Kristianitas: sudah 2000 tahun, sudahkah ‘berhasil’?

Pernahkah anda merenung, mengapa sudah 2000 tahun berlalu, namun dunia ini belum semuanya mengenal ataupun percaya kepada Kristus? Apakah dengan demikian maka Tuhan hanya bermaksud menyelamatkan sebagian kecil manusia saja, sedangkan sebagian besar yang lainnya ditentukan Tuhan masuk neraka? Jadi untuk apa kita menjadi seorang Kristen? Mengapa ada banyak orang yang mengaku Kristen tetapi hidupnya tidak sesuai dengan ajaran Kristus? Ada banyak pertanyaan seperti ini di dalam benak kita, yang tentunya dapat menimbulkan aneka jawaban.

Kita hidup dalam penantian akan penggenapan janji keselamatan

Dalam bukunya, What it means to be a Christian, Kardinal Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) menyatakan bahwa kita harus belajar menerima dan menyadari bahwa hidup kita di dunia ini seperti masa Adven (masa penantian) akan penggenapan janji keselamatan yang Tuhan berikan di dalam Kristus Putera-Nya. Ada banyak realitas yang terjadi di sepanjang sejarah manusia, baik dan buruk silih berganti; perang dan damai, kebaikan dan kejahatan, semua terjalin dalam satu rangkaian kejadian. Ini semua menunjukkan, betapa selama hidup di dunia ini kita manusia memang mengalami pergumulan. Dan sesungguhnya, dalam keadaan ini kita dapat banyak belajar dari sikap Ayub: berani bertanya kepada Tuhan, meskipun akhirnya harus menyerahkan segala sesuatunya ke dalam kebijaksanaan Tuhan, yang tidak dapat kita pahami sepenuhnya. Sejarah manusia ini memang mengisahkan tentang berbagai kelemahan umat manusia di hadapan Allah yang penuh belas kasihan. ((lihat. Joseph Ratzinger, What it means to be a Christian, (San Francisco: Ignatius Press, 1965, 2005), p. 15-20))

Kitab Suci sendiri menjanjikan kepada kita seorang Raja Damai/ Mesias yang akan membawa kita kepada keadaan yang penuh damai sejahtera, yang secara simbolis dijabarkan dalam kitab Yes 11:6-9. Keadaan ini menggambarkan kesejahteraan yang ada pada bangsa yang hidup seturut ajaran Sang Raja Damai, karena setiap orang hidup atas dasar pengenalan mereka akan Tuhan, sehingga mereka bagaikan bumi yang ditutupi oleh air laut.

Namun jika kita melihat dengan jujur, kita mengetahui bahwa keadaan ini belum terwujud sekarang ini, melainkan hal itu menjadi gambaran kesempurnaan pada kehidupan Surgawi yang akan datang. Kenyataan ini membawa akibat berikutnya, yaitu, bahwa kita yang adalah murid- murid Kristus Sang Mesias, dipanggil oleh Tuhan untuk berjuang dalam mewujudkan kehendak Tuhan membentuk kehidupan yang penuh damai tersebut, selama kita masih hidup di dunia ini. Sebab bukannya tidak mungkin, karena ada banyak orang Kristen yang hidupnya tidak sesuai dengan ajaran Kristen, maka orang lain yang belum mengenal Kristus mempunyai gambaran yang keliru tentang Kristus dan Gereja.

Apa yang dikehendaki Allah?

Sabda Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa Allah menghendaki agar “semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.” (1 Tim 2:4). Oleh karena itu, walaupun Tuhan memandang kepada tiap- tiap orang sebagai ciptaan yang amat dikasihi-Nya, Ia juga memandang keseluruhan umat manusia sebagai satu kesatuan. Allah menghendaki semua orang diselamatkan. Dan Allah melakukan segala sesuatu untuk maksud itu; sampai ke titik yang ekstrim, sehingga bahkan banyak orang sulit untuk mempercayainya. Ia, Sang Allah Pencipta, rela menjelma menjadi manusia. “Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Luk 2:12). Kristus Sang Allah Putera, meninggalkan segala kekayaan dan kemegahan surgawi, untuk menjadi bayi mungil yang miskin dan papa. Sepanjang hidup-Nya di dunia, Kristus memilih untuk menjadi miskin, menjadi seorang hamba, dan wafat juga dengan cara yang sangat hina (Fil 2:5-10). Semuanya ini menjadi tanda bukti akan kasih Allah yang mau melakukan apa saja untuk menyelamatkan kita manusia yang berdosa.

St. Athanasius dan St. Augustinus mengajarkan, “Allah menjadi manusia supaya manusia dapat menjadi anak- anak Allah.” Maka kita ketahui bahwa Allah menginginkan agar kita dapat menjadi anak- anak -Nya, dan memanggil-Nya Bapa (Rom 8:15). Namun panggilan ini disertai dengan undangan untuk hidup sesuai dengan panggilan kita sebagai anak Allah; yang dapat diringkas menjadi satu kalimat ini: hidup mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Perintah utama inilah yang diajarkan oleh Kristus, dan kita semua melihat betapa Kristus sendiri menggenapinya dengan sempurna melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Menjadi Kristen= menjadi seperti Kristus?

Maka sebagai murid- murid Kristus, kita dipanggil untuk hidup seturut teladan-Nya, yang sedikitnya dapat kita rinci sebagai berikut:

1. Hidup bagi orang lain

Kita mengetahui bahwa menjadi Kristen bukan sekedar menerima Baptisan dan mengakui dengan mulut bahwa Kristus adalah Tuhan  Penyelamat kita; lalu kita dapat ‘mengantungi’ keselamatan kita untuk diri sendiri, tak usah terlalu peduli dengan orang lain. Tidak demikian! Kita tidak menjadi Kristen demi diri kita sendiri; sebab jika kita mempunyai kehendak dan pikiran seperti Kristus, kitapun harus bertindak seperti Kristus. Artinya, kita harus mau ikut ambil bagian dalam pelayanan Kristus terhadap dunia ini. Kita harus mau keluar dari ke- aku- an diri sendiri, dan berani hidup bagi orang lain. Kita harus mau melayani daripada dilayani. Singkatnya, kita tidak lagi memusatkan perhatian pada kepentingan diri sendiri, tetapi kepada kepentingan orang lain (Flp 2:4).

Prinsip pemikiran ini membantu kita memahami, bahwa kita menjadi Kristen, bukan demi diri kita sendiri, tetapi karena Tuhan menginginkan agar kita turut melakukan pekerjaan- pekerjaan-Nya untuk mendatangkan keselamatan bagi banyak orang. Tuhan bekerja melalui manusia- manusia ciptaan-Nya. Itulah sebabnya Ia memilih bangsa Israel pada masa Pernjanjian Lama. Bukan artinya bahwa setelah memilih bangsa Israel lalu bangsa- bangsa yang lain direncanakan-Nya untuk binasa, melainkan sebaliknya, agar melalui bangsa Israel, bangsa- bangsa lain diselamatkan. Dengan prinsip yang sama kita melihat peran Gereja, yaitu bahwa melalui Gereja, Tuhan menyampaikan Terang-Nya dan Kasih- Nya kepada dunia, agar dunia mengenal jalan keselamatan-Nya.

2. Mengasihi tanpa pilih- pilih dan tanpa perhitungan

Kitab Suci mengajarkan kepada kita, betapa Allah memihak kepada orang- orang yang tersisihkan: janda, fakir miskin, orang sakit, anak- anak, singkatnya, mereka yang lemah dan kecil. Yesus bahkan menyamakan diri-Nya dengan mereka semua; dan kelak akan menghakimi kita sesuai dengan banyaknya perbuatan kasih yang kita lakukan terhadap mereka (lih. Mat 25). Ajaran ini tentu bertentangan dengan pandangan dunia, yang cenderung memberi dengan harapan akan menerima kembali, atau mengasihi dengan harapan akan dibalas kasih. Tuhan Yesus menujukkan sebaliknya, Ia mengasihi kita, bukan karena kita sudah baik, bukan karena kita hebat, bukan karena kita bisa berguna bagi Dia. Ia mengasihi kita karena Ia sungguh baik. Firman Tuhan mengatakan, “… tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Rom 5:8) Dan ajaibnya, kasih yang seperti inilah yang mampu mengubah kita. Pertanyaannya sekarang: sudahkah kita memiliki kasih seperti ini kepada orang lain?

3. Mengasihi dengan prinsip “superabundant“/ lebih dari yang disyaratkan.

Melihat teladan Yesus, kita mengetahui bahwa menjadi seorang Kristen artinya mengasihi dengan kasih yang lebih dari yang disyaratkan. Kasih inilah yang diajarkan oleh Kristus kepada kita; yaitu supaya kita tidak hanya puas dengan ‘asal menghindari dosa berat’, asal melakukan yang benar sesuai hukum, seperti sikap ahli Farisi (lih. Mat 5:20). Yesus mengajarkan kita untuk berbuat ekstra. Itulah yang dicontohkan-Nya sendiri pada banyak mukjizatnya, seperti mukjizat di Kana (Yoh 2), dan mukjizat pergandaan roti (Mat 14:13-21, Mrk 6:32-44, Luk 9:10-17, Yoh 6:1-15). Di atas semua itu, kasih yang melimpah ini ditunjukkan dengan pengorbanan-Nya di kayu salib, sebagai cara yang dipilih-Nya menyelamatkan manusia. Oleh kasih karunia inilah kita diselamatkan (Ef 2:8-9).

Kelimpahan kasih Allah dalam mewujudkan rencana keselamatan-Nya, bahkan sampai ‘meluber’ kepada kita; sehingga kitapun dipanggil untuk turut ambil bagian dalam karya kasih-Nya ini. Bukan karena kasih-Nya yang kurang panjang untuk menjangkau semua orang, tetapi karena Ia ingin melibatkan kita sebagai anggota Tubuh-Nya untuk berkarya bersama-Nya. Sebenarnya, kasih Allah yang ‘superabundant‘ inilah yang mendorong orang- orang yang memberikan hidup sepenuhnya untuk Tuhan, seperti para rohaniwan dan rohaniwati, para misionaris, para sukarelawan, yang mungkin terinspirasi oleh pengajaran Yesus kepada orang muda yang kaya (lih. Mat 19:16-26). Pengorbanan mereka seharusnya menjadi contoh bagi kita, dan harus selalu kita dukung dengan doa- doa. Hal ini mendorong kita bertanya kepada diri kita sendiri: sudahkah kita menyadari akan kasih Allah yang ‘superabundant‘ ini? Sudahkah kita menanggapinya dengan kasih yang melimpah juga? Sudahkah kita mengambil bagian di dalam kasih Allah ini?

4. Kasih mensyaratkan iman, iman mensyaratkan kasih

Walaupun Kitab Suci mengatakan bahwa mereka yang hidup dalam kasih itu berasal dari Allah (1 Yoh 4:8), kita mengetahui bahwa kesempurnaan makna kasih itu diperoleh di dalam Kristus, seperti disebutkan 1 Yoh 4:10-12. Maka jika kita sungguh mengasihi Allah, seharusnya kita mengimani Kristus, Allah Putera yang diutus sebagai pendamaian atas dosa- dosa kita. Kasih karunia Allah dan iman akan Kristus inilah yang memampukan kita untuk mengikuti teladan Kristus, yaitu untuk hidup dalam kasih, kepada Allah dan kepada sesama (1 Yoh 4:16-21). Oleh sebab itu, firman Tuhan tidak memisahkan antara kasih karunia dengan iman (lih. Ef 2:8-9) dan iman dengan perbuatan kasih (Yak 2:24) untuk menghantar kita kepada keselamatan.

5. Iman dan kasih yang ‘superabundant’ mendorong kita untuk menaati segala perintah Allah.

Kita mengetahui bahwa perintah Yesus yang terakhir kepada para murid-Nya sebelum Ia naik ke surga adalah, agar mereka pergi ke seluruh dunia untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya, membaptis mereka, dan mengajarkan segala perintah-Nya (lih. Mat 28:19-20). Maka selayaknya, jika kita mengasihi Kristus kita mengikuti kehendak-Nya ini. Jadi Pembaptisan selayaknya tidak kita anggap sebagai formalitas, namun sungguh- sungguh sebagai sarana yang dipilih Allah untuk menyampaikan rahmat-Nya agar kita tergabung dalam keluarga Kerajaan Allah (lih. Yoh 3:5). Selanjutnya, kita juga dengan rendah hati mau belajar menerima dan melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan oleh-Nya. Firman Tuhan sendiri mengajarkan kepada kita bahwa ‘segala sesuatu’ ini maksudnya adalah pengajaran Kristus yang disampaikan oleh para rasul secara lisan dan tulisan (lih. 2 Tes 2:15). Inilah sebabnya mengapa Gereja Katolik memegang tidak hanya Kitab Suci yang merupakan ajaran tertulis, tetapi juga Tradisi Suci yang merupakan ajaran lisan dari Kristus dan para rasul, seperti yang diteruskan oleh para Bapa Gereja.

6. Menaati segala perintah Allah membawa kita kepada Gereja yang didirikan Kristus.

Jika kita mau menerima pengajaran para rasul dan para Bapa Gereja, maka kita akan mengetahui bahwa Kristus yang mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (Mat 16:18-19), masih terus berkarya di dalam Gereja-Nya yang kini ada di Gereja Katolik. Maka tepatlah jika dikatakan bahwa kita menjadi Katolik karena kita mau menjadi seorang Kristen yang memberi kata “Ya” pada Kristus tanpa syarat. Sebab Kristus telah mendirikan Gereja-Nya, maka keataatan yang penuh kepada-Nya membawa kita juga untuk memasuki dan menjadi anggotanya. ((lihat Douglas Bushman STL, The Catholic Faith Magazine, The Catholic Faith on the Church: To be Catholic is to be Christian, period, Sept/ Oct 1999, vol 5.No.5, p.34-35))  Kristus masih secara aktif memberikan rahmat- rahmat-Nya melalui sakramen- sakramen Gereja. Walaupun benar bahwa di luar sakramen tersebut Ia tetap dapat berkarya, namun tak dapat dipungkiri bahwa sakramen tersebut merupakan cara yang dipilih-Nya untuk hadir di tengah umat-Nya oleh kuasa Roh Kudus. Memang setiap umat Kristen memiliki kehendak bebas tentang bagaimana caranya ia menaati semua ajaran Kristus. Bagi umat Katolik, kita memilih untuk bergabung dalam Gereja yang didirikan-Nya, yang sampai saat ini melaksanakan cara- cara yang dipilih Kristus untuk menyampaikan rahmat-Nya, melalui Sabda-Nya dan Sakramen- sakramen-Nya. Dengan menerima rahmat Tuhan ini, terutama dalam Ekaristi, kita sungguh- sungguh hidup di dalam Kristus, sebab Tuhan Yesus sungguh hadir dan masuk ke dalam diri kita. Kita menaruh pengharapan, bahwa dengan setia mengandalkan rahmat dari Kristus sendiri, maka kita akan dimampukan oleh-Nya untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih. Agar akhirnya, kita dapat menerima penggenapan akan janji keselamatan dan bersatu selamanya dengan Dia dalam kerajaan Surga.

7. Mengambil bagian dalam ketiga Misi Kristus sebagai imam, nabi dan raja [15]

Setelah dibaptis, kita menjalani ketiga peran Kristus sebagai imam, nabi dan raja. Peran imam di sini bukan berarti bahwa setelah dibaptis kita semua menjadi pastor/ imam, melainkan bahwa kita mengambil bagian dalam imamat Kristus (Why 1:6) sebagai bangsa pilihan Allah, imamat yang rajani (1 Pet 2:9). Partisipasi dalam imamat Kristus ini diwujudkan dalam dua macam peran yang saling berkaitan, yang pertama adalah imamat bersama/ common priesthood, dan yang kedua adalah imamat jabatan/ hirarchical priesthood.[16] Mereka yang menjabat sebagai imam bertugas melayani umat yang oleh Pembaptisan menerima peran imamat bersama.

Perwujudan peran imamat ini mencapai puncaknya di dalam sakramen-sakramen, terutama perayaan Ekaristi. Para imam mengajar umatNya, dan bertindak atas nama Kristus dalam perayaan Ekaristi, dan mempersembahkan kurban Ekaristi kepada Tuhan atas nama umat. Sedangkan umat menjalankan peran imamat mereka dengan menggabungkan kurban mereka dengan kurban Kristus. Selanjutnya, mereka semua menjalankan peran imamat mereka dengan menerima sakramen-sakramen, dengan doa dan ucapan syukur, dengan hidup kudus melalui mati raga dan berbuat kasih.[17] Jika kita menghayati peran imamat bersama, maka seharusnya kita dapat lebih menghayati keterlibatan kita di dalam sakramen-sakramen, terutama pada perayaan Ekaristi, karena pada saat itulah kita mempersembahkan diri kita sebagai bagian dari persembahan Kristus kepada Allah Bapa. Persembahan kita ini berupa ucapan syukur, segala suka duka dan pergumulan yang sedang kita hadapi, maupun segala pengharapan yang kita miliki. Keterlibatan ini menjadikan kita sebagai bagian dari Sang Pelaku utama yaitu Kristus, dan bukan hanya sebagai ‘penonton’ Misteri Paska.

Selain sebagai imam, kita yang sudah dibaptis mengambil bagian di dalam peran Kristus sebagai nabi, dengan cara, berpegang teguh pada iman, memperdalam iman kita, dan menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia.[18] Di sinilah kita dipanggil untuk mewujudkan iman di dalam perbuatan, sehingga dapat menjadi kesaksian yang hidup akan pengajaran Kristus.

Akhirnya, Pembaptisan juga mengakibatkan kita mengambil peran Kristus sebagai raja, yang tidak sama dengan pengertian raja menurut dunia. Sebagai Raja, Kristus menarik manusia kepada-Nya melalui kematian dan kebangkitanNya. Sebagai pengikut Kristus, kitapun dipanggil untuk membawa banyak orang kepada Kristus. Selanjutnya, sebagai Raja, Kristus datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, maka panggilan kita sebagai raja adalah untuk melayani Dia di dalam sesama terutama di dalam mereka yang miskin dan menderita, sebab di dalam merekalah Gereja melihat wajah Sang Kristus, yang menderita. Peran raja inipun kita jalankan dengan mengalahkan segala bentuk kecenderungan berbuat dosa.

Kesimpulan

Maka tujuan kita menjadi Kristen adalah agar kita dapat hidup menjadi seperti Kristus, dan turut mengambil bagian di dalam rencana keselamatan Allah yang diberikan kepada dunia melalui Kristus dan Gereja-Nya. Caranya ialah dengan mengambil bagian dalam misi Kristus, sebagai imam, nabi dan raja. Dengan hidup sesuai dengan panggilan kita sebagai murid Kristus, yaitu hidup di dalam iman, pengharapan dan kasih yang melimpah/ “superabundant” dan mengandalkan rahmat Allah, maka kita akan dapat diubah sedikit demi sedikit oleh Allah untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Kita melaksanakan peran imamat bersama dengan peran serta kita dalam doa dan sakramen Gereja; peran kenabian dengan menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari- hari; dan peran sebagai raja dengan melayani sesama dan berjuang mengalahkan segala kecenderungan dosa dalam hidup kita. Dalam menjalankan ketiga misi ini, kita mengandalkan rahmat Allah. Rahmat Allah ini secara khusus dapat kita terima melalui Sabda-Nya dan sakramen- sakramen Gereja, terutama Ekaristi. Di sinilah kita melihat pentingnya kita bergabung di dalam Gereja Katolik yang didirikan oleh Kristus sendiri, sebab Gereja Katolik menyampaikan Sabda Allah, baik secara lisan dan tulisan; dan menyampaikan sakramen- sakramen untuk meneruskan rahmat Allah kepada umat-Nya.

Maka marilah kita semua hidup seperti Kristus, yang ditandai dengan hidup dalam kasih yang melimpah kepada Allah dan sesama, atau ringkasnya, hidup dalam kekudusan. Jika kita para murid Kristus telah dapat hidup sesuai dengan ajaran Kristus ini, maka kita dapat menjadi terang dan garam dunia, untuk membawa orang- orang di sekitar kita kepada Kristus yang menyelamatkan. Semoga dengan demikian kita dapat membawa perubahan yang positif kepada dunia, sambil menantikan penggenapan janji Tuhan akan ‘langit dan bumi yang baru’ di kehidupan yang akan datang.

8 COMMENTS

  1. Saya tertarik dengan pemenungan ini yang bertemakan “apa erti menjadi Kristian. Terus terang saya tidak banyak mengetahui tentang agama Kristian walaupun saya beragama Kristian Katolik. walau apapun bagi pengalaman iman saya di dalam agama, saya merasa diselamatkan, dikasihi oleh Tuhan Allah sendiri dan diampuni setiap kali saya jatuh di dalam godaan atau dosa. Maka saya mengambil keputusan bahawa untuk menjadi Kristian bererti belajar menjadi seperti kristus sendiri yang mampu mengasihi,menyelamatkan orang. Saya tidak dapat berbuat sesuatu yang baik tanpa Kristus maka saya mesti belajar untuk dibimbing oleh Roh Kebenaran agar mampu datang, duduk dan dengar kepada-Nya.

    [Dari Katolisitas: Ya, anda benar, bahwa menjadi Kristen intinya adalah menjadi seperti Kristus, dengan hidup mengimani Kristus dan mengikuti teladan Kristus]

  2. ada teman yg non muslim tnya.
    siapa tri tunggal dlm agama katolik.
    saya gak bisa jelasinya jadi tolong bntuannya ya.
    trimz.

    [dari katolisitas: silakan melihat artikel ini – silakan klik]

  3. salam ibu inggrid, pak stev, dan romo…
    saya mau tanya :

    apakah umat katolik boleh membujuk/menginjili untuk seseorang yang sudah beragama bisa menjadi katolik?

    bunda teresa pernah mengatakan bahwa:

    “There is only one God and He is God to all; therefore it is important that everyone is seen as equal before God. I’ve always said we should help a Hindu become a better Hindu, a Muslim become a better Muslim, a Catholic become a better Catholic. ”

    apakah kebenaran dan keselamatan berbeda?

    apakah hanya ada keselamatan di gereja/Yesus?

    bukankah kebenaran ada diluar gereja? namun apa keselamatan hanya ada di gereja?
    bagaimana dengan orang2 yang sejak lahir sampai mati ada di lingkungan bukan katolik? apakah mereka tidak selamat? padahal mereka berlaku kasih dalam hidupnya?
    bukankah ajaran lain juga menyatakan bahwa ajaran merekalah yang benar, dan yang lain kafir/sesat?
    kalau begitu bukankah kebenaran agama itu jika ditinjau dari lingkup yang hakiki bersifat relatif.
    kalau saya orang islam, saya ngga mengakui keselamatan ada dalam yesus. , karena saya mengakui ilham ilahi itu alquran.

    apakah tujuannya semua manusia harus ber-agama katolik, atau menghidupi Yesus dalam berbagai latar belakang?

    terimakasih atas jawabannya….

    • Shalom Agustinus Endro,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang evangelisasi dan keselamatan. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan.

      1. Tentang evangelisasi: Umat Katolik memang sudah seharusnya mengikuti apa yang diperintahkan oleh Kristus sendiri sebelum Dia naik ke Sorga, di mana Dia mengatakan “19. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:19-20) Dalam amanat agung ini, kita melihat bahwa menjadi tanggung jawab seluruh umat Allah untuk mewartakan Kristus dan semua perintah-Nya. Mungkin akan membantu, kalau anda dapat membaca artikel tentang evangelisasi baru di sini – silakan klik. Secara prinsip, kodrat dari Gereja adalah misioner. Dengan demikian, seluruh anggota Gereja, juga harus terlibat secara aktif dalam karya evangelisasi di dalam komunitasnya dan dalam kapasitas masing-masing. Bahkan ketika kita dibaptis, kita sebenarnya telah menjadi iman, nabi dan raja, yang juga sebenarnya telah diutus ke dunia untuk secara aktif mengabarkan kabar sukacita kepada semua orang. Salah satu cara yang paling efektif dalam evangelisasi adalah dengan hidup kudus. Kekudusan (mengasihi Allah dan mengasihi sesama atas dasar kasih kepada sesama) inilah yang telah ditunjukkan dalam pelayanan yang terberkati Bunda Teresa. Jadi, dia telah melakukan tugas evangelisasi bukan dengan kata-kata, namun dengan perbuatan kasihnya, yang mempunyai efek lebih besar daripada kotbah atau pengajaran. Dan melalui evangelisasi yang dilakukannya bersama dengan seluruh anggota ordo cinta kasih, maka telah begitu banyak yang mengenal Kristus dan menjadi umat Katolik.

      2. Tentang kebenaran dan keselamatan: Kebenaran dan keselamatan adalah berbeda namun saling berkaitan. Kebenaran adalah cara (means) dan keselamatan adalah tujuan (end). Kita melihat rasul Paulus mengatakan bahwa Allah menghendaki semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (lih. 1Tim 22:4). Jadi, untuk memperoleh keselamatan, maka seseorang harus menempatkan kebenaran di atas kepentingan pribadi. Dan sebagai umat Kristen, kebenaran bukanlah sesuatu namun seseorang, yaitu Kristus sendiri, yang adalah jalan, kebenaran dan hidup (lih. Yoh 14:6). Dan keselamatan hanyalah ada di dalam Kristus, yang tidak dapat dipisahkan dari Gereja Katolik, karena Yesus adalah kepala Gereja dan Gereja Katolik adalah Tubuh Mistik Kristus. Untuk itu, silakan melihat jawaban lengkapnya di sini – silakan klik. Dan silakan juga melihat beberapa tanya jawab tentang keselamatan:

      Invincible ignorance dalam jaman ini
      Keselamatan dan hubungannya dengan Baptisan
      Apakah keselamatan yang sudah diperoleh melalui Pembaptisan dapat hilang?
      Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka?
      Keselamatan: theosentris, kristosentris, eklesiosentris?
      Apakah orang Katolik dijamin pasti selamat?
      Tidak ada keselamatan kecuali melalui Yesus
      Sekali selamat tetap selamat – tidak Alkitabiah
      Siapa saja yang dapat diselamatkan?
      Apakah agama membuat orang masuk Sorga?
      Apakah orang yang tidak dibaptis masuk neraka?
      Adakah Keselamatan di luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik?

