Ada orang yang mengutip Katekismus Gereja Katolik (KGK 966) dan kemudian mengatakan bahwa tidak seharusnya Bunda Maria menyerupai Kristus (conformed to Christ). Untuk dapat melihat konteksnya, maka mari kita baca bersama apa yang tertulis dalam Katekismus tersebut:
KGK 966 “Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut” (LG 59, Bdk. Pengumuman dogma mengenai Maria diangkat ke surga oleh Paus Pius XII, 1950: DS 3903). Terangkatnya Perawan tersuci adalah satu keikutsertaan yang istimewa pada kebangkitan Puteranya dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain.
“Pada waktu persalinan engkau tetap mempertahankan keperawananmu, pada waktu meninggal, engkau tidak meninggalkan dunia ini, ya Bunda Allah. Engkau telah kembali ke sumber kehidupan, engkau yang telah menerima Allah yang hidup dan yang akan membebaskan jiwa-jiwa kami dari kematian dengan doa-doamu” (Liturgi Bisantin, pada Pesta Kematian Maria 15 Agustus).
Sebenarnya kalau kita meneliti lebih jauh KGK di atas, maka tidak ada yang perlu dipertentangkan. To be ‘conformed’ to Christ (menjadi serupa dengan Kristus), itu adalah kehendak Allah bagi kita semua umat beriman. Sebab dikatakan dalam Rom 8:29, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung dari banyak saudara.” Jika Allah telah menentukan Bunda Maria, sebagai yang pertama dari semua orang, yang dipilih-Nya sejak semula, untuk menjadi serupa dengan Kristus, itu adalah kebijaksanaan Allah, yang menentukan Bunda Maria sebagai ibu yang mengandung dan melahirkan Yesus Putera-Nya.
Maka, keserupaan di sini tidak untuk menunjukkan kesetaraan. Sebab dalam kata ‘serupa’ itu saja artinya pasti tidak sama. Maka ada pepatah yang mengatakan, ‘serupa tapi tak sama’, karena dua hal yang serupa itu tidak akan persis sama ataupun setara. Demikianlah, iman Kristiani tidak pernah mengajarkan bahwa kita manusia itu setara dengan Allah, walaupun diciptakan menurut ‘gambar dan rupa’ Allah (lih. Kej 1:26). Khusus tentang Bunda Maria, keserupaannya dengan Kristus memang sangatlah istimewa, karena memang hanya ia satu-satunya di sepanjang sejarah manusia, yang telah dipilih dan dikuduskan oleh Allah, untuk mengandung dan melahirkan Putera-Nya, sehingga tak mengherankan jika Allah meninggikan Bunda Maria setelah ia menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia.