang chatting / membaca blog, dan kemudian tertawa / tersenyum / marah / sedih / terharu saat memahami isinya, lantas setelah itu kita memutuskan untuk melakukan sesuatu, maka penjelasannya sangat mudah:

              1. Contoh sederhana: Kita sedang duduk bersila & lesehan dihadapan MONITOR LCD 22 inch warna MERAH merk MERCEDES BENZ, dan sedang membaca website tentang Panti Asuhan Anak Cacat yang membutuhkan dana operasi, saat membacanya, kita terharu & meneteskan air mata, serta timbul rasa compassion. Setelah itu, kita segera pergi ke ATM terdekat & mentransfer sejumlah dana untuk donasi.

              2. Maka Kita bukan berkomunikasi / berdialog / berdoa / menyembah dengan Sang Monitor, kemudian atas perintah Sang Monitor kita pergi melakukan sesuatu kan?

              3. Kita toh bisa berekspresi yang sama & mengambil tindakan yang sama, walaupun kita berada di hadapan BlackBerry yg browsing website yang sama kan? dan bukan berarti kita menangis karena Blackberry, serta pergi ke ATM atas “Sabda” / “wahyu” sang Blackberry kan?

              4. Maka, Kalaupun kita LANGSUNG datang ke PANTI ASUHAN tersebut, yang mungkin lokasinya di Puncak Gunung & hanya bisa pakai Helicopter, kemudian memberikan Uang Tunai sebagai donasi, Perceived-Value yang diterima oleh sang anak atau Pengurus Panti adalah SAMA saja dengan ketika kita tahu info via internet (dan bacanya di depan MONITOR ukuran berapapun & merk apapun), serta donasinya via ATM. Benar begitu kan ya?

              5. Jadi segala macam barang-barang itu (yang untungnya berupa karya seni yang indah dilihat mata, seperti patung, lukisan, dupa, bunga, sesajen, bubur merah-putih, dll, yang amat beragam tergantung dari kultur masyarakat setempat), sejauh niatan hati kita berdoa adalah langsung kepada Sang Maha Tinggi, maka fungsi benda-benda tersebut adalah INTERFACE (seperti fungsi Sang Monitor itu).

              6. Tentu kalau agar buka internetnya lancar, Sang Monitor harus kita rawat dan kita perlakukan dengan baik agar terjamin bahwa kalau melihat website warna merah tidak keliru warna hitam, monitornya gak ngadat, dsb. Maka Sang Monitor harus kita bersihkan, jangan ditumpahi air, kalau mengangkat / memindah juga harus pelan-pelan, jgn dibanting, di taruh di ruang AC, dll.
              Nah, silakan ditafsirkan apakah kita berarti lebih compassionate terhadap Sang Monitor daripada Anak-anak yang kurang beruntung itu?

              7. Nah, kalau kita duduk Takzim dihadapan Sang Monitor, pakai jas lengkap, penuh hormat, lantas tertawa / menangis / bersedih / terharu dll, sementara TERNYATA MONITORnya MATI, itu baru yg disebut BERHALA alias GENDENG. hehe..

              8. Terakhir mas, kalau patung-patung semua atau lukisan Renaissance atau lukisan kuno di Goa-goa di Afrika & Cina atau pahatan Batu di Jordania & Gurun-gurun dianggap berhala, wah kalau menurut saya itu belum sampai mengagungkan Tuhan, tapi Tuhan-pun menangis, sebab ciptaan-Nya yang dikaruniai bakat seni telah dengan zalim-nya di-syak-wasangka sebagai berhala. hehe..

              Salam,

            • @ Mas Paulus Prana

              Terimakasih anda telah membantu saya mendefinisikan patung sebagai berhala dengan lebih gamblang berdasarkan analogi yang anda tuliskan yaitu monitor komputer.

              Monitor komputer adalah media utama untuk memvisualisasikan seluruh kinerja hardware dan software serta internet. Sehebat dan secanggih apapun prosesor, memori, dan chips2 yg berada dalam motherboard, serta teknologi internet paling mutakhir pun akhirnya tidak ada gunanya bila kita tidak berhadapan dengan yang namanya monitor, baik itu monitor komputer maupun monitor handphone atau blackberry. Jadi monitor termasuk komponen terpenting dalam upaya manusia berhubungan dengan dunia informasi dan teknologi.

              Patung di gereja katolik juga dipandang seperti monitor tersebut, sehingga tanpa patung, maka orang akan sulit memvisualisasikan Tuhan dalam pikiran / hatinya. Sehebat apapun Tuhan yang menyatakan dirinya secara imanen, ternyata tidak mampu dipahami manusia, sehingga manusia masih memerlukan mediator lagi yaitu patung.
              Begitu penting patung ini (sama seperti begitu penting monitor) sampai itu harus ada di setiap gereja Katolik.

              Karena patung sudah memiliki posisi yang penting maka, tanpa ada patung, semua sistem komunikasi dengan Tuhan akan berhenti. Sama seperti monitor, tanpanya maka semua sistem komunikasi dengan teknologi akan berhenti.

              Dengan demikian makin jelaslah konklusi kita tentang patung yang digunakan sebagai sarana visualisasi tersebut rupanya memang disembah oleh umat Katolik, karena tanpa patung tersebut umat Katolik tidak mampu berkomunikasi dengan Tuhan yang Maha Hadir.

              Saya salut pada tulisan Mas Paulus, karena telah memberikan analogi yang sangat pas dan layak diberi penghargaan….

            • Shalom Kevin dan Paulus Prana,

              Izinkan saya mengomentari tulisan anda berdua.

              1. Kepada Kevin, mohon disadari bahwa yang namanya analogi, selalu sifatnya terbatas. Jika saya tidak salah menangkap apa yang disampaikan oleh Paulus, maka yang dimaksudkannya adalah bahwa peran monitor itu hanya sebagai alat untuk menyampaikan suatu pesan, dalam hal ini yang dicontohkan adalah berita tentang panti asuhan anak- anak yang cacat. Maka menurut Paulus, monitor itu dapat berguna untuk membantu menghubungkan sang pembaca dengan panti asuhan itu, untuk kemudian mentransfer sumbangan; walaupun tentu orang itu bisa pergi sendiri mendatangi panti asuhan itu untuk menyampaikan sumbangan tersebut.

              Jadi maksud Paulus justru tidak sama dengan pengertian anda, bahwa kalau tidak ada monitor maka orang itu tidak dapat datang sendiri kepada panti asuhan untuk menyumbang. Kan tidak demikian. Monitor itu hanya alat bantu saja, sedang yang penting adalah pesan yang disampaikannya. Demikian pula peran patung dalam gereja/ rumah orang Katolik, yaitu hanya sebagai alat bantu saja. Tanpa patung tentu saja umat Katolik tetap dapat berdoa. Jangan lupa bahwa Gereja Katolik sesuai dengan firman Tuhan dalam Alkitab mengajarkan umatnya agar senantiasa berdoa (1 Tes 5:17, lih. Luk 21:36) sepanjang hari. Kita tahu dalam keseharian, dalam perjalanan ke kantor, sebelum mulai bekerja, sebelum dan sesudah makan, setelah selesai bekerja, saat mengunjungi saudara/ teman yang sakit, dst, juga tidak ada patung di sekitar kita, tetapi tentu saja kita tetap dapat berdoa. Maka umat Katolik juga mengamini Tuhan yang Maha Hadir. Fungsi patung itu hanya alat bantu dan pelengkap saja, dan bukan merupakan sesuatu yang utama, sampai kalau tidak ada, maka umat Katolik tidak dapat berdoa. Keberadaan patung itu hanya merupakan tanda bahwa Siapa yang dilambangkannya merupakan Seseorang yang berarti bagi kita, yang patut kita kenang dan kita hormati. Seperti halnya kita memajang foto keluarga di rumah kita. Tentu saja tanpa memajang foto keluarga di rumah, tidak menjadi masalah; tetapi jika ada, tentu baik.

              2. Kevin menulis, “Karena patung sudah memiliki posisi yang penting maka, tanpa ada patung, semua sistem komunikasi dengan Tuhan akan berhenti. Sama seperti monitor, tanpanya maka semua sistem komunikasi dengan teknologi akan berhenti. Dengan demikian makin jelaslah konklusi kita tentang patung yang digunakan sebagai sarana visualisasi tersebut rupanya memang disembah oleh umat Katolik, karena tanpa patung tersebut umat Katolik tidak mampu berkomunikasi dengan Tuhan yang Maha Hadir.”

              Maka tulisan dan kesimpulan anda ini keliru. Karena anda mengabaikan tulisan Paulus yang lain bahwa tanpa monitor sesungguhnya seseorang itu dapat tetap berhubungan/ berkomunikasi dengan Panti Asuhan tersebut, dan tetap dapat mengirimkan sumbangan. Monitor itu hanya salah satu cara berkomunikasi, namun cara lain masih dapat ditempuh, seperti dengan telepon ataupun mengunjungi tempatnya secara langsung. Sama juga, dalam doa, ada banyak alat bantu yang lain, seperti lagu- lagu pujian/ musik, perkataan/ doa vokal, bahkan ukupan wangi- wangian, yang sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Jadi bukan hanya patung saja yang dapat digunakan oleh umat beriman untuk mengarahkan hati kepada Allah.

              Saya pernah mengunjungi sebuah gereja di komunitas sangat miskin di Kerala, India, dan di sana tidak ada patung. Tentu saja, ini tidak apa- apa. Yang terpenting bagi gedung gereja Katolik adalah adanya tabernakel, di mana di sana bertahta Kristus yang hadir dalam rupa Ekaristi. Maka tidak benar kesimpulan anda bahwa tanpa patung umat Katolik tidak dapat berdoa. Anda menyimpulkan demikian dari pengertian anda yang keliru atas analogi yang disampaikan oleh Paulus, karena anda tidak melihatnya dengan konteks yang sama yang dipergunakan oleh Paulus.

              Saya dan Paulus sudah berusaha menjelaskan kepada anda bahwa orang Katolik tidak menyembah patung; namun hanya menggunakan patung sebagai salah satu alat bantu untuk mengarahkan hati untuk berdoa. Jika anda berkeras dengan pandangan anda yang berkesimpulan bahwa orang Katolik memyembah patung, maka kami tidak dapat memaksa anda untuk mengubahnya. Namun, saya percaya para pembaca yang mengikuti seluruh diskusi ini dapat menyimpulkan sendiri secara prinsip, mana yang benar. Saya ingin menutup diskusi ini sampai di sini, karena anda tidak menyampaikan argumen yang baru yang perlu dibahas kembali.

              Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
              Ingrid Listiati- katolisitas.org

            • Shalom Sdri Inggrid,

              Sebelumnya saya ingin sampaikan bahwa saya menanggapi tulisan Sdr Paulus dari persepsi saya, hal yang sama berlaku bagi semua orang, bahwa ketika orang membaca tulisan saya ini, mereka akan mempersepsikan / memahaminya dari sudut pandang mereka. Bila Sdri Inggrid berpendapat bahwa persepsi saya terhadap tulisan Sdr Paulus berbeda / tidak sejalan dengan maksud Sdr Paulus ketika membuat analogi monitor komputer tersebut, ya berarti ada triple perception, tetapi itu sah-sah saja karena setiap kita memiliki subyektifitas sendiri.

              Supaya lebih jelas dengan maksud saya ketika menyimpulkan tulisan Sdr Paulus, silakan dicermati tulisan Sdr Paulus berikut ini:

              5. Jadi segala macam barang-barang itu (yang untungnya berupa karya seni yang indah dilihat mata, seperti patung, lukisan, dupa, bunga, sesajen, bubur merah-putih, dll, yang amat beragam tergantung dari kultur masyarakat setempat), sejauh niatan hati kita berdoa adalah langsung kepada Sang Maha Tinggi, maka fungsi benda-benda tersebut adalah INTERFACE (seperti fungsi Sang Monitor itu).

              Kevin menanggapi:
              Silakan diperhatikan kata yang ditulis dng huruf besar semua oleh Sdr Paulus yaitu INTERFACE. Itu adalah istilah yg sering dipakai dalam dunia komputer/ IT, dan secara umum saya mengartikannya sebagai “Connector” alias “Penghubung”. Saya rasa kita semua tahu bahwa yang namanya connector itu memiliki fungsi yang sangat vital. Ibarat sebuah sistem komputer bila tanpa monitor, maka semua sistem itu sama sekali tidak ada gunanya, karena tidak dapat dilihat, dipantau, dsb. Dalam tulisan Sdr Paulus diatas, dia menganalogikan monitor dengan patung, dengan demikian saya simpulkan bahwa patung memiliki fungsi interface / connector / penghubung.

              Lalu di butir ke 7 Sdr Paulus menulis:
              7. Nah, kalau kita duduk Takzim dihadapan Sang Monitor, pakai jas lengkap, penuh hormat, lantas tertawa / menangis / bersedih / terharu dll, sementara TERNYATA MONITORnya MATI, itu baru yg disebut BERHALA alias GENDENG. hehe..

              Kevin menanggapi:
              Nah disinilah Sdr Paulus menjabarkannya lebih gamblang. Bila monitornya mati (tidak menyala / tidak berfungsi sebagai penghubung), maka sesungguhnya monitor tersebut sedang diberhalakan, krn sesungguhnya tidak berfungsi, namun tetap dianggap berfungsi.
              Bila patung yang seharusnya berfungsi sebagai connector, ternyata tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai connector (dan faktanya memang demikian, karena patung ibarat monitor mati yang tidak dapat berbuat apa-apa, yang menganggap patung memiliki “fungsi” itu adalah persepsi / subyektifitas / sugesti manusia yg berdoa dihadapannya), maka sesungguhnya patung tersebut memang diberhalakan.

              Demikian Sdri Inggrid pemahaman saya terhadap tulisan Sdr Paulus. Semoga pemahaman saya ini dapat dimengerti dan dimaklumi oleh para pembaca. Bila ada yang salah dengan tulisan atau kalimat saya, mohon agar dimaafkan.

              TANGGAPAN DARI INGRID LISTIATI

              Shalom Kevin,

              Tadinya saya sudah menutup topik diskusi ini tetapi saya memutuskan untuk sekali lagi menanggapi komentar anda.

              1. Memang umum seorang menarik kesimpulan akan suatu perumpamaan dari sisi pemahamannya. Itulah sebabnya saya katakan kisah analogi/ perumpamaan tidak sepenuhnya dapat mewakili penjelasan dalam hal iman; karena biar bagaimanapun ada hal yang tidak pas. Sama seperti kita mau menjelaskan analogi Trinitas, maka perumpamaan apapun tetap akan menjelaskan persis artinya. Maka akhirnya, kita kembali pada penjelasan ayat- ayat Kitab Suci sehubungan dengan Trinitas tersebut.

              2. Maka untuk memahami makna analogi, kita harus menangkap esensinya. Misal ketika Yesus mengatakan diri-Nya sebagai pintu (Yoh 10:7, 9), Ia meng-analogikan Diri-Nya sebagai pintu yang menghubungkan domba- domba itu dengan padang rumput. Artinya melalui Yesus maka kita semua [yang diumpamakan sebagai domba- domba itu] dapat sampai kepada keselamatan. Dengan demikian, kita tidak bisa membandingkan apakah karena Yesus menyebut diri sebagai pintu, maka secara fisik Yesus harus mempunyai karakter seperti pintu, berpenampang rata, terbuat dari kayu, mempunyai door knob/ lever/ pegangan. Secara fisik/ harafiah, Yesus tidak dapat disamakan dengan “pintu”; karena perumpamaan itu digunakan hanya untuk menjelaskan bagaimana Yesus menghubungkan kita semua dengan keselamatan yang dijanjikan-Nya. Dalam hal ini analogi mempunyai keterbatasan.

              Sama halnya dengan analogi monitor, kita tidak dapat membandingkan ciri fisik antara patung dengan monitor. Yang harus dilihat adalah analogi esensi kegunaannya pada kedua kondisi itu: yaitu patung untuk melambangkan Seseorang yang kita hormati, seperti halnya monitor untuk menyampaikan pesan yang ada di sistem komputer tersebut. Kedua kondisi itu adalah kondisi paralel yang tidak dapat dicampur adukkan, misalnya dengan mengharapkan bahwa patung dapat menyampaikan pesan elektronik seperti yang dilakukan oleh monitor. Ini sudah bukan cakupan analogi tersebut, sama seperti sudah bukan cakupan analogi bahwa jika Yesus adalah pintu, maka Ia harus mempunyai engsel, terbuat dari kayu, mempunyai pegangan dst. Karena analogi umumnya hanya menggambarkan esensi secara terbatas.

              3. Dengan analogi ini Paulus ingin menjelaskan penggunaan patung dalam ibadah umat Katolik. Patung itu hanya alat yang mengacu kepada apa yang dilambangkannya, seperti halnya monitor itu hanya menyampaikan pesan yang ada di dalamnya. Maka sebenarnya yang dihormati oleh orang Katolik adalah siapa yang dilambangkan oleh patung itu, dan bukannya patung itu sendiri. Sebab kalau permohonan berhenti pada patungnya saja (tidak kepada apa yang dilambangkannya), itu ibaratnya orang menghormati monitor mati. Sebab yang harusnya diperhitungkan adalah siapa yang dilambangkannya, atau dalam kasus monitor adalah pesan yang ingin disampaikan.

              Saya mohon maaf, ini adalah tanggapan saya yang terakhir dalam thread ini karena sudah terlalu berlarut- larut. Ya, biarlah kita serahkan kepada pembaca untuk menarik kesimpulan dari diskusi ini. Memang analogi tidak akan secara sempurna menjelaskan masalah iman, sehingga pada akhirnya dasar yang terpenting adalah pengajaran yang disampaikan oleh Kitab Suci dan Tradisi Suci. Silakan jika anda tertarik lebih lanjut untuk membaca diskusi tentang topik patung/ berhala di sini, silakan klik

              Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
              Ingrid Listiati- katolisitas.org

          1. Memang tidak mudah bagi umat Kristen Non Katholik untuk dapat memahami umat Katholik dalam beribadah maupun berdoa. Sama seperti umat diluar Kristen (Katholik) yang hendak memahami arti kata: Putra Allah, atau Tritunggal Maha Kudus.
            Iman Katholik memang unik ,Hehehehhe… semoga Jesus melalui Roh Kudusnya memberi penerangan pada umat Kristen Non Katholik yang menganggap Umat Katholik menyembah patung atau Berhala.
            GBU ALL.

    • terimakasih pak stefanus, ternyata jawabannya ada disini. ok mari kita diskusikan lebih lanjut.
      1. tentang keluaran 3:14 adalah merupakan jawaban Allah kepada Musa tentang pertanyaan Musa tentang siapa nama Allah sebenarnya. kel 3:(13) Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? –apakah yang harus kujawab kepada mereka?”
      dari sini diketahui bahwa penyebutan Allah sebagai nama Tuhan sudah merupakan kebiasaan pada bangsa Israel sehingga kata “Allah” dianggap sebagai kata umum layaknya kata “Tuhan”. maka Musa perlu mempertegas tentang siapa nama khusus dari Allah yg sedang berbicara dengannya, maka dijawab oleh Allah dalam kel 3: (14) Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” jadi disini Allah mempertegas bahwa nama diriNya adalah Allah, sesuai dengan identitas Allah yg biasa disebut oleh bangsa Israel. Allah yg sama seperti Allah Ibraham, Ishak dan Yakub. lalu kenapa Musa sampai menanyakan identitas nama Allah?? karena tentu saja melihat dari agama yg berkembang diMesir tempat Musa dibesarkan dimana Allah mempunyai perwujudan2 dalam bentuk Dewa dan Dewi seperti Osiris atau Ra. Jadi AKU ADALAH AKU adalah jawaban Allah kepada Musa yg menanyakan nama identitas Allah yg artinya AKU (ALLAH) ADALAH AKU (ALLAH), yg berarti mempertegas tentang nama Tuhan itu sendiri yaitu Allah tanpa mempunyai Wujud atau bentuk lain seperti Allah Osiris, atau Allah Baal. inilah penjelasan yg lebih tepat sesuai dengan alur cerita dalam ayat alkitab tersebut.

      2. inilah yg saya sebut bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan/Allah mempunyai kesadaran akan adanya Allah yg Maha Esa, konsep awal ini diajarkan Allah kepada disemua agama yg ada didunia, tidak mungkin Allah hanya menjadi Allah Israel saja melainkan Allah seluruh manusia, namun dalam konteks alkitab Allah sedang meluruskan ajarannya (Allah yg tidak berwujud) melalui bangsa Israel sehingga Dia menamakan dirinya sebagai Allah Israel, bukan Allah bangsa lain yg telah berani mewujudkan Allah dalam bentuk2 yg lain. Allah sudah diperkenalkan sejak Adam sebagai manusia pertama yg pastinya dikenalkan pula oleh Adam kepada keturunannya. Namun pada perkembangannya Allah diwujudkan dalam banyak Wujud/rupa seperti yg anda tulis diatas seperti adanya El, allah tertinggi; Baal, allah hujan; Asyera, dewi laut dan istri El; Anat, istri dan adik Baal; Astarte, allah/ dewi kesuburan. (kalau anda sedikit mau berfikir maka konsep yg anda tulis sangat sesuai dengan ajaran kristen yg mengenal Bapa sebagai Allah tertinggi, Yesus sebagai Allah Putera yg menebus dosa manusia, dan Roh kudus sebagai Allah pelindung.) Maka Allah menegaskan kepada Musa bahwa AKU (Allah) adalah AKU (Allah), dan tidak boleh ada bentuk Allah2 lain selain seperti yg telah diperkenalkan oleh nenek moyang mereka Adam. kembali kepada kel, 32:1-11, saya hanya melihat dan mengartikan dari alur cerita, bukan dari konteks bahasa Inggris, apalagi bisa dikatakan bahwa Alkitab asli adalah berbahasa Ibrani. bila anda berani menyatakan bahwa terjadi perbedaan pemahaman ketika orang membacanya dalam bahasa indonesia atau dalam bahasa Inggris, maka mungkin juga akan terjadi perbedaan ketika membaca dalam bahasa Ibrani. dalam alur cerita diceritakan bahwa patung lembu emas dipersonifikasikan sebagai Allah Nabi Musa yg telah menuntun mereka keluar dari mesir. tidak mungkin patung lembu emas inilah yg telah menuntun mereka keluar dari Mesir karena patung lembu emas itu baru diciptakan setelah mereka keluar dari Mesir, dan patung tersebut tidak mungkin mampu menuntun mereka keluar dari Mesir sedangkan untuk bergerak saja patung tersebut tidak mampu. inilah yg saya katakan bahwa tidak mungkin pada waktu itu orang2 Israel sedang menyembah patung sapi seperti yg saudara Inggrid katakan, yg disembah orang Israel waktu itu adalah patung sapi yg dipersonikasikan sebagai Allah Musa yg telah menuntun keluar dari Mesir. maka inilah yg dilarang oleh Allah, membuat perwujudan/bentuk dari diriNya apapun bentuknya, baik patung, matahari, manusia maupun dewa.
      Orang Israel sejak dahulu selalu terjebak ingin mempunyai Allah yg berbentuk/berwujud seperti bangsa2 lainnya, maka karena desakan bangsa Israel akhirnya Harun membuatkan bentuk/wujud Allah dalam bentuk patung sapi emas yg dianggap sebagai perwakilan dari bentuk Allah. maka dikatakan Harun bahwa patung lembu emas ini sebagai Allah yg telah menuntun mereka keluar dari mesir. maka kemudian didepan patung tersebut dibuatlah upacara2 layaknya upacara kepada Allah. patung tersebut dijadikan sarana penyembahan kepada Allah yg telah menuntun mereka keluar dari mesir.
      inilah kedegilan bangsa Israel yg tidak ingin memiliki Allah yg tidak berwujud, mereka ingin memiliki Allah yg berwujud seperti bangsa2 lainnya sehingga mereka dapat bermegah2an dengan wujud/bentuk2 Allah tersebut, salah satunya dengan membentuk Allah dalam wujud patung lembu emas. ternyata kedegilan ini berlanjut kepada umat kristen yg mewujudkan Allah dalam bentuk Yesus. bahkan umat katolik membuat patung wujud Allah yg dijadikan sarana ibadah kepada Allah dimana mereka berdoa didepan patung tersebut layaknya berdoa kepada Allah.

      jadi coba kita samakan ajaran penyembahan berhala antara umat jaman Nabi Musa dengan umat katolik
      kel 32:
      (4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya ANAK LEMBU TUANGAN. Kemudian berkatalah mereka: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!”

      aplikasi pada umat katolik masa kini.
      (4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya PATUNG YESUS TUANGAN. Kemudian berkatalah mereka: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!”

      mengenai efesus 5:5 dalam bahasa Inggris atau bahasa sehari2
      (5) Perhatikan baik-baik: orang yang berkelakuan cabul, atau tidak senonoh, atau serakah (kelakuan seperti itu sama saja dengan menyembah berhala), orang itu tidak dapat menjadi anggota umat yang diperintah oleh Kristus dan Allah.
      (5) For be sure of this: that no person practicing sexual vice or impurity in thought or in life, or one who is covetous [who has lustful desire for the property of others and is greedy for gain]–for he [in effect] is an idolater–has any inheritance in the kingdom of Christ and of God.

      memang ternyata bahasa bisa merubah arti dimana efesus yg anda sampaikan tidak ada tanda kurungnya, sedangkan yg saya sampaikan ada tanda kurungnya, yg anda sampaikan mengandung arti bahwa perbuatan2 tersebut sebagai perbuatan menyembah berhala sedangkan dalam bahasa lain dinyatakan bahwa perbuatan2 tersebut sama seperti perbuatan orang yg menyembah berhala. Jadi harta, kekuasaan atau lainnya yg bersifat duniawi tidak bisa dikatakan sebagai berhala, karena konteks berhala adalah Allah dalam Wujud/bentuk yg lain (patung, manusia atau dewa), dan Allah adalah yg menciptakan alam semesta ini.

      Pada awalnya saya memiliki faham yg sama dengan anda tentang berhala ini, dulu saya menganggap berhala ini adalah patung yg suka disembah oleh manusia. namun ketika saya mulai berdiskusi dengan kawan yg beragama Hindu (aghama yg lebih tua dari kristen) yg terkenal dengan banyaknya dewa dan patung2 dalam kuil mereka saya menemukan kenyataan bahwa mereka tidak pernah menyembah patung dan dewa, pada dasarnya dewa dan patung2 tersebut hanyalah sebagai personifikasi dari Tuhan Yang Maha Esa. mereka pada dasarnya hanya menyembah kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). dari sini saya mulai menyadari sesuatu yg baru tentang apa itu artinya berhala, apa itu artinya Allah2 yg lain. makanya ketika saudari Inggrid menyodorkan kel 32, maka saya melihat ternyata pemahaman saya sesuai dengan konteks yg terjadi pada masa itu bahwa tidak mungkin ada manusia yg menyembah patung. Tidak mungkin bangsa Israel itu menyembah patung lembu emas yg baru saja mereka buat. patung tersebut hanyalah dijadikan sebagai personifikasi dari Allah yg telah menuntun mereka keluar dari Mesir. patung tersebut hanyalah dijadikan sarana penyembahan kepada Allah. terus terang saya baru membaca kel 32 dari yg saudari Inggrid ajukan sebagai argumen, dan ternyata pemahaman saya sesuai.
      Silahkan anda renungi dan fahami tulisan saya dengan seksama dan hati, bila memang saya salah silahkan dikoreksi.

      on 2010/02/23 at 5:01pm:
      maaf saudari Inggrid, bagaimana kalau saya menambahkan.
      – Sang Ibu tidak pergi kegereja dan pergi berpesiar sambil menyembah2 anaknya.
      berhala selalu dikatakan sebagai sesuatu selain Allah yg disembah oleh manusia. jadi bila sang ibu tidak menyembah kepada anak tersebut selayaknya menyembah Allah, maka tidak bisa dikatakan bahwa sang ibu sedang memberhalakan anaknya. terimakasih.

      on 2010/02/25 at 11:35am
      tambahan pak stefanus untuk menanggapi tulisan anda;
      1). Prinsip ini menyampaikan kepada kita pengertian selanjutnya, yaitu bahwa membuat patung saja tidak langsung dapat dikatagorikan sebagai menyembah berhala, sebab jika tidak disembah sebagai allah, itu bukanlah penyembahan berhala. Kita melihat contohnya dalam keadaan sehari- hari, bahwa patung- patung dibuat untuk pelajaran biologi, atau untuk obyek seni rupa, atau dalam rupa mainan anak- anak, ‘patung’ dibuat dengan bahan plastik, karet atau busa. Namun sepanjang patung tidak disembah, misalnya dengan korban-korban bakaran, maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai penyembahan berhala. (stefanus)
      ===========================================
      bagaimana dengan orang yg membuat patung yg kemudian dia bernyanyi2 dan memuji Tuhan didepan patung tersebut, dan memandang patung tersebut seolah2 sedang memandang Tuhan. Apakah itu bukan namanya penyembahan??? contoh2 yg anda buat sepertinya malah mengena pada ajaran anda sendiri.
      ————————————————————————————————————————————-
      2). Namun demikian mengenai penyembahan dan penghormatan ini, Gereja Katolik menegaskan ada dua macam pengertian yaitu:

      1. Latria (penyembahan) yang hanya ditujukan kepada Allah Tritunggal (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus)
      2. Dulia (penghormatan) yang ditujukan kepada:
      – Para orang Kudus, termasuk Bunda Maria (kadang kepada Maria, disebut hyper-dulia)
      – Penghormatan kepada benda tertentu yang melambangkan Allah ataupun Para Kudus dan Maria. Contohnya yaitu salib (crucifix), patung Bunda Maria, Patung santa-santo, dll. Penghormatan ini kadang disebut sebagai dulia- relatif.

      Kata ‘latria’ dan ‘dulia’ ini memang tidak secara eksplisit tertera di dalam Kitab Suci, tetapi, kita dapat melihat penerapannya dengan jelas. Misalnya:
      1. Perintah Tuhan yang pertama pada kesepuluh Perintah Allah adalah perintah untuk menyembah Allah saja dan jangan sampai ada allah lain yang kita sembah selain Dia. Di sini maksudnya adalah ‘latria’ (Kel 20: 1-6).
      2. Penghormatan Yusuf kepada ayahnya Yakub. Yusuf sujud sampai ke tanah untuk menghormati ayahnya Yakub (Kej 48:12), itu ‘dulia’. (stefanus)
      ===========================================
      saya setuju dengan anda bahwa memang ada penyembahan yg merupakan latria dan dulia. maka saya berani mencirikan bahwa penyembahan dulia bersifat spontanitas sedangkan latria didasarkan pada pengajaran seperti yg anda tulis diatas. dari diskusi saya dengan beberapa orang katolik, ada yg mengajukan dalil ketuhanan Yesus karena Yesus ternyata menerima penyembahan, padahal kalo dilihat ternyata penyembahan terhadap Yesus ini bersifat dulia, bukan latria karena tidak ada pengajaran dari Yesus untuk menyembah dirinya, melainkan Yesus hanya mengajarkan untuk menyembah kepada Bapa (Allah). jadi dalil penyembahan kepada Yesus tidak bisa dijadikan dalil ketuhanan Yesus.

      • Shalom Hamba Tuhan,

        1. Tentang Keluaran 3:14

        Ya, kita sepakat bahwa ayat tersebut adalah untuk menunjukkan bagaimana Allah memperkenalkan Diri-Nya sebagai Allah yang esa yang tidak sama dengan allah- allah lain yang disembah oleh bangsa-bangsa lain. Ke-esaan Allah ditekankan kembali pada perintah pertama dalam kesepuluh perintah Allah, Kel 20:3, "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku."

        2. Sejak awal semua bangsa mempunyai kesadaran Allah yang Esa?

        Pada point ini kita berbeda pendapat: Anda berpendapat bahwa semua manusia sebagai mahluk Tuhan mempunyai kesadaran akan Allah yang Esa; sedangkan saya tidak sepenuhnya setuju dengan anda. Bahwa sebenarnya dengan akal sehat menusia sesungguhnya bisa menangkap bahwa Tuhan itu Esa, saya setuju. Tetapi sebaiknya kita juga menyadari bahwa di jaman purba, pandangan yang seharusnya dapat mengacu kepada Allah yang Esa itu dikaburkan oleh pemahaman yang lain tentang keberadaan dewa/ dewi lain, sehingga mengarah kepada politheisme. Kenyataan ini diungkapkan dalam kisah Perjanjian Lama dan bukti- bukti sejarah, bahwa pada jaman itu, bangsa- bangsa lain di luar Israel menyembah banyak allah. Hal penyembahan banyak allah ini dapat kita ketahui dari penemuan arkeologis yang memang menggambarkan ada banyak dewa/i yang disembah oleh bangsa- bangsa jaman purba. Walau mereka mengenal El sebagai dewa tertinggi, mereka percaya bahwa El tidak secara langsung turut campur dalam pengaturan dunia, sedangkan yang langsung mengatur adalah para dewa- dewi di bawah-nya, yaitu dewa hujan (Baal), dewi kesuburan (Astarte), dst. Oleh sebab itu, maka bangsa- bangsa di sekitar bangsa Israel pada Perjanjian Lama banyak yang menyembah dewa- dewa tersebut, yang mereka gambarkan dengan patung-patung tuangan.

        Bahwa pada jaman sekarang orang- orang mulai dapat menggunakan akal budinya dengan baik, sehingga mereka dapat sampai pada pengertian monotheism, itu saya setuju. Sebab memang polytheism sesungguhnya bertentangan dengan akal sehat. Tetapi harus diakui bahwa sesuai dengan fakta sejarah, pada jaman awal peradaban manusia, banyak bangsa masih menyembah banyak allah (polytheism).

        Di sinilah pentingnya wahyu Allah, sebab oleh wahyu itu manusia dapat mengetahui adanya bahwa Allah itu satu.

        3. Hal menyembah patung sebagai allah

        Jadi pada saat saya mengatakan mereka menyembah patung itu sebagai allah, itu bukan pendapat saya pribadi, tetapi memang itulah yang tertulis di dalam Kitab Suci. Contoh- contoh ayatnya cukup banyak, namun saya sampaikan ini saja yang cukup jelas:

        "Orang-orang yang percaya kepada patung pahatan akan berpaling ke belakang dan mendapat malu, yaitu orang-orang yang berkata kepada patung tuangan: "Kamulah allah kami!" (Yes 42:17)

        "Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah….. Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah?… Mungkin ia menebang pohon-pohon aras…. Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya…. Dan sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: "Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!" (Yes 44: 9-17)

        Maka prinsipnya di sini adalah bangsa- bangsa pada jaman itu membuat patung tuangan dan menyembahnya sebagai allah mereka (bukan Allah yang Satu). Ketika bangsa Israel ikut- ikutan membuat patung tuangan untuk menggambarkan allah, maka Allah menjadi sangat gusar, justru karena perintah pertama bagi bangsa Israel adalah, "Jangan ada allah lain di hadapan-Ku" (Kel 20:3); karena mereka seharusnya tahu bahwa allah yang mereka bentuk sendiri dari emas itu tidak sama dengan Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir.

        Maka definisi penyembahan berhala yang disampaikan di dalam konteks Kitab Suci Perjanjian Lama adalah sangat jelas, yaitu menyembah sesuatu gambaran/ patung (yang menggambarkan allah lain) dengan penyembahan yang seharusnya diberikan kepada Allah yang Esa. Berdasarkan kutipan Vulgate, yang berdasarkan bahasa asli Kitab Suci pada Kel 32 tersebut, maka diketahui bahwa sebenarnya, yang diinginkan oleh bangsa Israel adalah berpaling kepada allah lain sehingga mereka mengatakan, "Mari buatlah kami allah (dalam KS bahasa Indonesia juga ditulis "allah"), yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir–kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia….." (Kel 32:1). Sesudah patung itu jadi, maka mereka berkata, "Hai Israel, inilah allah-mu …. (these are thy gods)" (ay. 4) (di sinilah terjadi ketidaksesuaian ejaan, karena kalau menurut KS Indonesia tertulis, "Hai Israel, inilah Allah-mu….", padahal menurut bahasa aslinya, sesungguhnya adalah "allah- allahmu", tidak dengan huruf besar).

        Kenyataan bahwa bangsa Israel ini berpaling kepada allah lain, yang mereka gambarkan dalam rupa patung tuangan ini membuat Tuhan murka, dan Ia berkata kepada Musa, "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir." (Kel 32:7-8)

        Jadi di sini masalahnya tidak saja kepada membuat patung tuangan, tetapi juga karena patung tuangan itu disembah sebagai allah lain, di mana bangsa Israel itu sujud dan mempersembahkan korban. Jadi sebenarnya dalam konteks Perjanjian Lama, tidak ada penggambaran Allah yang esa dengan patung tuangan, yang lalu disembah- sembah. Pada saat bangsa Israel atau bangsa- bangsa lain membuat patung tuangan, mereka tidak menggambarkan Allah yang esa, tetapi dewa dewi/ allah lain, seperti yang sudah saya paparkan pada jawaban saya sebelumnya. Penyembahan allah lain inilah yang membuat Allah marah.

        Sedangkan membuat patung yang tidak untuk disembah sebagai allah, itu tidak membuat Allah murka. Malah ada beberapa kesempatan, Allah-lah yang menyuruh bangsa Israel membuat patung, sebagai tanda kehadiran-Nya di tengah umat Israel. Misalnya saat ia menyuruh orang Israel membuat patung kerub (malaikat) di kemah suci (lih. Kel 25:18) dan sewaktu Allah menyuruh Nabi Musa membuat patung ular tembaga dan meninggikannya untuk mendatangkan kesembuhan bagi bangsa Israel (lih. Bil 21:9), yang melambangkan Yesus yang ditinggikan di kayu salib (lih. Yoh 3: 14). Semua patung ini bukan personifikasi Allah, namun hanya alat saja yang dipakai Allah untuk menandai penyertaan-Nya atas bangsa Israel; dan patung itu sendiri tidak untuk disembah. Maka, Allah membenarkan Raja Hizkia yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa itu, karena lama kelamaan bangsa Israel menyembah patung ular itu dan membakar korban bagi ular itu, (lih. 2 Raj 18:4) dan penyembahan ini adalah penyembahan berhala.

        Maka penyembahan kepada Yesus dan Roh Kudus TIDAK SAMA dengan penyembahan berhala ataupun penyembahan kepada allah lain. Sebab, Yesus Allah Putera dan Roh Kudus adalah Pribadi Allah yang satu dan bukan allah yang lain dari Allah. Jika seseorang tidak sependapat dengan hal ini, itu disebabkan karena ia tidak menerima konsep Allah Trinitas. Tetapi jika ia menerima konsep Allah yang Satu dalam Tiga Pribadi, maka ia akan dapat menerima juga bahwa penyembahan kepada Yesus dan Roh Kudus adalah penyembahan kepada Allah yang satu, karena ketiga Pribadi Allah mempunyai hakekat yang sama dan satu, sebagai Allah; tidak ada yang lebih tinggi di antara ketiganya. Hal ini tidak sama dengan penyembahan terhadap El, Baal, Astarte, dkk, yang tidak mempunyai kesamaan hakekat. Bahkan para penyembahnya saja mengakui bahwa El lebih tinggi dari dewa/i yang lain. Atau Sang Hyang Widhi merupakan yang tertinggi daripada dewa- dewa yang lainnya.

        4. Ayat Kel 32:4 dengan analoginya

        Anda lalu mengajak saya mengaplikasikan ayat Kel 32:4 dalam kehidupan umat Katolik. Tentu ayat tersebut tidak dapat diterapkan begitu saja terhadap umat Katolik, justru karena ada perbedaan yang sangat mendasar, yaitu:

        a. Bangsa Israel membuat bagi diri mereka allah lain (bukan Allah yang diwartakan oleh nabi Musa) untuk mereka sembah sebagai allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Mereka sujud dan mempersembahkan korban bagi patung tuangan/ allah lain itu. Sedangkan patung Yesus bagi umat Katolik adalah gambaran Tuhan Yesus yang adalah Allah, bukan allah lain. Maka yang dihormati bukanlah patungnya itu sendiri tetapi sesuatu yang digambarkan oleh patung itu, yaitu Tuhan Yesus.

        b. Umat Katolik membuat patung Yesus setelah Allah sendiri menggambarkan Diri-Nya di dalam Yesus, saat Ia telah menjelma menjadi manusia. Yesus adalah gambaran Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15). Maka saat umat Katolik membuat gambaran/ patung Yesus, itu tidak melanggar perintah Allah (yaitu membuat patung yang menyerupai sesuatu yang di langit/ di surga, lih. Kel 20:4), karena Allah sendiri telah membuat gambaran Diri-Nya yang hidup di dalam Kristus. Lagipula, umat Katolik juga tidak menganggap patung apapun sebagai allah.

        5. Efesus 5:5

        Jika anda ingin mempelajari Kitab Suci secara tekstual, sebaiknya anda melihat teks yang paling mendekati aslinya, lalu membandingkan ayat tersebut dari berbagai edisi Kitab Suci (tidak hanya berpegang pada satu edisi saja).

        "For know ye this, and understand, that no fornicator, nor unclean, nor covetous person, which is a serving of idols, hath any inheritance in the kingdom of Christ, and of God" (The Douay Rheims, based on Vulgate).

        "Be sure of this, that no fornicator or impure man, or one who is covetous (that is, an idolater), has any inheritance in the kingdom of Christ and of God." (Revised Standard Version)

        "For this ye know, that no whoremonger, nor unclean person, nor covetous man, who is an idolater, hath any inheritance in the kingdom of Christ and of God." (King James Version)

        For this you know with certainty, that no immoral or impure person or covetous man, who is an idolater, has an inheritance in the kingdom of Christ and God. (New American Bible)

        For you know very well that no immoral or impure person, or anyone who is greedy (that is, an idolater), has an inheritance in the kingdom of Christ and of God. (International Standard Version)

        "For you can be quite certain that nobody who actually indulges in fornication or impurity or promiscuity- which is worshipping a false god– can inherit anything in the Kingdom of God." (The Jerusalem Bible)

        Dari kutipan- kutipan di atas, sesungguhnya jelas bahwa orang-orang yang hidup dalam dosa percabulan, perzinahan, kehidupan tak bermoral, adalah orang- orang yang menyembah berhala, atau yang menyembah allah lain selain Allah. Sesungguhnya KS edisi bahasa Inggris sehari- hari yang anda kutip juga mengatakan demikian:

        "For be sure of this: that no person practicing sexual vice or impurity in thought or in life, or one who is covetous [who has lustful desire for the property of others and is greedy for gain]–for he [in effect] is an idolater–has any inheritance in the kingdom of Christ and of God.

        sebab, jika diterjemahkan adalah:

        "Sebab yakinlah akan ini: bahwa tidap ada seorangpun yang mempraktekkan dosa seksual atau kecemaran dalam pikiran dan dalam hidup, atau seseorang yang iri hati [yang mempunyai hawa nafsu terhadap harta milik orang lain dan serakah untuk memperolehnya]- sebab ia [pada dasarnya] adalah seorang penyembah berhala– tidak mempunyai bagian di dalam kerajaan Kristus dan kerajaan Allah."

        Jadi ada kurungnya atau tidak ada kurungnya, tidak berpengaruh di sini. Sebab "in effect" itu artinya essentially; basically, lihat dictionary, klik di sini, "pada dasarnya". Jadi benar jika di KS bahasa Indonesia (LAI) dikatakan, "Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah." (Ef 5:5)

        6. Definisi berhala

        Dalam menentukan definisi sesuatu kita tidak bisa menggantungkan pada pendapat seseorang atau beberapa orang yang tidak mewakili pandangan umum. Idolatry, menurut definisi yang umum dikenal adalah seperti yang dicantumkan di Wikipedia yaitu: "worship of any cult image, idea, or object, as opposed to the worship of a monotheistic God" (penyembahan gambar kultus, ide, atau objek, yang berlawanan dengan penyembahan kepada Allah yang Satu). Seseorang dapat saja memiliki definisi ‘berhala’ yang berbeda daripada ini, tetapi definisi inilah yang umumnya dipegang oleh masyarakat umum di seluruh dunia.

        Maka anda tidak dapat memakai pengertian anda yang anda peroleh dari teman anda yang beragama Hindu untuk menilai ajaran agama Kristiani/ Gereja Katolik. Kisah penyembahan di Kel 32 adalah penyembahan berhala, karena yang disembah di situ adalah allah lain dalam bentuk patung tuangan. Kejadian tersebut cocok dengan definisi ‘berhala’ dari Wikipedia tersebut. Anda berkata, "Tidak mungkin bangsa Israel itu menyembah patung lembu emas yg baru saja mereka buat. Patung tersebut hanyalah dijadikan sebagai personifikasi dari Allah yg telah menuntun mereka keluar dari Mesir. patung tersebut hanyalah dijadikan sarana penyembahan kepada Allah." Namun pada kenyataannya ayat 8 Allah berkata, "…..mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir." Apakah Allah salah bicara tentang hal ini? Tentu tidak! Bangsa Israel benar- benar membuat anak lembu tuangan, lalu sujud menyembah, dan mempersembahkan korban kepadanya. Allah tahu bahwa bangsa Israel itu ingin menggeserkan-Nya dengan allah buatan mereka sendiri, dan karena itu Allah murka.

        7. Komentar anda tentang ibu yang memilih pergi pesiar daripada beribadah pada hari Minggu.

        Anda mengatakan, "Sang Ibu tidak pergi kegereja dan pergi berpesiar sambil menyembah2 anaknya.
        berhala selalu dikatakan sebagai sesuatu selain Allah yg disembah oleh manusia. jadi bila sang ibu tidak menyembah kepada anak tersebut selayaknya menyembah Allah, maka tidak bisa dikatakan bahwa sang ibu sedang memberhalakan anaknya
        ."

        Anda rupanya membatasi pengertian ‘berhala’ dengan ‘aktivitas’ menyembah. Namun menurut definisi, ‘berhala’ dapat diartikan tidak hanya terbatas pada penyembahan gambar/ patung kultus tetapi juga pada ide/ objek yang diagung- agungkan sebagai allah, yang bertentangan dengan penyembahan kepada Allah yang satu. Dengan kata lain menjadikan sesuatu ciptaan sebagai "saingan" Allah Pencipta. Esensinya adalah, menggantikan Allah dengan sesuatu yang bukan allah. Jadi dalam kasus ibu ini, maka memang ada dua kemungkinan: 1) jika ia benar- benar menomorsatukan anaknya, sampai mengesampingkan Tuhan dan hukum- hukum-Nya, sehingga ia memilih pergi pesiar daripada beribadah, maka ibu itu memberhalakan anaknya; 2) jika ia pergi pesiar karena terpaksa/ tidak sepenuhnya menginginkannya, dan kalau ini bukan kebiasaannya, hal itu dapat dikatakan sebagai kelalaian.