      Jadi, kalau ada orang yang bukan karena kesalahannya sendiri (invincible ignorance) tidak dapat sampai pada kebenaran Kristus dan Gereja Katolik, maka mereka dapat saja diselamatkan, karena Allah menghendaki semua orang diselamatkan dan sampai pada kebenaran. Namun, keselamatan mereka tidaklah terlepas dari Kristus dan Gereja-Nya. Jadi, orang-orang yang menempatkan kebenaran di atas kepentingan pribadinya, hidup dalam kasih (supernatural love) dan mempunyai iman akan Tuhan yang satu, yang mempunyai kuasa untuk memberikan upah kepada orang yang benar-benar mencari Dia (Ibr 11:6), dan bukan karena kesalahannya sendiri tidak mengenal Yesus dan Gereja-Nya, mempunyai kemungkinan untuk diselamatkan. Mereka seperti anggota Gereja yang tidak tergabung secara penuh dalam Gereja Katolik.

      Memang setiap agama mengklaim bahwa agama yang dianutnya adalah benar. Namun kebenaran tidak bersifat relatif, karena kodrat dari kebenaran adalah obyektif dan tidak mungkin saling bertentangan. Oleh karena itu, menjadi tugas bagi semua umat beriman untuk senantiasa menganalisa dan merenungkan kebenaran dari agamanya masing-masing. Namun, sebagai umat Katolik, walaupun kita mempercayai adanya unsur-unsur kebenaran dari agama-agama lain, namun kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik. Silakan melihat artikel ini – silakan klik. Semoga jawaban singkat dan link-link yang saya berikan di atas dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  4. bu,
    apakah buku yang ditulis Joseph Ratzinger ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia?
    kalau ada dimana bisa mendapatkannya? di Obor?

    • Shalom Esther,
      Terus terang, saya tidak tahu apakah buku What it means to be a Christian karangan Joseph Ratzinger (sekarang Paus Benediktus XVI) itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atau belum. Yang ada pada saya adalah versi bahasa Inggris, terbitan Ignatius Press, San Francisco, 2006. Buku ini tidak tebal, dan merupakan gabungan dari tiga sermon/ khotbahnya di gereja katedral Munster kepada sebuah kongregasi Catholic Student Chaplaincy, 13-15 Desember, 1964.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  5. Salam damai sejahtera

    Dear pengasuh katolisitas.
    Saya ingin menanyakan pertanyaan sbb, yang mungkin juga menjadi pertanyaan banyak orang kristen :
    1. Apa tujuan kita menjadi orang kristen ?
    2. Dengan menjadi orang kristen, apakah kita bisa hidup seperti Kristus ?
    3. Lalu untuk apa kita menjadi seperti Kristus ?
    4. Dan apa artinya hidup seperti Kristus ?
    Salam
    Mac

    [Dari Katolisitas: pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

    • [Dari Katolisitas: Berikut ini adalah tulisan dan salah satu pembaca non Katolik. Ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan  ajaran Gereja Katolik, dan kami akan memberikan penjelasan tambahan di dalam tanda kurung].

      Salam damai sejahtera Pengasuh Katolisitas

      Terima kasih atas uraiannya tentang tujuan kita menjadi orang Kristen menurut sudut pandang pengajaran gereja Katholik.

      Dibawah ini saya ingin menyampaikan menurut sudut pandang gereja non Katholik, semoga keduanya bisa berguna bagi kita umat kristiani pada umumnya dan pembaca situs ini pada khususnya.

      MENUMBUHKAN KARAKTER KRISTUS APA TUJUAN KITA MENJADI ORANG KRISTEN ?

      Nomor satu adalah selamat kekal, nomor dua tumbuh menjadi seperti Kristus (1Kor 11 : 1) Kristus itulah Firman atau Kalam dan Kalam itulah Allah (Yoh 1 : 1-4). Menjadi seperti Kristus itu adalah hidup sesuai dengan Firman Tuhan (1Yoh 2 : 5 = Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.) Firman Tuhan dapat diringkas dengan Kasih Mat 22 : 37-40.

      Jadi kalau seorang melakukan Firman Tuhan, maka hidupnya akan tampak kasih Allah dan bagaimana kasih Allah itulah mentaati seluruh Firman Tuhan , dengan demikian kita menjadi seperti Kristus Dalam 1Kor 13 dijelaskan bagaimana kasih Allah itu dalam garis besarnya; kasih Allah akan lengkap dijelaskan dalam seluruh Alkitab, sebab seluruh isi Alkitab yaitu Firman itulah kasih Allah.

      Untuk mengetahui kasih yang lengkap kita harus mempelajari Kejadian sampai Wahyu di dalam pengurapan Rohkudus, maka Rohkudus akan membawa kita pada segala kebenaran yaitu hidup seperti Kristus. Itu berarti baik tabiat, sikap,pikiran,tujuan hidup,cara hidup,pendirian,cara kerja dan semua segi dari hidup ini menjadi seperti Kristus sampai kekal.

      APAKAH KITA BISA HIDUP SEPERTI KRISTUS ?

      Orang baru bisa, orang lama tidak bisa. Kita ini buatan Allah, diciptakan di dalam Kristus Yesus (Efe 2 : 10 = Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.) Tetapi dengan lahir baru kita berubah dari jenis manusia pertama menjadi jenis manusia kedua yang sangat berbeda 1Kor 15 : 45-46 Semua manusia adalah turunan Adam itulah jenis manusia pertama yang sudah jatuh dalam dosa dan itulah anak2 iblis (1Yoh3 : 10 = Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.)

      Tetapi dengan lahir baru kita berubah menjadi jenis manusia kedua yaitu jenis kristus, itulah anak2 Allah (Yoh 1 : 12 = Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;) Yang sudah berubah roh kita, tubuh luar ini belum, menunggu pengangkatan, sebab itu manusia luar orang2 kristen masih sama dengan orang dunia, tetapi “motornya” yaitu rohnya sudah berubah.