        8. Bernyanyi memuji Tuhan di depan patung adalah penyembahan berhala?

        Saya memang pernah menuliskan demikian, "…. membuat patung saja tidak langsung dapat dikatagorikan sebagai menyembah berhala, sebab jika tidak disembah sebagai allah, itu bukanlah penyembahan berhala. Kita melihat contohnya dalam keadaan sehari- hari, bahwa patung- patung dibuat untuk pelajaran biologi, atau untuk obyek seni rupa, atau dalam rupa mainan anak- anak, ‘patung’ dibuat dengan bahan plastik, karet atau busa. Namun sepanjang patung tidak disembah, misalnya dengan korban-korban bakaran, maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai penyembahan berhala"

        Lalu anda bertanya, "Bagaimana dengan orang yg membuat patung yg kemudian dia bernyanyi2 dan memuji Tuhan didepan patung tersebut, dan memandang patung tersebut seolah2 sedang memandang Tuhan. Apakah itu bukan namanya penyembahan??? Contoh2 yg anda buat sepertinya malah mengena pada ajaran anda sendiri."

        Tanggapan saya: Orang yang bernyanyi memuji Tuhan di depan gambar/ patung Yesus tidak menyembah patung itu, tetapi kepada Tuhan Yesus yang digambarkan oleh gambar/ patung itu. Ini sama seperti orang memberi hormat kepada bendera dan menyanyikan Indonesia Raya di depan bendera, maknanya bukan menghormati sepotong kain bendera merah putih, tetapi menghormati bangsa Indonesia yang dilambangkan oleh bendera merah putih itu.

        Maka hal berhala itu berhubungan juga dengan apa yang dilambangkan dengan gambar/ patung tersebut, dan maksud pembuatan gambar/ patung itu. Kalau yang digambarkan hanya merupakan benda- benda ciptaan yang lain, seperti hewan dan tumbuhan, dan maksudnya untuk pendidikan anak- anak di sekolah, maka itu tidak dapat dikatakan sebagai berhala. Karena di sini tidak ada maksud penyembahan hewan/ tumbuhan itu sebagai allah. Bayangkan kalau semua patung/ gambar apapun sudah dikategorikan berhala, maka sebagian besar dari apa yang kita lihat itu adalah berhala.

        9. Tentang Latria dan Dulia

        Anda mengatakan, "Saya setuju dengan anda bahwa memang ada penyembahan yg merupakan latria dan dulia. Maka saya berani mencirikan bahwa penyembahan dulia bersifat spontanitas sedangkan latria didasarkan pada pengajaran seperti yg anda tulis diatas. Dari diskusi saya dengan beberapa orang Katolik, ada yg mengajukan dalil ketuhanan Yesus karena Yesus ternyata menerima penyembahan, padahal kalo dilihat ternyata penyembahan terhadap Yesus ini bersifat dulia, bukan latria karena tidak ada pengajaran dari Yesus untuk menyembah dirinya, melainkan Yesus hanya mengajarkan untuk menyembah kepada Bapa (Allah). Jadi dalil penyembahan kepada Yesus tidak bisa dijadikan dalil ketuhanan Yesus."

        Beda antara latria dan dulia bukan dari segi spontanitas atau tidak. Latria adalah penyembahan tertinggi yang diberikan kepada Allah Trinitas (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus). Sedangkan dulia adalah penghormatan kepada orang- orang kudus ataupun benda- benda yang menggambarkan Allah atau orang-orang kudus-Nya.

        Maka penghormatan kepada Tuhan Yesus adalah penghormatan latria, karena Yesus adalah Pribadi kedua dari Allah Trinitas. Yesus memang tidak pernah secara eksplisit minta disembah, namun itu tidak mengubah kenyataan bahwa Ia adalah Allah, sebab Ia mengatakan bahwa Ia dan Allah Bapa adalah satu (Yoh 10:30). Kalau anda menarik kesimpulan bahwa penyembahan Yesus adalah dulia, itu disebabkan karena anda tidak menerima bahwa Yesus adalah Allah Putera. Sedangkan semua umat Kristiani percaya bahwa Yesus adalah Allah Putera, dan karenanya penyembahan kami kepada Tuhan Yesus adalah latria.

        Dengan demikian, pengertian yang benar adalah karena Yesus adalah Tuhan, maka kami menyembahnya sebagai Tuhan (latria), dan bukan sebaliknya, Yesus disembah secara latria, maka Ia adalah Tuhan. Umat Kristiani tidak menjadikan dalil penyembahan Yesus sebagai dalil ketuhanan Yesus; namun sebaliknya, karena Yesus itu Tuhan, maka kami menyembah Dia sebagai Tuhan. Bukti ke- Tuhanan Yesus sudah pernah kami tuliskan di artikel- artikel Kristologi di situs ini, sehingga tidak perlu diulangi/ dikutip lagi di sini.

        Akhirnya, saya ingin membatasi diskusi ini sampai satu kali putaran lagi. Saya pikir sudah cukup kita memberikan argumen masing- masing, dan biarlah kita membiarkan diri kita merenungkannya kembali dan membiarkan para pembaca yang lain untuk menyikapinya sesuai dengan hati nurani mereka.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

        • Terimakasih saudari Inggrid atas jawabannya, maaf kalau ditulisan sebelumnya saya salah orang dengan menyebut anda saudara stefanus. saya sangat menyayangkan bila anda membatasi diskusi ini menjadi satu putaran lagi saja karena saya melihat diskusi ini sangat menarik. masih banyak kesimpulan2 dalam otak saya yg belum saya sampaikan, apalagi saya melihat jawaban2 anda banyak kelemahannya sehingga perlu saya bantah, dan semoga anda bisa membantahnya lagi sehingga saya bisa belajar terus tentang ajaran katolik dari anda. saya berharap diskusi ini berlanjut karena bila anda batasi maka akan terkesan bahwa saya sedang merusak iman anda dan anda tidak mengiginkan itu sehingga membatasi pertanyaan2 saya. atau juga tidak terkesan bahwa ternyata anda menganggap ini hanyalah sebuah debat kusir saja yg tidak ada ujung pangkalnya karena masing2 mempertahankan pendapatnya. buat saya bila anda benar maka saya akan katakan benar dan bila anda salah maka saya akan katakan anda salah. dan tidak mungkin saya akan mempertahankan pendapat yg salah bila ternyata pendapat anda bisa memenuhi kebenaran dalam otak saya. dan saya akan terus memberikan sesuatu yg saya anggap benar bila ternyata apa yg anda fahami selama ini adalah salah. inilah yg saya takutkan selama ini, menganggap seolah2 kita sedang berseteru dimana masing2 maunya berbeda dan masing2 merasa benar, lalu kebenaran dikembalikan kepada pembaca yg lain untuk menyingkapinya. maka disini saya tekankan bahwa saya sedang mencari kebenaran dari argumen2 saya, dan kebenaran itu didiskusikan bersama agar semuanya dapat menikmati kebenaran itu, jangan takut mengatakan teman diskusi kita salah kalau memang salah dan jangan takut mengatakan benar kalau teman diskusi kita benar.
          1. Allah dan allah tidak ditemukan dalam bahasa Ibrani karena dalam bahasa Ibrani tidak dikenal adanya huruf besar dan huruf kecil. inilah yg fatal dari penterjemahan alkitab karena penterjemah bisa seenaknya memasukkan pemahamannya sendiri dan akhirnya berani memasukkan Allah dengan huruf besar dan huruf kecil sehingga seolah2 ada banyak Allah didunia ini, ada Allah dan ada allah, jadi Allah huruf besar dan kecil tergantung penyembahnya. Allah huruf besar bagi musa bisa menjadi allah huruf kecil bagi bangsa kana’an karena bisa dianggap bahwa Allah2 mereka berbeda satu sama lain, dan mereka menganggap Allah yg selain mereka sembah adalah berhala. jadi bisa saya tekankan bahwa hanya ada satu Allah didunia ini. Allah Yang Maha Esa yg telah menciptakan alam semesta ini, Allah yg mempunyai sebutan yg berbeda2 tergantung aksen bahasa, ada El, Eli, Elohim, Allah, YHW, Alloh, Gusti Allah, Sang Hyang Widhi, walau berbeda sebutan tapi semua manusia menyadari bahwa hanya Allah sajalah Tuhan yg telah menciptakan alam semesta beserta isinya .
          2. mengenai penyembahan bangsa2 diluar Israel yg menyembah banyak dewa dewi atau yg anda sebut dengan allah2 yg lain yg terjadi pada masa purba, maka sudah pasti anda tidak bisa menanyakan kepada mereka siapa sebenarnya allah2 yg mereka sembah itu. Tetapi anda jangan lupa bahwa masih ada satu agama besar yg sudah ada sejak jaman purba (mungkin sejak jaman Musa) dan masih mengenal adanya dewa-dewi hingga sekarang. bila anda menganggap bahwa agama ini adalah agama politheisme, maka silahkan anda ajukan argumen anda ini kepada penganut agama Hindu. saya sudah pernah mengajukan argumen ini kepada teman saya yg beragama Hindu, dan ternyata dia membantahnya dengan keras. dia dengan tegas menyatakan bahwa agamanya adalah menganut ajaran monotheisme dan hanya menyembah kepada satu Tuhan yaitu Sang Hyang Widhi. Sang Hyang Widhi Yang Maha Esa mempunyai Tiga Pribadi yg dikenal sebagai trimurti yaitu Brahma sebagai sang Pencipta, Wishnu sebagai sang pelindung dan Shiwa sebagai sang penghancur. maka saya sebut dia sebagai penganut ajaran polinitas,namun dia menolak karena takut disamakan dengan ajaran kristen yg menganut faham trinitas. Jadi saya tekankan sekali lagi bahwa agama hindu yg sudah ada sejak jaman purba dan mengenal adanya dewa-dewi seperti halnya kaum yg mengenal El, baal dan sebagainya, bukanlah penganut faham politheisme, mereka juga penganut faham monotheisme dengan Tuhan yg memiliki banyak pribadi dan bentuk. Jadi kesadaran akan adanya Tuhan Yg Maha Esa sudah dimiliki oleh seluruh manusia sejak Adam hingga sekarang.

          3. Hal penyembahan patung sebagai Allah,
          mungkin saya disini tidak dapat membuat huruf miring dengan garis bawah seperti anda, tapi saya akan ganti penekanan kata dengan huruf besar,

          “Orang-orang yang percaya kepada patung pahatan akan berpaling ke belakang dan mendapat malu, yaitu orang-orang yang berkata kepada patung tuangan: “Kamulah allah kami!” (Yes 42:17)
          ingat dalam bahasa ibrani tidak dikenal adanya huruf besar dan kecil. jadi jelas maksud ayat ini adalah bagi orang2 yg mempersonifikasikan Allah dengan patung.

          “Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah….. SIAPAKAH YANG MEMBENTUK ALLAH DAN MENUANG PATUNG YANG TIDAK MEMBERI FAEDAH?… Mungkin ia menebang pohon-pohon aras…. Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya…. Dan sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: “Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!” (Yes 44: 9-17)
          ayat ini semakin memperkuat argumen saya tentang arti dari berhala yaitu Wujud/Bentuk Allah. siapakah yg akhirnya terkena ayat ini?? orang yg mewujudkan/membentuk Allah dalam bentuk Yesus dan menuang patung yg dipajang digereja kemudian menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: “Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!”

          dan kemudian tulisan anda yg ini, (di sinilah terjadi ketidaksesuaian ejaan, karena kalau menurut KS Indonesia tertulis, “Hai Israel, inilah Allah-mu….”, padahal menurut bahasa aslinya, sesungguhnya adalah “allah- allahmu”, tidak dengan huruf besar).(Inggrid)
          entah mungkin disini anda ingin merevisi alkitab anda yg berbahasa Indonesia atau anda yg sedang memaksakan kehendak, tidak ada dibahasa asli injil (ibrani) memakai huruf kecil seperti yg anda tulis. kalau memang terjemahan Indonesia itu salah, maka sudah seharusnya orang2 kristen segera menarik seluruh alkitab dari peredaran dan membuat cetakan baru dengan huruf kecil. kesalahan yg sedikit ini ternyata berakibat sangat fatal.

          4. Ayat Kel 32:4 dengan analoginya,
          menurut saya masih sangat sesuai, silahkan anda kembali melihat argumen2 saya diatas, membuat patung sebagai personifikasi Allah (dalam bahasa Ibrani tidak ada huruf besar dan kecil) adalah dilarang keras. membuat patung Yesus/berhala dan beribadah didepannya jelas dilarang. ibadah umat yahudi adalah membuat korban bakaran dan ibadah umat katolik adalah membuat nyanyian dan pujian.

          5. Efesus 5:5
          setahu saya bahwa kalimat yg ada didalam tanda kurung adalah bukan ayat asli melainkan penambahan dari penterjemah, dan parahnya didalam alkitab, kalimat2 dalam kurung tiba2 kehilangan kurungnya sehingga menjadi bagian dari alkitab. penafsiran penterjemah tiba2 bisa menjadi ayat kitab suci. disinilah terlihat bahwa sang penterjemah sedang berusaha memelintir arti dari berhala. menurut saya sang penterjemah sebenarnya mempunyai pemahaman yg sama dengan saya tentang arti berhala, namun sang penterjemah berusaha memelintirnya karena menyadari bahwa Yesus adalah termasuk dari arti berhala itu sendiri.

          6. Definisi berhala

          Dalam menentukan definisi sesuatu kita tidak bisa menggantungkan pada pendapat seseorang atau beberapa orang yang tidak mewakili pandangan umum. Idolatry, menurut definisi yang umum dikenal adalah seperti yang dicantumkan di Wikipedia yaitu: “worship of any cult image, idea, or object, as opposed to the worship of a monotheistic God” (penyembahan gambar kultus, ide, atau objek, yang berlawanan dengan penyembahan kepada Allah yang Satu). Seseorang dapat saja memiliki definisi ‘berhala’ yang berbeda daripada ini, tetapi definisi inilah yang umumnya dipegang oleh masyarakat umum di seluruh dunia. (inggrid)
          ——————————————————————————
          bukankah dialkitab dijelaskan bahwa seorang mesiah akan datang membawa kebenaran dan kebenaran itu akan ditolak oleh banyak orang??? yg namanya kebenaran tetaplah kebenaran walaupun tidak diakui dan tidak berlaku pada banyak orang. silahkan anda mau mengakui definisi yg benar atau definisi yg umum??? buat saya jawaban anda diatas sudah menunjukkan bahwa anda mengakui bahwa definisi saya sudah sesuai dengan alkitab walaupun tidak sesuai dengan definisi masyarakay umum. namun anda sepertinya malu untuk memegang kebenaran karena bertentantangan dengan masyarakat umum.

          7.Komentar anda tentang ibu yang memilih pergi pesiar daripada beribadah pada hari Minggu.
          sudah jelas bahwa dalam alkitab yg dinamakan berhala adalah objek yg personifikasi sebagai Allah dan disembah2. jadi kalau yg seperti itu tidak bisa dikatakan sebagai berhala karena tidak ada objek yg dipersonifikasikan sebagai Allah dan tidak ada objek yg disembah sebagai Allah. hal itu hanyalah bentuk perbuatan yg melalaikan diri dari menyembah Allah dan dosanya sama dengan dosa orang yg menyembah berhala seperti pemahaman sang penterjemah dalam efesus. jadi bisa anda fahami perbedaannya???

          8. Bernyanyi memuji Tuhan di depan patung adalah penyembahan berhala?
          Tanggapan saya: Orang yang bernyanyi memuji Tuhan di depan gambar/ patung Yesus tidak menyembah patung itu, tetapi kepada Tuhan Yesus yang digambarkan oleh gambar/ patung itu. Ini sama seperti orang memberi hormat kepada bendera dan menyanyikan Indonesia Raya di depan bendera, maknanya bukan menghormati sepotong kain bendera merah putih, tetapi menghormati bangsa Indonesia yang dilambangkan oleh bendera merah putih itu. (Inggrid)
          ——————————————————————————-
          berarti umat Israel dalam keluaran juga tidak menyembah patung anak lembu, tetapi kepada allah yg kata anda huruf kecil yg digambarkan/dilambangkan dengan patung anak lembu emas itu. Ini sama seperti orang memberi hormat kepada bendera dan menyanyikan Indonesia Raya di depan bendera, maknanya bukan menghormati sepotong kain bendera merah putih, tetapi menghormati bangsa Indonesia yang dilambangkan oleh bendera merah putih itu.

          9.Tentang Latria dan Dulia
          walau anda mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, maka tetap saja anda dilarang menyembah Yesus sebagai latria karena memang tidak ada perintah dalam alkitab untuk menyembah Yesus. beda dengan penyembahan kepada Allah yg memang ada perintahnya sendiri dari Allah untuk menyembah diriNya dalam kel 20:1-6, bahkan Yesus sendiri memberikan perintah tersebut dalam yohanes 4:23. Jadi Yesus tidak bisa disembah sebagai latria karena tidak ada ajaran Yesus yg mengajarkan untuk menyembah dirinya.

          • Shalom Hamba Tuhan,

            1. Perbedaan Allah dan allah dalam bahasa Ibrani.

            Anda benar sewaktu mengatakan bahwa dalam bahasa Ibrani tidak dikenal huruf besar atau kecil. ֱאֹלִהים disebut sebagai "’elōhiym"/ elohim dan mengacu kepada kata morfologis plural yang artinya "a plural of majesty, dignity or excellence";sehingga dapat diterjemahkan sebagai ‘God‘ atau ‘gods/ god‘ tergantung konteks kalimatnya. ’elōhiym adalah bentuk jamak dari el atau eloah, namun akhiran ‘im ini tidak berarti sebagai ‘gods‘/ allah- allah, ketika kata tersebut dipakai untuk mengacu kepada Allah Israel yang satu; sebab pada konteks ini, kata kerja yang digunakan adalah singular verb (kata sifat tunggal) dan singular adjective (kata sifat tunggal).

            Dalam pemikiran monotheisme Yahudi, kata ‘elohim‘ yang mengacu kepada Allah Yahudi, mempunyai kata kerja/ sifat yang tunggal, sehingga diterjemahkan sebagai "Allah", sedangkan jika kata ‘elohim‘ itu mengacu kepada allah lain yang bukan Allah, [dan umumnya dengan kata kerja/ sifat plural] maka diterjemahkan sebagai "allah- allah". Di sinilah mulai muncul terjemahan dengan huruf kecil dan huruf besar. Maka penerjemahan kata tersebut harus melihat konteksnya: 1) kata kerja/ kata sifat yang mengikutinya (apakah singular/ tunggal atau plural/ jamak); 2) apakah konteksnya mengacu kepada Allah Israel atau bukan. Di sini peran kata kunci lainnya menjadi penting, seperti kata ‘’aḥēr= lain/ other‘. Karena jika ada, ‘(elohim) lain’ diterjemahkan sebagai ‘allah- allah/ allah lain’ [karena konsep monotheism tidak mengenal adanya Allah lain].

            Penggunaan kata ‘elohim’ yang diterjemahkan sebagai ‘Allah’ dan ‘allah’ dapat dilihat contohnya di sini:

            "I am the LORD, your God (elohim), who brought you out of the land of Egypt, out of the house of slavery. You shall have no other gods (elohim) before Me."(Ex 20:2-3)

            "Akulah TUHAN, Allah (elohim)mu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah (elohim) lain di hadapan-Ku." (Kel 20:2-3)

            Pada kalimat pertama, kata ‘elohim‘ dapat diterjemahkan menjadi ‘God/ Allah’ karena ‘elohim’ di sini mengacu kepada YHWH, nama Allah yang Satu, dan juga ditunjukkan dengan kata pronoun dan verb yang tunggal. Sedangkan di kalimat kedua ‘elohim‘ diterjemahkan menjadi ‘gods/ allah- allah/ allah’, karena konteksnya menunjuk kepada allah yang lain. Maka tidak benar bahwa para penerjemah dapat menerjemahkan seenaknya, sebab penerjemahan tersebut harus melihat konteksnya, dan konteksnya sebenarnya cukup jelas.

            Sekarang pada perikop yang dibicarakan, yaitu Ex/Kel 32: 1, 4, 7-8. Kitab Suci Bahasa Inggris pada ayat- ayat ini (Ex 32: 1,4, 7,8) umumnya menerjemahkan ‘elohim‘ menjadi ‘gods/ godbukan ‘God’. Versi Douay Rheims terjemahan Vulgate, RSV (Revised Standard Version), KJV (King James Version), menerjemahkan ‘elohim‘ pada ayat- ayat ini sebagai "gods", sedangkan NAB (New American Bible) menerjemahkannya sebagai "god".

            "Up, make us gods (elohim), who shall go (אלך yālaḵ, kata kerja plural dalam bahasa Ibrani) before us; as for this Moses, the man who brought us up out of the land of Egypt, we do not know what has become of him (v.1) "These (אלה plural dalam bahasa Ibrani) are your gods (elohim), O Israel, who brought you up out of the land of Egypt!" (v.4) And the LORD said to Moses, "Go down; for your people, whom you brought up out of the land of Egypt, have corrupted themselves; they have turned aside quickly out of the way which I commanded them; they have made for themselves a molten calf, and have worshiped it and sacrificed to it, and said, ‘These (אלה plural dalam bahasa Ibrani) are your gods (elohim), O Israel, who brought you up out of the land of Egypt!’" (v.7-8) (RSV)

            Di sini, konteks ‘elohim‘ adalah ‘gods /god‘ (allah- allah/ allah lain), dan bukan God (Allah). Sebab kata kerja dan kata artikel penunjuknya memakai bentuk jamak, dan dengan demikian tidak mengacu kepada Allah yang Satu. Sayangnya, LAI (1976) menerjemahkan ‘elohim‘ Kel 32 ay. 1 dengan kata ‘allah’, namun pada ay. 4, 7-8, ‘elohim‘ diterjemahkan dengan kata ‘Allah’, sehingga memang menjadi tidak konsisten:

            "Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir–kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia (ay1). Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir! (ay.4) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir. (ay. 7-8)"

            Terjemahan ayat- ayat ini lebih konsisten terlihat dalam versi LAI bahasa Indonesia sehari-hari (1985), yang menerjemahkan ‘elohim‘ pada Kel 32 ay.1, 4, 7 dan 8 dengan kata ‘ilah’.

            "Waktu bangsa Israel melihat bahwa Musa lama sekali tidak turun dari gunung, tetapi masih di sana juga, mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya, "Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Musa, orang yang telah membawa kita keluar dari Mesir; jadi buatlah untuk kami ilah yang akan memimpin kami… Harun mengambil anting-anting itu, lalu dileburnya dan dituangnya ke dalam sebuah cetakan dan dibuatnya sebuah patung sapi. Bangsa itu berkata, "Hai Israel, inilah ilah kita yang mengantar kita keluar dari Mesir! ….Maka TUHAN berkata kepada Musa, "Turunlah segera, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari Mesir sudah berbuat jahat. Mereka sudah menyimpang dari perintah-perintah-Ku. Mereka membuat patung sapi dari emas tuangan, lalu menyembahnya dan mempersembahkan kurban kepadanya. Kata mereka, itulah ilah mereka yang membawa mereka keluar dari Mesir."

            Namun terlepas dari apakah diterjemahkan sebagai "allah/ ilah atau Allah", kita sudah memahami konteksnya bahwa meskipun dikatakan sebagai "Allah" oleh bangsa Israel pada Kel 32:4 (jika menggunakan terjemahan LAI 1976), kata Allah ini tidak mengacu kepada Allah yang sesungguhnya. Sebab kenyataannya Allah marah, karena Allah sudah mengetahui maksud pembuatan patung itu yaitu untuk "membuat" allah lain (ay. 1) dan allah buatan ini tidak sama dengan Allah yang sesungguhnya.

            Selanjutnya, penerjemahan ‘elohim‘ sebagai ‘Allah’ baru tepat pada ayat ke -11 (Kel 32:11), di mana dikatakan:

            "Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allah (elohim) nya, dengan berkata: "Mengapakah, TUHAN, murka-Mu bangkit terhadap umat-Mu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat?"

            Di sini, ‘elohim‘ diterjemahkan sebagai Allah karena: 1) kata ‘murka-Mu’ mengacu kepada kata singular (ap̱) dalam bahasa Ibrani, 2) elohim di sini mengikuti kata TUHAN/ YHWH/yehōwāh, yang merupakan nama Tuhan yang esa dan kudus; 3) sangat jelas dari konteksnya bahwa di sini, elohim = Allah Israel.

            2. Mengenai polytheism bangsa- bangsa di luar Israel.

            Memang kita tidak dapat menanyakan hal polytheisme langsung kepada bangsa- bangsa purba yang sudah punah itu, tetapi hal itu dicatat baik di dalam Kitab Suci maupun dalam sejarah, dan bukti arkheologis-nya pun ada.

            Pengertian polytheism dalam Kitab Suci Perjanjian Lama nyata dalam bentuk penyembahan berhala terhadap allah- allah bangsa- bangsa Kanaan, yaitu yang disebut Baal (Hak 2:11-13; 6-23), Baal- berith (Hak 8:33; 9:4), Baal-peor (Bil 25:1-3), Chemosh (Bil 21:29), Molekh (Im 18:21), Baalzebub (2 Raj 1:2, 16), Astoret (Hak 2:13; 1 Raj 11:33), Dagon (Hak 16:23; 1 Sam 5:1-3) dan masih banyak nama lainnya. Allah tidak berkoalisi dengan allah- allah ini, dan melarang bangsa Israel untuk menyembah allah- allah ini. "…. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah." (Yes 45:5,6,14,18,21,22, lih. Ul 4:35, 39, Yl 2:27)

            Sedangkan jika anda klik di Wikipedia tentang polytheism, maka anda akan memperoleh pengertiannya, yang memang merupakan penyembahan kepada banyak allah, jadi cocok dengan definisi dalam Kitab Suci. Polytheism yang disebut dalam Kitab Suci Perjanjian Lama adalah dewa- dewa Sumeria, yaitu golongan dewa- dewa Kanaan. Berikut ini adalah jenis polytheism yang dikenal secara historis (Sumber Wikipedia):

            "Polytheism is the belief in and/or worship of multiple deities, called gods and/or goddesses.…. Some well-known historical polytheistic pantheons include the Sumerian gods and the Egyptian gods, and the classical attested pantheon which includes the Ancient Greek religion, and Roman Religion. …" Lalu jika diklik Sumerian, tertulis demikian, "Many stories in Sumerian religion appear similar to stories in other Middle-Eastern religions. Gods and Goddesses from Sumer have similar representations in the religions of the Akkadians, Canaanites, and others"

            Di sini polytheism tidak dikatakan berhubungan dengan personifikasi Allah yang satu, melainkan hanya dikatakan "multiple deities, gods and goddesses".

            Jadi prinsip utamanya di sini, polytheism adalah suatu bentuk pengakuan/ penyembahan terhadap banyak allah/ dewa/ dewi. Walaupun menurut teman anda yang beragama Hindu, dewa/ i (misalnya Annapurna, Ganesha, Maya, Ram, Saraswati, Balrama, Hanuman, Krishna, Durga, Ganga, Lakshmi, dst.) adalah personifikasi Trimurti/ Sang Hyang Widhi, namun prinsip ini tidak dikenal dalam tradisi Yahudi dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Sebaliknya, yang diajarkan adalah hanya ada satu Allah dan tidak ada yang lain (lih. Yes 45:5,6,14,18,21,22, Ul 4:35, 39, Yl 2:27). Oleh karena itu anda tidak bisa memaksakan pengertian ‘personifikasi’ Trimurti yang dihayati oleh umat Hindu ke dalam ajaran Kristiani.

            Saya tidak ingin memperpanjang ajaran Hinduism di sini sebab pengertian monotheism dalam Hinduism tidak sama dengan konsep monotheism dalam ajaran Kristiani. Agama Kristiani tidak mengajarkan adanya konsep ‘percikan’ Allah yang terdapat di semua ciptaan, demikian juga konsep bahwa Allah dapat "dipersonifikasikan" dalam beragam bentuk mahluk ciptaan. Yang dikenal dalam ajaran Kristiani adalah: 1) Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah (Kej 1: 26); dan 2) karena itu, untuk menyatakan Diri-Nya, Allah menjelma menjadi manusia (lih. Yoh 1:14; Flp 2:5-11). Dengan prinsip ini, maka penggambaran Allah tidak mungkin digambarkan dalam rupa mahluk ciptaan yang lain, kecuali dalam rupa manusia, dalam hal ini adalah Yesus Kristus.

            3. Penggambaran allah dengan patung tuangan tidak sama dengan penggambaran Allah dengan patung Yesus

            Dengan demikian, anda tidak dapat menyamakan penggambaran allah dalam bentuk patung lembu tuangan dengan penggambaran Allah dengan patung Yesus. Karena pada kasus pertama, Allah marah bahwa umat Israel membuat allah lain di hadapan-Nya dan kemudian menyembah patung itu. Sedangkan pada kasus kedua (penggambaran Allah dalam rupa patung Yesus), tidaklah ditentang Allah karena: 1) Patung itu hanya gambaran dari Allah yang telah terlebih dahulu menggambarkan diri-Nya dengan penjelmaan-Nya sebagai manusia, yaitu Yesus Kristus (Kol 1:15); 2) Patung itu tidak disembah sebagai allah; 3) Nyanyian ataupun doa itu tidak ditujukan kepada patung itu, tetapi kepada Tuhan Yesus yang digambarkannya. Seperti anda pasti juga tidak mau dikatakan menyembah berhala pada saat berdoa di depan Kaabah, maka umat Katolik juga tidak menyembah berhala saat berdoa di depan patung Yesus; karena memang yang terpenting bukan bentuk fisiknya tetapi maknanya/ apa yang dilambangkannya.

            Maka, tanpa patung itupun umat Katolik tetap dapat beribadah. Hal ini tidak sama dengan para penyembah dewa/i yang mensyaratkan penyembahan kepada patung itu dengan korban-korban bakaran sebagai ibadah mereka, seperti yang dikisahkan berkali- kali di dalam sejarah bangsa Israel yang jatuh dalam dosa penyembahan berhala (Hak 2:11-15; 2 Raj 17:7-12, Yer 32:28-35) dan bangsa-bangsa di sekitarnya, dan inilah yang disebut sebagai ‘berhala’ pada konteks kitab Perjanjian Lama.

            4. Analogi Kel 32:4?

            Dengan penjelasan di atas, maka penyembahan umat Israel terhadap patung lembu tuangan pada Kel 32: 4 tidak dapat digunakan sebagai analogi terhadap penghormatan terhadap patung Yesus. Karena pada kasus patung lembu itu, yang disembah adalah patungnya yang menggambarkan allah lain, yang disembah dengan korban-korban bakaran. Sedangkan patung Yesus dalam ibadah umat Katolik merupakan gambaran Yesus yang adalah gambaran dari Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15), dan patung itu tidak disembah- sembah. Nyanyian atau doa- doa tidak ditujukan kepada patung itu, tetapi kepada Yesus yang dilambangkannya. Ini serupa dengan umat Islam yang berdoa di depan Kaabah, yang tentu tidak menyembah batu hitam itu, tetapi tetap menyembah Allah.

            5. Efesus 5:5

            Anda keliru kalau mengartikan bahwa kalimat yang ada di dalam tanda kurung dalam Kitab Suci artinya "ditambahkan" oleh penerjemah. Adanya tanda kurung tersebut disebabkan karena perbedaan manuskrip yang ada pada saat penyalinan. Jika anda mengetahui sejarah terbentuknya Kitab Suci yang melibatkan banyak sekali proses penyalinan, dan bahwa Kitab Suci tidak pernah mengalami standarisasi manuskrip, maka sangat umum jika dalam penyalinan ayat yang sama terdapat manuskrip yang sedikit berbeda. Namun ini tidak mengubah arti yang ingin disampaikannya, dan malah menunjukkan keotentikan pesan aslinya, karena walaupun tidak distandarisasi, namun secara umum tetap memberikan pesan yang sama.