      [Dari Katolisitas: Gereja Katolik tidak mengajarakan adanya ‘pengangkatan’ yang terpisah dari kebangkitan badan dan kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Mengenai "Rapture"/ pengangkatan ini, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]

      Seperti anak ayam dan anak burung rajawali, berbeda meskipun hampir sama, apalagi telurnya. Telur yang mana bisa terbang tinggi ? Telur rajawali. Begitu orang yang sudah lahir baru bisa hidup atau “terbang” seperti Kristus. Kalau kita sudah lahir baru lalu tumbuh, kita bisa menjadi seperti kristus. Percayalah, jangan ragu2, sebab kita sudah menjadi baru dalam lahir baru. Kalau anak ayam disuruh terbang pasti gagal , tetapi kalau anak rajawali bila sudah dewasa, untuk terbang tidak perlu dikursus, pasti bisa., bahkan ia terbang tanpa dipikir, tanpa susah Begitu orang baru kalau menjadi seperti Kristus pasti bisa, tetapi orang baru dihalang2i oleh tubuh daging, namun tetap bisa kalau mau ,sebab Rohkudus selalu standby untuk menolong dan DIA adalah Penolong yang maha kuasa, maha tau kalau kita sungguh2 mau “terbang seperti Kristus”, pasti DIA sanggup menolong sampai menjadi seperti Kristus

      UNTUK APA KITA MENJADI SEPERTI KRISTUS ?

      Allah membuatkan rencana hidup yang terbaik untuk setiap orang yang lahir baru (1Kor 12 : 6 – Yer 29 : 11 – Ef 2 : 10)

      Rencana itu sudah dibuatkan dengan rinci untuk setiap orang lahir baru, itu bisa jadi asal mau diolah dan dipimpin menurut Roh lebih daripada menurut daging , ini berarti mau menyangkali diri. Allah Bapa membuat rencana hidup yang indah untuk Yusuf, dan Yusuf taat, maka ternyata itu jadi dan sangat indah. Juga bagi Musa, Daud, Daniel, Petrus, Paulus, Timotius dll Tuhan sudah membuat rencana yang indah2 Begitu juga untuk setiap orang yang lahir baru. Kalau mau hidup seperti Kristus, lebih sempurna akan tampak hidup yang lebih indah dalam pimpinan dan pengurapan Tuhan, lebih2 lagi nanti di Surga, kemuliaannya akan sangat nyata. Tuhan membuat suatu rencana hidup yang sangat baik untuk orang2 Israel yang dikeluarkan dari Mesir, tetapi sebagian tidak percaya dan mati di padang gurun, tetapi yang percaya dan mau taat dipimpin Tuhan mengalami hidup yang indah di Kanaan, limpah dengan berkat dan sukacita dari Tuhan seperti Yusak dan Kaleb, bahkan terus sampai di Surga Pengk 9 : 18

      APA ARTINYA HIDUP SEPERTI KRISTUS ?

      Hidup seperti Kristus itu lah kasih.

      1Kor 13 : 1 – 3 Cerdas tanpa kasih , sia sia. Bisa segala bahasa manusia dan malaikat tetapi tanpa kasih itu seperti gong dan canang yang gemerincing tetapi kosong dan sia2. Orang2 seperti ini luar biasa, bisa dapat gelar doctor, gaji besar, tetapi dihadapan Allah sia2. Perlu taat akan Firman Tuhan, itulah kasih (1Yoh 2 : 5)

      1Kor 13 : 2 Punya karunia nubuat. Bisa meneguhkan orang lain 1Kor 14 :3 itu baik, bisa menjadi berkat, tetapi tanpa kasih itu sia2. Juga bisa bernubuat seperti nabi Yunus, hebat sekali sebab seluruh Niniwe 120.000 orang bertobat oleh pelayanannya, tetapi ia menjadi sia2, sebab tidak ada kasih.

      [Dari Katolisitas: Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa semua orang beriman/ murid Kristus harus mempunyai karunia nubuat. Bahwa kita semua sebagai murid Kristus mangambil bagian dalam peran kenabian Kristus itu benar, tetapi terutama melalui kesaksian hidup berdasarkan ajaran Kristus. Kitab Suci sendiri mengajarkan bahwa tidak semua murid Kristus mempunyai karunia nubuat ini. Dikatakan bahwa di dalam jemaat terdapat bermacam- macam karunia; ada yang berperan sebagai rasul, nabi, pengajar, karunia untuk mengadakan mukjizat, menyembuhkan, melayani, memimpin, dan untuk berkata- kata dalam bahasa Roh. Maka tidak semua dari jemaat ini mempunyai karunia bernubuat ( lih.1 Kis 12:28-29), dan tidak semua orang yang mau hidup meneladani Kristus harus mempunyai karunia nubuat. Pada akhirnya, hal karunia adalah hak Allah, yang memberikan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya ].

      Niniwe sudah bertobat dan Allah sudah mengampuni tetapi Yunus tetap tidak mau mengampuni, hidupnya menjadi sia2, bisa2 kalau tidak bertobat, ditolak Tuhan seperti Mat 7 : 23 = Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!") Sukses dalam pelayanan tetapi tidak ada kasih itu bukan apa2, hati2. Mengerti segala rahasia serta semua pengetahuan itu indah dan sangat menguntungkan. Orang2 Parisi tau dengan tepat tempat raja yang besar itu dilahirkan (Mat 2 : 4-5), tetapi mereka tidak punya kasih. Mereka justru membunuh Raja itu yang tidak bersalah. Kalau tidak bertobat sekalipun pintar akan diusir dari kerajaan Surga ! Mengerti segala rahasia itu baik tetapi tidak ada kasih, tidak ada ampun, maka timbul segala macam dosa, dosa tidak senang, benci, dendam, berbuat jahat dll, semua akan dibuang oleh Tuhan ! Punya iman sehingga bisa memindahkan gunung (iman yang kuat) itu indah, bisa ber-buah2 banyak, tetapi tanpa kasih itu bukan apa2. Meskipun menjadi besar, heran,terkenal, tanpa kasih akan timbul banyak dosa seperti Mat 7 : 23, bisa ditolak dari surga

      1Kor 12 : 3 memberi semua hartanya.