            Silakan anda melihat kutipan Ef 5:5 kembali yang saya sertakan di jawaban saya sebelumnya, dan anda akan mengetahui bahwa ada atau tidak ada tanda kurung, tidak mengubah arti ayat yang hendak disampaikan. Apalagi jika anda melihat bahwa maksud yang disampaikan pada Ef 5:5 juga sejalan dengan ayat- ayat lainnya dalam Kitab Suci:

            Ef 5:5, "Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah."

            Kol 3 :5-6, "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah…"

            Mat 6:24, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
            Di sini Mamon dapat diartikan sebagai kekayaan atau keserakahan atau dewa uang. Maka penyembahan kepada kekayaan/ dewa uang inilah yang disebut berhala.

            Dengan melihat makna yang disampaikan oleh ayat- ayat yang lain dalam Kitab Suci, kita dapat memahami ayat Ef 5:5. Maka tidak benar jika anda mengatakan, "penafsiran penterjemah tiba2 bisa menjadi ayat kitab suci. disinilah terlihat bahwa sang penterjemah sedang berusaha memelintir arti dari berhala. menurut saya sang penterjemah sebenarnya mempunyai pemahaman yg sama dengan saya tentang arti berhala, namun sang penterjemah berusaha memelintirnya karena menyadari bahwa Yesus adalah termasuk dari arti berhala itu sendiri."

            Silakan dilihat secara obyektif bahwa tidak ada maksud memelintir arti berhala di sini, sebab di ayat- ayat lain dalam Kitab Suci, berhala diartikan sebagai "menduakan Allah", atau manusia mengabdikan diri kepada sesuatu hal duniawi yang bukan Allah. Maka kalau seorang menyembah Yesus, ia tidak menyembah berhala, karena Yesus itu adalah Allah sendiri.

            6. Definisi berhala

            Maksud saya mengacu kepada definisi ‘berhala’ yang umum, adalah untuk mencari titik berangkat yang sama dalam diskusi kita. Sayangnya anda berkeras memegang definisi anda pribadi tentang ‘berhala’ (yaitu: berhala sebagai personifikasi Allah) yang tidak cocok dengan definisi umum tersebut. Penekanan saya adalah kita tidak dapat mengandalkan pengertian kita kepada definisi yang dibuat oleh sekelompok orang saja. Beberapa definisi ‘berhala’/ idolatry dari sumber- sumber yang obyektif adalah:

            1) worship of any cult image, idea, or object, as opposed to the worship of a monotheistic God (dari Wikipedia);
            2)a) the worship of a physical object as a god; b) : immoderate attachment or devotion to something (dari Merriam Webster);
            3)a)the religious worship of idols. b) excessive or blind adoration, reverence, devotion, etc. (dari Dictionary.com)

            Definisi tersebut juga cocok dengan pengertian ‘berhala’ dalam Kitab Suci. Sebab Allah dalam Kel 20:3 jelas mengatakan,

            "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu…."(Kel 20:3-5)

            "Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN, Allahmu. (Im 26:1)

            "Mereka membangkitkan cemburu-Ku dengan yang bukan Allah, mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan berhala mereka." (Ul 32:21)

            "Janganlah engkau menanam sesuatu pohon sebagai tiang berhala di samping mezbah TUHAN, Allahmu…(Ul 16:21)

            "Jangan ada di antaramu allah lain, dan janganlah engkau menyembah allah asing (Mzm 81:10)

            Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Mat 6:24)

            Ayat- ayat yang disebut di atas ini tidak mengatakan tentang personifikasi Allah sebagai dewa- dewi. Ayat- ayat tersebut intinya adalah Allah melarang penyembahan terhadap allah lain selain Dia. Maka, mengabdikan diri kepada sesuatu yang lain selain Allah adalah ‘berhala’. Dengan kata lain, ‘berhala’ adalah menghargai sesuatu atau seseorang dengan cara sedemikian, sehingga menghalangi kasih dan kepercayaan yang harusnya diberikan kepada Tuhan.

            Kalau anda mengatakan bahwa definisi umum dari ‘berhala’ ini bisa salah, maka sebenarnya anda mempunyai resiko kesalahan yang lebih besar, karena anda mendasarkan definisi ‘berhala’ berdasarkan pengamatan anda sendiri.

            7. Komentar anda tentang ibu yang memilih pergi pesiar daripada beribadah pada hari Minggu.

            Memang penyembahan berhala pada konteks Perjanjian Lama umumnya digambarkan dengan penyembahan allah- allah lain yang dinyatakan dalam bentuk patung- patung. Namun pada konteks Perjanjian Baru, Yesus mengajarkan makna yang lebih luas dari berhala dengan patung- patung tersebut. Ia menekankan aplikasi ayat Kel 20:3 yaitu "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.": sehingga allah ini memang dapat diartikan sebagai sesuatu yang kepadanya manusia menghambakan dirinya, seperti kepada Mamon/ uang, kekayaan dan keserakahan (lih. Mat 6:24), kesenangan duniawi, iri hati, kebencian (Rom 6:19, Tit 3:3) ataupun kekuasaan (Why 13:8).

            Ini seperti arti kata, perintah "Jangan membunuh" pada Perjanjian Lama (Kel 20: 13; Ul 5:17) diperbaharui oleh Yesus dalam Perjanjian Baru pada khotbah di bukit bahwa sebagaimana orang yang membunuh harus dihukum, demikian pula orang yang marah terhadap saudaranya dan berkata kepada saudaranya, "Kafir!" (lih. Mat 5: 21). Selanjutnya, Rasul Yohanes mengajarkan, "Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya." (1 Yoh 3:15). Maka di sini kita mengetahui bahwa "membunuh" mempunyai arti yang lebih luas daripada ‘menghilangkan nyawa seseorang’, sebab orang yang membenci pada hakekatnya telah ‘membunuh’ orang yang dibenci di dalam hati dan pikirannya, dan menganggap orang itu sudah tidak ada lagi.

            Maka, hal serupa terjadi dalam pengartian "berhala." Pada PL konteksnya memang lebih terbatas, yaitu pemujaan kepada allah lain dalam bentuk patung- patung, sedangkan dalam PB maknanya dikembalikan kepada hakekatnya yang semula, yaitu, pengabdian kepada sesuatu yang bukan Allah. Maka artinya dapat mengacu kepada 1)penyembahan patung/ dewa-dewi yang dilambangkannya ataupun 2) pengabdian diri kepada kekayaan, kekuasaan, kesenangan duniawi, percabulan, dst, yang dijadikan ‘allah’ lain.

            Dalam konteks inilah kita dapat menilai kasus ibu yang memilih untuk tidak ke gereja pada hari Minggu: yaitu sejauh mana ia telah menggantikan Tuhan dalam hidupnya dengan sesuatu yang lain (dalam hal ini anaknya)? Kalau memang ibu itu dalam kesehariannya sudah menempatkan sang anak di tempat Tuhan, sehingga ia menomorsatukan anaknya dan di atas Tuhan, maka itu dapat dikatakan berhala. Tetapi kalau kejadian itu terjadi karena kelalaian sesekali, sedangkan secara umum ibu itu tetap menomorsatukan Tuhan, maka itu bukan berhala, tetapi lalai.

            8. Penyembahan di depan patung = penyembahan berhala?

            Anda mengatakan: "berarti umat Israel dalam Keluaran juga tidak menyembah patung anak lembu, tetapi kepada allah yg kata anda huruf kecil yg digambarkan/dilambangkan dengan patung anak lembu emas itu."

            Dalam hal ini anda benar, sebab inti dari berhala di sini adalah entah menyembah patungnya atau allah lain yang dilambangkannya. Karena di sini orang Israel memang menyembah patung, ataupun allah lain yang dilambangkannya, maka mereka menyembah berhala.

            9. Tentang Latria dan Dulia.

            Anda mengatakan, "walau anda mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, maka tetap saja anda dilarang menyembah Yesus sebagai latria karena memang tidak ada perintah dalam alkitab untuk menyembah Yesus. beda dengan penyembahan kepada Allah yg memang ada perintahnya sendiri dari Allah untuk menyembah diriNya dalam kel 20:1-6, bahkan Yesus sendiri memberikan perintah tersebut dalam yohanes 4:23. Jadi Yesus tidak bisa disembah sebagai latria karena tidak ada ajaran Yesus yg mengajarkan untuk menyembah dirinya."

            Tanggapan saya: Karena Yesus adalah Tuhan maka sudah selayaknya Ia disembah secara latria. Mereka yang mengakui ke- Allahan Yesus akan menyembah-Nya. Berikut ini adalah contohnya:

            Orang yang buta sejak lahirnya dan disembuhkan oleh Yesus, berkata, "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya. (Yoh 9:38)

            Para perempuan yang mengunjungi kubur Yesus juga mengenali Kristus yang bangkit sebagai Tuhan, sehingga mereka menyembah-Nya.
            Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka [para perempuan yang mengunjungi kubur Yesus] dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. (Mat 28:9)

            Ketika Yesus menampakkan diri kepada para murid setelah kebangkitan-Nya, Thomas, Rasul yang awalnya tidak percaya menyaksikan sendiri bahwa Yesus sungguh hidup dan ia berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku”. Mendengar hal ini, Yesus tidak menyanggahnya (ini menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah), melainkan Ia menegaskan pernyataan ini dengan seruanNya agar kita percaya kepadaNya meskipun kita tidak melihat Dia (Yoh 20: 28-29)

            "Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Flp 2:5-11)

            Silakan anda membaca artikel- artikel Kristologi ini untuk mengetahui bahwa Kristus sungguh adalah Tuhan, sehingga Ia layak disembah sebagai Tuhan.

            Saksi Yehuwa bukanlah saksi Kristus
            Yesus, sungguh Allah sungguh manusia
            Trinitas: Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi
            Yesus, Tuhan yang Dinubuatkan Para Nabi
            Kristus yang kita imani = Yesus menurut sejarah
            Inkarnasi adalah Immanuel, Allah yang Beserta Kita
            Mengapa Orang Kristen Percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan?

            Demikianlah, Hamba Tuhan, yang dapat saya tuliskan untuk menanggapi komentar anda. Saya ingin mengakhirinya sampai di sini, sebab saya rasa sudah cukup kita menyampaikan argumen kita masing- masing.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

            • terimakasih saudari Inggrid atas jawabannya, untuk yg terakhir dan silahkan anda renungi kembali dengan benar jawaban2 saya. mungkin pemahaman2 saya akan alkitab bertentangan dengan pemahaman2 yg selama ini anda terima dalam ajaran katolik.

              1. Perbedaan Allah dan allah dalam bahasa Ibrani. Anda benar sewaktu mengatakan bahwa dalam bahasa Ibrani tidak dikenal huruf besar atau kecil. ֱאֹלִהים disebut sebagai "’elōhiym"/ elohim dan mengacu kepada kata morfologis plural yang artinya "a plural of majesty, dignity or excellence";sehingga dapat diterjemahkan sebagai ‘God‘ atau ‘gods/ god‘ tergantung konteks kalimatnya. (Inggrid) =========================================== konteks kalimat yg anda maksud disini adalah tergantung dari sang penafsir. maka silahkan anda baca kembali kel:

              (1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir–kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia."
              (2) Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku."
              (3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun.
              (4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" maka secara konteks jelas bahwa allah pada pasal 1 perwujudan Allah yg akan dibuat dengan tangan mereka ("Mari, BUATLAH untuk kami allah"), lalu harun membuatkan perwujudan Allah tersebut dalam bentuk patung anak lembu emas. dan mereka menegaskan kembali bahwa patung anak lembu emas tersebut sebagai perwujudan Allah dengan mengatakan, "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" secara kontekstual pada masa itu umat Israel hanya mengenal dan tahu bahwa Allah yg telah menuntun mereka keluar dari Mesir hanyalah Allah Nabi Musa.

              JAdi tetap saja argumen anda yg berputar-putar pada akhirnya mendukung argumen awal saya. Jadi allah dalam huruf kecil yg merupakan berhala diartikan secara jamak adalah perwujudan2/personifikasi Allah dalam bentuk Tunggal. JAdi allah inipun bisa diartikan berhala yaitu allah Bapa, allah Putera dan allah Roh Kudus, karena ini juga bentuk jamak dari Allah yg tunggal. saya tidak perlu lagi menjawab pertanyaan2 anda yg lainnya karena subtansi Yesus sebagai berhala/perwujudan Allah (allah dalam bentuk jamak) sudah dapat dibuktikan dengan dalil2 yg anda ajukan. Diskusi ini sekaligus sebagai bukti kebenaran definisi yg saya buat berdasarkan konteks alkitab yg menurut anda tidak sama dengan definisi2 yg ada pada umumnya.

              [Dari Katolisitas: pesan ini digabungkan karena masih dalam topik yang sama] sedikit saya memberikan tanggapan tentang hal ini, Pertama- tama perlu saya luruskan dahulu di sini bahwa umat Katolik tidak pernah mem- personifikasikan patung sebagai Allah, (Inggrid) ==================

              namun umat katolik mempersonifikasikan patung Yesus sebagai Yesus yg merupakan perwujudan/berhala Allah. jadi sama saja dengan umat Israel yg membuat patung anak lembu sebagai personifikasi anak lembu yg dianggap sebagai perwujudan/berhala Allah. sama seperti anda (jika anda Muslim) tidak pernah mem-personifikasikan batu hitam Kaabah sebagai Allah (Inggrid)

              ====================

              setahu saya memang muslim tidak pernah mempersonifikasikan Batu Hitam Ka’bah sebagai Allah. batu hitam tersebut sering dicium ketika beribadah haji adalah mengikuti kegembiraan Ismail yg telah menemukan kembali batu itu yg sempat hilang terbawa banjir. kegembiraan Ismail diluapkan dengan mencium batu tersebut, dan kemudian hal ini diikuti sebagai sunnah (tidak wajib) bagi orang yg memgikutinya. sedangkan Ka’bah adalah sebagai poros ketika orang sedang melakukan ibadah thawaf, dan sebagai kiblat bagi orang2 yg Sholat. Tidak ada umat Islam yg mengatakan bahwa Ka’bah sebagai ” Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!” Alat/tempat beribadah dengan berhala Allah adalah jelas berbeda. Rosario, gereja, salib, MAsjid, Ka’bah, sinagog, tembok ratapan adalah alat/tempat beribadah. patung lembu emas, patung yesus, patung kresna adalah patung berhala/perwujudan Allah yg jelas dilarang dibuat menganggap Yesus sebagai penggambaran/Wujud/Bentuk Allah adalah dilarang apalagi membuat patungnya “Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah….. SIAPAKAH YANG MEMBENTUK ALLAH DAN MENUANG PATUNG YANG TIDAK MEMBERI FAEDAH?…

              mungkin saudari Inggrid menganggap bahwa saya tidak pernah mau membaca tentang penafsiran ke Allahan Yesus yg banyak bertebaran disini. namun bila anda mau berangkat dari pemahaman tentang berhala yg ada dalam PL, maka tentu saja anda tidak akan berani menjadikan Yesus sebagai gambaran/Wujud Allah. namun karena anda berangkat dari pemahaman ajaran kristen yg menjadikan Yesus sebagai penggambaran Allah,maka segala sesuatu tentang Yesus tiba2 saja bisa ditafsirkan sebagai keAllahan Yesus.

              silahkan anda baca diskusi saya dengan saudara stefanus disini https://katolisitas.org/?p=3556/comment-page-1/#comment-11518, mungkin yg lain belum bisa melihatnya karena pasti belum ditampilkan, tapi anda sebagai salah satu moderator pasti bisa melihat pemaparan saya tersebut. kepada saudara kevin (apapun agama anda), ini hanya sebagai pembanding dan referensi anda dalam memahami sesuatu. masalah anda mau memakainya atau tidak maka itu kembali kepada diri anda sendiri

              Submitted on 2010/03/16 at 5:50am membuat patung sebagai dulia jelas tidak dilarang, namun membuat patung sebagai latria maka itulah yg dilarang. mudah2an dapat menambah referensi anda. sedikit saya memberikan tanggapan tentang hal ini,

              [diedit:…. e-mail pribadi tidak ditampilkan di sini]

              Hamba Tuhan

            • Shalom Hamba Tuhan,

              Karena anda menjawab kembali walaupun sebenarnya sudah saya tutup diskusi ini maka saya juga menjawab yang terakhir kali. Setelah ini, saya mohon maaf, komentar anda yang masuk dalam sub topik ini tidak dapat saya tayangkan, untuk mencegah adanya diskusi yang berlarut- larut dengan pengulangan- pengulangan yang sudah disampaikan.

              1. Mengenai Allah dan allah.

              Saya sudah menjabarkan di atas konteks Allah dan allah dalam bahasa Ibrani. Namun anda tetap berkeras pada pengertian anda bahwa Allah yang Satu itu tidak mungkin mempunyai Pribadi lebih dari satu, sedangkan kami umat Kristiani mempercayai bahwa Allah yang Satu itu terdiri dari Tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Untuk melihat adanya Tiga Pribadi dalam diri Allah yang Satu ini dalam Perjanjian Lama, kita dapat melihat misalnya dalam kisah penciptaan di mana Allah Pencipta mengatakan, “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita….” (Kej 1:26). Ayat ini mendukung kesaksian rasul Yohanes yang mengatakan: “Pada mulanya adalah Firman, Firman itu ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh 1:1). [Ini adalah suatu ungkapan misteri Pribadi Allah yang kemudian digenapi dalam Perjanjian Baru]. Allah Bapa dan Roh Kudus-Nya yang melayang diatas permukaan air (Kej 1:2) mencipta di dalam Firman-Nya (yaitu Allah Putera) menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Contoh lain misalnya pada waktu Allah menampakkan diri kepada Abraham dalam rupa tiga orang tamu yang mengunjunginya dan menubuatkan bahwa Sara akan mengandung dan melahirkan anak baginya (Kej 18).

              Maka ketiga Pribadi ini adalah Allah (dalam huruf besar) jadi bukan allah bapa, allah putera dan allah roh kudus, tetapi: Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus, yang ketiganya adalah Satu Allah. Apa yang samar- samar digambarkan dalam Perjanjian Lama inilah yang kemudian digenapi di dalam Perjanjian Baru, di mana Kristus diutus oleh Allah Bapa untuk menjelma menjadi manusia, dan dengan demikian, menjadi “gambar Allah yang tidak kelihatan” (Kol 1:15). Kemudian Roh Kudus (Roh Kebenaran) diutus kepada para murid Kristus, setelah Ia kembali kepada Bapa (Yoh 14: 15-17; 15:26)

              Ya, saya juga sudah membaca komentar- komentar anda dalam diskusi anda dengan Stefanus, dan harus diakui bahwa titik tolak pemahaman kita berbeda.

              2. Anda mengatakan, “namun umat katolik mempersonifikasikan patung Yesus sebagai Yesus yg merupakan perwujudan/berhala Allah. jadi sama saja dengan umat Israel yg membuat patung anak lembu sebagai personifikasi anak lembu yg dianggap sebagai perwujudan/berhala Allah.”

              Sekali lagi kami tidak mempersonifikasikan patung Yesus sebagai Yesus dalam arti menganggap patung itu jelmaan Yesus. Patung itu hanya lambang/ gambar Yesus; dan bukan Yesus itu sendiri. Jadi karena kami tahu itu bukan Yesus dan memang bukan Yesus, maka kami tidak menyembah berhala. Ini serupa juga dengan pandangan anda tentang Kaabah, anda tahu batu hitam itu bukan Allah, maka meskipun anda berdoa di depannya dan bahkan menciumnya, itu bukan menyembah berhala. Sebab kaabah itu bagi anda dan mungkin bagi umat Islam lainnya hanya simbol yang membantu anda berdoa/ mengarahkan hati kepada Allah. Ini sesungguhnya yang juga dilakukan umat Katolik terhadap patung Yesus. Patung itu hanya alat saja yang membantu kami berdoa dan mengarahkan hati kepada Allah.

              3. Patung dihormati secara dulia tetapi bukan latria

              Dengan demikian, saya juga setuju bahwa tidak dilarang untuk menghormati patung secara dulia, namun tidak secara latria.

              Dasar penghormatan dulia terhadap patung itu didasari bukan karena patungnya sendiri, tetapi karena penghormatan terhadap siapa yang dilambangkannya. Ini mirip dengan kita menghormati bendera merah putih, kita menyimpannya di tempat yang baik, dan tidak membakarnya, bukan karena kita menghormati kainnya, tetapi karena menghormati negara Indonesia yang dilambangkannya. Maka penghormatan ini adalah dulia relatif.

              Penghormatan dulia lainnya (yang bukan relatif) adalah kalau kita menghormati orang tua, pahlawan, orang kudus lainnya, di mana penghormatan ini tidak pernah sama dengan penghormatan kepada Tuhan.

              Sedangkan penghormatan/ penyembahan latria, adalah penghormatan yang hanya diberikan kepada Tuhan. Dan bagi umat Kristen penghormatan ini diberikan kepada Tuhan yang Satu dalam Tiga Pribadi (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus).

              Jadi, penghormatan terhadap patung Yesus tidak pernah merupakan penghormatan latria. Yang kami hormati atau kami sembah secara latria itu adalah Yesus, dan bukan patung Yesus. Dan sekali lagi, karena kami percaya bahwa Yesus adalah Allah Putera, yang hakekatnya sama dengan Allah Bapa, maka Ia layak disembah secara latria. Dasar kepercayaan kami ini adalah wahyu dari Allah sendiri, sebab Allah sendiri yang mewahyukan bahwa Ia telah mengutus Anak-Nya sendiri ke dunia untuk menyelamatkan manusia (Yoh 3:16). Namun tentu, “Anak” di sini tidak dalam pengertian ‘anak’ menurut manusia karena hubungan perkawinan, karena Allah tidak menikah. “Anak” mengacu kepada Pribadi Allah yang Kedua, yaitu Sang Firman yang telah ada bersama- sama dengan Allah sejak awal mulanya.

              Demikian, saya menutup diskusi ini. Silakan kita bersama merenungkan kembali diskusi ini dan juga membiarkan para pembaca merenungkannya dan menilainya dengan hati nurani masing- masing.

              Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
              Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

    • Salam damai sejahtera

      Dear Ingrid

      Bagaimana kalau orang tua yang menggantungkan hidupnya pada anaknya, sehingga semua apa yang dikatakan oleh anaknya pasti dituruti ?
      Misalnya : orang tua tersebut pada hari minggu ingin pergi ke gereja, tetapi sebab anaknya mengajaknya pesiar ke gunung , maka gereja (TUHAN) ditinggalkan .

      Apakah anaknya ini juga bisa disebut sebagai berhala ?

      Salam
      Mac.

      • Shalom Machmud,

        ‘Berhala’ pada konteks PL memang lebih mudah untuk diamati, karena menyangkut ekspresi luar yang kelihatan yaitu persembahan kurban bakaran kepada patung lembu tuangan yang dianggap sebagai tuhan. Namun pada jaman sekarang ‘berhala’ itu bentuknya berbeda, lebih menyangkut kepada sikap hati yang menduakan Tuhan, yaitu menempatkan sesuatu/ ciptaan di tempat Tuhan Sang Pencipta. Walaupun memang sikap hati ini pada kesempatan tertentu dapat juga terlihat dari luar, sehingga orang lain dapat melihatnya, namun sesungguhnya, yang benar-benar dapat menilai apakah seseorang sudah melakukan ‘berhala’ dengan menggantikan Tuhan dengan sesuatu yang lain, adalah orang itu sendiri dengan Tuhan.

        Atas dasar itu marilah kita melihat kasus yang anda tanyakan:

        1. Orang tua menggantungkan hidupnya pada anak, sehingga selalu menuruti semua perkataan anaknya, apakah itu berhala?

        Ada kalanya memang orang tua menjadi sangat tergantung kepada anaknya, misalnya, karena usia lanjut ataupun keterbatasan lainnya seperti sakit, harus dibantu dalam segala hal, karena tidak dapat melakukan sendiri, misal sudah harus duduk di kursi roda, dst. Dalam hal ini bukanlah kesalahan orang tua tersebut untuk menggantungkan diri kepada anaknya. Selama ia masih berdoa dan beriman kepada Tuhan, ia tidak dapat dikatakan ‘berhala’ dalam hal ini.

        Namun masalahnya timbul, jika ternyata orang tua ini sebenarnya masih relatif sehat dan dapat berdiri sendiri. Sebenarnya tidak ada kata bahwa orang tua harus menuruti semua perkataan anak, apalagi jika itu berlawanan dengan perintah Tuhan, dalam hal ini perintah untuk menguduskan hari Tuhan (Kel 20:8). Jika orang tua itu sudah dibaptis, ia mempunyai kewajiban untuk memenuhi perintah Tuhan ini, sebagai tanda syukur dan bukti kasihnya kepada Tuhan. Dalam hal ini sesungguhnya ia mempunyai beberapa pilihan:

        a. Ikut pesiar ke gunung, dengan catatan pada hari Minggu, mencari gereja terdekat di sana untuk beribadah.

        b. Mengatakan kepada anaknya bahwa ia tidak mau ikut pesiar, melainkan ingin tinggal di rumah untuk mengikuti ibadah di gereja. Siapa tahu malah anaknya menyadari kesalahannya, dan membatalkannya.

        c. Jika sudah mengatakan hal ini kepada anaknya, ternyata anaknya tetap berkeras ingin pesiar, maka orang tua ini dapat menelpon seorang anggota jemaat yang lain untuk menjemputnya pada hari Minggu, agar ia dapat tetap beribadah. Atau, jika ia masih cukup kuat, silakan berjalan kaki atau naik kendaraan umum untuk pergi ke gereja pada hari Minggu.

        d. Jika sampai tidak ada yang ditelpon, atau semua yang ditelpon berhalangan menjemputnya, padahal ia sudah tidak kuat untuk berjalan sendiri ke gereja, maka ia tetap dapat melakukan "spiritual communion"/ ‘persekutuan rohani’. Yaitu, pada jam ibadah di gereja, orang tua itu dapat juga turut berdoa di rumah dan menyatukan dirinya dengan ibadah jemaat yang dilakukan di gereja. ‘Persekutuan rohani’, ini tetap memiliki arti di hadapan Tuhan, sebab Tuhan sudah melihat betapa orang tua itu sudah berusaha untuk memenuhi kehendak- Nya namun tidak dapat terlaksana karena faktor- faktor lain.

        Permasalahannya adalah jika orang tua itu memang benar-benar tidak mementingkan Tuhan dan beribadah kepada-Nya melainkan berfokus hanya kepada anaknya. Hanya jika kondisinya demikian, dapat dikatagorikan sebagai ‘berhala’. Namun jika sebenarnya secara umum orang tua itu masih beriman kepada Tuhan, masih berdoa, percaya kepada-Nya dan melakukan perintah-perintah Tuhan yang lain, maka satu kesempatan ia tidak ke gereja tersebut merupakan pelanggaran perintah untuk menguduskan hari Tuhan, dan bukannya melanggar perintah ‘jangan menyembah berhala’.

        2. Sekarang berhubungan dengan sang anak, yang memilih untuk pesiar daripada beribadah kepada Tuhan.

        Hal yang perlu dicermati adalah motivasi di baliknya, dan apakah ini sudah menjadi ‘kebiasaan’. Sebab pelanggaran jika terjadi sekali, dapat saja itu disebut kelalaian, tetapi jika sudah berkali- kali dan menjadi kebiasaan itu sudah tidak dapat dikatakan sebagai sekedar kelalaian. Terutama, jika sikap hati sudah mendahulukan segala yang bersifat kesenangan dan kenikmatan duniawi, seperti liburan, pesiar, tidak pernah berdoa, tidak pernah merenungkan Sabda Tuhan, tidak suka beribadah, – atau jika hal- hal rohani itu dilakukan, itu hanya ‘basa-basi’/ ala kadarnya- maka memang ini adalah motivasi yang menjelaskan mengapa akhirnya ia memilih untuk bersenang-senang sendiri daripada untuk bersyukur dan memuji Tuhan.

        Namun sekali lagi, yang paling mengetahui persis kondisinya adalah sang anak itu sendiri dan Tuhan, apakah ia sudah menggeserkan tempat Tuhan dengan segala kesenangan duniawi. Maka yang dapat kita lakukan adalah memang kita mendoakannya, dan jika memang anda mengenal keluarga itu, dan anda terpanggil dan dapat menolongnya, tawarkanlah jasa anda untuk mengantar orang tua itu untuk beribadah ke gereja pada hari Minggu jika sang anak sedang pesiar. Siapa tahu dengan ketulusan hati anda, baik orang tua dan anak itu dapat melihat pentingnya makna menguduskan hari Tuhan pada hari Minggu; dan untuk selanjutnya melaksanakannya.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

        • Berhala itu ciptaan-ciptaan Tuhan, termasuk manusia. Manusia, binatang, barang, tanaman dst.. menjadi berhala ketika semuanya itu disikapi lebih daripada Tuhan. Dengan kata lain berbakti kepada berhala berarti meninggikan ciptaan Tuhan lebih daripada Tuhan. Itu penjelasan singkat saya

          Ign.Sumarya sj

          • salom, Pastur Ign.Sumarya, SJ

            Tolong dituliskan ayat mana dalam ALKITAB=INJIL yang menuliskan bahwa : copas => Berhala itu ciptaan-ciptaan Tuhan, ?

            copas : Manusia, binatang, barang, tanaman dst.. menjadi berhala ketika semuanya itu disikapi lebih daripada Tuhan.

            indah : kalau soal yg ini gak usah dijelaskan saya yakin semua umat yang mengaku sdh dewasa rohaninya pasti tahu apa itu “Pemberhalaan”.

            Terimakasih. salom…

            • Shalom Indah,

              Kami tidak mengetahui apakah Pastor Ign Sumarya dapat menjawab pertanyaan anda karena kesibukan beliau. Berikut ini saya akan menyampaikan dasar- dasar ayat dari Kitab Suci tentang berhala, yang memang mengacu kepada benda- benda ciptaan yang kemudian disembah sebagai allah lain:

              1. Mzm 115:4-5,8:

              Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, …. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.

              2. Yes 44: 9-20:

              Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah… Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah?… Tukang kayu merentangkan tali pengukur dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah;…. ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya….

              3. Yer 10:1-16:

              Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang. Berhala itu semuanya bodoh dan dungu; petunjuk dewa itu sia-sia, karena ia hanya kayu belaka….