      Ini tidak mudah, sekalipun orang rohani bisa gagal seperti Mat 19 : 21-22 Tetapi sekalipun ia berhasil , tetapi tanpa kasih seperti Firman Tuhan (=kasih), semuanya itu sia2 tidak ada faedahnya. Sebab itu dasar hidup kasih itu harus ada lebih dahulu, maka semua yang lain menjadi berfaedah. Juga menyerahkan tubuh untuk dibakar bukan karena salah, ini berarti mati bagi orang lain, tetapi bukan karena kasih, itu kasih manusiawi, bukan kasih Kristus, sehingga semuanya sia2. Kasih yang betul berani menyerahkan nyawanya untuk orang yang dikasihi Yoh 15 : 13 Sebab itu penting untuk mengetahui kasih yang betul, yaitu hidup menurut Firman Tuhan, melakukan Firman Tuhan Kadang2 melakukan Firman Tuhan itu tidak sama dengan kasih yang diperkirakan orang dunia. Hofni dan Pinehas punya bapak yang penuh kasih, menurut mereka, tetapi sebetulnya itu bukan kasih dari Tuhan, sebab kasih Tuhan itu cocok dengan Firman Tuhan. Meskipun imam Eli mencintai anak2nya sampai juga mati karena mereka, tetapi ini bukan kasih yang betul, tetapi menjerumuskan anak2nya dan dia sendiri dalam kebinasaan.

      1Kor 13 : 4-7 SIFAT – SIFAT KASIH

      1. Kasih itu tabah menderita (panjang sabar). Dua orang yang sama2 diganggu dan dirugikan oleh seseorang, maka akan tampak yang kasihnya lebih besar akan lebih sabar sebab tabah atau tahan menderita, tidak emosi. Ini terjadi pada kasih manusiawi atau kasih ilahi, bisa sabar. Tetapi kasih ilahi ada batasnya, sebab kalau orang itu bersalah terus, dan terus menerus sabar seperti imam Eli, semua akan binasa, baik anak2 dan orang tuanya. Mengapa ? Sebab imam Eli yang sabar terus tanpa batas, itu salah, itu bukan kasih Kristus, tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Kalau anak (rohani) atau saudara kita tidak bertobat, harus dinasehati atau ditegur, itu kasih ilahi (Ams 27 : 6 = Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. ) Tau berbuat baik tetapi tidak berbuat itu bukan kasih, itu dosa Yak 4 : 17. Coba imam Eli marah dan memecat anak2nya lalu memperbaikinya, mungkin mereka tidak cepat mati, bahkan bisa bertobat dan dipulihkan seperti istri Ayub. Mengapa ? Sebab Ayub mendidik istrinya (yang seharusnya juga mati seperti anak2nya). Kasih yang betul ada batasnya, harus menegur seperti Tuhan Yesus pada Petrus Mat 16 : 23 juga pada Yudas Luk 22 : 48. Israel kalau berbuat dosa, menyembah berhala, Tuhan lepaskan tanganNya, meskipun Tuhan sedih (sebab Tuhan cinta) tetapi Tuhan melakukanNya Hak 2 : 14 dll

      2. Murah hati. Murah berarti melebihi ukuran, ditambah lagi. dengan minta hikmat Tuhan kita boleh menambah pengampunanNya, atau diberi extra, sambil tetap menasehati dan mendidik, bukan menjerumuskan dalam dosa. Tuhan masih bermurah hati pada Samson dengan menolongnya satu kali lagi, tetapi matanya tidak dipulihkan, umurnya tidak ditambahi, tetapi tetap kena potong oleh dosa2nya.

      3. Tidak dengki. Kalau kita sombong akan lekas dengki (ini salah satu tanda kesombongan). Kalau orang itu tidak bersalah pada kita dan kita tidak simpan dosa benci sombong dll, biasanya tidak mudah timbul dengki, apalagi kalau ada kasih, tidak akan timbul dengki. Biasanya kasih ilahi ada dalam hati yang suci dan kalau ada dosa dalam hidupnya, kasihnya akan lenyap, sebab yang mengisi hati kita dengan kasih itu Rohkudus (Roma 5 : 5 = Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. ) dan kalau ada dosa, Rohkudus tidak bisa bekerja, hatinya tidak diisi kasih lagi, kasihnya habis. Kalau orang itu sudah menyakiti hati, kita ampuni dan tidak mau dengki. Kalau ia sukses kita ikut bersyukur dan berdoa supaya Tuhan makin memberkatinya.

      4. Kasih tidak spmbong, tidak memegahkan diri . Tanda orang sombong itu antara lain ; tidak mau kalah, iri melihat sukses orang lain, langsung menyalahkan dan menghukum kalau melihat salah orang lain, kata2nya seringkali buat sakit hati dll. Kasih tidak berbuat demikian. Kita harus belajar menumbuhkan sifat2 Kristus dalam hidup kita, itu berarti mutu rohani kita bertambah. Jangan lupa selalu menghubungkan dengan seluruh Firman Tuhan, seperti sabar tetapi tidak membiarkan saudara kita terus berdosa sampai binasa. Tumbuhlah makin seperti Kristus. Seperti Kristus itu berarti sesuai dengan seluruh Firman Tuhan, sebab itu semua ayat2 harus saling dihubungkan dengan seluruh Alkitab dalam pimpinan Rohkudus, sehingga kita mendapatkan tabiat Kristus yang tepat, seimbang sesuai dengan seluruh Firman Tuhan.

      5. Tidak melakukan yang tidak sopan ( tidak senonoh). Orang duniapun tahu, apalagi kalau ada kasih Kristus, tidak mau bertindak tidak sopan. Untuk sopan santun perlu ditekan sikap dan kata2 yang tidak sopan, sebab banyak anak2 dan kaum muda juga orang tua melakukannya, dan ini sangat cepat menular ! Bahasa kotor, bicarapun jangan (Efe 5 : 3 = Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.) Menjaga mulut itu sangat penting, jangan dianggap “hanya bicara”, itu merusak seluruh hidup Yak 3 : 1-2, ada akibat yang pasti (Mat 12 : 34 = Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.) Orang yang ada kasih Kristus itu hidupnya sopan dan tidak mau melukai perasaan/hati orang lain.

      6. Tidak cari untung diri sendiri. Justru kasih ilahi itu mau berkorban untuk yang dikasihi.(Kasih manusiawi biasanya dilakukan dengan barter, sama2 untung, ini bukan dosa, bahkan dalam dunia ini baik, tetapi ini bukan kasih Allah dan bisa berubah dengan cepat menjadi benci dan merugikan bahkan merampok, merampas dan membunuh). Kasih ilahi tidak bisa berubah, kecuali orangnya jatuh dalam dosa, baru bisa berubah.

      7. Tidak mudah marah. Kasih itu menutup banyak dosa 1Pet 4 : 8, sebab itu orang yang cinta itu “tidak peka” terhadap salah dari orang2 yang dicintai, sehingga juga tidak cepat marah. Orang sombong,iri,benci, dipimpin daging itu peka terhadap salah orang dan cepat membalas, cepat marah, Kita harus dipimpin Roh untuk mendeteksi adanya pekerjaan setan dan melawannya dalam Roh Efe 6 : 12, bukan melawan orangnya tetapi mengusir setan terang2an atau dalam hati kita, dan berusaha menolong orangnya supaya dilepaskan dari tipu daya dan cengkeram setan.

      8. Tidak berfikir jahat. Sekalipun ada kesempatan, kita tidak mau berfikir jahat, sebab itu melawan Allah yang tau dan merasakan dosa2 dalam pikiran kita. Sebab itu kita selalu membersihkan pikiran, angan2 dan hati kita dari segala macam dosa, sehingga Rohkudus tetap ada dan memimpin kita. Kalau ada dosa, itu pintu masuk untuk iblis dan pintu leluar untuk Rohkudus Efe 4 : 27-30. Kalau berkeras hati dalam dosa, biasanya iblis sudah ada dalam orang itu, memimpin dan menguasainya (mengendalikannya). Orang dunia tidak takut Allah dan biasanya setan ada dalam anak2 iblis ini, sehingga kalau ada kesempatan timbul pikiran jahat untuk memakai kesempatan itu (kesempatan membuat nya menjadi pencuri). Kita tidak mau berfikir jahat dan orang dosa biasanya memakai kesempatan ini. Sebab itu kita harus cerdik, tetapi jangan berfikir jahat namun terus dipimpin Roh, sehingga kalau ada yang jahat, Roh kudus akan menyatakannya pada kita dan memimpin kita Mat 10 : 16

      9. Tidak bersukacita akan ketidak adilan tetapi bersuka cita akan kebenaran. Siapapun yang menjadi korbannya, kita tetap harus berpihak pada kebenaran, sebab itu berarti dipihak Allah. Seringkali orang berpihak pada golongannya bukan pada kebenaran. Kita harus dipihak Alah dengan bijaksana, dengan kasih Kristus dan kuasa Allah. Patahkan kuasa2 gelap yang melawan kebenaran. Ampuni orang2 yang bersalah pada kita, tetapi cerdik dengan hikmat dan pimpinan Roh, lebih2 di dalam gereja sendiri, jangan sampai iblis mendapat jiwa2 tetapi supaya yang jahat bertobat.

      10. Bisa menanggung segala sesuatu, Enak atau tidak enak demi kemuliaan nama Tuhan. Menderita karena kebenaran itu sesuai kehendak Tuhan, itu kasih. Jangan sedikit2 protes, tetapi bisa menanggung segala sesuatu. Jangan gampang2 protes atau demo, tanyakan baik2 dalam kasih Kristus dan pimpinan Rohkudus. Usaha untuk bisa menggarami keadaan supaya iblis dikalahkan dan Rohkudus bisa bebas bekerja dalam persekutuan kita, diantara kita.

      11. Percaya segala sesuatu. Kasih itu tidak mudah curiga atau menyalahkan, tetapi minta pimpinan Rohkudus, sebab Rohkudus tau mana yang bisa dipercaya dan mana penipu, tunggu DIA 1Kor 4 : 5

      12. Harap segala sesuatu, Tentu harap yang baik sambil terus berdoa dalam Roh dan terus dalam pimpinanNya, sehingga yang baik terjadi dan Rohkudus bekerja dan nama Allah dipermuliakan.

      13. Tahan segala sesuatu. Kita bisa mahir pikul salib, tahan menderita dalam kebenaran 1Kor 13 : 8-10 Kasih tidak pernah habis. Kasih manusia bisa habis, bahkan berganti menjadi benci dan berbuat jahat. Tetapi selama ada Kristus dalam hati kita, kasih itu terus diisi oleh Rohkudus sehingga tidak akan habis, tidak bisa berubah, juga berlanjut dalam Surga, kita terus ber-kasih2an dan itu sukacita yang indah. Kalau kesempurnaan datang, apalagi di Surga, tidak ada lagi nubuatan dan bahasa lidah.(ini bahasa Rohkudus di dunia, di Surga kita pakai cara komunikasi ilahi) Pengetahuanpun akan berhenti, sebab tidak ada lagi ada yang tersembunyi, semua sama2 mengerti meskipun tingkatan kemuliaannya ber-beda2. Semua yang sebagian2 akan ditinggalkan, sebab kita tidak membutuhkannya lagi, karena sudah mendapatkan yang sempurna. Begitu juga iman dan harap selesai fungsinya, sebab semua yang diharap dan dipercayai sudah didapat, tetapi kasih berjalan terus dan itu adalah sukacita yang amat indah, apalagi kasih ilahi yang sempurna. Kasih itu yang terbesar.

      1Kor 13 : 11 – 13 KANAK2 DAN DEWASA Waktu anak2 kita berkata, mengerti, berfikir sebagai kanak2. Pada waktu kita menjadi dewasa, kita meninggalkan sifat2 kanak2 dan dapat hidup dalam kesucian melakukan kehendak Allah dengan kasih yaitu hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan Dewasa itu masih belum sempurna sebab masih bisa jatuh dalam dosa karena tertipu setan atau karena menuruti daging sehingga keluar dari Ruangan suci. Kalau dewasa sudah jarang jatuh dalam dosa, lama2 makin mahir mematikan daging sampai daging mati sama sekali, kita menjadi sempurna, itu berarti tidak lagi bisa berdosa dan itu ditandai dengan penebusan tubuh kita menjadi tubuh kemuliaan, seperti Elia dan Henokh. Tandanya orang yang sempurna ialah ia tau semua tentang keadaan dirinya sendiri. Orang yang tidak bisa melihat dirinya sendiri itu belum sempurna, makin tidak sempurna, makin besar balok2 yang tidak tampak Mat 7 : 2 – 5

      [Dari Katolisitas: St. Agustinus mengajarkan bahwa dasar kehidupan rohani Kristiani adalah kerendahan hati, yaitu pengenalan akan diri sendiri dan pengenalan akan Allah. Kita baru dapat mengenal diri sendiri dengan benar, jika kita mengenal Allah dengan benar. Pengakuan kita akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah akan membuka mata kita akan keterbatasan dan kelemahan kita sebagai manusia, dan dengan pengetahuan yang sedemikian,  baru kita dapat bertumbuh secara rohani]

      KESIMPULAN Untuk tumbuh seperti Kristus harus menjadi baru, diciptakan ulang dalam Kristus, lalu tumbuh dalam pengertian Firman Tuhan dan mau dipimpin Rohkudus dalam jalan sempit, maka tabiat seperti Kristus akan makin nyata dan makin bersinar dalam hidup kita, sehingga rencana Allah yang indah2 bisa kita alami dalam pimpinan Roh, dan kita makin mulia untuk kekal

      Mac : 30.April.2010

Comments are closed.