              4. Dan 14:1-30:

              Orang- orang Babel mempunyai berhala, Bel namanya. Untuk keperluannya setiap hari dibiayai dua belas gantang pati gandum, empat puluh gantang pati gandum, empat puluh ekor domba dan enam takaran air anggur. Rajapun memuja berhala itu dan tiap- tiap hari pergi menyembahnya. Maka dari itu berkatalah raja kepadanya: “Mengapa engkau tidak menyembah Bel?” Sahut Daniel: “Karena hamba tidak memuja berhala- berhala buatan tangan manusia, melainkan Allah yang hidup, yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang mempunyai kuasa atas segala mahluk.” …

              5. Keb 13:1-15, 19:

              …. mereka menganggap sebagai allah yang menguasai jagat raya ialah api atau angin ataupun udara kencang, lagipula lingkaran bintang- bintang atau air yang bergelora ataupun penerang- penerang yang ada di langit. Jika dengan menikmati keindahannya mereka sampai menganggapnya allah, maka seharusnya mereka mengerti betapa lebih mulianya Penguasa kesemuanya itu. Sebab Bapa dari keindahan itulah yang menciptakannya…. Tetapi celakalah orang yang menaruh harapannya pada benda mati, yang mendewakan buatan tangan manusia, yaitu emas dan perak, karya seni, dan gambaran bermacam- macam binatang, ataupun batu yang tidak berfaedah

              Maka dari beberapa kutipan di atas, kita ketahui bahwa berhala adalah benda- benda ciptaan atau patung- patung buatan yang dianggap sebagai allah lain, yang disembah karena dianggap sebagai allah yang berkuasa. Tentu ini tidak benar, dan bertentangan dengan perintah Tuhan, yang menghendaki agar kita tidak mempunyai allah lain di hadapan-Nya (Kel 20:3), sebab hanya Tuhanlah Allah yang berkuasa atas segala mahluk ciptaan-Nya.

              Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
              Ingrid Listiati- katolisitas.org

            • Shalom bu inggrid, terimakasih anda sudah mengerti secara spesifik apa itu yg dimaksud dg berhala/pemberhalaan. dengan demikian semestinya anda juga mengerti bagaimana ritual pemberhalaan yg terjadi dlm praktek gereja katolik.

              Mazmur 115, disana sangat jelas membentangkan apa itu berhala. yaitu patung” sebagai pengganti gambaran diri manusia yg dianggap suci/masih mempunyai kuasa layaknya ketika mereka masih hidup di dunia ini sehingga patung” gambaran diri para kudus/santa/santo diperlakukan/dipuja/dihormati setara dg TUHAN sang Pencipta.

              Patung gambaran diri para kudus ada yg dibuat dari bahan ” spt : Kayu, Perak, Perunggu, bahkan batu pahatan juga batu semen+pasir yang kemudian diperindah/dipercantik dengan berbagai hiasan yang melambangkan identitas masing”.
              contoh : Patung yg melambangkan St. Petrus adalah seorang pria berjenggot dg anak Kunci di tangannya.

              contoh/bukti nyata ritual pemberhalaan patung :
              1. bagaimana sampai saat ini umat katolik sebagian besar masih berkomat kamit menaikkan doa/permohonannya dihadapan patung “gambar” diri dari yg disebut sbg santa/santo. bahkan berdoa didepan patung yg diberi nama “Yesus”.

              2. Patung yang ada dikayu salib, dimana pada saat tertentu (pra paskah) diselubungi kain ungu, kemudian pada saat tertentu (jumat agung) dibuka untuk dilakukan Penciuman kaki patung pada salib.

              3. Lebih parah lagi adalah patung Maria (ibu Yesus) yang mana di beberapa wilayah tertentu dihiasi=didandani dengan keindahan kain” mahal /pakaian indah bahkan dg perhiasan” emas/perak. bahkan ada yg diarak” dengan disertai nyanyian layaknya seorang raja yg benar” hidup.

              apakah 3 contoh perbuatan nyata diatas tersebut tidak masuk dalam kategori “Pemberhalaan” Patung ?…..

              Demikianlah hal-hal yang menjadi salah satu dari beberapa pertimbangan pribadi saya dalam mengambil keputusan meninggalkan gereja katolik.
              Dan terimakasih telah memberikan kesempatan bagi saya menyampaikan pendapat di forum ini.

              Segala Puji dan hormat dan kemuliaan hanya bagi TUHAN YAHUVEH dalam nama putera-Nya YAHSHUA HAMASIACH. Halleluyah.

            • Shalom Indah,

              Pertama- tama, mohon maaf atas jawaban saya yang terlambat, karena tadinya saya ingin menunggu tanggapan dari Romo Boli untuk menjawabnya dari segi liturgi. Namun mungkin Romo Boli sibuk, dan juga karena ia tinggal di tempat terpencil, maka mungkin juga ada kesulitan akses internet. Maka saya jawab dulu, nanti kalau ada tambahan lagi dari Romo Boli, saya akan sertakan kemudian.

              1. Mengenai Mazmur 115.

              Mazmur itu menunjukkan bagaimana bangsa- bangsa di tanah Kanaan/ di sekitar bangsa Israel menyembah patung- patung emas dan perak buatan tangan mereka, dan menyembah patung itu sebagai allah mereka. Sayangnya, ada kalanya bangsa Israel sendiri juga jatuh ke dalam dosa berhala ini, dan mengikuti kebiasaan bangsa- bangsa di sekitarnya. Inilah yang membuat Allah murka, karena bangsa Israel mempunyai allah lain di hadapan-Nya, sehingga melanggar perintah Allah yang pertama (lih. Kel 20:3)

              Ada banyak ayat lainnya dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yang juga menjelaskan soal berhala ini yang membuat kita mangambil kesimpulan terhadap berhala:

              a. Mereka menyembah allah lain yang dilambangkan dengan patung itu, dan bahkan membakar korban bakaran kepada allah lain itu. Contohnya halnya mereka menyembah dewa Baal yaitu dewa hujan yang umumnya digambarkan oleh patung anak lembu emas, Asytoret, Ayera, Baal- Berit (Hak 2:13, 3:7, 8:33, 10:6; 1Sam 7:4; 1 Raj 18:19; 2 Raj 17:16, 21:3, 23:4-5; 2 Tw 34:4; Yer 7:9, 11:17, 32:29; Hos 11:7).

              b. Mereka menyembah patung itu sendiri sebagai allah lain. Contohnya bagaimana orang Babel menyembah patung berhala yang diberi nama Bel dan seekor naga besar, seperti yang dikisahkan dalam Kitab Daniel bab 14.

              Jadi makna penyembahan berhala di sini adalah penyembahan segala sesuatu ciptaan sebagai allah lain yang bukan Allah, sehingga Allah ditinggalkan. Allah mengetahui pada saat orang- orang menyembah Baal, hati mereka tidak tertuju kepada-Nya melainkan kepada allah asing itu yang bukan Dia, sehingga Kitab Suci mengatakan:

              “Orang Israel itu melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; mereka beribadah kepada para Baal dan para Asytoret, kepada para allah orang Aram, para allah orang Sidon, para allah orang Moab, para allah bani Amon dan para allah orang Filistin, tetapi TUHAN ditinggalkan mereka dan kepada Dia mereka tidak beribadah.” (Hak 10:6, lih Hak 10:10, 1 Sam 12:10).

              Oleh sebab itu di dalam Perjanjian Baru konsep berhala diartikan lebih luas, yaitu penyembahan segala sesuatu yang membuat seseorang meninggalkan Allah: “Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala… (Kol 3:5).

              Nah sekarang, tentang patung Yesus, atau patung Santo Petrus atau patung Bunda Maria, itu biar bagaimanapun tidak dapat disamakan dengan patung berhala, justru karena sama sekali berbeda hakekatnya.

              2. Tanggapan tentang pertanyaan- pertanyaan anda:

              a. Yesus sendiri adalah gambaran Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15), jadi dalam hal ini Allah yang memperbaharui sendiri ketentuan tentang penggambaran Allah. Pada PL, penggambaran Allah dilarang, karena rencana Allah menyatakan Diri-Nya dalam rupa manusia, belum tergenapi. Namun setelah penjelmaan Yesus, maka Allah sendiri telah menggambarkan Diri-Nya, dan kita manusia dapat melihat-Nya. Yesus sendiri mengatakan, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa….” (Yoh 14:9)

              b. Maka dengan Allah sudah menyatakan diri di dalam Yesus, maka tidak ada salahnya kita manusia menggambar wajah Yesus atau membuat patung Yesus; dan meletakkannya di dalam rumah kita atau di gereja; atau mengirimkan kartu natal dengan gambar kanak- kanak Yesus. Mengapa? Karena Yesus adalah gambaran Allah sendiri. Ini tentu berbeda dengan penggambaran anak lembu bagi Baal pada Perjanjian Lama. Sebab, Allah tidak pernah menyatakan diri-Nya sebagai Baal, apalagi menggambarkan dirinya sebagai anak lembu.

              c. Adanya patung dalam gereja ataupun rumah umat Katolik, fungsinya hanya untuk mengingatkan kita kepada Allah, membantu mengarahkan hati kepada Allah. Bahkan kita menemukan ada banyak patung- patung Yesus dan orang kudus itu tidak untuk disamakan dengan patung Baal dan dewa dewi. Sebab patung Baal dan dewa- dewi itu membuat orang meninggalkan Allah, sedangkan patung Yesus dan orang kudus itu malah mengarahkan hati orang kepada Allah, dan bersyukur kepada Allah.

              Silakan anda melihat kembali klik video yang pernah disertakan oleh Stef di jawaban ini, silakan klik. Anda akan melihat bahwa di gereja Lutheran (Protestan), Jerman, juga ada banyak patung- patung. Di daerah altar ada salib besar dengan patung Yesus yang tergantung padanya. Bahkan ada juga dinyalakan lilin-lilin di sisi gereja, di hadapan salib yang ada reliefnya. Sekarang, menurut anda, apakah Luther mengajarkan untuk menyembah patung? Tentu tidak! Yang disembah adalah Kristus yang digambarkan oleh patung itu.

              Sekarang tentang penggunaan patung dalam liturgi, silakan juga melihat kembali video yang pernah disampaikan oleh Stef di jawaban ini, silakan klik. Di situ terlihat bagaimana pendeta Lutheran itu berdoa di hadapan patung salib dan mengarahkan ukupan wangi- wangian di hadapan patung salib Yesus. Lalu apakah ini artinya Luther mengajarkan untuk menyembah berhala? Tentu tidak juga. Jadi jika anda tidak mengatakan bahwa gereja Lutheran (Protestan) menyembah berhala, selayaknya andapun tidak mengatakan Gereja Katolik menyembah berhala.

              Makna ukupan wangi- wangian juga bersumber pada Kitab Suci, yang sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Penggunaan salib di sana hanyalah sebagai lambang/ simbol Kristus. Jadi penyembahan bukan ditujukan kepada patung-nya, tetapi kepada Kristus yang dilambangkannya. Demikian pula pada ibadah penciuman salib pada hari Jumat Agung. Yang dihormati dan dikasihi sungguh bukannya salib itu atau patung Yesusnya, tetapi Tuhan Yesus yang dilambangkan olehnya.

              d. Tentang patung Bunda Maria atau patung Santo Petrus dan orang kudus lainnya.

              Tentang hal ini, harus diakui dahulu bahwa memang pengertian “Pengantaraan” bagi umat Protestan itu berbeda dengan ajaran Gereja Katolik. Bagi gereja Protestan, Pengantaraan Yesus itu eksklusif dilakukan oleh Yesus saja, sedangkan Gereja Katolik mengajarkan bahwa Pengantaraan Yesus yang satu- satunya itu (1 Tim 2:5) melibatkan juga anggota- anggota Tubuh-Nya yang lain (inklusif) dalam kesatuan dengan Diri-Nya sebagai Kepala (lih. 1 Kor 12; Ef 5:23; Kol 1:29, 2:19). Kesatuan ini tidak terpisahkan; sepertihalnya kepala tidak terpisahkan dari tubuh dan tubuh tidak dapat berbuat sesuatu apapun tanpa persetujuan kepala.

              Baru jika seseorang menerima bahwa dalam rencana keselamatan-Nya Kristus melibatkan seluruh anggota Tubuh-Nya, maka seseorang dapat menerima ajaran Gereja Katolik tentang persekutuan orang kudus di dalam Kristus. Dalam persekutuan ini, maka pengantaraan Maria dan Rasul Petrus maupun para rasul lainnya dan orang kudus lainnya, tidak mengambil kemuliaan Yesus, dan tidak menjadi saingan Tuhan Yesus. Sebaliknya mereka semua mendukung Pengantaraan Yesus itu.

              Dari point 1 s/d 3 kita ketahui bahwa penggunaan gambar/ patung Yesus bukanlah berhala, karena hal itu tidak membuat umat meninggalkan Allah ataupun menduakan Allah, tetapi malah dapat mengarahkan hati kepada Allah. Dengan prinsip yang sama, maka pembuatan gambar/ patung Maria ataupun Santa/o, juga bukan berhala. Gambar/ patung- patung tersebut hanya lambang akan para orang kudus itu, yang mengingatkan kita bahwa Tuhan Yesus melibatkan para anggota Tubuh-Nya untuk membawa umat manusia kepada-Nya. Penghormatan umat Katolik terhadap orang kudus, tidak pernah melebihi penghormatan kepada Kristus. Gereja Katolik tidak pernah mensejajarkan Bunda Maria dengan Kristus. Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium II, 62 mengajarkan:

              “Sebab tiada makluk satu pun yang pernah dapat disejajarkan dengan Sabda yang menjelma dan Penebus kita. Namun seperti imamat Kristus secara berbeda-beda ikut dihayati oleh para pelayan (imam) maupun oleh Umat beriman, dan seperti satu kebaikan Allah terpancarkan secara nyata kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya dengan cara yang berbeda-beda, begitu pula satu-satunya pengantaraan Penebus tidak meniadakan, melainkan membangkitkan pada mereka aneka bentuk kerja sama yang berasal dari satu-satunya sumber.

              Adapun Gereja tanpa ragu-ragu mengakui, bahwa Maria memainkan peran yang berada di bawah Kristus seperti itu. Gereja tiada hentinya mengalaminya, dan menganjurkan kepada kaum beriman, supaya mereka ditopang oleh perlindungan Bunda itu lebih erat menyatukan diri dengan Sang Pengantara dan Penyelamat.”

              e. Sekarang tentang pertanyaan anda bahwa umat Katolik kalau berdoa komat kamit di hadapan patung Yesus. Jika anda dapat menerima bahwa penggunaan patung itu hanya sebagai lambang saja, maka anda tidak akan mempunyai masalah jika seseorang berdoa di hadapan gambar atau patung Yesus. Saya pernah menghadiri kebaktian di gereja Kristen Protestan, dan beberapa kali saya melihat di layar proyektor ditampilkan juga bermacam gambar Yesus pada saat puji- pujian dinaikkan. Dalam hal ini jemaat tidak hanya komat kamit, tetapi bernyanyi dengan sepenuh hati memuji dan menyembah Tuhan di hadapan layar proyektor yang bergambar Yesus itu. Tetapi apakah berarti jemaat bernyayi menyembah layar proyektor atau gambar Yesus yang terpampang di layar? Kan tidak. Tentu yang disembah jemaat adalah Tuhan Yesus yang digambarkannya. Sama seperti ketika pendeta Lutheran berdoa di hadapan patung salib itu, ia berdoa bukan kepada patungnya tetapi kepada Tuhan Yesus yang dilambangkannya. Juga misalnya, di suatu gereja, tidak ada gambar/ patung Yesus tetapi semua umat berdoa menghadap ke panggung yang ada palang salibnya. Tentu pada saat menaikkan pujian dan penyembahan, jemaat tidak menyembah balok salib itu, tetapi kepada Kristus yang dilambangkannya, yang bangkit dari kayu salib.

              Demikianlah tanggapan saya atas pertanyaan- pertanyaan anda, yang saya jawab dengan urutan yang berbeda (tentang doa komat kamit di depan patung, tentang penciuman salib, dan patung Maria dan orang kudus). Semoga dapat menjadi masukan bagi anda.

              Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
              Ingrid Listiati- katolisitas.org

    • [….. diedit]

      ok kita mulai dengan keluaran dulu, yaitu dengan nama apa Tuhan Musa memperkenalkan diri.
      keluaran 3:
      (13) Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? –apakah yang harus kujawab kepada mereka?”
      (14) Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”
      (15) Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun…….

      [dari Katolisitas: kami edit karena pertanyaan selengkapnya dan jawabannya sudah disampaikan di atas, silakan klik]

    Comments are closed.